Pengaruh Irama Sirkadian dalam Perasaan Lemas dan
LelahAbstrakSaat ini manusia di dunia telah memiliki teknologi
transportasi yang memungkinkan mereka untuk bepergian melintasi
daerah yang memiliki perbedaan waktu signifikan. Hal ini
memungkinkan terjadinya jet-lag, yang berhubungan erat dengan suatu
mekanisme yang disebut irama sirkadian. Pada manusia yang mengalami
siklus normal malam/siang, fungsi vital tubuh berubah dalam periode
24 jam. Ritme ini dikenal sebagai ritme sirkadian dan dipengaruhi
oleh lingkungan. Jam biologis induk yang berfungsi sebagai pemacu
atau pace-maker neural pusat system waktu sirkadian pada mamalia,
termasuk manusia; adalah nukleus suprakiasmatikus (SCN). Kadar
protein-protein jam yang berfluktuasi menyebabkan perubahan siklik
sinyal keluar dari SCN, yang pada gilirannya menyebabkan perubahan
siklik organ-organ efektor sepanjang hari. Selain faktor endogen
(Nukleus suprakiasmatik) yang mempengaruhi irama sirkadian,
terdapat pula faktor dari luar, yaitu faktor eksogen. Faktor
eksogen ini terdiri dari berbagai macam, seperti rotasi bumi,
faktor iluminasi cahaya, musim, faktor suhu, makan, dan isyarat /
petunjuk waktu dan jadwal kegiatan. Kata kunci: jet lag, irama
sirkadian, faktor, mekanisme, nukleus
suprakiasmatikusAbstractNowadays people in the world have had a
transportation technology that allows them to travel through areas
with significant time difference. This allows the jet-lag, which is
closely related to a mechanism called the circadian rhythm. In the
normal cycle of human experience night / day, vital body functions
changed in a period of 24 hours. This rhythm is known as circadian
rhythms and influenced by the environment. Master biological clock
that serves as a pacemaker or pace-maker centers neural circadian
timing system in mammals, including humans; was suprakiasmatikus
nucleus (SCN). Levels of clock proteins that fluctuate causing
cyclic changes in the signal out of the SCN, which in turn leads to
cyclic changes in effector organs throughout the day. In addition
to endogenous factors (suprachiasmatic nucleus) that affect
circadian rhythms, there are also external factors, namely
exogenous factors. Exogenous factors is composed of various kinds,
such as the Earth's rotation, illumination factor, season,
temperature factors, eating, and cues / clues on the timing and
schedule of activities.Keywords: jet lag, circadian rhythm,
factors, mechanisms, nucleus suprakiasmatikusPendahuluanSaat ini
manusia di dunia telah memiliki teknologi transportasi yang
memungkinkan mereka untuk bepergian melintasi daerah yang memiliki
perbedaan waktu signifikan. Hal ini memungkinkan terjadinya
jet-lag, yang berhubungan erat dengan suatu mekanisme yang disebut
irama sirkadian. Irama sirkadian atau yang sering disebut bioritmik
mengatur tubuh manusia untuk mendapat istirahat yang cukup, menjaga
suhu tubuh, serta mengatur sekresi tubuh. Hampir semua organisme,
termasuk hewan dan tumbuhan juga memiliki irama sirkadian, karena
itu penting bagi kita untuk mengetahui mekanisme pengaturan irama
sirkadian serta faktor-faktor yang dapat memengaruhinya.Setiap
manusia pasti memiliki koordinasi irama sirkadian. Sirkadian
merupakan arti dari, sirka yaitu kira-kira dan dian yaitu satu
hari. Jadi dapat kita katakan bahwa sirkadian memiliki arti yaitu
siklus yang berlangsung satu hari atau kira-kira sekitar dua puluh
empat jam atau dapat kita katakan seperti weker yang ada didalam
pikiran kita. Setiap individu atau manusia memiliki irama sirkadian
yang berbeda-beda. Apabila irama sirkadian terganggu atau terjadi
perubahan irama yang diterima atau dirasakan, maka tubuh akan
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan irama yang berbeda tersebut.
