IMPLEMENTASI GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT II (GQFD II)
UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK RAMAH LINGKUNGAN DI UPT ANEKA INDUSTRI
& KERAJINAN SURABAYA (SUB UPT KERAMIK-MALANG)Yulniar Pribadi,
Udisubakti CiptomulyonoJurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: [email protected] ;
[email protected] yang memberikan pengaruh yang
cukup signifikan dalam keseimbangan lingkungan adalahsektor
industri. Sektor industri di Indonesia didominasi oleh sektor usaha
kecil dan menengah (UKM).Keberadaan sektor ini memiliki peranan
penting pada lingkungan secara global. Akan tetapi, realita yang
terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor industri berskala
besar dikarenakan belum mampu mempergunakan isu-isu lingkungan
menjadi kekuatan untuk dapat memenangkan pangsa pasar yang saat ini
mulai mengarah pada konsep green. Oleh karna itu, diperlukan suatu
upaya peningkatan keunggulan UKM dengan tetap melibatkan isu
lingkungan yaitu pengembangan produk ramah lingkungan. Pada
penelitian ini digunakan metodologi GQFD II. Metode ini digunakan
untuk mengevaluasi dengan mempertimbangkan aspek kualitas,
lingkungan dan biaya ke dalam matriksnya yang dijelaskan dalam
House of Quality, Green House, Cost House, dan Concept Comparison
House. Dari hasil analisis dapat diketahui dampak produksi produk
kerajinan keramik, alternatif terbaik pemanfaatan limbah sebagai
bahan baku tambahan produk kerajinan keramik, atribut produk
kerajinan keramik yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen
(customer needs and wants), ramah lingkungan serta ekonomis,
sehingga nantinyaa produk UKM dapat bersaing di dalam ataupun luar
negeri.Kata kunci : Green QFD II, Kerajinan Keramik, UKM, Ramah
LingkunganABSTRACTIndustrial sectors have contribute significantly
to the environment impact. Industrial sectors in arecharacterized
by UKMs dominance. Globally, this sector has most influence to the
environment. In the fact, UKM disable to compete in global market.
This condition was caused disability of using environmental issues
being a strength to be market winner which started to be a green
industry. Therefore, it needs UKM to be strengthen with
environmental awareness such as green product development. In this
research Green Quality Function Deployment methodology is proposed
to use for evaluation quality, environment and cost factors
consideration are represented by House of Quality, Green House, and
Concept Comparison House. According to the analysis, production
impact of ceramics product, the best alternative of waste reusing,
attribute of ceramics product which considered in customer needs
and wants, environmental-friendly, saving cost have known. So that,
UKMs product able to compete in local or global market.Key words :
Green QFD II, Ceramics Product, UKM, Environmental-Friendly1.
PendahuluanLingkungan merupakan salah satu
faktor penting yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
berbagai hal di tengah kondisi bumi sekarang. Hal ini juga
dipengaruhi oleh adanya peningkatan konsumsi sumber daya alam dan
terjadinya penurunan daya dukung bumi terhadap limbah serta
pencemaran. Apalagi di tengah perkembangan pesat pada sektor
industri yang bukan hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi
melainkan berdampak pula pada keseimbangan lingkungan. Berdasarkan
hal tersebut, berbagai upaya
perlindungan lingkungan diterapkan dan telah menjadi isu yang
cukup banyak diperbincangkan di masyarakat bahkan di kalangan
industri maupun peneliti. Meskipun demikian, kepedulian terhadap
lingkungan diharapkan tidak saja terbatas pada permasalahan
pencemaran dari proses produksi (Afida, 2008). Akan tetapi pada
dampak lingkungan sepanjang siklus hidup dari produk, jasa serta
perekonomian. Oleh karena itu diperlukan suatu identifikasi
lingkungan untuk mengetahui kontibutor terbesar terhadap
1
lingkungan serta berbagai upaya perlindungan lingkungan dengan
penerapan konsep green.
Upaya untuk mengurangi dampak
lingkungan oleh industri akan berpengaruh pada biaya (cost).
Meskipun demikian, terdapat
keuntungan dari upaya yang diambil yaitu optimalisasi konsumsi
energi dan material (DeMendoca, 2001). Alasan inilah yang
mengakibatkan semakin pesatnya perkembangan green industry.
Permasalahan lingkungan menjadi topik utama sejak tahun
1990-an hampir di seluruh dunia. Untuk mendukung permasalahan
lingkungan, terdapat
beberapa kebijakan lingkungan yang semakin ketat. Salah satunya
yaitu dengan menentukan standar internasional melalui sertifikasi
ISO
14000. Selain itu, saat ini telah berkembang
suatu perubahan bahwa produk yang dihasilkan merupakan green
product di beberapa negara atau sering disebut ecolabelling (North,
1992).
Setiap industri memberikan potensi
dampak pada lingkungan. Apabila dampak tiap- tiap industri yang
ada di akumulasikan, dapat memberikan dampak yang cukup signifikan
pada lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi pula pada sektor
industri di Indonesia yang berjumlah sekitar 39 juta (BPS, 2007).
Sektor ini didominasi oleh 90% usaha kecil dan menengah (UKM).
Keberadaan UKM memiliki peranan penting pada lingkungan secara
global, baik segi perekonomian nasional, penyediaan lapangan
pekerjaan maupun penguatan sektor industri nasional. Akan tetapi,
realita yang terjadi UKM belum mampu bersaing dengan sektor
industri berskala besar. Hal ini dikarenakan UKM belum mampu
mempergunakan isu-isu lingkungan menjadi senjata untuk dapat
memenangkan pangsa pasar yang sekarang mulai cenderung mengarah
pada green. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya partisipasi dan
kepedulian UKM terhadap pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan suatu upaya peningkatan keunggulan UKM untuk dapat
bersaing di pasar dengan melibatkan isu-isu lingkungan. Salah satu
upayanya adalah pengembangan produk ramah lingkungan.
Upaya penyelamatan lingkungan perlu didorong oleh adanya
peningkatan kesadaran masyarakat serta penetuan strategi
perancangan
dan pengembangan produk dengan memerhatikan dampak negatif
lingkungan. Masyarakat atau konsumen merupakan faktor yang tidak
dapat dipisahkan dari pembuatan
suatu produk. Hal ini dikarenakan konsumen sebagai tujuan/target
dari pembuatan suatu produk.
Salah satu produk UKM yang cukup potensial yaitu kerajinan
keramik. Hal tersebut
dapat dilihat pada pertumbuhan rata-rata industri keramik
sekitar 6% dan perolehan devisa negara mencapai US$ 220 juta pada
tahun 2008 atau meningkat dari tahun 2007 yang hanya sebesar US$
212 juta serta penyerapan tanga kerja lebih dari 200.000 orang
(Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen
Perindustrian,
2009). Peningkatan nilai ekonomi produk
kerajinan keramik ditengarai dapat menimbulkan dampak pada
lingkungan. Karenanya, Peneliti melakukan life cycle assessment
untuk melihat dampak lingkungan proses pembuatan produk kerajinan
keramik. Dari hasil pengolahan life cycle assessment tampak bahwa
proses pembakaran berkontribusi paling besar pada dampak lingkungan
di sepanjang siklus hidup produk kerajinan keramik sebesar hamper
82% dari total keseluruhan dan single score impact yang diberikan
paling besar adalah fossil fuels, respiratory inorganics, climate
change.
