4Ronni Handoko
Carpal Tunnel Syndrome
BAB IPENDAHULUANI.1 Latar Belakang
Carpal tunnel terletak di bagian bawah pergelangan tangan yang
terdiri dari tulang-tulang carpal di median, dorsal, dan sisi
lateral dan terselubungi secara ventral oleh flexor retinaculum.
Carpal tunnel syndrome (CTS) atau disebut juga entrapment
neuropathy adalah keadaan dimana nervus medianus tertekan di daerah
pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parastesia, dan
kelemahan pada pergelangan tangan. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan tangan yang eksesif tak terbatas dan trauma repetitif
akibat paparan okupasi berkelanjutan.1 Beberapa penyebabnya telah
diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-lain,
tetapi sebagian tetap tidak diketahui penyebabnya. CTS lebih umum
dijumpai pada wanita, dengan puncak usia 42 tahun (40-60 tahun).
Resiko untuk menderita CTS sekitar 10% pada usia dewasa. Sindrom
ini biasanya timbul pada orang-orang yang sering bekerja
menggunakan tangan, seperti memeras baju, orang yang sering
bertepuk (guru TK), pengendara motor, mengetik, olahraga taichi,
sering bermain game. Ras kaukasia memiliki resiko tertinggi terkena
CTS jika dibandingkan dengan ras yang lain. Perempuan beresiko
lebih tinggi dibandingkan laki laki dengan tingkat perbandingan
sebesar 3:1 pada usia antara 45 60 tahun. Hanya sebesar 10% kasus
CTS yang dilaporkan ditemukan pada usia yang lebih muda di usia
30-an tahun. Kaum perempuan diduga memiliki ukurang canalis carpi
yang lebih kecil dibandingkan kaum laki laki.BAB IITINJAUAN
PUSTAKAII.1 Anatomi
Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam
dasar pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N.
Medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan
dibentuk oleh tiga sisi dari tulang tulang carpal. Nervus dan
tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan pergerakan pada jari
jari tangan. Jari tangan dan otot otot fleksor pada pergelangan
tangan beserta tendon tendonnya berorigo pada epicondilus medial
pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang tulang metaphalangeal,
interphalangeal proksimal dan interphalangeal distal yang membentuk
jari tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas
jari jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan
tangan dan berlanjut ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar
3 cm.Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya
ukuran canalis carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di
dalamnya (pembengkakan jaringan lubrikasi pada tendon tendon
fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi dengan sudut 90 derajat
dapat mengecilkan ukuran canalis.Penekanan terhadap N. Medianus
yang menyebabkannya semakin masuk di dalam ligamentum carpi
transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar, kelemahan
pada otot fleksor pollicis brevis, otot opponens pollicis dan otot
abductor pollicis brevis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan
sensorik ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian
distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang
mempercabangkan persarafan proksimal ligamentum carpi transversum
yang berlanjut mempersarafi bagian telapak tangan dan ibu jari.
CT dibentuk oleh : Atas : ligamentum carpi transversum (bagian
dari. flexor retinaculum yang membentang dari Os. Scapoideum dan
trapezoideum ke arah medial menuju Os. Piriformis &
hamatum)
Lateral (radial) : Os naviculare dan tuberculum os trapezium.
Medial (ulnar) dibatasi oleh : Os. pisiformis dan os hamatum.
CT berisi :
4 Mm Fleksor Digitorum Superfisialis,
4 Mm Fleksor Digitorum Profundus,
1 M Fleksor Carpi Radialis,
1 N Medianus.
Anatomi Nervus Medianus
Serabut - serabut saraf yg membentuk N. medianus berasal dari
saraf spinal C5-C8 dan Th 1 dari pleksus brakhialis, dibentuk oleh
cabang lateralis fasciculus medialis dan cabang medial dari
fasciculus lateralis dimana kedua cabang tersebut bersatu pada tepi
bawah M. Pectoralis minor.
Serabut motorik N. medianus mempersyarafi otot lengan bawah:
M. Pronator teres
M. Palmaris longus
M. Fleksor Carpi Radialis M. Fleksor digitorum superficialis
M. Fleksor digitorum profundus
M. Pronator kuadratus
M. Fleksor Polisis longus
Serabut motorik N. Medianus yg mempersyarafi otot otot tangan M.
Fleksor polisis brevis, M. Oponen polisis, M. abductor polisis
brevis, Mm. Lumbricalis I dan II
Serabut sensorik N. Medianus:
Bagian Palmar ibu jari, jari telunjuk, jari tengah, dan bagian
radial jari manis, serta ujung ujung distal dari jari yang
sama.
