IRIGASI DAN BANGUNAN AIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 ) menyatakan bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke – 5 dan di jawa timur pada abad ke – 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di iklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan dan bulan – bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan adanya sistem irigasi. Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi atau sawah. Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik dan benar maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan benar. Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998 irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman. Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI
Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 ) menyatakan
bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke – 5 dan di jawa timur
pada abad ke – 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di iklim tropis
basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan dan bulan –
bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan adanya sistem irigasi.
Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu
bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi atau
sawah. Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik dan benar
maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan benar.
Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha
untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998
irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media
tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi tanaman.
Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan intervasi
manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta mengolah
sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.
Ketujuh tahapan pekerjaan tersebut proses SID merupakan proses perencanaan. Tahap
SID dilakukan dengan dua tahapan yaitu, Tahap studi dan Tahap perencanaan teknis.
2.3.2. Perencanaan Pembangunan Irigasi Dalam Paradigma
Pembangunan Yang Baru
Pembangunan irigasi ini hanya ditujukan untuk memenuhi kelayakan teknis dan
ekonomis. Tetapi pada dekade 90-an telah berkembang pembangunan baru yang berorientasi
pada pembangunan kemanusian. Dimana manusia ditempatkan sebagai subyek dalam
pembangunan itu sendiri, melindungi peluang kesempatan hidup bagi generasi mendatang
seperti halnya generasi saat ini dan menghargai sistem alami dimana semua kehidupan
tergantung kepadanya.
Paradigma baru dalam pembangunan irigasi yang kemanusiaan secara lebih rinci ini
adalah :
1. Pembangunan irigasi harus memberikan kesempatan kepada semua individu untuk
mengembangkan kemampuan kemanusiaannya secara penuh dan memanfaatkan
kemampuannya disegala bidang.
2. BAB I PENDAHULUAN
3. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kepustakaan mengenai sejarah kehidupan manusia, dapat diketahui bahwa
hubungan antara manusia dengan sumber daya air sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu. Kerajaan-kerajaan besar yang sempat mencapai kejayaannya, baik di negara kita maupun di belahan dunia yang lain, sebagian besar muncul dan berkembang dari lembah dan
tepi sungai (Kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Mesir, Mesopotamia, dU.) Beberapa hal penting yang menyebabkan eratnya hubungan manusia dengan sumber daya
air, dapat disebutkan antara lain : a. Kebutuhan manusia akan kebutuhan makanan nabati Untuk kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan juga makanan nabati. Jenis makanan
ini didapat manusia dari usahanya dalam mengolah tanah dengan tumbuhan penghasil makanan. Untuk keperluan tumbuh dan berkembangnya, tanaman tersebut memerlukan
penanganan khusus, terutama dalam pengaturan akan kebutuhan airnya. Manusia kemudian membuat bangunan dan saluran yang berfungsi sebagai prasarana pengambil, pengatur dan pembagi air sungai untuk pembasahan lahan pertaniannya. Bangunan pengambil air tersebut
berupa bangunan yang sederhana dan sementara berupa tumpukan batu, kayu dan tanah, sampai dengan bangunan yang permanen seperti bendung, waduk dan bangunan-bangunan
lainnya. 4. b. Kebutuhan manusia akan kenyamanan dan keamanan hidupnya
Seperti telah diketahui bersama, dalam keadaan biasa dan normal, sungai adalah mitra yang
baik bagi kehidupan manusia. Namun, dalam keadaan dan saat-saat tertentu, sungai pun adalah musuh manusia yang akan merusak kenyamanan dan keamanan hidupnya. Pada
setiap kejadian dan kegiatan yang ditimbulkan oleh sifat dan perilaku sungai, manusia kemudian berfikir dan berupaya untuk sebanyak-banyaknya memanfaatkan sifat dan perilaku sungai yang menguntungkan dan memperkecil atau bahkan berusaha menghilangkan sifat
yang merugikan kehidupannya. Manusia lalu membangun bangunan-bangunan air sepanjang sungai yang bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya air sungai, misalnya bendungan-
bendungan, pusat listrik tenaga air ataupun membuat bangunan yang diharapkan akan dapat melindungi manusia. terhadap bencana yang ditimbulkan oleh perilaku sungai, misalnya waduk, krib, tanggul, penahan lereng, bronjong dan fasilitas lainnya.
5. Kenyataan sejarah pun kemudian membuktikan, bahwa manusia yang tidak bisa bersahabat dan melestarikan keberadaan sumber daya air yang ada, akan surut dan runtuh kejayaannya.
Kehancuran tersebut tidak hanya semata-mata karena disebabkan oleh bencana yang ditimbulkan oleh.perilaku sungai, namun kebanyakan merupakan proses akibat menurunnya fungsi sumber daya air sungai sehingga mematikan beberapa sarana dan prasarana yang
penting bagi kehidupan manusia. 6. 1.2 Beberapa Pengertian
a. Daerah pengaliran : adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana apabila terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi, akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut.
b. Daerah irigasi atau daerah pengairan : adalah kesatuan wilayah atau daerah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
c. Daerah potensial : adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk dikembangkan. d. Daerah fungsional : adalah bagian dari daerah potensial yang telah memiliki jaringan
irigasi yang telah dikembangkan, luas daerah fungsional ini sama atau lebih keeil dari daerah potensial.
e. Jaringan irigasi : adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunannya.
f. Petak irigasi : adalah petak lahan yang memperoleh pemberian air irigasi dari satu jaringan irigasi.
g. Penyediaan irigasi : adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk menunjang pertanian. h. Pembagian air irigasi : adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh pihak yang
berwenang dalam ekspoitasi pada jaringan irigasi utama hingga ke petak tersier. i. Pemberian air irigasi : adalah penyaluran jatah air irigasi dari jaringan utama ke petak
tersier. j. Penggunaan air irigasi : adalah pemanfaatan air irigasi di tingkat usaha tani.
7. 1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan pembuatan suatu bangunan air di sungai adalah sebagai upaya manusia untuk meningkatkan faktor yang menguntungkan dan memperkecil atau menghilangkan faktor
yang merugikan dari suatu sumber daya air terhadap kehidupan manusia. Manfaat dari suatu bangunan air di sungai adalah untuk membantu manusia dalam kelangsungan hidupnya, dalam upaya penyediaan makanan nabati dan memperbesar rasa
aman dan kenyamanan hidup manusia terutama yang hidup di lembah dan di tepi sungai. Tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya untuk penyediaan dan pengaturan air untuk
menunjang pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan dan mendistribusikan secara teknis dan sistematis. Adapun manfaat suatu sistem irigasi adalah :
a. Untuk membasahi tanah, yaitu membantu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu.
b. Untuk mengatur pembasahan tanah, yang dimaksudkan agar daerah pertanain dapat diairi sepanjang waktu, baik pada musim kemarau mupun pada musim penghujan. c. Untuk menyuburkan tanah, yaitu dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur pada
daerah pertanian sehingga tanah dapat menerima unsur-unsur penyubur. d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah (rawa) dengan endapan lumpur
yang dikandung oleh air irigasi. e. Untuk penggelontoran air di kota, yaitu dengan menggunakan air irigasi, kotoran/sampah di kota digelontor ke tempat yang telah disediakan dan selanjutnya dibasmi secara alamiah.
f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi daripada tanah, dimungkinkan untuk mengadakan pertanian juga pada musim tersebut.
8. 1.4 Metode Penulisan Metode yang dipakai adalah metode studi literatur, yaitu berdasarkan teori – teori yang diambil dari buku dan bimbingan, arahan dari dosen pembimbing.
9. 1.5 Landasan Teori 10. 1.5.1 Pengertian Irigasi
Irigasi berasal dari istilah irrigaite dalam bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air dari sumbernya guna keperluan pertanian, mengalirkan dan membagikan air secara teratur
dan setelah digunakan dapat pula dibuang kembali (Erman Mawardi et al.,2002). Untuk mengairi suatu daerah irigasi, haruslah ditinjau adanya sumber airnya. Dalam hal ini, adalah
sungai yang memiliki debit dan elevasi yang cukup untuk disadapkan ke saluran induk. Pengambilan air dari sungai dapat dilakukan secara bebas apabila elevasi sawah lebih rendah dari elevasi sungai, karena air akan lebih mudah mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat
yang rendah. Permasalahan yang timbul adalah apabila sungai tersebut memiliki elevasi yang lebih rendah daripada elevasi sawah yang akan diari. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan membuat bendung. Dibangunnya suatu bendung adalah untuk menaikkan elevasi
muka air sungai sehingga dapat mengairi suatu daerah irigasi yang memiliki elevasi yang lebih tinggi.Tujuan dibangunnya suatu bendung adalah:
Menaikan elevasi air sehingga daerah yang bisa dialiri menjadi lebih luas.
Memasukkan air dari sungai ke saluran melalui Intake
Mengontrol sedimen yang masuk ke saluran sungai.
Mengurangi fluktuasi sungai.
Menyimpan air dalam waktu singkat.
11. 1.5.2 Fungsi dan Pengertian Bendung Bendung merupakan salah satu apa yang disebut dengan Diversion Hard Work, yaitu
bangunan utama dalam suatu jaringan irigasi yang berfungsi untuk menyadap air dari suatu sungai sebagai sumbernya.
