31 IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Bagian ini akan membahas demografi responden berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan setahun, dan status hutang pajak tahun lalu. Ringkasan berbagai demografi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data Demografi Responden Demografi Kategori Jumlah Responden Presentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki 109 63.0 Perempuan 64 37.0 Usia 25-33 20 11.6 34-42 61 35.3 43-51 71 41.0 52-58 21 12.1 Penghasilan Setahun > PTKP 173 100 < PTKP - - Status Hutang Pajak Tahun Lalu Kurang Bayar 88 50.9 Nihil 52 30.1 Lebih Bayar 33 19.1 Sumber: Data Primer yang diolah, September 2014. Dari tabel di atas tampak bahwa responden terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin laki- laki yakni sebanyak 63%, dimana sebagian besar responden (41%) berada pada kisaran usia 43-51 tahun. Selanjutnya, dari 173 responden tersebut, semuanya memiliki penghasilan setahun melebihi PTKP yang ditentukan, yang ditunjukkan dengan presentase sebesar 100%. Sementara itu, berdasarkan status hutang pajak tahun lalu, responden dalam penelitian
27
Embed
IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7100/4/T2_932012001_BAB IV.pdf32 ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu sebanyak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
31
IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Demografi Objek Penelitian
Bagian ini akan membahas demografi responden
berdasarkan jenis kelamin, usia, penghasilan setahun,
dan status hutang pajak tahun lalu. Ringkasan
berbagai demografi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1
Data Demografi Responden
Demografi Kategori Jumlah
Responden
Presentase
(%)
Jenis Kelamin Laki-Laki 109 63.0
Perempuan 64 37.0
Usia 25-33 20 11.6
34-42 61 35.3
43-51 71 41.0
52-58 21 12.1
Penghasilan
Setahun
> PTKP 173 100
< PTKP - -
Status Hutang
Pajak Tahun
Lalu
Kurang Bayar 88 50.9
Nihil 52 30.1
Lebih Bayar 33 19.1
Sumber: Data Primer yang diolah, September 2014.
Dari tabel di atas tampak bahwa responden
terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-
laki yakni sebanyak 63%, dimana sebagian besar
responden (41%) berada pada kisaran usia 43-51
tahun. Selanjutnya, dari 173 responden tersebut,
semuanya memiliki penghasilan setahun melebihi PTKP
yang ditentukan, yang ditunjukkan dengan presentase
sebesar 100%. Sementara itu, berdasarkan status
hutang pajak tahun lalu, responden dalam penelitian
32
ini memiliki status hutang pajak kurang bayar yaitu
sebanyak 50,9%, yang berarti lebih dari setengah
responden merupakan Wajib Pajak yang memiliki
kewajiban untuk melunasi kekurangan pembayaran
pajak terutang.
Statistik Deskriptif Objek Penelitian
Statistik deskriptif dari variabel dalam penelitian
ini dijelaskan melalui Frekuensi Jawaban Responden,
Mean (rata-rata), dan Standar Deviasi dari tiap variabel,
seperti terlihat dalam Tabel 4.2. Melalui Tabel 4.2
tersebut dapat dilihat bahwa variabel pengetahuan atas
pajak diukur dengan menggunakan sepuluh (10)
indikator dengan menggunakan dua kategori yaitu
benar atau salah. Adapun hasil statistik deskriptif
menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan atas
pajak secara keseluruhan adalah sebesar 7,843. Angka
ini terletak pada interval jawaban 6,7 – 10 yang berarti
para responden memiliki pengetahuan yang tinggi atas
pajak. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 2,651
menunjukkan bahwa variasi jawaban responden
terhadap variabel ini bervariasi, dimana jawaban
responden menyebar ke dalam dua kategori dengan
kecenderungan yang berbeda-beda.
Diantara sepuluh indikator pengetahuan atas
pajak terlihat bahwa jumlah jawaban benar tertinggi
(sebesar 88,4%) ditunjukkan pada butir pertanyaan
empat yakni objek pajak penghasilan adalah PTKP
Wajib Pajak, yaitu setap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak.
