BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rasa Gatal2.1.1 Fisiologi Rasa Gatal
Gambar 2.1 Menggaruk tangan yang gatal
Gatal (Latin: pruritus) adalah adalah sensasi yang menyebabkan
keinginan atau refleks untuk menggaruk. Ilmu pengetahuan modern
menunjukkan bahwa gatal memiliki banyak kesamaan dengan nyeri,
yaitu keduanya merupakan rasa sensoris yang tidak nyaman. Namun
keduanya menghasilkan respon yang berbeda, nyeri memiliki respon
penarikan sementara gatal menyebabkan refleks untuk menggaruk.
(Elvina, 2011)Gatal dapat terjadi secara lokal maupun akut, gatal
pada suatu area yang sudah terjadi lebih dari enam minggu disebut
pruritus kronis. Gatal menyebabkan rasa tidak nyaman, pada kasus
yang berat gatal dapat menyebabkan terganggunya tidur, rasa
gelisah, dan depresi. Garukan yang dilakukan secara terus menerus
untuk mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit dan dapat mengurangi
keefektifan kulit sebagai lapisan pelindung.
2.1.2 Penyebab Rasa Gatala. Pruritus lokalPruritus lokal adalah
pruritus yang terjadi terbatas pada area tertentu tubuh. Beberapa
penyebab pruritus lokal: Kulit kepala : Seborrhoeic dermatitis,
kutu rambut Punggung : Notalgia paraesthetica Lengan :
Brachioradial pruritus Tangan : Dermatitis tangan
Gambar 2.3 Notalgia ParaestheticaGambar 2.2 Dermatitis
Gambar 2.4 Seborrhoeic Dermatitis
b. Gangguan sistemik Gangguan ginjal seperti Gagal ginjal kronik
Gangguan hati seperti Obstruksi biliaris intrahepatika atau
ekstrahepatika Endokrin/Metabolik seperti Diabetes,
hipertiroidisme, Hipoparatiroidisme, dan Myxoedema Gangguan pada
Darah Defisiensi seng (anemia), Polycythaemia, Leukimia limfatik,
dan Hodgkin's disease.c. Gangguan pada kulitPenyebab pruritus yang
berasal dari gangguan kulit sangat beragam. Beberapa diantaranya,
yaitu dermatitis kontak, kulit kering, prurigo nodularis,
urtikaria, psoriasis, dermatitis atopic, folikulitis, kutu,
scabies, miliaria, dan sunburn.
Gambar 2.5 Sunburn
d. Pajanan terhadap factor tertentuPajanan kulit terhadap
beberapa factor, baik berasal dari luar maupun dalam dapat
menyebabkan pruritus. Faktor yang dimaksud adalah allergen atau
bentuk iritan lainnya, urtikaria fisikal, awuagenic pruritus,
serangga, dan obat-obatan tertentu (topical maupun sistemik;
contoh: opioid, aspirin).e. Hormonal2% dari wanita hamil menderita
pruritus tanpa adanya gangguan dermatologic. Pruritus gravidarum
diinduksi oleh estrogen dan terkadang terdapat hubungan dengan
kolestasis. Pruritus terutama terjadi pada trimester ketiga
kehamilan, dimulai pada abdomen atau badan, kemudian menjadi
generalisata. Ada kalanya pruritus disertai dengan anoreksi,
nausea, dan muntah. Pruritus akan menghilang setelah penderita
melahirkan. Ikterus kolestasis timbul setelah penderita mengalami
pruritus 2-4 minggu. Ikterus dan pruritus disebabkan oleh karena
terdapat garam empedu di dalam kulit. Selain itu, pruritus juga
menjadi gejala umum terjadi menopause.f. PsikologisPruritus lokal,
terutama pruritus anogenital, adalah manifestasi umum dari
kecemasan kronik, walaupun kandidosis dan faktor lainnya harus
dieksklusikan. Parasitophobia merupakan kasus yang cukup serius.
Pasien terus menerus menganggap dirinya terkena infeksi kulit
walaupun pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya parasit.
Manifestasi klinis pada pruritus akibat gangguan psikologis adalah
tampak lebih sedikit efek garukan dan tidak dijumpai gangguan
tidur.
2.1.3 Jenis PruritusMenurut Twcross, jenis penyebab pruritus
dapatdigolongkan menjadi:1. PruritoseptiveGatal yang berasal dari
kulit dikarenakan adanya inflamasi, kulit kering, atau penyakit
kulit. Contohnya serosis, urticaria, gigitan serangga, dan
scabies.2. Neuropathic ItchGatal neuropatik telah didefinisikan
sebagai gatal diawali atau disebabkan oleh lesi primer atau
disfungsi pada setiap titik sepanjang jalur aferen dari sistem
saraf. Karakteristik gatal neuropatik yang membedakannya dari
bentuk-bentuk gatal termasuk asosiasi dengan gejala sensorik lain
dalam distribusi dermatoma dan adanya kerusakan saraf lainnya,
termasuk kerusakan motorik atau kerusakan otonom.3. Neurogenic
ItchGatal juga bisa timbul dari sistem saraf pusat. Contoh dari
gatal neurogenik adalah pruritus yang disebabkan oleh kolestasis.
Kolestasis terjadi ketika empedu tidak dapat mengalir dari hati ke
usus - yang ada banyak alasan, terutama gangguan hepatobilier.
Akibatnya, garam empedu menumpuk di jaringan dan darah, yang dapat
bertindak pada saraf di otak. Diperkirakan bahwa garam-garam ini
meniru efek dari opioid seperti morfin (dan memang, salah satu efek
samping dari morfin gatal) dan reseptor pada sel-sel saraf di otak
mendeteksi garam, yang kemudian menghasilkan sensasi gatal.
4. Psychogenic ItchPsikogenik gatal berhubungan dengan kelainan
psikologis misalnya, gatal pada gangguan obsesif kompulsif,
depresi, dan delusi parasitosis. Meskipun tidak ada studi
terkontrol telah dilakukan untuk pengobatan neuropatik dan
psikogenik gatal, obat yang merupakan bagian dari armentarium
pengobatan untuk nyeri neuropatik, depresi, dan kecemasan tampaknya
efektif.
2.2 Rasa Geli2.2.1. Fisiologi Rasa Geli
2.6 Seorang anak menggelitik adiknya
Geliadalah reaksi fisiologis yg definisinya 'tidak dapat
dikendalikan otak'. Kita sama sekali tidak bisa mengatur 'perasaan'
geli ini. Entah itu intensitasnya, dimulai dan diakhirinya, dll.
Geli termasuk sistem somatosensori dalam tubuh kita, yaitu suatu
sistem indra yang mendeteksi pengalaman yang disebut sentuhan atau
tekanan, suhu (hangat atau dingin), sakit (termasuk gatal dan
geli), termasuk juga propriosepsi (sensasi pergerakan otot) serta
posisi persendian seperti postur, pergerakan, visera dan ekspresi
wajah. Perasa visera terkait dengan informasi indra dari dalam
tubuh seperti sakit perut. Sentuhan dapat dianggap sebagai salah
satu dari lima indra manusia,meskipun sewaktu seseorang menyentuh
sesuatu atau seseorang, berbagai perasaan dapat timbul: persepsi
tekanan (bentuk, kelembutan, tekstur, getaran, dll), suhu relatif,
dan kadang nyeri. Dengan demikian, istilah "sentuhan" biasanya
merupakan kombinasi dari berbagai indra.Efek yang ditimbulkan
biasanya tertawa. Tapi yang sesungguhnya terjadi adalah peningkatan
denyut nadi dan tekanan darah, atau kita menjadi waspada atau
cemas. Cemas inilah penyebab rasa geli itu. Otak akan menanggapi
rangsangan tersebut sebagai 'ancaman' atau 'gangguan'. Rasa cemas
ini bisa menjadi berbahaya karena rasa geli yang konstan akan
mengakibatkan rasa tidak nyaman. Knismesis dan gargalesis adalah
istilah ilmiah yang diciptakan pada tahun 1897 oleh psikolog G.
Stanley Hall dan Arthur Allin untuk menggambarkan dua jenis
menggelitik. Knismesis mengacu pada jenis menggeltik ringan. Jenis
menggelitik ini umumnya tidak menyebabkan tawa dan sering disertai
dengan sensasi gatal .Gargalesis mengacu pada menggelitik yang
menyebabkan tertawa keras dan melibatkan aplikasi yang diulang
dengan tekanan tinggi ke daerah sensitive geli.
2.2.2 KnismesisFenomena knismesis disebabkan oleh rangsangan
ringan pada bagian sensitif dari tubuh, dan bisa dipicu oleh
sentuhan ringan atau oleh arus listrik ringan. Knismesis juga bisa
dipicu oleh serangga atau parasit, menyebabkan kita menggaruk .
Dalam teorinya, knismesis berfungsi sebagai pelindung kulit,
memperingatkan kita ada benda asing pada tubuh. Sensasi knismesis
diterima oleh neuran yang merespon rasa nyeri dan sentuhan,
sehingga jika salah satu neuron rusak, rasa geli masih dapat
direspon namun dalam intensitas rendah. Anda dapat menginduksi
sensasi knismesis pada diri sendiri dengan menggosokan lidah pada
atap mulut Anda.
2.7 Knismesis
2.2.3 GargalesisGargalesis hampir sama dengan knismesis, namun
gargalesis melibatkan menggelitik dengan intensitas yang lebih
tinggi dari knismesis. Hanya ada beberapa tempat di tubuh manusia
yang peka terhadap rangsangan gargalesis, diantaranya ketiak,
telapak kaki, leher, dan lutut. Ada beberapa teori yang
mengemukakan bahwa gargalesis adalah sebagai mekanisme pertahanan
karena sebagian area yang peka terhadap rangsangan geli adalah area
yang rentan cedera. Teori lain juga berpendapat bahwa gargalesis
berdasar pada kebutuhan untuk menjalin koneksi social dengan
manusia lain.
2.8 Gargalesis
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Mekanisme Rasa GatalSampai saat ini neurofisiologi rasa
gatal masih belum jelas. Terdapat 3 teori yang diajukan untuk
menerangkan mekanisme rasa gatal, yaitu :1. Teori SpesifisitasTeori
ini menyatakan bahwa terdapat suatu kelompok sel saraf sensoris
yang hanya memberikan respon terhadap stimuli pruritogenik. Teori
ini didukung oleh bukti-bukti adanya serabut saraf C spesifik untuk
rasa gatal yang menghantarkan rangsang rasa gatal dari perifer ke
sentral dan terdapatnya sel saraf yang sensitive terhadap histamine
pada traktus spinonatalikus. Eksperimen pada awal 1980 mendapatkan
bahwa peningkatan intensitas rasa gatal menginduksi rasa gatal yang
lebih hebat tetapi tidak menyebabkan nyeri. Hal ini memperkuat
teori bahwa rasa gatal dan nyeri adalah sensasi yang terpisah yang
disalurkan melalui jaras yang berbeda2. Teori IntensitasTeori ini
mengatakan bahwa perbedaan intensitas stimulus berperan penting
pada aktivasi serabut saraf. Intensitas stimulus yang rendah akan
mengaktivasi serabut saraf rasa gatal, sedangkan peningkatan
intensitas stimulus akan mengaktivasi serabut saraf nyeri.
Kelemahan teori ini adalah perangsangan dengan stimulus noksius
(termal dan mekanik) pada dosis ambang rangsang tidak menimbulkan
rasa gatal. Pemeriksaan mikroneurografi juga tidak dapat
membuktikan kebenaran teori ini. Pengobatan yang menghambat nyeri
tidak dapat menghambat rasa gatal melainkan malah sebaliknya,
menyebabkan rasa gatal. 3. Teori SelektivitasTeori ini menyatakan
bahwa terdapat suatu kelompok nosiseptor aferen yang secara
selektif memberikan respon terhadap stimulus pruritogenik. Kelompok
nosiseptor ini memiliki hubungan sentral yang berbeda dan
mengaktifkan sel saraf yang berbeda pula. Teori ini didukung oleh
penemuan yang mendapatkan bahwa stimulus mekanik, termal dan kimia
noksius dengan memakai bradikinin lebih nyata menginduksi rasa
gatal daripada nyeri pada penderita gatal kronis. (Elvina,2011)
3.1.1 Pruritoceptive Gatal pada kulit dikenal sebagai
pruritoceptive, dan dapat disebabkan oleh berbagai rangsangan,
termasuk mekanik, kimia, termal dan stimulasi listrik . Neuron
aferen utama yang bertanggung jawab pada gatal yang diinduksikan
oleh histamine adalah serabut-C yang tidak bermyelin. Ada dua kelas
utama nociceptors C - serat pada manusia , yaitu nociceptors
mechano - responsif dan nociceptors mekano - sensitif . Nociceptors
mekano - responsif telah ditunjukkan dalam studi untuk menanggapi
sebagian besar nyeri dan reseptor mekano - sensitif merespon
sebagian besar gatal yang disebabkan oleh histamin . Namun itu
tidak menjelaskan secara mekanis gatal ynag diinduksioleh mekanik
atau gatal yang melibatkan histamin . Oleh karena itu mungkin bahwa
serat saraf pruritoceptive memiliki kelas yang berbeda dari serat
saraf pada umumnya. Sensitivitas terhadap rangsangan pruritus
tersebar merata pada kulit dan memiliki distribusi tempat jelas
dengan kepadatan mirip dengan rasa sakit. Zat yang berbeda yang
menimbulkan gatal pada injeksi intrakutan (injeksi dalam kulit)
menimbulkan rasa sakit hanya ketika disuntikkan subkutan (di bawah
kulit). Secara keseluruhan , sensasi gatal dimediasi oleh A - delta
dan C nociceptors terletak di lapisan paling atas dari kulit.
3.1.2 Jaras Sensoris KulitPada kulit, terdapat ujung saraf bebas
yang merupakan reseptor nyeri (nosiseptor). Ujung saraf bebasnya
bisa mencapai bagian bawah epidermis. Ujung saraf bebas terbagi
menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A bermielin yang
merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak bermielin. Serabut
saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan polimodal
nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan
serabut saraf yang merespon terhadap semua jenis stimulus mekanik
dan kimiawi. Sedangkan mekanoinsensitif tidak merespon terhadap
stimulus mekanik, namun memberi respon terhadap stimulus kimiawi.
Sekitar 5% dari mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu
reseptor yang menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh
histamine. Serabut saraf A merupakan penghantar sinyal saraf yang
cepat. Kecepatan hantarannya mencapai 30m/detik. Sedangkan serabut
saraf C merupakan penghantar sinyal saraf yang lambat. Kecepatan
hantarannya hanya 12m/detik, terlebih lagi pada serabut saraf C
mekanoinsensitif yang hanya 0,5m/detik. Hal ini menjelaskan mengapa
seseorang dapat merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus
terjadi. Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas.
3.1 Neurofisiologi GatalGatal dapat timbul apabila pruritoseptor
terangsang dan reseptor lainnya tidak terangsang. Tidak mungkin
pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor sekalgus yang
terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang,
seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat
untuk menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan
terangsang sehingga pruritoseptor akan berhenti terangsang. Hal ini
memberikan penjelasan mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya
yang gatal, maka rasa gatal akan menghilang. Setelah garukan
dihentikan, yang artinya polimodal nosiseptor berhenti terangsang,
pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali terangsang sehingga
gatal akan timbul kembali. Polimodal nosiseptor juga dapat
menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang labelnya kasar akan
menimbulkan sensasi gatal.Stimulus pada serabut saraf C melalui
ganglion dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi
kontralateral dan masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju
thalamus dan akhirnya mencapai korteks serebri sensori.
3.1.3 Refleks Menggaruk
3.2 MenggarukDengan rasa sakit, mudah untuk melihat mengapa ada
refleks penarikan. Nyeri ini disebabkan oleh sesuatu yang
berbahaya, misalnya, secangkir teh yang sangat panas. Tetapi
refleks awal terkait dengan gatal mungkin telah berkembang sebagai
akibat dari kutu dan parasit pada kulit, dan setiap sensasi pada
kulit yang disebabkan oleh parasit ini akan menyebabkan orang untuk
menggaruk di daerah untuk menghilangkan iritasi. Ada teori lain
yang menyebutkan bahwa gatal berkembang sebagai hasil produksi
histamin yang disebabkan oleh alergen, goresan tubuh dalam upaya
untuk menghilangkan allergen.Refleks menggaruk masih belum
diketahui secara pasti karena menggunakan bagian otak yang berbeda
dan tampaknya tidak dilokalisasi. Para peneliti masih menemukan
mengapa refleks awal dihentikan setelah menggaruk, apakah sebagai
akibat dari neuron sensorik yang dinonaktifkan atau dihambat, atau
itu harus dilakukan karena otak memutuskan gatal akan hilang
setelah digaruk, atau keduanya? Tidak ada yang benar-benar
yakin.Satu hal yang pasti, bagaimanapun, adalah bahwa neuron yang
memberikan stimulus untuk sensasi gatal hanya terletak di kulit,
khususnya terkonsentrasi di sekitar lapisan sel basal (bagian dari
epidermis paling dekat dengan dermis). Akibatnya, gatal tidak
pernah dirasakan di dalam tubuh.
3.1.4 Siklus Gatal dan Menggaruk
3.3 Siklus Gatal dan MenggarukSebuah stimulus awal, mungkin
debu, mengganggu neuron sensorik menyebabkan refleks awal. Sebagai
hasil dari menggaruk, banyak saraf yang teriritasi, menyebabkan
sensasi gatal untuk menyebar. Sayangnya, meskipun menggaruk dapat
melegakan, sebagai akibat dari dopamin (neurotransmitter) yang
dikeluarkan, dini apat menyebabkan "kecanduan" terhadap menggaruk,
yang dapat menyebabkan kronis menggaruk dan eskoriasi kulit.
3.2 Mekanisme GeliMekanisme syaraf yang bertanggung jawab pada
rangsangan sensasi geli tidak terpeta secara jelas, namun
kemungkinan rangsangan geli diterima oleh syaraf nyeri dan
sentuhan. Respon terhadap knismesis bergantung pada syaraf
sentuhan, sedangkan respon terhadap gargalesis bergantung pada
syaraf nyeri. Endorphine dilepaskan selama menggelitik juga disebut
karoliin, yang dinamai dari Institut Karolinska. Pada tahun 1939 ,
Yngve Zotterman dari Karolinska Institute, mempelajari jenis
knismesis dari menggelitik seekor kucing, dengan mengukur potensial
aksi yang dihasilkan dalam serat saraf sementara membelai dengan
lembut kulit kucing dengan sepotong kapas . Zotterman menemukan
bahwa "menggelitik" bergantung sebagian pada saraf yang
menghasilkan rasa sakit. Penelitian lebih lanjut telah menemukan
bahwa ketika saraf nyeri terputus oleh dokter bedah ,dalam upaya
untuk mengurangi rasa sakit keras, respon menggelitik juga
berkurang. Namun, pada beberapa pasien yang telah kehilangan
sensasi rasa sakit akibat cedera tulang belakang, beberapa aspek
dari respon menggelitik tetap ada. Tickle mungkin juga tergantung
pada serat saraf yang berhubungan dengan indra peraba. Bila
sirkulasi terputus di anggota tubuh, respon terhadap sentuhan dan
menggelitik hilang terlebih dahulu hilangnya sensasi nyeri.
BAB IVPENUTUPAN
4.1 Kesimpulan1. Gatal merupakan sensasi yang menyebabkan
seseorang ingin menggaruk area yang dirasakan gatal, sensasi gatal
dihantarkan oleh serabut C tidak bermielin melalui ganglion dorsal
menuju thalamus hingga sampai di korteks serebri sensoris.2. Geli
adalah reaksi fisiologis yang tidak dapat dikendalikan otak.
Terdapat dua jenis menggelitik, yaitu knismesis dan gargalesis.
Sensasi geli diterima oleh syaraf nyeri dan indra peraba.
4.2 Saran1. Sedikitnya sumber yang membahas tentang fisiologi
dari gatal dan geli menunjukkan bahwa kedua sensasi ini tidak
terlalu dipertimbangkan dalam penelitian, padahal sensasi gatal dan
geli merupakan aspek penting dalam fisiologi manusia.2. Kurang
jelasnya jalur syaraf penerima sensasi gatal dan geli.
3