12. Bendung adalah suatu bangunan konstruksi yang terletak melintang memotong suatu aliran
sungai. Hal ini harus dibedakan dengan waduk yang bersifat menampung dan menyimpan air. Pada hakekatnya bendung dapat disamakan sebagai bangunan pelimpah atau Over Flow
Weir Type. 13. Syarat-syarat konstruksi bendung yang harus dipenuhi antara lain :
1. Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
2. Pembuatan bendung harus memperhitungkan kekuatan daya dukung tanah di bawahnya. 3. Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai
dan aliran air yang meresap ke dalam tanah. 4. Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
5. Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
14. Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung,
pelaksanaa, pengoperasian, dampak pembangunan, dan lain sebagainya. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :
15. Keadaan Topografi 1) dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi
sawah tertinggi yang akan diari 2) bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan
3) dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi 4) disamping itu ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan
16. Kondisi Topografi Dilihat dari lokasi bendung, harus memperhatikan beberapa aspek yaitu :
1) ketinggian bendung tidak terlalu tinggi 2) trase saluran induk terletak di tempat yang baik 3) penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen
17. Kondisi Hidraulik dan Morfologi Dilihat dari lokasi bendung ; termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus
dipertimbangkan pula dalam pemilihan lokasi bendung yang meliputi : 1) pola aliran sungai : kecepatan, dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang dan kecil
2) kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil 3) tinggi muka air pada debit banjir rencana 4) potensi dan distribusi angkutan sedimen
Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bendung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai.
18. Kondisi Tanah Fundasi
Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah fundasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan, potensi gerusan karena arus dan sebagainya ; secara teknik bendung dapat
ditempatkan di lokasi sungai dengan tanah fundasi yang kurang baik, tetapi bangunan akan membutuhkan biaya yang tinggi, peralatan yang lengkap dan pelaksanaan yang tidak mudah.
19. Biaya Pelaksanaan Beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan ; yang selanjutnya biaya pelaksanaan dapat
ditentukan dan cara pelaksanaannya, peralatan dan tenaga. Biasanya biaya pelaksanaan ditentukan berdasarkan pertimbangan teraqkhir. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.
20. Faktor-faktor lain Yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi bendung yaitu penggunaan lahan di
sekitar bendung, perubahan morfologi sungai, daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir.
21. 1.5.3 Pembagian Bendung
22. Berdasarkan cara pembendungannya
Pembendungan air dapat tidak hanya dengan puncak pelimpah yang permanen saja, tetapi dapat juga dilengkapi dengan pintu pengatur yang bekerja di atas puncak ambang bendung. Berdasarkan hal tersebut, maka bendung dapat dibagi menjadi :
1) Bendung Bila seluruh atau sebagian besar dari pembendungannya dilakukan oleh sebuah puncak
pelimpah yang permanen. Meskipun bendung juga dilengkapi dengan pintu, tetapi bagian dari pintu ini lebih kecil dalam pelaksanaan pembendungan air .
23. 2) Baragge
Jika seluruh pembendungan atau sebagian besar dari pembendungan dilakukan oleh pintu. Pada Barrage yang pembendungannya dilakukan seluruhnya oleh pintu, maka pada waktu
banjir pintu tersebut dibuka sehingga peluapannya akan menjadi minimum/ berkurang.
24. Berdasarkan Fungsinya
1) Bendung Pengarah ( Diversion Weir ) Diversion Weir adalah suatu bangunan pelimpah dengan atau tanpa pintu penutup dan terletak melintang atau memotong kedalaman dasar sungai. Fungsinya adalah untuk
membelokkan air sungai ke saluran primer 25. 2) Bendung Penahan
Fungsinya adalah untuk menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir.
26. Berdasarkan Bentuk dan Material Konstruksi
1) Masonary Weir With Vertical Drops. Bendung tipe ini terdiri dari sebuah lantai horisontal dan sebuah puncak ambang dari
pasangan batu tembok dengan permukaan air hampir tegak. (kadang-kadang juga dilengkapi dengan pintu ). Bendung tipe ini cocok untuk tanah dasar lempung keras.
27. 2) Rock Dry Stone Weir. Bendung tipe ini adalah tipe yang sederhana, tipe ini cocok untuk tanah dasar berpasir halus seperti tanah alluvial. Bendung tipe ini juga membutuhkan jumlah batu yang sangat banyak,
jadi bendung tipe ini tidak banyak dipakai. 28. 1.5.4 Bangunan yang Terdapat Pada Bendung
29. Tubuh Bendung ( Weir ) Adalah bagian yang selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air
banjir. Tubuh bendung harus aman terhadap:
Tekanan air
Tekanan akibat perubahan debit yang mendadak.
Tekanan gempa
Akibat berat sendiri
30. Bangunan Pembilas
Pada hulu bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas guna mencegah masuknya bahan sidemen kasar ke dalam saluran irigasi.
Ada empat tipe, yaitu:
Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan.
Pembilas bawah
Shunt undersluice
Pengambilan bawah tipe boks
Untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi didekat intake maka perlu dibangun bangunan penguras ( Under Sluice ).
31. Bangunan Penguras
Fungsinya adalah untuk mengurangi aliran yang bergolak ( Turbulent ) yang terjadi di dekat intake. Puncak ambang dari under sluice dijaga agar lebih rendah dari puncak ambang
bendung, sehingga akan membantu membawa debit pada musim kering ke arah under sluice. Normalnya, permukaan puncak ambang under sluice ini sama dengan permukaan dasar
saluran terdalam pada musim kering. Dengan membukanya pintu penguras, maka akan menggelontor endapan lumpur yang terdapat di depan intake maupun di under sluice.
32. Dinding Pemisah (Divide Wall )
Terbuat dari susunan batu kali atau beton yang dibangun disebelah kanan sumbu bendung dan membatasi antara tubuh bendung dengan under sluice (Bangunan Penguras).
Fungsi utama dari dinding pemisah yaitu :
Membagi antara bendung utama dan under sluice, karena kedudukan under sluice lebih
rendah daripada tubuh bendung.
Membantu mengurangi arus yang bergolak didekat intake sehingga lumpur akan
mengendap di under sluice dan air yang bebas lumpur akan masuk ke intake.
33. Canal Head Regulator (Intake)
Berfungsi sebagai :
Mengatur pemasukan air kedalam saluran.
Mengontrol masuknya lumpur kedalam sungai.
Menahan banjir sungai masuk kedalam saluran.
Regulator umumnya terletak di sisi sebelah kanan bendung dan agak menyudut ( antara 90° – 110° dengan sumbu horizontal ).
34. Kantong Lumpur Berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari fraksi pasir halus
( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur kemudian dibersihkan secara
berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.
35. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan utama untuk keperluan :
Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
Pengoperasian pintu
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
pemeliharaan.
Jembatan diatas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar
bagian-bagian itu terbuka untuk umum. 36. 1.5.5 Keadaan Tubuh Bendung
Menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai
Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
Kemiringan dasar sungai ( I ),
Lebar dasar sungai (b),
Debit maksimum (Qd).
37. Menentukan tinggi mercu bending
Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh,
Elevasi kedalaman air di sawah,
Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah,
Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier,
Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder,
Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran,
Kehilangan tekanan di alat – alat ukur,
Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer,
Persediaan tekanan untuk eksploitasi,
Persediaan untuk bangunan lain. 38. Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/ dasar sungai di udik
bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus dipertimbangkan terhadap :
kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan
kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan
tinggi muka air genangan yang akan terjadi
kesempurnaan aliran pada bendung
kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.
tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H =
tinggi energi di atas mercu).
39. Menentukan tinggi air di atas mercu bendung
Tinggi air di atas mercu bendung dipengaruhi oleh:
Lebar Bendung (B)
Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment), termasuk lebar
bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto. Biasanya lebar
bendung (B) 6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
1. kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup 2. batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan : 1. sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full discharge).
2. umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil. 40. Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila desain
panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan
profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.
41. Lebar Efektif Bendung Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan debit.
Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, perlu diketahui mengenai eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar daripada pengairan air di atas mercu
bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air dianggap hanya 80%, maka lebar efektif bendung dapat dihitung dengan rumus:
42. Di mana: Lef = Lebar efektif bendung
B = Lebar seluruh bendung = Jumlah tebal pilar
= Jumlah lebar pintu pembilas
43. Menentukan panjang dan dalam kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi di dalam
aliran. Rumus yang dipakai untuk menentukan dalam kolam olak adalah RUMUS SCHOKLISH yaitu:
44. Dimana: T = Scouring depth d = Diameter terbesar yang hanyut waktu banjir h = Beda tinggi
q = Debit persatuan lebar 45. Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan panjang kolam olak adalah Rumus
Angerholzer yaitu: 46. Dimana: L = Scouring length
Hd = Tinggi air diatas bendung
Vi = Kecepatan pada kolam olak g = gravitasi (9.8 m2/detik)
47. Menentukan Panjang Lantai Muka Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya akan
terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan yang paling kecil yang disebut “Creep Line”, maka untuk memperbesar hambatan, Creep Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical.
Untuk menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori:
48. Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan panjang jalan Creep Line.
49. Dimana: ΔH = Beda tekanan L = Panjang creep line C = creep ratio
50. Teori Lane Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh
air untuk mengalir kea rah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan 3:1, sehingga dapat dianggap :
51. Dimana: H = Tekanan L = Panjang creep line
52. Menentukan Stabilitas Bendung
Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan
oleh gaya – gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
Gaya berat,
Gaya gempa,
Tekanan Lumpur,
Gaya hidrostatis,
Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).
53. Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri, bisa
juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah
masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh ukuran pntu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir
di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya
maksimal 2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.
54. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada saat banjir pintu penguras ditutup. Dan bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras
harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk tinggi air setinggi air banjir.
55. 1.6 Stabilitas Bendung Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat – syarat konstruksi dari bendung, antara lain:
Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir.
Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air
yang meresap di dalam tanah.
Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya.
Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi.
Peluap harus berbentuk sedemikian rupa agar air dapat membawa pasir, kerikil, dan batu –
batuan dan tidak menimbulkan kerusakan pada puncak ambang. 56. 1.7 Tipe Mercu Bendung
Tipe bendung yang terdapat di Indonesia, bentuk profilnya adalah sebagai berikut:
a. Type Mercu Bulat Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi
(44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai – sungai, type ini banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif pada
mercu. Untuk bendung dengan 2 jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan harga koefisien debit.
57. Gambar 1.1. Gambar Mercu Tipe Bulat b. Type Mercu Ogee Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu
bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan
digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan
lantai muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga dapat lebih hemat.
58. Gambar 1.2. Gambar Mercu Tipe Ogee 59. c. Tipe Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa batuan-
batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia. 60. d. Tipe Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan galian atau koperan yang sangat besar.
1. Bangunan Irigasi
1. Bangunan Utama
Adalah semua bangunan yang dibuat sebagai sarana pembagian air irigasi. Macam bangunan utama yaitu :
a Waduk
Yaitu bangunan yang berfungsi mengatur debit aliran sungai serta menyimpan kelebihan air.
b Bendung
Yaitu berfungsi menaikkan air sungai hingga areal yang memerlukan pengairan.
c Mesin pompa
Yaitu bangunan pengganti bendung dimana pada lokasi tersebut tidak mungkin didirikan sebuah bendung.
d Bangunan pengambilan bebas
Yaitu bangunan yang berfungsi mengalihkan air ke tempat yang membutuhkan air tanpa menaikkan muka air.
2. Bangunan pembawa
a. Saluran pembawa
Berfungsi membawa air dari saluran utama ke tempat yang memerlukan air tersebut.
Jenis saluran pembawa :
¨ Saluran primer : membawa air dari bangunan utama sampai bangunan terakhir.
¨ Saluran sekunder : membawa air dari bangunan bagi pada saluran primer sampai bangunan sadap terakhir.
¨ Saluran tersier : mengaliri suatu petak tersier yang menyadap saluran sekunder.
¨ Saluran kuarter : saluran yang airnya langsung digunakan di tanah.
b. Saluran pengendap lumpur
Dibangun di daerah irigasi yang airnya banyak mengandung lumpur. Saluran ini biasanya terletak di daerah hilir bangunan pengambilan, untuk mengendapkan lumpur yang kasar.
c. Gorong-gorong
Bangunan perlintasan yang dilewati saluran, yang melintas di bawah bangunan lain dengan
aliran bebas.
d. Talang
Bangunan yang mengalirkan air dengan dasar tidak pada permukaaan tanah, sifat alirannya
bebas.
3. Bangunan sadap
Terletak pada saluran primer/sekunder yang mengalirkan air ke saluran tersier.
Terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran sekunder dan ke saluran lainnya.
5. Bangunan terjun
Bila muka air rencana cukup tinggi di atas medan bebas, maka air diturunkan dengan sarana bangunan terjun.
6. Alat ukur debit air
Untuk mengukur besar air yang mengalir pada saluran perlu dilengkapi dengan alat ukur debit air.
7. Bangunan penangkap.
Bangunan yang digunakan untuk menangkap air dari sungai atau saluran primer.
2. Sistem Irigasi
Dalam memberikan air pada areal persawahan ada beberapa macam cara tergantung dari jenis tanaman yang akan dialiri. Cara pemberian air tersebut adalah :
a. Sprinkler
Adalah cara membasahi tanaman dengan cara menyemprotkan air ke udara sehingga tanaman
mendapatkan air dari atas seperti hujan. Alat ini ditempatkan pada interval tertentu sesuai kebutuhan.
Adalah cara membasahi tanaman dengan jalan memberikan air pada permukaan tanah sekitar tanaman sesuai dengan kebutuhannya.
c. Penggenangan
Sistem penggenangan hanya cocok untuk beberapa jenis tanaman tertentu terutama padi. Jadi air digenangkan pada petak sawah hingga ketinggian tertentu, tergantung jenis padinya.
3. Peta Petak
Kriteria Peta Petak
3.a. Arti dari Peta Petak
Petak tersier adalah kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat pengambilan. Yang dimaksud dengan peta petak tersier adalah peta yang memperlihatkan lokasi seluruh daerah yang dialiri
dengan memuat batas-batas daerah dan garis-garis kontur secara lengkap.
Pada peta petak tersier ini terlihat suatu peta daerah irigasi yang menggambarkan petak-petak tersier, batas dan luas dari masing-masing petak-petak sekunder/tersier, rangkaian saluran-
saluran pembawa yang berupa saluran-saluran induk/sekunder/tersier dan saluran-saluran pembuang tersier/sekunder, lokasi bangunan pengambilan air dalam sungai, baik yang berupa
bendung maupun yang berupa pengambilan bebas ataupun rumah pompa, serta lokasi bangunan bagi/sadap yang ada di dalam saluran induk/sekunder dan perkiraan letak bangunan
silang seperti gorong-gorong, talang, siphon, jembatan, dll. Dari petak-petak tersier ini pula terlihat jelas gambaran dari sistem pemberian air irigasi.
3.b. Penentuan Peta Petak Tersier
Dalam membuat peta petak tersier harus diperhatikan hal - hal berikut :
a. Setiap bagan peta petak tersier harus sedapat mungkin terlihat jelas yaitu dengan memberikan warna-warna yang berlainan pada batas-batas tertentu, yaitu :
1. Sungai dan saluran pembuangan dengan warna merah.
2. Jalan raya dengan warna coklat.
3. Saluran induk, sekunder dan tersier yang berfungsi sebagai saluran pembawa dengan
warna biru. Garis langsung bagi saluran yang sudah ada. Garis putus-putus bagi saluran yang direncanakan.
4. Tanah yang tinggi yang tidak dapat dialiri dengan warna kuning.
5. Batas kabupaten, kecamatan, desa, dan kampung dengan warna hijau.
6. Jalan kereta api strip hitam-putih.
b. Setiap petak sebaik mungkin ditempatkan langsung di belakang pintu sadap, sehingga
petak ini akan langsung menerima air tanpa ada saluran yang melewati petak lainnya.
c. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari bangunan sadap, yang terletak disaluran induk atau sekunder.
d. Petak direncanakan dengan seluruh petak dapat mudah dialiri yang mana setelah air
tersebut digunakan dapat dengan mudah dialirkan kesaluran pembuangan (drainase).
e. Bentuk setiap petak sedapat mungkin dibuat sama antara lebar dan panjangnya, sehingga didapatkan saluran tersier yang pendek dan akan memudahkan pemeriksaan saluran.
f. Petak tersier sedapat mungkin terlihat bebas dan jarak sawah terjauh dari bangunan sadap jangan lebih dari 3 km, untuk memudahkan kepengurusan atau pembagian air oleh petugas (
ulu-ulu ) dari para petani pemakai air.
g. Luas satu petak sekunder sedapat mungkin antara 50-100 ha dan tidak boleh lebih dari 150 ha.
3.c. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah suatu petak kumpulan dari beberapa tersier yang mendapat air irigasi
dari satu saluran sekunder. Dalam membuat peta petak sekunder harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Batas tiap-tiap petak sebisa mungkin harus jelas, yaitu dengan memberikan warna yang berlainan.
b. Tiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi/sadap yang
terletak disaluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu harus mendapat air irigasi suplai dari saluran lain.
c. Saluran sekunder punggung sedapat mungkin terletak melalui punggungnya, untuk
memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri. Untuk saluran garis tinggi, diletakkan pada daerah yang tertinggi, agar air irigasi bisa mencapai keseluruhan daerah yang
dialiri.
d. Letak petak sekunder tergantung dari keadaan medan.
3.d. Petak primer
Petak primer adalah suatu petak gabungan dari beberapa petak tersier yang mendapat air langsung dari saluran dan beberapa petak sekunder. Dalam petak primer harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a. Batas tiap petak primer harus jelas dan biasanya dibatasi oleh sungai. Apabila pintu sadap pada sungai ada dua, sebelah kanan dan kiri, maka saluran sebelah kanan dinamai saluran induk kanan dan saluran sebelah kiri dinamai saluran induk kiri.
b. Setiap petak primer harus sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung, agar
tidak terlalu panjang membuat saluran induknya.
c. Luas petak primer tergantung keadaan medan.
4. Nomenklatur
Nomenklatur adalah nama petunjuk (index) yang jelas dan singkat dari suatu objek, baik itu
petak, saluran atau bangunan bagi, bangunan silang dan sebagainya, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian, dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf.
b. Huruf ini dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan.
c. Letak objek dan saluran beserta arahnya.
d. Jenis saluran pengangkut dan pembuang.
e. Jenis pembangunan untuk pembagian dan pemberian air, talang, siphon dan lain sebagainya.
f. Jenis petak sekunder atau primer.
5. Cara Pemberian Nama
1. Bangunan utama bendung, rumah pompa, pengambilan bebas diberi nama dengan nama kampung terdekat daerah irigasi atau sungai yang disadap airnya dengan nomer kode 0.
2. Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama kampung terdekat dengan diber index 1,2,3, dan seterusnya yang menyatakan ruas salurannya.
3. Saluran sekunder diberi nama sesuai nama kampung, desa atau kota terdekat.
4. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi index 1,2,3, dan seterusnya.
5. Bangunan silang seperti gorong-gorong, talang, jembatan, siphon dan sebagainya diberi index 1a, 1b, 2a, 2b dan seterusnya.
6. Di dalam kotak tersier diberi kotak sepanjang 4 cm dan lebar 1,5 cm, dalam kotak ini diberi kode dari saluran mana kotak tersebut mendapat air irigasi, arah saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan bagi/sadap melihat arah aliran air. Kotak dibagi dua atas dan bawah,
bagian bawah dibagi dua vertikal, kolom sebelah kiri menunjukan luas petaknya dalam hektar (ha) dan kolom sebelah kanan menunjukkan besar debit yang diperlukan untuk mendimensi
saluran tersier dalam liter/detik ( l/dt ).
Contoh :
S5 Ka
60 ha 121 l/dt
Dimana :
S : nama saluran
5 : nomor bangunan
ka : arah sebelah kanan
121 l/dt : besarnya debit
60 ha : luas areal petak
6. Efisiensi Irigasi.
Besarnya efisiensi irigasi tergantung dari besar kehilangan air selama penyaluran air dari bendung sampai petak sawah. Menurut PSA 010 direkomendasikan sebagai berikut :
a. Daerah irigasi yang luas untuk seluruh jaringan efisiensinya 60%-65%
b. Daerah irigasi yang daerahnya kecil dan pemberian air diatur dengan baik atau irigasi dari waduk yang air buangannya dapat digunakan lagi di jaringan tersebut, besarnya efisiensi dapat ditetapkan sedikit lebih besar namun tidak melebihi 75%.
c. Bila suatu daerah irigasi sudah diadakan penelitian mengenai efisiensi irigasi maka dipakai
angka hasil penelitian tersebut.
7. Perencanaan Dimensi Saluran Irigasi.
1. Data-data yang diperlukan :
a. Jenis saluran : Tersier, sekunder, primer.
b. Luas daerah/petak yang akan dialiri oleh saluran.
c. Angka kebutuhan air untuk setiap jenis saluran tersier, sekunder, maupun primer.
2. Menentukan besarnya debit ( kapasitas ) dengan rumus :
Q = Do x a ( m3/dt )
Dimana :
Q = debit saluran ( m3/det )
Do = luas petak ( ha )
a = kebutuhan air normal untuk padi pada masing-masing saluran ( l/det/ha )
3. Menentukan kecepatan air pada saluran ( v )
a. Pada daerah datar menggunakan v = 0,42 x Q 0,182
b. Pada daerah pegunungan menggunakan v = 0,46 x Q0,186
4. Menghitung penampang basah saluaran dengan rumus :
F = Q/V
Dimana :
Q = Debit saluran ( m3/dt )
V = Kecepatan air pada saluran ( m/dt )
F = luas penampang saluran ( m3 )
5. Menghitung lebar dasar saluran ( b ) dan tinggi muka air dari dasar saluran ( h ) dengan rumus :
F = (b+mh)h
Dimana :
b = lebar dasar saluran ( m ) didapat dengan melihat hubungan Q dengan perbandingan antara b dan h pada tabel standar pintu Romijn Direktorat Irigasi (lampiran tabel 8a)
m = talud dapat dilihat pada lampiran tabel 8a
6. Menentukan b dan h yang baru dengan membulatkan b dan h yang lama sampai dua angka
desimal
7. Menghitung luas penampang basah yang baru dengan rumus :
Fb = ( bb + m x hb ) x hb ( m2 )
8. Menghitung keliling basah dengan rumus :
O = bb + 2hb (1 + m2 ) ½ ( m )
9. Menghitung kecepatan aliran yang baru dengan rumus :
Vb = Q/Fb ( m/dt )
10. Menghitung jari-jari hidrolis saluran dengan rumus :
R = Fb/O ( m )
11. Menghitung kemiringan saluran ( l ) dengan rumus :
I = [ Vb / ( K.R 2/3 ) ]2
Koefisien kekasaran ( K ) untuk :
§ Saluran sekunder dan induk Q > 10 m3/s K = 50
§ Saluran sekunder dan induk 5 < Q < 10 m3/s K = 47,5
§ Saluran sekunder dan induk Q < 5 K = 45
§ Saluran muka tersier K = 42,5
§ Saluran tersier K = 40
§ Saluran dari pasangan batu K = 60
§ Saluran dari beton K = 70
12. Freeboard ( Fr )
Dapat dilihat dari tabel, W tergantung dari debit ( Q )
Tabel 3.1. Hubungan Nilai Q dan Fr
Q ( m3/det ) Fr ( m )
0.0
0.3 – 0.5
0.5 – 1.5
1.5 – 15.0
15 – 25
> 25
0.3
0.4
0.5
0.6
0.75
1.0
13. Lebar tanggul (w)
Tabel 3.2. Lebar Tanggul Saluran
Saluran w ( m )
Tersier dan kuartener
Sekunder
Induk
0.5
1.0
2.0
14. Talud (m)
Tabel 3.3. hubungan Q dan m
Q ( m3/det ) m
0.15 – 0.30
0.30 – 0.50
0.50 – 0.75
0.75 – 1.00
1.00 – 1.50
1.0
1.0
1.0
1.0
1.5
1.50 – 3.00
3.00 – 4.50
4.50 – 5.00
5.00 – 6.00
6.00 – 7.50
7.50 – 9.00
9.00 – 10.00
10.00 – 11.00
11.00 – 15.00
15.00 – 25.00
25.00 – 40.00
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
2.0
2.0
2.0
2.0
Gambar penampang saluran
Fr
h
t
Keterangan :
t = tinggi saluran (m)
Fr = freeboard / tinggi jagaan ( m ), tergantung debit
Langkah yang harus dilakukan dalam perhitungan tinggi muka air adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tinggi muka air saluran tersier di hilir bangunan sadap.
2. Menentukan tinggi muka air saluran sekunder di hilir bangunan sadap.
3. Menentukan tinggi muka air di hulu bangunan sadap berdasarkan perhitungan : - saluran
tersier à Elv hulu = Elvhi lir + DH
- saluran sekunder à Elv hulu = Elv hilir + DH
4. Dipilih muka air yang tertinggi berdasarkan perhitungan di atas
III.9. Perencanaan Pintu Romyn
Pemakaian pintu Romyn atau sorong tergantung pada Q dan lebar dasar saluran. Pintu Romyn sebaiknya digunakan pada Q < 900 l/det ( pintu romyn dengan dua pintu ), sedangkan
untuk Q yang lebih besar menggunakan pintu sorong.
Perhitungan pintu Romyn :
a. Dengan Tabel 3.4. Tipe pintu Romyn
Type H max
Banyaknya air Q lt / det dari pintu pengukuran
lebar ( b )
0,30 0,40 0,50 0,60 0,80 1,00 1,30
R I
R II
R III
R IV
0.30
0.45
0.60
0.90
84
154
238
437
112
206
317
582
140
257
396
728
168
308
475
873
224
411
634
1164
280
614
792
1455
364
668
1033
1892
Contoh perhitungan :
Q = 0,109 m3/det = 109 lt/det
b = lebar dasar saluran = 0,44 m
Dari tabel untuk Q dan b diatas, maka dipakai pintu Romyn
Type : R I - 112
b = 0,40 m
h max = 0,3 m
z = h/3 = 0,1m
b. Dengan Rumus :
Q = 1,71 . b. h 2/3
Keterangan : Q = debit ( m3/det )
h = tinggi pintu ( m )
b = lebar pintu ( m )
z = kehilangan energi ( m )
ilmu teknik sipil – Untuk mengembangkan suatu daerah menjadi daerah irigasi diperlukan data
sebagai berikut :
1. Peta topografi daerah
2. Jumlah air yang dapat dimanfaatkan berdasarkan debit sumber airnya
3. Lokasi sumber air / lokasi pengambilannya
4. Keadaan tanah daerah pengairan untuk memperkirakan banyaknya air yang hilang melalui
rembesan, bocoran serta menentukan bentuk tampang saluran
5. Data hidrologi terutama menyangkut potensi penyediaan air (water avability) dan kesetimbangan
air (water balance).
6. Kebutuhan air pada areal irigasi (water requirement) sesuai jenis tanaman dan pada perencanaan
ini didasarkan kebutuhan air untuk tanaman padi.
7. Keadaan air terutama menyangkut kualitasnya.
8. Data klimatologi
9. Peta lahan tanah
10. Data lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah menjadi
daerah irigasi
Menetukan Lokasi Bendung
Bendungan yang merupakan bangunan penyadap air dibangun dengan memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
1. Tinggi tempat diusahakan agar daerah yang dapat diairi seluas mungkin sehingga lokasi bendung
dipilih yang cukup tinggi
2. Debit air, jika sungai akan dibendung merupakan pertemuan dari dua sungai atau lebih maka
bendung diletakkan di sebelah hilir titik pertemuan dengan demikian akan diperoleh debit yang lebih