Bagian dorsal tangan sampai dengan Phalang kedua jari telunjuk,
jari tengah dan setengah dari jari manis.
Di dalam CT tersebut N. Medianus terletak langsung di bawah
ligamentum karpi transversum dan sebelumnya terletak di belakang
dari tenson palmaris longus.II.2Definisi CTSSindroma Carpal Tunnel
merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan karena tekanan pada
nervus medianus di Carpal Tunnel. Adapun definisi lain yaitu
neuropati tekanan atau jeratan terhadap nervus medianus di dalam
terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah
fleksor retinakulum. Dulu, sindroma ini juga disebut dengan nama
acroparesthesia, median thenar neuritis atau partial thenar
atrophy. Terowongan karpal terdapat di bagian sentral dari
pergelangan tangan di mana tulang dan ligamentum membentuk suatu
terowongan sempit yang dilalui oleh beberapa tendon dan nervus
medianus. Tulang-tulang karpalia membentuk dasar dan sisi-sisi
terowongan yang keras dan kaku sedangkan atapnya dibentuk oleh
fleksor retinakulum (transverse carpal ligament dan palmar carpal
ligament) yang kuat dan melengkung di atas tulang-tulang karpalia
tersebut. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan
menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya
yaitu nervus medianus.2II.3EpidemiologiMenurut penelitian CTS lebih
sering terjadi pada wanita. CTS adalah entrapment neuropathy yang
paling sering dijumpai 1.5-11. Nervus medianus mengalami tekanan
pada saat berjalan melalui terowongan karpal di pergelangan tangan
menuju ke tangan. Penyakit ini biasanya timbul pada usia
pertengahan. Umumnya pada keadaan awal bersifat unilateral tetapi
kemudian bisa juga bilateral. Biasanya lebih berat pada tangan yang
dominan. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya pada kehamilan,
prevalensinya sedikit bertambah.2Prevalensi CTS bervariasi. Di Mayo
Clinic, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173 per 100.000 pasien
wanita/tahun dan 68 per 100.000 pasien pria/tahun. Di Maastricht,
Belanda, 16% wanita dan 8 % pria dilaporkan terbangun dari tidurnya
akibat parestesi jari-jari. 45% wanita dan 8% pria yang mengalami
gejala ini terbukti menderita CTS setelah dikonfirmasi dengan
pemeriksaan elektrodiagnostik 1. Pada populasi Rochester,
Minnesota, ditemukan rata-rata 99 kasus per 100.000 penduduk per
tahun. Sedangkan Hudson dkk menemukan bahwa 62% entrapment
neuropathy adalah CTS.II.4Etiologi
Sebagian besar kasus CTS (>50%) bersifat idiopatik, tetapi
berbagai kondisi dapat berkontribusi sebagai penyebab, yaitu :
a. Kondisi kesehatan lain seperti artritis reumatoid, kelainan
hormonal tertentu seperti diabetes, hipotiroid, retensi cairan pada
kehamilan.
b. Karakteristik fisik. Carpal tunnel seseorang dapat lebih
sempit daripada populasi umum
c. Proses penuaan normal dengan peningkatan massa di
tenosinovium
d. Tekanan langsung atau lesi desak ruang di dalam carpal tunnel
dapat meningkatkan tekanan pada nervus medianus dan menyebabkan
CTS
e. Tenosinovitis,yaitu peradangan membran musin tipis yang
menyelimuti tendonf. Sindrom double crush, kompresi atau iritasi
nervus medianus di atas pergelangan tangan
g. Aktifitas yang membutuhkan penggunaan tangan dengan kombinasi
gerakan berulang pergelangan tangan atau jari, dan pekerjaan yang
menggunakan alat yang menimbulkan getaran
h. Faktor keturunan
II.5 Gejala Klinis
Carpal tunnel syndrom menimbulkan beragam gejala khas dari
gejala sakit sedang hingga gejala sakit yang berat. Gejala gejala
ini akan semakin bertambah berat dan penderita yang telah
didiagnosis dengan carpal tunnel syndrome akan mengeluhkan sensasi
mati rasa (numbness), kesemutan, dan sensasi terbakar pada jari
jempol, jari telunjuk dan jari tengah dimana ketiga jari tersebut
diinervasi oleh N. Medianus.2,3 Pada beberapa penderita juga sering
mengeluhkan rasa sakit pada tangan atau pergelangan tangan dan
hilangnya kekuatan menggenggam. Rasa nyeri juga timbul pada lengan
dan pundak serta benjolan pada tangan; rasa nyeri ini akan terasa
teramat sakit terutama di malam hari saat tidur.
Mati rasa (numbness) dan kesemutan (paresthesia) pada area yang
dipersarafi oleh N. Medianus merupakan gejala neuropathy akibat
sindrom jebakan canalis carpi (carpal tunnel entrapment). Kelemahan
dan atrofi otot otot thenar akan timbul selanjutnya jika kondisi
ini semakin tak terobati.
II.6 Patogenesis
Adanya disproporsi antara volume CT dengan isinya, yaitu
bertambahnya volume dari isi carpal Tunnel atau berkurangnya volume
dari CT tersebut. Dengan adanya Disproporsi akan terjadi penekanan
pd vasa vasorum dari N. Medianus serta ischemic sehingga akan
menekan syaraf pada pembedahan akan tampak syaraf yang pipih
seperti pita. Bertambahnya volume CT, karena: Penebalan / fibrosis
dari Fleksor sinovialis merupakan penyebab tersering. Hasil biopsi:
RA, inflamasi non spesific kronis, Penyakit degeneratif
Udema di dlm CT , sehingga memberi tekanan dan kompresi pada
syaraf, karena faktor:
a. Hormonal adanya retensi cairan pd jaringan yang ada di CT.
misalnya: Menstruasi, kehamilan, diabetes mellitus, dsn miksudema
pd hipotiroidisme.
b. Proses radang, misal: RA, osteoarhtritis.
c. Tumor dan keadaan lain yang menambah isi dari CT, misalnya:
Ganglion, neuroma, lipoma, kista sinovitis, hematoma, deposit
Calsium, amiloidosis, Chondrocalsinosis.
d. Penyakit Ocupasi adalah penyakit yang disebabkan karena
penggunaan tangan secara berlebihan pada keadaan Hiperekstensi pada
pergelangan tangan, sehingga tekanan CT meningkat dari pada tangan
dengan posisi netral.
e. Trauma akan merubah countour normal CT atau pembentukan
tulang baru yang berlebihan pada Colles fracture
Terjadinya Neurophaty saat injuri disebabkan karena fragmen
tulang patah atau ujung ligamentum menekan n. medianus.
f. Infeksi pada tenosinovitis kronis dan tuberkulosa.
g. Kongenital, apabila ada anomali didaerah CT, misal
perpanjangan
Muscle Belly dari M. Fleksor digitorum sublimis, atau pembesaran
pembuluh darah sehingga terjadi penekanan terhadap nervus
medianus.
h. Vascular Shunt pada renal dialisis yang berulang, pembuatan
shunt
didaerah tangan, tetapi hal ini masih dalam perdebatan.
Atau bisa dikatakan umumnya CTS terjadi secara kronis di mana
terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran
darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang
akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan
kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini
menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama
pada malam/pagi hari akan berkurang setelah tangan yang terlibat
digerak-gerakkan atau diurut (mungkin akibat terjadinya perbaikan
sementara pada aliran darah). Apabila kondisi ini terus berlanjut
akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf.
Lama-kelamaan safar menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan
ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara
menyeluruh
Pada CTS akut biasanya terjadi penekanan yang melebihi tekanan
perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi dan timbul
iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian
tekanan intrafasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan
aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan
edema sehingga sawar darah-saraf terganggu. Akibatnya terjadi
kerusakan pada saraf tersebut
Tekanan langsung pada safar perifer dapat pula menimbulkan
invaginasi Nodus Ranvier dan demielinisasi lokal sehingga konduksi
saraf terganggu.
Akhirnya setelah adanya disproporsi dan kompresi terhadap nervus
medianus akan menimbulkan suatu gejala / simptom. Yaitu nyeri, rasa
terbakar dan rasa seperti di tusuk tusuk pada daerah carpalStadium
pada kelainan syaraf:
Stadium I:
Timbulnya distensi kapiler intrafasikuler yang menyebabkan
meningkatkan tekanan intrafasikuler. Sehingga keadaan tersebut
dapat menimbulkan konstriksi pembuluh darah kapiler. Keadaan ini
yang menyebabkan timbulnya gangguan nutrisi serta akan terjadi
hipereksitabilitas serabut saraf.
