1
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Selada (Lactuca sativa) merupakan tanaman semusim
yang dapat tumbuh
baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah dan termasuk
dalam famili Asteraceae. Selada merupakan salah satu sayuran yang
mempunyai arti penting dalam fungsinya sebagai zat pembangun tubuh.
Berdasarkan sumber Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1979)
dalam Haryanto, dkk., (2002) kandungan zat gizi dan vitamin dalam
100 g selada adalah Protein (1,2 g), Lemak (0,2 g), Karbohidrat
(2,9 g), Ca (22,0 mg), P (25,0 mg), Fe (0,5 mg), Vitamin A (162
mg), Vitamin B (0,04 mg), Vitamin C (8,0 mg) dan baik untuk
kesehatan manusia. Disamping itu selada merupakan jenis sayuran
yang sangat digemari oleh masyarakat. Produksi tanaman selada di
Kalimantan Tengah pada tahun 2009 sebesar 880,00 ton/ha. Produksi
selada ini masih rendah bila dibandingkan dengan
produksi selada secara nasional yang mampu menghasilkan di atas
1000 ton/ha bila diusahakan dengan baik (Food Agriculuture
Organization, 2007). Rendahnya produksi selada di Kalimantan Tengah
disebabkan belum optimalnya teknik budidaya tanaman selada, serta
jenis tanah gambut yang kurang menguntungkan bagi pertumbuan
tanaman selada. Kalimantan Tengah memiliki lahan gambut pedalaman
yang luasnya 1.813.000 ha, namun dalam pemanfaatannya terdapat
kendala-kendala yang sangat kompleks. Kendala utama dalam
pemanfaatan tanah gambut untuk lahan
2
pertanian
adalah
mempunyai
sifat
fisik
maupun
kimia
yang
kurang
menguntungkan misalnya ketebalan gambut yang tinggi yang berasal
dari kayukayuan yang miskin unsur hara, Kapasitas Tukar Kation
(KTK) yang tinggi, Kejenuhan Basa (KB) sangat rendah. Kondisi
demikian tidak menunjang persediaan unsur hara yang memadai bagi
tanaman terutama basa K, Ca, Mg demikian juga unsur-unsur mikro
seperti Cu, Zn, Fe (Halim, 1985). Menurut Salampak (1993),
berdasarkan ciri dan sifat tanah gambut pedalaman kurang
menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman maka diperlukan penanganan
yang sesuai untuk meningkatkan potensi daya guna tanah gambut bagi
pertumbuhan tanaman. Keberhasilan pemanfaatan lahan gambut untuk
dijadikan lahan pertanian tergantung pada kemampuan mamperbaiki
kesuburan tanahnya, antara lain meningkatkan pH tanah, pemupukan
yang tepat, perbaikan sifat fisik dan biologi tanah, menekan
kandungan unsur hara yang meracuni tanaman dan lain-lain. Untuk itu
upaya pemberian pupuk Petrobio mempunyai peranan dalam memperbaiki
sifat fisik tanah melalui perubahan struktur dan permeabilitas
tanah juga dapat memperbaiki kesuburan kimia tanah, karena
mengandung unsur N, P, K, Ca, Mg dan C1, serta dapat meningkatkan
kegiatan mikro organisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan
tanah serta melindungi kerusakan (Sutedjo, 1995). tanah dari
3
1.2.
Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk
Petrobio terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selada pada tanah gambut
pedalaman. 1.3. Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini adalah : 1.
Pemberian pupuk petrobio dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil pada tanah gambut pedalaman. 2. Pemberian pupuk petrobio
dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman selada.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Botani dan Ekologi Tanaman Selada Klasifikasi selada menurut
Haryanto, dkk., (2002) adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio
Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae :
Dicotyledonae : Asterales : Asteraceae : Lactuca : Lactuca
sativa
Tanaman selada memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar
yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah. Akar-akar ini
berfungsi untuk menghisap air dan zat-zat makanan dari dalam tanah,
serta sebagai penguat berdirinya batang tanaman (Haryanto, dkk.,
1995). Batang selada pada umumnya pendek dan tegap. Hal ini
tergantung dari jenis selada yang dibudidayakan (Haryanto, dkk.,
1995). Selada kepala atau selada telur mempunyai krop bulat tetapi
kropos, lunak, renyah serta mempunyai batang yang sangat pendek
hampir tidak terlihat, dan selada rapuh mempunyai krop yang lonjong
dengan pertumbuhan yang meninggi. Sedangkan selada daun tidak
mempunyai krop hanya mempunyai helaian daun lepas (Haryanto, dkk.,
2002).
