BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang
Perkembangan individu terjadi secara simultan antara dimensi
fisik, kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing masing
dimensi mempunyai peran yang sama pentingnya untuk membentuk
kepribadian yang utuh. Perkembangan adalah proses yang dinamis dan
berkelanjutan sepanjang kehidupan.Erik Erikson (2000) menjelaskan
perkembangan psikososial mempunyai delapan tahap perkembangan:
bayi, kanak kanak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, dewasa muda,
dewasa dan lanjut usia. Proses perkembangan yang optimal akan
tercapai bila individu diberikan stimulasi/aktivitas tertentu yang
akan merangsang perkembangan kemampuan psikososial.
Ketidakseimbangan psikologis terjadi bila seseorang tidak dapat
beradapt asi terhadap tuntutan perkembangan secara internal maupun
eksternal untuk mencapai tugas perkembangan tertentu sesuai tahapan
usia.Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat
CMHN perlu dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi
perkembangan individu, mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan
dari perkembangan psikososial individu yang berada di
masyarakat.1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perkembangan psikososial pada bayi
1.2.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui definisi psikososial
b. Untuk mengetahui perkembangan psikosial emosi pada bayi
c. Untuk mengetahui perkembangan psikosial Temperamen pada
bayi
d. Untuk mengetahui perkembangan psikosial Attachment pada
bayi
e. Untuk mengetahui perkembangan psikosial Rasa percaya pada
bayi
f. Untuk mengetahui perkembangan psikosial Otonomi pada bayi
g. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan perkembangan psikosial
pada bayiBAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi psikososial pada bayi
Psikososial merupakan hal yang penting bagi bayi. Karena pada
tahap perkembangan psikososial bayi inilah yang akan mempengaruhi
perkembangan-perkembangan bayi selanjutnya dalam berinteraksi
dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Tumbuh-kembang tercepat
terjadi pada masa bayi yang terlihat melalui peningkatan kendali
motorik yang mengikuti prinsip tumbuh-kembang, yaitu pola
sefalokaudal dan prokosimodistal. Bayi dapat mengendalikan
kepalanya pada usia 3 bulan, mengendalikan torso usia 6 bulan,
pengendalian terhadap tungkai pada usia 9 bulan. Koordinasi mata
tangan sehingga bayi dapat mengambil dan memegang sesuatu pada usia
6 bulan. Begitu juga pada usia yang sma sudah dapat berguling yang
selanjutnya secara bertahap belajar berjalan pada usia sekitar 12
bulan. (Suliswati, 2012)Perkembangan psikososial pada bayi
melibatkan semua aspek utama perkembangan yang penting untuk proses
maturasi pada tahap yang lebih lanjut, yaitu perkembangan emosi,
kognitif, dan moral. Perkembangan emosional merupakan kelanjutan
pembinaan rasa percaya versus rasa tidak percaya yang telah dimulai
sejak masa neonatus. Penyelesaian tahap ini sangat menentukan
bagaimana individu menyelesaikan tahap tumbuh-kembang selanjutnya.
Pada tahun pertama kehidupannya, bayi bergantung pada orang tua
dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis maupun psikologisnya.
Pemenuhan terhadap kebutuhan tersebut diperlukan bayi untuk
mengembangkan perasaan percaya melalui sikap orang tua yang :1.
Secara konsisten berespons terhadap kebutuhan bayi;
2. Membuat lingkungan yang aman melalui rutinitas;
3. Peka terhadap kebutuhan bayi dan pemenuhan kebutuhan secara
terampil dan sesegera mungkin.
Pada usia 7 hingga 9 bulan, bayi mulai menyadari bahwa dirinya
merupakan bagian terpisah dari orng tuanya. Bayi akan menangis jika
dipisahkan dari orang tua atau pengasuhnya. Harga diri terbentuk
melalui kegiatan fisik dan reaksi orang lain terhadap bayi. 2.2
Perkembangan Emosi pada Masa Bayi
Emosi yaitu respon yang timbul dari stimulus yang menyebabkan
perubahan-perubahan fisiologis disertai dengan perasaan kuat. Bayi
mengekspresikan sebagian emosi jauh lebih awal dibandingkan dengan
beberapa emosi lain, lalu mengekspresikan dengan rinci dua perilaku
ekspresif emosional yang penting yaitu menangis dan tersenyum.
Untuk menentukan apakah bayi benar-benar mengekspresikan suatu
emosi tertentu, kita memerlukan beberapa sistem untuk mengukur
emosi. Menurut Carroll Izard (1982) mengembangkan suatu sistem
semacam itu, Maximally Discriminative Facial Movement Coding Symtem
( Sistem Koding Gerakan Wajah Diskriminatif Maksimum) disingkat MAX
ialah sistem pengkodean ekspresi wajah bayi yang berkaitan dengan
emosi yang dikembangkan oleh Izard.
Dengan menggunakan MAX, pengkode memperhatikan rekaman gerakan
lambat reaksi wajah bayi terhadap rangsangan. Rangsangan yang
diberikan diantaranya ialah memberi bayi kubus air, menempelkan
isolasi pada punggung bayi, memberi bayi mainan kesukaannya dan
kemudian mengambilnya, memisahkan bayi dari ibunya lalu
mempertemukan mereka, menyuruh orang asing mendekati bayi,
mengekang kepala bayi, menaruh jam yang berdetik ke dekat telinga
bayi, meletuskan balon di depan wajah bayi, dan memberi kamper
(kapur barus) untuk dibaui dan kulit jeruk asam serta jus jeruk
untuk dikecap.
Kemarahan diperlihatkan ketika alis bayi menurun secara tajam
dan menyatu, mata menyempit atau mengedip, dan mulut terbuka dalam
bentuk kaku dan persegi. Berdasarkan system klasifikasi Izard,
minat, stres, dan rasa muak muncul pada saat lahir dan senyuman
sosial tampak pada usia kira-kira 4 hingga 6 minggu. Kemarahan,
keheranan, dan kesedihan terjadi pada saat usia kira-kira 3-4
bulan, ketakutan diperlihatkan pada usia kira-kira 5 hingga 7
bulan, rasa malu dan enggan diperlihatkan pada usia kira-kira 6
hingga 8 bulan, dan rasa hina serta rasa bersalah tidak muncul
hingga usia 2 tahun.
a. Menangis
Menangis adalah mekanisme yang paling penting yang dikembangkan
oleh bayi yang baru lahir untuk berkomunikasi dengan dunianya. Hal
ini benar karena tangisan pertama bayi membuktikan adanya udara
dalam paru-paru bayi. Tangisan juga dapat membantu dokter atau
peneliti untuk meneliti sesuatu tentang system syaraf pusat.
Tangisan bayi ada 3 macam yaitu:
a) Tangisan dasar (basic cry) adalah suatu pola berirama yang
biasanya terdiri dari satu tangisan, yang diikuti oleh diam sesaat,
diteruskan dengan satu siulan kecil pendek dengan nada agak lebih
tinggi dibandingkan dengan tangisan utama, lalu diakhiri dengan
istirahat singkat sebelum tangisan berikutnya, biasanya tangisan
seperti ini adalah pada saat bayi lapar.
b) Tangisan kemarahan (angry cry) ialah suatu variasi dari
tangisan dasar. Akan tetapi, di dalam tangisan kemarahan lebih
banyak udara dikeluarkan melalui pita suara.
c) Tangisan kesakitan (pain cry) yang dirangsang oleh rangsangan
yang intensitasnya tinggi, berbeda dari tipe tangisan lain dalam
arti ada suatu kemunculan tangisan keras yang tiba-tiba tanpa
rintihan atau erangan pendahuluan, dan suatu tangisan awal yang
panjang diikuti oleh suatu upaya menarik nafas cukup lama.
b. Senyuman
Senyuman ialah perilaku komunikatif bayi yang juga penting. Ada
dua tipe senyuman pada bayi yaitu:
1. Senyuman Refleks
Senyuman refleksi tidak terjadi sebagai respons terhadap
rangsangan dari luar. Senyuman ini tampak selama bulan pertama
setelah kelahiran, biasanya selama pola tidur yang tidak teratur
dan bukan ketika bayi sedang berada dalam keadaan terjaga.
2. Senyuman Sosial
Sebaliknya, senyuman sosial terjadi sebagai respons terhadap
suatu rangsang dari luar, yaitu pada awal perkembangan, khususnya
sebagai respons terhadap suatu wajah yang ia lihat. Senyuman sosial
tidak terjadi hingga usia 2 hingga 3 bulan.
2.3 Perkembangan Temperamen
Temperamen (tabiat, perangai) merupakan salah suatu dimensi
psikologis yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan emosional
serta merespons. Secara sederhana,Goleman merumuskan temperamen
sebagai The moods that typify our emotional life. Jelasnya
temperamen adalah perbedaan kualitas dan intensitas respons
emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku
individual yang terlihat sejak lahir, yang relative stabil dan
menetap dari waktu ke waktu dan pada semua situasi, yang
dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan
pengalaman.
Sejak lahir, bayi memperlihatkan berbagai aktivitas individual
yang berbeda-beda. Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan,
kaki, dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi bayi yang lain
terlihat lebih tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada
orang lain, sementara yang lain cerewet, rewel dan susah diatur.
Semua gaya perilaku ini merupakan temperamen seorang bayi.
Kebanyakan peneliti mengakui adanya perbedaan dalam
kecenderungan reaksi utama, seperti kepekaan terhadap rangsangan
visual atau verbal, respons emosional, dan keramahan dari bayi yang
baru lahir. Peneliti Alexander Tomas dan Stella Chess misalnya,
memperlihatkan adanya perbedaan dalam tingkatan aktivitas bayi,
keteraturan dari fungsi jasmani (makan, tidur, dan buang air),
pendekatan terhadap stimuli dan situasi baru. Kemampuan beradaptasi
dengan situasi dan orang-orang baru, reaksi emosional, kepekaan
terhadap rangsangan, kualitas suasana hati, dan jangkauan
perhatian.Dari hasil penelitian ini, Alexander Tomas dan Stella
Chess mengklasifikan temperamen atas tiga pola dasar:
a. Bayi yang bertemperamen sedang (easy babies)
Menunjukkan suasana hati yang lebih positif, keteraturan fungsi
tubuh, dan mudah beradaptasi dengan situasi baru.
b. Bayi yang bertemperamen tinggi (difficult babies)
Memperlihatkan suasana hati yang negative, fungsi-fungsi tubuh
tidak teratur, dan stress dalam menghadapi situasi baru.
c. Anak yang bertemperamen rendah (slow to warm up babies)
Memiliki tingkat aktivitas yang rendah dan secara relatif tidak
dapat menyesuaikan diri dengan pengalaman baru, suka murung serta
memperlihatkan intensitas suasana hati yang rendah.
Pola-pola temperamen tersebut merupakan suatu karakteristik
tetap sepanjang masa bayi dan anak-anak yang akan dibentuk dan
diperbarui oleh pengalaman anak dikemudian hari. Misalnya anak usia
2 tahun yang digolongkan ekstrem sebagai pemalu dan penakut pada
usia 8 tahun. Ini menunjukkan adanya konsistensi perkembangan
temperamen sejak lahir. Konsistensi temperamen ini di tentukan oleh
faktor keturunan, kematangan, dan pengalaman, terutama pola
pengasuhan orang tua.
2.4 Perkembangan Attachment
Bayi yang baru lahir telah memiliki perasaan sosial untuk
berinteraksi dan melakukan penyesuaian sosial terhadap orang lain.
Oleh sebab itu, tidak heran kalau bayi dalam semua kebudayaan
mengembangkan kontak dan ikatan sosial yang kuat dengan orang yang
mengasuhnya, terutama ibunya.
Kontak sosial pertama bayi dengan pengasuhnya ini diperkirakan
mulai terjadi pada usia 2 bulan, yaitu pada saat bayi mulai
tersenyum ketika memandang wajah ibunya dan hal itu untuk
memperkukuh hubungan ibu dan anak. Perkembangan awal kontak sosial
pada bayi ini merupakan dasar bagi pembentukan hubungan sosial di
kemudian hari.
Pada usia 8 bulan, muncul objek permanen bersamaam dengan
kekhawatiran terhadap orang yang tidak di kenal, yang disebut
stranger anciety. Pada masa ini bayi mulai memperlihatkan reaksi
ketika didekati oleh orang yang tidak dikenalnya. Setelah usia 8
bulan, seorang bayi dapat membentuk gambaran mental tentang orang-
orang atau keadaan, yang disebut skema, pada usia 12 bulan umumnya
bayi melekat erat pada orang tuanya ketika ketakutan atau mengira
akan ditinggalkan. Ketika mereka bersama kembali, mereka akan
mengumbar senyuman dan memeluk orang tuanya, perasaan cinta antara
bayi dan ibu ini disebut dengan attachment.
Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan
oleh J. Bowlby tahun 1958 untuk menggambarkan pertalian atau ikatan
antara ibu dan anak. Kebanyakan ahli psikologi perkembangan
mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi
pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J.
Bowlby, pentingnya attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi
adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah memiliki keinginan
untuk membentuk suatu katerikatan.
Menurut Sujono (2009) Ada 4 tahap perkembangan attachment pada
bayi :1. Tahap indiscriminate sosibility (0-2 bulan),
Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang
dengan atau menerima dengan senang orang yang dikenal dan yang
tidak dikenal.
2. Tahap attachment is the makin (2-7 bulan),
Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal,
tersenyum pada orang yang lebih dikenal.
3. Tahap specific, clear-cut attachment (7-24 bulan),
Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh
pertama lainnya dan akan berusaha untuk senantiasa dekat dengannya,
akan menangis ketika berpisah dengannya.
4. Tahap goal-coordination partenerships (24- seterusnya)
Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh
pertama, bayi tidak merasa sedih selama berpisah dengan ibunya atau
pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama.
Kegagalan membentuk keterikatan dengan sesorang atau beberapa
orang pada tahun pertama kehidupannya, akan berakibat
ketidakmampuan mempererat hubungan sosial yang akrab pada masa
dewasa. Penelitian Baltes dan rekan-rekannya juga menunjukkan bahwa
ibu-ibu yang diperkenankan berinteraksi segera setelah dia
melahirkan anaknya, ternyata di kemudian hari jarang ditemui
persoalan- persoalan, seperti ibu yang melalaikan anak, menyiksa
atau pergi meninggalkan anak.
Sejumlah peneliti berkesimpulan bahwa semua bayi terikat pada
ibunya dalam tahun pertama.Akan tetapi kualitas ikatan tersebut
berbeda-beda, sesuai dengan tingkat respon ibu terhadap kebutuhan
mereka. Ainswoth (1979) membedakan keterikatan bayi atas dua
bentuk, yaitu:
keterikatan yang aman (secure attachment)
keterikatan yang tidak aman (insecure attachment).
2.5 Perkembangan Rasa Percaya
Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2
bulan) kehidupan ditandai dengan adanya tahap perkembangan rasa
percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi dapat
mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang
konsisten. Rasa tidak percaya dapat muncul apabila bayi tidak
mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut banyak
persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang aman (
secure attachment).Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul
hanya pada tahun pertama kehidupan saja.Tetapi rasa tersebut muncul
lagi pada tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa
percaya dan tidak percaya dapat mempercayai guru tertentu yang
banyak memberikan waktu baginya sehingga membuatnya sebagai orang
yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini , anak mengatasi
rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang
meninggalkan masa bayi dengan rasa percaya pasti pada tahap
selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang mungkin
terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya.
Erikson menekankan bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap
otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu.
Ketika bayi baru lahir, maka terdapat tahapan sampai bayi
berusia dua bulan sebagai berikut:
Bayi 0-1 bulan
Kelekatan hanya bisa tercipta jikalau orang tua mengenal bayi
dan mengurus sendiri bayi sejak awalnya. Jika orang tua sedang
menantikan kelahiran bayi pertama, lebih baik untuk memilih lahir
normal (jika memungkinkan). Sekalipun kedengarannya lebih
mengerikan dibandingkan dengan operasi, kelahiran normal memberikan
memory tersendiri antara anda-suami-anak. Memory itu dapat
mempererat hubungan orang tua. Dalam tahap ini, orang tua utamanya
ibu lebih baik memilih tidur sekamar dengan bayi.Keberadaan ayah di
tengah malam juga sangat menolong.(bread feeding father)
Bayi 1-2 bulan
Sekitar usia 6 minggu, sistem penglihatan bayi sudah mulai
berkembang. Pada level ini, bayi mulai memasuki level interaksi
sosialnya. Ia mulai menatap wajah ibu dan mulai membesarkan
matanya. Pada saat inilah untuk pertama kalinya ibu merasa si bayi
memandangi wajahnya dan mulai berinteraksi lebih hangat lagi dengan
si bayi.
Bagi orang tua hendaknya memberikan mainan yang berbunyi di
dekat mata bayi dan gerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya, jauh
- dekat, dan sebaliknya.Hal ini dapat melatih penglihatan bayi.
Pada waktu usia 2 bulan, orang tua akan menemukan bayi tersenyum
manis didepannya. Bukan lagi senyum refleks pada saat tidur, tapi
senyum yang memancing respon anda untuk membuatnya tersenyum lebih
lebar.Pada saat inilah orang tua mengetahui bahwa tiba saatnya
perannya dibutuhkan untuk mulai pendidikan sosial bagi bayi.
Sekalipun pada usia ini senyumannya belum terarah kepada orang
tertentu (karena keterbatasan penglihatan), stimulasi orang tua
sangatlah dibutuhkan. Pada saat bayi tersenyum, orang tua hendaknya
memberikan respon dengan mengajak berbicara, tersenyum kembali,
atau menggelitik dagunya. Bayi akan tersenyum kembali, kadang lebih
lebar atau bahkan tertawa dan mengeluarkan suara. Respon bayi ini
akan mendorong orang tua untuk memberikan stimulasi kembali. Maka
terjadilah interaksi atau komunikasi yang sederhana antara bayi
dengan orang tua. Diketemukan bahwa interaksi seperti ini
mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak. Anak-anak yang mencapai
nilai tinggi dalam test intelegensi telah mendapatkan stimulasi
yang baik dari orang tua ketika mereka masih bayi: orang tua
mengajak berbicara, tersenyum, bermain, mendengarkan, meniru, dan
memberikan respon yang konstan kepada senyuman bayi.
Pada usia 2 bulan bayi akan menggapaikan tangannya di hadapan
mukanya. Pada saat seperti itu orang tua dapat membiarkannya
sendiri di baby box dan pergi mengerjakan hal-hal lain.
2.6 Perkembangan Otonomi
Menurut Chaplin (2002), otonomi adalah kebebasan individu
manusia untuk memilih, untuk menjadi kesatuan yang bisa memerintah,
menguasai dan menentukan dirinya sendiri. Menurut Erikson,. Pada
tahap ini, bayi tidak hanya dapat berjalan, tetapi mereka juga
dapat memanjat, membuka dan menutup , menjatukan, menolak dan
menarik, memegang otonomi atau kemandirian merupakan tahap ke dua
perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan
masa baru pandai berjalan. Otonomi dibangun di atas perkembangan
kemampuan mental dan kemampuan motorikdan melepaskan. Bayi merasa
bangga dengan prestasi ini dan ingin melakukan segala sesuatu
sendiri. Selanjtnya mereka juga dapat belajar mengendalikan otot
mereka dan dorongan keinginan diri mereka sendiri.Dengan demikian,
setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka, bayi mulai
menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka
mulai menyatakan rasa mandiri atau otonomi mereka. Mereka menyadari
kemauan mereka. Pada tahap ini bila orang tua selalu memberikan
dorongan kepada anak agar dapat berdiri di atas dua kaki mereka
sendiri, sambil melatih kemampuan-kemampuan mereka, maka anak akan
mampu mengembangkan pengendalian atas otot, dorongan, lingkungan
dan diri sendiri (otonom). Sebaliknya, jika orang tua cenderung
menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi hak untuk
menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengembangkan suatu rasa
malu dan ragu-ragu yang berlebihan tentang kemampuan mereka untuk
mengendalikan diri mereka sendiri dan dunia mereka.
Erikson yakin tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu
memiliki implikasi yang penting bagi perkembangan kemandirian dan
identitas selama remaja. Perkembangan otonomi selama tahun-tahun
balita memberi remaja dorongan untuk menjadi individu yang mandiri
, yang dapat memiliki dan menentukan masa depa mereka sendiri.
Meskipun demikian menurut Santrock (1995), terlalu banyak otonomi
sama bahayanya dengan terlalu sedikit otonomi. Pada tahap ini jika
bayi mempercayai pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi
dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi terlalu banyak
dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap malu dan ragu. Tahap ini
berlangsung ketika bayi berusia sekitar 1-2 tahun.
2.7 Asuhan Keperawatan 2.7.1 Pengkajian
a. PengertianPerkembangan psikososial bayi yang normal adalah
proses perkembangan yang ditandai dengan pemupukan rasa percaya
pada orang lain yang diawali dengan kepercayaan terhadap orangtua,
khususnya ibu. Rasa aman secara fisik dan psikologis berperan
penting dalam pembentukan rasa percaya bayi. Bila rasa percaya
tidak terpenuhi maka akan terjadi penyimpangan berupa rasa tidak
percaya dan setelah besar ia menjadi orang yang mudah curiga dan
tidak dapat menjalin hubungan baru.
b. Karakteristik perilakuTabel dibawah akan menguraikan perilaku
bayi yang menunjukkan rasa percaya dan rasa tidak percaya
Karakteristik perilaku bayiTugas perkembanganPerilaku bayi
Perkembangan yang normal :
Berkembangnya rasa percaya- Tidak langsung menangis saat bertemu
orang asing
- Menolak saat akan digendong orang yang tidak dikenalnya
- Menangis saat digendong orang yang tidak dikenalnya
- Menangis saat merasa tidak nyaman (basah, lapar, haus, sakit,
panas)
- Bereaksi senang ketika ibunya datang menghampiri
- Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
Memperhatikan/memandang wajah ibu/orang yang mengajak bicara
Mencari suara ibu/orang lain yang memanggil namanya
Penyimpangan perkembangan :
Berkembangnya rasa tidak percaya- Menangis menjerit-jerit saat
berpisah dengan ibu
- Tidak mau berpisah sama sekali dengan ibunya
- Tidak mudah berhubungan dengan orang lain.
2.7.2 Diagnosa Keperawatan
Potensial (normal)Risiko (penyimpangan)
Berkembang rasa percayaRisiko berkembang ketidakpercayaan
2.7.3 Tindakan Keperwatan1. Bayi
1) Tujuan
a. Merasa aman dan nyaman
b. Dapat mengembangkan rasa percaya
2. Tindakan
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial bayi
Tugas perkembanganTindakan Keperawatan
Perkembangan yang normal :
Rasa percayaa) Panggil bayi sesuai namanya
b) Gendong dan memeluk bayi saat menangis
c) Cari kebutuhan dasar bayi yang terganggu (lapar, haus, basah,
sakit) saat menangis dan memenuhinya:
- Membuai saat bayi menangis
- Memberi minum atau makan saat bayi lapar
- Menyelimuti dengan selimut saat kedinginan d) Bicara dengan
bayi saat merawat bayi
e) Saat berpisah dengan ibu menangis, tetapi tidak lama f) Ajak
bayi bermain (bersuara lucu, memperlihatkan
benda berwarna menarik, menggerakkan benda)
Penyimpangan perkembangan :
Rasa tidak percayaa) Memenuhi kebutuhan dasar dan rasa aman dan
nyaman b) Fokuskan perhatian pada bayi saat menyusui; jangan sambil
melakukan pekerjaan lainnyac) Tidak membiarkan bayi tidur sendiri
tetapi tetap bersama orang tua
d) Kontak dengan bayi sesering mungkin
e) Tidak membiarkan bayi bermain sendirian, tidak memainkan bayi
dengan cara mengganti-ganti antara puting dan empeng
f) Tetaplah memberi ASI sampai 1.5 tahun
g) Tidak mengganti pengasuh bayi terlalu sering (bayi bingung
karena harus memupuk kepercayaan pada banyak orang)
b. Keluarga1) Tujuana) Menjelaskan perilaku yang menggambarkan
perkembangan yang normal dan menyimpang
b) Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknyac)
Mendemonstrasikan cara menstimulasi perkembangan anaknyad)
Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan anaknya
2) Tindakan keperawatanTindakan keperawatan untuk keluargaTugas
perkembanganTindakan Keperawatan
Perkembangan yang normal :
Rasa percayaa) Jelaskan pengertian perkembangan psikososial,
karakteristik perilaku bayi yang normal dan menyimpang
b) Jelaskan cara memupuk rasa percaya bayi pada ibu/keluarga
- Panggil bayi sesuai namanya- Berespons secara konsisten
terhadap kebutuhan bayi.
o Susui segera saat bayi menangis
o Ganti popok/celana bila basah/kotor
o Lindungi dari bahaya jatuh
oKurangi stres bayi dengan cara : rawat bayi dengan kasih
sayang, memeluk, menggendong, mengeloni dengan tulus dan sepenuh
hati
- Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi
Mengajak bayi bermain
Mengajak bayi bicara saat sedang merawat bayi
Segera membawa ke pelayanan kesehatan terdekat bila terdapat
masalah kesehatan (sakit)
c) Demonstrasikan cara memupuk rasa percaya bayi:
Jika ibu akan pergi, jelaskan dan katakan akan kembali. Pada
saat kembali jelaskan ibu menepati janji
d) Rencanakan tindakan untuk memupuk rasa percaya bayi
Penyimpangan perkembangan :
Rasa tidak percayaa) Informasikan penyebab rasa tidak percaya
bayi
b) Ajarkan cara menjalin hubungan saling percaya dengan bayi
:
- Memenuhi kebutuhan dasar : makan, minum, kebersihan, BAB/BAK,
istirahat/ tidur, bermain
Memenuhi rasa aman dan nyaman : melindungi bayi dari rasa sakit
atau panas, cedera (jatuh), tidak membiarkan sendirian, berikan
kasih sayang,
c) Segera membawa ke pelayanan kesehatan saat sakit
SP 1 Keluarga :Menjelaskan perilaku bayi yang normal dan
menyimpang serta cara menstimulasinya OrientasiSelamat
pagi/siang/sore bp/ibu.. saya In perawat dari puskesmas Meuraksa.
Nama ibu siapa.? Biasa dipanggil apa.? Bagaimana kondisi bayi ibu?
Siapa namanya bu?... Bagaimana kalau kita berbincang bincang
tentang perkembangan bayi ibu ? Berapa lama ibu punya waktu?
Bagaimana kalau.30 menit?. Dimana kita akan bicara? Diruangan ini
saja? Baiklah .....KerjaApakah menurut bp/ ibu merawat bayi itu
penting ? ... mengapa ...? betul sekali ...selainitu dengan merawat
bayi secara baik dan benar bayi akan merasa aman dan nyaman
sehingga memupuk rasa percaya bayi terhadap lingkungan karena kalau
tidak bayi akan mengalami rasa tidak percaya dan akan menghambat
perkembangan seterusnya.Saya punya beberapa leaflet tentang tumbuh
kembang bayi. Bp/Ibu pegang satu dan saya pegang satu...kita bahas
sama sama ya .....Perkembangan utama bayi adalah bisa memupuk rasa
percaya artinya bayi harus bisa mempercayai orang disekitarnya;
khususnya ibu, karena pada usia ini bayi sangat tergantung pada
orang lain.. Beberapa perilaku yang menandakan bayi mempunyai
rasapercaya adalah bayi bereaksi senang ketika ibunya datang,
memperhatikan/ memandang wajah orang yang mengajak bicara dan
mencari suara orang yang memanggil namanya, ia tidak langsung
menangis saat bertemu orang asing, atau saat basah, lapar, haus,
sakit, gerah ia akan menangis. Apakah A berperilaku seperti
ini?....? kalau begitu ibu sudah merawatnya dengan baik. Supaya
perkembangan A lebih baik lagi ibu harus selalu memenuhi
kebutuhannya; makan, minum, tidur, bersih, tidak nyeri, tidak
kepanasan, merasa dicintai dan disayangi oleh ibunya. Ibu juga
harus mengajaknya berbicara dan jangan memperhatikan hal lain saat
menyusui atau merawatnya karena dapat menyebabkan A merasa tidak
diperhatikan....Apakah bp/ ibu perhatikan bagaimana perilaku A
setelah makan atau disusui ? Itu menandakan ia sangat senang dan
nyaman. Kalau itu berlangsung terus sampai berusia1,5 tahun A pasti
akan mempunyai rasa percaya pada lingkungannya. Rasa percaya
iniakan membuat A jadi mudah bergaul dengan orang lain setelah
besar nanti.Sebaliknya...kalau kebutuhan tadi tidak terpenuhi bayi
akan menjadi mudah rewel, sulit berpisah dengan ibu dan
menjerit-jerit bila berpisah dengan ibu atau sulit berhenti
menghisap jempol/empeng. Bila hal itu terjadi maka ibu harus
membuat bayi percaya lagi dengan cara memenuhi semua kebutuhan
dasar bayi, menjaga agar bayi merasa nyaman, diperhatikan, dicintai
dan disayangi oleh orang disekitarnya. Menurut bp/ ibu, Atermasuk
yang mana?...bagus sekali ibu sudah dapat membuat A percaya.Mari
kita coba lakukan ke anak ibu. Coba panggil namanya.....bagus,
lihat bu mukanya gembira saat ibu panggil dan ibu gendong. Coba
saya gendong, mari dek sama ibu....sambil mengulurkan tangan Lihat
bu, dia lihat dulu muka saya dan tidak mau saya gendong, ini normal
bu karena baru pertama ketemu saya dan tidak boleh dipaksa. Nanti
kalau udah kenal dan percaya pada saya dia akan mau.TerminasiNah
bp/ibu... kita sudah berbincang bincang tentang perkembangan bayi
yang normaldan menyimpang, bagaimana perasaan ibu sekarang?
Bermanfaat?Apakah ibu masih ingat bagaimana cara merawat A supaya
ia berkembang lebih baik lagi?..... betul sekali...bagus ibu h
mengingat dengan baik, Apakah masih ada hal lain yang ingin ibu
ketahui?Kalau begitu ibu dapat mencoba beberapa cara yang belum ibu
lakukan selama ini...dan pada pertemuan berikutnya ceritakan pada
saya... Saya bisa kesini lagi minggu depan.... Adakah yang ingin
bp/ ibu ketahui lagi dan bisa kita bicarakan minggu
depan?....kalaubegitu minggu depan kita akan bicarakan tindakan
yang ibu lakukan dan bagaimana mempertahankannya. Baiklah..... Saya
permisi dulu
SP 2 Keluarga :Mendemonstrasikan dan melatih keluarga
mengembangkan rasa percaya bayi terhadap orang lainOrientasiSelamat
pagi/siang/sore bp/ibu.. Apakah bp/ ibu sudah mencoba cara merawat
anakyang kita bicarakan minggu lalu? Bagaimana hasilnya? Hari ini
kita akan membahascara menstimulasi A, sekaligus
mendemonstrasikannya. Dimana A? bisakah dibawa kesini? Berapa lama
kita akan berbincang - bincang ? 15 20 menit ? Dimana enaknya ?
disini saja? Baiklah kalau begitu...KerjaSesuai dengan petunjuk di
leaflet ini cara menstimulasi perkembangan bayi adalahdengan
memberi rasa aman dan nyaman bagi bayi. Cara yang dapat ibu lakukan
untuk membuat bayi merasa aman dan nyaman adalah dengan menyusui,
memandikan secara teratur, membersihkan kotoran atau kencing,
menjaga agar tidak kegerahan, memeluk, menggendong, membuai,
mengajaknya bicara, menjaga agar tidak jatuh atau cedera. Apakah
ibu sudah melakukan semua itu....? Tindakan mana yang belum ibu
lakukan....? Apakah ada kesulitan untuk melakukannya....? apa yang
sudah ibu lakukan untuk mengatasinya...? Dapatkah ibu perlihatkan
bagaimana caa ibu menyusui bayi ibu? Bagus..Cara ibu menyusui sudah
betul hanya akan lebih baik lagi jika perhatian dan konsentrasi ibu
hanya tertuju pada bayi atau sambil berbicara perlahan. Coba
sekarang fokuskan pikiran dan hati ibu pada A .. senyum dan ajak
bicara perlahan... Bagus.... ibu sudah melakukannya dengan baik.
Jadi saat menyusui kita fokus pada bayi, tidak sambil mengerjakan
hal yang lain. Hal lain yang harus dilakukan adalah lebih menjaga
kebersihan dan keamanannya. Berkomunikasi baik verbal maupun non
verbal juga sangat mempengaruhi rasa aman bayi.TerminasiNah bu...
kita sudah berbincang bincang tentang cara membuat bayi merasa
percaya pada lingkungan , bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah
bermanfaat? Alhamdulilah kalau begitu, apakah ibu masih ingat
bagaimana cara merawat A supaya ia berkembang lebih baik lagi?.....
betul sekali ...bagus ibu sudah mengingat dengan baik, Apakah masih
ada hal lain yang ingin ibu ketahui? Tidak..kalau begitu ibu dapat
mencoba beberapacara yang belum ibu lakukan selama ini...dan pada
pertemuan berikutnya ceritakanpengalaman ibu dalam merawat bayi
pada saya... Saya bisa kesini lagi minggu depan bu.... Adakah yang
ingin ibu ketahui lagi kita bisa diskusikan minggu depan?.....kalau
begitu minggu depan kita akan bicarakan tindakan yang ibu lakukan
dan bagaimana mempertahankannya. Baiklah..... Saya permisi dulu
bu..Sampai jumpa.BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULANPsikososial merupakan hal yang penting bagi bayi.
Karena pada tahap perkembangan psikososial bayi inilah yang akan
mempengaruhi perkembangan-perkembangan bayi selanjutnya dalam
berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Perkembangan psikososial pada bayi melibatkan semua aspek utama
perkembangan yang penting untuk proses maturasi pada tahap yang
lebih lanjut, yaitu perkembangan emosi, kognitif, dan moral.
Perkembangan emosional merupakan kelanjutan pembinaan rasa percaya
versus rasa tidak percaya yang telah dimulai sejak masa neonatus.
Penyelesaian tahap ini sangat menentukan bagaimana individu
menyelesaikan tahap tumbuh-kembang selanjutnya. Pada tahun pertama
kehidupannya, bayi bergantung pada orang tua dalam pemenuhan
kebutuhan fisiologis maupun psikologisnya.3.2 SARAN
Bagi perawat dapat memberikan asuhan keperawatan khususnya
kepada perkembangan psikososial pada bayi dan juga pada keluarga
bayi baik dalam masyarakat maupun dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Sujono, Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Suliswati, dkk. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
16