Melihat karakteristik lingkungan proses pembuatan produk
kerajinan keramik, diperlukan upaya untuk merancang produk
kerajinan keramik yang lebih ramah lingkungan, namun tetap
memuaskan keinginan konsumen. Untuk itu, green quality function
deployment II berpotensi untuk diimplementasikan.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari produksi
kerajinan keramik.
2. Mendapatkan besarnya dampak lingkungan yang ditimbulkan dari
produksi kerajinan keramik
3. Mendapatkan karakteristik produk kerajinan keramik yang dapat
memenuhi kebutuhan, keinginan konsumen, ramah lingkungan dan
ekonomis.
4. Mendapatkan alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan,
keinginan
konsumen, ramah lingkungan dan
ekonomis dengan pendekatan GreenQFD II (Green Quality
FunctionDeployment II).
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
:
adalah:
Batasan masalah dalam penelitian ini
Studi Lapangan
Identifikasi AwalPerumusanMasalah &
Studi Literatur1. Pembobotan tingkat kepentingan lingkungan
dilakukan oleh ahli lingkungan.
Asumsi dalam penelitian ini adalah :
1. Aktivitas bisnis utama dan proses kegiatan intern perusahaan
tidak mengalami perubahan selama dilakukan
penelitian.
2. Teknologi yang digunakan tidak
PENGUMPULAN DATA
Penetapan TujuanIdentifikasi Potential Waste ReductionIntegrasi
LCA keQFDIdentifikasi Data yang diperlukanData
PrimerSurveyPendahuluan
DataSekunderDesain KuisionerKuisionerLayak?mengalami
perubahan.
3. Pola data waktu pada masa lalu akan
berulang lagi pada waktu yang akan datang
PENGOLAHAN DATA
House of Quality Green House Cost HouseConcept Comparison
House2. Metodologi Penelitian2.1 Tahap Identifikasi Masalah
ANALISIS & INTERPRETASI
Analisis FaktorKualitas
Analisis FaktorLIngkunganPengambilan kesimpulan dan saran
Analisis FaktorBiaya2.1.1 Identifikasi MasalahTahap ini
mempelajari kondisi
perusahaan yang menjadi obyek amatan sehingga dapat ditentukan
rumusan masalah
yang akan diselesaikan dalam penelitian ini. Pada tahap ini
diberikan gambaran mengenai latar belakang, perumusan masalah,
penetapan tujuan, asumsi, dan batasan yang digunakan dalam
penelitian ini. Untuk mendukung hal itu diperlukan studi pustaka
dan studi lapangan.
2.1.2 Perumusan MasalahPerumusan masalah yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengetahui cara
untuk mereduksi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari produksi
kerajinan keramik. Selain itu untuk mengetahui karakteristik produk
kerajinan keramik yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen, ramah lingkungan dan ekonomis, serta memilih alternatif
terbaik sesuai dengan kebutuhan, keinginan konsumen, ramah
lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan Green QFD II (Green
Quality Function Deployment II).
2.1.3 Penentuan TujuanPenetapan tujuan dari penelitian ini
adalah
untuk mendapatkan alternatif terbaik sesuai dengan kebutuhan,
keinginan konsumen, ramah
lingkungan dan ekonomis dengan pendekatan green QFD II (Green
Quality Function Deployment II) seperti yang telah dijelaskan pada
Bab I.
2.1.4 Studi Pustaka dan Studi LapanganUntuk mendapatkan gambaran
yang harus dilakukan dalam penelitian ini, maka diperlukan studi
pustaka dan studi lapangan terlebih dahulu.
Gambar 2.1 Flowchart metodologi penelitian
a. Menentukan Atribut Kualitas Produk
Atribut adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek amatan
penelitian. Penentuan atribut kualitas produk kerajinan keramik
dalam
penelitian mengacu pada beberapa kerangka teoritis yaitu:
Performance meliputi daya tahan produk kerajinan keramik,yaitu
produk kerajinan
keramik tidak mudah retak/pecah
Feature meliputi warna keramik dan motif kerajinan keramik
Conformance meliputi ketepatan
ukuran/dimensi dan sisi
Environmental meliputi dampak lingkungan. Atribut ini merupakan
tambahan yang diberikan peneliti sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan kualitas produk.
2.2 Tahap Pengumpulan dan PengolahanData2.2.1 Tahap Pengumpulan
DataTahap ini melakukan pengumpulan data
yang dibutuhkan
a. Pengumpulan dan Pengolahan Data Kualitatif
Pengumpulan data kualitatif merupakan cara untuk mengetahui
respon spesifikasi teknis dari produk kerajinan keramik dan
pengumpulan suara pelanggan. Metode yang dilakukan adalah wawancara
kepada konsumen dan pengrajin.
b. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengembangan Produk
Pengumpulan data kuantitatif pada tahapan
ini dilakukan dengan cara melakukan survei dengan menggunakan
kuisioner yang disebarkan pada konsumen. Data yang dikumpulkan
berupa
data primer yang didapatkan dari jawaban responden terhadap
kuisioner yang disebarkan dengan metode simple random sampling.
c. Identifikasi Potential WasteInformasi yang diperoleh walk
throughsurvey, digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang
berkaitan dengan adanya limbah yang berlebih dari proses produksi
sehingga memiliki potensi untuk direduksi.
d. Green Quality Function Deployment II Desain Kuisioner
Setelah mengumpulkan informasi tentang produk dan
mengidentifikasi variable-variabel
yang berpengaruh, tahap selanjutnya merupakan mendesain
kuisioner.
Survei Pendahuluan
Dalam tahap ini, dilakukan surveypendahuluan dengan menyebarkan
kuisioner yang telah didesain.
Uji Validitas Kuisioner
Berdasarkan hasil survey pendahuluan, dilakukan uji kelayakan
atas kuisioner yang
telah disebar. Apabila kuisioner tersebut
memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner tidak berubah dan
dapat dilakukan surveyselanjutnya. Sebaliknya, apabila kuisioner
tidak memenuhi uji kelayakan, maka desain kuisioner harus
diganti.
2.2.2 Tahap Pengolahan DataPada tahap ini akan dilakukan
pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan. Atribut-
atribut yang telah diperoleh di olah kedalam rumah kualitas
(house of quality), green house,cost house, sehingga nantinya dapat
diolah pada
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data3.1 Pengumpulan Data3.1.1
KeramikPada awalnya keramik berasal dari
bahasa Yunani keramikos yaitu suatu bentuk
dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus
dan ensiklopedi tahun
1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan
teknologi untuk menghasilkan
barang dari tanah liat yang dibakar, seperti gerabah, guci,
porselen dan kerajinan keramik lainnya. Akan tetapi, saat ini tidak
semua keramik berasal dari tanah liat. Terdapat definisi keramik
terbaru yang mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat.
