ACARA VI KROMATOGRAFI KERTAS A. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum Acara VI Kromatografi Kertas adalah: a. Untuk mengetahui nilai Rf dari masing-masing sampel baik pada metode kromatografi kertas maupun kromatografi lapis tipis. b. Untuk mengetahui apakah sampel bahan makanan mengandung pewarna makanan, pewarna alami, atau pewarna tekstil. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu memerlukanperhatian yang lebih besar daripada aditif lunak(bland) seperti emulsifier.Pewarna panganalami adalah diekstraksi dan diisolasi dari277tanaman dan hewan yang berbeda yang tidakmemberikan efek yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa pangandalam jumlah tertentu.Pewarna ini memilikikestabilan yang rendah, kurang cerah dan tidakmerata, namun sangat murah.Namun, pewarnasintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah besar memungkinkantoksik dan menyebabkan kanker, deformasi danlain- lain (Sumarlin, 2010). Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.Selain itu warna dari zat pewarna tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas, dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan atau minuman jelas merugikan kesehatan.Hal ini dikarenakan adanya
25
Embed
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ACARA VI
KROMATOGRAFI KERTAS
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Acara VI Kromatografi Kertas adalah:
a. Untuk mengetahui nilai Rf dari masing-masing sampel baik pada metode
kromatografi kertas maupun kromatografi lapis tipis.
b. Untuk mengetahui apakah sampel bahan makanan mengandung pewarna
makanan, pewarna alami, atau pewarna tekstil.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Pewarna kimia didefinisikan sebagai bahan kimia aktif karena itu
memerlukanperhatian yang lebih besar daripada aditif lunak(bland) seperti
emulsifier.Pewarna panganalami adalah diekstraksi dan diisolasi
dari277tanaman dan hewan yang berbeda yang tidakmemberikan efek
yang membahayakan sehingga mereka dapat digunakan dalam beberapa
pangandalam jumlah tertentu.Pewarna ini memilikikestabilan yang rendah,
kurang cerah dan tidakmerata, namun sangat murah.Namun,
pewarnasintetik dan produk metabolitnya jika dikonsumsi dalam jumlah
besar memungkinkantoksik dan menyebabkan kanker, deformasi danlain-
lain (Sumarlin, 2010).
Pewarna sintetik untuk tekstil untuk mewarnai bahan pangan
karena harga zat pewarna untuk tekstil jauh lebih murah dibandingkan
dengan harga zat pewarna untuk pangan.Selain itu warna dari zat pewarna
tekstil biasanya lebih menarik. Di Indonesia, dari hasil uji beberapa jenis
bahan makanan oleh BPOM telah ditemukan kandungan bahan berbahaya
dalam bahan makanan, antara lain rhodamin B (pewarna tekstil, kertas,
dan cat) dan methanol yellow. Penggunaan pewarna tekstil pada makanan
atau minuman jelas merugikan kesehatan.Hal ini dikarenakan adanya
residu logam berat dalam makanan atau minuman tersebut
(Liedyawati, 2013).
Pemakaian zatwarna yang berasal dari tanaman dan hewan ini
telahbanyak dilakukan oleh para pengrajin tenun ikat, namunyang paling
banyak digunakan adalah yang berasal daridaun tanaman yang diperoleh
dari hutan.Pemanfaatan pewarna alami dalam pembuatan kain tenun ikat
ini lebihdigemari daripada pewarna sintetik karena dapatmemberikan
keistimewaan tersendiri.Selain itu,penggunaan pewarna alami dapat
memberikanbeberapa keuntungan, karena tidak toksik terhadap kulit,lebih
murah dan tahan lama(Ati, 2006).
Warna merupakan salah satu unsur sensoris yang penting untuk
makanan.Pada pengolahan bahan makanan, pewarna sering ditambahkan
untuk memperkuat warna asli makanan.Pewarna makanan yang digunakan
sebaiknya adalah pewarna alami. Berkaitan dengan perlunya pemakaian
pewarna makanan alami, tim pengabdian kepada masyarakat turut
berperan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan
pewarna makanan alami dan mengajarkan cara-cara membuat pewarna
alami (Alaudin, 2005).
2. Tinjauan Teori
Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling
murah dan memakai peralatan paling dasar ialah kromatografi lapis tipis
preparatif (KLTP).Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan dalam
jumlah gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram.
KLTP bersama-sama dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai
dalam sebagian besar publikasi mengenai isolasi bahan alam, terutama dari
laboratorium yang tidak dilengkapi dengan cara pemisahan modern.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan
penyerap terhadap kualitas pemisahan tetapi ketebalan yang paling sering
dipakai ialah 0,5-2 mm. Ukuran pelat kromatografi biasanya 20 x 20 cm
atau 20 x 40 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran pelat sudah
tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLTP.
Penyerap yang paling umum ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan
campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.Untuk
pembuatan lapisan tanpa retak dianjurkan memakai penyerap niaga yang
tersedia. Ukuran partikel dan porinya kurang lebih sama dengan ukuran
tingkat mutu KLT. Pelat KLTP dapat dibuat sendiri atau dibeli dengan
sudag terlapisi penyerap (biasanya disebut pelat siap pakai atau pelat
pralapis).Keuntungan membuat pelat sendiri ialah bahwa ketebalan dan
susunan lapisan dapat kita atur sendiri.Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri
(heksana, diklorometana, etil asetat), karena jika pelarut kurang atsiri
terjadi pelebaran pita.Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%.Cuplikan
ditotolkan berupa pita yang harus sesempit mungkin karena pemisahan
bergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan tangan
(pipet) tetapi lebih baik dengan penotol otomatis (camag, desaga, dsb).
Untuk pita terlalu lebar, dapat dilakukan pemekatan dengan cara
pengembangan memakai pelarut polar sampai kira-kira 2 cm di atas
tempat penotolan. Kemudian pelat dikeringkan dan dielusi dengan pelarut
yang diinginkan.Pelat pralapis khusus dengan daerah pemekatan dapat
dibeli (Hostettmann, dkk, 1995).
Teori kolom kromatografi cair secara kualitatif akan membantu
dalam mengoptimumkan pemisahan. Penguasaan teori kolom KC akan
bermanfaat pula dalam memahami pentingnya beberapa ciri rancangan dan
pertelaan yang mencirikan alat kromatografi. Pemisahan secara
kromatografi yang berhasil baik berkaitan dengan mengkompromikan
daya pisah kromatografi, beban cuplikan, dan waktu analisis atau
kecepatan seperti digambarkan dalam segitiga kromatografiwan.Tujuan
kromatografi ialah memisahkan komponen cuplikan dalam waktu yang
masuk akal, menjadi pita atau puncak, ketika cuplikan itu bergerak melalui
kolom. Daya pisah, R, antara dua puncak dapat diukur secara kuantitatif
seperti:
R = =
(Johnson dan Stevenson, 1991).
Pemisahan suatu campuran ke dalam komponen-komponen mereka
penting dalam semua cabang kimia dan tak kalah penting dalam banyak
bidang lain dimana teknik-teknik kimia dipergunakan dalam memecahkan
masalah-masalah yang sangat beraneka. Dengan memanfaatkan metode
kromatografi, pemisahan dalam banyak kasus dicapai dengan jauh lebih
cepat dan efektif daripada sebelumnya, dan banyak pemisahan berhasil
secara rutin yang tak akan pernah diusahakan dengan teknik lain
sebelumnya (Day, 2005).
Kromatografi lapis tipis digunakan secara luas untuk analisa
kualitatif atau pemisahan campuran dalam jumlah yang kecil. Analisa ini
bekerja berdasarkan pada distribusi fasa cair-padat. Sebagai fasa padat
berupa lapisan tipis bubur alumina atau silica gel yang menempel pada
permukaan selembar lempeng kaca, sedangkan sebagai fasa cairnya adalah
eluen yang digunakan untuk membawa zat yang diperiksa bergerak
melalui fasa padat (Husni, dkk, 2008).
Kromatografilapis tipis (KLT) adalah teknikkromatografiyang