5
Daun-daun selada bentuknya bulat panjang dan tepinya
bergelombang atau bergerigi serta berwarna hijau segar, dengan
ukuran daun mencapai 25 cm dan lebarnya 15 cm atau lebih (Haryanto,
dkk., 2002). Bunganya berwarna kuning, terletak pada rangkaian yang
lebat dan tangkai bunganya dapat mencapai ketinggian 90 cm, dan
bunga ini mengahasilkan buah berbentuk polong yang berisi biji.
Biji selada berukuran kecil-kecil, namun bentuknya lonjong, pipih
dan berbulu tajam (Rukmana, 1994). 2.2. Syarat Tumbuh Tanaman
Selada Tanaman selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran
rendah. Namun, hampir semua tanaman selada baik diusahakan di
dataran tinggi. Syaratsyarat penting untuk tumbuhnya tanaman selada
adalah tanah yang subur, banyak mengandung humus dan tanah yang
banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk
pertumbuhannya. Derajat keasaman (pH) yang ideal untuk tanaman
adalah berkisar antara 6,5 - 7. Tanaman selada lebih menghendaki
iklim yang kering pada suhu 15 - 20 C dan pada ketinggian antara 75
- 2.200 meter dari permukaan laut (mdpl). Umumnya tanaman selada
banyak ditanam di akhir musim penghujan, keadaan yang lembab akan
mempercepat pertumbuhan selada, namun bila kebanyakan air tanaman
ini akan mudah rusak (Haryanto, dkk., 2002). Menurut Haryanto,
dkk., (1995), syarat tanah yang ideal untuk tanaman selada adalah
tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus) dan
tata udara dalam tanah dapat berjalan dengan baik.
6
2.3.
Sifat Tanah Gambut Tanah gambut merupakan tanah organik yang
terbentuk sebagai akibat
keadaan lingkungan yang selalu tergenang air dan anaerob
sehingga sirkulasi oksigen sangat terhambat, oleh karena itu
penguraian bahan organik terhambat dan terjadilah penumpukan bahan
organik. Adanya kation hidrogen dan alumunium di dalam larutan
tanah serta akibat pencucian oleh air menyebabkan basa-basa mudah
sekali larut dari jerapan tanah. Kondisi demikian menyebabkan
reaksi tanahnya masam sampai sangat masam, keadaan yang sangat
masam menyebabkan pelarut besi, alumunium dan mangan sampai satu
tingkat akan manjadi racun, diiringi dengan daya KTK yang tinggi,
sarta kejenuhan basa (KB) yang sangat rendah, kondisi demikian
tidak menujang terciptanya laju dan kemudahan penyediaan hara yang
memadai untuk kebutuhan tanaman , terutama unsur hara makro seperti
N, P, K, juga unsur hara mikro seperti Cu, Zn, Mn, dan Fe.
Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah gambut menyebabkan
unsur hara mikro seperti Cu, Zn, Mn, dan Fe terikat dan tidak
tersedia bagi tanaman (Soepardi, 1988). 2.4. Pupuk Petrobio Pupuk
Petrobio merupakan pupuk hayati butiran (granular) yang
diformulasikan dari mikroba-mikroba yang menguntungkan bagi tanah
dan tanaman, yang dicampur secara khusus dengan bahan-bahan organik
alami, dan diproses berdasarkan teknologi berwawasan lingkungan.
Penggunaan pupuk Petrobio hayati secara kontiyu akan memberikan
efek yang positif bagi kehidupan dan lingkungannya dibandingkan
pupuk organik maupun anorganik lainnya.
