16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Stasiun Klimatologi Stasiun Klimatologi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun, dalam pelaksanaan tugas sehari-hari stasiun klimatologi secara administratif dibina oleh Sekretaris Utama dan secara Teknis operasional dibina oleh Deputi Bidang Klimatologi. Stasiun klimatologi mempunya tugas utama melaksanakan pengamatan, pengelolaan data, pelayanan informasi dan jasa klimatologi serta pemeliharaan alat klimatologi. Dalam melaksanakan tugas, stasiun klimatologi menyelenggarakan fungsi pengamatan klimatologi, pengelolaan data klimatologi, pelayanan informasi dan jasa klimatologi, pemeliharaan alat klimatologi, koordinasi/kerjasama dan pelaksanaan administrasi dan kerumahtanggaan stasiun (BMKG 2014). Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang terletak di Jl. Siliwangi No.291, Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah atau secara geografis terletak pada 6°59’05,87” LS dan 110°22’51,47” BT. Mulai beroprasi sekitar tahun 1961. Merupakan Koordinator UPT (unit pelaksana teknis) BMKG di Jawa Tengah, membawahi Stasiun Meteorologi (penerbangan) Ahmad Yani Semarang, Stasiun Meterologi Maritim Tanjung Mas Semarang, Stasiun Meteorologi Tegal, Stasiun Geofisika Banjarnegara dan Stasiun Meteorologi Cilacap. Saat ini memiliki total 42 orang staf, dipimpin oleh seorang kepala stasiun klimatologi yang membawahi Kepala Seksi Data & Informasi, Kepala Seksi Observasi, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
39
Embed
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Stasiun Klimatologi · Klimatologi Kelas I Semarang dalam rentang waktu penelitian untuk tanah gundul mencapai suhu tertinggi 46,6oC, sebanyak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Stasiun Klimatologi
Stasiun Klimatologi merupakan unit pelaksana teknis (UPT) di lingkungan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika. Dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun, dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari stasiun klimatologi secara administratif dibina oleh Sekretaris
Utama dan secara Teknis operasional dibina oleh Deputi Bidang Klimatologi.
Stasiun klimatologi mempunya tugas utama melaksanakan pengamatan,
pengelolaan data, pelayanan informasi dan jasa klimatologi serta
pemeliharaan alat klimatologi. Dalam melaksanakan tugas, stasiun klimatologi
menyelenggarakan fungsi pengamatan klimatologi, pengelolaan data
klimatologi, pelayanan informasi dan jasa klimatologi, pemeliharaan alat
klimatologi, koordinasi/kerjasama dan pelaksanaan administrasi dan
kerumahtanggaan stasiun (BMKG 2014).
Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang terletak di Jl. Siliwangi No.291,
Kalibanteng Kulon, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah atau
secara geografis terletak pada 6°59’05,87” LS dan 110°22’51,47” BT. Mulai
beroprasi sekitar tahun 1961. Merupakan Koordinator UPT (unit pelaksana
teknis) BMKG di Jawa Tengah, membawahi Stasiun Meteorologi
(penerbangan) Ahmad Yani Semarang, Stasiun Meterologi Maritim Tanjung
Mas Semarang, Stasiun Meteorologi Tegal, Stasiun Geofisika Banjarnegara
dan Stasiun Meteorologi Cilacap. Saat ini memiliki total 42 orang staf, dipimpin
oleh seorang kepala stasiun klimatologi yang membawahi Kepala Seksi Data
& Informasi, Kepala Seksi Observasi, dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
17
17
2. Citra Satelit Himawari 8
Pada penelitian ini, citra satelit Himawari di kelaskan menjadi 15 sesuai
dengan tampilan dari warna citra satelit Himawari 8 yang didapatkan dari
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pengkelasan untuk
interpretasi dari warna citra satelit himawari disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengkelasan warna citra satelit Himawari Kelas Suhu (oC)
1 21 sampai dengan 60
2 14 sampai dengan 21
3 8 sampai dengan 14
4 0 sampai dengan8
5 -7 sampai dengan 0
6 -13 sampai dengan -7
7 -21 sampai dengan -13
8 -28 sampai dengan -21
9 -34 sampai dengan -28
10 -41 sampai dengan -34
11 -48 sampai dengan -41
12 -56 sampai dengan -48
13 -62 sampai dengan -56
14 -69 sampai dengan -62
15 -100 sampai dengan -69
Gambar 4.1 Citra Satelit Himawari setelah dilakukan pengkelasan
Data Citra Satelit Himawari yang digunakan adalah produk Himawari 8
Infra red Enhanced (low resolution). Citra satelit ini menunjukkan suhu puncak
awan yang didapatkan dari pengamatan radiasi pada panjang gelombang
10,4 µm (band 13) dengan resolusi spasial 2 km yang kemudian diklasifikasi
dengan pewarnaan, dimana warna hitam atau biru menunjukkan tidak
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Kela
s
18
18
terdapat pembentukan awan yang banyak (cerah), sedangkan semakin dingin
suhu puncak awan, warna akan mendekati jingga, yang menunjukkan
pertumbuhan awan yang signifikan dan berpotensi terbentuknya awan
Cumulonimbus.
