perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro) SKRIPSI Oleh: Fitriyanto K 4406023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
95
Embed
INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS ...eprints.uns.ac.id/5811/1/188281011201112421.pdf · (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
INTERVENSI AS KE KUBA
(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap
Pemerintahan Fidel Castro)
SKRIPSI
Oleh:
Fitriyanto
K 4406023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
INTERVENSI AS KE KUBA
(Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap
Pemerintahan Fidel Castro)
Oleh :
Fitriyanto
K 4406023
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 6 Januari 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Sutiyah M. Pd. M. Hum. NIP. 195907081986012001
Drs. Syaiful Bachri, M. Pd. NIP. 195206031985031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Senin
Tanggal : 10 Januari 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Djono, M. Pd. ………………
Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni, M. Pd. ………………
Anggota I : Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum ………………
Anggota II : Drs. Saiful Bachri, M.Pd ………………
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Fitriyanto. U.S. INTERVENTION TO CUBA (Study About U.S. Economic Embargo Against Government and Political Implications of Fidel Castro). Skripsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, December 2010.
The purpose of this study is to describe: (1) The background and motivation of the United States to intervene Cuba, (2) Realization of U.S. intervention into Cuba, (3) The implications of political and economic intervention against Cuba.
This study uses the historical method. Data sources used were primary written sources and secondary sources written in the form of books, newspapers and magazines that are relevant to the research problem. Technique of collecting data used is book study, using the card system / catalog or computer and use the Internet. while technique of Analysis used is historical analysis, which analyzes the priority sharpness and sensitivity in interpreting the historical data approach the theoretical framework derived from the history of science with science approach of Politics and Sociology. The procedure through four stages of research with activities that are heuristic, criticism, interpretation, and historiography.
Based on the results of this study, it is concluded: (1) Since Fidel Castro seized power in 1959, began a renewal of adverse U.S. capitalism by; (a) establishing the Agrarian Law tahun1959. This Act contains provisions to nationalize 1 / 3 of land owned by individuals and do not allow foreigners to own land in Cuba. This situation makes the United States suffered losses of up to U.S. $ 1.5 million; (b) Castro's nationalization program economy exacerbated in diplomatic relations with Cuba-Soviet Union that threaten U.S. hegemony in the Caribbean region (2) Realization of the U.S. intervention against Cuba by performing the invasion and economic blockade, starting from the Bay of Pigs invasion that carried the president to bring 14,000 troops Kennedy . The U.S. also hit Cuba in the fields of politics by inviting the OAS states to decide the relationship refional and remove Cuba from the OAS membership. Economic blockade against Cuba continued after Kennedy is on the Caribbean Basin Initiative, Reagan, George Bush with the Cuban Democracy Act, and Bill Clinton with the Helms Burton Act. U.S. economic embargo was strengthened in 2000 with presence: (a) ban on import - export to Cuba, (b) prohibition of foreign ships docked, (c) ban on visits to Cuba, (d) restrictions on cash remittances to Cuba (3) U.S. economic embargo has caused Cuba to lag behind in development in the country for 15 years. The imlication of politics and economic intervention, in the economic this embargo also led to loss of a significant Cuban economy, Cuban trade in the area suffer a loss of 3,8 billion U.S. dollars, from the tourism sector losses reached 900 million U.S. dollars. U.S. Intervention in the political field brings a result of Castro's rule pattern. Cuban government changed to Communism as a response to intervention and the U.S. embargo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Fitriyanto. INTERVENSI AS KE KUBA (Studi Tentang Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel Castro). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Desember 2010.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang dan motivasi Amerika Serikat (AS) melakukan intervensi ke Kuba, (2) Realisasi intervensi AS ke Kuba, (3) Dampak intervensi terhadap politik dan perekonomian Kuba.
Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis primer dan sumber tertulis sekunder yang berupa buku-buku, surat kabar dan majalah yang relevan dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik studi pustaka, dengan menggunakan sistem kartu/katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dan kepekaan dalam menginterpretasi data sejarah dengan pendekatan kerangka teoritik yang berasal dari ilmu sejarah dengan pendekatan Politik dan Sosiologi. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Sejak Fidel Castro berhasil merebut kekuasaan pada tahun 1959, mulai mengadakan pembaruan yang merugikan kapitalisme AS yaitu dengan; (a) menetapkan Undang-undang Agraria tahun1959. Undang-Undang ini memuat ketentuan menasionalisasi 1/3 tanah milik perorangan serta tidak mengijinkan orang asing memiliki tanah di Kuba. Keadaan ini membuat AS mengalami kerugian hingga mencapai US $ 1,5 juta; (b) Program nasionalisasi ekonomi Castro semakin diperparah dengan terjalinya hubungan diplomatik Kuba-Uni Sovyet yang mengancam hegemoni AS di kawasan Karibia (2) Realisasi intervensi AS terhadap Kuba yaitu dengan melakukan invasi dan blokade ekonomi, dimulai dari Invasi Teluk Babi yang dilakukan presiden Kenney dengan membawa 14.000 pasukan. AS juga menekan Kuba dalam bidang politik dengan mengajak negara OAS untuk memutuskan hubungan regional dan mengeluarkan Kuba dari keanggotaan OAS. Blokade ekonomi terhadap Kuba dilanjutkan setelah Kennedy yaitu pada masa Reagan dengan Carribean Basin Initiative, George Bush dengan Cuban Democracy Act, dan