Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] i KATA PENGANTAR Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI. Buletin Meteorologi edisi Agustus 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Agustus 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum. Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
27
Embed
ISI AGT 2016 edited - hangnadim.kepri.bmkg.go.idhangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2016/08/21082016071748...Buletin Meteorologi edisi Agustus 2016 ini akan mengulas informasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi, politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan Barelang, Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Agustus 2016 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2016, prakiraan hujan dan gelombang laut, serta prakiraan pasang surut bulan Agustus 2016. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I HANG NADIM BATAM
PHILIP MUSTAMU M.Si. NIP. 19590406 198203 1 002
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] ii
TIM REDAKSI
ANGGOTA TIM
ANGGOTA
NANGSIP CAHYANA, S.Si
ANGGOTA
DUATI WARDANI, S.Si
ANGGOTA
YAYAN HERMAWAN
ANGGOTA
DUDI JUHANDINATA,
S.Stat, MM
ANGGOTA
NIZAM MAWARDI, S.Tr ANGGOTA
ADHITYA PRAKOSO, S.Tr
ANGGOTA
ASRI PRATIWI, S.Si
ANGGOTA
PANDE MADE RONY
KURNIAWAN, SST
ANGGOTA
MOHAMMAD TAUFIQ, S.Si
PELINDUNG
PHILIP MUSTAMU, M.Si. KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
PENANGGUNG JAWAB
SURATMAN, S.KOM KEPALA SEKSI
DATA DAN INFORMASI
ANGGOTA
DEBORA TRULY
MARPAUNG, SST.
ANGGOTA
HANA SHOLIHAH, S.Si
ANGGOTA
DEDI HARIANTO
PANJAITAN, S.T.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ...........................................................................................................................i
Tim Redaksi ...............................................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................iii
I. RINGKASAN.................................................................................................................... 1 II. PENGERTIAN .................................................................................................................. 1 III. ANALISA CUACA DAN IKLIM ................................................................................. 2 IV. ANALISA GELOMBANG JULI 2016 ....................................................................... 11 V. PRAKIRAAN CUACA AGUSTUS 2016 ................................................................ 13 VI. PRAKIRAAN PASANG SURUT AGUSTUS 2016 ............................................... 18 VII. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
AGUSTUS 2016 ............................................................................................................ 21
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 24
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2016 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2016 adalah sebagai berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam secara umum berada pada kisaran diatas normal terhadap rata-ratanya. Jumlah curah hujan di wilayah Batam yaitu 274.5 mm. Sedangkan kondisi angin dilaporkan dominan bertiup dari arah Tenggara dari dasarian I hingga dasarian III pada kecepatan rata – rata 10 km/jam.
b. MJO berada pada fase 7 hingga 3 dengan dominasi sifat lemah hingga kuat. Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5 terlewati oleh perambatan MJO pada akhir bulan Juli dengan sifat lemah sehingga tidak mendukung terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat. Namun Pasokan uap air di udara yang menjadi bahan pembentukan awan-awan terindikasi masih cukup tersedia diatas wilayah Indonesia selama bulan Juli 2016. Hal ini diketahui dari hangatnya perairan Indonesia termasuk Kepulauan Riau dengan anomali suhu muka laut positif. Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan termasuk di wilayah Kepulauan Riau. Indeks Dipole Mode yang bernilai negatif juga cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau. Terlihat dari nilai OLR yang bernilai cukup kecil di wilayah Kepulauan Riau yang mengindikasikan terdapat banyak tutupan awan konvektif selama bulan Juli 2016. Evaluasi curah hujan bulan Juli 2016 berada diatas normal akibat adanya pola konvergensi angin yang memperbanyak pembentukan awan-awan konvektif.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Agustus 2016 hingga Juli 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2016. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.94475 dan RMSE (error) 7.5352 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2016 pada dasarian dasarian I, II, dan III sesuai normalnya.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat. Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu: 1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %. 2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %. 3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN: Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun. 3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 2
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1 Agustus 1901 s/d 31 Agustus 1930, 1 Agustus 1931 s/d 31 Agustus 1960, 1 Agustus 1961 s/d 31 Agustus 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIM
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan. Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke tahun. El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole) hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun. Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Julian Oscillation) juga mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia.Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan menyebabkan terjadinya variasipada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (Desember-April) dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase. Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia ( 100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah ( 160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB). Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 3
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan memperhatikan variasi OLR(Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah pada satelit.