Stadium II
Adanya kompresi pada pembuluh kapiler akan menyebabkan anoksia
dan kerusakan endotelium kapiler. Masuknya protein ke dalam
jaringan akan menyebabkan edema. Protein tidak dapat keluar melalui
perineurium oleh karena akumulasi dalam endoneurium yang mana telah
menyatu dengan metabolisme serta nutrisi aksonal.
Pada keadaan tersebbut juga diiikuti adanya proliferasi dari
fibroblast serta iskemik pada jaringan ikat yang mengalami
konstriksi. Pada tahap akhir dari kompresi saraf, akan terjadi
defek pada motorik maupun sensorik.
Dasar patofisiologi dari penekanan dari saraf ini di awali
dengan berkurang nya aliran darah yang timbul dengan tekanan 20 30
mmHg. Pada penderita CTS tekanan pada terowongan sedikitnya
mencapai 33 mmHg dan bahkan sering mencapai 110 mmHG saat
pergelangan tangan pada dalam posisi ekstensi posisi dorsofleksi
ini nampaknya merupakan posisi yang meningkatkan tekanan intra
karpal yang paling tinggi. Tekanan sebesar 50 mmHG selama 2jam akan
menyebabkan oedema epineurium bila tekanan tersebut berlangsung
selama 8 jam maka akan mengakibatkan tekanan cairan endoneurium
meningkat sebesar 4 kali dan menghambat transport aksonal jika
trauma ini terus terjadi pada endotel kapiler maka akan semakin
banyak protein yang bocor masuk kedalam jaringan sehingga oedema
makin menghebat dengan demikian lingkaran akan terjadi.
Dampak yang terjadi lebih nyata pada endoneurium, karena lebih
banyak eksudat dan oedema yang menumpuk disana akibat tidak dapat
menembus perineurium. Perineurium lebih tahan terhadap perubahan
tekanan karena kelenturanII.7Diagnosa Diagnosa STK ditegakkan
selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga didukung oleh
beberapa pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan fisik Harus dilakukan
pemeriksaan menyeluruh pada penderita dengan perhatian khusus pada
fungsi, motorik, sensorik dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan
dan tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa CTS
adalah 4 :
a. Flick's sign. Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau
menggerak-gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau
menghilang akan menyokong diagnosa CTS. Harus diingat bahwa tanda
ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b. Thenar wasting. Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan
adanya atrofi otot-otot thenar.
c. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara
manual maupun dengan alat dinamometer. Penderita diminta untuk
melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan
dengan ujung jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada
ujung jari-jari tersebut. Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan
meminta penderita melakukan gerakan yang rumit seperti menulis atau
menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan
secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan
sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul
gejala-gejala seperti CTS, maka tes ini menyokong diagnosa CTS.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara
maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CTS, tes
ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini
sangat sensitif untuk menegakkan diagnosa CTS.f. Torniquet test.
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di
atas siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila
dalam 1 menit timbul gejala seperti CTS, tes ini menyokong
diagnosa.
g. Tinel's sign. Tes ini mendukung diagnosa hila timbul
parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus kalau
dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan
sedikit dorsofleksi.
h. Luthy's sign (bottle's sign). Penderita diminta melingkarkan
ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit
tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan rapat, tes
dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
Pemeriksaan sensibilitas. Bila penderita tidak dapat membedakan
dua titik (two-point discrimination) pada jarak lebih dari 6 mm di
daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan menyokong
diagnosa.
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)a. Pemeriksaan
EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi, polifasik, gelombang
positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar.
Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada otot-otot
lumbrikal. EMG bisa normal pada 31 % kasus CTS.4b. Kecepatan Hantar
Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa normal. Pada yang lainnya
KHS akan menurun dan masa laten distal (distal latency) memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten
motorik.43. Pemeriksaan radiologis.
Pemeriksaan sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis.