Interpretasi citra adalah kegiatan mengidentifikasi obyek dan menilai arti
penting obyek tersebut (BMKG 2006). Interpretasi pada penelitian ini
dilakukan terhadap citra satelit himawari setiap jam, mulai pukul 00.00 WIB
tanggal 1 Januari 2015 hingga pukul 23.00 WIB tanggal 30 September 2016.
Total citra harusnya sebanyak 15.336, tetapi karena keterbatasan dalam
proses pengumpulan data, hanya didapatkan 13.426 (87,55%) citra. Citra
tidak ada sebanyak 1.910 (12,45%). Terhadap data yang tidak ada, dapat
dilakukan interpolasi terhadap 654 (4,26%) data, sehingga data yang kosong
sebanyak 1.256 (8,19%).
Setelah dilakukan interpolasi terhadap data interpretasi citra satelit
Himawari, diketahui bulan dengan kekosongan data terbanyak terjadi pada
bulan Mei 2015, mencapai 510 data kosong. Sedangkan bulan dengan data
terbanyak terdapat pada bulan Agustus 2015, September 2015, Desember
2015, Januari 2016, Februari 2016, Mei 2016, dan Juni 2016, tanpa ada data
kosong (full). Bulan dengan jumlah data interpolasi terbanyak terdapat pada
bulan September 2016, mencapai 88 data hasil interpolasi.
3. Suhu Udara
Gambar 4.2 Hasil Pengamatan Suhu Udara pada Stasiun Klimatologi Kelas I
Semarang per 2 jam
Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
15
20
25
30
35
40
Suhu (
oC
)
19
19
Didapatkan data suhu tertinggi mencapai 40oC pada pukul 16.00 WIB
tanggal 2 Agustus 2015, sedangkan suhu terendah 18oC pada pukul 00.00
WIB tanggal 3 Agustus 2015. Terlihat pada Gambar 4.2 pola suhu udara mulai
meningkat setiap bulan April menuju Mei, sampai bulan Oktober. Suhu udara
menurun pada bulan November. Pada tahun 2016 penurunan suhu tidak
sebesar tahun 2015.
4. Suhu Tanah
Data suhu tanah yang digunakan adalah suhu tanah setiap pukul 07.00,
13.00 dan 17.00 WIB tanggal 1 Januari 2015 hingga tanggal 30 september
2016. Data suhu tanah setiap kedalaman sebanyak 1.917 data. Suhu tanah
yang digunakan merupakan data suhu tanah terbuka (gundul) dan pada
permukaan tanah tertutup rumput. Menurut Jackson (1977), akar tanaman
dapat mencapai kedalaman yang berbeda-beda tergantung pada jenis
tanaman dan jenis tanah. Penyerapan air sebagian besar terjadi hingga
kedalaman 60 cm. Kedalaman yang dianalisis untuk penelitian ini pada 0 cm
(permukaan), 5 cm, 10 cm, dan 20 cm. Karena menurut Fan et al (2016),
hampir setengah dari biomassa akar ditemukan pada kedalaman tanah
kurang dari 20 cm. Disamping itu menurut Geiger (1959) setelah kedalaman
30 cm perbedaan suhu tanah semakin dalam semakin kecil, maka pada
penelitian ini data pada kedalaman 50 cm dan 100 cm tidak digunakan. Total
data suhu tanah dari semua kedalaman sejumlah 7.668.
a. Suhu Tanah Kedalaman 0 cm (permukaan tanah)
Gambar 4.3. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Gundul 0 cm (permukaan)
pada Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
20
30
40
50
60
Suhu (
oC
)
20
20
Gambar 4.4. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Berumput 0 cm (permukaan)
pada Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan suhu tanah gundul dan berumput
pada kedalaman 0 cm (permukaan). Suhu tanah kedalaman 0 cm
(permukaan) pada stasiun Klimatologi Kelas I Semarang dalam rentang
waktu penelitian untuk tanah gundul mencapai suhu tertinggi 55,5oC pada
pukul 13.00 WIB tanggal 9 Oktober 2015. Suhu tanah berumput tertinggi
tercatat 52oC pada pukul 13.00 WIB tanggal 2 Oktober 2015. Suhu tanah
gundul terendah yang tercatat adalah 23,4oC pada pukul 07.00 WIB
tanggal 29 September 2016. Suhu tanah berumput terendah yang tercatat
adalah 23,6oC pada pukul 07.00 WIB tanggal 3 Agustus 2016.
Suhu tanah gundul mulai meningkat pada bulan Juli hingga Oktober
dan mulai menurun pada bulan November. Suhu tanah berumput mulai
meningkat pada bulan Agustus hingga November dan menurun pada
bulan Desember. Pola suhu tanah gundul ataupun tanah berumput relatif
sama, hanya sebaran suhunya yang berbeda. Suhu tanah gundul
kedalaman 0 cm (permukaan) lebih variatif dibandingkan suhu tanah
berumput.
20
30
40
50
Suhu (
oC
)
21
21
b. Suhu Tanah Kedalaman 5 cm
Gambar 4.5. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Gundul 5 cm pada Stasiun
Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.6. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Berumput 5 cm pada Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukkan suhu tanah gundul dan berumput
pada kedalaman 5 cm. Suhu tanah kedalaman 5 cm pada stasiun
Klimatologi Kelas I Semarang dalam rentang waktu penelitian untuk tanah
gundul mencapai suhu tertinggi 56oC pada pukul 13.00 WIB tanggal 21
Oktober 2015. Suhu tanah berumput tertinggi tercatat 40,4oC pada pukul
13.00 WIB tanggal 2 November 2015. Suhu tanah gundul terendah yang
tercatat adalah 22,6oC pada pukul 07.00 WIB tanggal 3 Agustus 2015.
Suhu tanah berumput terendah yang tercatat adalah 25,4oC, sebanyak 2
(dua) kali pada pukul 07.00 WIB tanggal 24 Juni 2015 dan pada pukul
07.00 WIB tanggal 3 Agustus 2015.
Pada kedalaman 5 cm pola yang terbaca hampir sama seperti pada
kedalaman 0 cm (permukaan). Suhu tanah gundul mulai meningkat pada
20
30
40
50
60
Suhu (
oC
)
25
30
35
40
Suhu (
oC
)
22
22
bulan Juli hingga Oktober dan mulai menurun pada bulan November.
Suhu tanah berumput mulai meningkat pada bulan Agustus hingga
November dan menurun pada bulan Desember. Pola suhu tanah gundul
ataupun tanah berumput relatif sama, hanya sebaran suhunya yang
berbeda. Suhu tanah gundul kedalaman 5 cm lebih variatif dibandingkan
suhu tanah berumput.
c. Suhu Tanah Kedalaman 10 cm
Gambar 4.7. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Gundul 10 cm pada Stasiun
Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.8. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Berumput 10 cm pada
Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.7 dan 4.8 menunjukkan suhu tanah gundul dan berumput
pada kedalaman 10 cm. Suhu tanah kedalaman 10 cm pada stasiun
Klimatologi Kelas I Semarang dalam rentang waktu penelitian untuk tanah
gundul mencapai suhu tertinggi 46,6oC, sebanyak 2 (dua) kali pada pukul
13.00 WIB tanggal 21 Oktober 2015 dan pukul pukul 13.00 WIB tanggal
17 Maret 2016. Suhu tanah berumput tertinggi tercatat 35,4oC pada pukul
20
25
30
35
40
45
Suhu (
oC
)
25
30
35
Suhu (
oC
)
23
23
13.00 WIB tanggal 29 November 2015. Suhu tanah gundul terendah yang
tercatat adalah 24,6oC pada pukul 07.00 WIB tanggal 24 Juni 2015. Suhu
tanah berumput terendah yang tercatat adalah 26,4oC pada pukul 07.00
WIB tanggal 13 Februari 2015.
Pada kedalaman 10 cm pola yang terbaca hampir sama seperti pada
kedalaman 0 cm (permukaan) dan 5 cm. Suhu tanah gundul mulai
meningkat pada bulan Juli hingga Oktober dan mulai menurun pada bulan
November. Suhu tanah berumput mulai meningkat pada bulan Agustus
hingga November dan menurun pada bulan Desember. Pola suhu tanah
gundul ataupun tanah berumput relatif sama, hanya sebaran suhunya
yang berbeda. Suhu tanah gundul kedalaman 10 cm (permukaan) lebih
variatif dibandingkan suhu tanah berumput.
d. Suhu Tanah Kedalaman 20 cm
Gambar 4.9. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Gundul 20 cm pada Stasiun
Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.10. Hasil Pengamatan Suhu Tanah Gundul 20 cm pada
Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang Sumber : Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang
Gambar 4.9 dan 4.10 menunjukkan suhu tanah gundul dan berumput
pada kedalaman 20 cm. Suhu tanah kedalaman 20 cm pada stasiun
25
30
35
40
Suhu (
oC
)
25
30
35
40
Suhu (
oC
)
24
24
Klimatologi Kelas I Semarang dalam rentang waktu penelitian untuk tanah
gundul mencapai suhu tertinggi 39,2oC, sebanyak 2 (dua) kali pada pukul
13.00 WIB tanggal 27 Januari 2015 dan pukul pukul 16.00 WIB tanggal
17 Oktober 2015. Suhu tanah berumput tertinggi tercatat 37,5oC pada
pukul 17.00 WIB tanggal 7 November 2015. Suhu tanah gundul terendah
yang tercatat adalah 25,6oC pada pukul 07.00 WIB tanggal 19 Juli 2016.
Suhu tanah berumput terendah yang tercatat adalah 27oC pada pukul
07.00 WIB tanggal 5 Mei 2015.
Pada kedalaman 20 cm pola yang terbaca hampir sama seperti pada
kedalaman 0 cm (permukaan), 5 cm dan 10 cm. Suhu tanah gundul mulai
meningkat pada bulan Juli hingga Oktober dan mulai menurun pada bulan
November. Suhu tanah berumput mulai meningkat pada bulan Agustus
hingga November dan menurun pada bulan Desember. Pola suhu tanah
gundul ataupun tanah berumput relatif sama, hanya sebaran suhunya
yang berbeda. Suhu tanah gundul kedalaman 20 cm (permukaan) lebih
variatif dibandingkan suhu tanah berumput. Suhu tanah kedalaman 20 cm
memiliki sebaran suhu yang paling kecil dibanding kedalaman lainnya,
baik gundul ataupun berumput.
25
25
5. Pola Citra dan Suhu Tanah
a. Citra dan Suhu Tanah Gundul
Dilakukan analisis terhadap pola untuk melihat apakah terjadinya
perubahan tutupan awan dapat mempengaruhi suhu tanah secara
langsung. Pola antara citra satelit dengan suhu tanah gundul dapat dilihat
pada Gambar 4.11., 4.12., 4.13., dan 4.14. Pola yang ditampilkan
merupakan data pada bulan Agustus 2016.
Gambar 4.11. Pola suhu tanah gundul kedalaman 0 cm dan kelas
Himawari
Gambar 4.12. Pola suhu tanah gundul kedalaman 5 cm dan kelas