Top Banner
ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK Sarcophyton sp. KEPULAUAN SERIBU SRI ISWANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
41

ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

Apr 18, 2018

Download

Documents

hadiep
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK

Sarcophyton sp. KEPULAUAN SERIBU

SRI ISWANI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 3: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi Senyawa

Antitumor dari Sarcophyton sp. Kepulauan Seribu adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Sri Iswani

NIM G44104037

Page 4: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 5: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

ABSTRAK

SRI ISWANI. Isolasi Senyawa Antitumor dari Karang Lunak Sarcophyton sp.

Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan HEDI INDRA JANUAR.

Sarcophyton sp. merupakan salah satu jenis karang lunak yang dapat

mendominasi wilayah bentik. Ketahanan Sarcophyton sp. pada kondisi perairan

yang rendah (eutrofikasi tinggi) serta kemampuannya mendominasi telah

dilaporkan karena aktivitas senyawa bioaktif sebagai antitumor. Penelitian ini

bertujuan mengisolasi senyawa antitumor Sarcophyton sp. dari Perairan Pulau

Panggang bagian selatan, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Penapisan awal

dengan uji letalitas larva udang menunjukkan bahwa ekstrak kasar metanol dari

karang lunak yang hidup mendominasi di lingkungannya bersifat paling toksik

pada 100 ppm (konsentrasi mematikan 50%) dibandingkan dengan biota yang

hidup di antara karang atau lingkungan abiotik. Fraksionasi ekstrak metanol

dengan kolom ekstraksi fase padat menghasilkan 4 fraksi, dengan fraksi F2

memiliki aktivitas sitotoksik paling besar (konsentrasi penghambatan 50%, IC50

37.675 ppm). Pemurnian F2 menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi

preparatif menghasilkan 20 subfraksi. Berdasarkan indeks kemurnian dari detektor

susunan fotodiode, terdapat 3 isolat murni dengan aktivitas sitotoksik terhadap sel

lestari MCF-7, yaitu F25 (IC50 36.04 ppm), F30 (IC50 71.030 ppm), dan F37 (IC50

67.227 ppm).

Kata kunci: antitumor, Sarcophyton sp., sel lestari MCF-7, sitotoksisitas

ABSTRACT

SRI ISWANI. Isolation of Antitumour Compounds from Soft Coral Sarcophyton sp.

in Seribu Islands. Supervised by DUDI TOHIR and HEDI INDRA JANUAR.

Sarcophyton sp. is a soft corals species which can dominate the living in

benthic environment. The endurance of Sarcophyton sp. in low water conditions (high

eutrophication) and its dominating character have been reported due to its bioactive

compound as antitumour. This study aimed to isolate the antitumour compound in

Sarcophyton sp. from Panggang Island south section, Seribu Islands National Park.

Brine shrimp lethality test was used as preliminary screening test and found the crude

methanol extract of dominating soft coral was the most toxic extract at 100 ppm (50%

lethal concentration), compared with similar species live in hard corals or abiotic

environment. Fractionation of the crude extract with solid phase extraction column

resulted 4 fractions. The F2 fraction was the most toxic (50% inhibition

concentration, IC50 37.675 ppm). Purification of F2 with preparative high

performance liquid chromatography resulted 20 subfractions. Based on purity index

from photodiode array detector, there were 3 pure isolates, all with cytotoxic activity

against MCF-7 cell line, namely F25 (IC50 36.04 ppm), F30 (IC50 71.030 ppm), and

F37 (IC50 67.227 ppm).

Key words: antitumour, cytotoxicity, MCF-7 cell line, Sarcophyton sp.

Page 6: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 7: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK

Sarcophyton sp. KEPULAUAN SERIBU

SRI ISWANI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains

pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 9: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

Judul Skripsi: Isolasi Senyawa Antitumor dari Karang Lunak Sarcophyton

sp. Kepulauan Seribu

Nama : Sri Iswani

NIM : G44104037

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS

Ketua Departemen Kimia

Tanggal Lulus:

Hedi Indra Januar, MSi

Pembimbing II

Drs Dudi Tohir, MS

Pembimbing I

Page 10: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 11: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

ilmiah yang berjudul Isolasi Senyawa Antitumor dari Karang Lunak Sarcophyton

sp. Kepulauan Seribu. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang

dilaksanakan pada bulan Mei–Oktober 2013 di Laboratorium Instrumen dan

Bioteknologi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP), Jakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan

kerja sama yang telah diberikan oleh Bapak Drs Dudi Tohir, MS selaku

pembimbing pertama dan Bapak Hedi Indra Januar, MSi selaku pembimbing

kedua. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, serta

keluarga atas segala doa dan semangat yang diberikan. Terima kasih juga kepada

para peneliti dan teknisi di lingkup BBP4BKP atas bantuan yang telah diberikan

selama penulis melakukan penelitian.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, Januari 2014

Sri Iswani

Page 12: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

BAHAN DAN METODE 2

Bahan dan Alat 2

Lingkup Penelitian 2

Persiapan Sampel 2

Ekstraksi Sarcophyton sp. 3

Uji Toksisitas terhadap Larva Udang A. salina 3

Fraksionasi dan Pembuatan Profil Sidik Jari Fraksi 3

Uji Sitotoksisitas 4

Pemurnian Fraksi Aktif 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Hasil Persiapan dan Ekstraksi Karang Lunak Sarcophyton sp. 4

Toksisitas Ekstrak Kasar Metanol terhadap Larva Udang 5

Fraksi Ekstrak Metanol 6

Bioaktivitas dan Profil Sidik Jari Fraksi 8

Hasil Pemurnian Fraksi Teraktif 10

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

RIWAYAT HIDUP 27

Page 13: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

DAFTAR GAMBAR

1 Karang lunak Sarcophyton sp. 4

2 Persen kematian larva udang A. salina oleh ekstrak kasar Sarcophyton sp.

dari 3 kondisi lingkungan yang berbeda 6

3 Profil sidik jari ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp. menggunakan

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) 7

4 Diagram rendemen fraksi-fraksi ekstrak kasar metanol Sarcophyton

sp. menggunakan kolom SPE C18 dengan variasi eluen 8

5 Profil KCKT fraksi-fraksi ekstrak kasar metanol; F1 (air-metanol, 1:1)

(a), F2 (metanol) (b), F3 (metanol-diklorometana, 1:1) (c),

F4 (diklorometana) (d) 9

6 IC50 fraksi-fraksi dari ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp. terhadap

sel tumor MCF-7 9

7 IC50 fraksi metanol (F2) terhadap sel lestari tumor MCF-7 10

8 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) F25 11

9 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) isolat 1 (F24) 11

10 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) isolat 2 (F30) 12

11 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) isolat 3 (F37) 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peralatan KCKT 17

2 Fraksionasi ekstrak metanol menggunakan kolom SPE 17

3 Peralatan uji toksisitas terhadap larva udang A. salina; penetasan

telur udang (kiri); perlakuan uji (tengah); penghitungan persen

kematian (kanan) 17

4 Bagan alir penelitian 18

5 Foto bawah air (transek kuadran 50 cm2

) biota Sarcophyton sp. pada

kondisi lingkungan hidup mendominasi di terumbu karang (a), hidup

diantara karang (b), dan di lingkungan abiotik (c) 18

6 Rendemen ekstrak metanol, hasil fraksionasi kolom dan isolat

Sarcophyton sp. 19

7 Persen kematian larva udang A. salina (uji BSLT) 21

8 Uji sitotoksisitas terhadap sel tumor MCF-7 22

9 Profil mikroskopik (penghambatan pertumbuhan) sel MCF-7; (A) isolat 1

(fraksi 24), (C) isolat 2 (fraksi 30), dan (D) isolat 3 (fraksi 37) 25

Page 14: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya
Page 15: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

1

PENDAHULUAN

Komunitas biota sesil terumbu karang merupakan salah satu sumber

penemuan senyawa baru yang dapat dikembangkan di bidang biofarmasi. Biota

yang tidak mampu berpindah tempat ini akan menghasilkan senyawa bioaktif

untuk mempertahankan hidup ketika berinteraksi dengan lingkungan

ekosistemnya. Contohnya seperti menghindarkan diri dari hewan predator atau

memenangkan ruang hidup sehingga mendominasi di wilayah bentik (Kelly et al.