Waktu yang dibutuhkan adalah kurang lebih satu minggu. Irama
sirkadian juga mengatur siklus irama tidur jaga seseorang. Jadi
irama sirkadian mengatur sadarnya dan tidur seseorang.
Irama SirkadianPada manusia yang mengalami siklus normal
malam/siang, fungsi vital tubuh berubah dalam periode 24 jam. Ritme
ini dikenal sebagai ritme sirkadian dan dipengaruhi oleh
lingkungan.1 Irama sirkadian adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan pola hidup organisme setiap hari, termasuk manusia.
Irama ultradian menggambarkan bagian waktu di dalam irama
sirkadian.2 Pergiliran energi yang kita alami terikat pada ritme
ultradian yang mengatur kerja penanda-penanda fisiologis
kewaspadaan pada interval antara 90-120 menit.3 Telah terbukti
bahwa tubuh manusia, saat tidak ada cahaya atau sumber pengingat
waktu yang lain (misal penetapan waktu seperti waktu makan dan
menonton televisi) mengadopsi rutinitas tidur bangun yang
menyerupai 24 jam. Rata-rata irama sirkadian untuk manusia adalah
sekitar 25 jam, walaupun rentang irama sirkadian untuk orang yang
berbeda beragam dari 16-48 jam.2 Siklus tidur-bangun merupakan
gambaran paling nyata dari irama 24 jam pada manusia. Variasi
harian yang menonjol terjadi pada fungsi endokrin, termoregulasi,
jantung, paru, ginjal, gastrointestinal, dan kognitif.4Mekanisme
dan fungsiJam biologis induk yang berfungsi sebagai pemacu atau
pace-maker neural pusat system waktu sirkadian pada mamalia,
termasuk manusia; adalah nukleus suprakiasmatikus (SCN) (Gambar 1).
Nukleus ini terdiri dari sekelompok badan sel saraf di hipotalamus
diatas kiasma optik, titik dimana bagian dari serat saraf
masing-masing mata menyilang ke belahan otak yang berlawanan.
Penghancuran bilateral nuklei ini menyebabkan hilangnya ritmisitas
sirkadian endogena yang hanya dapat disimpan dengan transplantasi
struktur yang sama dari donor. Periode dan fase oscillator neural
endogena secara normal disinkronisasi terhadap periode 24 jam
siklus lingkungan terang-gelap. Irama sirkadian mamalia seperti
kereta api oleh siklus terang-gelap diperantarai melalui traktus
retinohipotalamus, suatu jarak monosinaptik yang menghubungkan
retina dengan SCN.4,5 Para ilmuwan telah berhasil mengungkap
mekanisme molekular yang mendasari osilasi sirkadian SCN. Gen-gen
spesifik di dalam neuron SCN yang aktif sendiri memicu serangkaian
proses yang menyebabkan terbentuknya protein jam di sitosol yang
mengelilingi nukleus. Seiring dengan berjalannya hari,
protein-protein jam ini terus menumpuk, akhirnya mencapai jumlah
kritis, saat protein tersebut diangkut ke nukleus. Di sini
protein-protein tersebut menghambat proses genetik yang menyebabkan
produksinya. Kadar protein jam secara perlahan menurun karena
mengalami penguraian di dalam nukleus sehingga pengaruh
inhibitoriknya pada perangkat genetik protein jam berkurang. Karena
tidak lagi dihambat maka gen-gen ini kembali aktif untuk
memproduksi protein jam dan siklus kembali berulang. Masing-masing
siklus berlangsung selama satu hari. Kadar protein-protein jam yang
berfluktuasi menyebabkan perubahan siklik sinyal keluar dari SCN,
yang pada gilirannya menyebabkan perubahan siklik organ-organ
efektor sepanjang hari.5Gambar 1. Nukleus suprakiasmatikus
(SCN)Sumber: healthysleep.med.harvard.edu
Mediator yang paling penting pada petunjuk ini adalah melatonin,
yaitu suatu hormone yang disekresi oleh kelenjar pineal. Melatonin
adalah hormon kegelapan. Melatonin disintesis dari serotonin oleh
dua enzim yaitu N-asetiltransferase (NAT) dan
hidroksi-indol-O-metiltransferase (HIOMT). Lingkungan yang gelap
mengaktivasi sekresi melatonin dan sebaliknya cahaya menghambat
sekresi tersebut. Sinyal cahaya disampaikan ke kelenjar pineal
melalui jalur saraf. Jalur ini berjalan melalui osilator sirkadian
di hipotalamus, menuruni medula spinalis dan melalui ganglion
servikal superior menuju kelenjar pineal. Pelepasan norepinefrin ke
pinealosit yang diinduksi oleh gelap mengaktivasi reseptor
-adrenergik yang berhubungan dengan aktivitas cAMP (cyclic
adenosine monophosphate) dan aktivitas NAT. Aktivasi sinaps
simpatik -adrenergik ini menstimulasi sekresi melatonin. Sekresi
melatonin nocturnal menyebabkan rasa kantuk, penurunan suhu inti
tubuh dan denyut jantung, serta peningkatan pelepasan prolaktin.
Tempat kerja melatonin berada di nukleus suprakiasmatik (SCN) di
hipotalamus. Di tempat ini, melatonin menghambat aktivitas
metabolik.1Salah satu ritme sirkadian yang paling banyak diketahui
adalah siklus terjaga-tidur (sleep-wake cycle), tapi sebetulnya
terdapat ratusan ritme sirkadian lainnya yang mempengaruhi
fisiologis dan kinerja seseorang. Contohnya, suhu tubuh akan
berfluktuasi sebanyak 1 derajat celcius, mencapai puncak,
rata-rata, pada sore hari, dan mencapai titik terendahnya di pagi
hari.6 Terjaga-tidur merupakan ritme siklik, memperlihatkan ritme
sirkadian yang serupa dengan ritme untuk suhu tubuh, pelepasan
hormon (yaitu hormone pertumbuhan, melatonin, dan kortisol),
ekskresi urin, dan bahkan aktivitas enzim hepar. Siklus ini
dimodulasi oleh siklus terang-gelap yang mempengaruhi jam dalam
manusia, yang tampaknya, berjalan dalam siklus 25-jam jika tidak
dipengaruhi oleh petunjuk luar.7 Tidur bagi bayi baru lahir amat
berbeda dengan orang dewasa. Bayi yang berusia di bawah enam bulan
menghabiskan 50 persen waktu tidurnya dalam tahap REM
(rapid-eye-movement) aktif, sedangkan pada orang dewasa hanya 20
persen. Sejak awal tidur, bayi langsung memasuki tahap REM aktif.
Berbeda dengan orang dewasa yang umumnya tidak langsung masuk tahap
REM sampai setelah 90 menit dalam satu siklus tidur. Tahap REM
lebih sering muncul pada siklus tidur bayi dan menghasilkan tidur
yang lebih pendek. Sampai menginjak usia enam bulan, pola REM
tenang (juga dikenal tidur tenang atau indeterminan) pada bayi
masih tidak bisa disamakan dengan empat jenis pola EEG
(electroencephalographic) yang biasa muncul pada pola orang
dewasa.8 Profil usia yang berbeda ada untuk tidur REM. Jumlah tidur
REM turun tajam pada tahun kelahiran pertama dengan berkembangnya
siklus REM-NREM. Pada usia sekolah, tidur terjadi sekitar 10 jam
sehari, 18,5% tidur REM dengan sisa waktu tidur relatif konstan.
Pada usia remaja tidur terjadi sekitar 8,5 jam sehari, dan 20%
tidur REM. Selain itu saat dewasa muda, tidur hanya terjadi sekitar
7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur tahap I, 50% tidur
tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV. Selama akhir hidup
memasuki usia tua, REM menempati persentase waktu tidur total yang
lebih konstan dibandingkan tidur gelombang lambat.4,9 Irama
sirkadian memengaruhi suhu tubuh inti dan perifer. Suhu tubuh
terendah di malam hari, mulai meningkat antara pukul 5 dan 6,
memuncak di sore hari, kemudian menurun. Suhu tertinggi terjadi
pada pukul 16.00-18.00. Ekskresi urin fosfat menunjukkan irama
sirkadian, dengan tingkat terendah pada pagi hari dan tertinggi
pada sore hari.10 Struktur organ yang berperanHipotalamus Gambar 2)
adalah struktur primer di otak yang bertanggungjawab untuk
mempertahankan homeostasis fisiologis. Hipotalamus memiliki jam
biologis yang mengontrol ritme tubuh sehari-hari. Hipotalamus
dianggap sebagai kelenjar endokrin (hormonal) utama di tubuh dan
mengontrol sekresi beberapa hormon penting. Hipotalamus juga
dihubungkan melalui jaringan saraf yang luas ke struktur lain di
sepanjang korteks serebri dan sistem limbik. Hipotalamus adalah
bagian otak yang penting dalam mengendalikan keseimbangan air, suhu
tubuh, pertumbuhan tubuh, dan rasa lapar. Hipotalamus mengatur suhu
tubuh dengan cara memicu timbulnya keringat atau menggigil.
Hipotalamus terlibat dalam memantau dan berespons terhadap perasaan
marah, nafsu, dan takut. Hipotalamus juga mengintegrasikan
respons-respons sistem simpatis dan parasimpatis. Hipotalamus
terletak di batang otak tepatnya di diencephalon, dekat dengan
ventrikel otak ketiga (ventrikulus tertius). Ia terletak di sisi
inferior thalamus, membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding
ventrikel ketiga. Sel ependim yang telah dimodifikasi, tanisit,
memiliki cabang-cabang yang meluas ke dalam hipotalamus dan
berakhir dekat pembuluh darah dan neuron.6,11Gambar 2.
HipotalamusSumber: www.upright-health.com
Formatio retikularis (Gambar 3) terdiri atas jaringan kompleks
badan sel dan serabut saraf yang saling terjalin membentuk inti
sentral batang otak. Neuron ini mencakup jaras ascendens dan
descenden, yang beberapa di antaranya berkumpul membentuk pusat
yang mengontrol reflex menelan, muntah serta reflex pernafasan dan
kardiovaskular. Bagian ini berhubungan ke bawah dengan sel-sel
intermunsial medula spinalis dan meluas ke atas dan ke dalam
diensefalon dan telensefalon. Gambar 3. Formatio reticularisSumber:
medpedia.framar.bg
Fungsi utama sistem retikularis meliputi integrasi berbagai
proses kortikal dan subkortikal yaitu penentuan status kesadaran
dan keadaan bangun, modulasi transmisi informasi sensorik ke
pusat-pusat yang lebih tinggi, modulasi aktivitas motorik,
pengaturan respons otonom, dan pengaturan siklus tidur-bangun.
Fungsi formatio retikularis sangat penting untuk kehidupan. Formasi
retikularis batang otak terletak strategis di bagian tengah jaras
saraf ascendens dan descendens antara otak dan medulla spinalis
sehingga memungkinkan pemantauan lalu lintas saraf dan
berpartisipasi dalam semua transaksi batang otak hemisfer otak.
Berbagai neuron di formasio retikularis mengirim informasi ke area
otak yang lebih tinggi untuk mempertahankan keadaan terjaga dan
siaga. Neuron ini serta proyeksinya adalah bagian dari kelompok
fungsional sel, bukan kelompok anatomis sel, yang disebut sistem
aktivasi reticular (reticular activating system, RAS). RAS
mempertahankan keadaan terjaga, perhatian, dan konsentrasi. Proses
tidur jaga juga berada di bawah kontrol formatio retikularis.
Proses tidur terjadi apabila pusat tertentu di batang otak mengirim
sinyal inhibisi ke neuron di sepanjang RAS. Sinyal inhibisi ini
tampak disebabkan oleh pelepasan neurotransmitter serotonin oleh
sel formatio retikularis. Serotonin menghambat stimulasi RAS, yang
secara temporer mengakhiri perilaku yang disadari. Tidur dan
terjaga biasanya mengikuti pola siklik kecuali pola tersebut
dihambat, diubah, atau diinterupsi.11,12 Neuron yang berasal dari
nuklei raphe media (mengandung serotonin), pada daerah lokus
coeruleus pada medulla oblongata dorsal (mengandung norepinefrin)
menyumbang akson pada sistem desenden medulla oblongata
ventromedial. Nuklei raphe (Gambar 4) mengeluarkan zat yang
menyebabkan tidur ringan, sedangkan locus coeruleus merupakan
sekelompok sel saraf pembentuk zat kimia noradrenalin (sesuku
dengan adrenalin) yang ada di batang otak yang mengirimkan
julurannya ke cortex cerebri dan beberapa bagian otak lainnya.
Locus coeruleus mengendalikan sekresi yang membuat otak tidur
lelap.13Gambar 4. Nuklei rapheSumber: www.flyfishingdevon.co.uk
Gambar 5. Locus coeruleusSumber: www.uccs.edu
Faktor yang mempengaruhiSelain faktor endogen (Nukleus
suprakiasmatik) yang mempengaruhi irama sirkadian, terdapat pula
faktor dari luar, yaitu faktor eksogen. Faktor eksogen ini terdiri
dari berbagai macam, seperti rotasi bumi, faktor iluminasi cahaya,
musim, faktor suhu, makan, dan isyarat / petunjuk waktu dan jadwal
kegiatan. Cahaya terang diyakini sebagai zeitgeber yang paling
penting. Para ilmuwan mempercayai bahwa sinar matahari dapat
menghasilkan intensitas >100.000 lx yang jika dibandingkan
dengan cahaya lampu ruangan, hanya 500 lx atau kurang. Sebuah
pancaran cahaya yang diberikan terhadap organisme dalam kondisi
yang konstan tanpa pengaruh waktu dengan segera mengatur ulang
waktu dengan jumlah yang bergantung pada waktu dimana ia diberikan.
Perintis sirkadian berfungsi sebagai jam karena periode endogennya
disesuaikan terhadap periode eksternal 24 jam melalui pergantian
fase induksi sinar yang mengatur ulang getaran pace-maker. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, informasi sinar mencapai SCN
melalui RHT (jalur monosinaptik dari sel-sel ganglion retina menuju
SCN) dan melalui jalur kedua yang dinamakan GHT. Informasi ini
kemudian ditransmisikan menuju kelenjar pineal untuk meregulasi
sekresi melatonin. Tentu saja, pajanan cahaya terang, suatu saat,
tidak cukup dalam lingkungan yang diluar kendali, dan oleh karena
itu, pengaruh sosial yang berperan melalui irama tidur-jaga dapat
menjadi sangat penting.Pemberian makan atau pola makan pada saat
yang sama setiap hari akan menggerakkan beberapa respon rutin pada
organisme, berupa perubahan dalam level aktivitas dan suhu tubuh.
Temperatur telah dibuktikan mempengaruhi irama sirkadian pada
beberapa spesies dan juga telah dibuktikkan kurang efektif pada
beberapa spesies. Pengaruh tersebut bukanlah pengaruh langsung
terhadap struktur-struktur sirkadian tetapi kemungkinan berupa
pengaruh tidak langsung melalui pengaruh temperatur lingkungan
terhadap keadaan terangsang organisme, paparan cahaya, dan level
aktivitas. Temperatur tubuh aktual ditentukan melalui produksi
panas dan kehilangan panas. Kehilangan panas terjadi melalui kulit,
organ terbesar manusia. Masa laten permulaan tidur berhubungan baik
dengan jumlah hilangnya panas sebelum tidur dan dicirikan oleh
penyebaran panas dari dalam ke perifer tubuh. Level aktivitas telah
ditunjukkan terhadap pergantian fase menstimulasi pada binatang.
Kebanyakan dari percobaan ini dilakukan pada hamster dalam
percobaan lari dalam roda.14
Koordinasi fungsi otakTerdapat suatu anyaman neuron-neuron yang
saling berhubungan yang disebut formatio retikularis, meluas di
seluruh batang otak dan masuk ke dalam thalamus. Jaringan ini
menerima dan mengintegrasikan semua masukan sinaptik sensorik yang
datang. Serat-serat ascendens yang berasal dari formatio
retikularis membawa sinyal ke atas untuk membangunkan dan
mengaktifkan korteks serebri. Serat-serat ini membentuk sistem
pengaktif retikular (reticular activating system, RAS) yang
mengontrol derajat keseluruhan kewaspadaan korteks dan penting
dalam kemampuan untuk mengarahkan perhatian. Sebaliknya serat-serat
descendens dari korteks, terutama daerah motoriknya dapat
mengaktifkan RAS.5 Sistem retikularis juga dianggap berperan dalam
proses habituasi (kebiasaan) yaitu mengurangi respons terhadap
rangsang monoton seperti berdetaknya jam dinding. Rangsang tertentu
yang bermakna untuk individu tertentu dapat terseleksi sedangkan
rangsang lainnya mungkin diabaikan. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa papan nama suatu restoran dapat menarik perhatian kita
ketika kita sedang mengendarai mobil di jalan raya dan sedang
lapar. Hal lain yang sering terjadi adalah ketika seorang ibu dapat
tertidur, walaupun ada suara geledek yang keras, tetapi terbangun
ketika mendengar suara tangisan yang lemah dari bayinya merupakan
suatu proses habituasi dari peran sistem retikularis.12 Banyak
neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Kebanyakan
neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalurkan melalui
akson ke terminal akson. Karena neurotransmitter dilepaskan dari
neuron prasinaps, transmisi sinaptik biasanya terjadi dalam satu
arah: dari neuron prasinaps ke neuron pascasinaps. Neurotransmitter
bekerja dengan cepat untuk memengaruhi neuron pascasinaps. Agar
berespons terhadap neurotransmitter tertentu, sel pascasinaps harus
memiliki reseptor spesifik untuk neurotransmitter tersebut di
membrane selnya. Sering kali, kotransmiter, yang disebut dengan
neuromodulator, adalah tipe zat kimia yang sedikit berbeda
dibandingkan neurotransmitter. Neuromodulator biasanya membutuhkan
waktu lebih lama untuk bekerja dibandingkan neurotransmitter dan
dapat berfungsi untuk meningkatkan atau mengurangi transkripsi DNA
dan sintesis protein. Neuromodulator sering memengaruhi respons sel
pascasinaps terhadap neurotransmitter, dan berkaitan dengan fungsi
jangka panjang seperti belajar, mood, dan perkembangan. Beberapa
neurotransmitter dapat merangsang atau menghambat sel pascasinaps.
Akan tetapi sering kali memilik efek yang sama (eksitasi atau
inhibisi) pada semua sel yang diikatnya. Contoh neurotransmitter
inhibisi adalah GABA, glisin, nitrogen monoksida, dan biasanya
dopamin. Glutamin adalah contoh neurotransmitter eksitasi.11
Mekanisme jet-lagLebih dari 60 juta penduduk mengalami
perjalanan udara transmeridian setiap tahunnya, yang sering
dihubungkan dengan tidur siang berlebihan, insomnia awita tidur dan
bangun tidur sering, terutama pada setengah malam pertama. Sindroma
perubahan zona waktu cepat atau yang lebih dikenal dengan jet lag,
terjadi ketika seseorang melakukan perjalanan transmeridian
melewati berbagai zona waktu. Rasa tidak enak di gastrointestinal
sering terjadi. Sindroma ini transien, tipikal berlangsung 2 sampai
14 hari tergantung pada jumlah zona waktu yang dilalui, arah
perjalanan dan fase dan usia orang yang berpergian yang mengganti
kapasitas. Orang yang berpergian yang menghasbiskan waktu di luar
rumah beradaptasi lebih cepat dibandingkan yang berada dalam ruang
hotel, yang diduga akibat pemajanan cahaya ringan (di luar
ruangan). Karena bumi berotasi pada porosnya setiap 24 jam, bumi
dibagi menjadi 24 jam zona waktu, masing-masing dengan 15 meridian.
Karena itu, seseorang mengalami perubahan dalam siklus terang-gelap
dan ritme beraktivitas-istirahat dengan tujuan untuk menyesuaikan
zona waktu yang baru. Akibat yang menyusul meliputi kesulitan
memulai atau mempertahankan tidur, rasa mengantuk berlebihan
sepanjang hari, berkurangnya kesiagaan dan kinerja kerja sepanjang
hari, rasa tidak enak di gastrointestinal, dan manifestasi
psikosomatik lainnya.4,14
Kesimpulan Sesuai dengan pembahasan diatas, penulis mengambil
kesimpulan bahwa laki-laki dalam skenario 3 mengalami kelelahan
sebagai akibat dari perjalanannya melintasi zona waktu yang hampir
terbalik, sehingga ia mengalami yang disebut dengan jet-lag,
berhubungan dengan faktor-faktor eksogen irama sirkadian, yaitu
terutama iluminasi atau pencahayaan yang terbalik, sehingga
menyebabkan tubuh harus kembali beradaptasi dengan lingkungan yang
baru, sehingga terjadi perasaan lelah dan lemas pada laki-laki
tersebut.
Daftar Pustaka1. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem
reproduksi. Edisi kedua. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC
2005; h.11.2. Brooker C. Ensiklopedia keperawatan. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC 2009; h. 48.3. Loeke J, Schwaltz T.
Terampil mengolah energi.Jakarta: Serambi Ilmu Semesta 2008; h.
87.4. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS,
Kasper DL. Harrison: prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam volume 1.
Ed 13. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC 2003; h. 191-3.5.
Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta:
penerbit buku kedokteran EGC 2011; h.7496. Wade C, Tavris C.
Psikologi. Ed 9.Jakarta: Erlangga 2007; h.152-5.7. Residen Bagian
Psikiatri UCLA. Buku saku psikiatri. Jakarta: penerbit buku
kedokteran EGC 2004; h.343-4.8. Rafiudin R. Insomnia dan gangguan
tidur.Jakarta: Elex Media 2004; h.120-2.9. Asmadi.Teknik prosedural
konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.Jakarta: Salemba Medika
2008; h.135-56.10.Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, Nelson. Ilmu
kesehatan anak nelson.Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC 2003;
h.854.11.Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Ed 3. Jakarta:
penertbit buku kedokteran EGC 2009; h.18212.Muttaqin A. Buku ajar
asuhan keperawatan dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:
Salemba Medika 2008; h.31-2.13.Pasiak T. Unlimited potency of the
brain. Bandung: Mizan Media Utama 2009; h.77.14.Carney. Clinical
sleep disorders. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins 2012; p. 87-8.