Page 1
Isu Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat
dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ini. Makalah yang berjudul “Isu
Mogok Kerja Satpam Sebagai Respon Aksi Demonstrasi Mahasiswa” ini
berisi mengenai analisis dari fenomena mogok kerja yang dilakukan oleh Satpam
Universitas Pendidikan Indonesia.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karna itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang dapat menjadi masukan untuk perbaikan
karya ini.
Bandung, 18 Oktober 2011
Penulis
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seperti yang telah kita ketahui, pada tanggal 3 Maret 2011, telah terjadi
suatu peristiwa di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),
dimana para mahasiswa melakukan aksi demonstrasi yang menuntut kebijakan
parkir berbayar. Mahasiswa merasa keberatan dan menolak kebijakan mengenai
adanya parkir berbayar tersebut. Menurut para mahasiswa, pemberlakuan tarif
parkir sangat memberatkan, apalagi tidak ada jaminan keamanan kendaraan yang
mereka parkirkan. Untuk kendaraan roda dua dikenakan tarif Rp. 1.000,00
sedangkan roda empat Rp. 2.000,00. Pemberlakuan tarif IMK (Izin Masuk
Kampus—istilah yang disampaikan para satpam untuk biaya perparkiran) ini
untuk membatasi jumlah kendaraan yang masuk ke Universitas Pendidikan
Indonesia dan membudayakan jalan kaki di kampus. Beberapa hari kemudian,
pada tanggal 8 Maret 2011 terjadi juga sebuah peristiwa yang terjadi di tempat
yang sama, di lingkungan kampus Universitas Pendidikan Indonesia dimana
terjadi pemogokan kerja yang dilakukan oleh para satpam selama kurang lebih
dua hari. Para satpam menarik diri dari pekerjaan yang biasa mereka lakukan
dengan cara tidak menjaga gerbang masuk kendaraan, tidak memasang rambu-
rambu dan tidak ada kehadiran yang menandakan adanya aktivitas dari para
satpam.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah benar pemogokan kerja merupakan bentuk respon dari adanya aksi
demonstrasi yang dilakuan oleh para mahasiswa seperti spekulasi
kebanyakan orang?
Page 3
2) Apa yang sesungguhnya melatarbelakangi aksi mogok kerja yang
dilakukan oleh para satpam?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Mengetahui motif yang melatarbelakangi aksi pemogokan kerja yang
dilakukan oleh para satpam.
2) Mengetahui hubungan antara aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa
dengan aksi pemogokan kerja yang dilakukan satpam.
3) Mengungkap apa yang sebenarnya terjadi antara mahasiswa dan satpam
berdasarkan peristiwa tersebut.
Page 4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Satuan Pengamanan (Satpam)
Satpam yang merupakan singkatan dari Satuan Pengamanan, adalah satuan
kelompok petugas yang dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk
melakukan keamanan fisik (physical security) dalam rangka penyelenggaraan
keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya. Kepolisian Negara Republik
Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam
mengemban fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan
secara resmi dibentuk pada 30 Desember 1980 melalui surat keputusan kepala
kepolisian negara.
1. Peranan Satpam
Dalam pelaksanaan tugasnya, anggota Satpam berperan sebagai
Unsur Pembantu Pimpinan institusi/proyek/badan usaha di bidang
keamanan dan ketertiban lingkungan kerja.
Unsur Pembantu Kepolisian Negara di bidang penegakan hukum dan
waspada keamanan (security minded) di lingkungan kerjanya.
Kegiatan seorang petugas Satpam lazim terdiri dari sebagai berikut:
Mencegah dan deteksi dini penyusup, kegiatan atau orang yang masuk
secara tak sah, vandalisme atau penerobos/peloncat pagar di wilayah kuasa
tempat perusahaan (teritoir gebied/ruimte gebied)
Page 5
Mencegah dan deteksi dini pencurian, kehilangan, penyalahgunaan atau
penggelapan perkakas, mesin, komputer, peralatan, sediaan barang, uang,
obligasi, saham, catatan atau dokumen atau surat-surat berharga milik
perusahaan
Melindungi (pengawalan) orang terhadap bahaya fisik
Melakukan kontrol/pengendalian, pengaturan lalu lintas (orang, kendaraan
dan barang) untuk menjamin perlindungan aset perusahaan
Melakukan upaya kepatuhan, penegakan tata tertib dan menerapkan
kebijakan perusahaan, peraturan kerja dan praktik-praktik dalam rangka
pencegahan tindak kejahatan
Melapor dan menangani awal (TPTKP) terhadap pelanggaran
Melapor dan menangani kejadian dan panggilan/permintaan bantuan
Satpam, termasuk konsep, pemasangan dan pemeliharaan sistem alarm.
2. Perlengkapan Satpam
Kegiatan seorang petugas Satpam terdiri dari pengaturan, penjagaan,
pengawalan dan patroli. Sesuai dengan sifat, lingkup tugas, dan ancaman terhadap
lingkungan kerjanya, seperti bank, objek vital, kantor bendahara, anggota Satpam
dapat dilengkapi dengan senjata api berdasarkan izin kepemilikan senjata api yang
diberikan oleh kepala kepolisian negara.