Bill Clinton dengan Helms Burton Act. Embargo ekonomi AS semakin diperkuat pada tahun 2000 dengan adanya: (a) larangan ekspor – impor ke Kuba, (b) larangan berlabuh bagi kapal asing yang masuk ke Kuba dan singgah di AS, (c) larangan kunjungan ke Kuba, (d) pembatasan pengiriman uang kontan ke Kuba (3) Implikasi intervensi terhadap politik dan ekonomi. Dalam bidang ekonomi, embargo ekonomi AS telah mengakibatkan Kuba mengalami ketertinggalan pembangunan dalam negeri selama 15 tahun. Embargo ini juga menyebabkan kerugian perekonomian Kuba yang cukup signifikan, dalam bidang perdagangan Kuba menderita kerugian sebesar 3,8 milyar dollar AS, dari sektor pariwisata kerugian mencapai 900 juta dollar AS. Dalam bidang politik intervensi AS membawa akibat terhadap pola pemerintahan Castro. Pemerintahan Kuba berganti kepada Komunisme sebagai langkah mengatasi intervensi dan embargo AS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Ø Patria o Muerte (tanah air atau mati). Che Guevara
Ø Berusaha bukan untuk menjadi pemenang namun berusaha untuk tidak
kalah (Sieze The Day)
Ø Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung
jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya (Kahlil Gibran)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Ayah dan ibu tercinta
2. Adikku Rini dan Yuni tersayang
3. Seluruh keluarga besarku
4. Jakamnia Solo Raya
5. Bang U dan Edwin atas saran dan
motivasinya
6. Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan
Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak
akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui
atas permohonan skripsi ini.
3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan
ijin atas penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Sutiyah, M. Pd. M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Saiful Bachri, M. Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Drs. Herimanto, M. Pd. M. Si. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang secara tulus memberikan ilmu kepada penulis selama ini, mohon
maaf atas segala tindakan dan perkataan yang tidak berkenan di hati.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah
membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang
setimpal.
Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.
Surakarta, Januari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
ABSTRACT ….. ......................................................................................... v
ABSTRAK.................................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............. ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. . xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 7
Tabel 1. Tabel Pertumbuhan Ekonomi Kuba Tahun 1962-1980.................... 56
Tabel 2. Tabel Kerugian rata-rata Kuba per Tahun....................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Teluk Babi....................................................................... 88
Lampiran 2. Gambar Fidel Castro Presiden Kuba....................................... 89
Lampiran 3. Gambar Presiden AS John F Kennedy.................................... 90
Lampiran 4 Gambar Ronald Reagan Presiden AS....................................... 91
Lampiran 5. GDP perkapita Kuba................................................................ 92
Lampiran 6 Cuban Liberty and Democratic Solidarity Act of 1995............ 93
Lampiran 7. Jurnal Ines Handayani “Berdikari Cara Kuba”........................ 119
Lampiran 8. Castro, Tak Tumbang di Guncang Amerika............................ 121
Lampiran 9. Surat Permohonan Ijin Research / Try Out.............................. 122
Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi.............................. 123
Lampiran 11. Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin penyusunan skripsi... 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah mengalami penjajahan bangsa Eropa selama tiga abad membuat
hasrat daerah jajahan di Amerika Latin untuk mencapai kemerdekaan. Perjuangan
kemerdekaan di Amerika Latin tidak terjadi secara serentak, tetapi secara sendiri –
sendiri oleh rakyat masing – masing jajahan tanpa ada koordinasi perjuangan
dengan bangsa lain. Secara umum motivasi untuk melepaskan dari belenggu
penjajahan asing dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu intern dan ekstern. Faktor
intern berasal dari dalam negeri, yaitu terjadinya diskriminasi serta adanya
pemerasan demi kepentingan merkantilisme ekonomi. Faktor ekstern berasal dari
luar, komunikasi rakyat di berbagai daerah jajahan dengan dunia luar baik secara
langsung maupun tidak langsung merupakan inspirasi terbesar bagi munculnya
gagasan – gagasan baru dalam menemukan cara – cara memperjuangkan
kemerdekaan.
Kuba merupakan negara di kawasan Amerika Latin yang menjadi jajahan
Spanyol. Pada waktu negara – negara jajahan Spanyol dan Portugal di Amerika
Latin telah berhasil merebut kemerdekaan, Kuba masih berada dalam jajahan
Spanyol. Ini tidak berarti kejadian – kejadian revolusioner Amerika Latin tidak
mempengaruhi hasrat Kuba untuk mendapatkan kemerdekaan. Upaya untuk
menggulingkan pemerintahan penjajah timbul antara tahun 1826 – 1868, tetapi
upaya tersebut selalu gagal. Baik melalui gerakan bawah tanah maupun perang
terbuka dengan penjajah Spanyol.
Pada tahun 1895 muncul revolusi besar – besaran dan terorganisasi
melawan Spanyol dengan tokoh Jose Martii. Perang ini berakhir dengan kematian
Jose Martii yang kemudian menjadi simbol perjuangan rayat Kuba. Revolusi ini
menyebabkan intervensi secara langsung dari Amerika Serikat (AS) terhadap
penjajahan Spanyol di Kuba, karena banyak penduduk AS yang meninggal dan
menjadi korban (Gabriel, 1971: 86)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Keterlibatan AS dalam perang Spanyol – AS 1899 karena terjadi
peledakan terhadap kapal perang AS “Maine” yang mengangkut pengungsi warga
AS dari Kuba di pelabuhan Havana. Peledakan ini mendapat reaksi keras dari AS
dengan mengatakan rakyat Kuba berhak merdeka. Dengan reaksi ini mulai pecah
perang antara Spanyol dan AS secara resmi dan berakhir dengan pendudukan
Kuba oleh AS pada tanggal 1 Januari 1899, sebagai akibat dari kekalahan
Spanyol. Kekalahan ini juga membawa dampak lepasnya Puerto Rico, Filipina,
dan Guam dari tangan Spanyol ke AS.
