KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun laporan makalah film yang berjudul Pemeriksaan Kepala dan
Leher ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan makalah ini, kami banyak mendapat
tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai
pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Dara
Kristiani, S. Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan
selanjutnya.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.
Pekanbaru, 28 Ferbruari 2014 Penyusun
(Kelompok I)DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul Film
3
1.2 Daftar pertanyaan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jawaban Pertanyaan
4
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
16BAB IPENDAHULUAN1.1 Judul FilmPemeriksaan kepala dan leher1.2
Daftar Pertanyaan
a. Apa tujuan pemeriksaan kepala dan leher dari film ?
b. Peralatan apa saja yang digunakan dalam pemeriksaan kepala
dan leher tersebut ?
c. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan kepala ?
jelaskan !
d. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan leher ?
jelaskan !
e. Apa metode pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kepala
dan leher? Jelaskan tujuan dari masing-masing metode tersebut !
BAB II
PEMBAHASAN2.1 Jawaban pertanyaana. Apa tujuan pemeriksaan kepala
dan leher dari film ?
Agar perawat mengetahui adanya kelainan yang terkait pada bagian
kepala dan leher pasien (Potter & Perry, 2010).b. Peralatan apa
saja yang digunakan dalam pemeriksaan kepala dan leher tersebut
?
1) Otoskop (pada pemeriksaan telinga)2) Oftalmoskop (pada
pemeriksaan mata)
(Potter & Perry, 2010).c. Pemeriksaan apa saja yang
dilakukan pada pemeriksaan kepala ? jelaskan !
Pada pemeriksaan kepala ini mencakup pemeriksaan kepala, mta,
telinga, hidung dan mulut.
KepalaInspeksi dan palpasi. Riwayat keperawatan memberikan
informasi tentang adanya cedera intracranial dan deformitas lokal
atau kongenital. Lihat ada table dibawah ini :
Kategori PengkajianRasional
Tentukan apakah klien baru mengalami trauma kepala.
Jika ya, periksa kesadaran setelah cedera (segera dan 5 menit
kemudian), lama hilangnya kesadaran, dan factor predisposisi
(kejang, penglihatan buram, pingsan).Trauma merupakan penyebab
utama benjolan, sayatan, lebam, atau deformitas pada tulang kepala.
Hilangnya kesadaran setelah cedera kepala mengindikasikan
kemungkinan cedera otak.
Tanyakan apakah klien pernah mengalami nyeri kepala; catat
onset, durasi, karakter, pola dan gejalanya.Karakteristik nyeri
kepala membantu mencari factor kausatif seperti infeksi sinus,
migren atau kelainan neurologis.
Tentukan durasi klien mengalami gejala neurologis.Durasi tanda
atau gejala memperlihatkan derajat masalah.
Tinjau riwayat pekerjaan klien terkait pemakaian helm
pengaman.Beberapa pekerjaan memiliki resiko cedera kepala.
Tanyakan apakah lien mengikuti olhraga kontak fisik, bersepeda,
rollerblade, atau skateboard.Aktivitas ini membutuhkan penggunaan
helm pengaman.
Lakukan inspeksi posisi, ukuran, bentuk dan kontur kepala klien.
Kepala yang normal tampak tegak dan berada di garis tengah tubuh.
Kepala yang dimiringkan ke satu sisi dapat menjadi tanda kehilangan
pendegaran atau penglihatan unilateral. Gerakan mendadak horizontal
mengindikasikan tremor.Pada wajah, perhatikan kelopak mata, alis
mata, lipatan nasolabial, serta bentuk dan kesimetrisan mulut.
Asimetri yang minimal merupakan keadaan normal. Jika wajah
asimetri, perhatikan apakah ini terdapat pada salah satu sisi wajah
atau sebagian kecil saja. Berbagai kelainan neurologis (paralisis
saraf fasialis) memengaruhi saraf wajah yang berbeda.
