Top Banner
Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Makalah yang berjudul “Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa” ini berisi mengenai analisis dari fenomena mogok kerja yang dilakukan oleh Satpam Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karna itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat menjadi masukan untuk perbaikan karya ini. Bandung, 18 Oktober 2011 Penulis
41

Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Jul 29, 2015

Download

Documents

gyabon
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat

dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Makalah yang berjudul “Isu

Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa” ini

berisi mengenai analisis dari fenomena mogok kerja yang dilakukan oleh Satpam

Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis

menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karna itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik yang dapat menjadi masukan untuk perbaikan

karya ini.

Bandung, 18 Oktober 2011

Penulis

Page 2: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seperti yang telah kita ketahui, pada tanggal 3 Maret 2011, telah terjadi

suatu peristiwa di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),

dimana para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi yang menuntut kebijakan

parkir berbayar. Mahasiswa merasa keberatan dan menolak kebijakan mengenai

adanya parkir berbayar tersebut. Menurut para mahasiswa, pemberlakuan tarif

parkir sangat memberatkan, apalagi tidak ada jaminan keamanan kendaraan yang

mereka parkirkan. Untuk kendaraan roda dua dikenakan tarif Rp. 1.000,00

sedangkan roda empat Rp. 2.000,00. Pemberlakuan tarif IMK (Izin Masuk

Kampus—istilah yang disampaikan para satpam untuk biaya perparkiran) ini

untuk membatasi jumlah kendaraan yang masuk ke Universitas Pendidikan

Indonesia dan membudayakan jalan kaki di kampus. Beberapa hari kemudian,

pada tanggal 8 Maret 2011 terjadi juga sebuah peristiwa yang terjadi di tempat

yang sama, di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia dimana

terjadi pemogokan kerja yang dilakukan oleh para satpam selama kurang lebih

dua hari. Para satpam menarik diri dari pekerjaan yang biasa mereka lakukan

dengan cara tidak menjaga gerbang masuk kendaraan, tidak memasang rambu-

rambu dan tidak ada kehadiran yang menandakan adanya aktivitas dari para

satpam.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah benar pemogokan kerja merupakan bentuk respon dari adanya aksi

demonstrasi yang dilakuan oleh para mahasiswa seperti spekulasi

kebanyakan orang?

Page 3: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

2) Apa yang sesungguhnya melatarbelakangi aksi mogok kerja yang

dilakukan oleh para satpam?

1.3 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui motif yang melatarbelakangi aksi pemogokan kerja yang

dilakukan oleh para satpam.

2) Mengetahui hubungan antara aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa

dengan aksi pemogokan kerja yang dilakukan satpam.

3) Mengungkap apa yang sebenarnya terjadi antara mahasiswa dan satpam

berdasarkan peristiwa tersebut.

Page 4: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Satuan Pengamanan (Satpam)

Satpam yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan, adalah satuan

kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk

melakukan keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan

keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya. Kepolisian Negara Republik

Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam

mengemban fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan

secara resmi dibentuk pada 30 Desember 1980 melalui surat keputusan kepala

kepolisian negara.

1. Peranan Satpam

Dalam pelaksanaan tugasnya, anggota Satpam berperan sebagai

Unsur Pembantu Pimpinan institusi/proyek/badan usaha di bidang

keamanan dan ketertiban lingkungan kerja.

Unsur Pembantu Kepolisian Negara di bidang penegakan hukum dan

waspada keamanan (security minded) di lingkungan kerjanya.

Kegiatan seorang petugas Satpam lazim terdiri dari sebagai berikut:

Mencegah dan deteksi dini penyusup, kegiatan atau orang yang masuk

secara tak sah, vandalisme atau penerobos/peloncat pagar di wilayah kuasa

tempat perusahaan (teritoir gebied/ruimte gebied)

Page 5: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Mencegah dan deteksi dini pencurian, kehilangan, penyalahgunaan atau

penggelapan perkakas, mesin, komputer, peralatan, sediaan barang, uang,

obligasi, saham, catatan atau dokumen atau surat-surat berharga milik

perusahaan

Melindungi (pengawalan) orang terhadap bahaya fisik

Melakukan kontrol/pengendalian, pengaturan lalu lintas (orang, kendaraan

dan barang) untuk menjamin perlindungan aset perusahaan

Melakukan upaya kepatuhan, penegakan tata tertib dan menerapkan

kebijakan perusahaan, peraturan kerja dan praktik-praktik dalam rangka

pencegahan tindak kejahatan

Melapor dan menangani awal (TPTKP) terhadap pelanggaran

Melapor dan menangani kejadian dan panggilan/permintaan bantuan

Satpam, termasuk konsep, pemasangan dan pemeliharaan sistem alarm.