Kemenangan AS dalam perang antara AS dengan Spanyol tidak membuat
Kuba mendapatkan kemerdekaan sejati, yang terjadi hanya sebuah transisi
pengaruh dari Spanyol ke tangan AS. Kuba mendapatkan kemerdekaan secara
resmi pada tahun 1902 dengan Estrada Palma sebagai presiden, namun Kuba
mendapat kemerdekaan setelah menerima Plat Amandemen sebagai konstitusi
baru bagi Kuba. Plat Amandemen itu membuat Kuba menjadi suatu jajahan AS.
Plat Amandemen itu menjadikan AS dapat menerapkan sebuah tekanan yang
besar terhadap Kuba atas dasar hak istimewa yang dimiliki AS.
Keterlibatan AS ini merupakan intervensi asing yang timbul sebagai akibat
dari campur tangan AS terhadap Kuba. Intervensi asing merupakan sebuah era
baru neokolonialisme penjajahan asing. Sebagai alasan adalah untuk melindungi
jiwa dan harta yang dimiliki warga negara yang berada di luar negeri atau dengan
menyatakan ikut bertanggung jawab membina perdamaian kawasan. Intervensi itu
digunakan untuk menangkal kekhawatiran pengaruh asing yang timbul setelah
perang kemerdekaan berakhir. Saat AS dan Inggris memperluas perdagangan,
muncul suatu kekhawatiran bangsa – bangsa di Amerika Latin terhadap pengaruh
asing, baik dalam bidang ekonomi, perdagangan, investasi modal asing dalam
sektor industri, serta lebih luas lagi kepada pengaruh dari nilai – nilai kebudayaan
asing. Di Kuba terjadi serangkaian pemberontakan, kudeta, dan perjuangan intern
pada tahun 1910 yang melahirkan sebuah pemerintahan diktator di bawah Gerardo
Machado Y. Morales. Pemerintahan diktator Machado kemudian berhasil
digulingkan oleh gerakan revolusioner pimpinan Fulgencio Batista, namun Batista
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
juga menerapkan pemerintahan diktator mulai tahun 1934 dan mendapatkan
dukungan penuh dari AS (Widyadara, 1989: 242).
Selama masa pemerintahan diktator Batista membuat kesengsaraan bagi
rakyat Kuba. Selain itu juga terjadi penjualan aset – aset negara kepada swasta
yang sebagian besar dijual kepada orang – orang AS. Keadaan ini semakin
membuat Kuba terlilit masalah ekonomi dan semakin menggantungkan diri pada
AS. Selama pemerintahan Batista pengaruh kapitalisme Kuba cukup kuat, selain
dari status kepemilikan aset negara dikuasai swasta juga dalam sistem
pemerintahan sendiri dengan adanya orang AS mendapatkan jabatan penting
dalam pemerintahan.
Kondisi ini menjadi alasan bagi Fidel Castro melakukan perlawanan
terhadap pemerintahan Batista dengan melakukan penyerangan terhadap kesatuan
Tentara di Santiago de Cuba. Upaya penyerangan pertama itu gagal dan Fidel
Castro dijatuhi hukuman 15 tahun, namun baru 11 bulan menjalani hukuman
Castro mendapat pengampunan dari Batista dan dibebaskan.
Sejak bebas dari penjara perjuangan Castro kembali dimulai. Berawal dari
pendaratan pasukan kecil di pantai Provinsi Oriente, pasukan ini berhasil
dihancurkan oleh tentara Batista dan hanya tersisa 12 orang. Dengan 12 orang
inilah Castro mulai melakukan gerilya di Sierra Mastra. Keadaan pemerintahan
Batista semakin memburuk dengan adanya demonstrasi dan pemogokan secara
massal. Pada 17 Maret 1958 Castro secara terbuka mengumumkan perang
terhadap Batista. Gerakan Castro makin memperoleh simpati dan dukungan dari
rakyat Kuba, bahkan dari kalangan AS. Sebaliknya tidak ada satupun adari negara
komunis memnbantu. Perjuangan ini ditutup dengan merebut kekuasaan Batista
tanpa bantuan Uni Sovyet dan dari negara Komunis lain. Hal ini merupakan
kebanggan Castro yang semula bukan orang komunis, tetapi lebih merupakan
Ultranasionalis yang revolusioner. Babak selanjutnya adalah konsolidasi
kemenangan, dengan mengadakan perubahan besar dalam pemerintahan mulai
Januari 1959. Pembersihan dari sisa – sisa kekuatan Batista, penahanan dan
pembunuhan yang mengejutkan dunia. Pada tanggal 27 Januari 1959 misi militer
AS berhasil diusir. Penguasa di Kuba sebagian besar berasal dari militer, ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menunjukkan golongan militer lebih dominan karena golongan militer merupakan
faktor dinamisasi pendobrak dalam perjuangan kemerdekaan melawan AS.