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN JUNI 2016
1. Monsun Pada bulan Juli matahari telah berada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau biasa disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah. Pada bulan Juli 2016 tercatat ada empat kejadian siklon tropis yaitu siklon tropis Nepartak, siklon tropis Lupit, siklon tropis Mirinae, dan siklon tropis Nida. Dimana hal ini cukup berpengaruh terhadap bertambah maupun berkurangnya jumlah curah hujan di wilayah Kepulauan Riau.
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan Juli 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan Juli 2016 berkisar antara 28.00-32.00C (Gambar.1) dengan anomali positif 0.5-2.50C (Gambar.2). Hal ini menunjukkan perairan di Indonesia masih dalam kondisiyang cukup hangat, terutama di perairan Selatan Pulau Jawa.Oleh karenanya, secara umum keadaan seperti ini banyak menghasilkan uap air untuk pembentukan awan. Untuk wilayah Kepulauan Riau sendiri anomali suhu muka laut berkisar 0.5 – 1.50C.
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan Juli 2016 Pada bulan Juli 2016, tekanan udara di BBS lebih tinggi daripada daerah di sekitar equator dan BBU. Secara umum terjadi pergerakanmassa udara dari BBS (bertekanan tinggi) menuju ke wilayah equatordan daerah BBU (bertekanan rendah) yang menyebabkan pola angin dominan di wilayah Kepulauan Riau bertiup dari arah tenggara hingga barat dayadan membentuk pola belokan angin (shearline). Pada daerah belokan angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara dan menimbulkan potensi adanya pertumbuhan awan-awan konvektif yang menyebabkan terjadinya hujan lebat dan petir.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan Juli
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gbr.4) daerah Kepulauan Riau angin bertiup secara umum berasal dari arah Tenggara hingga Barat Daya dengan kecepatan 5 hingga 10 knot (Gbr.5). Kondisi angin dengan kecepatan lemah ini mendukung dalam proses pembentukan banyak awan.
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation) Pada bulan Juli 2016, ENSO berada pada kondisi normal ditunjukkan dengan nilai anomali SST Nino 3.4 pada akhir Juli-0.37°C(Normal) dan nilai rata-rata harian SOI (Southern Oscillation Index) selama bulan Juli sebesar+4.2 (Normal). Hal tersebut mengindikasikan tidak adanya peningkatan maupun penurunan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan diwilayah Indonesia termasuk di Kepulauan Riau.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 6
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa. Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 7
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang kecil/ rendah. Pada bulan Juli 2016, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat diwilayah Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Utara dan sebagian wilayah Papua dengan nilai OLR berkisar antara 200-220 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau, nilai OLR yang ditunjukkan oleh gambar 8 sekitar 220-240 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan Juli 2016 cukup banyak.