7
Di samping itu keuntungan pemakaian pupuk Petrobio adalah : (1)
Menambah mikroorganisme bermanfaat dalam tanah sehingga mampu
meningkatkan kesuburan biologi tanah, (2) Menambah ketersediaan
unsur hara Nitrogen (N2) dari udara bebas, (3) Meningkatkan
ketersediaan unsur hara fosfor (P2O5) dalam tanah, karena mampu
mengurai fosfor (P2O5) terikat dalam tanah menjadi bentuk yang
tersedia bagi tanaman, (4) Mengandung mikroorganisme yang mampu
mengurai bahan organik tanah, sehinga bermanfaat untuk mamperbaiki
agregat tanah, (5) Mengandung mikroorganisme yang mampu
menghasilkan zat pemacu tumbuh, dapat merangsang perakaran dan
pertumbuhan tanaman, serta meningkatkan hasil. (6) Tidak meracuni
tanaman dan tidak mencemari lingkungan, (7) Formulanya berupa pupuk
hayati, bukan bahan kimia sintetik. Pupuk Petrobio adalah pupuk
hayati produksi PT Petrokimia yang mengandung mikroorganisme
penyubur tanah yang dapat meningkatkan/ mengembalikan kesuburan
tanah secara alami / biologi. Petrobio mengandung mikroba
Aspergillus niger, Penicilium sp, Pantoea sp, Azospirilum sp dan
Streptomyces sp. Dari petunjuk dosis dan waktu aplikasi untuk
tanaman semusim adalah 15 30 kg/ha dengan dua kali aplikasi.
8
III. BAHAN DAN METODE
3.1.
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei
sampai dengan Juli 2011.
Bertempat di komplek Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
jalan RTA Milono Km 1,5 Palangka Raya. 3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : benih
selada varietas grand rapids cap panah merah, pupuk Petrobio, kapur
dolomit dan tanah gambut pedalaman. Alat yang digunakan antara lain
: meteran, timbangan analitik Adventurer Ohaus, timbangan tiga
lengan Triple Beam Ohaus, cangkul, kotak semai, ayakan, ember,
kamera, alat tulis, dan peralatan lain yang mendukung penelitian.
3.3. Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal, perlakuan yang diteliti adalah
pemberian pupuk Petrobio dengan dosis yang terdiri dari 5 taraf
yaitu : P0 P1 P2 P3 P4 = = = = = Pupuk Petrobio 0 kg/ha (0 g
polybag-1) Pupuk Petrobio 15 kg/ha (0,1875 g polybag-1) Pupuk
Petrobio 20 kg/ha (0,25 g polybag-1) Pupuk Petrobio 25 kg/ha
(0,3125 g polybag-1) Pupuk Petrobio 30 kg/ha (0,375 g
polybag-1)
9
Masing-masing perlakuan di ulang sebanyak 5 kali sehingga
diperoleh 25 satuan percobaan. 3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1.
Pembuatan Rumah Plastik Rumah plastik dibuat dengan ukuran panjang
6 m, lebar 4 m dan tinggi 2,5 m. Di dalamnya dibuat bangku untuk
meletakan polybag setinggi 30 cm. Atapnya menggunakan plastik warna
putih transparan dan bagian dinding menggunakan kain kasa agar
sirkulasi udara berjalan dengan baik. 3.4.2. Persiapan Media Tanam
Tanah yang di gunakan untuk media tanam adalah tanah gambut
pedalaman yang belum pernah diolah dan diambil dari Jalan RTA.
Milono Km 5,5 Kota Palangka Raya. Tanah gambut tersebut diambil
pada kedalaman 20 cm. Kemudian dikering anginkan selama satu minggu
pada tempat terbuka. Setelah kering tanah dihancurkan dan diayak
dengan manggunakan ayakan tanah berukuran 100 mesh. Tanah ditimbang
sebanyak 5 kg polybag-1, kemudian diberikan kapur dolomit 8 t ha-1
(100 g/polybag) disebarkan pada permukaan tanah setiap polybag dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam polybag dan diinkubasi selama dua
minggu sebelum tanam. 3.4.3. Penyemaian Benih Media tanam yang
digunakan umtuk persemaian adalah campuran tanah gambut dan kapur
dangan perbandingan 1 : 1, setelah itu media
10
tanam diinkubasikan selama satu minggu dan sebelum penyemaian
media tanam disiram. Sebelum benih disemai terlebih dahulu direndam
air satu malam guna untuk mempercepat pecahnya masa dormansi. Benih
ditabur merata dan ditutup tipis dengan tanah. Tempat persemaian
dibuat menghadap ke timur dengan tinggi tiang di sebelah timur 70
cm dan sebelah barat 50 cm, kemudian diberi naungan dari atap daun
kelapa. 3.4.4.Penanaman Penanaman dilakukan setelah bibit tanaman
selada berumur 3 minggu setelah semai. Selanjutnya ditanam di dalam
polybag, dengan memilih bibit selada yang sehat, tidak terserang
penyakit dan berdiri tegak. Penanaman dilakukan pada sore hari
untuk menghindari penguapan yang terlalu tinggi, selesai penanaman
media disiram hingga cukup lembab. 3.4.5. Pemupukan Pupuk yang
diberikan adalah pupuk petrobio diberikan sesuai dengan dosis
perlakuan sebanyak dua kali pada umur 14 dan 21 hst. Pemberian
pupuk petrobio dilakukan dengan cara dibenamkan ke dalam tanah di
sekitar perakaran 5 cm dari pangkal batang. 3.4.6. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi : Penyulaman, penyiraman,
penyiangan, serta pembumbunan. Penyulaman dimaksudkan untuk
mengganti tanaman yang mati, rusak atau pertumbuhannya tidak
normal. Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam.