Dalam pemerintahan Castro cenderung anti AS dan menandai permusuhan
antara Castro dengan AS. Fase awal permusuhan ditandai dengan adanya program
nasionalisasi asset dan landreform. Dengan kebijakan itu membuat AS merasa
dilecehkan. Kemarahan AS semakin menjadi ketika Castro melancarkan agresi
retoris yang anti – AS. Upaya ini semakin membuat Castro semakin kuat dengan
komunisme yang menjadikan AS semakin geram, karena maksud intervensi AS
terhadap Kuba adalah untuk melindungi negara – negara Amerika Latin terhadap
paham komunisme Uni Sovyet. (Andrik Purwasito, 1981: 71). Semakin kuatnya
Castro dengan komunisme menandakan kegagalan AS dalam melindungi negara –
negara Amerika Latin dari pengaruh komunisme.
Sebagai balasan dari tindakan Castro, AS memperkecil jumlah kuota
pembelian gula dari Kuba. Hal ini membuat Uni Sovyet mendekati Kuba, melalui
wakil Perdana Menteri Anastas Mikoyan, Uni Sovyet menyanggupi membeli gula
dari Kuba. Keadaan ini membuat AS memutuskan hubungan diplomatik dengan
Kuba dan mengumumkan embargo setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan
makanan dan obat – obatan pada tanggal 19 Oktober 1960. Tindakan ini
kemudian membuat Castro menasionalisasi semua perusahaan AS tanpa ganti rugi
yang membuat AS menderita kerugian sekitar US $ 1,5 billion (Hidayat Mukmin,
1981: 138).
Hubungan AS – Kuba semakin memburuk, sehingga Kuba semakin
mendekatkan diri dengan Uni Sovyet, membuat Castro secara lantang menyatakan
diri sebagai Marxis – Leninis selamanya. Pada tahun 1961 AS melakukan
penyerbuan di Teluk Babi. (Widyadara, 1989: 224). Penyerangan Teluk Babi
mengalami kegagalan, serta menurunkan citra AS dimata internasional. Bagi
Kennedy kegagalan ini merupakan aib, untuk menutupi langkah menyerbu Kuba
AS meluncurkan Proyek Kuba. Perkembangan Kuba dengan AS semakin
memburuk ketika dengan bantuan Uni Sovyet, Kuba membangun pangkalan rudal
balistik rahasia. Presiden AS John F. Kennedy langsung memerintahkan Angkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Laut dan Korps Marinir untuk memblokade dan dalam keadaan siap tempur,
meskipun akhirnya tidak terjadi perang terbuka (Hidayat Mukmin, 1981: 140).
Perjuangan mengisolasi Kuba pindah ke arena politik melalui negara OAS
(Organitation of American State). Awalnya AS mengajak negara – negara
Amerika Latin secara individual memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba.
Di bawah Rezim Fidel Castro, Kuba tidak hanya bertahan dalam mengalami
tekanan isolasi, tetapi sedikit demi sedikit tumbuh menjadi negara sosialis,,
namun sosialisme ini belum sepenuhnya melembaga di Kuba (Hidayat Mukkmin,
1981: 247).
Pada pemerintahan Castro, Kuba melakukan perubahan mendasar dalam
berbagai bidang dan berusaha melepaskan diri dari belenggu kapitalisme di
bawah kendali AS. Saat ini Kuba merupakan salah satu negara di Amerika Latin
yang bebas dari belenggu ekonomi dan politik AS, meskipun masih terkena
embargo ekonomi yang dikenakan AS sejak tahun 1960. Pasca embargo di tahun
1960 – an, Kuba praktis hanya mendapatkan bantuan ekonomi dari Uni Sovyet
dan negara – negara Eropa Timur. Meski hingga kini Kuba masih terkena sanksi
embargo oleh AS, tetapi rakyat Kuba mampu menyediakan bahan pangan yang
memadai serta mengalami kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan.
Pendidikan dan kesehatan gratis untuk rakyat yang diterapkan Kuba, telah
memajukan banyak aspek kehidupan mereka. Kemajuan pada pengembangan
teknologi pertanian telah berhasil menyamai sistem pertanian termaju di AS.
Dari uraian masalah tersebut perlu kiranya dikaji lebih jauh tentang Kuba,
dibawah judul skripsi “Intervensi Amerika Serikat ke Kuba ( Studi Tentang
Embargo Ekonomi AS dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel
Castro)”. Dalam pembahasan ini penulis melakukan pembatasan masalah yaitu
sejak Fidel Castro berkuasa di Kuba sampai masa Castro meletakan jabatanya,
yaitu dri tshun 1960 - 2006. Hal ini dikarenakan terjadi kebijakan – kebijakan
politik yang diambil oleh Castro dalam mengatasi embargo yang dilakukan AS,
dimana kebijakan politik tersebut akan menjadikan pertentangan antara AS
dengan Castro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dijadikan
rumusan masalah sebagai berikut :
1) Apa motivasi AS mengadakan intervensi ke Kuba ?
2) Bagaimana realisasi intervensi AS ke Kuba ?
3) Bagaimana dampak intervensi AS terhadap perekonomian dan
politik Kuba ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1) Untuk mengetahui sebab dan motivasi AS mengadakan intervensi
ke Kuba.
2) Untuk mengetahui realisasi pelaksanaan intervensi AS ke Kuba.