Foto palos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain
pada vertebra. USG, CT scan dan MRI dilakukan pada kasus yang
selektif terutama yang akan dioperasi. 4. Pemeriksaan
laboratorium.Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita
usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat
dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar hormon tiroid atau pun
darah lengkap.II.8PenatalaksanaanTerdapat beberapa terapi terhadap
carpal tunnel syndrome yang masih dipergunakan hingga saat ini,
antara lain:Non Operasi
1. Splint (Bidai Immobilisasi)Splint atau bidai pada pergelangan
tangan membantu mengurangi mati rasa dengan mengurangi fleksi
pergelangan tangan. Bidai digunakan pada malam hari 2-3 minggu
untuk mereposisi tangan, mencegah fleksi atau ekstensi tangan saat
tidur yang bisa meningkatkan tekanan. Bidai biasanya digunakan pada
pasien dengan gelaja yang ringan sampai sedang yang berlangsung
kurang dari 1 tahun.4,5
Gambar 2. Bidai Immobilisasi2. Peregangan (Stretching)Beragam
gerakan peregangan dapat membantu pencegahan terhadap CTS, namun
banyak orang yang tidak tahu akan kegunaan peregangan otot otot
pergelangan tangan dan tangan. Untuk mengurangi insiden terserang
CTS, berikut ini adalah gerakan peregangan yang bisa dilakukan:
2,4
Gerakan 1, Gerakan Mengepal dan MembukaKepalkan tangan dengan
kencang selama 3 5 detik, lalu lepaskan dan ratakan seluruh jari
jari tangan. Ditahan selama 3 5 detik juga. Ulangi gerakan ini
sebanyak 5 kali di tiap tangan.
Gerakan 2 : Peregangan
Gerakan peregangan ini dapat mengurangi rasa sakit dan tekanan
yang disebabkan oleh pergerakan tangan repetitif dalam periode
tertentu. Dengan menggunakan salah satu tangan, jari jari di tangan
lain di lebarkan sebisa mungkin tanpa menimbulkan rasa nyeri. Hasil
dari peregangan dapat dirasakan pada telapak tangan dan pergelangan
tangan. Tahan posisi peregangan ini selama 3 5 detik lalu lepaskan.
Lakukan gerakan ini sebanyak 5x di tiap tangan yang telah dilakukan
gerak mengepal dan meregang.3. Injeksi Kortikosteroid
LokalDeksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan
karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke
arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial tendon
musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat
diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3
kali suntikan. 4. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)Obat-obatan
jenis NSAID dapat mengurangi inflamasi dan membantu menghilangkan
nyeri. Pada umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan
sampai sedang. Obat pilihan untuk terapi awal biasanya adalah
ibuprofen. Untuk pilihan lainnya ada ketoprofen dan
naproxen.3,4,55. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis
berpendapat bahwa salah satu penyebab Carpal Tunnel Syndrome adalah
defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan pemberian
piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi beberapa penulis
lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis
besar.6. Fisioterapi dan Terapi OkupasiProsedur fisioterapi ini
harus dilakukan secaras pesifik terhadap pola nyeri/gejala dan
disfungsi yang ditemukan. Terapi okupasi memberikan penyaranan
ergonomik untuk mencegah gejala yang semakin parah. Terapi okupasi
memfasilitasi fungsi tangan melalui terapi adaptif tradisional.
Olahraga dengan gerakan merelaksasi dan meregangkan otot otot
lengan dan tangan dapat mengurangi resiko trauma ganda pada N.
Medianus. 2 Pemijatan merupakan salah satu metode terapi yang
sering digunakan untuk mengobati gejala CTS. Perengangan dan
pelepasan myofascial dapat menghilangkan rasa nyeri, mati rasa,
kesemutan dan nyeri terbakar dalam beberapa menit.Operasi Pada
umumnya, terapi nonoperasi digunakan untuk kasus yang ringan. Jika
gejala menetap maka direkomendasikan untuk operasi. Tujuan dari
operasi CTS adalah membelah lapisan transkutaneus (Transcutaneus
Layer/TCL). Pada saat TCL dipotong, maka tekanan nervus di bawahnya
akan berkurang. 2,4Pembedahan Carpal Tunnel Syndrome
Ini adalah salah satu contoh hasil pembedahan carpal tunnel
syndrome. Dapat dilihat adanya atrofi otot thenar eminensia di
tangan kiri yang merupakan tanda kronik CTS.
Salah satu gambar metode pembedahan pada carpal tunnel syndrome.
Dapat dilihat teknik pembukaan ligamentum carpi transversum yang
juga dikenal dengan sebutan pembedahan pembebasan canalis carpi.