Periksa ukuran, bentuk, dan kontur tulang kepala. Umumnya tulang
tampak bulat dengan penonjolan area frontalis anterior dan
oksipitalis posterior. Trauma dapat menyebabkan deformitas ulang
kepala local. pada bayi, kepala besar dapat di akbatkan kelainan
kongenital atau penumpukan cairan serebrospinal dalam ventrikel
(Hidrosefalus). Pembesaran rahang dan tulang wajah pada orang
dewasa diakibatkan oleh akromegali, yaoitu sekresi hormone
pertumbuhan yang berlebihan. Lakukan pemeriksaan palpasi tulang
kepala untuk mendeteksi nodul atau massa. Putar ujung jari
sepanjang garis tengah kulit kepala, lalu kearah samping kepala
untuk mengidentifikasi abnormalitas. Lalu palpasi ruang
temporomandibular joint (TMI) bilateral. Letakka ujung jari di
anterior tragus telnga. Ujung jari akan masuk ke ruangan sendi saat
klie membuka mulutnya. Lakukan palpasi ruang sendi dengan perlahan.
Gerakan yang normal akan terasa mulus. Bunyi atau perabaan pada TMJ
merupakan hal yang normal (Seidel et al., 2006).MataPemeriksaan
mata mencakup pengkajian ketajaman penglihatan, lapangan pandang,
pergerakan otot ekstraokular, dan struktur luar dan dalam.
Pengkajian bertujuan untuk mendeteksi perubahan visual dan
menentukan tingkat bantuan yang dibutuhkan klien saat ambulasi atau
melakukan aktivitas perawatan diri. Beberapa klien mungkin
membutuhkan alat bantu baca untuk membaca instruksi (misal: label
obat).Riwayat keperawatan untuk pemeriksaan mata :
Kategori PengkajianRasional
Tentuka apakah klien mengalami riwayat penyakit mata (glaucoma,
retinopati, katarak), trauma mata, diabetes, hipertensi, atau
operasi mata.Beberapa penyakit atau trauma menyebabkan risiko
kehilangan penglihatan parsial atau komplit. Klien mungkin telah
menjalani operasi untuk kelainan mata.
Tentukan masalah yang memicu klien untuk mencari perawatan
kesehatan. Tanyakan klien tentang nyeri mata, fotofobia (sensitive
terhadap cahaya), rasa terbakar atau gatal, air mata berlebihan,
diplopia (penglihatan ganda) atau penglihatan kabur, merasa melihat
tirai pada lapangan pandang, floaters (bintik hitam terbang yang
mengapung di lapangan penglihatan), sinar kilat, atau halo di
sekitar cahaya.Gejala umum dari penyakit mata mengindikasikan
kebutuhan akan penyelenggara kesehatan.
Tentukan apakah ada riwayat penyakit mata pada keluarga.Beberapa
masalah mata (glaucoma, retinitis pigmentosa) bersifat di
turunkan.
Tinjau riwayat pekerjaan dan hobi rekreasi klien; apakah klien
meggunakan kacamata pengaman ?Pekerjaan jarak dekat menyebabkan
kelelahan mata. Bekerja dengan computer menyebabkan mata lelah.
Bebrapa pekerjaan (kimiawi) dan aktivitas rekreasional (anggar,
sepeda motor) menempatkan individu pada risiko cedera mata kecuai
klien telah megambil tindakan pengaman.
Tanyakan klie apakah ia mengenakan kacamata/lensa kontak. Jika
ya, seberapa sering.Klien harus menggunakan kacamata/lensa kontak
selama bagian tertentu pemeriksaan tertentu untuk hasil yang
akurat.
Tentuka kapan terahir kali klien mengunjungi dokter mata/ahli
optometri.Tanggal pemeriksaan terakhir memperlihatkan tingkat
tindakn preventif yang dilakukan klien.
Periksa obat yan sedang dikonsumsi klien, termasuk tetes mata
atau salep.Menentukan pegetahuan klien tentang obat. Beberapa obat
menyebabkan gejala visual.
Ketajaman PenglihatanPenglihatan sentral diperika dengan
ketajaman penglihatan, yaitu kemampuan melihat detail kecil. Cara
termudah mengkaji penglihatan dekat adalah dengan meminta klien
membaca huruf cetak dengan pencahayaan yang cukup. Pastikan klien
mengerti bahasa yang diucapkan dan dibaca. Untuk mengetahui bahwa
klien tidak buta huruf, anda dapat meminta mereka untuk membaca
tulisa dengan suara keras. Jika klienn kesulitan membaca, lanjutkan
ke langkah berikutnya.Pengkajia penglihatan jauh membutuhkan kartu
Snellen (posterkertas atau layar proyeksi). Kartu tersebut harus
memiliki pencahayaan yang cukup. Periksa penglihatan tanpa lensa
koreksi terlebih dahulu. Minta klien duduk atau berdiri 6 m (20
kaki) dari kartu dan membacanya dengan kedua mata. Lalu minta klien
membaca huruf dengan tiap mata (klien menutup mata sebelahnya
dengan penutup mata). Klien tidak boleh menekan mata yang sedang
ditutup. Catat garis terkecil yang dapat dibaca klien dengan benar
dan catat ketajaman penglihatan penglihatan untuk garis tersebut.
Ulangi pemeriksaan mata klien yang memakai lensa koreksi. Lakukan
pemeriksaan dengan cepat sehingga klien tidak sempat mengingat
huruf dikartu (Seidel et al. 2006).
Pergerakan Otot EkstraokularTerdapat 6 otot penggerak mata. Otot
pada kedua mata akan bergerak parelel terhadap satu sama lain pada
tiap 6 arah penglihatan. Untuk mengkaji pergerakan ekstraokular,
klien duduk atau berdiri 60 cm dari anda. Acungkan jari dengan
jarak15-30 cm dari mata klien. Minta klien untuk tidak menggerakkan
kepala dan mengikuti pergerakan jari dengan mata saja. Klien harus
melihat ke kanan, kiri, diagonal atas dan bawah, serta diaonal
kanan dan kiri. Gerakkan jari dengan perlahan dalam lapangan
pandang yang berbeda.
Saat klien melihat ke tiap arah, amati gerakan parallel mata,
posisi kelopak atas terhadap iris dan adanya gerakan abnormal. Saat
mata bergerak ke tiap arah, kelopak mata sedikit menutupi iris.
Anda mengkaji nistagmus, yaitu suatu gerakan bolak-balik ritmis dan
involunter dari mata, dengan menghentikan gerakan jari secara
periodic. Anda memicu nistagmus pada klien normal dengan cara
membuat mereka melirik ke kanan/kiri jauh. Gangguan gerakan mata
menyebabkan gangguan local pada otot mata dan struktur
pendukungnya, atau kelainan saraf kranial yang mempersarafi
otot.(Potter & Perry, 2010).
Lapangan Pandang
Saat melihat lurus kedepan, seseorang dapat melihat semua objek
di perifer. Untuk mengkaji lapanga pandang, klien berdiri atau
duduk dengan jarak 60cm dari anda setinggi mata. Klien menutup
sebelah mata dan (misalnya mata kiri) melihat ke mata anda yang
berada tepat di depannya (mata yang berlawanan dari mata klien).
Tutup mata sebelah anda (dalam hal ini mata kanan) sehingga
lapangan pandang anda akan sama dengan klien. Gerakkan jari dari
kejauhan yang sama dari anda dan klien diluar lapangan pandang,
lalu gerakkan memasuki lapngan pandang. Tanyakan pada klien kapan
ia mulai melihat jari. Jika anda dapat melihat jari sebelum klien,
artinya lapangan pandang klien mengecil. Untuk memeriksa penglihata
lapangan temporal, objek harus berada sedikit di belakang
klien.(Potter & Perry, 2010).
Struktur Mata Eksternal
Untuk inspeksi ini, berdirilah tepat di depan klien, dan minta
klien untuk melihat ke wajah anda.
Posisi dan Sususnan
Amati posisi antara kedua mata. Normalnya, mereka paralel satu
ama lain. Mata yang menonjol (eksoftalmos) mengindikasikan
hipertiroidisme. Strabismus terjadi akibat cedera neuromuscular
atau kelainan bawaan. Tumor atau radang orbita sering menimbulka
protrusi mata.
Untuk pemeriksaan berikutnya, minta klien untuk melepas lensa
kontaknya.
(Potter & Perry, 2010).
Alis Mata
Inspeksi ukuran, tekstur rambut, susunan dan pergerakan.
Normalnya, kedua alis tampak simetris. Rambut yang kasar dan tidak
sejajar di luar kantus temporal mengindikasika hipotiroidisme. Jika
alis menipis, ini kemungkinan Karen dicabut (dirapikan) oleh klien.
Penuaan menyebabkan hilangnya sepertiga lateral alis mata. Minta
klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata. Mereka akan nak dan
turun secara simetris. Ketidakmampuan menggerakkan alis mata
mengindikasikan paralisis saraf fasialis (saraf kranial
VII).(Potter & Perry, 2010).
Kelopak Mata
Inspeksi posisi, warna, permukaan, kondisi dan arah bulu mata,
dan kemampuan klien untuk membuka, menutup dan berkedip. Saat mata
terbuka pada kondisi normal, kelopak tidak menutupi sclera di atas
iris tidak terlihat. Kelopak terletak dekat ke bola mata. Penurunan
kelopak mencapai pupil disebut ptosis, disebabkan oleh edema atau
gangguan saraf kranial III. Pada lansia, ptosiai diakibatkan
hilangnya elastisitas karena penuaaan.
Untuk menginspeksi permukaan kelopak atas, minta klien untuk
menutup matanya. Angkat kedua alis perlahan dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk meregangkan kulit. Kelopak normal tampak mulus
dan berwarna sama dengan kulit. Warna kemerahan mengindikasikan
radang atau infeksi. Edema kelopa terkadang di akibatkan alergi
atau gagal jantung/ginjal. Edema kelopak menyebabkan klien sulit
menutup mata.(Potter & Perry, 2010).
Konjungtiva dan Sklera
Konjungtiva bulbi menutupi seluruh permukaan depan bola mata
sampai ke pinggir kornea, amati sclera dibawah konjungtiva bulbi.
Sclera normal memiliki warna putih porselen pada kaum kulit putih
dan kuning terang pada klien berkulit gelap. Sclera mengalami
pigmentasi dan tampak kuning atau hijau jika ada penyakit hati.
Berhati-hatilah saat memeriksa konjungtiva. Untuk pajanan yang
cukup, tarik kelopak tanpa menekan bola mata. Tarik kedua kelopak
dengan ibu jari dan jari telunjuk di orbita bawah dan atas. Minta
klien melihat ke atas, bawah dan kesamping. Klien biasanya akan
berkedip sehigga pemeriksaan menjadi sulit. Inspeksi warna,
tekstur, dan adanya edema atau lesi. Konjungtiva normal tidak
menderita eritema. Adanya kemerahan mengindikasikan alergi atau
konjungtivitis infeksius.(Potter & Perry, 2010).
Pupil dan Iris
Amati ukuran, bentuk, kesamaan, akomodasi, dan reaksi cahaya
pada pupil. Pupil normal tampak hitam, bulat, regular, dan sama
ukurannya pada kedua mata
Periksa reflek pupil (terhadap cahaya dan akomodasi) pada
ruangan yang temaram. Saat klien melihat luruh kedepan, arahkan
sinar ke pupil. Jika klien melihat ke sinar, akan terdapat reaksi
akomodasi palsu. Pupil yang disinari langsug akan berkontriksi dan
pupil sebelahnya akan ikut berkontriksi (konsensual). Amati
kecepatan dan kesamaan reflek kedua pupil. Ulangi pemeriksaan untuk
mata sebelahnya.Untuk memeriksa akomodasi, minta klien melihat
objek jauh lalu ke objek tes (jari atau pensil) yang dipegang 10 cm
dari hidung klien. Pupil normal akan berkonvergensi dan
berakomodasi dengan berkontriksi saat melihat objek jarak dekat.
Respons kedua pupil bersifat sama. Pemeriksaan akomodasi hanya
dilakukan jika klien memiliki kelainan pada respons pupil pada
respon cahaya (Seidel et al., 2006).
Jika pemeriksaan reaksi pupi normal, catat singkatan PERRLA
(pupils equal, round, reactive ti light, and accommodation, pupil
sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan akomodasi).
(Potter & Perry, 2010).
Telinga
Yang perlu dikaji adalah integritas struktur telinga dan
ketajaman pendengaran. Lakukan inspeksi dan palpasi struktur
telinga luar, inspeksi struktur telinga tengh dengan otoskop, dan
periksa telinga dalam dengan mengukur ketajaman pendengaran klien.
Struktur telinga luar mencakup aurikula, saluran telinga luar, dan
membrane timpani. Telinga tengah merupakan rongga udara yang
mengandung tiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes).
Tuba eustachius menghubungkan telinga tengah ke nasofaring. Tekanan
antara atmosfer luar dan telinga tengah di stabilkan melalui tuba
eustachius.
Telinga bagian dalam mengandung koklea., vestibula, dan kanalis
semi sirkularis. Anamnesis keperawatan akan membantu identifikasi
risiko kelainan pendengaran.
Pada film ini pasien mengalami gangguan pendengaran sebelah
kanan. Kelainan telinga disebabkan oleh beberapa jenis masalah,
seperti : gangguan fungsi mekanis (sumbatan oleh serumen atau benda
asing), trauma (benda asing atau pajanan bising), kelainan
neurologis (kerusakan saraf auditori), penyakit akut (infeksi
virus), dan efek toksik obat.
(Potter & Perry, 2010).
Aurikula
Klien duduk dengan nyaman, lalu mulailah inspeksi ukuran,
bentuk, simetri, penanda, posisi, dan warna aurikula. Aurikula
normal memiliki ukuran dan tinggi yang sama. Bagian atas
perlekatannya sejajar dengan kantus lateral mata. Posisi auricular
hampir vertical. Telinga rendah atau dengan sudut yang tidak biasa
merupakan tanda abnormalitas kromosom (sindrom down).Palpasi
aurikula untuk mengkaji tekstur, nyeri dan lesi kulit. Aurikula
yang normal tampak mulus dan tanpa lesi.
(Potter & Perry, 2010).
Saluran Telinga dan Gendang Telinga
Periksa struktur telinga luar dan tengah dengan otoskop. Untuk
visualisasi terbaik, pilih speculum terbesar yang pas dengan bagian
dalam telinga klien. Sebelum memasukkan speculum, periksa adanya
benda asing dalam saluran telinga.Pastikan klien tidak menggerakkan
kepala selama pemeriksaan untuk menghindari kerusakan saluran dan
membrane timpani.
(Potter & Perry, 2010).
HidungSaat menginspeksi hidung luar, perhatikan bentuk, ukuran,
kulit, warna dan adanya deformitas atau inflamasi. Hidung yang
normal tampak mulus dan simetris dengan warna yang sama dengan
wajah.Udara normalnya akan melewati hidung dengan bebas saat
seseorang bernapas. Untuk mengkaji patensi lubang hidung, letakka
satu jari pada sisi hidung klien dan tutup salah satu lubang
hidung. Minta klien untuk bernapas dengan mulut tertutup. Ulangi
prosedur untuk lubang hidung (nares) lainnya.
(Potter & Perry, 2010).
Sinus
Diperiksa dengan palpasi.cara paling efektif untuk megkaji nyeri
tekan adalah palpasi eksternal area wajah frontalis dan maksilaris.
Palpasi sinus frontalis dilakukan dengan menekan kearah atas dengan
menggunakan ibu jari dan dibawah alis mata klien. Tekanan perlahan
kearah atas dapa memicu nyeri tekan dengan mudah jika terdapat
iritasi sinus.
(Potter & Perry, 2010).
Bibir
Inspeksi warna, tekstur, hidrasi, kontur dan adanya lesi. Dengan
mulut yang tertutup, lihat keadaan bibir dari ujung ke ujung.
Normalnya bibir tampak merah muda, lembab, simetris dan mulut. Pada
klien berkulit gelap, warna bibir tampak merah muda sampai ungu
muda. Klien wanita harus menghapus lipstick sebeelum menjalani
pemeriksaan.(Potter & Perry, 2010).
Mukosa Oral, Gusi dan Gigi
Minta klien merapatkan gigi dan tersenyum untuk melihat susunan
gigi. Molar atas berada tepat diatas molar bawah. Insisivus atas
sedikit lebih maju dipandingkan sinsisivus bawah. Senyum yang
simetris memperlihatka fungsi saraf fasialis yang normal.(Potter
& Perry, 2010).
d. Pemeriksaan apa saja yang dilakukan pada pemeriksaan leher ?
jelaskan !LeherPemeriksaan leher mencakup otot leher, nodus limfa
kepala dan leher, arteri karotis, vena jugularis, kelenjar tiroid,
dan trakea. Pemeriksaan vena jugularis dan arteri karotis dilakukan
pada pemeriksaan sistem vaskularnya saja. Lakukan inspeksi dan
palpasi leher untuk menentukan integritas struktur leher dan
memeriksa sistem limfatik. Kelainan nodus limfa superfisial
terkadang menandakan adanya infeksi atau keganasan. Pemeriksaan
kelenjar tiroid ddan trakea juga membantu menyingkirkan keganasan.
Otot leher Pertama, lakukan inspeksi leher pada posisi anatomis
dengan sedikit hiperekstensi. Perhatikan kesimetrisan otot leher.
Minta klien memfleksikan leher kedepan sehingga dagu kearah dada,
hiperekstesi leher kebelakang, dan gerakkan kepala ketiap sisi dan
samping dengan telinga bergerak kearah bahu. Posisi ini adalah
untuk memeriksa otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Leher
normalnya bergerak dengan nyaman. Lakukan pemeriksaan otot lainnya
selama pemeriksaan sistem musculoskeletal. (Potter & Perry,
2010).
e. Apa metode pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kepala
dan leher? Jelaskan tujuan dari masing-masing metode tersebut !1)
Inspeksi : untuk melakukan pemeriksan dengan cara dilihat dan di
amati bentuk, struktur dan bagian-bagian dari kepala maupun leher.
Tujuannya untuk melihat tanda adanya seperti lesi.2) Palpasi :
untuk melakukan pemeriksaan dengan cara perabaan dan sedikit agak
di tekan. Tujuannya untuk mengetahui adanya benjolan (edema) dan
mengetahui adanya rasa nyeri tekan.(Sherwood, 2012).
BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan
a. Pada pemeriksaan ini menggunakan metode inspeksi da
palpasi.b. Pemeriksaan kepala meliputi pemeriksaan rambut, mata,
hidung, telinga dan mulut.c. Pemeriksaan leher meliputi pemeriksaan
otot leher, nodus limfa kepala dan leher, arteri karotis, vena
jugularis, kelenjar tiroid, dan trakea.DAFTAR PUSTAKAPotter &
Perry. 2010. Fundamental Keperawatan (edisi 7). Jakarta: Salemba
MedikaSherwood, L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke sistem
(edisi 6). Jakarta: EGC.[1]