3) Untuk mengetahui penggaruh dari intervensi AS terhadap politik
dan perekonomian Kuba.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a) Menambah kajian tentang strategi negara – negara besar
(superpower) terhadap saingan politik.
b) Dapat menambah wawasan pembaca khususnya mahasiswa
intervensi AS ke Kuba sehingga diharapkan nantinya ada studi
lebih lanjut mengenai intervensi AS ke negara – negara lain.
2. Manfaat Praktis
a) Menambah perbendaharaan referensi di Perpustakaan Program
Sejarah FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b) Merupakan sumber referensi bagi mahasiswa Program Sejarah
FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang akan meneliti
lebih lanjut mengenai intervensi AS ke Kuba.
c) Mencoba memberi sumbangan pemikiran bagi masyarakat
mengenai intervensi AS ke Kuba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hakekat Intervensi
a. Pengertian Intervensi
Soepono (1950: 161) mengatakan bahwa intervensi merupakan istilah
dalam politik internasional yang berarti “ikut campur tangan suatu negara dalam
soal – soal negara lain.”
Dalam Encyclopedia Americana (1990: 322) diuraikan bahwa: “Intervention in international law means the dictatorial interference by a state in internal affairs of another state or in relations between two other state.”
Intervensi yang dilakukan negara asing (khsusnya negara besar)
merupakan tindakan yang sangat dramatik, karena diorganisasikan dengan amat
baik. Intervensi merupakan semua tindakan yang mempunyai dampak tertentu
secara langsung atau lambat laun pada politik dalam negeri suatu negara lain,
termasuk di dalamnya semua bentuk bujukan dan program diplomatik, ekonomi
serta militer (K.J. Holtsi, 1988: 9).
James Rosenau yang dikutip K.J. Holtsi (1988: 9) mengemukakan bahwa
intervensi dapat dibedakan dari bentuk – bentuk lain tindakan negara, karena
intervensi (a) merupakan pemutusan tajam dari bentuk-bentuk intervensi
konvensional dalam hubungan suatu negara, (b) dengan sadar diarahkan untuk
mengubah atau mempertahankan struktur penguasa politik di negara sasaran.
Dengan demikian program-program bantuan asing walaupun mungkin
mempunyai konsekuensi langsung atas penguasa politik dalam suatu masyarakat,
tidak akan dianggap sebagai intervensi, karena tidak merupakan pemutusan
radikal dari suatu hubungan konvensional.
Dari beberapa pendapat bentuk intervensi diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa intervensi adalah bagian dari politik luar negeri lain dengan cara
melakukan campur tangan terhadap masalah dalam negeri negara lain sebagai
sarana untuk mencapai tujuan atau meningkatkan nilai sosial diluar negeri melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
berbagai kegiatan dibidang politik, ekonmi, maupun militer. Intervensi merupakan
suatu akibat dari kemelut, kemudian pengiriman pasukan dengan cepat, sering
juga dengan menangkap pemimpin rezim sasaran.
b. Hal Pendorong Intervensi
Ada 3 hal yang menyebabkan berlansungnya intervensi terhadap suatu
negara yaitu :
1) Banyak pemerintahan yang menyatakan bahwa mereka terpaksa melakukan
intervensi militer ke negara lain karena adanya upaya destabilisasi pihak lain.
2) Intervensi sebagai awal dari sebuah revolusi melawan imperialisme dan
kolonialisme.
3) Adanya perselisihan domestik yang mengancam kepentingan ekonomi negara-
negara asing tertentu (Walter S. Jones, 1993: 201).
K.J.Holtsi (1988: 4) menguraikan situasi modern yang dapat mendorong
munculnya intervensi antara lain :
1) Semua negara besar dan juga beberapa negara yang lebih kecil telah
menambahkan pada teknik-teknik perundingan diplomatik tradisional mereka
sebuah program bantuan militer dan ekonomi. Hal ini akan mempengaruhi
perkembangan politik, ekonomi dan sosial dalam negeri negara penerima.
2) Terdapat banyak ketidaksesuaian antara batas wilayah negara di satu pihak,
dan batas wilayah suku, keagamaan, dan kebahasaan di lain pihak. Jika ada
perpecahan sosial di dalam dan beberapa kelompok masyarakat merasa
tertindas, maka kemungkinan kekacauan sipil meningkat. Jika kelompok –
kelompok minoritas ini merumuskan suatu strategi yang membutuhkan
tindakan politik yang diorganisasi dengan sangat baik, mereka akan condong
memerlukan dukungan dari luar.
3) Loyalitas politik yang secara tradisional telah meluas ke lembaga-lembaga
politik atau para penguasa terkadang justru diarahkan ke badan-badan atau
ideology politik luar negeri. Hal ini akan membuka peluang bagi negara –
negara asing yang melambangkan ideologi trans nasional ini, untuk menjadi
terlibat dalam politik dalam negeri bangsa lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
4) Terdapatnya jalan buntu terhadap penyelesaian masalah nuklir. Ini membuat
para musuh utama perang dingin masuk ke sektor peperangan dan subversi
yang tidak teratur, di mana kemungkinan peningkatan militer yang tidak
terkendali kecil sekali.
5) Dengan tujuan revolusioner pemerintah cenderung menggunakan untuk tujuan
luar negeri jenis-jenis teknik yang sama degan teknik yang sudah berhasil
digunakan pemimpin mereka dalam memperoleh kekuasaan dalam negeri.
