ANALISIS RISIKO INVESTASI SEKTOR INFRASTRUKTUR PELABUHAN LAUT KERJASAMA INVESTOR JEPANG DENGAN PT. PELINDO IV PELABUHAN SORONG PAPUA BARAT & PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk. INDONESIA TAHUN 2014 Oleh : Roby Darisandi (328336) Ronny Dwi Kusuma (337633) Faris Izzudin (337830) Habib Faisal (332741) Tri Santo (332789
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
ANALISIS RISIKO INVESTASI SEKTOR INFRASTRUKTUR PELABUHAN LAUT
KERJASAMA INVESTOR JEPANG DENGAN PT. PELINDO IV
PELABUHAN SORONG PAPUA BARAT & PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk.
INDONESIA
TAHUN 2014
Oleh :
Roby Darisandi (328336)
Ronny Dwi Kusuma (337633)
Faris Izzudin (337830)
Habib Faisal (332741)
Tri Santo (332789
1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setelah pertumbuhan pesat dalam utang internasional negara-negara berkembang di Tahun
1970an - dan meningkatnya insiden penjadwalan kembali utang pada awal Tahun 1980, risiko negara
yang mencerminkan kemampuan dan kemauan suatu negara untuk layanan keuangannya telah
menjadi topik yang menjadi perhatian utama bagi dunia internasional (Cosset and Roy, 1991).
Seperti juga peristiwa menggemparkan yang terjadi pada tanggal 11 September 2001, risiko
yang terkait dalam hubungan internasional telah meningkat secara substansial, dan menjadi lebih sulit
untuk dianalisis dan diprediksi bagi para pengambil keputusan di bidang ekonomi, keuangan dan
politik. Investor internasional juga menyadari bahwa globalisasi perdagangan dunia dan keterbukaan
pasar modal menimbulkan risiko yang dapat menyebabkan krisis finansial dengan contagion effect
yang cepat, sehingga mengancam stabilitas sektor finansial internasional (Hoti, 2002).
Oleh karena itu pentingnya risiko negara ditegaskan oleh keberadaan beberapa instansi besar
negara rating risiko, yaitu Economist Intelligence Unit, Euromoney, Institutional Investor,
International Country Risk Guide, Moody's, Political Unit, dan lain-lain.
Berikut Peta Country Risk Dunia Tahun 2014
Dari peta di atas bahwa negara yang berwarna merah adalah risiko tertinggi,
kemudian warna kuning merupakan risiko menengah dan warna hijau adalah risiko terendah.
2
Negara Indonesia berada pada posisi risiko menengah artinya saat ini masih ada potensi
risiko yang terjadi di Indonesia. Tingginya indeks risiko negara Indonesia mempunyai dampak
terhadap lemahnya perekonomian negara Indonesia yang ditunjukkan oleh turunnya investasi di
Indonesia. Dengan demikian perlu dilakukan upayaa menciptakan stabilitas sosial-politik ekonomi
keuangan dan penciptaan rasa aman dalam berinvestasi agar risiko negara relatif tidak membahayakan
kegiatan perekonomian secara keseluruhan sehingga dapat memulihkan kepercayaan bagi investor
baik investor asing maupun domestik. Secara umum, sebuah negara kreditur menghadapi risiko utang
negara yang lebih besar ketika memberikan pinjaman kepada negara lain, dibandingkan ketika
melakukan investasi dalam negeri.
Dalam publikasinya paling baru; IMD-World Competitiveness Year Book, memang
menunjukkan adanya kenaikan ranking daya saing Indonesia; dari ranking 49 menjadi 47, namun di
antara negara ASEAN masih di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand dalam risiko terendah.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Resiko Negara
Risiko dapat di definisikan sebagai bahaya yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang
sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang . Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa (Soekarto). Menurut Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S. Suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut risiko.
Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian).
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu.
Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif. Risk is uncertainty (Risiko
adalah ketidakpastian).Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap
individu yang bersangkutan.
Risiko negara adalah risiko yang timbul karena perubahan ekonomi atau politik suatu negara
yang berdampak pada negara lain yang akan berhubungan dengan negara tersebut; misalnya,
kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan pembayaran pinjaman
kepada bank kreditur di negara lain (Bank Indonesia).
Risiko negara (Country risk) merupakan potensi risiko sistematis yang dimiliki suatu negara
di mana investasi dilakukan.