11
Penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan sampai tanah dalam keadaan lembab. Sumber air
yg digunakan adalah air ledeng dari PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum). Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sekitar
tanaman. Penyiangan diikuti dengan pembumbunan yaitu menggemburkan
tanah dalam polybag yang mulai mengeras atau memadat. Pembumbunan
dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam untuk mengemburkan tanah
di sekitar pangkal batang yang bertujuan untuk menutupi akar yang
keluar. 3.4.7. Panen Tanaman selada dipanen sekitar umur 30 hst,
yaitu dengan mengambil semua bagian tanaman dari akar sampai daun
baru kemudian di lakukan pemotongan pada pangkal batang. 3.5.
Pengamatan Adapun parameter yang diamati adalah : a. Tinggi Tanaman
(cm) Diukur dari pangkal batang atas permukaan tanah sampai tajuk
daun tertinggi dengan cara merangkum seluruh daun. Pengamatan
dilakukan pada umur 14, 21 dan 28 hst. b. Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung pada umur 14, 21 dan 30 hst, dengan cara
menghitung jumlah daun yang membuka sempurna.
12
c. Bobot Segar Tanaman (gram) Berat segar tanaman selada
ditimbang dengan menggunakan timbangan tiga lengan (Triple Beam
Ohaus) pada saat panen setelah dibersihkan dari kotoran, dan
diamati pada umur 30 hst. d. Bobot Kering Tanaman (gram) Berat
kering tanaman selada ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik (Adventur Ohaus) pada saat panen setelah dibersihkan dari
kotoran, dan diamati pada umur 30 hst.
3.6. Analisis Data Data dianalisis dengan menggunakan analisa
ragam (Uji F) pada taraf kepercayaan 5 % dan 1 %. Apabila uji F
menunjukkan adanya pengaruh perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji
beda rata-rata menggunakan BNJ pada taraf 5 %.
13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Tinggi Tanaman Data hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman
selada pada umur 14, 21
dan 28 hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 1,
sedangkan hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Berdasarkan hasil analisis ragam pemberian pupuk Petrobio pada
semua umur pengamatan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman. Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman
Selada Setelah Diperlakukan Pupuk Petrobio Dengan Umur 14 28 Hari
Setelah Tanam (hst)
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05
Tinggi Tanaman (cm) 14 HST 9,6 a 12,1 bc 11,4 ab 12,6 bc 14 c
5,66 21 HST 11,3 a 12,8 ab 12,6 ab 13,7 c 15,3 d 6,09 28 HST 12 a
13 bc 12,7 ab 14,6 bc 16 6,09c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %
14
Grafik 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Selada Setelah Diperlakukan
Pupuk Petrobio Dengan Umur 14 28 Hari Setelah Tanam (hst)
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 P0 P1 P2 P3 P4 14 HST 21 HST 28 HST
Pada umur 14 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk
Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
diberi pupuk Petrobio (P0) dan dosis 0,25 g/polybag (P2) tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) dan
0,3125 g/polybag (P3) terhadap tinggi tanaman. Pada umur 21 hari
setelah tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375
g/polybag (P4) berbeda nyata terhadap semua perlakuan tanpa diberi
pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1), 0,25 g/polybag (P2),
dan 0,3125 g/polybag (P3). Sedangkan pada umur 28 hari setelah
tanam (hst) perlakuan pemberian pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4)
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0) dan
dosis 0,25 g/polybag (P2) tetapi
15
tidak berbeda nyata dengan perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) dan
0,3125 g/polybag (P3). Perlakuan tanpa Pupuk Petrobio menunjukkan
pertumbuhan tinggi tanaman yang kurang optimal dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan karena unsur hara tidak
tersedia akibat kondisi tanah gambut pedalaman pada umumnya
bereaksi sangat masam. Menurut Sumarno (1984), derajat keasaman
tanah sangat menentukan tersedia-tidaknya unsur hara yang
terkandung dalam tanah. Lebih lanjut menurut Soepardi (1983)
keadaan pH yang rendah ( Dosis H+ tinggi) Pada tanah gambut
terdapat senyawa beracun dan penyerapan hara oleh tanaman menjadi
terhambat. Pemberian perlakuan Pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4)
menunjukkan pengaruh tertinggi dalam meningkatkan pertumbuhan
tinggi tanaman. Keadaan ini menunjukkan bahwa pemberian Pupuk
Petrobio 0,375 g/polybag sangat berperan menyediakan unsur hara
secara maksimal sehingga dapat memacu pertumbuhan dengan baik.
Selain itu pupuk Petrobio juga mengandung 5 jenis mikroorganisme
yang bermanfaat dalam mengembalikan kesuburan tanah secara alami
dengan cara memecah atau melarutkan unsur hara yang terikat di
dalam tanah sehingga mudah diserap oleh akar. Peran pupuk Petrobio
lainnya adalah berisi mikroba yang dapat mengikat atau menambat
unsur hara N langsung dari udara mengolahnya menjadi NH4+ yang
dapat diserap oleh tanaman sehingga menambah pasokan unsur hara
nitrogen. Menurut Sarief (1989), mengatakan
16
bahwa apabila unsur hara tersedia dalam jumlah yang berimbang,
maka proses fisiologis pada tanaman menjadi lebih baik. Menurut
Ashari (1995), pertumbuhan tanaman merupakan aktivitas tanaman
melakukan pembelahan, perpanjangan, pembesaran dan diferensiasi
sel. Ditegaskan pula bahwa fase vegetatif terutama terjadi pada
perkembangan akar, daun, batang maupun cabang. Fase ini berhubungan
dengan pembelahan sel, perpanjangan sel dan tahap pertama dari
diferensiasi sel (pembentukan jaringan). Dikemukakan oleh Gardner,
dkk., (1991), dalam arti sempit pertumbuhan berarti pembelahan sel
(peningkatan jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) dan
merupakan proses yang tidak dapat berbalik. Kedua proses ini
memerlukan sintesis protein. Harjadi (1991), menyatakan bahwa fase
vegetatif atau fase pertumbuhan terutama terjadi pada perkembangan
akar, daun dan
batang yang berhubungan dengan proses pembelahan sel atau
pembentukkan jaringan. Goldsworthy dan Fisher (1996), mengemukakan
pertumbuhan tanaman di atas tanah terutama dimulai dengan
terbentuknya primordia daun dan adanya pemanjangan batang.
4. 2.
Jumlah Daun Data hasil pengamatan jumlah daun tanaman selada
pada umur 14, 21 dan
28 hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 2, sedangkan
hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 4,5 dan 6.
17
Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian
Pupuk Petrobio berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada
umur 14,21 dan 28 hari setelah tanam (hst). Tabel 2. Rata-rata
Jumlah Daun Setelah di perlakukan dengan Pupuk Petrobio Umur 14 28
hari setelah tanam (hst) Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05 Jumlah
Daun (helai) 21 HST 7,2 bc 6,2 a 7,4 bc 7 b 7,8 bc 4,52
14 HST 5,4 bc 4a 5,6 bc 5b 5,6 bc 2,58
28 HST 9,8 a 9,2 a 10,2 ab 10 ab 11 c 7,02
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5
Grafik 2. Rata-rata Jumlah Daun Setelah di perlakukan dengan
Pupuk Petrobio Umur 14 28 hari setelah tanam (hst)12 10 8 14 HST 6
4 2 0 P0 P1 P2 P3 P4 21 HST 28 HST
18
Pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam (hst) perlakuan pemberian
pupuk Petrobio 0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata terhadap
perlakuan 0,1875 g/polybag (P1) tetapi tidak berbeda nyata dengan
perlakuan tanpa diberi pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1),
0,25 g/polybag (P2), dan 0,3125 g/polybag (P3). Sedangkan pada umur
28 hari setelah tanam (hst) pada perlakuan pemberian pupuk Petrobio
0,375 g/polybag (P4) berbeda nyata dengan perlakuan tanpa diberi
pupuk Petrobio (P0), 0,1875 g/polybag (P1), 0,25 g/polybag (P2),
dan 0,3125 g/polybag (P3). Perlakuan dosis 0,375 g/polybag (P4)
menghasilkan jumlah daun terbanyak semua pengamatan. Meningkatnya
pertumbuhan jumlah daun pada perlakuan P4 hal ini disebabkan
ketersedian unsur hara nitrogen yang cukup pada pertumbuhan
vegetatif tanaman di mulai dari tinggi tanaman yang baik lebih
diasumsikan jumlah daun pada tanaman akan semakin banyak pula.
Sesuai pernyataan Lingga dan Marsono (2001), bahwa unsur nitrogen
(N) sangat penting untuk pertumbuhan vegetatif tanaman karena dapat
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya batang,
cabang, dan daun. Lakitan (1996) menyatakan bahwa pada saat
pertumbuhan daun, diketahui tidak semua unsur hara yang diperlukan
dan berperan langsung terhadap pembentukan daun. Unsur hara yang
paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan daun
adalah nitrogen. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk Petrobio
yang
19
mengandung unsur hara makro dan mikroba yang dapat mengikat
unsur hara N langsung dari udara dapat berfungsi pada pertumbuhan
vegetatif tanaman baik jumlah daun maupun tinggi tanaman. Hal ini
didukung oleh Jumin (1991), bahwa unsur hara makro terutama N
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif serta
mengaktifkan kegiatan mikroba pada proses penghancuran bahan
organik agar berjalan lancar sehingga unsur hara yang tersedia
semakin meningkat. Menurut Laegreid et al (1999, dalam Hindersah
dan Simarmata, 2004), ketersedian unsur nitrogen adalah penting
pada saat pertumbuhan tanaman, karena nitrogen berperan dalam
seluruh proses biokimia tanaman. Sedangkan fosfor (P) menurut
Rosmarkam dan Yuwono (2002) berperan untuk pembentukan sejumlah
protein tertentu, berperan dalam fotosintesis dan respirasi
sehingga sangat penting untuk pertumbuhan tanaman keseluruhan,
selain itu berperan penting memperbaiki sistem perakaran tanaman.
Pada perlakuan P0 (kontrol) menghasilkan jumlah daun yang lebih
sedikit, disebabkan secara alamiah tanah sebagai media tumbuh dalam
kondisi kesuburan yang rendah. Rendahnya kesuburan tanah gambut
berhubungan dengan nilai kejenuhan basa (KB) dan pH rendah. Pada
umumnya keadaan kejenuhan basa (KB) yang rendah menyebabkan
sulitnya pelepasan kation-kation basa yang terjerap seperti kalsium
(Ca), magnesium (Mg), kalium (K) dan natrium (Na)
20
sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Keadaan demikian
merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
selada.
4.3.
Bobot Segar Per Tanaman Data hasil pengamatan bobot segar per
tanaman selada pada umur 30 hari
setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel 3, sedangkan hasil
analisis ragam disajikan pada Lampiran 7. Pemberian pupuk Petrobio
berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar selada per tanaman.