Intervensi Amerika Serikat (AS) ke Kuba dilatar belakangi oleh adanya upaya
perlindungan terhadap warga negara AS yang berada di Kuba. Selain itu
intervensi ini juga dimaksudkan untuk melindungi kawasan Amerika Latin dalam
hal ini Kuba dari serangan negara – negara Eropa.
c. Bentuk Intervensi
Bentuk intervensi dibedakan menjadi 5 kelompok yaitu :
1) Berbagai tindakan politik rahasia, yaitu adanya penyuapan penyebaran
propaganda tersendiri.
2) Demonstrasi kekuatan, yaitu memperlihatkan atau mengancam untuk
menggunakan kekuatan baik untuk membantu maupun menghalangi
pemberontakan dalam negeri dalam sebuah negara asing.
3) Subversi, yaitu merupakan kegiatan pemberontakan yang diatur, didukung
atau diarahkan oleh kekuatan asing dengan menggunakan berbagai unsur yang
tidak puas dalam suatu masyarakat bagi tujuanya sendiri.
4) Perang gerilya, yaitu jenis kegiatan yang menggabungkan teror dengan terang
– terangan dan gerilya yang berpindah- pindah.
5) Intervensi militer, yaitu pengiriman sejumlah pasukan baik untuk
memantapkan suatu rezim terhadap para pemberontak atau membantu para
pemberontak untuk menggulingkan suatu perangkat penguasa yang telah
mapan (K.J.Holtsi, 1988: 9).
Pelaksanaan intervensi AS ke Kuba diawali dengan adanya penggunaan Plat
Amandemen sebagai konstitusi baru Kuba. Plat Amandemen ini membuat AS
memiliki hak istimewa di Kuba, selain itu AS juga mengadakan propaganda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
politik dengan mendukung pemerintahan Batista serta mampu menguasai lebih
dari 70% aset negara Kuba.
2. Hakekat Hubungan Internasional
a. Pengertian Hubungan Internasional
Hubungan Internasional adalah cabang dari ilmu politik merupakan suatu
studi tentang persoalan-persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-
negara dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara, organisasi-
organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah atau lembaga
swadaya masyarakat, dan perusahaan-perusahaan multinasional. Hubungan
Internasional adalah suatu bidang akademis dan kebijakan publik dan dapat
bersifat positif atau normatif karena hubungan internasional berusaha
menganalisis serta merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu (K.J
Holtsi, 1988: 286).
Hubungan internasional dapat dikatakan suatu kerjasama antar negara
yang satu dengan yang lain. Istilah hubungan internasional dapat mengacu pada
semua bentuk interaksi antara masyarakat yang berbeda. Sebagaimana manusia
tidak dapat lepas dari pergaulan dengan sesama manusia, begitupun negara tidak
lepas dari hubungan dengan sesama negara. Hubungan internasional dapat
diartikan secara mendasar sebagai usaha – usaha negara – negara di dunia untuk
saling berhubungan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan dari kepentingan
negara masing – masing (Leo Agung, 1992: 28). Adanya ketergantungan dengan
negara lain inilah yang menyebabkan tumbuhnya hubungan internasional. Dengan
demikian hubungan internasional maing – masing negara bertujuan untuk
mencapai kebutuhan negara, sehingga terbentuk suatu kerjasama dalam berbagai
bidang baik dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, ideology, dan lain – lain.
K.J. Holtsi ( 1988: 21) mengatakan bahwa “studi hubungan internasional
mencakup analisis kebijaksanaan luar negeri atau proses antara bangsa – bangsa
mencakup juga studi mengenai serikat perdagangan, turisme, perdagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
internasional, transportasi, komunikasi dan perkembangan nilai dan etika
internasional.”
Hubungan internasional merupakan studi tentang interaksi antara jenis
kesatuan – kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan – keadaan
relevan yang mengelilingi interaksi (Mc. Clelland, 1986: 27). Dalam hubungan
internasional hubungan antara seseorang dengan orang yang lain merupakan arti
utama. Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa kerjasama (Cooperation),
persaingan (Competition), dan pertentangan (Conflict) (May Rudy, 2003: 2). Hal
yang diharapkan dari suatu hubungan atau interaksi berupa kerjasama. Di dalam
hubungan internasional tidak dapat terhindar dari adanya persaingan dan konflik
(pertentangan).
Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa hubungan internasional adalah
hubungan antara satu negara dengan negara lain untuk mencapai tujuan dan dalam
rangka memenuhi tuntutan serta kepentingan negara sendiri.
b. Jenis Hubungan Internasional
1). Hubungan Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu unsure yang memperkuat suatu
negara. Hubungan internasional dibidang ekonomi sudah ada sejak dahulu.
Suatu bangsa merupakan perkembangan dari ekonomi dunia (Fernandes:
1988: 32). Dalam menjamin hubungan ekonomi dapat terjadi konflik,
sehingga untuk menghindari hal tersebut dibentuklah organisasi –
organisasi yang berhubungan dengan ekonomi seperti ILO (International
Labour Organitation). FAO (Food And Agriculture Organitation), IMF
(International Monetery Found).
2). Hubungan Hukum
Hukum internasional merupakan suatu sistem norma yang merinci
hak dan kewajiban, serta mengatur perilaku negara (Jones, 1993: 328).
