Top Banner
1 INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP PORNOAKSI DI KALANGAN REMAJA PUTRI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan pornoaksi dikalangan remaja. Untuk memperooleh data yang digunakan dalam penelitian ini subjek penelitian yang diteliti adalah para siswi SMA Muhammadiyah 2 Pemalang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di kalagan remaja putri”. Semakin tinggi religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin rendah, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin tinggi. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang terdiri dari skala religiusitas dan skala pornoaksi. Teori yang digunakan dalam penyusunan skala religusitas adalah teori Glock and Stark (Linddzey & Aroson, 1975) yang diadaptasi dari penelitian Turmudhi (Tristanti, 2006) dan teori yang digunakan dalam penyusunan skala sikap terhadap pornoaksi adalah teori dari Mann (Walgito, 1990). Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi. Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dengan perilaku pornoaksi remaja adalah sebesar -0,205 dengan tingkat signifikansi (p) 0,041 (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada remaja, dimana semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin tinggi. Kata kunci : Religiusitas, Sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja putri.
30

INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

Feb 05, 2018

Download

Documents

trinhngoc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

1

INTISARI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP

PORNOAKSI

DI KALANGAN REMAJA PUTRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan religiusitas dengan pornoaksi dikalangan remaja. Untuk memperooleh data yang digunakan dalam penelitian ini subjek penelitian yang diteliti adalah para siswi SMA Muhammadiyah 2 Pemalang. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di kalagan remaja putri”. Semakin tinggi religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin rendah, sebaliknya semakin rendah religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin tinggi. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang terdiri dari skala religiusitas dan skala pornoaksi. Teori yang digunakan dalam penyusunan skala religusitas adalah teori Glock and Stark (Linddzey & Aroson, 1975) yang diadaptasi dari penelitian Turmudhi (Tristanti, 2006) dan teori yang digunakan dalam penyusunan skala sikap terhadap pornoaksi adalah teori dari Mann (Walgito, 1990). Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis korelasi.

Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dengan perilaku pornoaksi remaja adalah sebesar -0,205 dengan tingkat signifikansi (p) 0,041 (p < 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada remaja, dimana semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja dan sebaliknya semakin rendah religiusitas maka sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja semakin tinggi. Kata kunci : Religiusitas, Sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja putri.

Page 2: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

2

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PORNOAKSI

DI KALANGAN REMAJA

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Hidup bermasyarakat memerlukan nilai-nilai yang bisa

mengantarkan masyarakat menuju kehidupan yang lebih maju seiring dengan

perkembangan zaman tetapi tetap tidak melanggar ketentuan nilai serta ajaran

agama yang sudah ditetapkan. Ajaran agama mempunyai peranan penting dalam

kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman untuk

melakukan segala aktivitas kehidupan. Agama menjadi pedoman dalam usaha,

dalam bersikap, dalam menghadapi masalah, dan juga dalam pergaulan remaja.

Belakangan ini banyak remaja yang terseret pada tindakan yang salah yang

berupa pornoaksi. Pornoaksi adalah segala "action", perilaku, sikap, ucapan,

gerakan-gerakan erotis yang dapat merangsang atau menimbulkan nafsu seksual

(www.waspadaonline). Contoh pornoaksi yang terjadi di dalam masyarakat adalah

mengenakan pakaian yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya ditutup,

tarian/goyangan yang terlalu vulgar, serta sinetron yang menampilkan artis

dengan pakaian yang serba terbuka.

Ahyadi (1995) mengatakan bahwa agama keimanan yang mengharuskan

tindakan dalam tiap-tiap aspeknya, tindakan di dunia ini dan tindakan dalam

menghadapi dunia. Pengalaman ke-Tuhanan merupakan energi pendorong tingkah

laku keagamaan, keimanan merupakan pengarahan dan penuntun tingkah laku

segangkan peribadatan merupakan relialisasi dan pelaksanaan agama.

Page 3: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

3

Remaja membutuhkan keimanan yang kuat untuk menghadapi pornoaksi

yang semakin marak di kalangan remaja. Pendapat ini diperkuat oleh Daradjat

(1978) yang menyatakan bahwa keyakinan beragama menjadi bagian integral dari

kepribadian seseorang. Keyakinan ini akan mengawasi segala tindakan, perkataan,

bahkan perasaannya. Pada saat remaja menghadapi godaan yang mengarah pada

pornoaksi, maka keimanannya akan menjadi benteng yang utama dalam

menentukan perilakunya.

Adanya agama sebagai kontrol dalam menentukan apakah suatu tindakan

dianggap benar atau salah, maka agama dapat dijadikan tameng untuk mencegah

semakin maraknya sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja. Berdasarkan

uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara

Religiusitas dengan Sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja. Khususnya

pada remaja Putri.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan

antara tingkat religiusitas dengan pornoaksi di kalangan remaja putri.

Tinjauan Pustaka

Pornoaksi di Kalangan Remaja

Pengertian Pornoaksi

Menurut RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP) pornoaksi adalah

sikap, perilaku, perbuatan, gerakan tubuh, suara yang erotis dan sensual, baik

dilakukan antara manusia dengan hewan, atau antara hewan yang sengaja

dipertunjukkan oleh seorang atau lebih yang bertujuan untuk membangkitkan

Page 4: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

4

nafsu birahi orang, baik perbuatan yang dilakukan secara heteroseksual,

homoseksual, lesbian, oral-sex, fellatio cunnilingus, onani, masturbasi, anal

intercourse (sodomi), baik dilakukan oleh orang sejenis kelamin maupun

berlawanan jenis kelamin, yang ditujukan atau mengakibatkan orang yang

melihatnya dan atau mendengarnya dan atau menyentuhnya timbul rasa yang

menjijikkan dan atau memuakkan dan atau memalukan, yang bertentangan dengan

agama dan atau adat-istiadat setempat. (www. Swaramuslim.com 01/10/05)

Menurut Pasal 3 ayat (3) RUU Pornoaksi (Djubaedah, 2003) ruang

lingkup pornoaksi adalah semua sikap, perilaku, perbuatan, atau gerak tubuh yang

dengan sengaja atau bangkitnya nafsu birahi sedangkan pada orang yang lainnya

menimbulkan rasa yang menjijikkan dan atau memuakkan dan atau memalukan

bagi orang yang melihatnya dan atau menyentuhnya, baik orang yang menyukai

hubungan sejenis atau berlawanan jenis, atau suara atau desahan yang

membangkitkan nafsu birahi, sedangkan bagi orang yang lainnya menimbulkan

rasa yang menjijikkan dan atau memuakkan dan atau memalukan bagi orang yang

mendengarnya, baik dilakukan di tempat tersembunyi yang dilakukan oleh pelaku

pornoaksi di hadapan penonton tunggal yang di antara mereka tidak terikat

perkawinan yang sah, atau dilakukan di tempat umum, atau di tempat yang dapat

dilihat oleh umum, atau di tempat yang dianggap tempat umum, kecuali perbuatan

tersebut dilakukan oleh suami isteri yang sah menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku, dan dilakukan di tempat

Unsur-unsur Pornoaksi

Djubaedah (2003) membagi unsur pornoaksi menjadi lima, yaitu:

Page 5: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

5

a. Sikap, baik yang berupa tataran kognitif serta afektif, dengan kognitif

dimaksud adalah melakukan sikap yang membuat pikiran orang yang

melihatnya menjadi ke arah seksual, sedangkan afektif yang dimaksud adalah

melakukan tindakan tertentu yang membuat orang yang melihatnya menjadi

terangsang secara seksual.

b. Gerakan tubuh yang sensual. Gerakan tubuh yang sensual ini dapat dilakukan

dengan tarian maupun gerakan-gerakan yang menunjukkan kesensualan

seseorang.

c. Suara yang erotis dan sensual. Suara yang erotis dan sensual adalah suara yang

dikeluarkan oleh seseorang untuk membuat orang yang mendengarnya

menjadi terangsang, baik secara langsung maupun melalui telepon.

d. Memperlihatkan secara terang-terangan/tersamar pada publik alat vital dan

atau bagian tubuh yang menunjukkan sensualitas. Perbuatan menunjukkan alat

vital ini baik dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.

e. Melakukan hubungan seksual dan dipertontonkan kepada orang lain.

Hubungan seksual yang dimaksud dalam hal ini adalah hubungan seksual

yang sengaja dilakukan di depan orang lain.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa suatu perbuatan dikatakan

sebagai perbuatan pornoaksi apabila memiliki salah satu atau lebih dari satu

unsur-unsur pornoaksi yang telah diuraikan di atas. Dalam penelitian ini ada 2

unsur yang tidak dipergunakan yaitu unsur ketiga (suara yang erotis dan

sensual) dan unsur kelima (melakukan hubungan seksual dan dipertontonkan

kepada orang lain). Unsur ketiga dan Unsur kelima tidak dipergunakan karena

jika hal tersebut dilakukan, maka sudah menunjukkan tanda-tanda seseorang

Page 6: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

6

yang abnormal, menurut Guilford (Jalaluddin, 1998) seseorang itu bisa saja

mengidap gangguan triolisme yaitu pemuasan nafsu seksual dengan cara

saling mempertontonkan lakon seks. Serta gangguan exhibiotionisme yaitu

pemuasan nafsu seksual dengan cara menunjukkan alat kelamin.

Penelitian ini hanya meneliti tentang sikap karena akan lebih mudah

untuk diteliti karena jelas memiliki beberapa aspek yang mempengaruhi

pornoaksi pada seseorang. Menurut Mann (Walgito, 1990) ada 3 aspek yaitu

aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif.

1. Aspek Kognitif (pengetahuan)

kognitif merupakan unsur pokok dalam mengadakan penalaran

yang diawali dengan adanya pengetahuan tentang baik dan buruk.adanya

pengetahuan itu adalah hasil dari perkembangan struktur kognisi.

Komponen kognisi ini berisi kepercayaan seseorang dan pengalaman

pribadi. Melalui pengetahuannya seseorang akan menentukan sikap untuk

menerima atau menolak pornoaksi.

2. Aspek Afektif (perasaan)

Afektif menyangkut masalah emosional seseorang terhadap suatu

objek. Perasaan seseorang terhadap suatu objek akan mempengaruhi

pandangannya terhadap objek tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut

maka apabila seseorang senang dengan pornoaksi maka ia akan cenderung

menerima pornoaksi, sebaliknya jika seseorang tidak senang dengan

pornoaksi maka ia akan menolak pornoaksi.

3. Aspek Konatif (Perilaku)

Page 7: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

7

Pelilaku seseorang akan sangat ditentukan oleh asumsi dasar

bahwa pornoaksi adalah hal yang wajar, maka ia akan ikut berperilaku

pornoaksi. Sebaliknya orang yang mempunyai asumsi dasar bahwa

pornoaksi merupakan hal yang tidak wajar maka tidak akan mempunyai

perilaku pornoaksi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penerimaan seseorang

terhadap pornoaksi sangat tergantung pada aspek kognitif, afektif, dan

konatifnya. Dengan kata lain bagaimana tingkat pengetahuan seseorang

tentang nilai baik dan buruk, bagaimana perasaan seseorang terhadap

pornoaksi dan bagaimana penerimaannya terhadap perilaku pornoaksi

akan sangat menentukan pandangannya mengenai pornoaksi.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pornoaksi Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi pornoaksi oleh remaja antara lain:

a. Faktor nilai-nilai agama

Ajaran agama juga dapat memberantas, menanggulangi, mencegah, dan

membendung pornoaksi, sepanjang kehidupan anggota masyarakat sesuai

dengan ajaran agama yang dianutnya, khususnya ajaran agama Islam

(Djubaedah, 2003).

b. Faktor hukum

Hukum pidana di Indonesia melarang hal-hal yang bersifat pornografi dan

pornoaksi melalui pasal-pasal yang berkaitan dengan kesusilaan. Di lain pihak,

pornoaksi juga dilarang oleh hukum Islam (Djubaedah, 2003).

c. Faktor kesusilaan

Page 8: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

8

Menurut Abdurrahman al-Maliki (Djubaedah, 2003) aspek kesusilaan diukur

dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

d. Faktor tokoh idola remaja

Sebagai individu yang telah memasuki perkembangan kognitif masa operasi

formal, maka remaja umumnya mengidentifikasikan diri pada seorang tokoh

yang dianggap idola, sehingga mereka berupaya menyerupai tokoh idolanya.

Termasuk pornoaksi yang dilakukan idolanya.

Religiusitas

Pengertian Religiusitas

Pengertian religiusitas adalah sikap keagamaan yaitu suatu keadaan yang

ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai

dengan kadar ketaatannya terhadap agama (Jalaluddin, 1998).

Menurut Shihab (1993) agama adalah hubungan antara makhluk dan

khalik (Tuhan) yang berwujud dalam sikap batin serta dalam ibadah yang

dilakukannya dan dalam sikap kesehariannya

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah

suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan lingkungan sosialnya

serta alam sekitar agar sesuai dengan norma kebenaran dan tata cara peribadatan.

Manusia dikatakan religius jika mematuhi norma kebenaran yang telah ditentukan

dan sesuai dengan kaidah agama. Semakin tinggi religiusitas seseorang, maka

akan timbul kecenderungan untuk menolak hal-hal yang ditentang oleh agama.

Page 9: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

9

Dimensi-dimensi Religiusitas

Religiusitas menurut Glock & Stark (Lindzey & Aroson, 1975)

mempunyai 5 dimensi, yaitu:

a. Dimensi Ideologi (The Idiological Dimension)

Adalah sampai sejauh mana seseorang yakin bahwa ajaran agamanya adalah

suatu kebenaran, misalnya percaya bahwa adanya tuhan, malaikat, surga dan

sebagainya.

b. Dimensi Ritualistik (The Ritualistic Dimension)

Adalah sampai sejauh mana seseorang mentaati ketentuan-ketentuan

peribadatan yang diwajibkan agamanya. Misalnya shalat, zakat, puasa.

c. Dimensi Perasaan (The Feeling Dimension)

Yaitu menggambarkan bentuk-bentuk perasaan tertentu yang dirasakan oleh

individu dalam kehidupan religiusnya, misalnya merasa takut berbuat dosa,

merasa dilindungi tuhan, merasa delat dengan tuhannya.

yang pernah dialami dan dirasakan.

d. Dimensi Intelektual (The Intelectual Dimension)

Yaitu seberapa jauh seseorang mengetahui ajaran-ajaran agamanya,

seberapa jauh aktivitas individu untuk menambah pengetahuan agamanya.

e. Dimensi Konsekuensial (The Consequential Dimension)

Yaitu sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran

agamanya.misalnya menjalankan puasa untuk menahan diri

Dari kelima aspek religiusitas di atas, semakin tinggi penghayatan dan

pelaksanaan seseorang terhadap kelima aspek tersebut, maka semakin tinggi

tingkat religiusitasnya. Tingkat religiusitas seseorang akan tercermin dari

Page 10: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

10

sikap dan perilakunya sehari-hari yang mengarah kepada perilaku yang sesuai

dengan tuntunan agama.

Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan dimensi intelektual

karena hasil penelitian Turmudhi (Tristanti, 2006) menyebutkan bahwa tingkat

pengetahuan subyek tidak memberikan pengaruh yang besar dalam menentukan

perilaku subyek.

Hubungan Religiusitas dengan Pornoaksi

Masalah pornoaksi di kalangan remaja semakin memprihatinkan,

pornoaksi bisa menyerang siapa saja tak terkecuali remaja.Sikap remaja terhdap

pornoaksi beraneka ragam ada yang menerima dan ada yang menolak. Ada

sebagian yang merasa sudah tidak asing lagi dan tidak menganggap tabu atau

malu lagi bila mereka melihat dan mendengar hal-hal yang berbau pornoaksi. Ada

pula yang merasa tidak berdosa jika ia melihat, mendengar, menyentuh,

mempertontonkan ataupun melakukan pornoaksi. Agama dapat dijadikan salah

satu faktor utama yang dapat memberantas, mencegah, menanggulangi pornografi

maupun pornoaksi (Djubaedah, 2003)

Daradjat (1990) menyatakan bahwa unsur terpenting yang membantu

pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia adalah iman yang direalisasikan

dalam bentuk ajaran agama. Agama mengajarkan kepada pemeluknya tidak hanya

hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah menurut agama tersebut, tetapi

juga mengajarkan mengenai hal-hal kemasyarakatan, perekonomian, hukum

perzinaan,dan aspek-aspek kehidupan lainnya, termasuk adab dalam bergaul dan

berpakaian. Agama memberikan pula ketentuan-ketentuan mengenai hal-hal yang

Page 11: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

11

boleh dilakukan dan yang dilarang dilakukan beserta konsekuensi yang menyertai

setiap perbuatan tersebut.

Remaja merasa sangat nyaman dengan pakaian yang merupakan

perwujudan dari pornoaksi. Namun di lain pihak sering juga terlihat remaja yang

menutup auratnya dengan baik, yang dilakukannya dengan menggunakan jilbab

dan pakaian yang tidak menonjolkan bentuk tubuhnya. Hal ini dilakukannya

sesuai dengan tuntunan agama yang menyebutkan bahwa manusia, khususnya

kaum wanita sangat penting menjaga auratnya, karena wanita lebih banyak

mempunyai kemungkinan dan kesempatan untuk mempertontonkan tubuhnya.

Padahal dengan mempertontonkan tubuh tersebut, itu sama artinya dengan

mengundang laki-laki untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh, misalnya

memperkosa wanita yang melakukan pornoaksi tersebut.

Dari uraian di atas jelas terlihat bahwa religiusitas memegang peran yang

kuat dalam mengurangi sikap pornoaksi di kalangan remaja putri.

Hipotesis

Berdasarkan uraian yang diberikan di atas, dapat diberikan hipotesis dalam

penelitian ini: Ada hubungan negatif antara religiusitas dengan sikap terhadap

pornoaksi di kalangan remaja putri, dimana semakin tinggi religiusitas maka

semakin rendah sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja putri.

Metodologi Penelitian

Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diukur dan digunakan

sebagai bahan analisis dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

Variabel dependen : Sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja putri

Page 12: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

12

Variabel independen : Religiusitas

Definisi Operasional

1. Sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja

Pornoaksi yaitu sikap, perilaku, perbuatan, gerakan tubuh, suara yang

erotis dan sensual, dan hubungan seksual yang dilakukan di tempat

umum/yang dianggap tempat umum, oleh orang yang tidak terikat hubungan

suami isteri yang sah, dilakukan di depan umum baik yang ditonton oleh

penonton tunggal atau bersama-sama, yang ditujukan atau mengakibatkan

orang yang melihatnya dan atau mendengarnya dan atau menyentuhnya timbul

rasa yang menjijikkan dan atau memuakkan dan atau memalukan, yang

bertentangan dengan agama dan atau adat-istiadat setempat. (www.

Swaramuslim.com 01/10/05).

Tinggi rendahnya sikap pornoaksi ditunjukan oleh skor total yang

diperoleh individu dari skala sikap pornoaksi. Semakin tinggi skor total yang

diperoleh semakin tinggi sikap pornoaksi individu, semakin rendah skor yang

diperoleh semakin rendah sikap pornoaksi individu.

Adapun unsur-unsur yang berkaitan dengan pornoaksi adalah unsur

sikap, gerakan tubuh, suara yang erotis, memperlihatkan secara terang-

terangan/tersamar pada publik alat vital dan atau bagian tubuh yang

menunjukkan sensualitas, serta melakukan hubungan seks. sedangkan yang di

dipergunakan adalah skala sikap antara lain aspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek konatif.

Page 13: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

13

2. Religiusitas

Religiusitas adalah suatu ketentuan yang mengatur hubungan manusia

dengan lingkungan sosialnya serta alam sekitar agar sesuai dengan norma

kebenaran dan tata cara dalam melakukan peribadatan. Manusia dikatakan

religius jika mematuhi norma kebenaran yang telah di tentukan dan sesuai

dengan kaidah agama. Semakin tinggi religiusitas seseorang, maka akan

timbul kecenderungan untuk menolak hal-hal yang ditentang oleh agama.

Tinggi rendahnya tingkat religiusitas ditunjukan oleh skor total yang

diperoleh individu dari skala religiusitas. Semakin tinggi skor total yang

diperoleh semakin tinggi tingkat religiusitas individu, semakin rendah skor

yang diperoleh semakin rendah tingkat religiusitas individu.

Adapun dimensi-dimensi religiusitas yang akan diukur dalam

penelitian ini adalah dimensi ideologi, dimensi ritualistik, dimensi perasaan,

dan dimensi konsekuensial. Dalam hal ini dimensi intelektual tidak digunakan

dalam penelitian ini, karena kurang berhubungan dengan sikap pornoaksi yang

dilakukan para remaja.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA Muhammadiyah 2

Pemalang, umur 15-18 tahun. Hal yang akan diteliti dari subyek adalah apakah

ada hubungan antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di kalangan

remaja putri.

Page 14: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

14

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian dikumpulkan melalui metode angket yang berbentuk skala.

Metode angket merupakan suatu metode penelitian dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang didalamnya terdapat aspek-aspek yang harus dijawab oleh subjek

penelitian. Jawaban yang diperoleh merupakan sumber data bagi peneliti untuk

menarik kesimpulan penelitian (Suryabrata, 1990). Metode ini digunakan dengan

asumsi bahwa subjek merupakan orang yang paling tahu tentang dirinya, apa yang

dinyatakan oleh subjek dalam jawaban adalah benar dan dapat dipercaya, dan

interpretasi subjek dalam jawaban mereka adalah benar dan dapat dipercaya, dan

interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya

adalah sama dengan apa yang dimaksud peneliti (Hadi, 2000).

Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Dalam penelitian ini validitas instrumen diukur dengan validitas isi. Fokus

validitas isi adalah sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan

kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2003). Salah satu cara untuk

mengetahui apakah validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah

aitem-aitem telah tersusun menurut blue printnya, yaitu batasan domain ukur yang

telah ditetapkan (Azwar, 2003).

Uji Reliabilitas

Azwar (1986) mengemukakan bahwa suatu alat dikatakan reliabel

apabila hasil yang didapat tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali

terhadap subyek yang sama.Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sampai

sejauh mana suatu alat ukur mempunyai konsistensi yang relatif tetap jika

Page 15: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

15

dilakukan pengukuran ulang terhadap subjek yang sama. Reliabilitas dapat

diartikan sebagai keterpercayaan, keterandalan dan keajegan, kestabilan dan

konsistensi.

Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi.

Komputasi data dilakukan melalui fasilitas komputer program SPSS 11 for

windows.

Pelaksanaan dan Hasil Penelitian

Persiapan Penelitian

Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Pemalang. Adapun

alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah karena sebagai SMA

Muhammadiyah maka porsi pendidikan agama yang diterima oleh siswa lebih

banyak daripada pendidikan non-Muhammadiyah, sehingga diperkirakan tingkat

religiusitas yang dimiliki oleh siswa lebih tinggi dibandingkan dengan siswa non-

Muhammadiyah.

Subjek penelitian ini adalah para siswa yang mempunyai usia antara 15-18

tahun, yaitu siswa kelas I, II, dan III. Dalam penelitian ini, diteliti 100 orang

siswa.

Perijinan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu mengajukan surat

pengantar permohonan ijin penelitian kepada Fakultas Psikologi Universitas Islam

Indonesia Yogyakarta.

Page 16: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

16

Persiapan Alat Ukur Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Religiusitas

dan Skala Sikap pornoaksi. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan try

out (uji coba kuesioner) terlebih dahulu. Try out penelitian diberikan kepada 35

orang siswa. Dalam try out penelitian ini tidak ada kuesioner yang tidak

dikembalikan.

Skala Religiusitas terdiri dari 40 aitem pertanyaan, sedangkan Skala Sikap

pornoaksi terdiri dari 30 aitem pertanyaan. Uji coba alat ukur dilakukan dengan

tujuan untuk mengetahui reliabilitas (keandalan) dan validitas (kesahihan) aitem-

aitem yang ada di dalam alat ukur tersebut, sebelum digunakan dalam penelitian

sebenarnya.

Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem-total dengan

batasan koefisien korelasi 0,30. Hal ini didasarkan pada pendapat Azwar (2000)

yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal

0,30 dianggap memuaskan.

Berdasarkan kriteria tersebut dari 40 aitem Skala Religiusitas yang

diujicobakan terdapat 9 aitem yang gugur, yaitu aitem 21, aitem 22, aitem 23,

aitem 24, aitem 36, aitem 37, aitem 38, aitem 39, aitem 40, karena aitem-aitem ini

berada pada koefisien aitem total di bawah 0,3 sehingga sisanya terdapat 31 aitem

yang sahih.

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2006.

Subjek penelitian ini adalah para siswi SMA Muhammadiyah 2 Pemalang.

Page 17: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

17

Berdasarkan data, diketahui ada 406 orang siswi di SMA Muhammadiyah

2 Pemalang. Tidak semuanya dijadikan subjek penelitian. Siswi yang dijadikan

subyek adalah sebagai berikut:

Tabel 1

Distribusi Perwakilan Subjek Penelitian

No Subjek Banyaknya siswa

1 Kelas I.2 15

2 Kelas I.3 15

3

4

5

6

Kelas II.1

Kelas II.2

Kelas III.IPA.1

Kelas III.IPS.2

15

20

20

20

Jumlah 105

Penelitian dilakukan dengan mendatangi sekolah SMA Muhammadiyah 2

Pemalang, tempat subjek penelitian sekolah. Skala yang diberikan pada subjek

adalah Skala Religiusitas dan Skala Pornoaksi. Penelitian dilakukan dengan cara

meminta waktu jam pelajaran, sehingga subjek dapat langsung mengumpulkan

hasil penelitian segera setelah selesai mengisi skala. Subjek langsung

mengumpulkan skala, seluruh skala yang dibagikan kembali dengan lengkap

kepada peneliti, sebanyak 105 skala. Tetapi yang bisa dianalisis adalah 100 skala

karena ada subjek yang mengosongkan jawaban.

Page 18: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

18

Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi subyek penelitian memberikan gambaran mengenai keadaan

subjek penelitian. Selain itu para pihak yang berkepentingan dengan hasil

penelitian dapat lebih mudah memanfaatkan hasil penelitian. Adapun gambaran

mengenai subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan data yang dapat dideskripsikan

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2 Deskripsi Umur Subyek Penelitian

No Umur Responden (Tahun)

Frekuensi (Orang)

Persentase (%)

1 15-15,9 tahun 30 30 2 16-16,9 tahun 30 30 3 17-18 40 40 Jumlah 100 100

Berdasarkan deskripsi responden menurut umur dapat diketahui bahwa

subyek yang dipilih terdiri dari 30% yang berumur antara 15-15,9 tahun, 30%

yang berumur antara 16-16,9 tahun, dan 40% yang berumur antara 17-18 tahun.

Hasil penelitian yang diperoleh dideskripsikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3 Deskripsi Data Penelitian

Variabel Hipotetik Empirik Min Maks Rerata Min Maks Rerata Religiusitas 31 124 15.5 31 99 64.35 Pornoaksi 19 76 47.5 23 72 44.24 Keterangan: Data hipotetik = Skor yang diperoleh oleh subjek Data empiris = Skor yang sebenarnya diperoleh dari hasil penelitian

Berdasarkan data hasil penelitian, skor religiusitas akan diklasifikasikan

Page 19: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

19

untuk mengetahui tinggi rendahnya skor subyek. Klasifikasi yang dilakukan

adalah dengan mengasumsikan bahwa skor populasi subjek mempunyai distribusi

normal, sehingga dapat dibuat skor hipotetik yang terdistribusi menurut model

normal (Azwar, 2003). Pada skala religiusitas skor minimum yang dapat diperoleh

dari subyek adalah 31 x 1 = 31 dan skor maksimum yang dapat diperoleh adalah

31 x 4 = 124, sehingga jarak sebarannya adalah 124 – 31 = 93 dan setiap satuan

deviasi standar (? ) bernilai 93 : 6 = 15,5 serta mean hipotetiknya (M) = 93–15,5 =

77,5. Berdasarkan hasil perhitungan ini maka religiusitas dapat dikategorisasikan

menjadi tiga kategori sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4 Kategorisasi Skala Religiusitas

Kategori Rumus Nilai Persentase (%) Tinggi X > M + 1? X > 93 2 Sedang M - 1? < X ? M + 1? 62 < X ? 93 56 Rendah X ? M - 1? X ? 62 42 Catatan: M = Rerata hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi

Berdasarkan hasil klasifikasi sebagaimana dimuat dalam tabel 7, diketahui

bahwa subjek yang memiliki religiusitas rendah sebanyak 42 yang memiliki

religiusitas sedang sebanyak 56, dan yang memiliki religiusitas tinggi sebanyak

42. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa tingkat religiusitas yang

dimiliki subyek penelitian tergolong sedang karena jumlah subyek yang

mempunyai tingkat religiusitas sedang menempati jumlah terbesar.

Kategorisasi juga dilakukan pada skala sikap pornoaksi. Skala sikap

pornoaksi juga dikategorikan dengan dasar asumsi bahwa skor populasi

terdistribusi secara normal. Pada skala pornoaksi skor minimum yang dihasilkan

adalah sebesar 19 x 1 = 19 dan skor maksimumnya 19 x 4 = 76, sehingga jarak

Page 20: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

20

sebarannya adalah 76 – 19 = 57, dan deviasi standarnya (? ) sebesar 57 : 6 = 9,5,

serta memiliki mean hipotetik (M) sebesar 57 – 9,5 = 47,5. Berdasarkan hasil

perhitungan ini sikap terhadap pornoaksi yang dilakukan remaja dapat

dikategorikan menjadi tiga kategorii, yaitu rendah, sedang, tinggi. Kategorii dan

distribusi skor skala pornoaksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5 Kategori Skala Sikap pornoaksi

Kategori Rumus Nilai Persentase (%)

Tinggi X > M + 1? X > 57 2 Sedang M - 1? < X ? M + 1? 38 < X ? 57 75 Rendah X ? M - 1? X ? 38 23 Catatan: M = Rerata hipotetik, ? = setiap satuan standar deviasi

Berdasarkan hasil kategorii sebagaimana dimuat pada tabel 8, diketahui

bahwa subyek yang mempunyai sikap terhadap pornoaksi rendah sebesar 23%,

dan sedang sebesar 75%, sedangkan yang tinggi sebesar 2%. Berdasarkan hasil ini

dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap pornoaksi yang dimiliki subyek

penelitian tergolong sedang karena menempati jumlah terbesar.

Analisis Data

Hasil Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan data

penelitian. Pengujian asumsi normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan

program SPSS version 11.00 for windows.

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas

VARIABEL SKOR KS-Z p KETERANGAN

Religiusitas 0.822 0.509 Normal

Sikap Pornoaksi 1.347 0.053 Normal

Page 21: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

21

Uji Normalitas dilakukan terhadap kedua variabel penelitian yaitu variabel

religiusitas dan variabel pornoaksi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah

distribusinya normal atau tidak. Normal atau tidaknya distribusi ditentukan oleh

nilai p. Dikatakan normal jika p > 0,05. Hasil uji normalitas variabel religiusitas

dan variabel pornoaksi dilakukan dengan teknik one sample Kolmogorov-Smirnov

Test; menunjukkan bahwa Skala Religiusitas dan Skala Sikap pornoaksi yang

digunakan mengikuti distribusi normal (K-SZ = 0,509 ; dan K-SZ = 0,053 ;

dengan p > 0,05).

Hasil Uji Asumsi Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua variabel yang

dikenai prosedur analisis korelasi menunjukkan hubungan yang linier. Hasil uji

linieritas menunjukkan bahwa ada hubungan linier antara variabel religiusitas

dengan variabel sikap pornoaksi dengan nilai F sebesar 4,381 dan taraf

signifikansi 0,040 (p < 0,05). Karena nilai yang menunjukkan hubungan antar

variabel yang ditunjukkan oleh F hitung (4,381) > F tabel (3,07), maka data

dikatakan linier.

Hasil Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan metode korelasi

product moment dari Karl Pearson. Dari hasil analisis korelasi yang dilakukan

diperoleh nilai korelasi antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di

kalangan remaja adalah sebesar -0,205 dengan tingkat signifikansi 0,041 (p <

0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi di kalangan remaja

Page 22: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

22

putri. (hipotesis terbukti).

Jika dilihat dari nilai R2 (koefisien determinasi) yang dihasilkan dalam

penelitian ini, maka dapat diketahui sumbangan efektif tingkat religiusitas

terhadap penurunan perilaku pornoaksi remaja adalah 0,042 (4,2%). Karena

religiusitas mempunyai hubungan negatif dengan sikap terhadap pornoaksi di

kalangan remaja, maka itu berarti tingkat religiusitas yang dimiliki remaja dapat

menurunkan sikap pornoaksinya sebesar 4,2%.

Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui ada hubungan negatif

antara religiusitas dengan sikap terhadap pornoaksi pada remaja. Hal ini diketahui

dari nilai korelasi yang mendapatkan nilai -0,205. Artinya semakin tinggi

religiusitas seseorang akan semakin mampu mengatur sikapnya agar tidak

melakukan hal-hal yang berbau pornoaksi. Dalam hal ini dilihat dari nilai R2

penelitian, maka diketahui tingkat religiusitas dapat mengurangi sikap pornoaksi

yang dilakukan remaja sebesar 4,2%.

Hal ini dapat dijelaskan dengan teori Djubaedah (2003) yang menyatakan

bahwa nilai-nilai agama yang dianut oleh remaja menentukan sikapnya terhadap

pornoaksi. Hal ini disebabkan agama mempunyai ajaran-ajaran tertentu atau

ketentuan-ketentuan yang memberikan batasan-batasan yang tegas terhadap

pornoaksi. Selain itu ajaran agama juga dapat memberantas, menanggulangi,

mencegah, dan membendung pornoaksi, sepanjang kehidupan anggota masyarakat

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, khususnya ajaran agama Islam.

Dilihat dari dimensi-dimensi religiusitas yang diajukan oleh Glock &

Stark (1975) yang menyatakan bahwa dimensi religiusitas terdiri dari dimensi

Page 23: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

23

ideologi, dimensi ritualistik, dimensi perasaan, dan dimensi konsekuensial, maka

dapat diuraikan pengaruh masing-masing dimensi terhadap perilaku pornoaksi

sebagai berikut.

Dimensi ideologi dideskripsikan sebagai dimensi yang menunjukkan

sejauh mana seseorang yakin bahwa ajaran agamanya adalah suatu kebenaran.

Dalam hal ini salah satu hal yang diyakini oleh remaja yang mempunyai

religiusitas yang tinggi adalah bahwa apa yang dilakukan di dunia akan diminta

pertanggungjawabannya di akhirat. Dengan demikian perbuatan apapun, termasuk

pornoaksi, akan diminta pertanggungjawabannya kelak di akhirat. Padahal

perbuatan pornoaksi termasuk perbuatan yang bertentangan dengan agama,

sehingga siapa yang melakukannya akan mendapat dosa. Di dalam agama, dosa

diganjar dengan neraka. Ketakutan akan masuk neraka membuat remaja yang

mempunyai religiusitas yang tinggi berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang

berbau pornoaksi. Bahkan bagi remaja tertentu ada yang menggunakan jilbab agar

auratnya dapat tertutup dengan baik.

Dimensi kedua dari dimesi religiusitas adalah dimensi ritualistik. Dimensi

ini mengukur sejauh mana seseorang mentaati ketentuan-ketentuan peribadatan

yang diwajibkan agamanya. Pengaruh dimensi ini kepada perilaku pornoaksi

remaja puteri adalah bagi remaja puteri yang rajin melakukan kegiatan ibadah, ia

akan menjaga perilakunya agar tidak mengganggu ibadah yang dijalankannya.

Sebagai contoh remajha puteri yang rajib berpuasa, akan menjaga agar tidak

melakukan sesuatu yang merusak pahala puasanya dengan tidak melakukan

perbuatan yang berbau pornoaksi.

Page 24: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

24

Dimensi ketiga dari dimensi religiusitas adalah dimensi perasaan. Dimensi

ini menggambarkan bentuk-bentuk perasaan atau pengalaman spektakular yang

pernah dialami dan dirasakan. Pengaruh dimensi ini terhadap perilaku pornoaksi

adalah bahwa seseorang yang mempunyai religiusitas yang tinggi akan merasa

takut yang sangat besar apabila dilaknat oleh Allah. Oleh karena itu ia tidak akan

melakukan hal-hal yang dimurkai Allah, termasuk dengan tidak melakukan hal-

hal yang berbau pornoaksi.

Dimensi keempat dari dimensi religiusitas adalah dimensi konsekuensial.

Dimensi ini menggambarkan sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan

ajaran agamanya. Pengaruh dimensi ini terhadap perilaku pornoaksi adalah bahwa

seseorang yang mempunyai religiusitas yang tinggi akan berusaha menjaga sikap

dan perilakunya agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya.

Hal ini membuat remaja yang mempunyai nilai religisiusitas yang tinggi tidak

akan melakukan hal-hal yang berbau pornoaksi, karena agama melarang hal

tersebut dan sebagai konsekuensinya ia mematuhi larangan itu.

Adanya pengaruh religiusitas (nilai keagamaan) yang dapat menurunkan

perilaku pornoaksi di kalangan remaja juga dapat dijelaskan dengan teori yang

diajukan oleh (Jalaluddin, 1998) yang menyatakan bahwa agama berpengaruh

sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas,

karena perbuatan yang dilakukan dinilai mempunyai unsur kesucian serta ketaatan.

Keterkaitan ini akan memberi pengaruh seseorang untuk berbuat sesuatu.

Sedangkan agama sebagai nilai etik karena dalam melakukan suatu tindakan

seseorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan mana yang

tidak boleh menurut ajaran agama yang dianutnya.

Page 25: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

25

Nilai keagamaan yang dipegang oleh remaja akan membuatnya

mempunyai perilaku yang tidak bertentangan dengan agama, termasuk dalam hal

ini tidak akan melakukan hal-hal yang berbau pornoaksi. Nilai-nilai agama yang

ada dalam diri seseorang akan mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai

dengan kadar ketaatannya terhadap agama. Dalam kaitannya dengan pornoaksi,

agam jelas-jelas melarang dilakukannya pornoaksi oleh para pemeluknya. Bahkan

agama memberikan ketentuan agar baik laki-laki maupun wanita menjaga

auratnya. Dari ketentuan ini jelas bahwa pornoaksi bertentangan dengan ajaran

agama. Oleh karena itulah orang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi

akan menolak melakukan pornoaksi. Hal ini pulalah yang tercermin dari hasil

penelitian ini yang mendapatkan korelasi sebesar -0,205 (-20,5%) yang

menunjukkan bahwa religiusitas yang dimiliki oleh seorang remaja akan

mengurangi perilaku pornoaksi yang jelas-jelas bertentangan dengan agama.

Di lain pihak bagi remaja yang suka melakukan pornoaksi, yang terjadi

adalah sebaliknya. Remaja yang melakukan pornoaksi tersebut mempunyai

tingkat religiusitas yang rendah. Rendahnya tingkat religisitas ini membuat remaja

tidak takut melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama, termasuk melakukan

pornoaksi. Remaja ini tidak takut bahwa apa yang dilakukannya akan mendapat

hukuman dari Allah pada hari akhir.

Ketidaktakutan remaja tersebut tercermin dari sikap dan perilakunya yang

sering menggunakan baju yang memperlihatkan auratnya. Ada suatu kebanggaan

pada remaja tersebut jika dikatakan seksi oleh temannya karena menggunakan

pakaian yang menunjukkan sensualitasnya. Semakin terbuka pakaian yang

digunakannya semakin tinggi rasa percaya dirinya. Bahkan remaja tersebut tidak

Page 26: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

26

segan-segan mengatakan temannya yang tidak mau menggunakan pakaian yang

terbuka auratnya sebagai anak yang “kampungan”, tidak “gaul”, “kuper” (kurang

pergaulan) dan sebutan-sebutan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa remaja

tersebut merasa bangga dengan perilakunya yang justru bertentangan dengan

nilai-nilai agama.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

penghayatan seseorang akan nilai-nilai keagamaan (religiusitas) akan semakin

menurunkan sikap terhadap pornoaksi.

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis korelasi yang dilakukan diperoleh nilai korelasi

antara tingkat religiusitas dengan perilaku pornoaksi yang dilakukan oleh remaja

adalah sebesar -0,205 dengan tingkat signifikansi 0,045 (p < 0,05). Berdasarkan

hasil analisis korelasi yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan negatif yang signifikan antara religiusitas dengan sikap terhadap

pornoaksi di kalangan remaja putri, dimana semakin tinggi religiusitas remaja

putri maka semakin rendah sikap terhadap pornoaksi dan sebaliknya semakin

rendah religiusitas remaja purti maka semakin tinggi sikap terhadap pornoaksi.

Saran

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat

diberikan saran kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian yang lebih

dalam misalnya hubungan religiusitas dengan pergaulan bebas yang dilakukan

remaja. Pergaulan bebas ini merupakan pendalaman dari perilaku pornoaksi yang

Page 27: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

27

dilakukan remaja yang mencapai puncaknya dengan melakukan hubungan sex

bebas. Penelitian selanjutnya juga disarankan untuk memperluas jangkauan subjek

penelitian, yaitu dari pelajar SMP sampai dengan mahasiswa, karena perilaku sex

bebas sekarang ini sudah demikian meluas di kalangan remaja.

Selain saran kepada peneliti berikutnya, saran juga diberikan kepada

subyek penelitian untuk menghindari sikap yang mengarah pada pornoaksi dengan

cara lebih mendekatkan diri pada Tuhan serta tidak mudah terpengaruh dengan

lingkungan yang mengajak pada pornoaksi.

Page 28: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

28

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP

PORNOAKSI DIKALANGAN REMAJA PUTRI

Oleh :

Lina Nisa Akmala

01 320 021

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

Page 29: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

29

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP TERHADAP

PORNOAKSI DIKALANGAN REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________

Dosen Pembimbing

(Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.)

Page 30: INTISARI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN SIKAP …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · kehidupan karena ajaran agama itulah yang akan menjadi pedoman

30

DAFTAR PUSTAKA Ahyadi, A.A. 1987. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru Algensindo. __________. 1995. Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung:

Sinar Baru Aglesindo.

Azwar, S. 1986. Tes Prestasi, Fungsi Dan Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar. Yogyakarta: Liberty. ______.2003. Dasar – dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darajat, Z. 1978. Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Penerbit

Gunung Agung. Djubaedah, N. 2003. Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam.

Jakarta: Prenada Media. Hadi, S. 2000. Metodologi Research Jilid III. Yogyakarta: Penerbit Andi Jalaluddin. 1998. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Lindzey, G & Aroson, E. 1975. The Handbook of Social Psychology, Vol. 1 & 5,

New Delhi: Addison Wesley Publishing Company. Suryabrata, S. 2004. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi. Tristanti, E. D. 2006. Hubungan Tingkat Religiusitas dengan Kecemasan Isteri

ABRI Yang Ditinggal Suami Ke Daerah Konflik. Skripsi. Fakultas Psikologi UII.

Walgito, Bimo. 1990. Profesi-Profesi Rawan Affair. Yogyakarta: Yayasan

Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Akibat Pornoaksi. http://www. Swaramuslim.com. 01/10/05.

Menjerat Pelaku Pornografi dan Pornoaksi Dengan KUHP. http://

www.waspadaonline.com. 05/01/05.