2. Perlengkapan Satpam

Kegiatan seorang petugas Satpam terdiri dari pengaturan, penjagaan,

pengawalan dan patroli. Sesuai dengan sifat, lingkup tugas, dan ancaman terhadap

lingkungan kerjanya, seperti bank, objek vital, kantor bendahara, anggota Satpam

dapat dilengkapi dengan senjata api berdasarkan izin kepemilikan senjata api yang

diberikan oleh kepala kepolisian negara.

Jenis dan kaliber senjata yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Senjata api bahu, jenis senapan penabur dengan kaliber 12 GA

Senjata api genggam, jenis pistol atau jenis revolver ; kaliber 0.32 inch;

kaliber 0.25 inch; kaliber 0.22 inch

Izin kepemilikan senjata api pada suatu instansi/proyek/badan usah

dibatasi pada 1/3 kekuatan satuan pengamanan yang bertugas, tidak lebih dari 15

pucuk senjata api serta maksimal 3 magazen/silinder untuk setiap pucuk senjata

Page 6: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

api. Agar dapat menunjukkan kinerja efektif, seorang petugas Satpam perlu

perlengkapan kerja:

Buku saku lapangan dan alat tulis untuk mencatat kegiatan, orang dan

barang yang patut dicurigai

Senter untuk perondaan malam atau patroli di wilayah yang minim

pencahayaan

Alat komunikasi menjalin komunikasi dengan petugas keamanan lain atau

meminta bantuan ketika keadaan darurat (telepon seluler atau radio

FRS/GMRS atau radio trunking)

Alat pelindung diri ketika bekerja di kawasan tertentu (safety helm, safety

shoes, jas hujan)

Seragam atai pakaian dinas sesuai dengan regulasi yang berlaku.

2.1.2 Demonstrasi

1. Definisi Demonstrasi

Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang

dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan

untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang

dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya

penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.

Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang

menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan

perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-

kelompok lainnya dengan tujuan lainnya. Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan

pengrusakan terhadap benda-benda. Hal ini dapat terjadi akibat keinginan

menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang berlebihan.

Page 7: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

2. Ketentuan dan Tata Cara Demonstrasi

Penyampaian Pendapat di Muka Umum disampaikan di tempat terbuka

dan tidak membawa yang dapat membahayakan keselamatan umum. Syarat-syarat

penyampaian pendapat di muka umum diberitahukan kepada Polri yang memuat :

Maksud dan tujuan

Lokasi dan route

Waktu dan lama Pelaksanaan

Bentuk

Penanggung jawab / Korlap (Koordinator Lapangan)

Nama dan alamat organisasi, kelompok dan perorangan

Alat peraga yang digunakan

Jumlah peserta

Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum

disampaikan secara tertulis selambat-selambatnya 24 jam sebelum pelaksanaan.

Setelah menerima pemberitahuan tentang kegiatan penyamapaian pendapat di

Muka Umum polri wajib :

Memberikan surat tanda terima pemberitahuan

Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat

di Muka Umum

Melakukan koordinasi dengan pimpinan, instansi / lembaga yang menjadi

tujuan penyampaian pendapat

Mempersiapakan pengamanan tempat lokasi dan route yang dilalui.

Bertanggung Jawab untuk melindungi para peserta penyampaian pendapat

di muka umum

Bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Pengamanan.

Page 8: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Sanksi- sanksi yang diperoleh apabila tidak sesuai dengan ketentuan antara

lain:

Dibubarkan bila tidak memenuhi dengan ketentuan

Perbuatan melanggar hukum di kenakan sanksi hukuman sesuai dengan

ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

Penanggung Jawab melakukan tindak pidana, di pidana sesuai dengan

ketentuan Perundang- undangan yang berlaku ditambah sepertiga dari

pidana pokok.

Barang siapa dengan kekerasan/ancaman menghalangi penyampaian

pendapat di muka umum di pidana penjara paling lama 1 ( satu ) Tahun.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Teori Stimulus Respon

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal

dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Menurut Pavlov dalam

teori conditioning belajar, suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya

syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk

menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu.

Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-

latihan yang terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar

yang terjadi secara otomatis.

Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga

tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan

atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-

perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. Proses belajar yang

digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara

stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B.

Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia

Page 9: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian

dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning

untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli

psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara

otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan

pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang

diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang

disajikan mirip dengan metode dengar ucap.

Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini menganggap bahwa

belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi

dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan.

Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia

tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya

sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi

apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau

dihubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat

diterima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai

skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada abak-anak

kecil.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov menghasilkan hukum-hukum

belajar, diantaranya :

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.

Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya

berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan

meningkat.

2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.

Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu

didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya

akan menurun.

Page 10: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

2.2.2 Teori Motivasi Abraham Maslow: Teori Hirarki Kebutuhan

Maslow menyusun teori motivasi manusia, di mana variasi kebutuhan

manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki. Dalam teori ini setiap jenjang

kebutuhan dapat dipenuhi hanya jika jenjang sebelumnya telah terpuaskan.

Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut adalah kebutuhan

fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging

and love), kebutuhan harga diri (self esteem), dan kebutuhan aktualisasi diri.

Salah satu dari lima kebutuhan menurut Maslow adalah kebutuhan akan

rasa aman (safety). Sesudah kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncul

kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,

kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan akan keamanan adalah

kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Jika kebutuhan fisiologis adalah

pertahanan hidup jangka pendek maka kebutuhan keamanan adalah pertahanan

jangka panjang.

Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi dalam bentuk menangis

dan berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar atau perlakuan yang dirasa

sebagai sumber bahaya. Pada masa dewasa kebutuhan rasa aman berwujud dalam

berbagai bentuk:

1. Kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap, tabunagn dan asuransi, dan

memperoleh jaminan masa depan.

2. Praktek beragama dan keyakinan filasafat tertentu yang membant orang

untuk menorganisir dunianya menjadi lebih bermakna dan seimbang.

3. Pengungsian pada manusia yang mengalami dampak perang, bencana

alam, atau kerusuhan ekonomi.

2.2.3 Norma Sosial dan Pengaruh Sosial

Dalam suatu lingkungan pasti ada sebuah aturan. Aturan-aturan yang

mengindikasikan individu bagaimana seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku

Page 11: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

pada situasi yang spesifik disebut sebagai norma sosial. Norma sosial dapat

berupa injunctive norms yaitu hal apa yang seharusnya dilakukan dan dinyatakan

secara eksplisit atau descriptive norms yaitu hal apa yang sebaiknya dilakukan dan

bersifat implisit. Manusia pun cenderung menyesuaikan diri dan mengikuti aturan

yang ada dilingkungannya agar dapat bertahan hidup dan diterima oleh

masyarakat pada lingkungan tersebut.

Suatu norma sosial memiliki pengaruh sosial yang memberi tekanan-

tekanan kepada individu. Pengaruh sosial (social influence) adalah usaha yang

dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau

tingkah laku orang lai. Ada beberapa aspek penting dalam pengaruh sosial, yaitu:

konformitas (conformity), dan kepatuhan (obedience).

A. Konformitas (Conformity)

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu

mengubah sikap dan tigkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang

ada. Myers (1988) membagi konformitas dalam dua bentuk, yaitu:

1. Acceptance

Pada bentuk konformitas acceptance tingkah laku dan keyakinan individu sesuai

dengan kelompok yang diterimanya. Pada bentuk acceptance, konformitas terjadi

karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh

individu tersebut (informational influence).

2. Compliance

Pada bentuk konformitas compliance, individu bertingkah laku sesuai dengan

tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku

tersebut. Dengan demikian, konformitas terjadi karena individu menghindari

penolakan kelompok dan mengharapkan reward atau penerimaan kelompok

(normative influence).

Page 12: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Ada faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas. Faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

Kohesivitas dan Konformitas

Kohesivitas adalah derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap

suatu kelompok. Semakin menarik suatu kelompok maka semakin besar

kemungkinan untuk melakukan konformasi terhadap norma kelompok itu.

Sebaliknya ketika ketertarikan itu rendah maka individu mungkin merasa enggan

untuk melakukan konformasi.

Konformitas dan Ukuran Kelompok

Konformitas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran

kelompok. Semakin besar kelompok itu semakin besar pula kecenderungan untuk

mengikuti norma yang ada, walaupun berarti menerapkan tingkah laku yang

berbeda dari keinginan.

Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif

Norma deskriptif adalah norma yang mempengaruhi tingkah laku dengan

cara memberi tahu mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif

pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif menetapkan tingkah laku apa

yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu, ini artinya norma ini

menetapkan apa yang harus dilakukan. Kedua norma tersebut dapat berpengaruh

kuat pada tingkah laku.

Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konformitas akan terjadi

atau tidak terjadi apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Namun alasan

mengapa sebagian besar orang milih untuk ikut serta dengan harapan sosial juga

tentunya berpengaruh pada konformitas. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai

berikut:

Pengaruh Sosial Normatif: Keinginan untuk Disukai dan Rasa Takut akan

Penolakan

Page 13: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Salah satu alasan penting mengapa orang melakukan konformasi karena

individu mempelajari bahwa dengan konformitas dapat membantu untuk

mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang kita dambakan. Sumber

konformitas ini disebut sebagai pengaruh sosial normatif (normative social

influence) karena pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku kita untuk

memenuhi harapan orang lain.

Pengaruh Sosial Informasional: Keinginan untuk Merasa Benar

Pada saat seseorang berkeinginan untuk merasa benar tidak akan lepas dari

pengaruh orang lain. Dia akan menggunakan opini orang lain dan tindakan orang

lain sebagai paduan opini dan tindakan ia sendiri. Ketergantungan terhadap orang

lain semacam ini sering kali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk

melakukan konformitas. opini dan tindakan orang lain tersebut dapat memberi

ketegasan dan menjadi pedoman. Dasar dari konformitas ini dikenal sebagai

pengaruh sosial informasional (informational social influence) karena hal tersebut

didasarkan pada kecenderungan seseorang untuk bergantung pada orang lain

sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.