Sedangkan jumlah jawaban benar terendah (65,8%) ada
pada butir pertanyaan Sembilan, yaitu PTKP untuk diri
33
setiap tambahan Wajib Pajak yang kawin sebesar Rp
2.050.000 per tahun (Lampiran 4). Wajib Pajak yang
menjadi responden penelitian ini mampu menjawab
dengan benar lebih banyak pada pertanyaan-
pertanyaan yang konseptual seperti defenisi pajak
penghasilan, cakupan subjek pajak dan defenisi
penghasilan menurut ketentuan pajak. Adapun
pengetahuan teknis tentang mekanisme pemenuhan
ketentuan perpajakan seperti besarnya sanksi, denda,
PTKP dan tarif pajak dijawab dengan presentase yang
lebih rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pengetahuan teknis tentang peraturan
perpajakan masih perlu ditingkatkan lagi.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel
Sumber: Lampiran 4 hasil pengolahan data PASW Statistic, 2014
Keterangan : 0 – 3,3 = Rendah
3,4 – 6,6 = Sedang
6,7 – 10 = Tinggi
Variabel sikap atas pajak diukur dengan lima
indikator dan menggunakan lima kategori. Data
statistik deskriptif pada tabel 4.2 untuk menunjukkan
skor rata-rata sikap atas pajak secara keseluruhan
adalah 3,938. Angka ini tergolong sedang dan terletak
No Variabel N Min Max Mean Standar
Deviasi
1 Pengetahuan Atas Pajak 173 0 10 7,843 2,651
2 Sikap Atas Pajak 173 2 5 3,938 0,697
3 Norma Subjektif 173 3 5 3,943 0,566
4 Kontrol Perilaku yang
Dipersepsikan 173 2 5 4,047 0,670
5 Niat Berperilaku 173 3 5 3,985 0,548
6 Perilaku Kepatuhan
Pajak 173 1 5 3,887 0,693
34
pada interval jawaban 3,4–6,6 yang menunjukkan
bahwa responden dalam penelitian ini memiliki sikap
yang cenderung mendukung pajak adalah hal yang
positif. Nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 0,697 menunjukkan variasi
jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil
atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden
menyebar ke dalam lima kategori dengan
kecenderungan yang sama.
Diantara kelima indikator sikap atas pajak
terlihat bahwa responden yang cenderung memiliki
sikap mendukung pajak terbesar (sebesar 4,060) yaitu
indikator pajak adalah sumber utama penerimaan
Negara, dan indikator penundaan dan pembayaran
akan merugikan Negara. Sedangkan yang paling kecil
(sebesar 3,690) ditunjukkan pada indikator warga
Negara tidak harus patuh dalam membayar pajak
karena banyak penerimaan pajak yang disalahgunakan
(Lampiran 4). Dengan demikian, berdasarkan
keseluruhan data tampak jelas bahwa dalam variabel
sikap atas pajak, responden dalam penelitian ini
cenderung memiliki sikap positif atas pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan mereka.
Variabel norma subjektif diukur dengan
menggunakan empat indikator. Adapun hasil statistik
deskriptif dari variabel norma subjektif menunjukkan
bahwa skor rata-rata norma subjektif secara
keseluruhan adalah 3,943. Hal ini dapat diartikan
bahwa norma subjektif yang dipersepsikan cenderung
dirasakan oleh responden. Hal ini menunjukkan bahwa
responden cukup setuju jika tekanan sosial dapat
35
meningkatkan perilaku patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Tekanan sosial tersebut ditunjukkan dengan
adanya keluarga yang peduli terhadap perilaku patuh
dalam membayar pajak dengan rata-rata skor sebesar
3.850, teman yang menunjukkan perilaku patuh dalam
memenuhi kewajiban pajaknya dengan rata-rata skor
sebesar 4,010 dan Warga di lingkungan sekitar yang
cenderung patuh dalam dengan ratarata skor sebesar
4,485 serta menghitung, membayar dan melaporkan
pajak secara benar sesuai anjuran keluarga, teman,
maupun warga sekitar dengan skor rata-rata 3.970
(Lampiran 4), sehingga responden merasa bahwa
perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan
mereka cukup meningkat dengan adanya perilaku
patuh dari lingkungan sekitar.
Sedangkan nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 0,566 menunjukkan variasi
jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil
atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden
menyebar ke dalam lima kategori dengan
kecenderungan yang sama. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini
cenderung merasakan tekanan sosial dari lingkungan
sekitar untuk berperilaku patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.
Variabel Kontrol perilaku diukur dengan
menggunakan tujuh indikator. Berdasarkan jawaban
responden pada tabel 4.2 diketahui bahwa skor rata-
rata kontrol perilaku secara keseluruhan adalah 4,047.