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Pupuk Petrobio terhadap Rata-rata Bobot
Segar Per Tanaman Selada (g) pada Umur 30 hst. Perlakuan P0 P1 P2
P3 P4 BNJ = 0,05 Bobot Segar (gram) 7,6 b 7,2 b 5,6 a 9,4 c 7,9 bc
10,19
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk
Petrobio 0,3125 g/polybag (P3) menghasilkan bobot segar per tanaman
tertinggi, yaitu 9,4 g/tanaman dan berbeda nyata dengan perlakuan
dosis Petrobio lainnya, kecuali terhadap perlakuan dosis Petrobio
0,375 g/polybag (P4). Peningkatan bobot segar tanaman selada ini
pada perlakuan dosis Petrobio 0,3125 g/polybag berhubungan dengan
variabel tinggi tanaman dan
21
pembentukan daun (jumlah daun). Jadi, semakin baik pengaruh yang
ditunjukkan pada variabel pengamatan tersebut, sehingga diperoleh
bobot segar yang lebih baik pula. Menurut Gardner, dkk. (1991)
pertumbuhan dan hasil tanaman ditentukan oleh pasokan unsur hara,
mineral, air dan hasil fotosintensis, dimana peningkatan aktivitas
metabolisme berarti dapat meningkatkan proses pembentukan protein,
kemudian ditransfer ke organ lain. 4.4. Bobot Kering Per Tanaman
Data hasil pengamatan bobot kering per tanaman selada pada umur 30
hari setelah tanam (hst) disajikan pada Tabel Lampiran 4, sedangkan
hasil analisis ragam disajikan pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil
analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk Petrobio tidak
memberikan pengaruh terhadap bobot kering per tanaman selada. Tabel
4. Pengaruh Pemberian Pupuk Petrobio terhadap Rata-rata Bobot
Kering Per Tanaman Selada (g) pada Umur 30 hst
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 BNJ = 0,05
Bobot kering (gram) 0,514 bc 0,492 ab 0,318 a 0,62 c 0,526 bc
0,677
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5 %
22
Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa perlakuan 0,3125
g/polybag (P3) menghasilkan bobot segar per tanaman tertinggi yaitu
0,62 g dan berbeda nyata dengan perlakuan 0,492 g (P1), 0,318 g
(P2), dan tidak berbeda nyata terhadap perlakuan 0,514 (P0), 7,9 g
(P4). Pemberian pupuk petrobio 0,3125 g/polybag (P3) meningkatkan
bobot kering tertinggi, yaitu 0,62 g/tanaman. Bobot kering tanaman
mencerminkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari proses
fotosintesis dan merupakan integrasi dengan faktor-faktor
lingkungan lainnya. Berbagai ukuran dapat digunakan untuk
mengetahui laju pertumbuhan tanaman dengan cara
membandingkan bobot bahan kering dan bobot basah tanaman dari
waktu ke waktu. Dengan hanya memperhatikan bobot kering tanaman
dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju pertumbuhan relatif.
Analisis tumbuh tanaman digunakan untuk memperoleh ukuran
kuantitatif dalam mengikuti dan membandingkan pertumbuhan tanaman,
dalam aspek fisiologis maupun ekologis, baik secara individu maupun
pertanaman. Bobot kering tanaman menunjukkan tingkat efesiensi
metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen
tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama
pertumbuhan. Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme
semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga
proses fotosintesis berjalan lancar.
23
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Pemberian pupuk petrobio berpengaruh sangat
nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan bobot segar tanaman
kecuali bobot kering tanaman pada semua umur pengamatan. Pemberian
pupuk petrobio dengan dosis 0,375 g/polybag (P4) menunjukkan hasil
tertinggi untuk tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 hst (14 cm, 16
cm, dan 15,3 cm), jumlah daun pada umur 14, 21, dan 28 hst ( 5,6
helai, 7,8 helai, dan 11 helai). Sedangkan pupuk petrobio dengan
dosis 0,3125 g/polybag (P3) menunjukkan hasil tertinggi untuk bobot
segar dan bobot kering tanaman pada umur 30 hst yaitu sebesar 9,4 g
dan 0,62 g.
5.2. Saran Bila dilihat dari segi fisik tanaman disarankan agar
melakukan penelitian lanjutan dengan melakukan kombinasi antara
pupuk Petrobio dengan pupuk organik lainnya. Bisa dikombinasikan
menggunakan pupuk kandang atau pupuk kompos yang dapat memperbaiki
struktur tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah.
24
DAFTAR PUSTAKA
Achlaq, T. 2008. Pengaruh Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit Sebagai Unsur Hara Tanaman Pada Proses Pembibitan Kelapa
Sawit.
repository.ipb.ac.id/.../Bab%20II.%20Metode%20Penelitian%20G08tac.
pdf 10 Agustus 2011. Dinas Pertanian Provinsi Kal-Teng. 2010.
Monografi Tanaman dan Holtikultura Kalimantan Tengah. Dinas
Pertanian Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Gargner, F.P., R.
Brent Pearce., Roger, L.M. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerjemah Herawati Susilo. Universitas Indonesia (UI Press).
Jakarta. Hakim, N., M Yusuf., Nyapka, A.M., Lubis, G.N., Rusli
Saul., M, Amin Diha., Go Ban Hong dan H.H. Boiley, 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Halim, A.
1985. Upaya Memproduksi Tanah Gambut Pedalaman Kalimantan Kasus
Bereng Bengkel. Makalah Seminar Nasional di Universitas
Palangkaraya. Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana
Perkasa. Jakarta Harjadi, S.S. 1989. Pengantar Agronomi. Gramedia.