Jenis dan kaliber senjata yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Senjata api bahu, jenis senapan penabur dengan kaliber 12 GA
Senjata api genggam, jenis pistol atau jenis revolver ; kaliber 0.32 inch;
kaliber 0.25 inch; kaliber 0.22 inch
Izin kepemilikan senjata api pada suatu instansi/proyek/badan usah
dibatasi pada 1/3 kekuatan satuan pengamanan yang bertugas, tidak lebih dari 15
pucuk senjata api serta maksimal 3 magazen/silinder untuk setiap pucuk senjata
Page 6
api. Agar dapat menunjukkan kinerja efektif, seorang petugas Satpam perlu
perlengkapan kerja:
Buku saku lapangan dan alat tulis untuk mencatat kegiatan, orang dan
barang yang patut dicurigai
Senter untuk perondaan malam atau patroli di wilayah yang minim
pencahayaan
Alat komunikasi menjalin komunikasi dengan petugas keamanan lain atau
meminta bantuan ketika keadaan darurat (telepon seluler atau radio
FRS/GMRS atau radio trunking)
Alat pelindung diri ketika bekerja di kawasan tertentu (safety helm, safety
shoes, jas hujan)
Seragam atai pakaian dinas sesuai dengan regulasi yang berlaku.
2.1.2 Demonstrasi
1. Definisi Demonstrasi
Unjuk rasa atau demonstrasi ("demo") adalah sebuah gerakan protes yang
dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan
untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok.
Unjuk rasa umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang
menentang kebijakan pemerintah, atau para buruh yang tidak puas dengan
perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga dilakukan oleh kelompok-
kelompok lainnya dengan tujuan lainnya. Unjuk rasa kadang dapat menyebabkan
pengrusakan terhadap benda-benda. Hal ini dapat terjadi akibat keinginan
menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang berlebihan.
Page 7
2. Ketentuan dan Tata Cara Demonstrasi
Penyampaian Pendapat di Muka Umum disampaikan di tempat terbuka
dan tidak membawa yang dapat membahayakan keselamatan umum. Syarat-syarat
penyampaian pendapat di muka umum diberitahukan kepada Polri yang memuat :
Maksud dan tujuan
Lokasi dan route
Waktu dan lama Pelaksanaan
Bentuk
Penanggung jawab / Korlap (Koordinator Lapangan)
Nama dan alamat organisasi, kelompok dan perorangan
Alat peraga yang digunakan
Jumlah peserta
Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum
disampaikan secara tertulis selambat-selambatnya 24 jam sebelum pelaksanaan.
Setelah menerima pemberitahuan tentang kegiatan penyamapaian pendapat di
Muka Umum polri wajib :
Memberikan surat tanda terima pemberitahuan
Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat
di Muka Umum
Melakukan koordinasi dengan pimpinan, instansi / lembaga yang menjadi
tujuan penyampaian pendapat
Mempersiapakan pengamanan tempat lokasi dan route yang dilalui.
Bertanggung Jawab untuk melindungi para peserta penyampaian pendapat
di muka umum
Bertanggung jawab untuk menyelenggarakan Pengamanan.
Page 8
Sanksi- sanksi yang diperoleh apabila tidak sesuai dengan ketentuan antara
lain:
Dibubarkan bila tidak memenuhi dengan ketentuan
Perbuatan melanggar hukum di kenakan sanksi hukuman sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
Penanggung Jawab melakukan tindak pidana, di pidana sesuai dengan
ketentuan Perundang- undangan yang berlaku ditambah sepertiga dari
pidana pokok.
Barang siapa dengan kekerasan/ancaman menghalangi penyampaian
pendapat di muka umum di pidana penjara paling lama 1 ( satu ) Tahun.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Teori Stimulus Respon
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal
dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons. Menurut Pavlov dalam
teori conditioning belajar, suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk
menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu.
Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-
latihan yang terus-menerus. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar
yang terjadi secara otomatis.
Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga
tidak lain adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan
atau kebiasaan-kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-
perangsang tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya. Proses belajar yang
digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas pembentukan asosiasi antara
stimulus dan respons refleksif. Dasar penemuan Pavlov tersebut, menurut J.B.
Watson diberi istilah Behaviorisme. Watson berpendapat bahwa perilaku manusia
Page 9
harus dipelajari secara objektif. la menolak gagasan mentalistik yang bertalian
dengan bawaan dan naluri. Watson menggunakan teori Classical Conditioning
untuk semuanya yang bertalian dengan pembelajaran. Pada umumnya ahli
psikologi mendukung proses mekanistik. Maksudnya kejadian lingkungan secara
otomatis akan menghasilkan tanggapan. Proses pembelajaran itu bergerak dengan
pandangan secara menyeluruh dari situasi menuju segmen (satuan bahasa yang
diabstraksikan dari kesatuan wicara atau teks) bahasa tertentu. Materi yang
disajikan mirip dengan metode dengar ucap.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini menganggap bahwa
belajar itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi
dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan atau kebiasaan terlalu ditonjolkan.
Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia
tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau pribadinya
sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi
apa yang akan dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau
dihubungkan dengan kehidupan binatang. Pada manusia teori ini hanya dapat
diterima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai
skills (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada abak-anak
kecil.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut.
Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat.
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut.
Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu
didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya
akan menurun.
Page 10
2.2.2 Teori Motivasi Abraham Maslow: Teori Hirarki Kebutuhan
Maslow menyusun teori motivasi manusia, di mana variasi kebutuhan
manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki. Dalam teori ini setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya jika jenjang sebelumnya telah terpuaskan.
Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut adalah kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging
and love), kebutuhan harga diri (self esteem), dan kebutuhan aktualisasi diri.
Salah satu dari lima kebutuhan menurut Maslow adalah kebutuhan akan
rasa aman (safety). Sesudah kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncul
kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan akan keamanan adalah
kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Jika kebutuhan fisiologis adalah
pertahanan hidup jangka pendek maka kebutuhan keamanan adalah pertahanan
jangka panjang.
Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi dalam bentuk menangis
dan berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar atau perlakuan yang dirasa
sebagai sumber bahaya. Pada masa dewasa kebutuhan rasa aman berwujud dalam
berbagai bentuk:
1. Kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap, tabunagn dan asuransi, dan
memperoleh jaminan masa depan.
2. Praktek beragama dan keyakinan filasafat tertentu yang membant orang
untuk menorganisir dunianya menjadi lebih bermakna dan seimbang.
3. Pengungsian pada manusia yang mengalami dampak perang, bencana
alam, atau kerusuhan ekonomi.
2.2.3 Norma Sosial dan Pengaruh Sosial
Dalam suatu lingkungan pasti ada sebuah aturan. Aturan-aturan yang
mengindikasikan individu bagaimana seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku
Page 11
pada situasi yang spesifik disebut sebagai norma sosial. Norma sosial dapat
berupa injunctive norms yaitu hal apa yang seharusnya dilakukan dan dinyatakan
secara eksplisit atau descriptive norms yaitu hal apa yang sebaiknya dilakukan dan
bersifat implisit. Manusia pun cenderung menyesuaikan diri dan mengikuti aturan
yang ada dilingkungannya agar dapat bertahan hidup dan diterima oleh
masyarakat pada lingkungan tersebut.
Suatu norma sosial memiliki pengaruh sosial yang memberi tekanan-
tekanan kepada individu. Pengaruh sosial (social influence) adalah usaha yang
dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, belief, persepsi atau
tingkah laku orang lai. Ada beberapa aspek penting dalam pengaruh sosial, yaitu:
konformitas (conformity), dan kepatuhan (obedience).
A. Konformitas (Conformity)
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu
mengubah sikap dan tigkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang
ada. Myers (1988) membagi konformitas dalam dua bentuk, yaitu:
1. Acceptance
Pada bentuk konformitas acceptance tingkah laku dan keyakinan individu sesuai
dengan kelompok yang diterimanya. Pada bentuk acceptance, konformitas terjadi
karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh
individu tersebut (informational influence).
2. Compliance
Pada bentuk konformitas compliance, individu bertingkah laku sesuai dengan
tekanan kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui tingkah laku
tersebut. Dengan demikian, konformitas terjadi karena individu menghindari
penolakan kelompok dan mengharapkan reward atau penerimaan kelompok
(normative influence).
Page 12
Ada faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas. Faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
Kohesivitas dan Konformitas
Kohesivitas adalah derajat ketertarikan yang dirasa oleh individu terhadap
suatu kelompok. Semakin menarik suatu kelompok maka semakin besar
kemungkinan untuk melakukan konformasi terhadap norma kelompok itu.
Sebaliknya ketika ketertarikan itu rendah maka individu mungkin merasa enggan
untuk melakukan konformasi.
Konformitas dan Ukuran Kelompok
Konformitas cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya ukuran
kelompok. Semakin besar kelompok itu semakin besar pula kecenderungan untuk
mengikuti norma yang ada, walaupun berarti menerapkan tingkah laku yang
berbeda dari keinginan.
Norma Sosial Deskriptif dan Norma Sosial Injungtif
Norma deskriptif adalah norma yang mempengaruhi tingkah laku dengan
cara memberi tahu mengenai apa yang umumnya dianggap efektif atau adaptif
pada situasi tertentu. Sedangkan norma injungtif menetapkan tingkah laku apa
yang diterima dan tidak diterima pada situasi tertentu, ini artinya norma ini
menetapkan apa yang harus dilakukan. Kedua norma tersebut dapat berpengaruh
kuat pada tingkah laku.
Seperti yang sudah diungkapkan di atas bahwa konformitas akan terjadi
atau tidak terjadi apabila dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. Namun alasan
mengapa sebagian besar orang milih untuk ikut serta dengan harapan sosial juga
tentunya berpengaruh pada konformitas. Alasan-alasan tersebut adalah sebagai
berikut:
Pengaruh Sosial Normatif: Keinginan untuk Disukai dan Rasa Takut akan
Penolakan
Page 13
Salah satu alasan penting mengapa orang melakukan konformasi karena
individu mempelajari bahwa dengan konformitas dapat membantu untuk
mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang kita dambakan. Sumber
konformitas ini disebut sebagai pengaruh sosial normatif (normative social
influence) karena pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku kita untuk
memenuhi harapan orang lain.