Konsekuensi Kognitif dari Mengikuti Kelompok: Membenarkan

Konformitas

Asch (1951, 1955) melaporkan bahwa beberapa orang yang melakukan

konformitas melakukannya dengan sepenuh hati, mereka menyimpulkan bahwa

mereka salah dan orang lain benar. Tetapi banyak orang, keputusan untuk

mengikuti tekanan kelompok dan tindakan orang lain sangatlah sulit dan rumit.

Orang-orang semacam itu merasa benar tapi di saat yang sama mereka juga tidak

mau berbeda dengan kelompok, sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan

dengan belief pribadi mereka.

B. Kepatuhan (Obedience)

Page 14: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Obedience merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, di mana

seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah

laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).

Terdapat empat faktor yang menjadi penyebab obedience:

1. Faktor individu melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai

bahwa tanggung jawab ada pada orang yang memerintahkannya, bukan

dirinya pribadi, misalnya atasan atau orang lain yang dianggap memiliki

wewenang.

2. Individu yang memberi perintah sering menggunakan simbol-simbol,

seperti seragam, lencana, topi yang berfungsi mengingatkan orang yang

diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.

3. Ha-hal yang terjadi secara gradual dapat menyebabkan obedience. Perintah

dimulai dari hal kecil, kemudian meningkat menjadi lebih besar.

4. Proses yang terjadi sangat cepat hingga individu tidak bisa mereflesikan

dan berfikir dengan mendalam tindakan yang semestinya ia lakukan atau

tidak dapat menjadi penyebab obedience.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Di dalam sebuah penelitian diperlukan metode khusus yang dianggap

relevan dan membantu memecahkan persoalan dalam penelitian. Metode

Page 15: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

penelitian adalah sebuah cara untuk memeperoleh pengetahuan atau pemecahan

suatu persoalan yang sedang dihadapi, dan dilakukan secara ilmiah, sistematis,

serta logis. Arikunto mengemukakan bahwa “Suatu penelitian pada hakikatnya

memiliki metode penelitiannya masing-masing, dan metode penelitian tersebut

ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian“ (Arikunto, 1993 : 35). Berdasarkan

masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka penelitian ini

menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian deskriptif kualitatif karena

“ ...metode penelitian ini memiliki pola kerja memecahkan masalah yang aktual

dengan jalan yang berurutan mulai dari mengumpulkan, menyusun,

mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan “ (Surakhmad, 1980 :

139) data yang merupakan kajian dari pencarian latar belakang dan pengaruh

perkembangan mental Satpam akan dianalisis secara kualitatif kemudian hasilnya

dipaparkan secara deskriptif. Teknik penarikan sampel dari populasi adalah teknik

sampling aksidental (accidental sampling) yang merupakan teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 1997 ; Nawawi, 1998) yaitu siapa saja

Satpam yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di wilayah penelitian dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data.

3.2 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi yang dikumpulkan dengan cara mewawancarai Satpam dan

mahasiswa. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data,

peneliti melakukan pengolahan data dengan cara mengumpulkan data yang

diperoleh dan menganalisa hasil wawancara.

3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Page 16: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Arikunto mengatakan, “Sumber data adalah subjek yang dari data-data

penelitian diperoleh”( Arikunto, 1993: 102). Selanjutnya Arikunto berpendapat,

“jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut

disebut penelitian sampel” (Arikunto, 1996:117). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample,” dilakukan dengan

cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi

berdasarkan atas tujuan tertentu” (Arikunto, 1996: 127). Sampel yang dipilih

penulis adalah 8 orang Satpam dan 2 orang Mahasiswa yang ditemui oleh penulis

di suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat penelitian.

“Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk

mempermudah dirinya dalam melaksanakan tugas mengumpulkan data”

(Arikunto, 1993: 153). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data wawancara yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian.

Model Wawancara 1 (Kepada Satpam)

1. Apakah Bapak mengetahui tentang peristiwa mogok kerja yang terjadi?

2. Apakah Bapak ikut berpartisipasi dalam mogok kerja tersebut?

3. Apa latar belakang atau alasan Bapak ikut berpartisipasi dalam mogok

kerja tersebut?

4. Apa peran Bapak dalam aksi demo yang dilakukan mahasiswa?

5. Bagaimana pendapat Bapak pribadi tentang aksi mogok kerja tersebut?

6. Apa keuntungan yang Bapak dapatkan setelah aksi mogok kerja tersebut?

7. Apakah Bapak mengetahui tentang kasus kehilagan kendaraan yang terjadi

selama mogok kerja?

8. Bagaimana pendapat Bapak mengenai kasus kehilangan kendaraan

tersebut?

Model Wawancara 2 (Kepada Mahasiswa)

1. Apakah Saudara mengetahui tentang kebijakan parkir berbayar?

2. Bagaimana pendapat Saudara mengenai kebijakan tersebut?

Page 17: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

3. Apakah Saudara mengetahui tentang aksi demo Mahasiswa yang

menentang kebijakan tersebut?

4. Apakah Saudara mengetahui tentang aksi mogok kerja para Satpam?

5. Bagaimana pendapat Saudara mengenai aksi demo mahasiswa dan aksi

mogok kerja Satpam?

BAB IV

ANALISIS

4.1 Deskripsi Kasus

Kasus yang akan dijabarkan pada makalah ini adalah kasus bentrok antara

satpam dengan mahasiswa mengenai parkir berbayar, yang menghasilkan demo

Page 18: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

dari mahasiswa UPI dan mogok kerja yang dilakukan Satpam UPI Bumi

Siliwangi. Berikut adalah deskripsi tentang narasumber:

a. Biodata

Narasumber :

Nama : US (nama disamarkan)

Pekerjaan : Satpam di Universitas Pendidikan Indonesia

Pewawancara :

Nama : Asri Permata Legina

Pekerjaan : Mahasiswa

b. Hasil Wawancara

Asri (A) : Asalammuallaikum Bapak, nama saya Asri dari jurusan Psikologi UPI

2010. Kedatangan saya kemari dengan maksud ingin mewawancarai

Bapak tentang hal yang terjadi belum lama ini, yaitu mahasiswa berdemo

tentang parkir berbayar dan para satpam yang mogok kerja. Bagaimana

itu menurut bapak?

Pak US (US) : Kata siapa seperti itu? Kami sebetulnya ada di kampus, hanya kami

diam di pos satpam. Sekarang gini, kita balik lagi ke tugas pokok

satpam. Tugas satpam itu TURJAWALI. Pengaturan, Penjagaan,

Pengawalan, dan Patroli. Itu kan prosedurnya. Pada saat itu satpam

sebenarnya tidak mogok, melainkan kami diam di pos. Karena apabila

satpam mogok, kampus keadaannya akan bagaimana kalau tidak ada

para satpam.

Page 19: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

(A) : Jadi walaupun tidak ada di lapangan ini (tempat karcis parkir. red),

adanya di pos. Seperti itu?

(US) :Ya, tetap penjagaan itu terus berjalan. Mengapa sekarang kembali

seperti semula (penjagaan kembali lahan parkir. red), karena itu inisiatif

kami. Kenapa? Motor itu kan rawan. Sok kalau tidak ada. Sekarang ada

penjagaan saja helm banyak yang ga ada (hilang. red), apalagi tidak ada

ya? Yang kedua, kita itu menyadarkan orang itu susah.

(A) : Menyadarkan dari segi apa, Pak?

(US) : Kaya itu tadi. Disini, mahasiswa, saya (satpam), dosen, dan karyawan

semua bagian dari elemen universitas. Jadi kami tugasnya menjaga,

mahasiswa kuliah. Kalau ada yang jaga kan Neng kuliahnya enak kan.

Soalnya motor ada yang jaga. Tapi mahasiswa apa tanggapannya?

Masuk ke tempat parkir, terus pergi saja. Kalau saya bukan melihat ke

materi. Kita hidup berinteraksi. Kita berinteraksi kan dengan bahasa

kan. “pak ini nitip motor” “pak ini motor saya, pak permisi”. Enak kan,

beda kan. Kita sudah mengerti kan. Apalagi kalau masuk (tempat

parker. red), mengunci motor terus pergi. Ya kita hanya bisa memantau

saja. Tapi kalau Neng, “pak nitip motor, ini helmnya.” Otomatis akan

diperhatikan. Oh ada tanggung jawab moral kan.

(A) : Ketika para satpam mogok, itu karena perintah atasan? Atasan dapat

(perintah. red) darimana kira-kira?

(US) : Kita punya pimpinan, ada divisi tingkat 3, komandan. Satpam kembali

ke tugas pokoknya yaitu TURJAWA. Waktu parkir berbayar,

mahasiswa bereaksi kenapa UPI ada parkir berbayar. Mengapa mereka

bereaksi seperti itu, kita kan baru wacana, belum deal kan, tapi

reaksinya sudah seperti demikian. Makanya ketika demo, kepada

pendemo, kami bertanya, punya solusi atau tidak.

(A) : Jadi, waktu itu, disana (tempat demo. red), satpam bertemu langsung

dengan mahasiswa yang demo?

Page 20: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

(U) : Kami bertanya kepada mereka, kalau memang kamu punya solusi,

silahkan. Ternyatakan mereka tidak punya.

(A) : Menurut Bapak nih, waktu itu kan dapat perintah dari pimpinan untuk

diam di pos saja. Ketika itu, Bapak hanya mengikuti perintah atau

memang ada motivasi pribadi dalam diri bapak untuk bertindak

demikian?

(U) : Kami dapat instuksi kan untuk ke pos. itu perintah. Karena kalau

mempunyai pimpinan dan kita tidak mengikuti perintah, istilahnya kita

membangkang kan. Kaya kalau kita tugas di militer, trs ditugaskan ke

Timur, tapi kita tidak mau, ganjarannya apa? Lebih baik anda keluar

saja. Kan seperti itu.

(A) : Jadi yang waktu itu mengikuti aksi mogok tersebut hanya Satpam

yang bertugas di lapangan saja?

(U) : Satpam Fakultas terus berjalan. Satpam Fakultas mah punya rumah,

enak kan ga kepanasan, ga kehujanan. Nah kalau kami? Pengaturan

orang, kendaraan.

(A) : Jadi setelah kejadian tersebut, Bapak kembali lagi menjaga itu gara-

gara apa?

(U) : Mahasiswa yang demo kan tidak bisa member solusi, yaudah kita

inisiatif demi keamanan. Sekarang kalau kehilangan sesuatu, nanyanya

kesiapa? Satpam kan. Tetap kita harus menjaga barang yang ada di

dalam kampus, karena itu tugas satpam. Namun karena motor yang

terlalu banyak, kalau dibiarkan kita gamau yah, karena peduli kepada

barang mahasiswa. Tapi mahasiswanya kan kadang cuek. Kalau sudah

kehilangan saja baru cari satpam. Kadang-kadang kunci tergantung di

motor.

(A) : Setelah aksi demo tersebut, ada tidak manfaat yang Bapak rasakan?

Negatif dan positif apabila ada.

Page 21: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

(U) : Negatifnya itu keamanan tidak terjaga. Takutnya itu barang yang

dari….. Kalau kemaren kan itu motor yang keluar masuk tidak kita

sortir.

(A) : Setelah kejadian tersebut, apa tindakan mahasiswa? Mengetahui

sekarang penjagaan telah kembali seperti semula dan parkir tidak

berbayar.

(U) : Biasa saja, tidak ada mahasiswa (yang ikut aksi demo. red) yang

berbicara kepada satpam, “Pak ini solusinya.” Padahal dengan adanya

parkir berbayar, dengan bayar itu kan semua yang kehilangan barang itu

akan diganti. Kalau hilang, si pihak pengelolanya itu aan mengganti.

Seperti itu, bahkan pihak pengelola parkir, apabila mahasiswa ada

kegiatan, dia akan bantu.

(A) : Jadi sebenarnya ingin ada interaksi yang baik antara mahasiswa

dengan satpam?

(U) : Oh iya, kalau bisa kita introspeksi lah. Kita sama-sama bagian dari

elemen universitas. Mengapa mahasiswa beraksi? Karena mahasiswa

adalah bagian terbesar masyarakat kampus. Tapi kalau saya, ada aksi,

tanggapi dengan emosi, wajar. Kalau disini kan enak yah, coba di

Makassar reaksi mahasiswa seperti apa. Dengan seisi rumah saja, kan

disini mah adem. Kuliah, walaupun satpam bentrok, kan disini mah

adem. Kuliah, walaupun satpam mah makan hati. Tapi anggap saja

dengan adanya pro dan kontra, itu wajar. Yah paling saling membenahi

diri lah. Mahasiswa tahu tugas-tugasnya, belajar. Kami tau tugas-tugas

kami. Kan mahasiswa enak ya belajar, motor ada yang jaga.

(A) : Jadi dengan adanya interaksi tersebut, kedua tugas dari elemen

masyarakat tersebut akan lebih enak ya, Pak.

(U) : Iya, saya harap sih seperti itu.

(A) : Terimakasih Bapak atas waktunya.

Page 22: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Dalam kasus ini, kami mengambil narasumber yaitu seorang satpam yang

bernama US. Seperti yang telah kami jabarkan dalam format wawancara, disana dapat

dilihat penyebab para satpam yang melakukan mogok kerja. Para satpam sebenarnya

hanya mengikuti prosedur yang ada, yaitu hanya mematuhi perintah dari pimpinan

mereka. Namun sebenarnya dalam kasus ini, ada juga satpam yang pro terhadap

keputusan untuk menarik diri dari penjagaan kampus atau dapat disebut juga mogok

kerja.

Seperti halnya Pak US ini. Di dalam wawancara tersebut, Pak US menerangkan

mengapa para satpam mogok kerja. Ia juga sedikit menceritakan bahwa ia begitu kecewa

terhadap sikap para mahasiswa yang tergolong seenaknya kepada para satpam.

Sebenarnya para satpam hanya menginginkan perlakuan yang baik dan ramah dari para

mahasiswa. Padahal dengan mengucapkan kata “terimakasih” saja, pasti dapat membuat

hati para satpam senang serta akan merasa dihargai keberadaannya. Sebagai bagian dari

keluarga universitas, tentunya hubungan yang baik harus dijaga, dengan begitu tugas

yang harus dilaksanakan masing-masing elemen masyarakat kampus dapat berjalan

dengan baik dan tanpa hambatan juga halangan.

4.2 Analisis

Teori Stimulus Respon dari Ivan Petrovich Pavlov

Dengan melihat kejadian satpam dan mahasiswa yang kami angkat

permasalahannya, dapat dikaitkan dengan Teori Stimulus Respon dari Ivan Petrovich

Pavlov. Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain

adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-

kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang

dialaminya dalam kehidupannya.

Sebagai seorang mahasiswa, tentu dituntut untuk selalu krisis. Maka dari itu

dengan adanya wacana parkir berbayar yang meruak di UPI, para mahasiswa yang

notabene selalu bersikap kritis tentu merasa terangsang untuk “membela ketidak adilan”

tersebut. Mereka lalu dengan sigap menolak wacana tersebut sebelum wacana itu

terrealisasikan. Mengapa mereka bersikap demikian padahalyang kita tahu pemasalahan

Page 23: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

tersebut baru sebuah rencana? Ini lah perilaku yang dapat di hubungkan dengan teori

Stimulus Respon, dimana mahasiswa tersebut sudah terlatih untuk jeli dalam melihat

permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar mereka dan dituntut untuk membela

apa yang menjadi kepentingan mereka dan orang banyak, maka dari itulah mereka

mengadakan aksi demo tersebut. Karena mereka juga mendapatkan stimulus, yaitu

permasalahan tersebut. Dan aksi demo itulah yang disebut respon atas kekecewaan dan

keterkejutan mereka terhadap parkir yang berbayar.

Teori Motivasi Abraham Maslow: Teori Hirarki Kebutuhan

Salah satu dari lima kebutuhan menurut Maslow adalah kebutuhan akan rasa

aman (safety). Pada kejadian ini, apabila dilihat dari kacamata seorang satpam, dalam

memenuhi kebutuhan akan rasa amannya yaitu menuruti perintah atasannya. Karena

apabila tidak, tentunya mereka akan mendapatkan punishment yaitu peringatan atau

bahkan pemecatan. Namun tentunya bukan hanya pemenuhan rasa aman saja, disini kita

juga bisa lihat dalam hasil wawancara.

Seperti penjelasan dari narasumber kami, beliau melakukan aksi tersebut bukan

hanya semata-mata untuk mengikuti perintah atasan saja, namun ada motivasi yang lain

yang menyebabkan aksi tersebut. Kebutuhan akan harga diri atau self esteem. Para

satpam tentunya ingin dihargai sebagai bagian dari keluarga universitas oleh mahasiswa.

Karena selama ini mereka hanya dianggap sebagai pegawai “rendah” yang hanya

bertugas dalam menjaga keamanan saja. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian lebih

oleh mahasiswa, karena kita sebagai makhluk sosial pastinya tidak terlepas dari bantuan

orang lain. Para satpam juga, walaupun kadang-kadang kurang disadari, membantu kita

dalam menjaga barang pribadi kita. Maka dari itu sudah seyogyanya kita menghargai dan

member penghargaan yang tinggi kepada para satpam. Ini juga dapat membantu

hubungan baik antara mahasiswa dengan para satpam.

Norma Sosial dan Pengaruh Sosial

Dalam setiap lingkungan pasti ada sebuah norma sosial yang mengatur kehidupan

didalamnya. Begitu juga dengan lingkungan kerja para Satpam ini. Ada suatu aturan yang

mengatur bagaimana mereka harus bertindak khususnya saat mereka masih menggunakan

seragam kerja mereka atau dalam situasi bekerja. Seperti yang disebutkan sebelumnya,

Manusia cenderung menyesuaikan diri dan mengikuti aturan yang ada

Page 24: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

dilingkungannya agar dapat bertahan hidup dan diterima oleh masyarakat pada

lingkungan tersebut. Inilah yang dilakukan oleh para Satpam tersebut.

Suatu norma sosial memiliki pengaruh yang memberi tekanan-tekanan

kepada individu. Kemudian tekanan-tekanan ini akan membuat individu

melakukan konformitas. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana

individu mengubah sikap dan tigkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial

yang ada. Tekanan-tekanan untuk melakukan konformasi sangat kuat sehingga

usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai

personal (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).

Para Satpam ini melakukan Konformitas karena mereka juga memiliki

kepatuhan (obedience) yaitu salah satu jenis dari pengaruh sosial, di mana

seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah

laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).

Faktor-faktor yang menjadikan mereka melakukan obedience karena saat mereka

bekerja mereka melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai bahwa

tanggung jawab ada pada orang yang memerintahkannya, bukan dirinya pribadi,

misalnya atasan atau orang lain yang dianggap memiliki wewenang. Kemudian

karena adanya individu yang memberi perintah sering menggunakan simbol-

simbol, seperti seragam, lencana, topi yang berfungsi mengingatkan orang yang

diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.

BAB V

Page 25: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

PENUTUP

5.1 Simpulan

Menurut Pavlov dalam teori conditioning belajar, suatu proses perubahan

yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian

menimbulkan reaksi (response). Seperti yang terjadi pada kasus yang dibahas

dalam bab 3, mogok kerja yang dilakukan Satpam atau Security UPI adalah akibat

dari sebab yang dilatar belakangi oleh perintah dari atasan. Maka tidak mungkin

terjadi suatu keadaan tanpa ada masalah yang lebih dulu ada dan melatar

belakangi kasus tersebut.

Maslow menyusun teori motivasi manusia, di mana variasi kebutuhan

manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki. Dalam teori ini setiap jenjang

kebutuhan dapat dipenuhi hanya jika jenjang sebelumnya telah terpuaskan.

Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut adalah kebutuhan

fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging

and love), kebutuhan harga diri (self esteem), dan kebutuhan aktualisasi diri. Oleh

karena itu, satpam UPI pun melakukan hal ini adalah disebabkan juga karena

adanya motivasi dalam dirinya bahwa dengan mematuhi perintah atasan maka

kebutuhan harga dirinya akan terpenuhi dengan baik, sebaliknya jika tidak

memenuhi perintah atasan, lalu ada hukuman dari atasan, maka kebutuhan harga

diri mereka terancam dan tidak akan terpenuhi.

Namun, karena adanya kebutuhan aktualisasi dalam setiap individu satpam

UPI yang kami wawancarai mengaku tetap bekerja meski hanya tidak memakai

seragam security. Sebaai baktinya pada negara dan mewujudkan sumpah satpam

yang telah diucapkannya sejak dilantik sebelumnya.

Pengaruh pemimpin dalam hal ini dan dalam kasus yang diangkat

merupakan faktor penting dari munculnya kasus yang dibahas dalam bab 3.

Seorang pemimpin sangat memegang pengaruh penting dalam keberlangsungan

suatu kelompok masyarakat yang kemudian akan menghasilkan norma sosial yang

Page 26: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

ada dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Norma dan aturan yang ada dalam

lingkungan satpam UPI pun menjadi norma yang wajib ditaati oleh satpam.

Kepatuhannya terhadap pemimpin juga mempengaruhi tindakan satpam untuk

mogok kerja.

Peristiwa yang terjadi pada kelompok satpam ini pun menuai respon dari

mahasiswa.ada respon yang baik juga respon yang buruk. Komunikasi antar dua

kelompok ini pun sangat penting agar tidak mengakibatkan respon-respon negatif

dari mahasiswa. Jika komunikasi terbatas dan terputus sebelum jelas

permasalahannya, akan terjadi bentrok yang salah sasaran seperti pada peristiwa

demo yang dilakukan mahasiswa di depan kantor satpam, meski sebenarnya yang

bermasalah bukan pada satpam, tapi peraturan dari atasannya sendiri.

5.2 Saran

Dari pembahasan makalah di atas, penulis menyarankan untuk satpam:

1. Memberikan informasi kepada mahasiswa lebih jelas, dan lebih tegas.

2. Sampaikanlah aspirasi yang dimiliki, kuatkan dengan alasan logis.

3. Komunikasikan peraturan yang diberikan atasan dengan baik,

diskusikan dengan atasan langsung tentang baik buruknya, dan berikan

informasi yang menyeluruh pada seluruh warga Universitas

Pendidikan Indonesia agar dapat memahami informasi dengan baik.

4. Konflik bisa terjadi karena spekulasi orang yang salah terhadap

sesuatu. Dalam sebuah hal pasti ada dua sudut pandang. Dan sebelum

berspekulasi terhadap sesuatu, ada baiknya jika kita melihat sesuatu

dari sudut pandang lain terlebih dahulu.

5. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang mempunyai kebutuhan

akan rasa aman, belonging,dan harga diri secara sosial. Tidak ada

salahnya menghargai orang lain walaupun berprofesi yang berbeda

dari kita.

Page 27: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

6. Komunikasi yang lancar akan menstabilkan kinerja dalam sebuah

instansi. Mengurangi perbedaan dan menjadikannya kekuatan.

Saran untuk mahasiswa :

1. Tidak cepat mengambil langkah, cermati dan pikirkan sebab dan akibatnya

dengan baik.

2. Kemudian, disarankan untuk penelitian pengamatan selanjutnya dilakukan

wawancara pada lebih banyak responden.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Page 28: Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa Di Universitas Pendidikan Indonesia

Baron, Robert A., dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial/Edisi Kesepuluh/Jilid

2. Jakarta: Erlangga.

Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

http://elmisbah.wordpress.com/teori-pavlov/

http://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa

http://www.polreskotacimahi.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=106&Itemid=106

http://www.totalsecurity.co.id/news/read/10-definisi-satpam.htm