2003).

Salah satu biota terumbu karang yang memiliki karakteristik tersebut adalah

karang lunak Sarcophyton sp. dari Perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu

(Estradivari et al. 2007; Januar et al. 2011). Menurut Sammarco dan Coll (1992),

Sarcophyton sp. merupakan biota karang lunak golongan Octocorallia yang

mampu memenangkan ruang hidup sehingga mendominasi di wilayah terumbu

karang perairan Pasifik. Kemampuan mendominasi ini didasarkan pada tingkat

ketahanannya terhadap penurunan kualitas perairan (Sotka et al. 2009) serta

kemampuannya menghasilkan senyawa aktif sebagai pelindung diri dari

pemangsa (Wang et al. 2008). Senyawa aktif tersebut juga berfungsi sebagai

pelindung dari sengatan sinar matahari, mencegah infeksi bakteri, dan membantu

proses reproduksi (Harper et al. 2001).

Senyawa-senyawa yang telah dilaporkan dari biota Sarcophyton sp. adalah

golongan senyawa bioaktif diterpenoid sembranoid (Lin et al. 2012; Abou El-Ezz

et al. 2013). Contohnya adalah senyawa sarkopina dari karang lunak Sarcophyton

glaucum asal Laut Merah yang mampu menghambat proses pembentukan tumor

(Sawant et al. 2006). Selain itu, senyawa sarkokrasokolida dari Sarcophyton

crassocaule asal perairan Dongsha, Taiwan yang mampu menghambat

pertumbuhan sel kanker hati (HEp-2), kanker payudara (MCF-7), dan kanker

kolon (WiDr) (Su et al. 2011).

Hingga saat ini, kandungan senyawa bioaktif antitumor dari Sarcophyton sp.

yang berasal dari Pulau Panggang bagian selatan Kepulauan Seribu belum diteliti.

Uji aktivitas antitumor yang telah dilakukan berupa bioaktivitas sitotoksik S.

glaucum yang berasal dari perairan Pulau Kotok, Kepulauan Seribu terhadap sel

kanker serviks (HeLa) (Wikanta et al. 2007). Beberapa penelitian yang telah

dilakukan terhadap Sarcophyton sp. dari wilayah Pulau Panggang ialah uji

bioaktivitasnya sebagai antibakteri (Soedharma et al. 2005; Setyaningsih et al.

2012), dan inhibitor protease (Nurhayati et al. 2010). Oleh karena itu, penelitian

dilakukan dengan tujuan mengisolasi senyawa yang memiliki aktivitas antitumor

dari biota Sarcophyton sp. yang berasal dari perairan Pulau Panggang bagian

selatan, Taman Nasional Kepulauan Seribu.

Page 16: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

2

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah karang lunak Sarcophyton sp. (ukuran

koloni 10 cm) dari perairan Pulau Panggang bagian selatan, Taman Nasional

Kepulauan Seribu, sel lestari tumor payudara MCF-7 (Michigan Cancer

Foundation-7), metanol p.a, metanol HPLC grade, air HPLC grade,

diklorometana p.a (DCM), asam trifluoroasetat (TFA), media kultur Dulbecco’s

Modified Eagle Media (DMEM, Sigma), pereaksi 3-(4,5-dimetiltiazolil)-2,5-

difeniltetrazolium bromida (MTT), dimetil sulfoksida p.a (DMSO), natrium

dodesil sulfat (SDS) 10%, air laut buatan (ALB), dan telur udang Artemia salina.

Alat-alat yang digunakan adalah kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT,

Shimadzu 2010A) (Lampiran 1), kolom preparatif ODS 4.6 × 150 mm

(Shimadzu), kolom analitik C18 2.1 × 100 mm (Phenomenex), kolom ekstraksi

fase padat (SPE) C18 25 g × 150 mL (Phenomenex) (Lampiran 2), penguap putar

R-210 (Buchi), pemekat vakum putar (Savant), multiwell microplate reader,

mikroskop fluoresens, sentrifuga CR 412 (Jouan), vorteks, laminar air flow

cabinet, inkubator CO2, mikroplat 96 sumur, mikropipet 100–1000 µL, neraca

analitik, peralatan uji toksisitas (Lampiran 3), dan peralatan kaca.

Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini ditampilkan pada Lampiran 4. Delapan tahapan

penelitian yang dilakukan meliputi (1) persiapan sampel Sarcophyton sp. di

perairan Pulau Panggang-Taman Nasional Kepulauan Seribu, (2) ekstraksi, (3) uji

toksisitas terhadap larva udang A. salina (brine shrimp lethality test, BSLT), (4)

fraksionasi menggunakan kromatografi kolom SPE C18, (5) uji bioaktivitas

antitumor fraksi (dinyatakan dengan konsentrasi penghambatan 50% [IC50]), (6)

identifikasi profil sidik jari menggunakan KCKT, (7) isolasi senyawa aktif

antitumor menggunakan KCKT, dan (8) uji bioaktivitas antitumor isolat (IC50).

Persiapan Sampel

Sampel karang lunak Sarcophyton sp. diambil pada kedalaman 5 m di 3

kondisi lingkungan yang berbeda (hidup mendominasi, hidup di antara karang

yang lain, dan hidup di lingkungan abiotik) dari perairan Pulau Panggang bagian

selatan, Taman Nasional Kepulauan Seribu. Koordinat pengambilan sampel

dicatat menggunakan global positioning system (GPS, Garmin). Penentuan

kondisi lingkungan berdasarkan pada pola transek di kuadran bujur sangkar

dengan luas 50 cm2.

Page 17: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

3

Ekstraksi Sarcophyton sp.

Sampel ditimbang dan dimaserasi secara in situ menggunakan larutan

metanol p.a dengan nisbah 1:1 (b/v) di dalam botol gelap. Selanjutnya sampel

disimpan dengan segera pada suhu rendah ( ) menggunakan es selama proses

transportasi ke laboratorium. Maserasi dilakukan selama 3 × 24 jam, maserat

disaring dengan kertas saring Whatman no. 1. Filtrat dikumpulkan dan

dipekatkan dengan menggunakan penguap putar.