b. Fase MJO
MJO pada bulan Juli 2016 berada pada fase 7 hingga 3 dengan dominasi sifat lemah hingga kuat pada perambatannya. Wilayah Indonesia yang berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat wilayah Indonesia hanya terlewati oleh perambatan MJO pada akhir bulan Juli dengan sifat lemah. Secara teori, kondisi MJO ini berdampak pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian Barat, termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada kisaran normal dengan kondisi netral (-0,4°C s.d 0,4°C). Pada akhir bulan Juli 2016 nilai IOD berada pada kondisi negatif yang bernilai -1.070C. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan Juli 2016, secara umum IOD secara umum IOD cukup signifikan dalam menambah peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 8
C. ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2016 Berdasarkan data curah hujan bulan Juli 2016 yang diterima dari stasiun di Pulau Batam yang
mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan Juli 2016
adalah sebagai berikut:
Lokasi RR Juni 2016 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 274.5 169.0 Atas Normal
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN JULI 2016
a. Hujan
Sifat hujan bulan Juli 2016 di Batam Normal (N) dengan curah hujan selama sebulan berkisar 274,5 mm atau 108,9%. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Juli 2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 2 hari hujan tidak terukur (ttu) dengan total curah hujan sebesar 274,5 mm atau berkisar 108,9% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian I terjadi 4 hari hujan dengan jumlah curah hujan 34 mm, dasarian II terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 159,6 mm, dan dasarian III terjadi 7 hari dengan curah hujan 80,9 mm. Curah hujan tertinggi 67,0 mm terjadi pada tanggal 13 Juli 2016.
Gambar 11. Grafik Curah Hujan bulan Juli 2016 di Hang Nadim
01020304050607080
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
CURA
H HU
JAN
(mm
)
TANGGAL
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 9
b. Suhu Udara Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,8°C - 30,0° C. Suhu udara terendah dalam
bulan Juli 2016 adalah 23,2°C terjadi pada tanggal 26 Juli 2016 pagi hari dan suhu udara tertinggi 33,7°C terjadi pada tanggal 04 Juli 2016 siang hari.
Gambar 12. Grafik Suhu Udara bulan Juli 2016 di Hang Nadim
c. Kelembaban Udara Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 76% - 95%. Kelembaban udara terendah
mutlak 54% terjadi pada tanggal 04 Juli 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi 99% terjadi tanggal 26 Juli 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan Juli 2016 lebih basah dibandingkan bulan Juni 2016.
22
24
26
28
30
32
34
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TEM
PERA
TUR
TANGGAL
T- MAXIMUM
T- MINIMUM
T- RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 10
Gambar 13. Grafik Kelembaban Udara Bulan Juli 2016 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan Selama periode dasarian I – III Juli 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari arah
Selatan dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari Barat dengan kecepatan 43 km/jam terjadi pada tanggal 26 Juli 2016.
50
55
60
65
70
75
80
85
90
95
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
RH (%
)
TANGGAL
RH MAXIMUM
RH MINIMUM
RH RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 11
ANALISIS GELOMBANG BULAN JULI 2016
Pada bulan Juni 2016 di wilayah Kepulauan Riau arus laut berkisar 3 - 40 cm/s dengan arus terkuat di perairan Natuna.
Gambar 14. Peta Arus Laut Bulan Juli 2016
Untuk tinggi gelombang pada bulan Juni berkisar antara 0,1 – 1,25 m, dengan gelombang tertinggi berada di wilayah perairan Natuna dan tinggi gelombang terendah berada di wilayah perairan Malaka.
Gambar 15. Peta Tinggi Gelombang Bulan Juli 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 12
Arah angin rata-rata bertiup dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan berkisar antara 3 - 10 knot.
Gambar 16. Peta Arus Laut Bulan Juli 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 13
PRAKIRAAN CUACA JULI 2016
A. DINAMIKA ATMOSFER 1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Agustus, posisi matahari dalam gerak semunya berada di BBU (Belahan Bumi Utara) paling ujung dan kembali menuju equator atau BBS (Bumi Bagian Selatan) dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 14.5° yaitu dari 9.5°LU menuju 5.0°LS (http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah pada bulan Agustus 2016 diprakirakan masih akan banyak berada di wilayah Bumi Bagian Utara (BBU) dan equator.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Agustus– September – Oktober2016
Gambar 17. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Juli 2016
Akibatnya, pola angin rata-rata bulan Agustus secara dominan bertiup dari Bumi Bagian Selatan (BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBU). Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Riau, seperti yang terlihat pada gambar.16,pola angin yang terbentuk berada dekat dengan daerah pertemuan angin (konvergensi). Pola angin konvergensi ini akan cukup mendukung dalam proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 18. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Agustus
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 14
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation) ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) menyatakan bahwa EL-Nino memasuki kategori normal pada bulan Agustus 2016.Sedangkan, NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)danBMKG memprediksi pada bulan Agustus 2016 La-Nina dalam kategori lemah dan POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) memprediksi pada bulan Agustus 2016 La-Nina dalam kategori moderate. Sehingga secara umum, ENSO diprediksi kurang memberi pengaruh yang signifikan terhadap penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia khususnya Kepulauan Riau.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 19. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of Meteorology Australia) hingga akhir Juli menunjukkan berada pada kondisi normal dengan nilai SOI +4.2.Sehingga diprakirakan awal bulan Agustus 2016 masih berada pada kondisi normal dengan tidak terjadinyapenambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia.
Gambar 20. Grafik SOI Bulan Januari 2014 s.d. Juli 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 15
3. MJO(Madden-Julian Oscillation) Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO.Menurut NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Agustus 2016 berada pada fase 4 - 5dengan sifat lemah hingga kuat sehingga mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah Indonesia (Gambar 19). Namun, anomali OLR bernilai positif disebagian besar wilayah Indonesia (Gambar 20).Hal tersebut mengindikasikan sedikitnya tutupan awan konvektif di wilayah Indonesia.
Gambar 22. Anomali OLR sampai dengan 31 Juli 2016 dan prakiraan 15 hari kedepan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 16
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole) Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia,
khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BoM, indeks IOD akhirJuli berada pada kondisi kuat negatif dengan nilai terakhir -1.250 C. BMKG juga menyatakan IOD pada kondisi kuat negatifdan akan adanya kemungkinan penambahan massa uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia bagian Barat.
Gambar 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis Kondisi cuaca bulan Juni di Batam berdasarkan data klimatologis selama 23 tahun (1993-2015)
diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan dibagi menjadi tiga
bagian di Pulau Batam selama Bulan Agustus. Batam bagian Timur sekitar 200 – 300 mm, sedangkan Batam bagian Tengahsekitar 200 – 250 mm dan Batam bagian Baratdan Selatan jumlahnya sekitar 150 – 200 mm.
Kesimpulan: Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Agustus 2016 lebih kecil dibanding dengan bulan Juli 2016, sehingga peluang curah hujan diprediksi lebih sedikit dibandingkan dengan bulan Juli 2016.
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI 2016 1. Prakiraan Hujan Dasarian
1. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 17
Agustus 2016 hingga Juli 2017. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim periode Agustus 1998 s.d Juli 2016.
2. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.94475 dan RMSE (error) 7.5352. Hasilnya menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Agustus 2016 diprakirakan:
Dasarian Pertama Normal 48,3Dasarian Kedua Normal 50,2Dasarian Ketiga Normal 76,1
Sifat Hujan Jumlah Curah Hujan
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian I, II dan III sesuai normalnya.
2. PrakiraanHujan Bulanan Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulanAgustus 2016 di wilayah Barelang sebagai berikut: Tabel : Prakiraan Curah Hujan Bulan Agustus 2016
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan Agustus 2016 di Barelang dapat diprakirakan sebagai berikut:
Tabel: Prakiraan Sifat Hujan Bulan Juni 2016
Gambar. 24 Peta Prakiraan Curah dan Sifat Hujan Barelang bulan Agustus 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 18
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) AGUSTUS 2016
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut. Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) /
Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide. Mengingat propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 19
2. KABUPATEN BINTAN i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 20
5. KABUPATEN ANAMBAS i. SELAT PENITING
6. KABUPATEN NATUNA i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 21
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI AGUSTUS 2016
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.032] 24
DAFTAR ISTILAH Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI (Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan. El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara
umum menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang. ENSO (El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas ITCZ (Intertropical Convergence Zone)
: Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat. MJO (Madden-Novemberan Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah) di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation)
: Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina. Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas) Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan