Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis telah menjadi aspek penting dalam hidup manusia.Sekarang ini bisnis banyak dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, tidak ada kejujuran dalam menjalani kegiatan tersebut. Banyak kecurangan yang tejadi dalam dunia bisnis dan bagian-bagian yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Contohnya, para pengusaha-pengusaha menjual produknya dengan tipuan-tipuan iklan agar menarik pembeli, tetapi itu merupakan sebuah penipuan. Sangat wajar jika Islam memberi tuntunan dalam bidang usaha. Usaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya bahkan ditempuh dengan cara tidak etis telah menjadi kesan bisnis yang tidak baik. Etika bisnis sangat urgen untuk dikemukakan dalam era globalisasi yang terjadi di berbagai bidang dan kerap mengabaikan nilai-nilai etika dan moral. Oleh karenanya, Islam sangat menekankan agar aktivitas bisnis tidak semata-mata sebagai alat pemuas keinginan tetapi lebih pada upaya menciptakan kehidupan seimbang disertai perilaku positif bukan destruktif. Penulisan makalah ini bertujuan mengkaji etika bisnis dari sudut pandang Al Qur an dalam upaya membangun bisnis Islami menghadapi tantangan bisnis di masa depan. Kesimpulannya, Bisnis dalam perspektif Al Qur an disebut sebagai aktivitas yang bersifat material sekaligus immaterial. Suatu bisnis bernilai jika secara seimbang memenuhi kebutuhan material dan spiritual, jauh dari kebatilan, kerusakan dan kezaliman. Akan tetapi mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban, kebenaran, kebajikan dan kejujuran. Al Qur an sebagai sumber nilai, telah memberikan nilai-nilai prinsipil untuk mengenali perilaku-perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai al-Qur an khususnya dalam bidang bisnis. Awalnya, etika bisnis muncul ketika kegiatan bisnis kerap menjadi sorotan etika. Menipu, mengurangi timbangan atau takaran, adalah
25

Isi Paper Etika Bisnis

Sep 27, 2015

Download

Documents

IlhamSugiri

ethics
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 1BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangBisnis telah menjadi aspek penting dalam hidup manusia.Sekarang ini bisnis

    banyak dilakukan dengan cara-cara yang tidak benar, tidak ada kejujuran dalammenjalani kegiatan tersebut. Banyak kecurangan yang tejadi dalam dunia bisnis danbagian-bagian yang berkaitan dengan bisnis tersebut. Contohnya, parapengusaha-pengusaha menjual produknya dengan tipuan-tipuan iklan agar menarikpembeli, tetapi itu merupakan sebuah penipuan.

    Sangat wajar jika Islam memberi tuntunan dalam bidang usaha. Usaha mencarikeuntungan sebanyak-banyaknya bahkan ditempuh dengan cara tidak etis telahmenjadi kesan bisnis yang tidak baik. Etika bisnis sangat urgen untuk dikemukakandalam era globalisasi yang terjadi di berbagai bidang dan kerap mengabaikannilai-nilai etika dan moral. Oleh karenanya, Islam sangat menekankan agar aktivitasbisnis tidak semata-mata sebagai alat pemuas keinginan tetapi lebih pada upayamenciptakan kehidupan seimbang disertai perilaku positif bukan destruktif. Penulisanmakalah ini bertujuan mengkaji etika bisnis dari sudut pandang Al Quran dalamupaya membangun bisnis Islami menghadapi tantangan bisnis di masa depan.Kesimpulannya, Bisnis dalam perspektif Al Quran disebut sebagai aktivitas yangbersifat material sekaligus immaterial. Suatu bisnis bernilai jika secara seimbangmemenuhi kebutuhan material dan spiritual, jauh dari kebatilan, kerusakan dankezaliman. Akan tetapi mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas,pertanggung-jawaban, kebenaran, kebajikan dan kejujuran.

    Al Quran sebagai sumber nilai, telah memberikan nilai-nilai prinsipil untukmengenali perilaku-perilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai al-Qurankhususnya dalam bidang bisnis. Awalnya, etika bisnis muncul ketika kegiatan bisniskerap menjadi sorotan etika. Menipu, mengurangi timbangan atau takaran, adalah

  • 2contoh- contoh konkrit kaitan antara etika dan bisnis. Fenomena-fenomena itulahyang menjadikan etika bisnis mendapat perhatian yang intensif hingga menjadibidang kajian ilmiah yang berdiri sendiri. Bisnis telah ada dalam sistem dan strukturdunianya yang baku untuk mencari pemenuhan hidup. Sementara, etika merupakandisiplin ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau salah,yang baik atau buruk, sehingga dianggap tidak seiring dengan sistem dan strukturbisnis.

    Dampak negatif globalisasi ekonomi dengan mengandalkan kebebasan ekonomidan kecanggihan teknologi adalah berbagai kerusakan lingkungan hidup, yang tidakhanya berdampak pada manusia, tetapi juga menjadi malapetaka bagi makhluk laindan lingkungannya. Kerusakan lingkungan hidup ini terjadi di dunia pada umumnya,termasuk Indonesia. Bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup adalah berupapencemaran air, pencemaran tanah, krisis keaneragaman hayati, kerusakan hutan,kekeringan dan krisis air bersih, krisis pertambangan dan lingkungan, pencemaranudara dan banjir lumpur.

    Maka dalam makalah ini kami akan membahasa bisnis menurut cara pandangislam, berbisnis seperti yang diajarkan rosulullah SAW, berbisnis dengan kejujuran ,dan keadilan di dalamnya. Lebih spesifik kami akan memaparkan praktek bisnis diIndonesia dengan pendekatan studi kasus PT. Lapindo Brantas dalam etika Islam.B. Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari bisnis ?2. Apa dasar hukum bisnis dalam Islam ?3. Apa saja etika bisnis dalam Islam ?4. Bagaimana Rasulullah menerapkan etika dalam berbisnis ?5. Apa orientasi bisnis dalam Islam ?6. Bagaimana potret perilaku bisnis di Indonesia ?7. Bagaimana pandangan etika terhadap kasus bisnis mengenai eksploitasi

    lingkungan hidup yang berlebihan ?

  • 3BAB IILANDASAN TEORI

    A. Pengertian Etika dan Bisnis1. Pengertian Etika

    Etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno ethos. Dalam bentuk kata tunggal katatersebut mempunyai banyak arti, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dancara berfikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Dan artinyaadalah adat kebiasaan dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang bagiterbentuknya istilah Etika yang oleh filosof Yunani Besar, Aristoteles (384-322SM)sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.

    Dalam kamus Inggris, etika (ethic) mengandung empat pengertian. Pertama, etikaadalah prinsip tingkah laku yang baik atau kumpulan dari prinsip-prinsip itu. Kedua,etika merupakan sistem prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral. Ketiga, dalam kata-kataethics yaitu ethic dengan tambahan s tapi dalam penggunaan mufrad atausingular, diartikan sebagai kajian tentang hakikat umum moral. Keempat, ethicsyaitu ethic dengan tambahan mufrad (tunggal) dan jamak (plural), ialahketentuan-ketentuan atau ukuran-ukuran yang mengatur tingkah laku para anggotasuatu profesi.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia etika dijelaskan dengan arti ilmutentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral(akhlak). Etika juga diartikan kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.Serta diartikan nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan ataumasyarakat.2. Pengertian Bisnis

    Bisnis termasuk kata yang sering digunakan orang, namun tidak semuanyamemahami kata bisnis secara tepat dan proporsional. Hughes dan Kapoor sepertidikutip oleh Buchari Alma menjelaskan bahwa bisnis adalah suatu kegiatan usaha

  • 4individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa gunamendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

    Lebih ringkas dari itu Brown dan Petrello menyebut bisnis adalah suatu lembagayang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalampengertian yang sederhana bisnis adalah lembaga yang menghasilkan barang dan jasauntuk memenuhi kebutuhan orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,Bisnis ialah usaha komersial di dunia perdagangan, bidang usaha, usaha dagang.

    B. Etika Bisnis dan Etika Bisnis Islam1. Etika Bisnis

    Etika bisnis adalah cara-cara atau perilaku etik dalam bisnis yang dilakukan olehmanajer/kru. Semua ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil(fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku tidak bergantung pada kedudukanindividu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuanyang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkandengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis sering kalikita temukan area abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

    Menurut Bertens etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral darikegiatan ekonomi dan bisnis. Etika ini dapat dipraktikkan dalam tiga taraf. Pertama,taraf makro, etika bisnis akan berbicara tentang aspek-aspek bisnis secarakeseluruhan, seperti persoalan keadilan. Kedua, taraf meso (madya), etika bisnismenyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi seperti serikat buruh, lembagakonsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain. Ketiga, taraf mikro, yangmemfokuskan pada individu dalam hubungannya dalam kegiatan bisnis sepertitanggung jawab etis karyawan dan majikan, manajer, produsen dan konsumen.

    Berbicara tentang bisnis, maka kajian yang dibahas tak jauh mengenai kajianekonomi. M. Abdul Mannan menjelaskan dalam buku Teori dan Praktek EkonomiIslam, bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu tentang manusia, bukan sebagai

  • 5individu yang terisolasi, tetapi mengenai individu sosial yang meyakini nilai-nilaihidup Islam. Hal ini menjelaskan bahwa nilai-nilai hidup (etika) berperan pentingdalam dunia bisnis.

    2. Etika Bisnis Islama. Kesatuan (Tauhid/Unity)

    Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konseptauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalambidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, sertamementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

    Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dansosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika danbisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaanyang sangat penting dalam sistem Islam.

    b. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang

    berbuat curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangunkeadilan. Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orangyang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi,sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu dikurangi.

    Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karenakunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Al-Quran memerintahkan kepadakaum muslimin untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar danjangan sampai melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dantimbangan.

    c. Kehendak Bebas (Free Will)Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi

    kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu

  • 6dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorongmanusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yangdimilikinya.

    Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhanpribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiapindividu terhadap masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.

    d. Tanggungjawab (Responsibility)Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh

    manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas.untuk memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlumempertaggungjawabkan tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan eratdengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebasdilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yangdilakukannya.

    e. Kebenaran: kebajikan dan kejujuranKebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan

    dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.Dalam konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilakubenar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari atau memperolehkomoditas pengembangan maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkankeuntungan.

    Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga danberlaku preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yangmelakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.

  • 7C. Panduan Rasulullah Dalam Etika BerbisnisRasulullah SAW. sangat banyak memberikan petunjuk mengenai etika bisnis, di

    antaranya ialah:1. Bahwa prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,

    kejujuran merupakan syarat paling mendasar dalam kegiatan bisnis. Rasulullahsangat intens menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam hal ini,beliau bersabda Siapa yang menipu kami, maka dia bukan kelompok kami (H.R.Muslim). Rasulullah sendiri selalu bersikap jujur dalam berbisnis. Beliaumelarang para pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan barangbaru di bagian atas.

    2. Kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurutIslam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan sebanyak-banyaknya,sebagaimana yang diajarkan Bapak ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi jugaberorientasi kepada sikap taawun (menolong orang lain) sebagai implikasi sosialkegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis, bukan mencari untung material semata,tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan menjualbarang.

    3. Tidak melakukan sumpah palsu. Nabi Muhammad saw sangat intens melarangpara pelaku bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi bisnisDalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi bersabda, Dengan melakukansumpah palsu, barang-barang memang terjual, tetapi hasilnya tidak berkah.Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini sering dilakukan, karenadapat meyakinkan pembeli, dan pada gilirannya meningkatkan daya beli ataupemasaran. Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang diperolehberlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

    4. Ramah-tamah. Seorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah dalam melakukanbisnis. Nabi Muhammad Saw mengatakan, Allah merahmati seseorangyang ramah dan toleran dalam berbisnis (H.R. Bukhari dan Tarmizi).

  • 85. Tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar orang lain tertarikmembeli dengan harga tersebut. Sabda Nabi Muhammad, Janganlah kalianmelakukan bisnis najsya (seorang pembeli tertentu, berkolusi dengan penjualuntuk menaikkan harga, bukan dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarikorang lain untuk membeli).

    6. Tidak boleh menjelekkan bisnis orang lain, agar orang membeli kepadanya. NabiMuhammad Saw bersabda, Janganlah seseorang di antara kalian menjualdengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain (H.R.Muttafaq alaih).

    7. Tidak melakukan ihtikar. Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalammasa tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dankeuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah melarang keras perilaku bisnissemacam itu.

    8. Takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam perdagangan, timbangan yangbenar dan tepat harus benar-benar diutamakan.

    9. Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada Allah.10. Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw

    bersabda, Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya.Hadist ini mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda.Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja yang dilakukan.

    11. Tidak monopoli. Salah satu keburukan sistem ekonomi kapitalis ialahmelegitimasi monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah eksploitasi(penguasaan) individu tertentu atas hak milik sosial, seperti air, udara dan tanahdan kandungan isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebutmengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada oranglain. Ini dilarang dalam Islam.

    12. Tidak boleh melakukan bisnis dalam kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yangdapat merugikan dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya, larangan

  • 9melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos (kekacauan) politik. Tidak bolehmenjual barang halal, seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena iadiduga keras, mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk bisnis tersebut dilarangIslam karena dapat merusak esensi hubungan sosial yang justru harus dijaga dandiperhatikan secara cermat.

    13. Komoditi bisnis yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan barangyang haram, seperti babi, anjing, minuman keras, ekstasi, dsb. Nabi MuhammadSaw bersabda, Sesungguhnya Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babidan patung-patung (H.R. Jabir).

    14. Bisnis dilakukan dengan suka rela, tanpa paksaan.15. Segera melunasi kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji seorang

    muslim yang memiliki perhatian serius dalam pelunasan hutangnya. Sabda NabiSaw, Sebaik-baik kamu, adalah orang yang paling segera membayarhutangnya (H.R. Hakim).

    16. Memberi tenggang waktu apabila pengutang (kreditor) belum mampu membayar.Sabda Nabi Saw, Barang siapa yang menangguhkan orang yang kesulitanmembayar hutang atau membebaskannya, Allah akan memberinya naungan dibawah naunganNya pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya (H.R.Muslim).

    17. Bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari unsur riba. Firman Allah, Haiorang-orang yang beriman, tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS.al-Baqarah:278). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya mengumumkan perangterhadap riba.

  • 10

    BAB IIIPRAKTEK BISNIS DI INDONESIA

    A. Potret Buram Perilaku Bisnis di IndonesiaSungguh ironis sekali kedengarannya, Indonesia sebagai sebuah negara Muslim

    terbesar di dunia dengan sumber daya yang melimpah, tetapi justru mengapa masihbanyak masyarakat yang belum terentas dari kemiskinan. Yang lebih memprihatinkanlagi bahwa dewasa ini Bangsa Indonesia kurang mendapat kepercayaan dari oranglain (Internasional) yang menyebabkan betapa sulitnya menarik investor asingmenanamkan modalnya di negeri ini. Ini mengindikasikan ada sesuatu yang tidakberes dan salah urus. Selain faktor lain seperti masalah etika dan hukum yangseyogyanya dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama di kalanganpelaku ekonomi maupun pengambil kebijakan. Bukankah disadari bahwa menjunjungtinggi nilai moral dan hukum adalah merupakan bagian ajaran agama apapun secarauniversal.

    Itu berarti, selama ini muslim Indonesia belum sepenuh hati mengaplikasikannilai-nilai islam sebagai keyakinannya. Secara jujur, nilai-nilai Rabbaniyah (Ilahiyah)belum terimplementasi dalam kehidupan bisnis yang berpotensi bisa merugikanperekonomian bangsa dalam skala makro. Bahkan jika sekiranya implementasi itujustru akan menguntungkan Bangsa Indonesia yang kurang lebih 90 % penduduknyasebagai muslim. Di sinilah relevansi membangun nilai-nilai Rabbaniyah dalamperekonomian Indonesia agar bangsa kita menjadi kuat dan bisa kompetitif denganbangsa lain di dunia. Dalam realitas justru menunjukkan hal sebaliknya. Banyakditemukan keganjalan perilaku bisnis yang secara signifikan bisa ikut mempengaruhiperkembangan ekonomi secara makro. Beragam perilaku itu tidak lagi sebagaivaiabel pendukung, tetapi sebaliknya akan menjadi faktor penghambat kemajuanekonomi bangsa.

    Sebagaimana diketahui, pertengahan tahun 1997, Asia dilanda krisis ekonomi,

  • 11

    termasuk diantaranya adalah Indonesia. Kejadian ini lebih dikenal dengan istilahkrisis moneter. Penyebab utamanya karena liberalisasi ekonomi yang diterapkanpemerintah Orde Baru. Pihak swasta bebas mengambil utang luar negeri tanpapengawasan pemerintah, di samping utang pemerintah sendiri. Pinjaman jangkapendek, digunakan dalam investasi modal jangka panjang. Akibatnya, pada saat utangjatuh tempo pengusaha karbitan ini tidak mampu membayar kewajibannya. Demikianpula perusahaan Bank meminjam modal luar negeri dengan bunga rendah, 3-4 %setahun. Uang ini mereka pinjamkan lagi dengan tingkat bunga yang cukup tinggi,18-20% setahun. Dangan praktik tamak ini perbankan akan meraup untung yangsungguh fantastik. Namun demikian, dengan perubahan harga dollar, harga rupiahmerosot tajam sehingga pengusaha yang mendapat pinjaman luar negeri sangatkewalahan. Utang mereka dalam rupiah menjadi berlipat ganda jumlahnya sehinggamereka tidak mampu lagi membayar. Keadaan ini diperparah lagi oleh pihakperbankan, karena mereka meminjamkan sebagian besar modalnya kepada industrimilik orang bank sendiri.[25]

    Akibat yang dirasakan industri nasional mengalami kehancuran karena hargabarang impor sangat tinggi (bila dinilai dengan rupiah), harga pokok barang industrimenjadi tinggi, harga jual tinggi, akhirnya hasil produksi tidak laku. Di sana sini dayabeli menurun karena banyak terjadi pemutusan hubungan kerja. Akibat lebih jauh,nama Indonesia jatuh di mata Internasional.

    Tidak hanya itu, dalam bidang perbankan, para nasabah mulai gelisah dan hilangkepercayaan. Mereka secara massif berusaha menarik dana simpanannya dari bank.Akibatnya, bamk kekurangan likuiditas guna memenuhi tuntutan nasabah. Pengusahaperbankan terpaksa minta bantuan likuiditas kepada Bank Indonesia (BI). Dengankebijaksanaan pemerintah saat itu, BI diperintahkan untuk membantu bank-bank yangmulai kehabisan dana yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia(BLBI).Namun celakanya lagi, bantuan yang diberikan dengan niat yang baikpemerintah itu disalahgunakan pula oleh pengusaha perbankan. Bantuan itu bukan

  • 12

    untuk membayar uang nasabah, tetapi digunakan untuk kepentingan diri sendiri ataudilarikan keluar negeri. Akhirnya muncul lagi krisis jilid kedua, yaitu krisis BLBI.

    Akhirnya bisa dipahami bahwa ekonomi Indonesia yang dinilai tumbuh pesatdengan modal pinjaman luar negeri itu ternyata hanya sebuah fatamorgana di tengahpanasnya perekonomian Indonesia. Krisis ini terjadi karena semua pelaku dan sistemyang dianut jauh dari nilai-nilai spiritual yang tidak mengedepankan nilai kejujuran,keadilan, keterbukaan, dan lain sebagainya. Mereka menilai parameter sukses ituadalah dengan ukuran meteri, atau seberapa besar keuntungan yang bisa dikuasai.Mereka lebih banyak mengejar keuntungan sepihak dan jangka pendek, tidak lagikeuntungan jangka panjang. Karena itu mereka lebih mementingkan kepentingansendiri daripada kepentingan orang lain. Nilai moral terjauh dari hati mereka, karenaorang lain hanya diposisikan sebagai objek pemerasan untuk meraih keuntungan.Inilah wajah sistem kapitalisme yang sangat paradoks dengan nilai-nilai sistemekonomi yang berbasiskan Rabbaniyah.

    Tidak hanya itu, contoh lain yang berkenaan dengan penggunaan obat. Obat yangkhasiatnya untuk penyembuhan penyakit, pada masa sekarang semakin dipertanyakanakurasinya yang justru bisa mengancam jiwa si sakit karena semakin banyak obatpalsu yang beredar di pasaran. Dalam hal ini, antara lain tebukti Balai BesarPengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya melekukan operasi obat-obatanpalsu di sejumlah kios dan toko obat setempat. Ternyata dalam operasi itu BBPOMberhasil mengamankan puluhan jenis obat-obatan palsu dan itu sunnguhmemprihatinkan.

    Masih banyak lagi kasus-kasus perilaku bisnis yang jelas menyimpang darinilai-nilai Rabbaniyah. Misalnya perusakan pelestarian lingkungan yang berupapenggundulan hutan oleh pemegang pengusahaan hutan dan usaha penambanganyang tidak lagi memperhatikan lingkungan. Akibat kecerobohan para pengusahakedua jenis usaha ini telah banyak mempengaruhi keseimbangan ekosistem yangmenyebabkan terjadinya perubahan iklim, erosi, banjir, tanah longsor, dan lain

  • 13

    sebagainya yang merugikan kehidupan masyarakat. Akibat ulah orang yang tidakbertanggung jawab, dengan sendirinya tidak sedikit uang negara yang digunakanuntuk memulihkan lingkungan yang stabil dan aman. Anggaran negara yangseharusnya dibelanjakan untuk perbaikan ekonomi akhirnya sebagian tersedot untukperbaikan lingkungan.

    B. Kasus PT. Lapindo BrantasSecara konsep kebijakan pembangunan sudah memasukkan faktor kelestarian

    lingkungan sebagai hal yang mutlak untuk dipertimbangkan namun dalamimplementasinya terjadi kekeliruan orientasi kebijakan yang tercermin melaluiberbagai peraturan yang terkait dengan sumber daya alam. Peraturan yang dibuatcenderung mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tanpa perlindungan yangmemadai, sehingga membuka ruang yang sebesar- besarnya bagi pemilik modal.

    Lemahnya implementasi di bidang hukum yang mengatur pelaksanaan danpengawasan pelestarian terjadi juga di bidang lingkungan hidup. Sebagai contohAnalisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Rencana Umum Tata Ruang(RUTR), dalam implementasinya hanya merupakan kebijakan yang bersifat reaktifdan sesaat (temporary) atau suatu kebijakan yang secara konsep bagus tetapi dalampelaksanaannya tidak terpantau secara berkesinambungan, lemah dalam manajemenkontrol, cenderung tidak konsisten dan persisten. Hal yang serupa disampaikan bahwatingginya kerusakan sumber daya alam hayati di Indonesia disebabkan salah satunyaadalah banyaknya kebijakan sektoral dan bersifat eksploitatif yang saling tumpangtindih dalam pengelolaan sumber daya alam.

    Dampak dari eksploitasi alam secara besar-besaran sebagai akibat kekeliruanimplementasi kebijakan pembangunan tersebut mulai dirasakan rakyat Indonesiabeberapa tahun belakangan ini. Berbagai bencana terjadi silih berganti, mulai daribencana yang diakibatkan oleh dampak fenomena alam seperti Tsunami di Aceh,tanah longsor dan banjir di berbagai daerah sampai pada bencana yang diakibatkan

  • 14

    adanya faktor kelalaian manusia dalam usaha mengeksploitasi alam tersebut sepertikasus Teluk Buyat di Sulawesi, Freeport di Papua sampai dengan yang sekarangmenjadi bencana nasional yaitu kasus semburan lumpur panas Lapindo di SidoarjoJawa Timur.

    Kasus luapan lumpur Lapindo adalah salah satu contoh kebijakan pembangunanyang dalam implementasinya telah terjadi pergeseran orientasi, yaitu kebijakanpembangunan yang cenderung mengabaikan faktor kelestarian lingkungan. Atausuatu kebijakan yang tidak memasukkan faktor lingkungan sebagai hal yang mutlakuntuk dipertimbangkan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahappelaksanaannya. Salah satu contohnya adalah tidak ditepatinya kebijakan lingkunganyang seharusnya menjadi bahan pertimbangan sebelum suatu perusahaanmendapatkan ijin untuk melakukan usahanya. Pertimbangan kebijakan lingkungantersebut antara lain : jarak rumah penduduk dengan lokasi eksplorasi, mentaatistandar operasional prosedur teknik eksplorasi, dan keberlanjutan lingkungan untukmasa yang akan datang.

    Lapindo Brantas Inc. melakukan pengeboran gas melalui perusahaan kontraktorpengeboran PT. Medici Citra Nusantara yang merupakan perusahaan afiliasi BakrieGroup. Kontrak itu diperoleh Medici dengan tender dari Lapindo Brantas Inc. senilaiUS$ 24 juta. Namun dalam hal perijinannya telah terjadi kesimpang siuran prosedurdimana ada beberapa tingkatan ijin yang dimiliki oleh lapindo. Hak konsesieksplorasi Lapindo diberikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah BadanPengelola Minyak dan Gas (BP MIGAS), sementara ijin konsensinya diberikan olehPemerintah Propinsi Jawa Timur sedangkan ijin kegiatan aktifitas dikeluarkan olehPemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sidoarjo yang memberikan keleluasaankepada Lapindo untuk melakukan aktivitasnya tanpa sadar bahwa Rencana TataRuang (RUTR) Kabupaten Sidoarjo tidak sesuai dengan rencana eksplorasi daneksploitasi tersebut.

  • 15

    BAB IVPEMBAHASAN

    A. Perspektif Bisnis dalam IslamPemikiran etika bisnis Islam muncul ke permukaan dengan landasan bahwa Islam

    adalah agama yang sempurna. Ia merupakan kumpulan aturan-aturan ajaran dannilai-nilai yang dapat menghantarkan manusia dalam kehidupannya menuju tujuankebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat. Etika bisnis Islam tak jauh berbedadengan pengejawantahan hukum dalam fiqih muamalah.

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Etika bisnis adalah norma-norma ataukaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupundalam interaksi bisnisnya dengan stakeholdersnya.

    B. Orientasi Bisnis Dalam IslamBisnis dalam Islam bertujuan unutk mencapai empat hal utama yaitu antara lain

    (1) target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri, (2) pertumbuhan, (3)keberlangsungan, (4) keberkahan. :

    Target hasil: profit-materi dan benefit-nonmateri, artinya bahwa bisnis tidakhanya untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi) setinggi-tingginya,tetapi juga harus dapat memperoleh dan memberikan benefit (keuntungan ataumanfaat) nonmateri kepada internal organisasi perusahaan dan eksternal (lingkungan),seperti terciptanya suasana persaudaraan, kepedulian sosial dan sebagainya.

    Benefit, yang dimaksudkan tidaklah semata memberikan manfaat kebendaan,tetapi juga dapat bersifat nonmateri. Islam memandang bahwa tujuan suatu amalperbuatan tidak hanya berorientasi pada qimah madiyah. Masih ada tiga orientasilainnya, yakni qimah insaniyah, qimah khuluqiyah, dan qimah ruhiyah. Denganqimah insaniyah, berarti pengelola berusaha memberikan manfaat yang bersifatkemanusiaan melalui kesempatan kerja, bantuan sosial (sedekah), dan bantuanlainnya. Qimah khuluqiyah, mengandung pengertian bahwa nilai-nilai akhlak mulian

  • 16

    menjadi suatu kemestian yang harus muncul dalam setiap aktivitas bisnis sehinggatercipta hubungan persaudaraan yang Islami, bukan sekedar hubungan fungsional atauprofesional. Sementara itu qimahruhiyah berarti aktivitas dijadikan sebagai media untuk mendekatkan diri kepadaAllah Swt.

    Pertumbuhan, jika profit materi dan profit non materi telah diraih, perusahaanharus berupaya menjaga pertumbuhan agar selalu meningkat. Upaya peningkatan inijuga harus selalu dalam koridor syariah, bukan menghalalkan segala cara.

    Keberlangsungan, target yang telah dicapai dengan pertumbuhan setiap tahunnyaharus dijaga keberlangsungannya agar perusahaan dapat exis dalam kurun waktu yanglama.

    Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-apa jikatidak ada keberkahan di dalamnya. Maka bisnis Islam menempatkan berkah sebagaitujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari diterimanya segala aktivitas manusia.Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis yang dilakukan oleh pengusaha muslimtelah mendapat ridla dari Allah Swt., dan bernilai ibadah.

    C. Pandangan Etika Tentang Kejadian Lumpur LapindoEksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dankeengganan PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindolebih memilih untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan penyelamatdan perbaikan atas kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan.Hal yang dilakukan oleh PT. Lapindo telah melanggar prinsip prinsip etika yangada. Prinsip mengenai hak dan deontologi yang menekankan bahwa tiap manusiaberhak atas lingkungan berkualitas, akan tetapi dengan adanya peristiwa lumpurpanas tersebut, warga justru mengalami dampak kualitas lingkungan yang buruk.Sedangkan perspektif utilitarisme menegaskan bahwa lingkungan hidup tidak lagi

  • 17

    boleh diperlakukan sebagai suatu eksternalitas ekonomis. Jika dampak ataslingkungan tidak diperhitungkan dalam biaya manfaat, pendekatan ini menjadi tidaketis apalagi jika kerusakan lingkungan dibebankan pada orang lain. Akan tetapi,dalam kasus ini PT. Lapindo justru mengeruk sumber daya alam di Sidoarjo untukkepentingan ekonomis semata, dan cenderung kurang melakukan pemeliharaanterhadap alam, yang dibuktikan dengan penghematan biaya operasional padapemasangan chasing, sehingga menumbulkan bencana yang besar. Selanjutnya,kerusakan akibat kesalahan tersebut menimpa pada warga Porong yang tidak berdosa.Prinsip etika bisnis mengenai keadilan distributif juga dilanggar oleh PT. Lapindo,karena perusahaan tidak bertindak adil dalam hal persamaan, prinsip penghematanadil, dan keadilan sosial. PT. Lapindo pun dinilai tidak memiliki kepedulian terhadapsesama manusia atau lingkungan, karena menganggap peristiwa tersebut merupakanbencana alam yang kemudian dijadikan alasan perusahaan untuk lepas tanggungjawab. Dengan segala tindakan yang dilakukan oleh PT. Lapindo secara otomatis jugaberarti telah melanggar etika kebajikan.

    Hal ini membuktikan bahwa etika berbisnis yang dipegang oleh suatu perusahaanakan sangat mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan. Dan segala macambentuk pengabaian etika dalam berbisnis akan mengancam keamanan dankelangsungan perusahaan itu sendiri, lingkungan sekitar, alam, dan sosial.

    D. Kasus Eksploitasi Lingkungan Secara Berlebihan Di lihat Dari SudutPandang Islam

    Persoalan lingkungan hidup dalam khazanah ilmu fiqh tidak dibahas dan dikajisecara khusus dalam bab tersendiri sebagaimana masalah puasa, zakat, sholat, haji,pernikahan, warisan, jual beli, hutang pihutang, karena ketika fiqh dirumuskan padaabad dua hijirah, lingkungan hidup belum menjadi masalah yang menarik perhatianpara ahli hukum Islam dan tidak ada pengrusakan lingkungan yang mengancamkehidupan manusia.

  • 18

    Kerusakan lingkungan hidup terjadi setelah alam dieksploitasi terutama untukkepentingan industrialisasi. Setelah lingkungan hidup telah menjadi masalah yangserius hingga mengancam kelangsungan kehidupan manusia, maka perlu dikaji ulangprinsip, norma , nilai dan ketentuan hukum dari khazanah fiqh yang adarelevansinya dengan persoalan lingkungan hidup. Fiqh adalah penjabaran nilai-nilaiajaran Islam yang berlandaskan al-Quran dan al-Hadits yang merupakan hasil ijtihadpara ahli hukum Islam dengan menyesuaikan perkembangan,kebutuhan,kemaslahatan umat dan lingkungannya dalam ruang dan waktu yangmelingkupinya.Dengan kata lain, fiqh sebagai hukum Islam yang ijtihadi.

    Oleh sebab itu, fiqh bersifat tatawur (berkembang) sesuai dengan kapasitas dayanalar manusia dan perkembangan zaman. Tujuan hukum Islam ditetapkan hidupmanusia agar dapat mencapai kemaslahatan atau kebahagiaan hidup duniawi danukhrowi. Berdasar tujuan ini, ilmu fiqh (hukum Islam) secara garis besar memuatketentuan hukum menjadi empat bidang Pertama. Bidang ibadah yaitu bagian yangmengatur hubungan antara manusia selaku makhluk dengan Allah Swt sebagaikhaliknya (hubungan transedensi-hukum ibadah). Kedua, bidang Muamalat, bagianyang mengatur hubungan manusia sesamanya dalam rangka untuk memenuhikebutuhan hidupnya sehari-hari (hukum Muamalat). Ketiga, bidang Munakahat,bagian yang mengatur hubungan manusia sesama lawan jenis dalam lingkungankeluarga (hukum Pernikahan). Keempat, bidang Jinayat, bagian yang mengaturkeamanan manusia dalam suatu tertib pergaulan yang menjamin keselamatan danketentramannya dalam kehidupan (hukum pidana).

    Empat bidang hukum tersebut merupakan bidang-bidang pokok kehidupanmanusia dalam rangka mewujudkan suatu lingkungan kehidupan yang bersih, sehat,sejahtera, aman, damai, bahagia lahir batin, dunia dan akhirat. Inilah ruh dari ajaranIslam yang merupakan rahmat dan kasih sayang Allah terhadap hambaNya dan tujuanrisalah yang dibawa oleh Nabi Saw. Persoalan lingkungan hidup bukan sekedarmasalah sampah, pencemaran, pengrusakan hutan, atau pelestarian alam dan

  • 19

    sejenisnya, melainkan bagian dari pandangan hidup itu sendiri. Sebab dalamkenyataannya, berbicara mengenai persoalan lingkungan hidup merupakan kritikterhadap kesenjangan yang diakibatkan oleh pendewaan terhadap teknologi yangberlebihan dalam waktu lama telah mengakibatkan kemiskinan dan keterbelakanganyang disebabkan oleh struktur yang tidak adil sebagai akibat kebijakan pembangunanyang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata. Dengan kata lain,masalah lingkungan hidup bersumber dari pandangan hidup dan sikap manusia yangegosentris dalam melihat dirinya dan alam sekitarnya dengan seluruh aspekkehidupannya. Norma-norma fiqh yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai al-Quran dan al-Hadits sebagaimana yang telah diutarakan dimuka, sudah seharusnya dapatmemberikan dorongan atau motivasi terhadap upaya pengembangan wawasanlingkungan hidup atau lebih tepatnya pembangunan yang berwawasan lingkunganhidup.

    E. PERAN ETIKADALAM BISNISSecara umum, etika adalah ilmu normatif penuntun hidup manusia, yang

    memberi perintah apa yang seharusnya kita kerjakan. Maka etika mengarahkanmanusia menuju aktualisasi kapasitas terbaiknya. Dengan menerapkan etika dankejujuran dalam berusaha dapat menciptakan baik aset langsung maupun tidaklangsung yang akhirnya meningkatkan nilai entitas bisnis itu sendiri. Banyak kasusdiberbagai negara yang membuktikan hal tersebut. Apalagi dengan tingkat persainganyang semakin tinggi, kepuasan konsumenlah yang menjadi faktor utama agarperusahaan sustainable dan dapat dipercaya dalam jangka panjang. Konsumencenderung semakin kritis dengan memperhatikan perilaku perusahaan yangmemproduksi barang-barang yang akan mereka konsumsi.

    Pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baikuntuk jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya dapat mengurangi biayaakibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik internal perusahaan maupun

  • 20

    dengan eksternal. Perusahaan yang menerapkan etika, dapat meningkatkan motivasikru dalam bekerja, bahwa bekerja selain dituntut menghasilkan yang terbaik, jugadiperoleh dengan cara yang baik pula. Penerapan etika juga melindungi prinsipkebebasan berusaha serta meningkatkan keunggulan bersaing. Selain itu, penerapanetika bisnis juga mencegah agar perusahaan tidak terkena sanksi-sanksi pemerintahkarena berperilaku tidak beretika yang dapat digolongkan sebagai pebuatan melawanhukum.

    Dengan demikian, menjadi jelas bahwa tanpa suatu etika yang menjadi acuan,para pebisnis akan lepas tidak terkendali, mengupayakan segala cara, mengorbankanapa saja untuk mencapai tujuannya. Pada umumnya filosofi yang mendomonasi parapebisnis adalah bagaimana cara memaksimalkan keuntungan. Pebisnis seperti ini,sepeti yang dikatakan oleh Charles Diskens : Semua perhatian, dorongan, harapan,pandangan, dan rekanan mereka meleleh dalam dolar. Manusia dinilai dari dolarnya.Theodore Levitt mengatakn bahwa para pebisnis ada hanya untuk satu tujuan, yaituuntuk menciptakan dan mengalirkan nilai kepuasan dari suatu keuntungan hanya padadirinya dan nilai budaya, nilai spiritual dan moral tidak menjadi pertimbangan dalampekerjaannya. Akibatnya sungguh mengerikan. Mereka dapat menyebabkan perangantarbangsa, antarlembaga, dan antarperusahaan. Mereka menganggap dan membuatbisnis seolah medan perang. Dalam perekonomian yang berjalan berdasarkan prinsippasar dimana bisnis adalah bisnis, kebebasan berusaha adalah yang utama. Namunkebebasan untuk mengejar tujuan bisnis juga mengandung kewajiban untukmemastikan bahwa kebebasan itu diperoleh secara bertanggung jawab.

    Perumusan dan penetapan etika bisnis merupakan salah satu dari sekian banyakupaya pemersatu (internal intergration) yang diusahakan oleh pemimpin perusahaanuntuk meningkatkan daya tahan bisnisnya. Itu dilakukan dengan mengindahkanprinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik (good corporate gorvemance) sekaligusmemenuhi kewajibannya sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab(corporate sosial responsibility).[26]

  • 21

    Etika bisnis juga berhubungan dengan nilai merek (brand value). Perilaku bisnisyang beretika berkontribusi pada pembangunan citra dari nilai merek sebuah produk.Salah satu caranya dengan memberikan pelatihan mengenai etika pada kru. Hasilnyasungguh luar biasa. Misalnya, menurunnya biaya, menurunnya pelputasi, anggarandan perusakan pada merek atau reputasi, dan pada akhirnya menurunnya hukumanakibat melanggar aturan yang telah ditentukan. Sehingga diperlukan kemampuanuntuk menghasilkan brand value dan reputasi dengan standar integrasi bisnis dantanggung jawab sosial yang tinggi. CSR tidak hanya sebuah pilihan, CSR merupakanprasarat integral dan mutlak untuk kesuksesan bisnis dalam jangka panjang.Meningkatnya CSR bararti meningkatnya manajemen kualitas.

    F. Upaya Mewujudkan Etika Bisnis Islami Menghadapi Tantangan BisnisMasa DepanKarena itu upaya mewujudkan etika bisnis untuk membangun bisnis yang islami

    yang harus di lakukan adalah pertama, suatu rekonstruksi kesadaran baru tentangbisnis. Pandangan bahwa etika bisnis sebagai bagian tak terpisahkan atau menyatumerupakan struktur fundamental sebagai perubah terhadap anggapan dan pemahamantentang kesadaran sistem bisnis amoral yang telah memasyarakat. Bisnis dalamal-Quran disebut sebagai aktivitas yang bersifat material sekaligus immaterial.Sehingga suatu bisnis dapat disebut bernilai, apabila kedua tujuannya yaitupemenuhan kebutuhan material dan spiritual telah dapat terpenuhi secara seimbang.Dengan pandangan kesatuan bisnis dan etika, pemahaman atas prinsip-prinsip etikaSuatu bisnis bernilai, apabila memenuhi kebutuhan material dan spiritual secaraseimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kezaliman. Akan tetapimengandung nilai kesatuan,keseimbangan, kehendak bebas, pertanggung-jawaban,kebenaran, kebajikan dan kejujuran, dengan demikian etika bisnis dapat dilaksanakanoleh siapapun. kedua, yang patut dipertimbang- kan dalam upaya mewujudkan etikabisnis untuk membangun tatanan bisnis yang Islami yaitu diperlukan suatu cara

  • 22

    pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentnag bisnis dan ekonomiyang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normative etik sekaligus empirikinduktif yang mengedepankan penggalian dan pengembangan nilai-nilai Al Quran,agar dapat mengatasi perubahan dan pergeseran zaman yang semakin cepat. Ataudalam kategori pengembangan ilmu pengetahuan modern harus dikembangkan dalampola pikir abductive pluralistic (Abdullah, 2000: 88-94).

  • 23

    BAB VPENUTUP

    A. KesimpulanBisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk

    memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhikebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomisecara efektif dan efisien.

    Bisnis baik sebagai aktivitas individual, organisasi atau perusahaan, bukansemata-mata bersifat duniawi. Akan tetapi sebagai aktivitas yang bersifat materialsekaligus immaterial. Suatu bisnis bernilai apabila memenuhi kebutuhan material danspiritual secara seimbang, tidak mengandung kebatilan, kerusakan dan kezalimantetapi mengandung nilai kesatuan, keseimbangan, kehendak bebas,pertanggung-jawaban, kebenaran, kebajikan dan kejujuran. Sehingga dengan ketigaprinsip landasan praktek mal bisnis diatas, dapat dijadikan tolok ukur apakah suatubisnis masuk ke dalam wilayah yang bertentangan dengan etika bisnis atau tidak.

    Panduan Rasulullah SAW. dalam etika berbisnis antara lain prinsip dalam bisnisadalah kejujuran, kesadaran tentang kegiatan bisnis, tidak melakukan sumpah palsu,ramah-tamah, tidak boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, tidak bolehmenjelekkan bisnis orang lain, tidak melakukan ihtikar, ukuran dan timbangan yangbenar, bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah, membayar upah sebelumkering keringat karyawan, tidak monopoli, tidak boleh melakukan bisnis yang dapatmerugikan dan merusak, barang yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bisnisdilakukan dengan sukarela, menyegerakan melunasi kredit, memberi tenggang waktukepada pengutang, dan bisnis dilaksanakan dengan cara yang bersih dari unsur riba.

    Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dalam sudutpandang islam kegiatan eksplorasi lingkungan secara berlebihan juga sangat ditentang

  • 24

    oleh ajaran islam karena sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWTbahwa manusia diutus di muka bumi ini adalah sebagai khalifah atau pemimpin yangtujuannya adalah untuk menjaga, serta melstarikan lingkungan sesuai dengan fungsiserta peruntukkannnya.

    Diperlukan suatu cara pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuantentang bisnis dan ekonomi yang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normatifetik sekaligus empirik induktif yang memprioritaskan penggalian dan pengembangannilai-nilai Al Quran, agar dapat mengatasi perubahan dan pergeseran zaman yangterus berlangsung.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    https://www.islampos.com/http://www.syariahonline.com/http://www.konsultasisyariah.com/http://www.eramuslim.com/

    C. Panduan Rasulullah Dalam Etika BerbisnisB. Orientasi Bisnis Dalam Islam