Schwareenberger yang dikutip Frans S. Fernandes (1988: 30)
mengemukakan tiga prinsip utama dalam pembentukan hukum
internasional : (a) Prinsip umum hukum serta lebih luas dari peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
undang – undang yang fungsinya terbatas, (b) Diakui bangsa – bangsa
beradab, (c) Disusun oleh tokoh – tokoh bangsa beradab dan dapat
dibuktikan sebagai prinsip hukum dunia. Hukum internasional bersumber
pada : (a) Konvensi internasional, (b) Kebiasaan internasional, (c) Prinsip
– prinsip umum hukum intenasional (Jones, 1993: 331).
3). Hubungan Diplomatik
Hubungan internasional berkaitan dengan hubungan beberapa
negara. Hubungan intenasional dilaksanakan berdasarkan persamaan dan
saling menghormati keanekaragaman atau perbedaan seperti kebudayaan,
adapt istiadat, dan suku bangsa yang dimiliki masing – masing negara.
Hubungan internasional ditandai dengan saling menempatkan
seorang diplomat. Seorang diplomat menjalankan tugas dalam bidang
politik di bawah Menteri Luar Negeri. Hubungan antar negara akan
berjalan dengan baik apabila diplomat mampu menjalankan tugas secara
professional.
Diplomat menjalankan fungsi sebagai wakil kepala negara atau
raja. Dua fungsi utama yang dilakukan duta mencakup : (a)
Menginformasikan tentang situasi dan kondisi pemerintah di mana
ditugaskan, (b) Melaksanakan misi politik luar negeri terutama
mengadakan perundingan dengan negara tempat dia bertugas (Fernandes,
1988: 28).
Diplomasi merupakan suatu proses yang menggunakan
kebijaksanaan serta penuh taktik dalam menjalankan hubungan resmi antar
negara. Seorang diplomat harus bijaksana dalam menjalankan tugas dan
penuh perhitungan dalam menolak hal – hal yang tidak sesuai dengan
tujuan negara.
4). Hubungan pendidikan dan kebudayaan
UNESCO (Organisasi Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan
Bangsa – Bangsa) merupakan bentuk kerjasama di bidang pendidikan dan
kebudayaan. UNESCO memprioritaskan tercapainya pendidikan dasar
untuk sema yang disesuaikan dengan kebutuhan masa kini dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengembangkan pendidikan tinggi. Melalui komite nasional UNESCO,
tiap negara dianjurkan untuk memajukan kerjasama antar negara dalam
bidang pendidikan, pengetahuan, dan kebudayaan dengan harapan bahwa
kerjasama akan membawa perdamaian (Saifril Djamain, 1993: 25).
c. Perangkat Hubungan Internasional
1) Diplomasi adalah praktik komunikasi dan negosiasi antara pelbagai
perwakilan negara-negara. Pada suatu tingkat, semua perangkat hubungan
internasional yang lain dapat dianggap sebagai kegagalan diplomasi. Perlu
diingat, penggunaan alat-alat yang lain merupakan bagian dari komunikasi
dan negosiasi yang tak terpisahkan di dalam negosiasi. Pemberian sanksi,
penggunaan kekuatan, dan penyesuaian aturan perdagangan, walau bukan
merupakan bagian dari diplomasi yang biasa dipertimbangkan, merupakan
perangkat-perangkat yang berharga untuk mempermudah serta
mempermulus proses negosiasi.
2) Pemberian sanksi biasanya merupakan tindakan pertama yang diambil
setelah gagalnya diplomasi dan merupakan salah satu perangkat utama
yang digunakan untuk menegakkan pelbagai perjanjian (treaties). Sanksi
dapat berbentuk sanksi diplomatik atau ekonomi dan pemutusan hubungan
dan penerapan batasan-batasan terhadap komunikasi atau perdagangan.
3) Mobilisasi tindakan mempermalukan secara internasional juga dapat
dianggap sebagai alat dalam Hubungan Internasional. Hal ini adalah untuk
mengubah tindakan negara-negara lewat “menyebut dan mempermalukan”
pada level internasional. Penggunaan yang terkemuka dalam hal ini adalah
prosedur Komisi PBB untuk Hak-hak Asasi Manusia 1235, yang secara
publik memaparkan negara-negara yang melakukan pelanggaran terhadap
hak asasi manusia.
4) Pemberian keuntungan-keuntungan ekonomi dan/atau diplomatik. Salah
satu contohnya adalah kebijakan memperbanyak keanggotaan Uni Eropa.
Negara-negara kandidat diperbolehkan menjadi anggota Uni Eropa setelah
memenuhi kriteria Copenhagen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5) Faktor-faktor psikologis dalam Hubungan Internasional berupa
pengevaluasian faktor-faktor psikologis dalam hubungan internasional
berasal dari pemahaman bahwa negara bukan merupakan kotak hitam
seperti yang dikemukakan oleh Realisme bahwa terdapat pengaruh-
pengaruh lain terhadap keputusan-keputusan kebijakan luar negeri.
Meneliti peran pelbagai kepribadian dalam proses pembuatan keputusan
dapat memiliki suatu daya penjelas, seperti halnya peran mispersepsi di
antara pelbagai aktor. Contoh yang menonjol dalam faktor-faktor level
sub-unit dalam hubungan internasional adalah konsep pemikiran-
kelompok (Groupthink), aplikasi lain yang menonjol adalah
kecenderungan para pembuat kebijakan untuk berpikir berkaitan dengan
pelbagai analogi-analogi.