Pengaruh Sosial Informasional: Keinginan untuk Merasa Benar
Pada saat seseorang berkeinginan untuk merasa benar tidak akan lepas dari
pengaruh orang lain. Dia akan menggunakan opini orang lain dan tindakan orang
lain sebagai paduan opini dan tindakan ia sendiri. Ketergantungan terhadap orang
lain semacam ini sering kali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk
melakukan konformitas. opini dan tindakan orang lain tersebut dapat memberi
ketegasan dan menjadi pedoman. Dasar dari konformitas ini dikenal sebagai
pengaruh sosial informasional (informational social influence) karena hal tersebut
didasarkan pada kecenderungan seseorang untuk bergantung pada orang lain
sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.
Konsekuensi Kognitif dari Mengikuti Kelompok: Membenarkan
Konformitas
Asch (1951, 1955) melaporkan bahwa beberapa orang yang melakukan
konformitas melakukannya dengan sepenuh hati, mereka menyimpulkan bahwa
mereka salah dan orang lain benar. Tetapi banyak orang, keputusan untuk
mengikuti tekanan kelompok dan tindakan orang lain sangatlah sulit dan rumit.
Orang-orang semacam itu merasa benar tapi di saat yang sama mereka juga tidak
mau berbeda dengan kelompok, sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan
dengan belief pribadi mereka.
B. Kepatuhan (Obedience)
Page 14
Obedience merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, di mana
seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah
laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).
Terdapat empat faktor yang menjadi penyebab obedience:
1. Faktor individu melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai
bahwa tanggung jawab ada pada orang yang memerintahkannya, bukan
dirinya pribadi, misalnya atasan atau orang lain yang dianggap memiliki
wewenang.
2. Individu yang memberi perintah sering menggunakan simbol-simbol,
seperti seragam, lencana, topi yang berfungsi mengingatkan orang yang
diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.
3. Ha-hal yang terjadi secara gradual dapat menyebabkan obedience. Perintah
dimulai dari hal kecil, kemudian meningkat menjadi lebih besar.
4. Proses yang terjadi sangat cepat hingga individu tidak bisa mereflesikan
dan berfikir dengan mendalam tindakan yang semestinya ia lakukan atau
tidak dapat menjadi penyebab obedience.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Di dalam sebuah penelitian diperlukan metode khusus yang dianggap
relevan dan membantu memecahkan persoalan dalam penelitian. Metode
Page 15
penelitian adalah sebuah cara untuk memeperoleh pengetahuan atau pemecahan
suatu persoalan yang sedang dihadapi, dan dilakukan secara ilmiah, sistematis,
serta logis. Arikunto mengemukakan bahwa “Suatu penelitian pada hakikatnya
memiliki metode penelitiannya masing-masing, dan metode penelitian tersebut
ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian“ (Arikunto, 1993 : 35). Berdasarkan
masalah penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya maka penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini dikatakan sebagai penelitian deskriptif kualitatif karena
“ ...metode penelitian ini memiliki pola kerja memecahkan masalah yang aktual
dengan jalan yang berurutan mulai dari mengumpulkan, menyusun,
mengklasifikasikan, menganalisis, dan menginterpretasikan “ (Surakhmad, 1980 :
139) data yang merupakan kajian dari pencarian latar belakang dan pengaruh
perkembangan mental Satpam akan dianalisis secara kualitatif kemudian hasilnya
dipaparkan secara deskriptif. Teknik penarikan sampel dari populasi adalah teknik
sampling aksidental (accidental sampling) yang merupakan teknik penentuan
sampel berdasarkan kebetulan (Sugiyono, 1997 ; Nawawi, 1998) yaitu siapa saja
Satpam yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti di wilayah penelitian dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data.
3.2 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik dokumentasi yang dikumpulkan dengan cara mewawancarai Satpam dan
mahasiswa. Sedangkan pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data,
peneliti melakukan pengolahan data dengan cara mengumpulkan data yang
diperoleh dan menganalisa hasil wawancara.
3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Page 16
Arikunto mengatakan, “Sumber data adalah subjek yang dari data-data
penelitian diperoleh”( Arikunto, 1993: 102). Selanjutnya Arikunto berpendapat,
“jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut
disebut penelitian sampel” (Arikunto, 1996:117). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample,” dilakukan dengan
cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi
berdasarkan atas tujuan tertentu” (Arikunto, 1996: 127). Sampel yang dipilih
penulis adalah 8 orang Satpam dan 2 orang Mahasiswa yang ditemui oleh penulis
di suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat penelitian.
“Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk
mempermudah dirinya dalam melaksanakan tugas mengumpulkan data”
(Arikunto, 1993: 153). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data wawancara yang disusun sesuai dengan tujuan penelitian.
Model Wawancara 1 (Kepada Satpam)
1. Apakah Bapak mengetahui tentang peristiwa mogok kerja yang terjadi?
2. Apakah Bapak ikut berpartisipasi dalam mogok kerja tersebut?
3. Apa latar belakang atau alasan Bapak ikut berpartisipasi dalam mogok
kerja tersebut?
4. Apa peran Bapak dalam aksi demo yang dilakukan mahasiswa?
5. Bagaimana pendapat Bapak pribadi tentang aksi mogok kerja tersebut?
6. Apa keuntungan yang Bapak dapatkan setelah aksi mogok kerja tersebut?
7. Apakah Bapak mengetahui tentang kasus kehilagan kendaraan yang terjadi
selama mogok kerja?
8. Bagaimana pendapat Bapak mengenai kasus kehilangan kendaraan
tersebut?
Model Wawancara 2 (Kepada Mahasiswa)
1. Apakah Saudara mengetahui tentang kebijakan parkir berbayar?
2. Bagaimana pendapat Saudara mengenai kebijakan tersebut?
Page 17
3. Apakah Saudara mengetahui tentang aksi demo Mahasiswa yang
menentang kebijakan tersebut?
4. Apakah Saudara mengetahui tentang aksi mogok kerja para Satpam?
5. Bagaimana pendapat Saudara mengenai aksi demo mahasiswa dan aksi
mogok kerja Satpam?
BAB IV
ANALISIS
4.1 Deskripsi Kasus
Kasus yang akan dijabarkan pada makalah ini adalah kasus bentrok antara
satpam dengan mahasiswa mengenai parkir berbayar, yang menghasilkan demo
Page 18
dari mahasiswa UPI dan mogok kerja yang dilakukan Satpam UPI Bumi
Siliwangi. Berikut adalah deskripsi tentang narasumber:
a. Biodata
Narasumber :
Nama : US (nama disamarkan)
Pekerjaan : Satpam di Universitas Pendidikan Indonesia
Pewawancara :
Nama : Asri Permata Legina
Pekerjaan : Mahasiswa
b. Hasil Wawancara
Asri (A) : Asalammuallaikum Bapak, nama saya Asri dari jurusan Psikologi UPI
2010. Kedatangan saya kemari dengan maksud ingin mewawancarai
Bapak tentang hal yang terjadi belum lama ini, yaitu mahasiswa berdemo
tentang parkir berbayar dan para satpam yang mogok kerja. Bagaimana
itu menurut bapak?
Pak US (US) : Kata siapa seperti itu? Kami sebetulnya ada di kampus, hanya kami
diam di pos satpam. Sekarang gini, kita balik lagi ke tugas pokok
satpam. Tugas satpam itu TURJAWALI. Pengaturan, Penjagaan,
Pengawalan, dan Patroli. Itu kan prosedurnya. Pada saat itu satpam
sebenarnya tidak mogok, melainkan kami diam di pos. Karena apabila
satpam mogok, kampus keadaannya akan bagaimana kalau tidak ada
para satpam.
Page 19
(A) : Jadi walaupun tidak ada di lapangan ini (tempat karcis parkir. red),
adanya di pos. Seperti itu?
(US) :Ya, tetap penjagaan itu terus berjalan. Mengapa sekarang kembali
seperti semula (penjagaan kembali lahan parkir. red), karena itu inisiatif
kami. Kenapa? Motor itu kan rawan. Sok kalau tidak ada. Sekarang ada
penjagaan saja helm banyak yang ga ada (hilang. red), apalagi tidak ada
ya? Yang kedua, kita itu menyadarkan orang itu susah.
(A) : Menyadarkan dari segi apa, Pak?
(US) : Kaya itu tadi. Disini, mahasiswa, saya (satpam), dosen, dan karyawan
semua bagian dari elemen universitas. Jadi kami tugasnya menjaga,
mahasiswa kuliah. Kalau ada yang jaga kan Neng kuliahnya enak kan.
Soalnya motor ada yang jaga. Tapi mahasiswa apa tanggapannya?
Masuk ke tempat parkir, terus pergi saja. Kalau saya bukan melihat ke
materi. Kita hidup berinteraksi. Kita berinteraksi kan dengan bahasa
kan. “pak ini nitip motor” “pak ini motor saya, pak permisi”. Enak kan,
beda kan. Kita sudah mengerti kan. Apalagi kalau masuk (tempat
parker. red), mengunci motor terus pergi. Ya kita hanya bisa memantau
saja. Tapi kalau Neng, “pak nitip motor, ini helmnya.” Otomatis akan
diperhatikan. Oh ada tanggung jawab moral kan.
(A) : Ketika para satpam mogok, itu karena perintah atasan? Atasan dapat
(perintah. red) darimana kira-kira?
(US) : Kita punya pimpinan, ada divisi tingkat 3, komandan. Satpam kembali
ke tugas pokoknya yaitu TURJAWA. Waktu parkir berbayar,
mahasiswa bereaksi kenapa UPI ada parkir berbayar. Mengapa mereka
bereaksi seperti itu, kita kan baru wacana, belum deal kan, tapi
reaksinya sudah seperti demikian. Makanya ketika demo, kepada
pendemo, kami bertanya, punya solusi atau tidak.
(A) : Jadi, waktu itu, disana (tempat demo. red), satpam bertemu langsung
dengan mahasiswa yang demo?
Page 20
(U) : Kami bertanya kepada mereka, kalau memang kamu punya solusi,
silahkan. Ternyatakan mereka tidak punya.
(A) : Menurut Bapak nih, waktu itu kan dapat perintah dari pimpinan untuk
diam di pos saja. Ketika itu, Bapak hanya mengikuti perintah atau
memang ada motivasi pribadi dalam diri bapak untuk bertindak
demikian?
(U) : Kami dapat instuksi kan untuk ke pos. itu perintah. Karena kalau
mempunyai pimpinan dan kita tidak mengikuti perintah, istilahnya kita
membangkang kan. Kaya kalau kita tugas di militer, trs ditugaskan ke
Timur, tapi kita tidak mau, ganjarannya apa? Lebih baik anda keluar
saja. Kan seperti itu.
(A) : Jadi yang waktu itu mengikuti aksi mogok tersebut hanya Satpam
yang bertugas di lapangan saja?
(U) : Satpam Fakultas terus berjalan. Satpam Fakultas mah punya rumah,
enak kan ga kepanasan, ga kehujanan. Nah kalau kami? Pengaturan
orang, kendaraan.
(A) : Jadi setelah kejadian tersebut, Bapak kembali lagi menjaga itu gara-
gara apa?
(U) : Mahasiswa yang demo kan tidak bisa member solusi, yaudah kita
inisiatif demi keamanan. Sekarang kalau kehilangan sesuatu, nanyanya
kesiapa? Satpam kan. Tetap kita harus menjaga barang yang ada di
dalam kampus, karena itu tugas satpam. Namun karena motor yang
terlalu banyak, kalau dibiarkan kita gamau yah, karena peduli kepada
barang mahasiswa. Tapi mahasiswanya kan kadang cuek. Kalau sudah
kehilangan saja baru cari satpam. Kadang-kadang kunci tergantung di
motor.
(A) : Setelah aksi demo tersebut, ada tidak manfaat yang Bapak rasakan?
Negatif dan positif apabila ada.
Page 21
(U) : Negatifnya itu keamanan tidak terjaga. Takutnya itu barang yang
dari….. Kalau kemaren kan itu motor yang keluar masuk tidak kita
sortir.
(A) : Setelah kejadian tersebut, apa tindakan mahasiswa? Mengetahui
sekarang penjagaan telah kembali seperti semula dan parkir tidak
berbayar.
(U) : Biasa saja, tidak ada mahasiswa (yang ikut aksi demo. red) yang
berbicara kepada satpam, “Pak ini solusinya.” Padahal dengan adanya
parkir berbayar, dengan bayar itu kan semua yang kehilangan barang itu
akan diganti. Kalau hilang, si pihak pengelolanya itu aan mengganti.
Seperti itu, bahkan pihak pengelola parkir, apabila mahasiswa ada
kegiatan, dia akan bantu.
(A) : Jadi sebenarnya ingin ada interaksi yang baik antara mahasiswa
dengan satpam?
(U) : Oh iya, kalau bisa kita introspeksi lah. Kita sama-sama bagian dari
elemen universitas. Mengapa mahasiswa beraksi? Karena mahasiswa
adalah bagian terbesar masyarakat kampus. Tapi kalau saya, ada aksi,
tanggapi dengan emosi, wajar. Kalau disini kan enak yah, coba di
Makassar reaksi mahasiswa seperti apa. Dengan seisi rumah saja, kan
disini mah adem. Kuliah, walaupun satpam bentrok, kan disini mah
adem. Kuliah, walaupun satpam mah makan hati. Tapi anggap saja
dengan adanya pro dan kontra, itu wajar. Yah paling saling membenahi
diri lah. Mahasiswa tahu tugas-tugasnya, belajar. Kami tau tugas-tugas
kami. Kan mahasiswa enak ya belajar, motor ada yang jaga.
(A) : Jadi dengan adanya interaksi tersebut, kedua tugas dari elemen
masyarakat tersebut akan lebih enak ya, Pak.
(U) : Iya, saya harap sih seperti itu.
(A) : Terimakasih Bapak atas waktunya.
Page 22
Dalam kasus ini, kami mengambil narasumber yaitu seorang satpam yang
bernama US. Seperti yang telah kami jabarkan dalam format wawancara, disana dapat
dilihat penyebab para satpam yang melakukan mogok kerja. Para satpam sebenarnya
hanya mengikuti prosedur yang ada, yaitu hanya mematuhi perintah dari pimpinan
mereka. Namun sebenarnya dalam kasus ini, ada juga satpam yang pro terhadap
keputusan untuk menarik diri dari penjagaan kampus atau dapat disebut juga mogok
kerja.
Seperti halnya Pak US ini. Di dalam wawancara tersebut, Pak US menerangkan
mengapa para satpam mogok kerja. Ia juga sedikit menceritakan bahwa ia begitu kecewa
terhadap sikap para mahasiswa yang tergolong seenaknya kepada para satpam.
Sebenarnya para satpam hanya menginginkan perlakuan yang baik dan ramah dari para
mahasiswa. Padahal dengan mengucapkan kata “terimakasih” saja, pasti dapat membuat
hati para satpam senang serta akan merasa dihargai keberadaannya. Sebagai bagian dari
keluarga universitas, tentunya hubungan yang baik harus dijaga, dengan begitu tugas
yang harus dilaksanakan masing-masing elemen masyarakat kampus dapat berjalan
dengan baik dan tanpa hambatan juga halangan.
4.2 Analisis
Teori Stimulus Respon dari Ivan Petrovich Pavlov
Dengan melihat kejadian satpam dan mahasiswa yang kami angkat
permasalahannya, dapat dikaitkan dengan Teori Stimulus Respon dari Ivan Petrovich
Pavlov. Penganut teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga tidak lain
adalah hasil daripada conditioning. Yaitu hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan-
kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang-perangsang tertentu yang
dialaminya dalam kehidupannya.
Sebagai seorang mahasiswa, tentu dituntut untuk selalu krisis. Maka dari itu
dengan adanya wacana parkir berbayar yang meruak di UPI, para mahasiswa yang
notabene selalu bersikap kritis tentu merasa terangsang untuk “membela ketidak adilan”
tersebut. Mereka lalu dengan sigap menolak wacana tersebut sebelum wacana itu
terrealisasikan. Mengapa mereka bersikap demikian padahalyang kita tahu pemasalahan
Page 23
tersebut baru sebuah rencana? Ini lah perilaku yang dapat di hubungkan dengan teori
Stimulus Respon, dimana mahasiswa tersebut sudah terlatih untuk jeli dalam melihat
permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekitar mereka dan dituntut untuk membela
apa yang menjadi kepentingan mereka dan orang banyak, maka dari itulah mereka
mengadakan aksi demo tersebut. Karena mereka juga mendapatkan stimulus, yaitu
permasalahan tersebut. Dan aksi demo itulah yang disebut respon atas kekecewaan dan
keterkejutan mereka terhadap parkir yang berbayar.
Teori Motivasi Abraham Maslow: Teori Hirarki Kebutuhan
Salah satu dari lima kebutuhan menurut Maslow adalah kebutuhan akan rasa
aman (safety). Pada kejadian ini, apabila dilihat dari kacamata seorang satpam, dalam
memenuhi kebutuhan akan rasa amannya yaitu menuruti perintah atasannya. Karena
apabila tidak, tentunya mereka akan mendapatkan punishment yaitu peringatan atau
bahkan pemecatan. Namun tentunya bukan hanya pemenuhan rasa aman saja, disini kita
juga bisa lihat dalam hasil wawancara.
Seperti penjelasan dari narasumber kami, beliau melakukan aksi tersebut bukan
hanya semata-mata untuk mengikuti perintah atasan saja, namun ada motivasi yang lain
yang menyebabkan aksi tersebut. Kebutuhan akan harga diri atau self esteem. Para
satpam tentunya ingin dihargai sebagai bagian dari keluarga universitas oleh mahasiswa.
Karena selama ini mereka hanya dianggap sebagai pegawai “rendah” yang hanya
bertugas dalam menjaga keamanan saja. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian lebih
oleh mahasiswa, karena kita sebagai makhluk sosial pastinya tidak terlepas dari bantuan
orang lain. Para satpam juga, walaupun kadang-kadang kurang disadari, membantu kita
dalam menjaga barang pribadi kita. Maka dari itu sudah seyogyanya kita menghargai dan
member penghargaan yang tinggi kepada para satpam. Ini juga dapat membantu
hubungan baik antara mahasiswa dengan para satpam.
Norma Sosial dan Pengaruh Sosial
Dalam setiap lingkungan pasti ada sebuah norma sosial yang mengatur kehidupan
didalamnya. Begitu juga dengan lingkungan kerja para Satpam ini. Ada suatu aturan yang
mengatur bagaimana mereka harus bertindak khususnya saat mereka masih menggunakan
seragam kerja mereka atau dalam situasi bekerja. Seperti yang disebutkan sebelumnya,
Manusia cenderung menyesuaikan diri dan mengikuti aturan yang ada
Page 24
dilingkungannya agar dapat bertahan hidup dan diterima oleh masyarakat pada
lingkungan tersebut. Inilah yang dilakukan oleh para Satpam tersebut.
Suatu norma sosial memiliki pengaruh yang memberi tekanan-tekanan
kepada individu. Kemudian tekanan-tekanan ini akan membuat individu
melakukan konformitas. Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana
individu mengubah sikap dan tigkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial
yang ada. Tekanan-tekanan untuk melakukan konformasi sangat kuat sehingga
usaha untuk menghindari situasi yang menekan dapat menenggelamkan nilai-nilai
personal (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).
Para Satpam ini melakukan Konformitas karena mereka juga memiliki
kepatuhan (obedience) yaitu salah satu jenis dari pengaruh sosial, di mana
seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan tingkah
laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008).
Faktor-faktor yang menjadikan mereka melakukan obedience karena saat mereka
bekerja mereka melepas tanggung jawab pribadi. Artinya individu menilai bahwa
tanggung jawab ada pada orang yang memerintahkannya, bukan dirinya pribadi,
misalnya atasan atau orang lain yang dianggap memiliki wewenang. Kemudian
karena adanya individu yang memberi perintah sering menggunakan simbol-
simbol, seperti seragam, lencana, topi yang berfungsi mengingatkan orang yang
diperintah akan kekuasaan serta peran yang diemban.
BAB V
Page 25
PENUTUP
5.1 Simpulan
Menurut Pavlov dalam teori conditioning belajar, suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response). Seperti yang terjadi pada kasus yang dibahas
dalam bab 3, mogok kerja yang dilakukan Satpam atau Security UPI adalah akibat
dari sebab yang dilatar belakangi oleh perintah dari atasan. Maka tidak mungkin
terjadi suatu keadaan tanpa ada masalah yang lebih dulu ada dan melatar
belakangi kasus tersebut.
Maslow menyusun teori motivasi manusia, di mana variasi kebutuhan
manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki. Dalam teori ini setiap jenjang
kebutuhan dapat dipenuhi hanya jika jenjang sebelumnya telah terpuaskan.
Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut adalah kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging
and love), kebutuhan harga diri (self esteem), dan kebutuhan aktualisasi diri. Oleh
karena itu, satpam UPI pun melakukan hal ini adalah disebabkan juga karena
adanya motivasi dalam dirinya bahwa dengan mematuhi perintah atasan maka
kebutuhan harga dirinya akan terpenuhi dengan baik, sebaliknya jika tidak
memenuhi perintah atasan, lalu ada hukuman dari atasan, maka kebutuhan harga
diri mereka terancam dan tidak akan terpenuhi.
Namun, karena adanya kebutuhan aktualisasi dalam setiap individu satpam
UPI yang kami wawancarai mengaku tetap bekerja meski hanya tidak memakai
seragam security. Sebaai baktinya pada negara dan mewujudkan sumpah satpam
yang telah diucapkannya sejak dilantik sebelumnya.
Pengaruh pemimpin dalam hal ini dan dalam kasus yang diangkat
merupakan faktor penting dari munculnya kasus yang dibahas dalam bab 3.
Seorang pemimpin sangat memegang pengaruh penting dalam keberlangsungan
suatu kelompok masyarakat yang kemudian akan menghasilkan norma sosial yang
Page 26
ada dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Norma dan aturan yang ada dalam
lingkungan satpam UPI pun menjadi norma yang wajib ditaati oleh satpam.
Kepatuhannya terhadap pemimpin juga mempengaruhi tindakan satpam untuk
mogok kerja.
Peristiwa yang terjadi pada kelompok satpam ini pun menuai respon dari
mahasiswa.ada respon yang baik juga respon yang buruk. Komunikasi antar dua
kelompok ini pun sangat penting agar tidak mengakibatkan respon-respon negatif
dari mahasiswa. Jika komunikasi terbatas dan terputus sebelum jelas
permasalahannya, akan terjadi bentrok yang salah sasaran seperti pada peristiwa
demo yang dilakukan mahasiswa di depan kantor satpam, meski sebenarnya yang
bermasalah bukan pada satpam, tapi peraturan dari atasannya sendiri.
5.2 Saran
Dari pembahasan makalah di atas, penulis menyarankan untuk satpam:
1. Memberikan informasi kepada mahasiswa lebih jelas, dan lebih tegas.
2. Sampaikanlah aspirasi yang dimiliki, kuatkan dengan alasan logis.
3. Komunikasikan peraturan yang diberikan atasan dengan baik,
diskusikan dengan atasan langsung tentang baik buruknya, dan berikan
informasi yang menyeluruh pada seluruh warga Universitas
Pendidikan Indonesia agar dapat memahami informasi dengan baik.
4. Konflik bisa terjadi karena spekulasi orang yang salah terhadap
sesuatu. Dalam sebuah hal pasti ada dua sudut pandang. Dan sebelum
berspekulasi terhadap sesuatu, ada baiknya jika kita melihat sesuatu
dari sudut pandang lain terlebih dahulu.
5. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang mempunyai kebutuhan
akan rasa aman, belonging,dan harga diri secara sosial. Tidak ada
salahnya menghargai orang lain walaupun berprofesi yang berbeda
dari kita.
Page 27
6. Komunikasi yang lancar akan menstabilkan kinerja dalam sebuah
instansi. Mengurangi perbedaan dan menjadikannya kekuatan.
Saran untuk mahasiswa :
1. Tidak cepat mengambil langkah, cermati dan pikirkan sebab dan akibatnya
dengan baik.
2. Kemudian, disarankan untuk penelitian pengamatan selanjutnya dilakukan
wawancara pada lebih banyak responden.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Page 28
Baron, Robert A., dan Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial/Edisi Kesepuluh/Jilid
2. Jakarta: Erlangga.
Tim Penulis Fakultas Psikologi UI. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
http://elmisbah.wordpress.com/teori-pavlov/
http://id.wikipedia.org/wiki/Unjuk_rasa
http://www.polreskotacimahi.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=106&Itemid=106
http://www.totalsecurity.co.id/news/read/10-definisi-satpam.htm