Pembedahan ini sangat direkomendasikan bagi pasien yang telah
mengalami secara konstan dan static mati rasa, kelemahan otot
tangan, atau atrofi, dan penggunaan splint di malam hari sudah
tidak bisa lagi mengontrol gejala gejala intermiten
CTS.II.9Pencegahan
Pencegahan pada CTS dapat dilakukan dengan :
Relaksasi dan mengurangi kekuatan pegangan
Lebih sering beristirahat
Memperbaiki postur tubuh dan memperhatikan posisi tangan
Menjaga agar tangan tetap hangat
Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas Terapi penyakit
yang bisa menyebabkan CTS Perbaiki cara memegang atau menggenggam
alat benda. Gunakanlah seluruh tangan dan jari-jari untuk
menggenggam sebuah benda, jangan hanya menggunakan ibu jari dan
telunjuk. II.10Diagnosis Banding1. Cervical radiculopathy. Biasanya
keluhannya berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila
leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai dermatomnya. 2.
lnthoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan
lainnya selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada
sisi ulnaris dari tangan dan lengan bawah. 3. Pronator teres
syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di telapak
tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak
tangan tidak melalui terowongan karpal.
4. de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus
abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya
akibat gerakan tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri
dan nyeri tekan pada pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS
normal. Finkelstein's test : palpasi otot abduktor ibu jari pada
saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.II.11Prognosis
Pada CTS, prognosis biasanya baik. Terdapat bebrapa faktor yang
dapat menyebabkan prognosis menjadi buruk, seperti status mental
dan penggunaan alkohol. Gejala bilateral dan manuver Phalen yang
positif merupakan indikator prognosis yang buruk. Penelitian
menunjukkan bahwa 34% pasien CTS idiopatik mengalami resolusi
sempurna dalam 6 bulan. Bila setelah dilakukan tindakan operasi,
tidak juga diperoleh perbaikan maka dipertimbangkan kembali
kemungkinan berikut ini : 2,41. Kesalahan menegakkan diagnosa,
mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus medianus terletak di tempat
yang lebih proksimal. 2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus
medianus. 3. Terjadi STK yang baru sebagai akibat komplikasi
operasi seperti akibat edema, perlengketan, infeksi, hematoma atau
jaringan parut hipertrofik. Komplikasi yang dapat dijumpai adalah
kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang persisten di daerah
distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat adalah
reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,
hiperalgesia, disestesia dan gangguan trofik.BAB IIIKESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) terjadi akibat penekanan nervus
medianus di dalam terowongan karpal. Sindrom ini sering terjadi
pada gerakan mencuci pakaian, mengepel lantai, kehamilan
(bilateral), dll. Gejala yang ditimbulkan adalah rasa baal dan
kesemutan, nyeri yang menjalar atau meluas dari pergelangan tangan
ke bahu atau turun ke telapak tangan. Beberapa kondisi yang dapat
memicu timbulnya carpal tunnel syndrome, antara lain: obesitas,
hipotiroidisme, arthritis, diabetes dan trauma.Secara klinis CTS
didiagnosis dengan kriteria yaitu rasa nyeri yang berupa kesemutan,
rasa terbakar dan baal pada jari I, II, III dan setengah bagian
lateral jari IV dengan onset terjadi di waktu malam hari atau dini
hari. Pada keadaan yang berat, rasa nyeri dapat menjalar hingga ke
lengan atas dan terdapat atrofi pada otot thenar. Penegakan
diagnosis baru dilakukan jika telah dilakukan tes provokasi berupa
Tes Phalen dan tes Tinel.
Untuk mencegah terjadinya carpal tunnel syndrome akibat
aktivitas repetitif yang menimbulkan rasa baal dan nyeri, perlu
dilakukan gerakan meregang pergelangan tangan, tangan dan jari
tangan. Selain itu, pengobatan yang efektif bagi penderita carpal
tunnel syndrome dengan menggunakan splint (balut tangan), injeksi
kortikosteroid dan pembedahan.DAFTAR PUSTAKA
1. M Brust, John C. Current Diagnosis and Treatment Neurology.
Edisi kedua. Lange. 2012;h.296-2972. Rambe, Aldy S. Sindrom
Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome). Available at :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3459/1/penysaraf-aldi2.pdf.
Accesed on : 19 April 20133. Misbach, Jusuf. Sitorus, Freddy. AS
Ranakusuma, Teguh, et al. Panduan Pelayanan Medis Departemen
Neurologi RSCM. 2007;h.764. George, Dewanto. Riyanto, Budi. Turana,
Yuda, et al. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit
Saraf. 2009;h.120-1235. Tana, Lusianawaty. Sindrom terowongan
karpal pada pekerja: pencegahan dan pengobatannya. J Kedokter
Trisakti. September-Desember 2003, Vol 22 No.31
2Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Kudus
Periode 13 April 2015 15 Mei 2015
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara13