Top Banner
11 ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN WARANGKA LADRANG GAYA SURAKARTA (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh MUH TAUFIQ C0106035 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
95

ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

Aug 18, 2018

Download

Documents

lamkien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

11

ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN WARANGKA LADRANG GAYA SURAKARTA

(SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

MUH TAUFIQ C0106035

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Page 2: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

12

SURAKARTA 2010

ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN WARANGKA LADRANG GAYA SURAKARTA

(SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

Disusun oleh

MUH TAUFIQ C0106035

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Y. Suwanto, M.Hum. NIP 196110121987031002

Pembimbing II

Drs. Sujono, M.Hum. NIP 195504041983031002

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Page 3: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

13

Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. NIP. 196001011987031004

ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN

WARANGKA LADRANG GAYA SURAKARTA (SUATU KAJIAN ETNOLINGUISTIK)

Disusun oleh

MUH TAUFIQ C0106035

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal................................................

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Imam Sutarjo, M.Hum.

NIP. 196001011987031004

……………………….

Sekretaris Drs. Sri Supiyarno, M.A.

NIP 195605061981031001

……………………….

Penguji I Drs. Y. Suwanto, M.Hum.

NIP 196110121987031002

……………………….

Penguji II Drs. Sujono, M.Hum.

NIP 195504041983031002

……………………….

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.

Page 4: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

14

NIP 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : Muh Taufiq NIM : C0106035 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Istilah-Istilah dalam Keris Sabuk Inten Warangka Ladrang Gaya Surakarta (Suatu Kajian Etnolinguistik) adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, Mei 2010 Yang membuat pernyataan Muh Taufiq

Page 5: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

15

MOTTO

Haruskah anak cucu kita kelak belajar mengenai budaya keris dari orang asing ?

(Bambang Harsrinuksmo)

Page 6: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

16

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada

ibu, bapak, adik, almamater, masyarakat pencinta keris,

serta semua manusia pencinta nilai-nilai humanisme

Page 7: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Berkat

curahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Istilah-

Istilah dalam Keris Sabuk Inten Warangka Ladrang Gaya Surakarta (Suatu

Kajian Etnolinguistik) ini, tepat sesuai dengan yang diharapkan. Sholawat serta

salam semoga juga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi

petunjuk bagi manusia tentang jalan yang terang. Kebaikan juga semoga tercurah

kepada leluhur dan guru-guru di Tanah Jawa, terutama kepada Kangjeng Sunan

Kalijaga. Semoga Tuhan selalu menjaga beliau.

Keris memang tidak akan habis kita bahas, di dalamnya terdapat berbagai

macam hal yang mengandung rahasia yang belum terkuak. Skripsi ini merupakan

salah satu usaha penulis untuk mencoba menggali potensi pengetahuan yang ada

pada keris. Penulis mencoba untuk mengurai makna akan istilah-istilah yang

berada pada keris serta mencoba untuk menjelaskan bentuk-bentuk istilah keris

secara kebahasaan, yang kemudian diramu dalam satu kajian yang bernama

etnolinguistik.

Page 8: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

18

Penulis juga tak lupa menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya

kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan fasilitas

dan perizinan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan semestinya.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang telah memberikan izin untuk skripsi ini.

3. Drs. Y. Suwanto, M.Hum., serta Drs. Sujono, M.Hum., selaku

pembimbing skripsi, yang telah memberikan saran dan petunjuk demi

penyelesaian karya ini.

4. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik penulis, dari

awal perkuliahan hingga selesai, yang selalu memberi dorongan

penulis untuk mencapai yang terbaik dan segera menyelesaikan kuliah.

5. Segenap dosen Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah bersedia mengajar dan

mendidik penulis.

6. Orang tua penulis, yang telah menyokong secara moril dan spiritual

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.

7. Mas Kadi di Pasar Cinderamata Alun-alun Lor Keraton Surakarta,

yang telah membuka mata penulis untuk masuk ke dunia perkerisan.

Page 9: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

19

8. YB. Basuki, Empu Subandi Suponingrat, Mr. Dietrich Dresser, Haji

Syukri, yang telah membuat penulis semakin ingin mengetahui tentang

keris.

9. R. Riyo Purbobudoyo, Sukatno Purwoprojo, S. Lumintu, MT. Arifin,

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu tentang

keris. Terutama kepada MT. Arifin yang telah menunjukkan koleksi

keris yang dahsyat kepada penulis.

10. Yayasan Sastra yang telah memberikan banyak informasi tentang

keris.

11. R. Aji Setyowijaya dari UGM, yang walaupun masih muda tetapi

pengetahuannya tentang keris sangat mengagumkan.

12. Kurnia Rahmawati yang telah bersedia memotret bilah keris objek

penelitian ini.

13. Pak Tukiyo, Bu Novia, Pak Niti, yang telah banyak memberikan

petuah hidup kepada penulis serta membolehkan rumahnya untuk

berteduh.

14. UKM MP, Radio Metta, Aikido Dojo PTPN, yang telah menjadi

wadah bagi penulis untuk beraktualisasi semasa kuliah.

15. Teman-teman Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret angkatan 2006 untuk kebersamaannya

selama ini.

Akhirnya penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika dalam

penulisan skripsi ini terdapat berbagai macam kesalahan. Penulis menyadari

Page 10: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

20

bahwa skripsi ini belumlah layak untuk dapat dikatakan sempurna. Kritik dan

saran yang bersifat membangun penulis harapkan demi kemajuan karya penulis

selanjutnya. Semoga hal yang sedikit ini dapat memberi sumbangan bagi dunia

perkerisan pada khususnya dan dunia ilmu pengetahuan pada umumnya. Selamat

membaca !

Surakarta, Mei 2010

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................ i

PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

PERNYATAAN .............................................................................................. iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR............................................... ............... xii

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................. xv

ABSTRAK ...................................................................................................... xviii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar belakang Masalah ................................................................ 1

Page 11: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

21

B. Pembatasan Masalah .................................................................... 8

C. Perumusan Masalah ...................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian........................................................................... 8

E. Manfaat Penelitian......................................................................... 9

F. Sistematika Penulisan ................................................................... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ............................ 11

A. Kajian Pustaka ............................................................................... 11

1. Istilah, Keris Sabuk Inten, dan Warangka Ladrang

Gaya Surakarta......................................................................... 11

2. Etnolinguistik ........................................................................... 15

3. Bentuk/Struktur........................................................................ 16

4. Makna Leksikal dan Makna Kultural....................................... 18

B. Kerangka Pikir .............................................................................. 21

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 22

A. Sifat Penelitian .............................................................................. 22

B. Data ................................................................................................ 23

C. Sumber Data................................................................................... 25

D. Metode Pengumpulan Data............................................................ 26

E. Metode Analisis Data..................................................................... 27

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 29

A. Istilah-istilah yang Terdapat pada Keris Sabuk Inten

Warangka Ladrang Gaya Surakarta .............................................. 29

B. Bentuk Istilah ................................................................................. 29

Page 12: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

22

1. Kategori Monomorfemis.......................................................... 29

2. Kategori Polimorfemis............................................................. 37

3. Kategori Frasa .......................................................................... 42

C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ............................................ 52

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 72

A. Simpulan ......................................................................................... 72

B. Saran................................................................................................ 73

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74

LAMPIRAN..................................................................................................... 76

DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR

Bagan

Segitiga Ogden Richard ......................................................................... 19

Gambar 1

Angkup ................................................................................................... 30

Gambar 2

Latha ...................................................................................................... 30

Gambar 3

Patra....................................................................................................... 31

Gambar 4

Mendhak................................................................................................. 31

Gambar 5

Gandar ................................................................................................... 32

Page 13: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

23

Gambar 6

Pendhok.................................................................................................. 32

Gambar 7

Bungkul .................................................................................................. 33

Gambar 8

Gandhik .................................................................................................. 33

Gambar 9

Ganja...................................................................................................... 34

Gambar 10

Greneng.................................................................................................. 34

Gambar 11

Janur ...................................................................................................... 35

Gambar 12

Landhep.................................................................................................. 35

Gambar 13

Wedidang ............................................................................................... 36

Gambar 14

Pesi ........................................................................................................ 36

Gambar 15

Panetes ................................................................................................... 37

Gambar 16

Godhongan............................................................................................. 38

Page 14: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

24

Gambar 17

Ukiran .................................................................................................... 38

Gambar 18

Wilahan .................................................................................................. 39

Gambar 19

Blumbangan ........................................................................................... 40

Gambar 20

Sogokan .................................................................................................. 40

Gambar 21

Sraweyan ................................................................................................ 41

Gambar 22

Ada-ada .................................................................................................. 42

Gambar 23

Warangka ladrang ................................................................................. 43

Gambar 24

Ri cangkring ........................................................................................... 44

Gambar 25

Buntut urang .......................................................................................... 44

Gambar 26

Gulu meled ............................................................................................. 45

Gambar 27

Kembang kacang.................................................................................... 46

Gambar 28

Page 15: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

25

Lambe gajah........................................................................................... 47

Gambar 29

Sirah cecak ............................................................................................. 48

Gambar 30

Tikel alis ................................................................................................. 49

Gambar 31

Sebit lontar ............................................................................................. 50

Gambar 32

Pamor wos wutah................................................................................... 51

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

A. Daftar Lambang

1. Lambang Fonetis

[a] : [aGkUp] dalam angkup ‘bagian dari sarung keris’

[O] : [OdO OdO] dalam ada-ada ‘bagian dari bilah keris’

[e] : [edan] dalam edan ‘gila’

[|] : [|nDas] dalam endhas ‘kepala’

[E] : [Es|m] dalam esem ‘senyum’

[i] : [idu] dalam idu ‘ludah’

Page 16: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

26

[I] : [ganDI ?] dalam gandhik ‘bagian dari bilah keris’

[u] : [uraG] dalam urang ‘udang’

[U] : [janUr] dalam janur ‘daun kelapa yang masih muda’

[o] : [goDoGan] dalam godhongan ‘bagian dari sarung keris’

[b] : [buntUt] dalam buntut ‘ekor’

[c] : [cup|t] dalam cupet ‘sempit’

[d] : [dadi] dalam dadi ‘jadi’

[D] : [DapUr] dalam dhapur ‘tipe keris’

[g] : [gOnjO] dalam ganja ‘bagian dari bilah keris’

[h] : [hinggIl] dalam hinggil ‘tinggi’

[j] : [jamu] dalam jamu ‘jamu’

[k] : [k|mbaG] dalam kembang ‘bunga’

[ ?] : [kODO ?] dalam kodhok ‘katak’

[l] : [lambe] dalam lambe ‘bibir’

[m] : [m|nDa ?] dalam mendhak ‘cincin keris’

[n] : [n|su] dalam nesu ‘marah’

[G] : [GamU ?] dalam ngamuk ‘marah’

[~n] : [~naGk|m] dalam nyangkem ‘berkoar-koar’

[p] : [p|si] dalam pesi ‘bagian dari bilah keris’

[r] : [ri] dalam ri ‘duri’

[s] : [s|bit] dalam sebit ‘sobek’

[t] : [tik|l] dalam tikel ‘lipat’

[T] : [TuTU ?] dalam thuthuk ‘pukul’

Page 17: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

27

[w] : [warOGkO] dalam warangka ‘sarung keris’

[y] : [yEn] dalam yen ‘jika’

2. Lambang Lain

+ : proses penggabungan.

→ : menjadi….

[ ] : mengapit bentuk fonetis.

“ ” : mengapit kutipan.

‘ ’ : mengapit terjemahan.

( ) : mengapit keterangan.

… : menunjukkan bagian yang terpotong pada kutipan.

B. Singkatan

N : bentuk nasal (bunyi sengau).

R : (1) bentuk reduplikasi. (2) singkatan dari gelar Raden.

Page 18: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

28

ABSTRAK

Muh Taufiq. C0106035. 2010. Istilah-Istilah dalam Keris Sabuk Inten Warangka Ladrang Gaya Surakarta (Suatu Kajian Etnolinguistik). Skripsi : Jurusan Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) istilah-istilah apa sajakah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta? (2) bagaimanakah bentuk istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta? (3) bagaimanakah makna dalam istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta baik secara leksikal maupun kultural?

Page 19: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

29

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menginventarisasi istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. (2) mendeskripsikan bentuk istilah-istilah yang tedapat dalam keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. (3) mendeskripsikan makna leksikal dan kultural yang terkandung dalam istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa istilah-istilah yang terdapat dalam keris ber-dhapur Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah istilah-istilah yang melekat secara inheren dalam Keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode distribusional dan metode padan.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal : (1) keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta ini memiliki istilah sejumlah 32 buah, yaitu : ada-ada, angkup, blumbangan, bungkul, buntut urang, gandar, gandhik, ganja, godhongan, greneng, gulu meled, janur, kembang kacang, lambe gajah, landhep, latha, mendhak, pamor wos wutah, panetes, patra, pendhok, pesi, ri cangkring, sebit lontar, sirah cecak, sogokan, sraweyan, tikel alis, ukiran, warangka ladrang, wedidang, wilahan. (2) beberapa istilah tersebut dapat dikelompokkan menjadi bentuk monomorfemis yang berjumlah 14 buah, yaitu : angkup, bungkul, gandar, gandhik, ganja, greneng, janur, landhep, latha, mendhak, patra, pendhok, pesi, wedidang. Bentuk polimorfemis berjumlah 8 buah, yaitu : ada-ada, blumbangan, godhongan, panetes, sogokan, sraweyan, ukiran, wilahan, sedangkan bentuk frasa berjumlah 10 buah, yaitu : buntut urang, gulu meled, kembang kacang, lambe gajah, pamor wos wutah, ri cangkring, sirah cecak, tikel alis, warangka ladrang, sebit lontar. (3) makna leksikal pada istilah-istilah tersebut menunjuk pada keterangan letak istilah tersebut di dalam bilah keris, sedangkan makna kultural yang terkandung pada istilah-istilah ini sebagian besar berisikan ajaran-ajaran luhur bagi manusia untuk dapat berlaku dan bertindak di dalam dunia ini agar tercapai keselamatan dan dapat menggapai kesuksesan di dunia dan akhirat.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Page 20: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

30

Manusia dikaruniai Tuhan dengan sifat-sifat yang mampu membuatnya

berbeda dengan mahluk yang lain. Sifat-sifat itu begitu khas sehingga atas dasar

itulah, mahluk yang bernama manusia berbeda dengan binatang. Sifat-sifat itu

adalah akal budi yang membuatnya dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan

keinginannya. Bertindak untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu kebutuhan

yang dimiliki manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan dirinya dari

serangan yang membuat mereka terancam. Baik itu serangan dari alam, serangan

hewan maupun serangan manusia.

Serangan dari alam dapat diatasi oleh manusia dengan membuat

perlindungan. Suatu tempat yang dapat digunakan oleh manusia untuk

melindunginya dari panas dan dingin. Teknologi pembangunan rumah kemudian

diciptakan, sedangkan ketika manusia dihadapkan pada serangan hewan maupun

manusia, maka diciptakanlah alat untuk membela diri dan sistem pertahanan untuk

membela diri yang biasa kita sebut dengan ilmu bela diri.

Kaitannya dengan pembahasan dalam skripsi kita akan memfokuskan pada

sebuah alat yang diciptakan manusia untuk membela diri dari serangan pihak lain

yang membahayakan, yaitu sejenis senjata yang bernama keris.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan bahwa senjata adalah

“(1) alat yang digunakan untuk berkelahi atau berperang (keris, senapan dsb), (2)

sesuatu (surat, kop surat, cap, memo, dsb) yang dipakai untuk memperoleh suatu

maksud, (3) tanda bunyi pada tulisan Arab” (KBBI, 2005: 1038). Secara eksplisit

KBBI telah menyebutkan bahwa salah satu senjata yang digunakan untuk 1

Page 21: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

31

membela diri, untuk berkelahi dan berperang adalah keris. Namun demikian,

dalam perkembangannya keris ternyata tidak hanya berfungsi sebagai senjata saja.

Asal-usul tentang keris ternyata masih belum banyak terungkap. Sebuah

prasasti yang disebut Prasasti Rukam, berangka tahun 829 Saka atau 907 Masehi,

yang ditemukan pada 1975 di Desa Petarongan, Kecamatan Parakan, Kabupaten

Temanggung, Jawa Tengah, salah satu kalimatnya menyebutkan : “…wsi wsi

prakara wadung rimwas patuk patuk lukai tampilan linggis tatah wangkiul kris

gulumi kurumbahgi, pamajha, kampi, dom…” yang kurang lebih bermakna

‘…segala macam keperluan yang terbuat dari besi berupa kapak, kapak perimbas,

beliung, sabit, tampilan, linggis, tatah, bajak, keris, tombak, pisau, ketam, kampit,

jarum…’, ternyata telah membuktikan bahwa pada sekitar abad ke-10 keris telah

dikenal oleh masayarakat Jawa (Haryono Haryoguritno, 2006: 6). Namun, suatu

keniscayaan apabila keris juga telah dikenal jauh sebelum abad ke-10, mengingat

begitu dikenalnya keris sebagai salah satu bagian dari alat-alat yang terbuat dari

besi, menurut prasasti tersebut.

Informasi yang tampak lebih jelas tentang penggunaan keris dapat kita lihat

pada Suma Oriental karya Tome Pires, seorang musafir asal Portugis yang

melanglang buana sekitar abad ke-16 ke berbagai tempat di Nusantara. Dia

menulis : “setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus mempunyai keris di rumah,

maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai….tidak ada laki-laki yang berumur

antara dua belas dan delapan puluh tahun yang berani keluar rumah tanpa keris

terselip di sabuk” (Lombard, 2008: 194). Jadi pada masa akhir Majapahit,

Page 22: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

32

pemakaian keris telah menjadi suatu kelaziman. Bahkan dapat dikatakan suatu

keharusan, bagi kaum lelaki Jawa.

Keberadaan keris di Nusantara khususnya di Jawa memang menjadi sesuatu

yang tidak terpisahkan dari masyarakat pendukung kebudayaan Jawa. Keris telah

menjadi bagian hidup dari ritme kehidupan manusia Jawa. Seperti yang diutarakan

oleh Haryono Haryoguritno berikut.

Bagi orang Jawa masa lalu yang percaya, keris diperankan dalam seluruh perjalanan hidupnya, sejak ia lahir hingga mati. Ketika seorang ibu hendak bersalin dan melahirkan bayinya, dukun bayi menaruh keris bentuk brojol di bawah bantalnya. Ada pula dukun yang cukup menyimpannya sebagai bekal pendamping profesi, tanpa perlu menampakkan kerisnya. Kelak bila si bayi sudah masanya dapat berjalan, diadakan upacara tedhak siten (menapakkan kaki di atas tanah untuk yang pertama kalinya). Upacara ini dilengkapi sesajian yang didalamnya terdapat sebuah seking (keris mini). Anak lelaki yang sudah sampai waktunya untuk dikhitan, dibuatkan orang tuanya sebuah keris mainan yang lengkap, sebagai pertanda bahwa dia sudah memasuki usia akil balig. Bila kelak sudah menjadi pria dewasa yang menikah dengan seorang wanita, ia pun akan menyandang keris yang biasanya merupakan keris keluarga. Untuk selanjutnya, sesudah ia membina rumah tangga dan menjadi warga sepenuhnya, keris akan selalu disandangnya pada berbagai acara hingga menjelang akhir hayatnya. Bahkan ada pula beberapa penghayat fanatik yang menginginkan kelak ia dikubur bersama kerisnya (Haryono Haryoguritno, 2006: 3-4)

Bahkan, sampai begitu pentingnya, keris dapat digunakan sebagai wakil dari

mempelai pria dalam melaksanakan ijab kabul jika mempelai pria berhalangan

hadir karena suatu kepentingan yang sangat mendesak dan tidak bisa ditinggalkan.

Suatu peristiwa yang disebut dengan Kawin Keris (Imam Sutardjo, 2008: 73).

Seperti telah disebutkan di atas, ternyata pada perkembangannya, keris tidak

hanya berfungsi sebagai senjata an sich, namun keris telah menjadi suatu benda

yang multi fungsi. Beberapa fungsi keris yang dapat disebutkan di antaranya

adalah sebagai berikut :

Page 23: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

33

senjata tikam, alat untuk menghukum mati, senjata pamer, atribut keprajuritan, kelengkapan busana resmi, tanda keprabon, atribut utusan raja, sengkalan, manifestasi falsafah, identitas diri atau keluarga, tanda pangkat atau status sosial, tanda jasa, lambang kedewasaan, lambang persaudaraan, lambang peringatan, lambang keturunan, wakil pribadi, tanda penghormatan atau penyerahan diri, atribut upacara, barang pusaka, azimat, medium komunikasi, tempat hunian roh, benda ekonomi, benda dekorasi, benda sejarah, benda antropologi, benda koleksi, lambang kesatuan daerah, merek dagang (Haryono Haryoguritno, tt : 9-10).

Sebagai sebuah artefak kebudayaan yang dimiliki oleh suku bangsa di

wilayah Jawa, keris memiliki keunikan tersendiri yang tidak didapatkan pada

artefak-artefak kebudayaan Nusantara yang lain. Keunikan yang dapat kita lihat

secara kasat mata adalah detailnya yang rumit dan bentuknya yang khas sebagai

senjata tikam.

Kaitannya dengan hal tersebut di atas, keris memiliki tempat tersendiri.

Masyarakat Jawa telah terkenal memiliki kebudayaan yang adiluhung di antero

dunia dan diakui keberadaannya di kancah dunia internasional (Tjaroko HP Teguh

Pranoto, 2007: 1). Perwujudan dari sebuah ke-adiluhung-an tersebut adalah

dikenalnya suatu sistem elaborasi yang rumit dan detail terhadap suatu produk

kebudayaan. Kaitannya dengan masalah yang diangkat dalam skripsi ini adalah

elaborasi yang rumit dan detail terhadap produk kebudayaan yang berupa keris.

Posisi bahasa dalam kerangka kebudayaan memiliki peran yang vital, karena

bahasa bukan hanya sekedar sebagai salah satu unsur kebudayaan, tetapi bahasa

merupakan sarana khasanah kebudayaan manusia disimpan, diwariskan, dan

bahkan sebagai sarana pengembangan budaya. Melalui bahasalah manusia

mengembangkan potensi dirinya yang pada gilirannya bahasa menjadi ciri

Page 24: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

34

kemanusiawian yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Bahasa memang

berkaitan dengan kebudayaan, tetapi bahasa tidak sama dengan kebudayaan.

Bahasa di dalam sekumpulan fenomena kebudayaan merupakan substruktur,

dasar, dan sekaligus sebagai alat pengembang (Khaidir Anwar, 1995: 219).

Pernyataan Khaidir Anwar tersebut memberi kita suatu kesimpulan bahwa

bahasa dan budaya atau kebudayaan adalah suatu hal yang sangat berkaitan erat.

Jika kita hendak mengetahui suatu budaya kita dapat melihat dari bahasa yang

digunakan. Begitu pula sebaliknya. Jika kita hendak mengetahui suatu bahasa

yang digunakan oleh suatu masyarakat, kita dapat melihat dulu budaya yang ada

pada masyarakat tersebut (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004: 166)

Kenyataan tersebut dapat kita buktikan pada istilah-istilah yang terdapat

dalam keris. Pada keris, kita akan melihat banyak bagian-bagian atau detail-

detailnya, dinamakan sedemikian rupa dalam rangka untuk memberi tanda bahwa

bagian tersebut berbeda dengan bagian yang lain. Hal ini terjadi karena begitu

pentingnya keberadaan sebuah keris dalam kebudayaan masyarakat Jawa.

Kejadian ini ternyata sejalan dengan Hipotesis Sapir-Whorf yang menyatakan

bahwa dunia yang kita ketahui terutama ditentukan oleh bahasa dalam budaya kita

(Deddy Mulyana, 2005: 120). Implikasi yang dapat kita tarik adalah bahwa jika

suatu komunitas budaya menggunakan lebih banyak kosakata untuk suatu hal atau

suatu aktivitas (baca : lebih detail) maka hal atau aktivitas tersebut adalah penting

dalam komunitas budaya tersebut. Misalnya orang Eskimo yang mempunyai

variasi nama untuk menyebut salju, karena salju dianggap penting oleh pemakai

budaya Eskimo tersebut (Deddy Mulyana, 2005: 121). Begitu pula keris bagi

Page 25: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

35

masyarakat Jawa. Ternyata juga memiliki nama untuk detail bagian-bagiannya

yang jumlahnya tidak sedikit.

Berdasarkan keadaan tersebut kiranya perlu diadakan suatu kajian mengenai

istilah-istilah yang terdapat pada bagian-bagian keris, dalam rangka untuk

mengetahui keterkaitan antara nama-nama yang disematkan dengan bagian-bagian

yang terdapat dalam keris tersebut. Hal ini penulis lakukan, mengingat belum

banyak masyarakat Jawa sendiri yang mengetahui bagian-bagian keris. Padahal

keris sendiri adalah bagian dari artefak kebudayaan Jawa yang sudah diakui dunia

internasional sebagai hasil kreativitas manusia Jawa yang bernilai seni tinggi.

Bahkan, UNESCO (United Nation for Educational Scientific and Cultural

Organisation) dalam sidangnya di Paris, pada tanggal 25 November 2005,

mengakui keris Indonesia sebagai salah satu warisan budaya manusia yang harus

dilestarikan, bahkan tergolong sebagai suatu maha adikarya, Masterpiece of Oral

and Intangible Heritage of Humanity atau mahakarya warisan kemanusiaan yang

berwujud takbenda (Heru Pratignya, 2010: 2).

Penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan keris adalah

penelitian yang dilakukan oleh Sukamti yang berjudul Tradisi Pemakaian Keris

di Keraton Surakarta Sebuah Kajian Sosiobudaya tahun 1994. Penelitian ini

hanya membahas keris dari cara penggunaannya di dalam lingkungan keraton

Surakarta. Cara penggunaan keris yang dibedakan oleh pangkat dan golongan

yang ada di lingkungan dalam keraton. Jadi, penelitian yang dilakukan Sukamti

ini membahas keris dari segi fungsionalnya yang berkaitan dengan keadaan sosial

dan budaya masyarakat pendukung. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan

Page 26: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

36

adalah mengkaji keris sebagai keris. Artinya berusaha mencari makna yang

terkandung di dalam keris, khususnya keris yang bertipe Sabuk Inten warangka

ladrang gaya Surakarta.

Alasan peneliti mengambil keris Sabuk Inten sebagai objek penelitian

adalah :

1. Keris Sabuk Inten merupakan keris yang memiliki komponen yang

cukup lengkap di antara beberapa keris, sehingga secara otomatis keris

tersebut memiliki istilah-istilah yang cukup banyak untuk dapat

diteliti.

2. Menurut cerita rakyat, keris Sabuk Inten yang pertama kali ada yaitu

keris yang dibuat oleh Empu Jaka Supa atas pesanan Sunan Kalijaga.

Kedua tokoh tersebut dalam khazanah budaya Jawa memiliki

kedudukan yang khusus. Jadi, pastilah keris yang dihasilkan memiliki

kandungan makna yang khusus pula. Mengingat melimpahnya budaya

Jawa akan makna-makna dan simbol-simbol dalam rangka memberi

tafsiran kepada kehidupan.

3. Keris Sabuk Inten relatif lebih banyak diketahui oleh masyarakat luas

daripada jenis keris yang lain. Hal demikian dapat terjadi karena nama

Sabuk Inten pernah diangkat menjadi salah satu judul karya sastra

ciptaan SH. Mintarja yang berjudul Nagasasra Sabuk Inten.

4. Kebanyakan orang mengetahui makna keris hanya per dhapur atau

jenisnya saja, belum mengenai detail ricikan atau bagian-bagian yang

Page 27: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

37

membangun keris tersebut. Jadi, melalui penelitian ini penulis ingin

mengungkap makna keris khususnya keris jenis Sabuk Inten melalui

detail yang membangun keris tersebut.

B. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya dhapur atau tipe keris yang ada. Maka dalam kajian

ini penulis hanya memfokuskan pada sebuah keris berluk sebelas bertipe Sabuk

Inten, pamor Wos Wutah, dengan perabot : warangka ladrang gaya Surakarta,

ukiran gaya Surakarta, pendhok gaya Surakarta, dan mendhak gaya Surakarta.

C. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang penulis angkat pada penelitian ini adalah :

1) Istilah-istilah apa sajakah yang terdapat pada keris Sabuk Inten

warangka ladrang gaya Surakarta?

2) Bagaimanakah bentuk istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk

Inten warangka ladrang gaya Surakarta?

3) Bagaimanakah makna dalam istilah-istilah yang terdapat pada keris

Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta, baik secara leksikal

maupun kultural?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut maka dapat penulis nyatakan tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Menginventarisasi istilah-istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten

warangka ladrang gaya Surakarta.

Page 28: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

38

2. Mendeskripsikan bentuk istilah-istilah yang tedapat dalam keris Sabuk Inten

warangka ladrang gaya Surakarta.

3. Mendeskripsikan makna leksikal dan kultural yang terkandung dalam istilah-

istilah yang terdapat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa konsep

kebahasaan, khususnya keterkaitan bahasa dengan budaya (etnolinguistik).

Sehingga akan sangat bermanfaat bagi perkembangan teori etnolinguistik.

Penelitian etnolinguistik ini juga dapat memberi sumbangan terhadap kajian

linguistik dan etnologi yang merupakan induk disiplin ilmu dari etnolinguistik.

Pendeskripsian bentuk-bentuk istilah dalam keris Sabuk Inten ini dapat

memantapkan teori pembentukan kata-kata bahasa Jawa, sedangkan penjelasan

tentang makna leksikal dan kultural dalam istilah keris Sabuk Inten ini dapat

memberi sumbangan terhadap disiplin ilmu etnologi berupa konsep-konsep

kebahasaan Jawa yang penuh dengan simbol-simbol. Sehingga dapat menjadi

bank data kebudayaan Jawa dalam disiplin ilmu etnologi.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang didapat dari penelitian ini adalah :

Page 29: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

39

a. Sebagai bentuk dokumentasi budaya Jawa dalam bentuk tulisan. Keris

adalah salah satu produk dari kebudayaan Jawa. Diharapkan dengan adanya

pendokumentasian ini, generasi-generasi selanjutnya masih dapat

mengetahui dan mempelajari kekayaan budaya nenek moyangnya.

b. Memperkenalkan kembali kepada masyarakat Jawa akan makna-makna

yang terkandung dalam keris, khususnya pada keris yang ber-dhapur Sabuk

Inten, yang biasanya hanya diketahui oleh para pencinta keris saja.

c. Memberikan pemahaman kepada penutur bahasa Jawa tentang bagian-

bagian keris, sehingga istilah-istilah tersebut dapat digunakan dengan tepat

sesuai dengan konteksnya.

d. Memberi tambahan leksikon kepada para leksikograf atau pembuat kamus.

Khususnya bagi mereka yang ingin membuat kamus bahasa Jawa.

e. Memberi tambahan pengetahuan tentang budaya Jawa kepada para pelaku

pendidikan. Khususnya pelaku pendidikan yang berkaitan dengan bahasa

dan budaya Jawa. Sehingga pemahaman budaya Jawa secara holistis dan

komprehensif dapat diberikan kepada peserta didik.

F. Sistematika Penulisan

Bab I memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II memuat kajian pustaka dan kerangka pikir. Kajian pustaka berisi

tentang konsep-konsep yang mendasari penelitian ini. Konsep-konsep tersebut

Page 30: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

40

diambil dari beberapa buku referensi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sedangkan kerangka pikir berisi suatu bagan alur pemikiran dalam penelitian ini.

Bab III memuat metode penelitian. Metode penelitian berisi tentang

penjelasan dari jenis penelitian, data, sumber data, metode pengumpulan data, dan

metode analisis data.

Bab IV memuat hasil analisis dan pembahasan. Analisis data dilakukan

dengan metode distribusional dan metode padan.

Bab V memuat penutup yang berisi simpulan dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Istilah, Keris Sabuk Inten, dan Warangka Ladrang Gaya Surakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan (2005: 446) istilah

adalah (1) kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna

konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu; (2) sebutan;

nama; (3) kata atau ungkapan khusus. Hal senada juga diutarakan oleh Harimurti

Kridalaksana (2001: 86). Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan

cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas

dalam bidang tertentu.

Keris adalah senjata tajam bersarung, berujung tajam, dan bermata dua

dengan bilah ada yang lurus dan ada yang berkeluk-keluk (KBBI, 2005: 553).

Menurut Bambang Harsrinuksmo (2008: 233) keris adalah senjata tradisional khas

Page 31: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

41

Indonesia. Namun dalam perkembangannya, budaya keris mengikuti perjalanan

sejarah dan kini budaya ini telah tersebar hingga ke negara-negara lain. Selain

Indonesia, negara yang kini memiliki budaya keris adalah Malaysia, Brunei

Darussalam, Kamboja, Thailand, dan Filipina.

Di pulau Jawa, keris digolongkan sebagai salah satu cabang budaya tosan

aji. Selain itu, karena budaya keris memang bermula dari Pulau Jawa, maka

banyak istilah perkerisan dari daerah ini yang juga digunakan di daerah-daerah

lainnya.

Di pulau Jawa keris juga disebut curiga, dhuwung, atau wangkingan. Di

pualu Bali, senjata ini disebut kadutan atau kedutan. Di daerah lain,sebutan keris

di antaranya adalah tappi, selle, gayang, kres, kris, atau karieh.

Menurut Ensiklopedi Keris (Bambang Harsrinuksmo, 2008:9), suatu senjata

dapat disebut keris bila memenuhi kriteria :

a) Keris harus terdiri dari dua bagian utama, yakni bagian bilah keris

(termasuk pesi) dan bagian ganja.

b) Bilah keris harus selalu membuat sudut tertentu terhadap ganja, tidak

tegak lurus.

c) Ukuran panjang bilah keris yang lazim adalah antara 33 cm sampai 38 cm.

d) Keris yang baik harus dibuat dan ditempa dari tiga macam logam, yakni

besi, baja, dan bahan pamor.

Sabuk Inten adalah nama salah satu dhapur keris. Dhapur sendiri adalah

penamaan ragam bentuk atau tipe keris, sesuai dengan ricikan (komponen-

komponen pada keris) yang terdapat dalam keris itu dan jumlah luknya (Bambang

Page 32: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

42

Harsrinuksmo, 2008: 136). Jadi suatu keris ber-dhapur Sabuk Inten, jika

memenuhi kriteria :

a) Memiliki luk sebelas

b) Ricikan berupa :

Page 33: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

43

1) Kembang kacang

2) Jalen

3) Lambe gajah

4) Blumbangan

5) Tikel alis

6) Sogokan ngajeng

7) Sogokan wingking

8) Sraweyan

9) Greneng

(Haryono Haryoguritno, 2006: 178)

Page 34: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

i

Warangka adalah semacam pelindung, sarung atau pengaman untuk

menaruh mata bilah keris, tombak atau senjata lainnya (Bambang Harsrinuksmo,

2008: 517). Warangka ladrang adalah salah satu bentuk warangka yang khas dan

berbeda dengan bentuk warangka yang dikenal dalam dunia perkerisan. Ciri khas

yang dimiliki oleh warangka ladrang ini adalah terdapatnya suatu bentuk

menyerupai perahu dengan bagian-bagiannya yang pipih dan melebar.

Gaya adalah (1) sikap; gerakan, (2) irama dan lagu (dalam nyanyian, musik,

dan sebagainya), (3) ragam (cara rupa, bentuk, dan sebagainya) yang khusus

(mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa, bangunan rumah, dan

sebagainya), (4) cara melakukan gerakan dalam olahraga (renang, lompat, dan

sebagainya), (5) lagak lagu; tingkah laku, (6) sikap yang elok; gerak-gerik yang

bagus, (7) elok; bergaya (KBBI, 2005: 340). Kaitannya dengan dunia perkerisan

maka gaya yang dimaksud adalah gaya yang dimaknakan pada nomor tiga dalam

KBBI tersebut yaitu ragam yang khusus, sedangkan Surakarta merupakan salah

satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Namun secara budaya, Surakarta dapat

dimaknai sebagai sebuah sistem budaya yang bersifat khas yang berbeda dengan

daerah Jawa lainnya. Dunia budaya Jawa biasanya melihat dua kiblat sistem

budaya yang besar yaitu Yogyakarta dan Surakarta. Gaya Surakarta berarti

dimaknai sebagai suatu ragam khas yang memiliki ciri berbeda dengan ragam

yang lain, sebagai contoh ragam Yogyakarta. Kaitannya dengan hal ini warangka

ladrang gaya Surakarta adalah jenis warangka yang berbentuk ladrang dan berciri

khas Surakarta. Hal ini dapat kita lihat pada bagian pipih yang melandai vertikal

ke bawah. Warangka ladrang gaya Surakarta pasti akan terkesan agak

melengkung, sedangkan untuk gaya Yogyakarta terkesan lurus. Warangka

Page 35: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

ii

ii

ladrang gaya Yogyakarta sering disebut juga dengan sebutan warangka

branggah.

Sebenarnya istilah keris itu mengacu pada bilah keris dan perabotnya. Jadi

kalau kita menyebut keris, maka yang dimaksud adalah bilah keris lengkap

beserta ukiran, mendhak, warangka, dan pendhok. Seperti yang diungkapkan oleh

Soemodiningrat : “… Menawi tiyang Jawi mastani keris, dhuwung, wangkingan,

punika ingkang dipunkajengaken: dhuwung ingkang sampun mrabot, dados

jangkep menggah prabotipun, dados sampun mawi jejeran (ukiran) sarungan

(warangka) saha kandelan (pendhok)” , terjemahannya , ‘…jika orang Jawa

menyebut keris maka yang dimaksud adalah keris yang sudah memakai perabot,

jadi lengkap perabotannya, yaitu sudah menggunakan hulu, bersarung, dan

memakai pendhok’ (Soemodiningrat, 1976: 1). Pernyataan Soemodiningrat ini

juga senada dengan pernyataan dari Sukatno Purwoprojo, seorang sesepuh di

bidang perkerisan yang ada di Surakarta (wawancara tanggal 6 April 2010).

2. Etnolinguistik

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 309) menyebutkan bahwa

etnolinguistik adalah cabang linguistik yang menyelidiki hubungan antara bahasa

dan masyarakat pedesaan atau masyarakat yang belum mengenal tulisan.

Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul Beberapa Pokok

Antropologi Sosial mengemukakan definisi etnolinguistik yaitu suatu ilmu bagian

Page 36: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

iii

iii

yang pada asal mulanya erat bersangkutan dengan ilmu antropologi, objek

penelitiannya berupa kata-kata, pelukisan-pelukisan dari ciri-ciri, pelukisan-

pelukisan tentang tata bahasa dari bahasa-bahasa lokal yang tersebar di berbagai

tepat di muka bumi, terkumpul bersama-sama dengan bahan tentang unsur

kebudayaan suatu suku bangsa (Koentjaraningrat, 1992: 2).

Istilah etnolinguistik ini muncul ketika para ahli antropologi mulai

melakukan penelitian lapangan dengan lebih serius dan profesional pada awal

abad ke-20 (Shri Ahimsa Putra, 1997: 3-4). Edward Sapir, seorang ahli

antropologi dari Amerika Serikat merupakan perintis dari studi etnolinguistik

dalam antropologi, karena dia telah membuka sebuah persoalan baru yang penting

dalam studi etnolinguistik (dalam Shri Ahimsa Putra, 1997: 4).

Bidang studi etnolinguistik itu sendiri sebenarya merupakan sebuah bidang

studi yang sangat menarik, karena di lahan inilah kita dapat menemukan sebuah

proses yang sangat penting, yakni proses terbentuknya kebudayaan dan

keterkaitannya dengan bahasa, serta bagaimana kebudayaan tersebut terus

menerus mengalami perubahan, baik secara disadari maupun tidak oleh para

pendukung kebudayaan itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercermin dari bahasa

yang mereka gunakan. Bidang kajian etnolinguistik merupakan salah satu bidang

yang sebenarnya sangat penting untuk dikembangkan mengingat karena begitu

beragamnya bahasa daerah di Indonesia. Pada bahasa-bahasa daerah inilah

sebanarnya tersimpan khazanah budaya Indonesia yang luar biasa kompleksnya,

yang masih sedikit digali dan diketahui. Oleh karena itu Indonesia sebenarnya

merupakan tambang emas bagi kajian etnolinguistik (Shri Ahimsa Putra,1997: I).

Page 37: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

iv

iv

Kajian tentang bahasa dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam

mengenai kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa sudah banyak

dilakukan. Asumsi dasar yang digunakan dalam studi semacam ini adalah bahwa

khazanah pengetahuan yang dimilki oleh suatu masyarakat itu tersimpan dalam

bahasa mereka. Pengetahuan inilah yang digunakan oleh warga masyarakat untuk

menjelaskan dan memahami segala apa yang dihadapi, serta digunakan untuk

membimbing mereka mewujudkan perilaku yang tepat dalam situasi dan kondisi

tertentu. Oleh karena itu, untuk dapat memahami perilaku warga suatu masyarakat

dengan baik, khazanah pengetahuan tersebut harus diketahui, dan berarti bahwa

bahasa mereka harus dipelajari. Dalam konteks inilah sumbangan linguistik sangat

berarti bagi etnologi (Shri Ahimsa Putra,1997: 4). Demikian juga dengan

penelitian istilah-istilah dalam bilah keris Jawa ini. Melalui bahasa yang diwakili

oleh nama bagian-bagian bilah keris, selanjutnya kita dapat mengungkap makna

budaya yang terkandung di dalamnya.

3. Bentuk/Struktur

a) Monomorfemis

Monomorfemis terjadi dari satu morfem. Morfem merupakan satuan bahasa

terkecil yang maknanya secara relatif stabil, dan yang tidak dapat dibagi atas

bagian bermakna yang lebih kecil misalnya {ter-}, {di-}, {pensil} (Harimurti

Kridalaksana, 2001: 141). Menurut Djoko Kentjono (1982: 44-45) satu atau lebih

morfem akan menyusun sebuah kata. Kata dalam hal ini ialah satuan gramatikal

bebas yang terkecil. Kata bermorfem satu disebut monomorfemis dengan ciri-ciri

dapat berdiri sendiri sebagai kata, mempunyai makna dan berkategori jelas,

Page 38: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

v

v

sedangkan kata bermorfem lebih dari satu disebut kata polimorfemis.

Penggolongan kata menjadi jenis monomorfemis dan polimorfemis adalah

menggolongkan berdasarkan jumlah morfem yang menyusun kata.

Pada dasarnya, semua kata yang tergolong pada kata dasar istilah-istilah

dalam bilah keris Jawa ini dapat dikatakan morfem bebas dengan pengertian

bahwa morfem itu dapat berdiri sendiri dengan makna tertentu tanpa dilekati

imbuhan, dengan kata lain, subyeknya belum mengalami proses morfologis atau

belum mendapat tambahan apapun. Belum diulang dan belum dimajemukkan.

b) Polimorfemis

Kata polimorfemis dapat dilihat sebagai hasil proses morfologis yang

berupa perangkaian morfem. Proses morfologis meliputi (1) pengimbuhan atau

afiksasi (penambahan afiks). Penambahan afiks dapat dilakukan di depan, di

tengah, di belakang, atau di depan dan belakang morfem dasar. Afiks yang

ditambahkan di depan disebut awalan atau prefiks, yang di tengah disebut sisipan

atau infiks, yang di belakang disebut akhiran atau sufiks, yang di depan dan

belakang disebut sirkumfiks atau konfiks. (2) pengulangan atau reduplikasi adalah

proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal

(Harimurti Kridalaksana, 2001: 186), dan (3) pemajemukan atau komposisi yaitu

proses morfologis yang membentuk satu kata dari dua (atau lebih dari dua)

morfem dasar atau proses pembentukan dua kata baru dengan jalan

menggabungkan dua kata yang telah ada sehingga melahirkan makna baru. Arti

yang terkandung dalam kata majemuk adalah arti keseluruhan bukan menurut arti

yang terkandung pada masing-masing kata yang mendukungnya.

c) Frasaologis

Page 39: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

vi

vi

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif;

gabungan itu dapat rapat, dapat renggang (Harimurti Kridalaksana, 2001 : 59).

Sedangkan M. Ramlan (1981: 121) menyatakan frasa adalah satuan gramatik yang

terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi. Berdasarkan

dua pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat :

1. frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih.

2. frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi, maksudnya

frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, yaitu dalam subjek,

predikat, objek, pelaku, atau keterangan.

4. Makna Leksikal dan Makna Kultural

Pembicaraan tentang makna akan membawa kita kepada suatu teori tentang

makna yang dicetuskan oleh Ogden dan Richard. Teori tersebut menerangkan

hubungan antara bentuk, konsep, dan acuan. Seperti biasa kita kenal dengan

Segitiga Ogden dan Richards, sebagai berikut:

(b) reference

Bagan Segitiga Makna Ogden-Richards

Page 40: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

vii

vii

Hubungan antara (a) dan (c) digambarkan dengan garis putus-putus karena

kedua hal tersebut bersifat tidak langsung. Titik (a) adalah masalah dalam-bahasa

dan (c) adalah masalah luar bahasa yang hubungannya bersifat arbitrer.

Sedangkan hubungan (a) dan (b) serta hubungan (b) dan (c) bersifat langsung.

Titik (a) dan (b) sama-sama berada di dalam bahasa; hubungan (b) dan (c) berupa

(c) adalah acuan dari (b) tersebut.

Berdasarkan teori makna tersebut, ternyata makna leksikal dan makna

kultural dapat masuk dan sesuai dengannya. Mansur Pateda (2001: 119)

menyebutkan bahwa makna leksikal adalah makna kata ketika kata itu berdiri

sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya

kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu.

Sedangkan makna kultural adalah makna bahasa yang dimiliki oleh

masyarakat dalam hubungannya dengan budaya tertentu. Untuk mengetahui

adanya makna kultural yang berkembang maka perlu diketahui terlebih dahulu

makna leksikalnya.

Tataran makna berada pada titik “reference” pada Segitiga Ogden-Richards.

Pada bagian “reference”, sering disebut juga dengan konsep. Menurut Harimurti

Kridalaksana konsep adalah “gambaran mental dari objek, proses, atau apapun

yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal

tersebut” (2001: 117-119). Jadi pada definisi konsep tersebut secara otomatis

makna kultural dan makna leksikal telah termasuk pada bagian yang telah

(a) symbol (c) referent

Sumber : Jos Daniel Parera, 2004: 28

Page 41: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

viii

viii

diterangkan pada definisi itu. Hanya perbedaanya, makna leksikal lebih cenderung

berkaitan dengan ranah kebahasaan, sedangkan makna kultural lebih cenderung

menerangkan bentuk dengan menitikberatkan pada hal-hal di luar bahasa (baca :

budaya).

Bentuk bahasa yang sama dengan referen atau acuan yang sama, pada

tataran konsep ternyata memiliki perbedaan. Pada konsep makna leksikal, hal

tersebut cenderung sama, karena dibatasi oleh pengertian yang ada di dalam

kamus. Jika ada perbedaan itu biasanya hanya perbedaan dalam penyebutan

bentuk bahasa saja. Sebagai contoh, penyebutan konsep “salah satu ricikan dalam

keris yang berada di gandhik, di atas lambe gajah, di depan jalen”, dalam dunia

perkerisan ada yang menyebut kembang kacang, sekar kacang, atau tlale gajah.

Walaupun berbeda, namun makna atau konsepnya adalah sama.

Berbeda dengan makna leksikal, makna kultural lebih bervariatif dalam

perwujudan konsep atau makna, untuk sebuah bentuk bahasa dan referen yang

sama. Hal tersebut tergantung dari pemahaman orang yang mengeluarkan

keterangan tentang makna kultural itu. Karena hal inilah, makna ini disebut

dengan makna kultural, yaitu makna yang berkaitan dengan budaya masyarakat

pendukungnya. Sedangkan kita tahu bahwa pemahaman akan budaya pada setiap

manusia adalah berbeda. Tergantung dari sejauh mana manusia itu memahami

budaya yang melingkupinya.

B. Kerangka Pikir

ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN WARANGKA LADRANG

GAYA SURAKARTA

ETNOLINGUISTIK

Page 42: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

ix

ix

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara, alat, prosedur, dan teknik yang dipilih

dalam melakukan penelitian. Metode adalah cara untuk mengamati atau

menganalisis fenomena, sedangkan metode penelitian mencakup kesatuan dan

serangkaian proses penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah, penentuan

sampel data, teknik pengumpulan data dan analisis data (Edi Subroto, 1992: 31)

Hal-hal yang diperlukan dalam metode penelitian ini adalah: (1) sifat

penelitian, (2) data, (3) sumber data, (4) metode pengumpulan data, (5) metode

analisis data.

A. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini adalah deskriptif kualitatif artinya penelitian yang

mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat,

wacana, gambar-gambar atau foto, catatan harian, memorandum, video tape (Edi

Subroto, 1992: 7)

Berdasarkan uraian di atas sangat jelas bahwa dalam penelitian ini data

yang tercatat berwujud kata-kata dan hasilnya juga dalam bentuk kata-kata,

sehingga penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan data kebahasaan yang

berupa istilah dalam keris Sabuk Inten, baik yang diperoleh melalui teknik

wawancara ataupun teknik pustaka. Perolehan data melalui studi lapangan dan

studi pustaka kemudian ditelaah secara mendetail.

22

Page 43: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

x

x

B. Data

Data adalah bahan penelitian (Sudaryanto, 1990: 3). Data dalam penelitian

ini berupa istilah-istilah yang terdapat dalam keris ber-dhapur Sabuk Inten

warangka ladrang gaya Surakarta. Semua hal yang berada melekat pada wujud

keris ber-dhapur Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta tersebut akan

dijadikan data yang nantinya akan dianalisis secara linguistis.

Kaitannya dengan penelitian ini, data yang dimaksud adalah semua istilah

yang terdapat dalam keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta.

Sedangkan istilah-istilah yang ditemukan pada keris Sabuk Inten warangka

ladrang gaya Surakarta adalah :

1) ada-ada [OdO OdO]

2) angkup [aGkUp]

3) bungkul [buGkUl]

4) buntut urang [buntUt uraG]

5) blumbangan [mblumbaGan]

6) gandar [gandar]

7) gandhik [ganDI?]

8) ganja [gO~njO]

9) sebit lontar [s|bIt lontar]

10) godhongan [goDoGan]

11) greneng [grEnEG]

12) gulu meled [gulu mElEd]

13) janur [janUr]

14) kembang kacang [k|mbaG kacaG]

Page 44: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xi

xi

15) lambe gajah [lambe gajah]

16) landhep [lanD|p]

17) latha [lOTO]

18) mendhak [m|nDa?]

19) pamor wos wutah [pamOr wOs wutah]

20) panetes [pan|t|s]

21) patra [pOtrO]

22) pendhok [p|nDO?]

23) pesi [p|si]

24) ri cangkring [ri caGkrIG]

25) sirah cecak [sirah c|ca?] kadang biasa disebut juga dengan endhas cecak

[|nDas c|ca?]

26) sogokan [sogo?an]

27) sraweyan [sraweyan]

28) tikel alis [tik|l alIs]

29) ukiran [ukiran]

30) warangka [warOGkO]

31) wedidang [w|didaG]

32) wilahan [wilahan]

C. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan

tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Lofland dalam Lexy Moleong, 2002: 112). Data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah kata-kata (dalam hal ini adalah istilah-istilah) yang secara inheren

Page 45: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xii

xii

melekat pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. Jadi, secara

otomatis keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta ini, merupakan

sumber data utama pada penelitian.

Kemudian untuk meneliti kembali keabsahan dari istilah-istilah tersebut

maka perlu adanya tambahan keterangan dari para informan yang mengetahui

tentang keris. Selain itu, informan juga diharapkan dapat memberikan keterangan

perihal makna kultural yang terdapat pada istilah-istilah yang terdapat pada keris

Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta. Beberapa persyaratan yang harus

dimiliki oleh informan agar dapat memberikan keterangan yang sesuai dengan

penelitian ini adalah :

1) Penutur asli bahasa Jawa.

2) Memahami bahasa dan budaya Jawa serta paham dunia perkerisan.

3) Berumur 25-70 tahun dan belum pikun.

4) Memiliki alat ucap sempurna.

5) Kaitannya dengan penelitian maka harus memiliki pemahaman yang memadai

tentang tosan aji atau pengetahuan tentang besi-besi yang dimuliakan.

6) Memiliki waktu yang cukup untuk wawancara

7) Bersedia untuk diwawancarai

8) Dapat berbahasa Indonesia secara pasif.

Informan yang dimintai keterangan adalah : R. Riyo Purbobudoyo, seorang

mranggi kraton (pembuat warangka dan ukiran untuk keris keraton) di Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat, Sukatno Purwoprojo, seorang ahli keris di Surakarta,

MT.Arifin, seorang pengamat dan kolektor keris di Mangkubumen Surakarta,

Page 46: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xiii

xiii

Subandi Suponingrat, seorang “empu” pembuat keris di daerah Palur

Karanganyar,

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menggunakan metode simak yaitu pengumpulan

data dengan menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Teknik

dasarnya adalah teknik sadap yaitu dengan menyadap keterangan dari informan

terpilih yang menjelaskan tentang detail dan istilah pada keris Sabuk Inten

warangka ladrang gaya Surakarta. Teknik lanjutannya adalah :

1) Teknik rekam, yaitu merekam informasi yang keluar dari informan tentang

istilah-istilah yang terdapat dalam keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya

Surakarta.

2) Teknik kerja sama atau wawancara, yaitu dengan mewawancarai informan

terpilih. Kemudian direncanakan dengan pertanyaan agar terarah sesuai

dengan tujuan penelitian.

3) Teknik pustaka, yaitu dengan menggunakan data dari sumber tertulis yaitu

berupa buku atau yang lain yang intinya berupa data tulis yang membantu

memberikan informasi mengenai apa yang menjadi objek penelitian.

4) Teknik catat juga digunakan dalam metode pengumpulan data ini, yaitu

dengan mencatat data kebahasaan atau istilah-istilah yang relevan dilakukan

dengan transkripsi tertentu menurut kepentingan.

E. Metode Analisis Data

Penulis menggunakan metode distribusional dan metode padan. Kedua

metode ini digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data.

Page 47: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xiv

xiv

1) Metode Distribusional

Metode distribusional yaitu metode analisis data yang alat penentunya

adalah unsur dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:

15). Metode ini digunakan untuk menganalisis bentuk dalam istilah-istilah

yang terdapat bilah keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta.

Teknik dasarnya adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL). Teknik ini

digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur dan

unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31). Teknik

Bagi Unsur Langsung (BUL) ini digunakan untuk membagi satuan lingual

data menjadi beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut dipandang sebagai bagian

yang langsung pembentuknya. Jadi, dalam hal ini digunakan untuk

menganalisis bentuk lingual dalam istilah yang terdapat pada keris Sabuk

Inten warangka ladrang gaya Surakarta, yaitu apakah berupa kata, atau frasa.

2) Metode Padan

Metode padan yaitu analisis data dengan alat penentunya di luar bahasa

yang merupakan konteks sosial terjadinya peristiwa penggunaan bahasa di

dalam masyarakat (Sudaryanto, 1993: 13). Referen bahasa adalah segala

sesuatu yang ditunjuk bahasa benar-benar berada di luar bahasa terlepas dan

tidak menjadi bagian dari bahasa. Referen-referen tersebut antara lain benda,

objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, sifat, kualitas, keadaan, derajat, jumlah

dan sebagainya. Identitas satuan lingual tertentu disesuaikan berdasarkan

derajat kesepadanan, kesesuaian, kecocokan, atau kesamaan arti konsep yang

terkandung dalam kata itu dengan referennya (Edi Subroto, 1992: 56). Metode

Page 48: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xv

xv

padan ini digunakan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam istilah

yang terdapat dalam keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta, baik

makna leksikal maupun makna kultural.

Page 49: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xvi

xvi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Istilah-istilah yang Terdapat pada Keris Sabuk Inten

Warangka Ladrang Gaya Surakarta

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan sejumlah 32 istilah

pada Keris Sabuk Inten Warangka Ladrang Gaya Surakarta. Istilah-istilah tersebut

adalah : ada-ada, angkup, blumbangan, bungkul, buntut urang, gandar, gandhik,

ganja, godhongan, greneng, gulu meled, janur, kembang kacang, lambe gajah,

landhep, latha, mendhak, pamor wos wutah, panetes, patra, pendhok, pesi, ri

cangkring, sebit lontar, sirah cecak, sogokan, sraweyan, tikel alis, ukiran,

warangka ladrang, wedidang, wilahan.

B. Bentuk Istilah

Beberapa istilah yang ada pada keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya

Surakarta dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu istilah yang termasuk

kategori bentuk monomorfemis, bentuk polimorfemis, dan bentuk frasa.

1. Kategori Monomorfemis

a. angkup [aGkUp]

Angkup adalah bagian dari warangka yang berbentuk melengkung ke dalam.

Jika dipasangi ukiran maka bagian ini adalah bagian yang dekat dengan ukiran.

29

Page 50: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xvii

xvii

b. latha [lOTO]

Latha adalah bagian dari warangka yang terletak dekat dengan ri cangkring.

Berbentuk seperti sebuah cekungan.

c. patra [pOtrO]

Patra adalah bagian dari ukiran yang berupa cekungan-cekungan yang teratur

berbentuk semacam guratan-guratan yang berpola yang terletak di bagian sudut

yang melengkung sebelah atas dan bagian yang dekat dengan cembungan di

bagian bawah.

Gambar 1 angkup

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 2 latha

Sumber : dokumen pribadi

Page 51: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xviii

xviii

d. mendhak [m|nDa ?]

Mendhak adalah cincin keris. Bagian yang melingkari pesi di antara ganja dan

ukiran.

e. gandar [gandar]

Gandar adalah bagian dari warangka yang berfungsi sebagai pelindung bilah

keris secara langsung. Merupakan suatu selongsong dari kayu lurus di bawah

bentuk perahu dari warangka.

Gambar 3 patra

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 4 mendhak

Sumber : dokumen pribadi

Page 52: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xix

xix

f. pendhok [p|nDO?]

Pendhok adalah pelindung dari gandar yang biasa terbuat dari logam kuningan,

perak, emas, tembaga, atau suasa.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 5 gandar

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 6 pendhok

Page 53: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xx

xx

g. bungkul [buGkUl]

Bungkul adalah bagian keris yang terletak di tengah-tengah dasar bilah dan di

atas ganja.

h. gandhik [ganDI?]

Gandhik adalah besi yang menggemuk dan tebal di bagian muka keris.

Merupakan tempat kembang kacang, jalen, dan lambe gajah.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 8 gandhik

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 7 bungkul

Page 54: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxi

xxi

i. ganja [gO~njO]

Ganja adalah bagian pangkal, dasar, atau alas dari sebuah kerangka bangun

suatu bilah keris. Secara fisik terlihat bagaikan kerangka bawah yang berfungsi

sebagai pilar dasar dari bilah keris, yang bentuknya lebih melebar ke depan dan

ke belakang untuk memberi perlindungan kepada tangan si pemegang keris.

j. greneng [grEnEG]

Greneng adalah ornamen berbentuk huruf Jawa dha yang berderet dan letaknya

di bagian bawah ujung ganja, dan sering dibuat rangkap sehingga terletak

sampai ujung bilah keris.

Sumber : dokumen pribadi

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 9 ganja

Gambar 10 greneng

Page 55: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxii

xxii

k. janur [janUr]

Janur adalah bentuk yang menyerupai lidi yang berada di antara sogokan.

l. landhep [lanD|p]

Landhep adalah bagian keris yang tajam di sisi samping.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 12 landhep

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 11 janur

Page 56: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxiii

xxiii

m. wedidang [w|didaG]

Wedidang adalah bagian dari bilah keris bagian bawah yang berada di atas

greneng. Bagian ini merupakan bagian belakang dari sebuah keris.

n. pesi [p|si]

Pesi adalah besi yang bundar dan memanjang antara lima sentimeter hingga

delapan sentimeter yang menjadi tangkai keris yang masuk ke dalam pegangan

atau ukiran.

Gambar 14 pesi

Sumber : dokumen pribadi

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 13 wedidang

Page 57: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxiv

xxiv

2. Kategori Polimorfemis

a. panetes [pan|t|s]

Panetes merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata

dasar tetes yang mendapat prefiks paN-.

paN + tetes → panetes

Panetes adalah bagian bilah keris yang paling ujung atas.

b. godhongan [goDoGan]

Godhongan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi

kata dasar godhong yang mendapat sufiks –an.

godhong + -an → godhongan

Godhongan adalah bagian warangka yang terlihat melebar dan tipis seperti

daun.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 15 panetes

Page 58: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxv

xxv

c. ukiran [ukiran]

Ukiran merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata

dasar ukir yang mendapat sufiks –an.

ukir + -an → ukiran

Ukiran adalah bagian dari perabot keris tempat pegangan bilah keris dalam

keadaan terhunus dan tempat memasukkan pesi keris.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 16 godhongan

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 17 ukiran

Page 59: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxvi

xxvi

d. wilahan [wilahan]

Wilahan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata

dasar wilah yang mendapat sufiks –an.

wilah + -an → wilahan

Wilahan adalah bagian terbesar dari wujud bilah keris itu sendiri, tempat

sebagaian besar detail keris berada. Terletak di atas ganja.

e. blumbangan [mblumbaGan]

Blumbangan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi

kata dasar blumbang yang mendapat sufiks –an.

blumbang + -an → blumbangan

Blumbangan adalah bagian yang cekung di belakang gandhik.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 18 wilahan

Page 60: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxvii

xxvii

f. sogokan [sogo?an]

Sogokan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata

dasar sogok yang mendapat sufiks –an.

sogok + -an → sogokan

Sogokan adalah bagian keris yang membujur seperti parit, memanjang terletak di

depan dan di belakang janur.

Gambar 19 blumbangan

Sumber : dokumen pribadi

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 20 sogokan

Page 61: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxviii

xxviii

g. sraweyan [sraweyan]

Sraweyan merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses afiksasi kata

dasar srawe yang mendapat sufiks –an.

srawe + -an → sraweyan

Sraweyan adalah bagian keris yang bentuknya tebalan melandai yang terletak di

belakang sogokan paling belakang sampai ke greneng.

h. ada-ada [OdO OdO]

Ada-ada merupakan bentuk polimorfemis yang terjadi dari proses reduplikasi

kata ada.

ada R→ ada-ada

Ada-ada dalam dunia perkerisan merupakan bagian dari bilah keris yang berada

di bagian tengah. Dimulai dari arah pangkal keris sampai ujung keris.

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 21 sraweyan

Page 62: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxix

xxix

3. Kategori Frasa

a. warangka ladrang [warOGkO ladraG]

Warangka ladrang termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata

warangka termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata

ladrang. Kata ladrang pada kasus ini berkategori ajektif.

Warangka ladrang adalah jenis sarung keris yang berbentuk seperti perahu dan

memiliki bagian yang tipis melebar di bagian belakang, serta tipis melengkung

ke dalam pada bagian depan.

warangka ladrang warangka ladrang

nomina +

ajektif frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 22 ada-ada

Page 63: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxx

xxx

b. ri cangkring [ri caGkrIG]

Ri cangkring termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata ri

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata cangkring.

Kata cangkring pada kasus ini berkategori nomina.

Ri cangkring adalah bagian dari warangka berada di samping latha. Berbentuk

seperti duri yang keluar dari sisi samping warangka.

ri cangkring ri cangkring

nomina +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 23 warangka ladrang

Gambar 24 ri cangkring

Page 64: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxi

xxxi

c. buntut urang [buntUt uraG]

Buntut urang termasuk dalam frasa nomina, karena intinya yaitu kata buntut

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan yang menjadi atributnya adalah

kata urang. Kata urang pada kasus ini berkategori nomina.

Buntut

urang adalah bagian dari ganja yang berada paling ujung belakang.

d. gulu meled [gulu mElEd]

buntut urang buntut urang

nomina +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 25 buntut urang

Page 65: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxii

xxxii

Gulu meled termasuk dalam frasa nomina, karena intinya yaitu kata gulu

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan yang menjadi atributnya adalah

kata meled. Kata meled pada kasus ini berkategori verba.

Gulu meled adalah bagian dari ganja yang berada di belakang sirah cecak

sebelum bagian yang menggembung di bagian tengah ganja.

e. kembang kacang [k|mbaG kacaG]

gulu meled gulu meled

nomina +

verba frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 26 gulu meled

Page 66: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxiii

xxxiii

Kembang kacang termasuk dalam frasa nomina, karena intinya yaitu kata

kembang termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata

kacang. Kata kacang pada kasus ini berkategori nomina.

Kembang kacang adalah bagian keris yang berada pada gandhik yang

berbentuk seperti belalai gajah, berada di atas lambe gajah.

f. lambe gajah [lambe gajah]

kembang kacang kembang kacang

nomina +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 27 kembang kacang

Page 67: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxiv

xxxiv

Lambe gajah termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata lambe

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata gajah.

Kata gajah pada kasus ini berkategori nomina.

Lambe gajah adalah bagian dari keris yang berada di gandhik di sebelah bawah

kembang kacang. Wujud berupa tonjolan seperti bibir. Beberapa keris ada yang

memilikinya lebih dari satu buah.

g. sirah cecak [sirah c|ca?]

lambe gajah lambe gajah

nomina +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 28 lambe gajah

Page 68: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxv

xxxv

Sirah cecak termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata sirah

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata cecak. Kata

cecak pada kasus ini berkategori nomina.

Sirah cecak adalah bagian paling depan dari sebuah ganja. Jika dilihat dari arah

pesi, terlihat seperti kepala cicak. Dunia perkerisan juga mengenal sirah cecak

dengan sebutan endhas cecak [|nDas c|ca?].

h. tikel alis [tik|l alIs]

sirah cecak sirah cecak

nomina +

nomina frasa nomina

Gambar 29 sirah cecak

Sumber : dokumen pribadi

Page 69: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxvi

xxxvi

Tikel alis termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata alis termasuk

dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata tikel. Kata tikel pada

kasus ini berkategori ajektif.

Tikel alis adalah bagian dari keris yang terletak di atas blumbangan di depan

sogokan yang berwujud alur pendek.

i. sebit lontar [s|bIt lontar]

tikel alis tikel alis

ajektif +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 30 tikel alis

Page 70: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxvii

xxxvii

Sebit lontar termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata lontar

termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata sebit. Kata

sebit pada kasus ini berkategori verba.

Sebit lontar adalah bagian ganja yang melandai ke bawah di bagian ekor.

j. pamor wos wutah [pamOr wOs wutah]

sebit lontar sebit lontar

verba +

nomina frasa nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 31 sebit lontar

Page 71: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxviii

xxxviii

Pamor wos wutah termasuk dalam frasa nomina karena intinya yaitu kata

pamor termasuk dalam kategori nomina, sedangkan atributnya adalah kata wos

dan wutah. Kata wos pada kasus ini berkategori nomina dan kata wutah

berkategori verba.

Pamor wos wutah adalah pola pamor yang bentuknya berupa bulatan dengan

garis yang tidak beraturan, berlapis-lapis dan menyebar ke seluruh permukaan

bilah.

C. Makna Leksikal dan Makna Kultural

pamor wos wutah pamor wos wutah

nomina +

nomina +

verba frase nomina

Sumber : dokumen pribadi

Gambar 32 pamor wos wutah

Page 72: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xxxix

xxxix

1. angkup [aGkUp]

a. Makna leksikal :

Makna angkup menurut Poerwadarminta (1939: 16) adalah bungkus dari

buah atau bunga pada waktu masih kuncup. Sedangkan makna angkup

yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari warangka yang berbentuk

melengkung ke dalam. Jika dipasangi ukiran maka bagian ini adalah

bagian yang dekat dengan ukiran.

b. Makna kultural :

Manusia itu harus andhap asor, yaitu berlaku rendah hati kepada sesama

manusia. Sedangkan kepada Tuhan harus bersikap tawakal. Selalu

meningkatkan keimanan dan ketakwaan. (Arifin, 2006: 328).

2. latha [lOTO]

a. Makna leksikal :

Makna latha menurut Poerwadarminta (1939 : 263) adalah: (1) lekukan

yang ada di dagu; (2) tumbuhan yang merambat. Sedangkan makna latha

yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari warangka yang terletak

dekat dengan ri cangkring. Berbentuk seperti sebuah cekungan.

b. Makna kultural :

Latha berhubungan dengan kata dilatha yang berarti wajah pengantin yang

dihiasi. Hal ini bermakna, manusia harus dihiasi dengan tindak-tindak

yang menyenangkan jika ingin memperoleh kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.

3. patra [pOtrO]

Page 73: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xl

xl

a. Makna leksikal :

Makna patra menurut Poerwadarminta (1939 : 477) adalah: (1) daun; (2)

surat. Sedangkan makna patra yang berkaitan dengan keris adalah bagian

dari ukiran yang berupa cekungan-cekungan yang teratur berbentuk

semacam guratan-guratan yang berpola yang terletak di bagian sudut yang

melengkung sebelah atas dan bagian yang dekat dengan cembungan di

bagian bawah.

b. Makna kultural :

Patra merupakan perlambangan dari kawula ‘hamba’ dan Gusti ‘Tuhan’.

Gusti dilambangkan oleh ukiran yang ada di bagian kepala, sedangkan

kawula dilambangkan pada ukiran yang berada di bagian bawah dekat

dengan cembungan. Persatuan antara kawula dan Gusti mewujudkan

manusia yang ideal. Manusia yang bisa menjadi contoh bagi manusia lain.

Karena sifat-sifat ketuhanan yang telah melekat pada dirinya. Hal seperti

inilah yang hendaknya dituju oleh semua manusia.

4. mendhak [m|nDa ?]

a. Makna leksikal :

Makna mendhak menurut Poerwadarminta (1939 : 307) adalah: (1) agak

menunduk sebagai tanda penghormatan; (2) agak turun, agak ambles,

berkurang. Sedangkan makna mendhak yang berkaitan dengan keris adalah

cincin keris atau bagian yang melingkari pesi di antara ganja dan ukiran.

b. Makna kultural :

Page 74: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xli

xli

Mendhak memiliki makna bahwa manusia harus berusaha untuk

menundukkan diri pribadi agar dapat menjadi manusia yang sempurna.

Mendhak berarti merendahkan diri (Lumintu, 2004: 26).

5. gandar [gandar]

a. Makna leksikal :

Makna gandar menurut Poerwadarminta (1939: 130) adalah: (1) kayu

sarung dari keris; (2) sifat atau bentuk yang baik. Poerwadarminta telah

menyebutkan secara eksplisit tentang makna gandar yang langsung

berkaitan dengan keris. Namun, perlu kiranya untuk dilengkapi lagi.

Gandar adalah bagian dari warangka yang berfungsi sebagai pelindung

bilah keris secara langsung. Gandar merupakan suatu selongsong dari

kayu lurus di bawah bentuk perahu dari warangka.

b. Makna kultural :

Gandar adalah perlambangan dari bentuk dedeg pangadeg (bangun suatu

badan), sebagai suatau keadaan yang sudah pinasthi, ditentukan bagi

masing-masing manusia (Arifin, 2006: 328)

6. pendhok [p|nDO?]

a. Makna leksikal :

Makna pendhok menurut Poerwadarminta (1939 : 484) adalah selubung

gandar keris yang terbuat dari perak, emas dan lain sebagainya.

b. Makna kultural :

Suatu pesan moral terhadap manusia, yang mengandung makna ingkang

andhok tata kramanireki atau yang jelas sikap sopan santunnya (Arifin.

Page 75: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlii

xlii

2006: 328). Manusia harus bisa bersopan santun jika ingin dihargai oleh

orang lain.

7. bungkul [buGkUl]

a. Makna leksikal :

Makna bungkul menurut Poerwadarminta (1939: 54) adalah: (1) bagian

yang menggelembung kecil pada tongkat atau pegangan payung; (2) alat

bantu hitung untuk bawang atau kapas, sedangkan makna bungkul yang

berkaitan dengan keris adalah bagian keris yang terletak di tengah-tengah

dasar bilah dan di atas ganja. Berbentuk membulat.

b. Makna kultural :

Bungkul merupakan perlambangan tekad yang bulat dan pasti. Ketika

sesorang telah memiliki cita-cita, maka sudah sewajarnya jika cita-cita

tersebut diusahakan untuk dicapai dengan suatu tekad yang bulat serta

mantap.

8. gandhik [ganDI?]

a. Makna leksikal :

Makna gandhik menurut Poerwadarminta (1939: 131) adalah: (1) batu

yang berbentuk silinder yang dipakai untuk menggerus sesuatu; (2)

berjodohan untuk kucing, sedangkan makna gandhik yang berkaitan

dengan keris adalah besi yang menggemuk dan tebal di bagian muka keris.

Gandhik merupakan tempat kembang kacang, jalen, dan lambe gajah.

b. Makna kultural :

Gandhik melambangkan kepasrahan kepada Sang Maha Pencipta. Manusia

diharapkan membaktikan dan menyerahkan dirinya hanya kepada Tuhan.

Page 76: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xliii

xliii

Bukan kepada benda-benda yang ada dunia. Sebab Tuhan telah

mengetahui apa yang terbaik bagi manusia.

9. ganja [gO~njO]

a. Makna leksikal :

Makna ganja menurut Poerwadarminta (1939: 130) adalah: (1) dasar pesi

keris yang lekat dengan bilah; (2) penyangga di ujung pilar.

Poerwadarminta telah menerangkan ganja yang berkaitan dengan keris.

Namun, perlu kiranya untuk ditambahkan lagi maknanya menjadi bagian

pangkal, dasar, atau alas dari sebuah kerangka bangun suatu bilah keris,

yang secara fisik terlihat bagaikan kerangka bawah yang berfungsi sebagai

pilar dasar dari bilah keris, yang bentuknya lebih melebar ke depan dan ke

belakang untuk memberi perlindungan kepada tangan si pemegang keris.

b. Makna kultural :

Ganja adalah perlambangan dari wanita, sedangkan perlambangan pria

adalah pesi. Penyatuan antara ganja dan pesi yang membentuk kesatuan

keris secara utuh melambangkan proses kelahiran manusia yang

memerlukan pria dan wanita untuk dapat menjadi manusia.

10. greneng [grEnEG]

a. Makna leksikal :

Makna greneng menurut Poerwadarminta (1939 : 162) adalah: (1) sesuatu

yang mirip seperti kaitan kecil; (2) bentuk yang seperti gigi pada hiasan.

Sedangkan makna greneng yang berkaitan dengan keris adalah ornamen

berbentuk huruf Jawa dha yang berderet dan letaknya di bagian bawah

Page 77: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xliv

xliv

ujung ganja, dan sering dibuat rangkap sehingga terletak sampai ujung

bilah keris.

b. Makna kultural :

Greneng merupakan perlambangan dari dada, karena di dalam greneng

terdapat beberapa bentuk ornamen berbentuk huruf Jawa dha. Sehingga

terdapat bacaan dhadha atau dada dalam bahasa Indonesia. Kaitannya

dengan keris, dada merupakan perlambangan dari kejujuran. Tanpa

kejujuran maka manusia pasti akan menemui kecelakaan dalam hidupnya.

11. janur [janUr]

a. Makna leksikal :

Makna janur menurut Poerwadarminta (1939 : 80) adalah daun kelapa

yang masih muda, sedangkan makna janur yang berkaitan dengan keris

adalah bentuk yang menyerupai lidi yang berada di antara sogokan.

b. Makna kultural :

Janur adalah daun kelapa yang masih muda. Lemes. Istilah perkerisan

memaknai hal tersebut sebagai watak yang luwes. Manusia diharapkan

memiliki watak yang luwes, tidak kaku dan suka bermusyawarah.

12. landhep [lanD|p]

a. Makna leksikal :

Makna landhep menurut Poerwadarminta (1939 : 259) adalah: (1) tidak

tumpul; (2) mudah mengerti; (3) perkataan yang menyakitkan hati.

Sedangkan makna landhep yang berhubungan dengan keris adalah bagian

keris yang tajam di sisi samping

Page 78: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlv

xlv

b. Makna kultural :

Bagian sisi keris yang tajam melambangkan penyembahan kepada Tuhan

secara lahir dan batin. Dua sisi tersebut (lahir dan batin) dilambangkan

pada dua sisi yang tajam pada bilah keris. Penyembahan kepada Tuhan

harus dilakukan dengan sebenar-benarnya. Jangan sampai hanya lahir saja

tapi batin tidak ikut, begitu juga sebaliknya. Lahir tanpa batin seperti orang

munafik. Sedangkan batin saja tanpa lahir seperti orang yang kurang

sempurna.

13. wedidang [w|didaG]

a. Makna leksikal :

Makna wedidang menurut Poerwadarminta (1939 : 659) adalah: (1)

diantara lutut dan telapak kaki; (2) otot pada tumit. Sedangkan makna

wedidang yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari bilah keris

bagian bawah yang berada di atas greneng. Bagian ini merupakan bagian

belakang dari sebuah keris.

b. Makna kultural :

Makna wedidang secara kultural ternyata memiliki makna yang sama

dengan buntut urang yaitu kita harus mengikuti nasihat guru. Manusia

yang sedang menuntut ilmu hendaknya selalu mengikuti nasihat guru dan

patuh kepadanya. Sebab, apapun yang dikatakan oleh guru pasti untuk

kebaikan sang murid. Jadi, jika ingin sukses maka patuh pada nasihat guru

harus dilaksanakan.

Page 79: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlvi

xlvi

14. pesi [p|si]

a. Makna leksikal :

Makna pesi menurut Poerwadarminta (1939 : 488) adalah: (1) tonjolan

dari pisau atau keris yang masuk pada bagian pegangan; (2) burung.

Secara lebih rinci makna pesi yang berkaitan dengan keris adalah besi

yang bundar dan memanjang antara lima sentimeter hingga delapan

sentimeter yang menjadi tangkai keris yang masuk ke dalam pegangan

atau ukiran.

b. Makna kultural :

Pesi merupakan lambang pria, sebagai lawan dari ganja yang merupakan

lambang wanita. Persatuan antara pria dan wanita (pesi dan ganja) telah

melahirkan suatu makhluk yang disebut dengan manusia. Jadi dua jenis

manusia itu adalah suatu keniscayaan yang harus ada demi berlangsungnya

kehidupan.

15. panetes [pan|t|s]

a. Makna leksikal :

Panetes berasal dari kata dasar tetes yang bermakna: (1) kebal; (2) bentuk

krama inggil dari berkhitan; (3) tindik; (4) pas, persis sama; (5) nyata

(Poerwadarminta, 1939 : 604). Awalan pa- biasa membentuk kata benda.

Panetes adalah alat yang digunakan untuk membuat lubang. Sedangkan

makna panetes yang berkaitan dengan keris adalah bagian bilah keris yang

paling ujung atas.

Page 80: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlvii

xlvii

b. Makna kultural :

Panetes merupakan bagian yang tajam pada keris di bagian ujung.

Merupakan wujud dari penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

Bagian yang tajam berarti ketika menyembah Tuhan, harus dilandasi

dengan ketajaman atau kesungguhan. Penyembahan hanya dilkukan

kepada Tuhan.

16. godhongan [goDoGan]

a. Makna leksikal :

Menurut Poerwadarminta (1939: 158) godhong adalah: (1) bagian dari

tumbuh-tumbuhan yang berwujud lembaran hijau dengan pegangan; (2)

penutup dari jendela atau pintu; (3) bagian dari sesuatu yang bersifat

melebar. Akhiran –an biasanya membentuk makna sesuatu yang bersifat

seperti. Maka, godhongan dapat kita maknai sebagai sesuatu yang bersifat

seperti daun. Sedangkan makna godhongan yang berkaitan dengan keris

adalah bagian warangka yang terlihat melebar dan tipis seperti daun.

b. Makna kultural :

Godhongan merupakan suatu perlambang tentang keadaan jiwa manusia

yang merupakan loro-loroning atunggal, antara Gusti dan kawula,

sehingga harus merupakan satu abipraya atau satu tekad, kehendak, dan

niat (Arifin, 2006: 328).

17. ukiran [ukiran]

a. Makna leksikal :

Ukiran berasal dari kata dasar ukir yang bermakna: (1) gunung; (2)

menatah kayu dengan bentuk tanaman (Poerwadarminta, 1939 : 437).

Page 81: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlviii

xlviii

Akhiran –an membentuk kata benda atau hasil dari proses. Sehingga

ukiran bermakna sebagai hasil dari barang yang telah diukir. Kaitannya

dengan keris ukiran bermakna sebagai bagian dari perabot keris tempat

pegangan bilah keris dalam keadaan terhunus dan tempat memasukkan

pesi keris.

b. Makna kultural :

Ukiran menandakan bahwa Tuhan adalah Mahaluhur selalu melebihi apa

saja yang diunggulkan. Hal ini tidak boleh dipungkiri. (Lumintu, 2004:

26).

18. wilahan [wilahan]

a. Makna leksikal :

Wilahan bersal dari kata dasar wilah yang berarti: (1) potongan bambu ;

(2) besi dari keris; (3) bagian dari gender, saron, atau gambang yang

ditabuh (Poerwadarminta, 1939 : 663). Akhiran –an membentuk kata

benda. Secara tersurat Poerwadarminta telah menyebutkan makna wilahan

yang berkaitan dengan keris seperti di atas. Lebih lengkapnya wilahan

adalah bagian terbesar dari wujud bilah keris itu sendiri, tempat sebagian

besar detail keris berada, terletak di atas ganja.

b. Makna kultural :

Wilahan merupakan lambang penyembahan kepada Tuhan Yang Maha

Pengasih. Suatu penyembahan yang dilandasi oleh tiga ketajaman, yaitu

tajam di ujung (panetes) dan tajam di kedua sisi (landhep). Tajam diujung

berarti hanya menyembah satu Tuhan sedangkan tajam di sisi merupakan

perlambangan bahwa penyembahan kepada Tuhan harus dengan lahir dan

Page 82: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

xlix

xlix

batin. Menyembah satu Tuhan dengan perwujudan lahir dan batin akan

membawa dampak yang luar biasa bagi manusia. Dampak yang terjadi

adalah manusia akan memperoleh ketenangan. Baik ketenangan lahir

maupun ketenangan batin. Kedua hal tersebut nantinya akan dapat menjadi

modal dasar untuk membentuk kehidupan manusia dengan lebih baik.

Tidak ada lagi permusuhan di antara manusia karena yang dituju hanyalah

kedamaian dan keselarasan dengan Tuhan dan manusia.

19. blumbangan [mblumbaGan]

a. Makna leksikal :

Makna blumbangan menurut Poerwadarminta (1939: 50) adalah iket atau

kemben yang hiasan batiknya hanya ada di tepi kain, sedangkan makna

blumbangan yang berkaitan dengan keris adalah bagian yang cekung di

belakang gandhik.

b. Makna kultural :

Manusia diharapkan mampu untuk menampung berbagai macam

persoalan. Ketika banyak sekali masalah yang dihadapi, maka tidak serta

merta berputus asa dan menyerahkan semuanya kepada keadaan. Tapi

yang dilakukan adalah bersabar serta menyerahkan semua urusan kepada

Tuhan. Namun tetap harus ada usaha untuk menyelesaikan persoalan

tersebut.

20. sogokan [sogo?an]

a. Makna leksikal :

Makna sogok menurut Poerwadarminta (1939 : 578) adalah: (1) segala

sesuatu yang agak panjang digunakan untuk mengorek; (2) kunci; (3)

Page 83: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

l

l

bengis. Akhiran –an membentuk kata benda, sehingga sogokan adalah alat

yang digunakan untuk mengorek (menyogok), sedangkan makna sogokan

yang berkaitan dengan keris adalah bagian keris yang membujur seperti

parit, memanjang terletak di depan dan di belakang janur.

b. Makna kultural :

Sogokan berbentuk alur yang mengarah ke atas seakan mendesak bilah.

Hal ini melambangkan manusia hendaknya selalu berusaha untuk mencari

tahu tentang ilmu. Karena ilmu itu begitu luas dan tidak ada habisnya,

maka kita harus selalu dengan tekun untuk menuntut ilmu.

21. sraweyan [sraweyan]

a. Makna leksikal :

Makna sraweyan menurut Poerwadarminta (1939 : 581) adalah: (1) terlihat

berumbai-rumbai; (2) bergerak-gerak tangannya melambai, sedangkan

makna sraweyan yang berkaitan dengan keris adalah bagian keris yang

bentuknya tebalan melandai yang terletak di belakang sogokan paling

belakang sampai ke greneng.

b. Makna kultural :

Sraweyan dikatakan sebagai orang yang suka usil mencari-cari cacat atau

kekurangan orang. Hal ini mengingatkan manusia agar tidak mencari

keslahan atau cacat orang lain, karena kita sendiri pun masih penuh

dengan kesalahan dan cacat yang tidak diketahui oleh orang lain.

Page 84: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

li

li

22. ada-ada [OdO OdO]

a. Makna leksikal :

Makna ada-ada menurut Poerwadarminta (1939: 1-2) adalah: (1) serat

yang tegak pada daun; (2) bagian untuk pegangan pada bulu; (3) alat

untuk menopang; (4) tanda dalam sistem penulisan aksara Jawa; (5)

memulai melakukan sesuatu yang belum pernah ada; (6) pendapat yang

pertama kali; (7) suluk dalam pertunjukan wayang. Sedangkan makna ada-

ada yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari bilah keris yang berada

di bagian tengah. Dimulai dari arah pangkal keris sampai ujung keris.

b. Makna kultural :

Manusia harus berhati-hati di dalam segala tindakannya. Tanpa kehati-

hatian yang dilakukan maka akan menyebabkan kejelekan dan kecelakaan

bagi manusia. Manusia harus berjalan tepat pada jalurnya. Jalan yang lurus

yaitu jalan yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih. Bahasa

Jawa mengenal kata ada-ada sebagai ‘sesuatu gagasan yang baru’. Oleh

karena itu, ada-ada juga dapat dimaknai hendaknya manusia selalu

memiliki inisiatif dalam hidupnya, supaya semakin kreatif dan akhirnya

dapat membawa kemajuan bagi lingkungan sekitar

23. warangka ladrang [warOGkO]

a. Makna leksikal :

Makna warangka menurut Poerwadarminta (1939 : 669) adalah: (1)

penjara; (2) kayu sarung keris dan tombak, sedangkan ladrang adalah (1)

bentuk sarung keris; (2) bentuk dari musik karawitan (Poerwadarminta,

1939 : 254). Dua keterangan di atas secara eksplisit menerangkan bahwa

Page 85: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lii

lii

ladrang merupakan salah satu jenis warangka atau sarung keris. Secara

lengkap warangka ladrang adalah jenis sarung keris yang berbentuk

seperti perahu dan memiliki bagian yang tipis melebar di bagian belakang,

serta tipis melengkung ke dalam pada bagian depan.

b. Makna kultural :

Wrangka ladrang terbuat dari kayu. Istilah kayu diambil dari penggunaan

kata bahasa Arab yakni syajaratul yakin (pohon keyakinan), yang

mengandung kepastian bahwa hidup itu tidak mati.

24. ri cangkring [ri caGkrIG]

a. Makna leksikal :

Makna ri menurut Poerwadarminta (1939 : 529) adalah: (1) duri yang ada

di pohon; (2) tulang pada ikan yang tajam-tajam; (3) hari; (4) adik; (5) di,

ketika, oleh, sedangkan cangkring adalah pohon sebangsa dhadhap yang

mempunyai duri (Poerwadarminta, 1939 : 626). Jadi, ri cangkring secara

harfiah berarti duri pohon cangkring. Makna ri cangkring yang berkaitan

dengan keris adalah bagian dari warangka berada di samping latha.

Berbentuk seperti duri yang keluar dari sisi samping warangka

b. Makna kultural :

Ri cangkring berarti pundak (Lumintu, 2004: 25). Manusia harus mampu

memikul semua tanggung jawab yang telah diberikan Tuhan kepadanya,

yaitu sebagai pemimpin di dunia ini. Minimal menjadi pemimpin bagi diri

sendiri.

Page 86: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

liii

liii

25. buntut urang [buntUt utaG]

a. Makna leksikal :

Makna buntut menurut Poerwadarminta (1939: 53) adalah: (1) bagian tubuh

hewan lanjutan dari tulang belakang; (2) perkara yang menyusul.

Sedangkan urang adalah udang. Maka, buntut urang bermakna ekor dari

udang. Selain itu, Poerwadarminta juga menyebutkan bahwa buntut-urang

memiliki arti berupa rambut yang berada di tengkuk (1939: 53). Makna

buntut urang yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari ganja yang

berada paling ujung belakang.

b. Makna kultural :

Buntut urang bermakna kita harus mengikuti nasihat guru. Manusia yang

sedang menuntut ilmu hendaknya selalu mengikuti nasihat guru dan patuh

kepadanya. Sebab, apapun yang dikatakan oleh guru pasti untuk kebaikan

sang murid. Jadi, jika ingin sukses maka patuh pada nasihat guru harus

dilaksanakan.

26. gulu meled [gulu mElEd]

a. Makna leksikal :

Makna gulu menurut Poerwadarminta (1939 : 154) adalah: (1) bagian

badan manusia antara kepala dan tubuh; (2) bagian yang mengecil untuk

kendi, botol, dan lain sebagainya; (3) laras bilah gamelan yang kedua.

Sedangkan meled bermakna keluar lidahnya (Poerwadarminta, 1939 :

301). Jadi, gulu meled dapat diartika sebagai leher yang menjulur keluar.

Makna gulu meled yang berkaitan dengan keris adalah bagian dari ganja

Page 87: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

liv

liv

yang berada di belakang sirah cecak sebelum bagian yang menggembung

di bagian tengah ganja.

b. Makna kultural :

Gulu meled secara harfiah bermakna leher yang atau leher terjulur yang

memanjang. Istilah lain dalam bahasa Jawa adalah manglung ‘menunduk’

(Poerwadarminta, 1939 : 294). Hal ini senada dengan ungkapan dalam

dunia pewayangan yang berbunyi : “nganglungaken jangga, nilingaken

karna”. Kurang lebih bermakna leher memanjang (menunduk) telinga

dipasang. Hal ini berarti seseorang yang melakukan itu sedang benar-benar

meperhatikan lawan bicaranya. Gulu meled memberikan kita contoh

bahwa sebagai seorang manusia kita harus dapat mendengarkan pendapat

orang lain, dan menghargai pendapat yang berbeda dengan kita.