Angka ini terletak pada interval jawaban 3.4 – 6.6, yang
36
berarti bahwa responden memiliki kontrol perilaku
yang cenderung besar. Kontrol perilaku tersebut terkait
dengan kemudahan untuk melakukan perilaku
kepatuhan pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan, dimana dengan adanya kontrol perilaku,
responden dapat dengan mudah berperilaku patuh dan
memiliki kesempatan untuk dapat berperilaku patuh.
Ketersediaan sumber daya serta didukung lagi dengan
kesempatan yang dimiliki yang cenderung tinggi pada
akhirnya mempermudah responden untuk melakukan
perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan
mereka.
Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel
kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai
rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator yang
mencerminkan ketersediaan sumber daya, sedangkan
nilai rata-rata terendah (sebesar 3,760) ditunjukkan
oleh indikator yang mencerminkan kesempatan yang
dimiliki (Lampiran 4). Nilai rata-rata standar deviasi
secara keseluruhan sebesar 0,670 variasi jawaban
responden terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak
bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden menyebar
ke dalam lima kategori dengan kecenderungan yang
sama. Dari keseluruhan data statistik deskriptif
tersebut terlihat bahwa responden dalam penelitian ini
cenderung memiliki kontrol perilaku yang besar
sehingga memudahkan mereka untuk melakukan
perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, dimana hal tersebut terkait dengan
ketersediaan sumber daya serta kesempatan yang
dimiliki.
37
Variabel niat melakukan perilaku patuh pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakan diukur dengan
menggunakan empat indikator. Berdasarkan data
statistik deskriptif terlihat bahwa skor rata-rata niat
melakukan perilaku patuh pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan secara keseluruhan adalah 3,985
yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini
mencerminkan bahwa responden dalam penelitian ini
cenderung memiliki keinginan untuk melakukan
perilaku patuh pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan, yang dinyatakan responden melalui untuk
keinginannya untuk menghitung pajak terutang secara
benar, sesuai aturan perpajakan, untuk membayar
pajak terutang sesuai dengan penghasilan yang
diperoleh, tekadnya untuk selalu tepat waktu dalam
menyampaikan SPT, dan usahanya untuk bersikap
jujur dan kooperatif dalam memenuhi kewajiban
perpajakan.
Selanjutnya nilai rata-rata standar deviasi secara
keseluruhan sebesar 0,548 variasi jawaban responden
terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi.
Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam
lima kategori dengan kecenderungan yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden
dalam penelitian ini memiliki niat yang cenderung
besar untuk melakukan perilaku patuh dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
Variabel perilaku patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakan diukur dengan menggunakan
tujuh indikator. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa skor
rata-rata perilaku patuh dalam memenuhi kewajiban
38
perpajakan secara keseluruhan adalah 3.887, yang
berarti mayoritas responden cenderung sudah
berperilaku patuh dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Sedangkan nilai standar deviasi
sebesar 0,693. Hal ini berarti jawaban responden
menyebar ke dalam lima kategori dengan
kecenderungan yang sama.
Selanjutnya diantara ketujuh indikator variabel
kontrol perilaku, terlihat bahwa yang memiliki nilai
rata-rata tertinggi (sebesar 4,260) yaitu indikator tidak
pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak
pidana jangka waktu 10 tahun, sedangkan nilai rata-
rata terendah (sebesar 3,660) ditunjukkan oleh
indikator keterlambatan SPT Masa yang sampaikan
tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa
pajak berikutnya (Lampiran 4). Dengan demikian,
terlihat bahwa mayoritas responden cenderung
menunjukkan perilaku patuh dalam memenuhi
kewajiban perpajakan.
HASIL PENGUJIAN
Kecocokan Model Pengukuran (Outer model)
Model pengukuran dalam PLS disebut juga outer
model. Outer model mendefenisikan bagaimana setiap
indikator berhubungan dengan konstruknya (Ghozali,
2006). Kecocokan model pengukuran ini terdiri dari uji
validitas, reliabilitas, dan signifikansi indikator dari
konstruk yang terlibat.
39
Uji Validitas
Pada metode Structural Equation Model (SEM)
sudah terdapat rumusan untuk menguji validitas dan
reliabilitas. Cara yang sering digunakan oleh peneliti di
bidang SEM untuk melakukan pengukuran melalui
analisis faktor konfirmatori adalah dengan
menggunakan pendekatan MTMM (MultiTrait
MultiMethod) dengan menguji validitas konvergen dan