Uji Toksisitas terhadap Larva Udang A. salina (Meyer et al. 1982)

Penetasan Telur A. salina

Kira-kira 20 mg telur A. salina dimasukkan dalam wadah penetasan yang

berisi ALB (38 g NaCl/L) dan disinari dengan lampu TL 18 watt. Setelah 48 jam,

telur yang sudah menetas menjadi larva siap digunakan sebagai hewan uji.

Persiapan Larutan Uji

Sebanyak 10 mg ekstrak kasar dilarutkan dalam 50 µL DMSO p.a, lalu

ditepatkan menjadi 1 mL menggunakan ALB. Larutan ini digunakan sebagai

larutan induk dengan konsentrasi 10000 ppm.

Uji Toksisitas

Larutan induk sebanyak 50 µL dimasukkan ke dalam vial yang telah berisi

10 ekor larva udang A. salina dan ALB sebanyak 5 mL hingga diperoleh

konsentrasi dosis 100 ppm. Perlakuan berlangsung selama 24 jam sebanyak 3

ulangan. Jumlah larva yang mati dihitung dan ditentukan persen kematiannya.

Suatu ekstrak dikatakan aktif (toksik) bila pada konsentrasi 100 ppm persen

kematian dari populasi larva A. salina lebih besar atau sama dengan 50%

(Olaleye 2007).

Fraksionasi dan Pembuatan Profil Sidik Jari Fraksi

Ekstrak kasar metanol teraktif difraksionasi menggunakan kromatografi

kolom SPE dengan fase diam C18 25 g × 150 mL (Phenomenex). Fase gerak yang

digunakan adalah metanol-air (1:1), metanol, metanol-diklorometana (1:1), dan

diklorometana. Fraksi yang diperoleh diuapkan pelarutnya menggunakan penguap

putar dan dikeringkan menggunakan pemekat vakum putar.

Profil sidik jari fraksi diperoleh menggunakan KCKT dengan fase gerak air-

asetonitril-TFA (94.9:5:0.1) sebagai eluen A dan asetonitril-air-TFA (94.9:5:0.1)

sebagai eluen B. Elusi dilakukan secara gradien dari 10% hingga 100% eluen B

selama 30 menit. Sebanyak 10 µL fraksi (10 mg/mL) diinjeksi ke dalam kolom

analitik C18 dengan laju alir 0.2 mL/menit. Setiap fraksi diuji bioaktivitasnya

terhadap sel tumor MCF-7 untuk mendapatkan fraksi teraktif untuk uji lanjutan.

Page 18: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

4

Uji Sitotoksisitas (Zachary 2003)

Uji sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT terhadap sel tumor

payudara MCF-7. Uji dilakukan menggunakan deret konsentrasi ekstrak 25, 100,

dan 200 ppm. Sel hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk kristal formazan

yang berwarna biru. Intensitas warna biru berbanding lurus dengan jumlah sel

yang hidup dan ditentukan menggunakan spektrofotometer ELISA microplate

reader pada panjang gelombang 595 nm. Nilai persen inhibisi yang diperoleh

selanjutnya dianalisis probit menggunakan SPSS 15.0 untuk menentukan nilai

IC50 dari masing-masing ekstrak terhadap kontrol negatif (sel tumor MCF-7).

Pemurnian Fraksi Aktif

Fraksi teraktif dari hasil uji kemudian dimurnikan menggunakan KCKT

dengan metode yang sama dengan analisis profil sidik jari ekstrak. Fraksi murni

(isolat) yang diperoleh, dikeringkan menggunakan pemekat vakum putar, lalu

diuji kembali aktivitas sitotoksiknya dengan uji MTT menggunakan sel tumor

MCF-7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Persiapan dan Ekstraksi Karang Lunak Sarcophyton sp.

Sampel penelitian karang lunak Sarcophyton sp. (Gambar 1) diperoleh dari

perairan Pulau Panggang bagian selatan pada titik koordinat S 05○44.721’ dan E

106○35.344’. Wilayah ini merupakan zona pemukiman penduduk di wilayah

Taman Nasional Kepulauan Seribu dengan karakteristik kualitas perairan yang

telah dilaporkan memiliki tingkat eutrofikasi cukup tinggi serta tutupan karang

yang didominasi oleh spesies montipora (karang keras) dan Sarcophyton sp.

(karang lunak) (Estradivari et al. 2007).

Gambar 1 Karang lunak Sarcophyton sp.

Page 19: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

5

Sampel diambil pada kedalaman 5 m, berdasarkan Fabricus dan Philip

(2001) yang menyatakan bahwa karang lunak Sarcophyton sp. banyak

terkonsentrasi di kedalaman 3–10 m. Selain itu, telah dilaporkan pula oleh

Estradivari et al. (2007) bahwa ketahanan terhadap kondisi kualitas air serta

kemampuan untuk bersaing dalam ruang hidupnya menyebabkan biota ini dapat

bertahan pada beberapa kondisi lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu,

pemilihan sampel juga didasarkan pada 3 kondisi lingkungan hidup berdasarkan

kuadran traksek dengan luas 50 cm2

(Lampiran 5). Ketiga kondisi tersebut adalah

biota yang hidupnya paling dominan (mendominasi) di terumbu karang, biota

yang hidup bersama di antara karang lainnya, dan biota yang hidup di lingkungan

abiotik (pecahan karang).

Proses penyiapan setiap sampel dilakukan berdasarkan metode Januar et al.

(2009), yaitu maserasi pada suhu rendah. Pada tahapan awal, ekstraksi dilakukan

secara in situ menggunakan metanol p.a dan disimpan dengan segera pada suhu

rendah ( ) menggunakan es untuk meminimumkan perubahan bioaktivitas dari

kandungan senyawa metabolit sekunder selama proses pengangkutan ke

laboratorium. Metode yang hampir sama telah dilakukan oleh Wang et al. (2013)

dalam proses preservasi Sarcophyton sp. yang diperoleh dari Laut Cina Selatan,

tetapi preservasi tidak dilakukan secara in situ, melainkan sampel dibekukan pada

suhu -20 sebelum diekstraksi di laboratorium.

Hasil ekstraksi Sarcophyton sp. yang diambil pada 3 kondisi lingkungan

berbeda ditampilkan pada Tabel 1. Terlihat bahwa rendemen ekstrak kasar

metanol yang diperoleh dari sampel C lebih tinggi dibandingkan dengan sampel A

dan B. Hal ini disebabkan sampel C berada di lingkungan abiotik yang mayoritas

didominasi oleh pasir, sedimen, pecahan karang, dan lain-lain, sehingga jumlah

predator seperti ikan karang lebih sedikit daripada dalam lingkungan hidup

sampel A dan B. Dengan demikian, sampel C akan memproduksi lemak lebih

banyak ketimbang senyawa bioaktifnya. Lemak diproduksi oleh karang lunak

sebagai komponen membran sel dan sumber energi dalam metabolismenya (Koop

et al. 2001).

Tabel 1 Rendemen ekstrak kasar metanol dari karang lunak Sarcophyton sp. pada

3 kondisi lingkungan yang berbeda.

Kode

Sampel Kondisi Lingkungan

Bobot Ekstrak

Kasar (g)

Rendemen

(%)a

A Mendominasi ruang hidup 0.6683 0.32

B Hidup di karang keras 1.4488 0.39

C Hidup di lingkungan abiotik 2.7879 0.63 aData selengkapnya diberikan di Lampiran 6

Toksisitas Ekstrak Kasar Metanol terhadap Larva Udang

Ekstrak kasar yang diperoleh dari 3 kondisi lingkungan berbeda ditapis

menggunakan uji BSLT. Menurut Carballo et al. (2002), BSLT merupakan

metode yang paling sederhana untuk menguji toksisitas suatu bahan alam dengan

menggunakan larva udang A. salina. Metode ini merupakan uji awal senyawa

Page 20: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

6

sitotoksik atau antitumor dengan spektrum aktivitas farmakologi yang luas.

Metode ini banyak digunakan karena sederhana, mudah, cepat dan relatif murah

dengan tingkat kepercayaan 95%. Tingkat toksisitas dinyatakan dengan nilai LC50,

yaitu konsentrasi senyawa yang memberikan tingkat kematian sebesar 50%

terhadap populasi larva udang (Meyer et al. 1982).

Hasil uji penapisan pada konsentrasi 100 ppm (Gambar 2) menunjukkan

bahwa ekstrak kasar metanol sampel yang diambil dari lingkungan yang

mendominasi ruang hidup (A) memiliki aktivitas sitotoksik tertinggi dengan

persen kematian larva A. salina sebesar 50%. Adapun aktivitas terendah

ditunjukkan oleh ekstrak kasar sampel yang diperoleh dari lingkungan abiotik

yaitu sebesar 30%.

Gambar 2 Persen kematian larva udang A. salina oleh ekstrak kasar Sarcophyton

sp. dari 3 kondisi lingkungan yang berbeda (Abiota dominan;

Bbiota

hidup di antara karang; C

wilayah hidup biota abiotik). Data

selengkapnya diberikan di Lampiran 7.

Tingkat toksisitas yang tinggi pada ekstrak sampel yang mendominasi

lingkungannya diperkirakan karena adanya metabolit sekunder yang dihasilkan

sebagai antipredator atau media kompetisi. Dengan menghasilkan senyawa

tersebut, biota mampu bertahan hidup dan mendominasi di lingkungan bentiknya.

Senyawa sarkopitoksida yang telah dilaporkan oleh Koop et al. (2001) adalah

salah satu contohnya. Jadi, bioaktivitas metabolit sekunder dari Sarcophyton sp.

yang mendominasi lingkungan bentiknya lebih tinggi daripada biota yang hidup

pada kondisi lingkungan lainnya. Tingkat toksisitas yang mampu mematikan 50%

populasi larva udang A. salina pada 100 ppm dikategorikan toksik (Olaleye 2007).

Oleh karena itu, ekstrak kasar metanol teraktif ini dipilih untuk uji lanjutan ke

tahap fraksionasi.

Fraksi Ekstrak Metanol

Pada tahap awal dilakukan analisis sidik jari terhadap ekstrak kasar metanol

dengan menggunakan KCKT analitik untuk menentukan metode fraksionasi

terbaik. KCKT dipilih sebagai metode penera karena memiliki resolusi yang

A B C

50,00

36,67 30,00

Ke

mat

ian

larv

a (%

)

Kondisi lingkungan bentik Sarcophyton sp.

Page 21: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

7

tinggi, serta hanya membutuhkan sedikit sampel (mikroliter) dalam pengujian

(Rohman 2007).

Hasil uji menggunakan fase terbalik ditampilkan pada Gambar 3 dan

memperlihatkan komposisi senyawa yang beragam, tetapi puncak-puncaknya

terpisah dengan cukup baik. Meskipun fase diam C18 bersifat nonpolar, adanya

gugus silanol menyebabkan fase diam ini mampu mengelusi senyawa-senyawa

dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi (Rohman 2007).

Gambar 3 Profil sidik jari ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp. menggunakan

kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)

Berdasarkan hasil uji profil sidik jari yang mampu memisahkan dengan baik

senyawa-senyawa dalam ekstrak kasar metanol menggunakan kolom fase terbalik

C18, fraksionasi dilakukan menggunakan kolom SPE C18. Metode ekstraksi padat-

cair ini menghasilkan pemisahan yang efisien (recovery > 99%) serta lebih mudah

dilakukan dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair

membutuhkan proses ekstraksi beberapa kali untuk mendapatkan recovery yang

tinggi, sedangkan dengan SPE hanya dibutuhkan 1 tahap. Selain itu, matriks

pengotor seperti garam yang banyak terkandung dalam biota laut dapat

dihilangkan sebagai pra-perlakuan sampel (Rohman 2007). Fraksionasi ekstrak kasar metanol dengan SPE menghasilkan 4 fraksi

berdasarkan perbedaan kepolarannya (Gambar 4). Fraksi F2 (metanol) memiliki

rendemen tertinggi (72.11%) dibandingkan dengan fraksi lainnya, yaitu F1 (air-

metanol, 1:1) (13.66%), F3 (metanol-diklorometana, 1:1) (8.90%), dan F4

(diklorometana) (0.70%). Terdapat pula sisa ekstrak yang masih tertinggal di

kolom sebanyak 4.62%.

0.0 2.5 5.0 7.5 10.0 12.5 15.0 17.5 20.0 22.5 25.0 27.5 min

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

mAU

1.9

84

2.6

65

3.5

44

4.9

55

5.3

72

5.6

18

6.4

39

6.9

94

7.6

51

8.7

23

8.9

28

9.5

89

10

.35

2

11

.21

5

12

.89

013

.22

7

13

.84

5

14

.65

0

15

.33

915

.62

016

.18

2

16

.89

1

16

.91

317

.25

417

.46

117

.81

918

.03

518

.40

718

.69

318

.95

519

.40

1

20

.13

9

21

.29

321

.79

722

.34

7

23

.19

623

.76

724

.17

0

25

.15

5

25

.23

526

.21

0Waktu retensi

I

n

t

e

n

s

i

t

a

s

Page 22: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

8

Gambar 4 Diagram rendemen fraksi-fraksi ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp.

menggunakan kolom SPE C18 dengan variasi eluen

Metanol sebagai pelarut F2 bersifat polar, tetapi juga dapat melarutkan

senyawa yang kurang polar (Andriyanti 2009). Oleh karena itu, nilai rendemen F2

yang tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan senyawa yang beragam, tidak

hanya yang bersifat polar. Senyawa kurang polar juga mungkin terkandung,

seperti yang telah dilaporkan, yaitu ester asam lemak (Koop et al. 2001),

diterpenoid sembranoid (Li et al. 2006), flavonoid (Yudi 2011), dan steroid

terpolioksigenasi (Wang et al. 2013).

Bioaktivitas dan Profil Sidik Jari Fraksi

Setiap fraksi selanjutnya dicirikan profil sidik jarinya menggunakan KCKT.

Profil kromatogram yang didapatkan (Gambar 5) secara keseluruhan

memperlihatkan bahwa fraksionasi menggunakan kolom SPE C18 mampu

memisahkan komponen-komponen dalam ekstrak kasar berdasarkan tingkat

kepolarannya. Kromatogram (a) memperlihatkan profil dari senyawa-senyawa

yang diperkirakan bersifat sangat polar karena mampu larut dalam pelarut air-

metanol yang memiliki tetapan dielektrik 32.7 dan 5.1 (UW 2010). Komponen-

komponen senyawa terpisah cukup baik pada menit ke-4 hingga ke-10. Adapun

puncak yang terlihat dari menit ke-0 hingga ke-4 adalah profil dari pelarut yang

digunakan pada saat injeksi sampel (metanol).

Kromatogram (b) memperlihatkan profil dari senyawa-senyawa yang

diperkirakan bersifat polar karena mampu larut dalam metanol. Komponen-

komponen senyawa terpisah cukup baik pada menit ke-12 hingga ke-22. Fraksi ini

tertinggi rendemennya (72.11%) dan ternyata berbanding lurus dengan banyaknya

komponen senyawa yang terkandung di dalamnya.

F I 13,66% (91,3 mg)

F2 72,11% (481,9 mg)

F 3 8,90% (59,5 mg)

F 4 0,70% (4,7 mg)

Pengotor 4,62% (30,9 mg) Air-Metanol (1:1)

Metanol

Metanol-Diklorometana (1:1)

Diklorometana

Page 23: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

9

Gambar 5 Profil KCKT fraksi-fraksi ekstrak kasar metanol: F1(air-metanol, 1:1)

(a), F2 (metanol) (b), F3 (metanol-diklorometana, 1:1) (c), F4

(diklorometana) (d)

Kromatogram (c) memperlihatkan profil dari senyawa-senyawa yang

diperkirakan bersifat semipolar karena mampu larut dalam pelarut metanol-

diklorometana. Tetapan dielektrik diklorometana adalah 8.93, sedangkan indeks

kepolarannya 3.1 (UW 2010). Dengan demikian, kromatogram (d)

memperlihatkan profil dari senyawa-senyawa yang diperkirakan bersifat nonpolar

karena mampu larut dalam pelarut diklorometana. Komponen fraksi 3 dan 4 ini

terpisah cukup baik pada menit ke-12 hingga ke-25.

Meskipun profil kromatogram (c) dan (d) hampir sama, bioaktivitas kedua

fraksi tersebut berbeda cukup signifikan. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar

6, F3 (kromatogram c) memiliki aktivitas sitotoksik lebih tinggi dibandingkan

dengan F4 (kromatogram d). F4 diperkirakan hanya sisa dari hasil pemisahan

yang memiliki karakteristik gugus kromofor mirip dengan senyawa pada F3.

Gambar 6 IC50 fraksi-fraksi dari ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp. terhadap

sel tumor MCF-7

Page 24: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

10

Dari semua fraksi, F2 paling sitotoksik, dengan nilai IC50 paling rendah,

yaitu 38 ppm, selanjutnya diikuti oleh fraksi F3 (188 ppm), F1 (1090 ppm), dan

F4 (31507 ppm). Nilai IC50 F2 ini lebih baik dibandingkan dengan aktivitas

sitotoksik fraksi yang sama dari S. glaucum asal Pulau Kotok, Kepulauan Seribu

terhadap sel kanker serviks (HeLa), yaitu 50.12 ppm (Wikanta et al. 2007).

Suatu ekstrak dikatakan potensial sebagai senyawa antitumor jika memiliki

nilai IC50 < 50 ppm (Mans et al. 2000), maka dapat dikatakan bahwa F2 tergolong

aktif sebagai antitumor, sedangkan F1, F3, dan F4 tidak aktif karena memiliki

nilai IC50 > 50 ppm. Tingginya aktivitas sitotoksik dari F2 diperkirakan karena

mengandung beragam senyawa aktif dengan rendemen yang tinggi. Diduga

senyawa-senyawa yang telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antitumor

terkandung di dalam fraksi tersebut seperti golongan senyawa diterpenoid

sembranoid (Li et al. 2006). Fraksi F2 sebagai fraksi teraktif selanjutnya

dipisahkan kembali untuk mendapatkan isolat murni menggunakan metode KCKT

preparatif.

Hasil Pemurnian Fraksi Teraktif

Pemurnian fraksi teraktif (F2) dilakukan menggunakan KCKT dengan fase

terbalik, yaitu kolom preparatif C18. Metode elusi dilakukan secara gradien

menggunakan campuran air-asetonitril-TFA selama 30 menit dengan volume

injeksi 100 µL ekstrak F2 (10 mg/mL). Hasil elusi ditampung tiap 0.5 menit

menggunakan fraction collector. Hal ini bertujuan memperkecil kemungkinan

fronting atau tailing sehingga hasil fraksionasi F2 memiliki tingkat kemurnian

yang tinggi.

Berdasarkan profil sidik jari pada Gambar 5, kromatogram senyawa aktif

terdapat pada menit ke-12 hingga ke-22, maka dipilih 20 fraksi (fraksi 23 hingga

42) untuk diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel tumor MCF-7. Gambar 7

memperlihatkan F25 sebagai fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik tertinggi

dengan nilai IC50 25.42 ppm. Namun, berdasarkan indeks kemurnian yang

ditunjukkan oleh detektor PDA pada KCKT (Gambar 8), fraksi ini belum murni.

Masih terdapat 3 puncak yang muncul pada menit ke-12.074, 14.123, dan 15.666

di daerah UV. Nilai indeks kemurnian hanya –0.118 atau dianggap 0% karena

adanya pengotor yang terdeteksi pada menit ke-13.49.

Gambar 7 IC50 fraksi metanol (F2) terhadap sel tumor MCF-7. Perhitungan

diberikan pada Lampiran 8.

Page 25: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

11

Gambar 8 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) F25

Penapisan profil sidik jari dilakukan pada semua hasil fraksi di daerah UV-

Vis, dan ditemukan 3 isolat murni berdasarkan indeks kemurniannya, yaitu fraksi

24 (isolat 1, Gambar 9), fraksi 30 (isolat 2, Gambar 10), dan Fraksi 37 (isolat 3,

Gambar 11).

Gambar 9 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) isolat 1 (F24)

A

B C

A

B C

Page 26: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

12

Gambar 10 Profil KCKT (A), UV (B) dan indeks kemurnian (C) isolat 2 (F30)

Gambar 11 Profil KCKT (A), UV (B), dan indeks kemurnian (C) isolat 3 (F37)

Isolat 1 diperoleh sebanyak 0.225 mg, dengan kromatogram berupa puncak

tunggal pada waktu retensi 12.249 menit. Puncak serapan terdapat di daerah UV

pada 201, 215, dan 252 nm. Indeks kemurniannya 0.995 (99.5%), sehingga dapat

dikatakan bahwa kemurnian isolat ini cukup tinggi meskipun terdapat pengotor

pada menit ke-12.05 (0.5%). Dari spektrum UV, diperkirakan isolat 1

mengandung senyawa bioaktif yang memiliki gugus fungsi keton dengan ikatan

rangkap (202 nm dan 215 nm) serta gugus siklik yang tersubstitusi dengan suatu

alkil dan aldehida (250 nm) (Creswell et al. 2005).

Hasil pengamatan mikroskopik terhadap sel MCF-7 dengan perlakuan

pemberian isolat 1 (F24) (Lampiran 9a) menunjukkan bioaktivitas sitotoksik

terhadap sel tumor dengan IC50 36.041 ppm. Isolat ini memiliki aktivitas tertinggi

dibandingkan dengan isolat 2 dan 3.

Isolat 2 diperoleh sebanyak 0.226 mg, juga dengan kromatogram berupa

puncak tunggal pada waktu retensi 14.805 menit. Indeks kemurniannya 0.999

(99.9%) dengan serapan UV pada 201 dan 252 nm. Isolat ini diperkirakan sudah

murni meskipun masih ada sedikit pengotor (0.1%) pada menit ke-14.88.

Berdasarkan spektrum UV, diperkirakan isolat 2 mengandung senyawa bioaktif

C B

A

C B

A

Page 27: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

13

dengan gugus fungsi yang sama dengan isolat 1. Hasil pengamatan mikroskopik

terhadap sel MCF-7 dengan perlakuan pemberian isolat 2 (F30) (Lampiran 9b)

menunjukkan bioaktivitas sitotoksik terhadap sel tumor dengan IC50 71.030 ppm.

Isolat ini memiliki aktivitas sitotoksik terendah dibandingkan dengan isolat 1 dan

3.

Isolat 3 diperoleh sebanyak 0.226 mg, menghasilkan kromatogram dengan

puncak tunggal pada waktu retensi 18.127 menit. Serapan khas di daerah UV

dihasilkan pada 203 dan 247 nm sehingga senyawa bioaktif di dalamnya

diperkirakan memiliki gugus fungsi yang sama dengan 2 isolat sebelumnya.

Indeks kemurniannya 0.944 (94.4%), paling rendah di antara ketiga isolat yang

didapat, dengan pengotor pada menit ke-17.66 sebanyak 5.6%. Namun, tingkat

kemurnian ini sudah cukup baik karena lebih besar dari 90%. Hasil pengamatan

mikroskopik terhadap sel MCF-7 dengan perlakuan pemberian isolat 3 (F37)

(Lampiran 9c) menunjukkan bioaktivitas sitotoksik dengan IC50 67.227 ppm.

Aktivitas ini lebih rendah daripada isolat 1, tetapi lebih tinggi dibandingkan

dengan isolat 2.

Karakteristik profil isolat di daerah UV memperlihatkan gugus fungsi yang

mirip pada ketiga isolat. Perbedaan terletak pada tingkat kepolaran: isolat 1

bersifat lebih polar karena terpisah lebih dahulu pada waktu retensi 12.05 menit

sedangkan isolat 2 dan 3 bersifat kurang polar sehingga baru terpisah pada menit

ke-14.805 dan ke-17.66. Hasil pengamatan mikroskopik terhadap sel tumor

MCF-7 yang diberi perlakuan dengan deret konsentrasi 25, 100, dan 200 ppm

menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi yang diberikan mampu menurunkan

(menghambat) pertumbuhan sel dibandingkan dengan kontrol negatif (sel tumor

tanpa perlakuan ekstrak).

Hasil pengukuran inhibisi dapat diamati secara visual karena sel tumor

yang hidup akan memecah pereaksi MTT yang berwarna kuning menjadi kristal

formazan yang berwarna biru. Perubahan warna ini disebabkan oleh kerja enzim

suksinat dehidrogenase memecah garam tetrazolium (MTT) dalam mitokondria

sel hidup. Serapan yang dihasilkan oleh kristal biru formazan di daerah sinar

tampak akan sebanding dengan jumlah sel tumor yang hidup (Zachary 2003).

Profil sel juga memperlihatkan bahwa isolat 1 (F24) memberikan tingkat

inhibisi yang lebih baik dibandingkan dengan isolat 2 (F30) dan isolat 3 (F37),

dengan isolat 1 2 kali lebih aktif daripada isolat 2 dan 3 dalam menghambat

pertumbuhan sel tumor payudara MCF-7.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penapisan awal terhadap ekstrak kasar metanol Sarcophyton sp. dari 3

kondisi lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa ekstrak dari karang lunak

yang hidupnya mendominasi wilayah bentik memiliki tingkat toksisitas yang

tinggi terhadap larva udang A. salina. Fraksionasi ekstrak kasar metanol

menggunakan kolom SPE menghasilkan F2 (fraksi metanol) sebagai fraksi

Page 28: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

14

teraktif yang potensial ebagai antitumor. Fraksionasi menggunakan KCKT

preparatif menghasilkan 3 isolat murni (F24, F30 dan F37) dengan isolat 1 (F24)

paling sitotoksik terhadap sel lestari tumor MCF-7.

Saran

Masih diperlukan elusidasi lebih lanjut struktur isolat yang dihasilkan

sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai senyawa

bioaktif yang terkandung dalam Sarcophyton sp. Kepulauan Seribu.

DAFTAR PUSTAKA

Abou El-Ezz RF, Ahmed SA, Radwan MM, Ayoub NA, Afifi MS, Ross SA,

Szymanski PT, Fahmy H, Khalifa SI. 2013. Bioactive cembranoids from the

Red Sea soft coral Sarcophyton glaucum. Tetrahedron Lett. 54:989-992.

Andriyanti R. 2009. Ekstraksi senyawa aktif antioksidan dari lintah laut

(Discodoris sp.) asal perairan Kepulauan Belitung [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Carballo JL, Hernandez-Inda ZL, Perez P, Garcia-gravalos MD. 2002. A

comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro cytotoxicity

in marine natural product. BMC Biotechnol. 2(17):1-5.

Creswell CJ, Runquist OA, Campbell MM. 2005. Analisis Spektrum Senyawa

Organik. Ed ke-3. Diterjemahkan oleh: Padmawinata K, Soediro I. Bandung

(ID): ITB Pr.

Estradivari, Syahrir M, Susilo N, Yusri S, Timotius S. 2007. Terumbu Karang

Jakarta - Laporan Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang

Kepulauan Seribu. Jakarta (ID): Terangi – Yayasan Terumbu Karang

Indonesia – The David and Lucile Packard Foundation.

Fabricus K, Philip A. 2001. Soft Coral and Sea Fans. Townsville (AU):

Australian Institute of Marine Science.

Harper MK, Bugni TS, Copp BR, James JD, Lindsay BS, Richardson AD,

Schnabel PC, Tasdemir D, van Wagoner FM, Verbitski SM et al. 2001.

Introduction to the chemical ecology of marine natural products. Di dalam :

McClintock JB, Baker BJ, editor. Marine Chemical Ecology. Florida (US):

CRC Pr.

Januar HI, Chasanah E, Nielson J, Motti C, Tapiolas D, Wright AD. 2009. A

preliminary study, fine chemicals from Nephthea and Sarcophyton in a local

pressure from environmental stressors at Seribu Islands Indonesia. Manado

(ID): Biotechnology Session of World Ocean Conference.

Januar HI, Hendrarto B, Chasanah E, Wright AD. 2011. Nephthea sp.: correlation

between natural products production and pressure from local environmental

stressors. J Marine Sci Res Development. 8(1):2-6. doi:10.4172/2155-

9910.S8-001.

Page 29: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

15

Kelly SR, Jensen PR, Henkel TP, Fenical W, Pawlik JR. 2003. Effects of

Caribbean sponge extracts on bacterial attachment. Aqua Microb Ecol.

31:175-182.

Koop K, Booth D, Broadbent A, Brodie J, Bucher D, Capone D, Coll J, Dennison

W, Erdmann M, Harrison P et al. 2001. ENCORE : The effect of nutrient

enrichment on coral reefs: syntesis of result and conclusion. Marine Pollut

Bull. 42(2): 91-120.

Li Y, Peng L, Zhang T. 2006. Progress of studies on the natural cembranoid from

the soft coral spesies Sarcophyton genus. Di dalam: Xiao TL, Wei SF:

editor. Medical Chemistry of Bioactive Natural Product. Toronto (CA): J

Wiley.

Lin YW, Yi L, Chen WB, Huang CY, Su JH, Wen ZH, Dai CF, Kuo YH, Sheu

JH. 2012. Sarcocrassocolides M–O, bioactive cembranoids from the

Dongsha atoll soft coral Sarcophyton crassocaule. Marine Drugs. 10:617-

626.

Mans DRA, Adriana Bd’R, Schwartsmann G. 2000. Anticancer drugs discovery

and development in Brazil: targeted plants collection as a rational strategy to

aquire candidate anticancer compound. The Oncologist. 5:98-185.

Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL.

1982. Brine shrimps: a convenient general bioassay for active plant

constituent. Planta Medica. 45:31-34

Nurhayati T, Fikri M Desniar. 2010. Aktivitas inhibitor protease dari ekstrak

karang lunak, asal perairan Pulau Panggang Kepulauan Seribu. J Ilmu

Kelautan.15(2):59-65.

Olaleye MT. 2007. Cytotoxicity and antibacterial activity of methanolic extract of

Hibiscus sabdariffa. J Med Plants Res. 1(1):9-13.

Rohman A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan I. Yogyakarta (ID): Pustaka

Pelajar.

Rohman, A. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Ed ke-1. Yogyakarta (ID):

Graha Ilmu.

Sammarco PW, Coll JC. 1992. Chemical adaptations in the Octocorallia:

evolutionary considerations. Marine Ecol-Progr. 88:93-93.

Sawant S, Youssef D, Mayer A, Sylvester P, Wall V, Arant M, El-Sayed K. 2006.

Anticancer and anti-inflamantory sulphur-containing semisynthetic

derivatives of sarcophine. Chem Pharm Bull. 54(8):1119-1123.

Setyaningsih I, Nurhayati T, Nugraha, Gunawan I. 2012. Comparative evaluation

of the antibacterial activity of soft corals collected from the waters of

Panggang Island, Kepulauan Seribu. Pharmacie Globale Int

Comprehensive Pharm. 6(3):1-3.

Soedharma D, Kawaroe M, Haris A. 2005. Kajian potensi bioaktif karang lunak

Octorallia: Alcyonacea di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. J Ilmu-

ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 12(2):121-128.

Sotka E, Forbey J, Horn M, Poore A, Raubenheimer D. 2009. The emerging role

of pharmacology in understanding consumer-prey interactions in marine and

freshwater systems. Integr Comp Biol. 49:291-313.

Su C-C, Su J-H, Lin J-J, Chen C-C, Hwang W-I, Huang H-H, Wu Y-J. 2011. An

investigation into the cytotoxic effects of 13-acetoxysarcocrassolide from

Page 30: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

16

the soft coral Sarcophyton crassocaule on bladder cancer cells. Mar Drugs.

9:2622-2642. doi:10.3390/md9122622

[UW] University of Washington. 2010. Konstanta dielektrik pelarut. Washington

(US): University of Washington.

Wang Z, Tang H, Wang P, Gong W, Xue M, Zhang H, Liu T, Liu B, Yi Y, Zhang

W. 2013. Bioactive polyoxygenated steroids from the South China Sea soft

coral, Sarcophyton sp. Marine Drugs J. 11:775-787.

Wang C, Liu H, Shao C, Wang Y, Li L, Guan H. 2008. Chemical defensive

substances of soft corals and gorgonians. Acta Ecologica Sinica.

28(5):2320-2328.

Wikanta T, Zakaria A, Ratih D, Nursid M. 2007. Uji aktivitas sitotoksik ekstrak

karang lunak Sarcophyton glaucum (Quoy &Gaimard) terhadap sel lestari

tumor HeLa. J Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 2

(1):69-80

Yudi R. 2011. Kandungan senyawa bioaktif karang lunak Sarcophyton sp. alami

dan fragmentasi di perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Zachary I. 2003. Determination of cell number. Di dalam: Cell Proliferation and

Apoptosis. London (GB): Bios Scientific.

Page 31: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

17

Lampiran 1 Peralatan KCKT

Lampiran 2 Fraksionasi ekstrak metanol menggunakan kolom SPE

Lampiran 3 Peralatan uji toksisitas terhadap larva udang A. Salina; penetasan

telur udang (kiri); perlakuan uji (tengah); penghitungan persen

kematian (kanan)

Page 32: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

18

Lampiran 4 Bagan alir penelitian

Lampiran 5 Foto bawah air (transek kuadran 50 cm2

) biota Sarcophyton sp. pada

kondisi lingkungan hidup mendominasi di terumbu karang (a),

hidup di antara karang (b), dan di lingkungan abiotik (c)

Dipekatkan menggunakan penguap putar

Penapisan tahap awal dengan uji BSLT

Pencirian dengan KCKT analitik

Pemurnian dengan KCKT Preparatif

Uji kemurnian dengan KCKT analitik

Uji sitotoksisitas (IC50 terhadap sel MCF-7)

Fraksionasi dengan kolom SPE

Pencirian dengan KCKT analitik

Uji aktivitas sitotoksik terhadap sel tumor MCF-7

Dimaserasi dengan metanol p.a 1:1 (b/v), 3×24 jam

Karang lunak segar (A, B, C)

Ekstrak kasar (A, B, C)

Ekstrak metanol (A, B, C)

F1, F2, F3, F4

Isolat 1,2,3

Fraksi teraktif

Ekstrak teraktif

Page 33: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

19

Lampiran 6 Rendemen ekstrak metanol, hasil fraksionasi kolom dan isolat

Sarcophyton sp.

6.a Ekstrak kasar metanol

Kode

Sampel Bobot Biota (g)

a

Bobot Ekstrak

Kasar Metanol(g)

Rendemen

(%)

A 210 0.6683 0.32

B 371 1.4488 0.39

C 440 2.7879 0.63

akadar air pada biota dianggap hampir sama

Contoh perhitungan:

6.b Rendemen fraksi ekstrak metanol

Fraksi Pelarut Bobot ekstrak

kasar (mg)

Bobot esktrak

(mg)

Rendemen

(%b/b)

1 Air-Metanol (1:1)

668.3

91.3 13.66

2 Metanol 481.9 72.11

3 Metanol-Diklorometana (1:1) 59.5 8.90

4 Diklorometana 4.7 0.70

Contoh perhitungan:

Page 34: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

20

6.c Rendemen isolat hasil fraksionasi F2

Isolat Bobot ekstrak F2 (mg) Bobot isolat (mg) Rendemen dalam fraksi F2

(%b/b)

1

9

0.225 2.50

2 0.226 2.51

3 0.226 2.51

Fraksionasi dilakukan sebanyak 9 kali ulangan (1 mg F2/ulangan), setiap ulangan

ditampung dan dikumpulkan menggunakan fraction collector.

Contoh perhitungan:

Page 35: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

21

Lampiran 7 Persen kematian larva udang A. salina (uji BSLT)

Ulangan Kode sampel Jumlah larva (ekor)

Larva

yang

hidup (%)

Kematian

(%)

Awal mati hidup

1 Kontrol

Pelarut

(DMSO 1%)

10 1 9

2 10 0 10 93.33 0.00

3

10 1 9

Rerata

10 0.67 9.33

1 10 6 4

2 A 10 6 4 3.33 50.00

3 10 5 5

Rerata 10 5.67 4.33

1 10 4 6

2 B 10 5 5 56.67 36.67

3 10 4 6

Rerata 10 4.33 5.67

1 10 4 6

2 C 10 4 6 63.33 30.00

3 10 3 7

Rerata 10 3.67 6.33

Perlakuan: Konsentrasi ekstrak metanol = 100 ppm

Contoh perhitungan :

Page 36: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

22

Lampiran 8 Uji sitotoksisitas terhadap sel tumor MCF-7

Fraksi Konsentrasi

(ppm)

Densitas

optik Inhibisi

(%)

IC50 (ppm)

(absorbans)

F25

200 0.000 100.000

100 0.022 95.407 25.420

25 0.242 49.478

F24 (isolat 1)

200 0.007 98,539

100 0.019 96,033 36.041

25 0.345 27,975

F30 (isolat 2)

200 0.036 92.484

100 0.159 66.806 71.030

25 0.441 7.933

F37 (isolat 3)

200 0.031 93.528

100 0.053 88.935 67.227

25 0.482 -0.626

Keterangan:

Densitas optik (OD)

kontrol sel (Abs) = 0.479

IC50 dihitung dengan analisis probit menggunakan SPSS 15.0

Contoh perhitungan:

Analisis probit (fraksi 25) menggunakan SPSS 15.0: Data Information

N of Cases

Valid 3

Rejected Missing 0

LOG Transform Cannot be Done 0

Number of Responses > Number of Subjects 0

Control Group 0

Page 37: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

23

Cell Counts and Residuals

Number Konsentrasi Number of Subjects

Observed Responses

Expected Responses Residual Probability

PROBIT 1 5,298 100 99 99,524 -1,024 ,995

2 4,605 100 96 93,869 2,131 ,939

3 3,219 100 28 28,999 -,899 ,290

Convergence Information

Number of Iterations

Optimal Solution Found

PROBIT 14 Yes

Parameter Estimates

Parameter Estimate Std. Error Z Sig. 95% Confidence Interval

Lower Bound

Upper Bound

Lower Bound

Upper Bound Lower Bound Upper Bound

PROBIT (a)

Konsentrasi 1,292 ,163 7,930 ,000 ,973 1,612

Intercept -4,181 ,597 -7,001 ,000 -4,778 -3,584

a PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX (Covariates X are transformed using the base 2.718 logarithm.) Chi-Square Tests

Chi-Square df(a) Sig.

PROBIT Pearson Goodness-of-Fit Test ,548 1 ,459(b)

a Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated cases. b Since the significance level is greater than ,150, no heterogeneity factor is used in the calculation of confidence limits.

Cell Counts and Residuals

Number Konsentrasi Number of Subjects

Observed Responses

Expected Responses Residual Probability

PROBIT 1 5,298 100 100 99,616 ,384 ,996

2 4,605 100 95 96,162 -,762 ,962

3 3,219 100 50 49,140 ,360 ,491

Page 38: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

24

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for Konsentrasi 95% Confidence Limits for

log(Konsentrasi)(a)

Estimate Lower Bound Upper Bound Estimate Lower Bound

Upper Bound

PROBIT ,010 4,201 2,011 6,617 1,435 ,699 1,890

,020 5,187 2,655 7,856 1,646 ,976 2,061

,030 5,930 3,165 8,762 1,780 1,152 2,170

,040 6,558 3,612 9,514 1,881 1,284 2,253

,050 7,118 4,022 10,174 1,963 1,392 2,320

,060 7,632 4,406 10,773 2,032 1,483 2,377

,070 8,113 4,773 11,328 2,093 1,563 2,427

,080 8,570 5,127 11,850 2,148 1,635 2,472

,090 9,007 5,471 12,347 2,198 1,699 2,513

,100 9,429 5,808 12,823 2,244 1,759 2,551

,150 11,399 7,432 15,011 2,433 2,006 2,709

,200 13,253 9,030 17,032 2,584 2,201 2,835

,250 15,083 10,661 19,002 2,714 2,367 2,945

,300 16,941 12,361 20,990 2,830 2,515 3,044

,350 18,866 14,159 23,047 2,937 2,650 3,138

,400 20,895 16,083 25,221 3,039 2,778 3,228

,450 23,065 18,161 27,567 3,138 2,899 3,317

,500 25,420 20,426 30,152 3,236 3,017 3,406

,550 28,017 22,916 33,062 3,333 3,132 3,498

,600 30,926 25,676 36,420 3,432 3,246 3,595

,650 34,252 28,771 40,402 3,534 3,359 3,699

,700 38,144 32,290 45,274 3,641 3,475 3,813

,750 42,842 36,380 51,465 3,758 3,594 3,941

,800 48,757 41,300 59,713 3,887 3,721 4,090

,850 56,691 47,569 71,477 4,038 3,862 4,269

,900 68,532 56,407 90,290 4,227 4,033 4,503

,910 71,745 58,723 95,620 4,273 4,073 4,560

,920 75,406 61,327 101,800 4,323 4,116 4,623

,930 79,648 64,302 109,095 4,378 4,164 4,692

,940 84,668 67,769 117,907 4,439 4,216 4,770

,950 90,780 71,922 128,884 4,508 4,276 4,859

,960 98,528 77,090 143,162 4,590 4,345 4,964

,970 108,965 83,904 163,000 4,691 4,430 5,094

,980 124,571 93,826 193,852 4,825 4,541 5,267

,990 153,827 111,737 255,125 5,036 4,716 5,542

a Logarithm base = 2.718.

Page 39: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

25

Lampiran 9 Profil mikroskopik (penghambatan pertumbuhan) sel MCF-7; (A)

isolat 1 (fraksi 24), (B) isolat 2 (fraksi 30), dan (C) isolat 3 (fraksi

37).

A. Isolat 1 (fraksi 24)

B. Isolat 2 (fraksi 30)

Page 40: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

26

C. Isolat 3 (fraksi 37)

Page 41: ISOLASI SENYAWA ANTITUMOR DARI KARANG LUNAK …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/69154/… ·  · 2015-09-02Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Pura, Medan pada tanggal 10 September

1982 dari pasangan Ramli dan Haniyah. Penulis merupakan putri pertama dari 4

bersaudara.

Tahun 2000, penulis lulus dari MA Negeri 2 Tanjung Pura, kemudian

melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur

PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat) pada Program Diploma 3 Analis Kimia

dan lulus pada tahun 2003. Kemudian pada tahun 2010, penulis lulus seleksi

masuk Program Alih Jenis Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis telah bekerja di Laboratorium

Instrumentasi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBP4BKP), Kementerian Kelautan dan

Perikanan Jakarta sejak tahun 2006.