3
2. Penilaian Resiko Negara
Fungsi utama dari penilaian risiko negara adalah untuk mengantisipasi kemungkinan
penolakan utang, default atau penundaan dalam pembayaran oleh sovereign borrowers (Burton and
Inoue, 1985). Penilaian risiko negara mengevaluasi ekonomi, keuangan, dan politik faktor, dan
interaksi mereka dalam menentukan risiko terkait dengan negara tertentu. Persepsi faktor-faktor
penentu risiko negara penting karena mereka mempengaruhi pasokan dan biaya arus modal
internasional (Brewer and Rivoli, 1990).
Sejak krisis utang dunia ketiga pada awal tahun 1980, lembaga komersial seperti Moody's,
Standard and Poor's, Euromoney, Institutional Investor, Economist Moody, Standard dan Poor,
Euromoney, Institutional Investor, Ekonomic Intelligence Unit, International Country Risk Guide, and
Political Risk Services, menyusun indeks atau peringkat sebagai ukuran risiko negara. Dalam hal ini,
ICRG telah melakukan pemeringkatan risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik dan
composite risk untuk 90 negara dengan basis bulanan. Sejak Maret 2002, telah tersedia peringkat
negara sebanyak 140 negara. Sistem pemeringkatan ICRG terdiri dari 22 variabel yang mewakili
komponen utama countryrisk, yaitu risiko ekonomi, risiko finansial dan risiko politik.
Dalam menetapkan tingkat risiko negara, ICRG memperhitungkan tiga jenis risiko: risiko
keuangan (financial risk) dengan bobot 25 persen, risiko ekonomi (economic risk) (25 persen) dan
risiko politik (political risk) (50 persen). Pembobotan itu menggambarkan bahwa komponen risiko
politik mendominasi dibandingkan dengan risiko finansial dan ekonomi. Karena itu, apabila
destabilitas politik meningkat, maka country risk pun akan meningkat secara signifikan.
Faktor ini; khususnya unsur political risk, jelas tidak bisa diabaikan. Risiko politik ini telah
menjadi variabel fundamental non- ekonomi yang berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia
(Insukindro:Asian Crisis: a Global Perspective, 1998).
Mengikuti konsep penilaian yang digunakan oleh International Country Risk Guide (ICRG),
dalam menelaah pengaruh risiko politik tersebut, ada indikator-indikator penting yang menjadi kunci
tergoncangnya stabilitas politik. Beberapa indikator tersebut menjadi stabilitas pemerintahan, konflik
internal, profil investasi termasuk pada kelompok indikator yang mempunyai bobot paling tinggi.
Kemudian, korupsi, konflik agama, hukum dan peraturan, serta peran militer, termasuk pada
kelompok kedua.
Risiko politik secara umum dilihat sebagai risiko non-bisnis yang diperkenalkan oleh
kekuatan politik. Bank dan perusahaan multinasional lainnya telah mengidentifikasi risiko politik
sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi profitabilitas usaha internasional mereka
(Shanmugam, 1990).
Risiko politik muncul dari peristiwa seperti perang, konflik internal dan eksternal, sengketa
teritorial, revolusi yang menyebabkan perubahan pemerintahan, serangan teroris di seluruh dunia,
4
faktor sosial termasuk kerusuhan sipil karena perbedaan ideologis, distribusi pendapatan yang tidak
merata dan bentrokan agama.
Shanmugam (1990) memperkenalkan alasan eksternal sebagai aspek politik lebih lanjut dari
risiko negara. Misalnya, jika negara calon peminjam utang terletak di samping sebuah negara yang
sedang berperang, tingkat risiko negara calon peminjam akan lebih tinggi daripada jika tetangganya
yang damai. Meskipun negara peminjam tersebut mungkin tidak secara langsung terlibat dalam
konflik, tetapi dimungkinkan ada sebuah efek yang akan mempengaruhinya.
Dalam istilah praktis, risiko politik berkaitan terhadap kemungkinan bahwa pemerintah dapat
mengenakan valuta asing dan modal kontrol, pajak tambahan, dan pembekuan aset atau pengambil
alihan.
Keterlambatan dalam transfer dana dapat memiliki konsekuensi serius bagi hasil investasi,
impor pembayaran dan penerimaan ekspor, yang semuanya dapat menyebabkan penghapusan
investasi. (Juttner, 1995)
Secara empiris banyak studi menunjukkan stabilitas politik merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sebagaimana ditunjukkan oleh Alesina dan
Peroti (The Political Economy of Growth: A Critical Survey of Recent Literature, The World Bank
Economic Review 1994 No 3). Ketidakstabilan politik berkorelasi positif dengan tingkat inflasi dan
berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Risiko politik dihitung berdasarkan 12
variabel, yaitu stabilitas pemerintahan, kondisi sosial-ekonomi, profil investasi, konflik internal,
konflik eksternal, korupsi, politik militer, politik agama, penegakan hukum, konflik etnis,
akuntabilitas demokrasi dan kualitas birokrasi.