Jakarta Haryanto, Suhartini dan Rahayu. 1995. Sawi dan Selada.
Penebar Swadaya. Jakarta. Hindersah, R dan T. Simarmata. 2004.
Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah.
www.unri.ac.id 10 Maret 2008. Jumin, H.B. 1991. Dasar-dasar
Agronomi. Rajawali Pers. Jakarta. Jomla, 2011. Pupuk Petrobio.
www.lembahpinus.com 10 Agustus 2011. Lakitan, B. 1996. Fisiologi
Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. Lingga, P dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk.
Penebar Swadaya. Jakarta. Rosmarkam, A dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
25
Rukmana, R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius.
Yogyakarta. Salampak, 1993. Studi Asam Fenol Tanah Gambut Pedalaman
dari Bereng Bengkel Pada Keadaan Tanah Anaerob Thesis. Program
Pasca Sarjana IPB. Bogor Sarief, ES. 1989. Kesuburan Tanah dan
Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana Bandung Sitompul, S. M,
dan B, Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Pres. Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Sumarsono, 2008. Analisis Kuantitatif
Pertumbuhan Tanaman Kedelai.
eprints.undip.ac.id/396/1/KEDELAI_Sumarsono.doc 10 Agustus 2011.
Tim Peneliti IPB. 1986. Gambut Pedalaman Untuk Pertanian Kerjasama
Antara Fakultas Pertanian IPB Dengan Dinas Pertanian Tanaman PAngan
Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah.
26
Lampiran 1. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 14 hst (cm)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 4 20 24 JK 46,36 180,8 KT
11,59 9,04 Fhitung 1,28** F0,05 2,87 F0,01 4,43
Ket. : ** Berbeda sangat nyata
Lampiran 2. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 21 hst (cm)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total DB 4 20 24 JK 48,36 209,1 KT
12,09 10,455 Fhitung 1,15** F0,05 2,87 F0,01 4,43
Ket. : ** Berbeda sangat nyata
Lampiran 3. Tabel Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 28 hst (cm)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 48,36 209,1 12,09
10,455 1,15** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Ket. : ** Berbeda sangat nyata
27
Lampiran 4. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 14 hst (Helai)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Ket. : *Berbeda nyata DB 4
20 24 JK 4,64 38 KT 1,16 1,9 Fhitung 0,61* F0,05 2,87 F0,01
4,43
Lampiran 5. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 21 hst (Helai)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Ket. : *Berbeda nyata 4 20
24 12,24 116,4 3,06 5,82 0,52* 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05
F0,01
Lampiran 6. Tabel Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 28 hst (Helai)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 25,76 277,2 6,44
13,86 0,46** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Ket. : ** Berbeda sangat nyata
28
Lampiran 7. Tabel Analisis Ragam Bobot Segar 30 hst (gram)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 384,46 581,5 96,115
29,075 3,30** 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01
Ket. : ** Berbeda sangat nyata
Lampiran 8. Tabel Analisis Ragam Bobot Kering 30 hst (gram)
Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total 4 20 24 1,9635 2,6379
0,490875 0,131895 3,72 2,87 4,43 DB JK KT Fhitung F0,05 F0,01
29
P0 III
P4 III
P2 I
P3 III
P0 I
P4 V
P0 II
P4 I
P3 IV
P2 II
P1 I
P2 III
P0 IV
P0 V
P3 V
P1 V
P1 II
P2 IV
P3 II
P4 IV
P2 V
P4 II
P1 III
P3 I
P1 IV
B
Keterangan : P0 P1 P2 P3 P4 = 0 (Kontrol) = 0,1875 g/polybag =
0,25 g/polybag = 0,3125 g/polybag = 0,375 g/polybag
S
U
T
Lampiran 9. Gambar Tata Letak Percobaan
30
Lampiran 10. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 14
hst
Lampiran 11. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 21
hst
31
Lampiran 12. Gambar Pertumbuhan Tanaman Selada Pada Umur 28
hst
Lampiran 13. Gambar Alat yang digunakan untuk Menimbang Bobot
Segar Tanaman Selada Timbangan Tiga Lengan (Triple Beam Ohaus)
32
Lampiran 14. Gambar Alat yang digunakan untuk Menimbang Bobot
Kering Tanaman Selada (Adventurer Ohaus)
33
Lampiran 15. Gambar Alat yang digunakan untuk Menghilangkan
Kadar Air pada Tanaman Selada (Memmert)