3.1.2 Pembuatan KuisionerKuisioner digunakan untuk
menidentifikasi tingkat kepentingan dan kebutuhan konsumen terhadap
produk kerajinan keramik. Hal ini dilakukan agar didapatkan
hasil
yang lebih objektif. Dalam pembuatan kuisioner ini ada tiga hal
yang ingin diketahui dari responden, yaitu atribut-atribut yang
diniginkan konsumen, tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen
terhadap produk kerajinan keramik.
3.2 Pengolahan Data3.2.1 Identifikasi Potential WastePengumpulan
data awal dengan
melakukan proses identifikasi proses produksi produk kerajinan
keramik mulai dari cradle to grave. Selain itu polutan yang
dikeluarkan selama proses siklus hidupnya seperti limbah cair (TSS,
BOD, dll), limbah gas/bau (metan,
concept comparison house untuk memilih konsep terbaik yang
mempertimbangkan faktor
H 2 S ,
NH 3 , dll), dan sebagainya.
kualitas, lingkungan dan biaya.
2.2.3 Tahap Analisis dan Interpretasi Data
Input Energi& Mesin
Ekstraksi Bahan Baku
EnvironmentalImpactsPada tahap ini akan dilakukan analisis
terhadap pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis dilakukan
dengan melakukan pemahaman secara analitik terhadap hasil
pengolahan data yang telah dilakukan. Analisis dan interpretasi
data dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan
dari
Kaolin Pasir Kuarsa FelspardTransportasiStorageBahan
BakuPenghalusan Bahan BakuPersiapan komposisi bahan
keramikpengembangan produk ramah lingkungan.
2.2.4 Tahap Kesimpulan dan SaranPada tahap ini akan ditarik
berbagai
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diangkat dalam
penelitian. Selain itu juga
diberikan saran sebagai masukan untuk
System Boundary
Casting
Moulding PressingPengeringanDekorasiPembakaran &
GlasierPenggunaan KeramikLandfillpenelitian selanjutnya.
Gambar 3.1 Diagram Alir Kerajinan Keramik
Siklus hidup produk kerajinan keramik dari ekstraksi bahan baku
hingga disposal menghasilkan banyak limbah di setiap proses. Oleh
karena itu perlu dilakukan identifikasi limbah yang dihasilkan di
setiap proses produksi kerajinan keramik.
Energitenaga listrik, minyak, gas alam, LPGAirBahan
PendukungKemasan, plaster
diprioritaskan untuk ditangani. Nilai tersebut kemudian
diletakkan dalam kolom prioritas dampak. Dalam tahap ini melibatkan
expert judgement dengan ahli lingkungan, sehingga diketahui
perbandingan berpasangan antar karakteristik dampak potensial.
Tabel 3.2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Bahan BakuKaolin, Kuarsa,Feldspar
Proses Produksi Kerajinan Keramik
Bising
Produk KerajinanKeramikWaste
Emisi ke udaraDebu, Nox, Sox, HF, HCl, Co, Co2 (logam
berat)Panas Berlebih
Keterangan:
A : Global WarmingPenggunaan filter, penggunaan cetakan palster,
limbah kemasan, debu yang terakumulasi, partikel-partikelGambar 3.2
Aliran Input-Output Kerajinan Keramik
3.2.2 Life Cycle Impact ProdukPada penelitian ini,
pengelompokkan
dampak lingkungan didasarkan pada metode EDIP (Environmental
Design Industrial of Product) (Wenzel, 1997). Kriteria tersebut
adalah:
Dampak Global :
Global WarmingDampak Regional :
Pembentukan fotokimia ozon
Acidification
Nitritient enrichment
Persistent toxicity
Human Toxicity (water)
Human Toxicity (air)
Chronic Ecotoxicity (Water)
Chronic Ecotoxicity (air) Dampak Lokal :
Acute Ecotoxicity (water)
Tabel 3.1 Karakteristik Dampak Produksi Kerajinan
Keramik
3.2.2.1 Perhitungan Bobot Prioritas DampakPotensialDari hasil
karakterisasi dampak,
kemudian dibuat sebagai dasar untuk memberikan penilaian
mengenai dampak yang
B : AcidificationC : Pengkayaan Fotokimia Ozon
D : Pengkayaan Nutrisi
E : Human Toxicity (Water) F : Human Toxicity (Soil)
G : Chronic Ecotoxicity (Water) H : Chronic Ecotoxicity
(Soil)
I : Human Toxicity (Air)
Tabel 3.3 Bobot Karakteristik Dampak Kerajinan
Keramik
3.2.2.2 Perhitungan Aspek LingkunganPentingPada matriks green
house diperlukan
jumlah dampak signifikan di setiap tahao siklus produk.
Perhitungan jumlah dampak signifikan
yang diakibatkan oleh produk dengan cara sebagai berikut:
Menentukan tahap siklus hidup produk
Menentukan dampak lingkungan potensial
Menentukan penyebab
Memberi bobot
Tabel 3.4 Penetapan Aspek Lingkungan Signifikan
Kerajinan Keramik
3.2.2.3 Perhitungan Life Cycle CostingBiaya-biaya yang terjadi
selama siklus produk kerajinan keramik mulai dari hulu ke
hilir.
Tabel 3.3 Biaya Produk 1 Unit Kerajinan Keramik
3.2.2.4 Penentuan Bobot Prioritas KriteriaPemilihan ProdukBagi
perusahaan, terdapat beberapa
kriteria yang digunakan untuk memilih produk. Kriteria-kriteria
tersebut merupakan kriteria pemenuhan kebutuhan dan keinginan
konsumen, dampak yang ditimbulkan produk terhadap perusahaan dan
biaya produk. Oleh karena itu perlu diketahui penilaian perusahaan
terhadap kriteria-kriteria tersebut. Data hasil survei ditampilkan
pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Matriks Perbandingan Berpasangan
Dari data tersebut kemudian dicari bobot prioritas tiap
kriteria. Hasil perhitungan untuk mencari bobot prioritas kriteria
sebagai berikut:
Tabel 3.5 Bobot Prioritas Kriteria
3.2.2 KuisionerPengumpulan data penelitian dilakukan
dengan menggunakan bantuan instrumen penelitian kuisioner
melalui dua tahap yaitu kuisioner awal dan kuisioner akhir.
Kuisioner awal dilakukan unutk
menggali informasi terhadap konsumen. Dalam kuisioner awal ini
digunakan kuisioner dengan jawaban terbuka, artinya responden
diberikan kebebasan untuk menjawab semua faktor-faktor yang
dianggap pentting sebagai pertimbangan dalam membeli produk
kerajinan keramik. Contoh kuisioner dapat dilihat pada Lampiran
A.Responden dalam penelitian pendahuluan sebanyak 30 responden.
Berdasarkan hasil kuisioner awal dikelompokkan faktor-faktor yang
paling banyak disebut sebagai pertimbangan dalam pembelian produk
kerajinan keramik yaitu faktor performance, faktor feature, dan
faktor conformance. Faktor performance terdiri atas daya tahan
(tidak mudah retak/pecah), faktor feature terdiri atas warna
kerajinan keramik dan motif kerajinan keramik dan faktor
conformance terdiri atas ketepatan dimensi/ukuran, kelurusan sisi.
Selain itu dampak lingkungan juga termasuk dalam atibut
kuisioner.
Sedangkan kuisioner akhir merupakan penjabaran dari kuisioner
awal yang telah
menetapkan atribut-atribut yang dianggap penting dalam pemilihan
produk kerajinan keramik. Pada kuisioner akhir meliputi penilaian
responden/konsumen atas tingkat kepentingan atribut dan tingkat
kepuasan responden atas atribut. Penilaian menggunakan skala
ordinal yaitu skala penilaian bertingakat untuk menilai tingkat
kepuasan konsumen terhadap produk kerajinan keramik. Contoh
kuisioner akhir bisa dilihat pada lampiran..
Pada penilaian tingkat kepentingan atribut menggunakan skala AHP
1 sampai
dengan 9. Kategori masin-masing skala AHP
sebagao berikut:
Angka1 : Apabila atribut sama penting dengan atribut lainnya
Angka3 : Apabila atribut cukup penting
dengan atribut lainnya
Angka 5 : Apabila lebih penting
Angka 7 : Apablia sangat penting
Angka 9 : Apabila mutlak peenting
Sedangkan pada penilaian tingkat kepuasan, skala yang
dipergunakan merupakan
skala 1 sampai 5. Kategori masing-masing skala unutk penilaian
tingkat kepuasan sebagai berikut:
Angka 1: Sangat tidak puas
Angka 2: Tidak puas
Angka 3: Cukup
Angka 4: Puas
Angka 5: Sangat Puas
Jumlah responden yang diambil sebanyak 70 orang pada kuisioner
lanjutan. Meskipun demikian, setelah dilakukan pemeriksaan ulang
terhadap jawaban responden, maka jumlah kuisioner yang lengkap
sebanyak
67 responden.
3.2.2.1 Uji Kecukupan DataUji pertama yang harus dilakukan
merupakan uji kecukupan data. Bentuk uji kecukupan data yang
dilakukan dengan menggunakan rumus (Walpole, 1995):
Untuk populasi terbatas :
2
moment pearson. Pengujian validitas dilakukan terhadap data
hasil penyebaran kuisioner awal dengan tujuan untuk memperoleh
atribut-atribut mana saja yang valid dan dapat digunakan utnuk
melakukan penyebaran kuisioner lanjutan yaitu penyebaran kuisioner
akhir/resmi. Pengujian validitas dilakukan dengan taraf
signifikansi yang digunakan sebesar 5%. Pada dasarnya pengujian ini
adalah menghitung korelasi antar skor penilaian seluruh responden
setiap atribut dengan skor total jumlah seluruh atribut.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Ms.Excel, data dikatakan
valid apabila koefisien korelasi product momentnya lebih besar dari
nilai kritis yang diperoleh dari tabel. Untuk data yang diperoleh
dari kuisioner dengan n=63 dan =5%, maka nilai r tabel sebesar
0.248.
Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas
Hasil perhitungan dapat diketahui bahwa semua atribut memiliki
nilai validitas
n Z x xN
(1)
yang lebih besar dari r kritis tabel, sehingga
(Z
2 x 2 )
e 2 x N)
dinyatakan valid.
3.2.2.3 Uji ReliabilitasUntuk populasi tak terbatas:
Setelah dilakukan uji validitas data,Z 2 xn =e 2
(2)
maka langkah selanjutnya merupakan uji reliabilitas dengan
menggunakan reliabilityApabila ditentukan selang kepercayaan
(CI) sebesar 95% nilai Z = 1.645. Sedangkan
error sebesar 5%, = 0.891 maka diperoleh jumlah sampel minimum
yang seharusnya diambil sebanyak 32 responden.
Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 70 responden. Akan
tetapi, setalah di verifikasi kuisioner yang terisi lengkap
hanya
berjumlah 63 responden. Meskipun demikian, jumlah responden
tersebut memenuhi peryaratan uji kecukupan data.
3.2.2.2 Uji Validitas DataValiditas menunjukkan kemampuan suatu
instrumen (kuisioner) dalam mengungkapkan
objek (variabel) yang diukurnya. Kuisioner yang
digunakan untuk pengumpulan data penelitian harus dapat mengukur
apa yang ingin diukur
(Simamora, 2002). Uji validitas dilakukan
terhadap masing-masing pertanyaan yang membentuk variable
penelitian. Untuk mengukur validitas digunakan korelasi product
analysis dari software SPSS. Analisis ini
bertujuan untuk menguji apakah alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya dan diandalkan (Singarimbun dan
Effendi, 1995). Keandalan tersebut dari instrumen pengumpulan data,
dimana beberapa kali pertanyaan atau atribut yang ditanyakan kepada
responden yang berlainan hasilnya tidak akan menyimpang terlalu
jauh dari rata-rata.
Reliabilitas menunjukkan konsistensi keandalan dari kuisioner
yang digunakan. Suatu
kuisioner dikatakan reliable (andal) jika jawaban responden
terhadap pertanyan-pertanyaan yang ada dalam kuisioner merupakan
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur
reliabilitas digunakan nilai cronbach alpha, jika koefisien
cronbach alpha lebih besar dari 0.6 maka instrument dianggap
reliable. Untuk menguji reliabilitas tersebut digunakan software
SPSS dan berikut merupakan hasil uji reliabilitas instrumen:
Tabel 3.7 Uji Reliabilitas
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai cronbach alpha untuk
kerajinan keramik sebesar 0.607. Setiap nilai cronbach alpha
tersebut lebih besar dari 0.6, sehingga dapat disimpulkan nilai
yang ditunjukkan menyatakan bahwa skala pengukuran yang digunakan
cukup reliable dan dapat digunakan untuk semua jenis kerajinan
keramik yang digunakan sebagai objek penelitian.
3.2.3 Data Voice of Customer dan PengolahanHouse of
QualityData-data suara konsumen, respon teknis dari tim pengembang
dan data lain yang mendukung pembuatan QFD akan ditampilkan pada
sub bab ini.
3.2.3.1 Voice of CustomerTahap awal proses pengumpulan data,
yaitu mengumpulkan data atribut produk
berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen
(voice of customer). Untuk membangkitkan
voice of customer dilakukan melalui survei terhadap konsumen.
Hasil survei terhadap konsumen untuk membangkitkan atibut kualitas
produk menurut persepsi konsumen ditampilkan dalam tabel:
Tabel 3.8 Parameter Voice of CustomerSetelah menentukan
parameter voice of customer, selanjutnya menjabarkannya ke dalam
kualitas voice of customer yang terlihat pada:
Tabel 3.9 Kualitas Voice of CustomerData pendapat konsumen
mengenai tingkat kepentingan atribut produk dan kepuasan konsumen
terhadap kerajinan keramik diperoleh melalui survey sampel ke
konsumen. Metode survei yang digunakan dengan simple random
sampling.
3.2.3.2 Planning MatrixUntuk melakukan pengolahan data,
diperlukan data pendukung, sehingga pada matriks ini dapat
dilakukan analisis data. Data tersebut berisi voice of customer
secara
kuantitatif yaitu berisi kuantifikasi tingkat kepentingan
atribut produk yang diinginkan oleh konsumen dan tingkat kepuasan
konsumen terhadap produk berdasar tiap atribut. Selain itu
diperlukan juga nilai goal dan sales point yang diharapkan
perusahaan (UPT Kerajinan Keramik). Nilai goal merupakan level dari
customer performance yang ingin dicapai untuk memenuhi kebutuhan
setiap konsumen. Sedangkan sales point merupakan informasi mengenai
kemampuan menjual produk atau jasa (pelayanan) berdasarkan seberapa
baik customer needs dipenuhi.
Nilai untuk sales point:
1 = tidak ada titik penjualan
1.2 = titik penjualan menengah
1.5 = titik penjualan kuatTabel 3.10 Simbol dalam Relationship
Matrix
Perhitungan Importance to CustomerImportance to customer
diperoleh dari hasil kuisioner tingkat kepentingan yang berisi
nilai
dari atribut yang dipentingkan customerterhadap produk kerajinan
keramik. Nilainya diperoleh dari rata-rata tingkat kepentingan
setiap atribut.
Perhitungan Customer SatisfactionPerformanceCustomer
satisfaction performance diperoleh dari hasil kuisioner tingkat
kepuasan yang berisi nilai kepuasan customer dari atribut produk
kerajinan keramik. Nilainya diperoleh dari rata-rata tingkat
kepuasan setiap atribut.
GoalGoal diperoleh dari penetapan performansi konsumen yang
diharapkan oleh perusahaan.
Penjelasan tentang planning matrixtampak pada Gambar 3.3
3.2.3.3 Technical ResponsePernyataan konsumen dijabarkan lagi
ke
dalam voice of customer dengan model yang berbeda. Pada
penyusunan voice of customer ini melibatkan tim pengembang untuk
mendefinisikan fungsi, reliability, target value yang dicapai dan
substitute quality characteristic (SQC) atau technical response.
Tabel 3.11 Technical Response Kerajinan Keramik
3.2.3.4 House of QualityHasil perhitungan sebelumnya
kemudian diringkas ke dalam sebuah matriks
house of quality yang berisi relationship matrix,
technical correlation, dan technical matrix. Dari perhitungan
akan diperoleh target untuk respon teknis sebagai masukan dalam
mendesain produk kerajinan keramik nantinya.
Pada Gambar 3.4 terdapat hubungan
antara matriks atribut yang diinginkan dan dibutuhkan customer
dengan respon teknis. Terdapat 3 jenis hubungan tiap elemen pada
rumah kualitas produk kerajinan keramik, yaitu kuat, sedang,
kemungkinan ada hubungan.
3.2.3.5 Green HouseTerdapat 9 kriteria dampak lingkungan
didasarkan pada metode EDIP (EnvironmentalDesign Industrial of
Product) (Wenzel, 1997) yang memasukkan unsur-unsur dampak
lingkungan ke dalam green house. Data dalam green house diperoleh
dari expert judgement dan brainstorming dengan ahli.
3.2.3.6 Cost HouseDalam tahap ini biaya yang ada di setiap life
cycle kerajinan keramik dimasukkan ke dalam matriks-matriks cost
house/ Tujuan dari tahap ini yaitu mengurangi biaya suatu item.
Gambar 3.3 Planning Matrix Produk Kerajinan
Keramik
Gambar 3.4 House of Quality Produk Kerajinan
Keramik
Gambar 3.5 Green House Produk Kerajinan Keramik
Gambar 3.6 Cost House Produk Kerajinan Keramik
4. Analisis dan Interpretasi DataPada tahap ini, akan dilakukan
analisis hasil pada bab sebelumnya. Analisis data diawali dari
hasil pengolahan QFD. LCA dan LCC. Selain itu dilakukan analisis
terhadap produk dengan
menggunkan matriks concept comparison house yang merupakan cara
untuk mengevaluasi konsep produk yang mengintegrasikan kriteria
kualitas yang didasarakan pada suara konsumen, dampak lingkungan
yang ditimbulkan oleh produk, dan biaya yang terjadi selama siklus
hidup produk.
4.1 Kualitas Produk Berdasarkan KebutuhanKonsumenUntuk
mendapatkan data kebutuhan dan
keinginan konsumen terhadap kualitas produk, dilakukan dengan
cara survei ke konsumen.
Cara pengambilan data dengan metode wawancara dan penyebaran
kuisioner.
Tabel 3.12 Atribut Kualitas Kerajinan Keramik
Hasil uji validitas dan reliabilitas kuisioner menunjukkan bahwa
semua atribut kualitas valid dan tiap dimensinya bisa diandalkan.
Hal ini ditunjukkan dengan besarnya nilai validitas dan
reliabilitas untuk tingkat kepuasan dan kepentingan lebih dari
nilai r tabel. Selain itu dari pertanyaan tersebut,jika ditanyakan
kepada orang yang sama pada waktu yang berbeda ataupun dalam waktu
yang sama ditanyakan kepada orang yang berbeda, akan memiliki
pemahaman yang sama.
Dari Tabel 3.11 dapat diketahui urutan prioritas kebutuhan
konsumen berdasarkan
tingkat kepentingan. Semakin tinggi nilai masing-masing atribut,
menunjukkan bahwa atribut tersebut semakin dipentingkan oleh
konsumen. Atribut kualitas yang paling dipentingkan oleh konsumen
berdasarkan urutan yaitu daya tahan (tidak mudah retak/pecah),
sisi, warna menarik, motif, dampak lingkungan, dan dimensi.
4.2 Importance to CustomerImportance to customer merupakan
nilai kepentingan atribut produk kerajinan keramik menurut
konsumen. Nilai tingkat
kepentingan ini menyatakan seberapa penting atribut produk
kerajinan keramik mempengaruhi
konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Importance to
customer menunjukkan urutan atribut mulai dari yang paling penting
dipertimbangkan konsumen dalam pemilihan produk kerajinan
keramik.
Tabel 3.13 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepentingan
Raw weight merupakan nilai sintesa dari tingkat kepentingan
konsumen, improvement ratio dan sales point. Improvement ratio
merupakan perbandingan nilai goal dengan tingkat kepuasan konsumen.
Goal menunjukkan nilai kondisi lapangan saat ini. Sedangkan sales
point menunjukkan kontribusi tiap atribut terhadap tingkat
penjualan. Nilai raw weight yang paling besar menunjukkan
pentingnya atribut tersebut untuk diperhatikan oleh perusahaan.
Sehingga aspek warna, retak (daya tahan) dan motif menjadi poin
utama dalam desain kerajinan keramik.
4.2 Customer SatisfactionCustomer satisfaction merupakan
persepsi kualitas produk keramik menurut knsumen seperti yang
dirasakan. Hal ini berhubungan
dengan penilaian konsumen terhadap masing-
masing atribut produk kerajinan keramik berdasarkan tingkat
kepuasan konsumen.
Tabel 3.14 Atribut Berdasarkan Tingkat Kepuasan
Ditinjau dari tingkat kepuasan konsumen terhadap produk
kerajinan keramik, atribut produk daya tahan/tidak retak/pecah
berada pada urutan pertama.
4.3 Technical ResponseBerdasarkan analisis house of
qualityseperti yang sudah dijelaskan diatas, terdapat beberapa
atribut kualitas kerajinan keramik yang baik yang diinginkan oleh
konsumen. Untuk
memenuhi keinginan konsumen terdapat beberapa tindakan yang
harus dilakukan utnuk memenuhi kebutuhan tersebut. Penentuan
prioritas respon teknis yang harus diperhatikan dapat dilihat dari
nilai kontribusi prioritas yang
diperoleh. Pada Tabel 5.4 dapat dilihat kontribusi prioritas
tiap-tiap respon teknis yang dapat digunakan untuk pemilihan
tindakan.
Tabel 3.15 Kontribusi Prioritas Respon Teknis
Berdasarkan Tabel 3.13 respon teknis yang harus diperhatikan
sesuai dengan prioritas yaitu:
1. Jenis Bahan
2. Desain Produk
3. Kualitas Bahan
4. Komposisi Bahan
5. Pengolahan Bahan
6. Finishing7. Setting mesin/cetakan/tungku
pembakaran
8. Penggunaan sumber daya
4.4 Matriks HubunganUpaya untuk meningkatkan kualitas dari
suatu produk salah satunya dengan mengetahui hubungan antara
respon teknis yang dimiliki perusahaan dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Hubungan ini sangat penting diperhatikan utnuk
mengetahui seberapa kuat hubungannya. Hubungan antara respon teknis
dan customer needs seperti pada Gambar 4.19 yang memiliki nilai
kuat, antara lain:
Atribut daya tahan/retak dengan komposisi bahan
Prosentase komposisi bahan
memepengaruhi kualitas (daya tahan) kerajinan
keramik. Apabila komposisinya sesuai standar dapat menghasilkan
komposisi yang mudah dihaluskan. Sedangkan apabila komposisinya
tidak homogen dapat mengakibatkan kerajinan keramik mudah rapuh.
Misalnya apabila kelebihan atau kekurangan bahan clay akan
mempengaruhi kekentalan (viskositas).
Atribut daya tahan dan dimensi dengan
setting mesin press sesuai dengan bentuk dan ukuran
Stroke mesin press apabila di setting kurang sesuai akan
menghasilkan struktur body dengan
bahan yang berlapis-lapis, sehingga dapat mengakibatkan daya
tahan kerajinan keramik berkurang. Selain itu, apabila tekanannya
kurang sesuai dapat mempengaruhi kepadatan
badan keramik, sehingga mengakibatkan perubahan variasi
dimensi.
Atribut warna menarik dengan settingparameter temperatur
pembakaran
Parameter tempertur pembakaran harus
disetting dengan benar. Karena, apabila temperature terlalu
tinggi dapat mengakibatkan permukaan menjadi semakin
mengkilat/glose, sehingga warna kerajinan keramik cenderung semakin
lebih kusam (tidak tampak). Sebaliknya apabila temperatur terlalu
rendah dapat mengakibatkan permukaan menjadi lebih kusam, sehingga
warna cenderung lebih mencolok/tajam.
Atribut sisi dengan menyesuaikan kondisi cetakan
Apabila kondisi cetakan tidak baik, maka
hasik cetakan menjadi tidak rata, ukuran tidak tepat dan sisinya
menjadi tidak halus
Atribut motif dengan menyesuaikan proses motif dengan desain
Atribut warna keramik dengan penyesuaian parameter engobe,
gelasir dan pasta
Atribut warna akan mempengaruhi engobe yang bersifat seperti
meni pada cat kayu,
sehingga apabila engobe tidak sempurna dapat mengakibatkan
permukaan menjadi tidak rata dan halus. Sedangkan warna dasarnya
menjadi tidak menonjol. Gelasir dapat mempengaruhi gelap atau
terangnya permukaan dan kekuatan permukaan terhadap goresan. Selain
itu, pasta dapat mempengaruhi sesuai atau tidaknya warna gambar
sesuai yang diinginkan.
4.5 Dampak Lingkungan Kerajinan KeramikPada siklus hidup produk
kerajinan
keramik dapat mengakibatkan dampak terhadap lingkungan. Secara
umum, dampak siklus hidup
produk kerajinan keramik terhadap gangguan kesehatan manusia
berasal dari debu sebesar
52.55% (melalui proses produksi feldspar, kuarsa, dan bahan baku
lainnya). Pada kategori
kualitas ekosistem dapat menimbulkan ketidak seimbangan sebesar
32.83% berasal dari emisi NO x dan sebesar 44.71% berasal dari
distribusi produk jadi. Sedangkan pada kategori sumber daya dapat
menimbulkan kerusakan sebesar
52.79% berasal dari penggunaan gas alam dan
sebesar 32.43% (European Commission, 2007).
4.5.1 Kandungan Bahan BakuBahan baku keramik merupakan
mineral yang banyak mengandung unsur-unsur non- radioaktif
maupun radioaktif yang berasal
dari dalam bumi. Pembuatan keramik secara
langsung maupun tidak langsung berhubungan
ventilasinya. Bahan keramik yang mengandungdengan pekerja
(terutama tangan) mulai dari
228 Th
dan
226 Ra
dalam peluruhannya akanproses pengolahan tanah liat, pembentukan
pola
keramik, pembakaran, penggelasiran hingga
menghasilkan gas radon
222 Rn
dan thoron
pemberian warna.
220 Th
. Gas ini bersifat inerst, toksik, dan
Setiap jenis bahan baku yang digunakan dalam produksi kerajinan
keramik mengandung unsur-unsur yang bersifat non-radioaktif dan
radioaktif, antara lain aluminium (Al), arsenik (As), cobalt (Co),
copper (Cu), lead (Pb), merkuri (Hg), zirconium (Zr), platinum
(Pt), silicon (Si), silver (Ag), sulphur (S), emas (Au), oksigen
(O), nitrogen (N), potassium (K), thorium (Th), dan uranium (U).
Beberapa unsur tersebur digolongkan sebagai logam berat (seperti
Pb, Hg), berbentuk gas (seperti S, O, dan N), bersifat radioaktif
(deret uranium, deret thorium dan potassium-40).
Unsur-unsur yang bersifat radioaktif berasal dari dalam bumi
sejak terbentuknya bumi dan berpotensi memancarkan radiasi
peng-
ion. Terdapat variasi kadar radioaktif alam dalam berbagai jenis
tanah dan batuan.
Tabel 3.16 Kadar Radionuklida
Bahan baku keramik mempunyai kadar
mudah lepas ke lingkungan secara emanasi dari
permukaan keramik. Gas radon dan thoron yang lepass dari keramik
ke lingkungan dapat memberikan potensi radiasi internal melalui
saluran pernapasan
4.5.2 Proses ProduksiProses produksi kerajinan keramik
dapat mengakibatkan dampak lingkungan, antara lain emisi udara,
air, tanah, bising serta
bau. Menurut European Comission dalam dokumen Ceramic
Manufacturing Industry, jenis polusi udara, jumlah polusi udara,
limbah cair dan padat bergantung pada parameter yang berbeda yaitu
penggunaan bahan baku, energi dan teknik produksinya. Analisis
dampak yang ditimbulkan dari proses produksi kerajinan keramik,
yaitu:
Adanya emisi udara
Emisi udara dapat disebabkan oleh emisi gas karbon oksida,
nitrogen oksida, sulfur oksida, florin in-organik, logam berat
yang
dapat mengalami peningkatan akibat proses produksi kerajinan
keramik.
Adanya emisi air
Emisi air dapat disebabkan oleh limbah cair
pada sepanjang siklus hidup kerajinan keramik yang mengandung
bahan mineral dan in- organik.
radionuklida
228 Th
dan
226 Ra
cukup tinggi,
Wasteterutama
40 K
sehingga sangat berpotensi
Waste dapat disebabkan oleh hilangnya
menimbulkan radiasi bagi pekerja.
Terdapat beberapa kemungkinan
terjadinya dampak akibat pengolahan bahan baku keramik, antara
lain radiasi eksternal (di luar tubuh) dan internal (di dalam
tubuh). Radiasi eksternal dapat terjadi pada pekerja kerajinan
keramik yang mengolah bahan baku secara langsung dengan menggunakan
tangan. Selain itu, radiasi internal juga dapat terjadi pada
pekerja kerajinan keramik melalui pencernaan makanan (mulut) dan
saluran pernapasan (hidung). Dampak eksternal dan internal yang
ditimbulkan juga dapat terjadi pada masyarakat melalui produk jadi
kerajinan keramik, misalnya gelas, piring, hiasan rumah dan
sebagainya. Radionuklida alam yang terkandung dalam produk
kerajinan keramik dapat memberikan kontribusi radiasi di dalam
ruangan, terutama ruangan yang kurang
proses yang berasal dari produksi kerajinan
keramik, antara lain residu (sisa) dalam bentuk padat, limbah
kemasan, dan sebagainya.
Konsumsi energi
Dalam produksi kerajinan keramik diperlukan konsumsi energi yang
cukup besar, antara lain penggunaan bahan bakar LPG
(propane dan butana) pada proses pembakaran antara temperatur
800-2000C. Hal ini dapat mengakibatkan emisi senyawa gas (SO x , NO
x , HF, HCl, logam berat) dan berpotensi menimbulkan polusi
udara.
Hal terpenting dalam penerapan lifecycle assessment pada produk
kerajinan keramik adalah pengurangan emisi udara, air; efisiensi
energi; pengurangan penggunaan bahan baku, air; perbaikan dan daur
ulang hilangnya proses atau waste; adanya proses pengolahan limbah
cair yang efektif.
4.5.3 Green HouseProduk kerajinan keramik di sepanjang siklus
hidupnya memberikan dampak lingkungan terutama pada tahap
pengolahan raw material, pengangkutan dan finishing. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis green house untuk dapat
mengetahui parameter dampak lingkungan. Pada Gambar 3.5 menunjukkan
emisi udara menempati prioritas pertama yang memberikan kontribusi
dampak lingkungan sebesar 28.7%, sehingga respon teknis emisi udara
penting untuk di pertimbangkan dalam penentuan perbaikan.
Tabel 3.17 Penanganan Limbah Industri
4.5.4 Cost HouseSemakin meningkatnya industri keramik di
Indonesia menyebabkan permintaan akan bahan bakunya juga meningkat.
Bahan baku
keramik meliputi feldspar, kaolin, kuarsa yang
berasal dari sumber daya alam dengan keterbatasan cadangan. Oleh
karena itu, diperlukan alternatif lain untuk menambah bahan baku
lainnya ke dalam komposisi kerajinan keramik dengan harga yang
relatif murah tanpa mengurangi mutu kerajinan keramik tersebut.
Tabel 3.18 Ketersediaan Bahan Baku Keramik
(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan
Kimia Departemen Perindustrian, 2009)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Heni Dwi Kurniasari (2008)
menghasilkan alternatif penambahan bahan baku kerajinan keramik
yaitu limbah alumina dan sand blasting dalam komposisi kerajinan
keramik, sehingga menghasilkan produk kerajinan keramik ramah
lingkungan (eco-friendly) dan berkelanjutan
(sustainable/renewable). Selain karena harga yang relatif murah,
pemanfaatan limbah sebagai bahan baku dapat meminimalisir jumlah
limbah yang terbuang. Harga limbah alumina dan sand blasting
dibawah harga kaolin, yaitu sebesar Rp.
150/kg sedangkan harga kaolin sebesar Rp.7500/kg. Pada Tabel
4.10 menunjukkan biaya produk 1 unit kerajinan keramik sebesar
Rp. 8.821. Dengan adanya penambahan bahan baku lainnya ke dalam
komposisi produksi kerajinan keramik dapat menghemat biaya sebesar
Rp. 1.613/buah. Semakin banyaknya penggunaan limbah dalam komposisi
kerajinan keramik maka biaya produksi kerajinan keramik semakin
rendah. Biaya yang lebih rendah menunjukkan tingkat efektivitas
dari produksi kerajinan keramik. Selain itu, ditinjau dari aspek
lingkungan penambahan limbah ke dalam komposisi kerajinan keramik
sangat baik karena memberikan nilai tambah pada limbah dan dapat
meminimalisir dampak lingkungan dari pembuangan limbah B3. Akan
tetapi, pemanfaatan limbah ini harus disertai dengan pengolahan
yang baik dan benar, sehingga tidak membahayakan lingkungan. Biaya
terbesar dalam produksi kerajinan keramik terdapat pada biaya
manufaktur. Sedangkan pada produsen hampir tidak terdapat biaya
yang dikeluarkan, sehingga pengurangan biaya dari perubahan
komposisi bahan baku dapat menghasilkan dampak yang signifikan.
4.5.5 Concept Comparison HouseBerdasarkan analisis dampak
lingkungan, biaya, dan lain-lain dilakukan pengembangan produk
kerajinan keramik melalui concept comparison house.