Selain itu, Risiko ekonomi dan keuangan juga komponen utama dari risiko negara. Termasuk
faktor-faktor seperti kemerosotan dalam produksi, peningkatan yang cepat dalam biaya produksi, dana
asing tidak produktif diinvestasikan, dan kebijaksanaan pinjaman oleh bank asing (Nagy, 1988).
Perubahan ekonomi dan pengelolaan keuangan negara juga merupakan faktor penting yang dapat
mengganggu aliran bebas modal atau sewenang-wenang dapat mengubah pilihan untuk investasi.
Investor asing langsung juga prihatin terhadap gangguan untuk produksi, kerusakan pada instalasi,
dan ancaman terhadap personil (Juttner, 1995).
Risiko keuangan memperlihatkan kemampuan suatu negara dalam mengelola keuangan
pemerintah, dan kemampuan dalam membayar kewajiban-kewajiban utang perdagangan. Risiko
finansial dihitung berdasarkan 5 variabel, yaitu persentase utang luar negeri terhadap PDB,
debtservice ratio, persentase current account terhadap ekspor, import cover, dan stabilitas nilai tukar
(persentase perubahan nilai tukar).
Sedangkan risiko ekonomi memperlihatkan penilaian terhadap kekuatan dan kelemahan
ekonomi suatu negara. Risiko ekonomi dikalkulasi berdasarkan lima variabel, yaitu PDB per kapita,
pertumbuhan PDB riil per tahun, laju inflasi per tahun, persentase budget balance terhadap PDB dan
5
persentase current account terhadap PDB. (http://dhillovers.blogspot.com/2013/04/risiko-negara-
country-risk-indonesia.html)
Risiko Negara adalah country risk yaitu risiko yang timbul karena perubahan ekonomi atau
politik suatu negara yang berdampak pada negara lain yang akan berhubungan dengan negara
tersebut; misalnya, kekurangan cadangan devisa suatu negara akan menyebabkan keterlambatan
pembayaranpinjaman kepada bank kreditur di negara lain. (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
3. Risiko Berinvestasi di Indonesia
Investasi selalu mencakup faktor risiko. Pada umumnya boleh dikatakan bahwa
semakin tinggi risiko, semakin tinggi juga potensi laba. Selama beberapa tahun terakhir
Indonesia telah menunjukkan bahwa investasi tertentu sangat menguntungkan (misalnya di
pasar saham, bidang properti dan komoditas), namun berinvestasi di Indonesia juga
menyiratkan lebih banyak risiko dibandingkan berinvestasi di negara-negara yang maju
karena Indonesia mempunyai dinamika dan karakteristik tertentu yang dapat menggagalkan
investasi dan mengganggu iklim investasi.
Demonstrasi, yang merupakan salah satu ciri khas masyarakat demokratis,
berlangsung setiap hari di Indonesia meskipun biasanya hanya skala kecil. Hal-hal yang
diprotes berkisar dari isu-isu politik (misalnya kinerja pemerintah yang dianggap lemah) dan
masalah ekonomi (misalnya upah rendah) ke isu sosial (misalnya hal-hal agama).
Demonstrasi-demonstrasi ini dapat diarahkan -secara vertikal- kepada pemerintah atau -
secara horizontal- ke kelompok-kelompok lain di masyarakat Indonesia. Titik penting di sini
adalah bahwa demonstrasi-demonstrasi ini menunjukkan bahwa sebagian masyarakat
Indonesia tidak puas dengan keadaan negara saat ini. Sejarah modern Indonesia telah
menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus ekstrem (penggulingan Soeharto tahun 1998),
tekanan masyarakat mampu menumbangkan kekuasaan politik dan mengimplikasikan
dampak buruk terhadap ekonomi nasional. Meskipun tampaknya tidak mungkin bahwa
peristiwa ekstrem seperti itu muncul kembali karena konteks politik sekarang berbeda.
Namun harus disadari bahwa ada potensi frustrasi yang direpresi di sebagian masyarakat
Indonesia yang harus diwaspadai.
Persiapan yang mantap serta informasi yang menyeluruh dan terpercaya merupakan
kunci berinvestasi di negara manapun. Di bawah ini, Indonesia Investments menyajikan
sebuah daftar dengan potensi risiko yang dapat timbul dan mengganggu iklim investasi di
Indonesia. Perlu diketahui bahwa kami berusaha melengkapi daftar masalah ini. Jika Anda