27. kembang kacang [k|mbaG kacaG]

a. Makna leksikal :

Makna kembang menurut Poerwadarminta (1939 : 205) adalah calon buah

yang umumnya mempunyai lembaran, tangkai sari, bakal buah, serta indah

bentuknya. Sedangkan kacang adalah salah satu jenis tumbuhan yang

buahnya ada yang di dalam tanah juga ada yang menggantung berjulur-

julur panjang berwarna hijau. Jadi, kembang kacang dapat diartikan

sebagai bunga dari tumbuhan kacang. Makna kembang kacang yang

berkaitan dengan keris adalah bagian keris yang berada pada gandhik yang

berbentuk seperti belalai gajah, berada di atas lambe gajah.

Page 88: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lv

lv

b. Makna kultural :

Kembang kacang yang akan menjadi buah pasti merunduk, lalu putiknya

menjadi isi. Ilmu perkerisan mengartikan sebagai manusia yang memiliki

ilmu lebih tidak akan berlaku sombong, malah akan selalu menunduk.

28. lambe gajah [lambe gajah]

a. Makna leksikal :

Makna lambe menurut Poerwadarminta (1939 : 258) adalah: (1) tepi dari

mulut; (2) tepi dari cangkir, piring dan sebagainya; (3) tepi dari jurang,

perahu, sumur, dan sebagainya; (4) perkataan, sedangkan gajah adalah

hewan yang memiliki belalai dan gading. Lambe gajah secara harfiah

berarti bibir dari gajah. Makna lambe gajah yang berkaitan dengan keris

adalah bagian dari keris yang berada di gandhik di sebelah bawah

kembang kacang. Wujudnya berupa tonjolan seperti bibir. Beberapa keris

ada yang memilikinya lebih dari satu buah.

b. Makna kultural :

Lambe gajah adalah untuk berbicara. Maka dalam arti perkerisan,manusia

diharapkan berhati-hati dalam berbicara dan mengeluarkan tutur kata.

Kata-kata yang keluar tidak dengan pertimbangan, dapat menyebabkan

suatu hubungan di antara sesama manusia menjadi tidak baik. Maka sudah

menjadi suatu keharusan bagi manusia untuk menjaga semua

perkataannya, dalam rangka memayu hayuning bawana, menjaga

keseimbangan dunia.

Page 89: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lvi

lvi

29. sirah cecak [sirah c|ca?]

a. Makna leksikal :

Makna sirah menurut Poerwadarminta (1939 : 565) adalah: (1) kepala; (2)

alat bantu hitung untuk manusia; (3) sumber air yang besar, sedangkan

cecak adalah: (1) hewan sebangsa tokek tetapi kecil; (2) titik; (3) bentuk

diakritik dalam sistem penulisan aksara Jawa (Poerwadarminta, 1939 :

636). Sirah cecak secara harfiah berarti kepala cicak. Makna sirah cecak

yang berkaitan dengan keris adalah bagian paling depan dari sebuah ganja.

Jika dilihat dari arah pesi, terlihat seperti kepala cicak. Dunia perkerisan

Jawa juga mengenal istilah lain dari sirah cecak yang mengacu pada

referen yang sama yaitu endhas cecak.

b. Makna kultural :

Sirah cecak melambangkan kepala. Kepala adalah tempat berfikir bagi

manusia. Seorang manusia yang baik hendaknya suka menggunakan

pikirnya untuk menyelesaikan masalah. Suka belajar, dan menerima ilmu

atau petuah-petuah.

30. tikel alis [tik|l alIs]

a. Makna leksikal :

Makna tikel menurut Poerwadarminta (1939 : 605) adalah: (1) patah; (2)

tekuk; (3) rangkap, sedangkan alis adalah rambut di atas mata

(Poerwadarminta, 1939 : 7). Tikel alis sendiri, menurut Poerwadarminta

adalah alis yang bertemu (1939 : 605). Makna tikel alis yang berkaitan

dengan keris adalah bagian dari keris yang terletak di atas blumbangan di

depan sogokan yang berwujud alur pendek.

Page 90: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lvii

lvii

b. Makna kultural :

Tikel alis berarti alis yang bertemu. Suatu pertanda orang yang sedang

berpikir atau sedang keheranan. Hal ini bermakna bahwa manusia harus

selalu bersikap penuh tanda tanya terhadap segala sesuatu. Artinya selalu

bersikap waspada.

31. sebit lontar [s|bIt lontar]

a. Makna leksikal :

Makna sebit menurut Poerwadarminta (1939 : 551) adalah robek.

Sedangkan lontar adalah daun tal yang pada waktu dahulu digunakan

sebagai media untuk menulis (Poerwadarminta, 1939 : 282). Jadi, sebit

lontar secara harfiah bermakna robekan daun tal. Makna sebit lontar yang

berkaitan dengan keris adalah bagian ganja yang melandai ke bawah di

bagian ekor.

b. Makna kultural :

Sebit lontar berbentuk melingkar menurun ke bawah. Seperti air yang

memancur. Hal ini bermakna manusia yang baik adalah manusia yang

selalu mengamalkan ilmunya kepada orang lain. Jika ada kesulitan di

pihak lain, maka kita bersedia untuk menolongnya sesuai dengan

kemampuan kita.

32. pamor wos wutah [pamor wOs wutah]

a. Makna leksikal :

Pamor adalah : (1) campuran, hal bercampur, bercampur jadi satu ; (2)

logam putih yang ditempa pada pada keris, tombak dan sebagainya yang

berwujud motif bermacam-macam (Poerwadarminta, 1939 : 462). Wos

Page 91: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lviii

lviii

adalah beras, sedangkan wutah adalah tumpah. Pamor wos wutah pada

dunia perkerisan diartikan sebagai pola pamor yang bentuknya berupa

bulatan dengan garis yang tidak beraturan, berlapis-lapis dan menyebar ke

seluruh permukaan bilah.

b. Makna kultural :

Pamor wos wutah melambangkan kesejahteraan dalam hal keduniaan.

Seorang pemilik keris diharapkan ketika memiliki keris dengan pamor wos

wutah, maka kehidupannya akan tercukupi semua.

Page 92: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lix

lix

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Keris Sabuk Inten warangka ladrang gaya Surakarta ini memiliki istilah

sejumlah 32 (tiga puluh dua) buah, yaitu : ada-ada, angkup, blumbangan,

bungkul, buntut urang, gandar, gandhik, ganja, godhongan, greneng, gulu

meled, janur, kembang kacang, lambe gajah, landhep, latha, mendhak, pamor

wos wutah, panetes, patra, pendhok, pesi, ri cangkring, sebit lontar, sirah

cecak, sogokan, sraweyan, tikel alis, ukiran, warangka ladrang, wedidang,

wilahan.

2. Beberapa istilah tersebut dapat dikelompokkan menjadi bentuk

monomorfemis yang berjumlah 14 (empat belas buah), yaitu : angkup,

bungkul, gandar, gandhik, ganja, greneng, janur, landhep, latha, mendhak,

patra, pendhok, pesi, wedidang. Bentuk polimorfemis berjumlah 8 (delapan)

buah, yaitu : ada-ada, blumbangan, godhongan, panetes, sogokan, sraweyan,

ukiran, wilahan, sedangkan bentuk frasa berjumlah 10 (sepuluh) buah, yaitu :

buntut urang, gulu meled, kembang kacang, lambe gajah, pamor wos wutah,

ri cangkring, sirah cecak, tikel alis, warangka ladrang, sebit lontar.

3. Makna leksikal pada istilah-istilah tersebut menunjuk pada keterangan letak

istilah tersebut di dalam bilah keris, sedangkan makna kultural yang

terkandung pada istilah-istilah ini sebagian besar berisikan ajaran-ajaran luhur

bagi manusia untuk dapat berlaku dan bertindak di dalam dunia ini agar

tercapai keselamatan dan dapat menggapai kesuksesan di dunia dan akhirat.

72

Page 93: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lx

lx

B. Saran

1. Terdapat kemungkinan besar bahwa istilah-istilah yang terdapat pada keris

dapat diperluas, sehingga penelitian lebih lanjut dapat dilakukan.

2. Jenis bentuk keris (dhapur) sangat beraneka ragam, bukan hanya Sabuk Inten

saja. Selain itu jenis pamor yang ada pada keris juga beraneka ragam. Hal ini

dapat digunakan sebagai ladang untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

dhapur keris maupun pamor keris secara etnolinguistik.

3. Keris Indonesia telah diakui sebagai Masterpiece of Oral and Intangible

Heritage of Humanity oleh UNESCO, maka kita sebagai pemilik kebudayaan

keris hendaknya mengenal keris secara lebih dekat. Banyak sisi dari keris

yang dapat kita dekati. Baik dari sisi eksoteri (tampilan yang kasat mata)

maupun esoteri (tampilan yang tak kasat mata).

4. Pemerintah hendaknya sering mengadakan pameran keris dalam rangka

memperkenalkan kembali kepada masyarakat akan keberadaan keris yang

memang unik dan khas bangsa kita.

5. Perlu ada perumusan bersama terhadap eksistensi keris di masyarakat atas

anggapan yang merugikan keberadaan keris. Seperti pendapat yang

menyatakan bahwa keris adalah benda yang harus dijauhi karena dekat dengan

kegiatan menyekutukan Tuhan.

6. Pembahasan tentang keris yang penulis lakukan belum mengungkapkan fungsi

keris bagi pemakai atau masyarakat Jawa. Oleh karena itu, perlu penelitian

lebih lanjut yang memfokuskan fungsi keris yang terkait dengan makna

filosofisnya.

Page 94: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lxi

lxi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.

Jakarta : PT Rineka Cipta. Arifin, MT. 2006. Keris Jawa Bilah Latar Sejarah hingga Pasar. Jakarta : Hajied

Pustaka. Bambang Harsrinuksmo. 2008. Ensiklopedi Keris. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama. Deddy Mulyana. 2005. Komunikasi Efektif Suatu Pendekatan Lintas Budaya.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Djoko Kentjono. 1982. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta : Fakultas Sastra

UI. Edi Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta :

Sebelas Maret University Press. Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Utama. Haryono Haryoguritno. 2006. Keris Jawa antara Mistik dan Nalar. Jakarta : PT

Indonesia Kebanggaanku. _______. tt. “Keris antara Mitos dan Realita” dalam Ilmu Keris Seri 1.

Yogyakarta : Pametri Wiji. Heru Pratignya. 2010. “Padhuwungan” dalam Kawruh Sepala Babagan

Panatacara Pamedhar Sabda Lumantar Pawiyatan. Salatiga : Dewan Pengurus PERMADANI Kota Salatiga.

Imam Sutardjo. 2008. Kajian Budaya Jawa. Surakarta : Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jos Daniel Parera. 2004. Teori Semantik Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga. Khaidir Anwar. 1995. Beberapa Aspek Sosio-Kultural Masalah Bahasa.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Balai

Pustaka. Lexy Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Page 95: ISTILAH-ISTILAH DALAM KERIS SABUK INTEN …/Istilah... · C. Makna Leksikal dan Makna Kultural ..... 52 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR Bagan Segitiga Ogden

lxii

lxii

Lombard, Denys. 2008. Nusa Jawa Silang Budaya Bagian II Jaringan Asia (edisi

terjemahan oleh Winarsih Partaningrat Arifin, et.al). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Lumintu, S. 2004. “Sekilas tentang Wrangka dan Etika Keris” dalam Ilmu Keris.

Yogyakarta : Pametri Wiji. Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal edisi kedua. Jakarta : PT Rineka Cipta. Poerwadarminta, WJS. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: JB Wolters Uitgevers

Maatschappij. Ramlan, M. 1981. Sintaksis. Yogyakarta : UP.Karyono. Riyo Purbobudoyo, R. tanpa tahun. “Warangka dan Falsafah Keris” dalam Ilmu

Keris Seri 1. Yogyakarta : Pametri Wiji. Shri Ahimsa Putra. “Etnolinguistik Beberapa Bentuk Kajian” sajian makalah

dalam Temu Ilmiah Bahasa dan Sastra di Yogyakarta tanggal 26 – 27 Maret 1997. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Balai Penelitian Bahasa.

Soemodiningrat. 1976. “Kerisologi” dalam Dhuwung Warni-warni Yayasan

Sastra Surakarta. Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik. Yogyakarta

: Duta Wacana University Press. _______. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta

Wacana University Press. Sukamti. 1994. Tradisi Pemakaian Keris di Keraton Surakarta Sebuah Kajian

Sosiobudaya (skripsi). Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka. Tjaroko HP Teguh Pranoto. 2007. Spiritualitas Kejawen. Yogyakarta : Kuntul

Press.