Metode pemilihan produk terbaik diperoleh dari matriks tersebut.
Matiks ini di adopsi dari house of quality yang di dalamnya berisi
kriteria kualitas berdasarkan atas kepuasan dan kebutuhan konsumen,
dampak yang ditimbulkan dan biaya yang terjadi selama siklus
hidupnya.
Dari hasil evaluasi sebelumnya,
dimasukkan ke dalam matriks concept comparison house ini, perlu
dilakukan brainstorming untuk memutuskan produk yg dipilih. Hasil
konsep produk diketahui bahwa terdapat beberapa respon teknis yang
harus diperhatikan sesuai kolom kualitas yang diperoleh dari house
of quality.
Skala yang digunakan untuk member skor berkisar antara 1 sampai
10. Nilai 1 berarti
kualitas produk buruk dan 10 berarti kualitas produk yang baik.
Demikian juga untuk aspek lingkungan dan biaya.
Dari pengolahan concept comparison house tersebut diketahui
hasil kepuasan terhadap
konsep desain baru sangat signifikan disetiap parameter baik
kualitas, biaya dan lingkungan.
4.5.6 Total Quality Environmetal ManagementUsaha kerajinan
keramik merupakan
salah satu usaha yang potensial khususnya di wilayah Jawa Timur.
Kerajinan keramik tidak saja untuk memenuhi kebutuhan di dalam
negeri melainkan menjadi komoditas ekspor ke berbagai negara.
Industri kerajinan keramik mengalami pertumbuhan cukup baik baik
ditinjau dari utilisasi kapasitas maupun perolehan devisa.
Tabel 3.19 Ketersediaan Bahan Baku Keramik
(Sumber: Direktorat Jenderal Industri Agro dan
Kimia Departemen Perindustrian, 2009)
Akan tetapi, saat ini industri kerajinan keramik dihadapkan pada
berbagai tantangan yang diakibatkan dari berbagai hal. antara
lain:
1. Keberlangsungan pasokan bahan baku..
2. Peraturan
3. Kesenjangan kualitas SDM
4. Rendahnya produktivitas
5. Kesenjangan pengetahuan tentang hubungan dengan pasar
internasional
6. Rendahnya inovasi dan pengambangan
produk
Melihat berbagai permasalahan yang
masih dihadapi oleh industri kerajinan keramik dan penurunan
daya saing yang dimiliki oleh industri kerajinan keramik nasional
di pasar ekspor perlu adanya perbaikan sistem manajemen usaha kecil
dan menengah yang melibatkan semua pihak terkait, namun tidak
melupakan komitemen awal dalam menjaga lingkungan.
5. Penutup5.1 KesimpulanKesimpulan dari penelitian
penelitian
ini adalah:
1. Produk kerajinan keramik menghasilkan berbagai dampak baik di
sepanjang siklus hidupnya (mulai raw material hingga disposal)
serta memberikan dampak lingkungan secara luas (perekonomian),
antara lain emisi udara, tanah, rusaknya ekosistem, dan
sebagainya.
2. Atribut yang dipentingkan konsumen
terhadap produk kerajinan keramik berdasarkan prioritas utamanya
adalah
atribut warna menarik, daya tahan (retak), motif, dimensi,
dampak lingkungan dan sisi.
3. Atribut produk kerajinan keramik berdasarkan tingkat kepuasan
konsumen
kerajinan keramik adalah daya tahan (retak), motif, dampak
lingkungan, dimensi, warna menarik, dan sisi.
4. Respon teknis yang harus diperhatikan
UKM berdasarkan prioritas adalah jenis bahan, desain produk,
kualitas bahan, komposisi bahan, pengolahan bahan, finishing,
setting mesin/cetakan/tungku pembakaran, dan penggunaan sumber
daya.
5. Produk kerajinan keramik dengan menggunakan bahan baku
tambahan dapat memenuhi aspek kualitas, lingkungan dan
biaya.
6. Produk kerajinan dengan menggunakan bahan baku tambahan dapat
memberikan nilai tambah pada limbah dan dapat
meminimalisir dampak lingkungan dari pembuangan limbah B3.
Selain itu, alternatif tersebut merupakan terbaik diantara kedua
alternatif yang ada.
5.2 SaranSaran dari penelitian penelitian ini
adalah:
1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat membandingkan beberapa
alternatif kerajinan keramik tidak terbatas pada penambahan bahan
baku lain dalam komposisi kerajinan keramik.
2. Penelitian selanjutnya hendaknya diperbanyak penelitian
terhadap industri kerajinan keramik untuk mengembangkan
industri tersebut terutama UKM sehingga dapat bersaing di pasar
lokal maupun global.
6. Daftar PustakaAfida, Novita. 2008. PeningkatanProduktivitas
Melalui Usaha Waste Reduction Dengan Pendekatan Green Productivity
di PT. Ecco Tannery Indonesia. Laporan Penelitian Jurusan Teknik
Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Akao, Yoji. 1991. Quality Function Deployment : Integrating
Customer Requirements in to Product Design. Productivity Press.
Portland, Oregon
Astuti, Septin. 2004. Evaluasi Konsep Produk Lampu dalam Proses
Desain dan Pengembangan Produk Lmapu dengan Pendekatan Green
Quality Function Deployment II. Tesis Jurusan Teknik Industri.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
Billatos, Samir B. & Basalay, Nadia A.1997. Green Technology
and Design For The Environment. Taylor & Francis, Ltd
Broca, Mita. 2008. A Comparative Analysis ofThe Environmental
Impacts of Ceramic Plates and Biodegradable Plates (Made of Corn
Starch) Using The Life Cycle Assessment Tool. TERI University
Curran, Mary Ann. 1996. EnvironmentalLife Cycle Assessment. Mc
Gaw Hill
De Mendonca, M. & Baxter, T.E. 2001.
Design for The Environment (DFE) AnApproach to Achieve The ISO
14000International Standardization. Environmental Management and
Health., Vol. 12 No. 1, pp. 51-56
Handfield, Robert B., Walton, Steve V., Seegers, Lisa K., dan
Melynk, Steven A.
1997. Green Value Chain Practices in The Furniture Industry.
Journal of Operation Management., Vol. 15.pp 293-
315.an
Largestedt, Jessica., dan Luttropp, Conrad.
2001. Functional Priorities in Eco- Design-Quality Function
Deployment, Value Analysis and Functional Profile.
13 th International Conference On
Engineering Design, ICED, Glasgow
Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. PT
Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta
Ulrich, Karl. T., dan Eppinger, Steven. D.
2001. Perancangan dan PengambanganProduk. Salemba Teknika.
Jakarta
Zhang, Y., Wang, H.-P,. Zhang, C. 1999.
Green QFD-II: Life Cycle Approach for Environmentally Conscious
Manufacturing by Integrating LCA and LCC into QFD Matrices.
International Journal Production Research., Vol. 37, pp
1075-1091
(
2
2