6) Politik birokrat mengamati peran birokrasi dalam pembuatan keputusan,
dan menganggap berbagai keputusan sebagai hasil pertarungan internal
birokratis (bureaucratic in-fighting), dan sebagai dibentuk oleh pelbagai
kendala.
7) Kelompok-kelompok keagamaan, etnis, dan yang menarik diri. Mengamati
aspek-aspek ini dalam level sub-unit memiliki daya penjelas berkaitan
dengan konflik-konflik etnis, perang-perang keagamaan, dan aktor-aktor
lain yang tidak menganggap diri mereka cocok dengan batas-batas negara
yang pasti. Hal ini terutama bermanfaat dalam konteks dunia negara-
negara lemah pra-modern.
8) Ilmu dan teknologi, bagaimana ilmu dan teknologi berdampak pada
perkembangan, teknologi, lingkungan, bisnis, dan kesehatan dunia yang
akan menjadikan jaringan antar wilayah dunia semakin mudah dilakukan.
d. Faktor Pendorong Hubungan Internasional
1) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi sangat besar doronganya terhadap suatu negara untuk
melakukan hubungan internasional. Abad sekarang ini sulit bagi suatu
negara untuk mengisolir dari dunia internasional. Hubungan internasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dari segi ekonomi demi memenuhi kebutuhan negara. Kebutuhan negara
teraebut mengharuskan mereka untuk berhubungan dengan negara lain (Leo
Agung, 1992: 5). Indonesia mengadakan hubungan dengan negara industri
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diproduksi sendiri. Jepang
berhubungan dengan nengara agraris dan penghasil bahan baku untuk
kepentingan produksi industri.
2) Faktor Budaya
Faktor budaya dan peranan sejrah masa lampau juga berperan dalam
mendorong suatu negara berhubungan dengan negara lain. Hubungan
kebudayaan antar negara merupakan hubungan intelek, atau merupakan
proses psikologi (Fernandes, 1988: 34). Di dalam zaman modern hubungan
antar budaya berbentuk misi kesenian, dan pertukaran pelajar. Tujuan dari
kegiatan ini untuk menciptakan citra suatu bangsa di negara lain. Lebih
lanjut dapat memberikan dampak dalam menumbuhkan saling pengertian
sihingga menciptakan iklim baru dalam dunia internasional.
3) Faktor Pendidikan
Negara – negara berkembang membuthkan ilmu dan teknologi untuk
mengejar ketertinggalan dari negara lain. Untuk itu mereka membutuhkan
pertukaran informasi ilmiah dan meminta bantuan dari negara maju untuk
membantu mereka mengembangkan ilmu teknologi di negara mereka (Leo
Agung, 1992: 5). Bidang pendidikan merupakan salah satu cara untuk
mengakses perkembangan teknologi negara lain.
e) Faktor Penghambat Hubungan Internasional
Kata terorisme saat ini gencar dibicarakanm isu terorisme
menimbulkan kecurigaan yang mengakibatkan ketegangan hubungan antar
negara. Definisi terorisme dikemukakan Pertahanan Amerika Serikat yang
dikutip Ridwan Al – Makassary (2003: 10) yaitu “penggunaan kekuatan atau
kekerasan yang tidak berdasarkan hukum atau mengancam menghancurkan
individu dan harta benda untuk memaksa mengintimidasi pemerintah dan
masyarakat, seringkali untuk mencapai tujuan – tujuan politik, agama, atau
ideologi.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Salah satu korban dari isu terorisme adalah Afghanistan, negara ini
telah di serang demi mencari tokoh Osama bin Laden. Tokoh yang diduga
sebagai dalang teroris dunia. Indonesia tidak luput dari sasaran aksi
terorisme yang memperburuk citra Indonesia dalam dunia internasional. Isu
terorisme merupakan salah satu pengahambat dalam menjalin hubungan
dengan negara lain di kawasan internasional.
3. Hakekat Kekuasaan
a. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga
dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi
kemampuan untuk membuat keputusan mempngaruhi orang lain dan mengatasi
pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti
dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan
orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah
orang lain.
Pengertian kekuasaan secara umum adalah ‘’kemampuan pelaku untuk
mempengaruhi tingkah laku pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
pelaku terakhir menjadi sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai
kekuasaan’’ (Harold D. Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert
A. Dahl (1978:29) bahwa ‘’kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan untuk
mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak kepada
pihak lain’’.
Kekuasaan merupakan kemampuan seseorang atau sekelompok orang
untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku orang atau kelompok orang lain,
sehingga orang yang dipengaruhi itu mau melakukan sesuatu yang sebetulnya
orang itu enggan melakukannya. Bagian penting dari pengertian kekuasaan adalah
syarat adanya keterpaksaan, yakni keterpaksaan pihak yang dipengaruhi untuk
mengikuti pemikiran ataupun tingkah laku pihak yang mempengaruhi (Mochtar
Mas’oed dan Nasikun, 1987:22). Dinyatakan oleh Ramlan Surbakti (1992:58)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bahwa kekuasaan merupakan suatu kemampuan menggunakan sumber-sumber
pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi perilaku pihak lain, sehingga pihak
lain berperilaku sesuai dengan kehendak pihak yang mempengaruhi. Dalam
pengertian yang lebih sempit, kekuasaan dapat dirumuskan sebagai kemampuan
menggunakan sumber-sumber pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan keputusan, sehingga keputusan itu menguntungkan dirinya,
kelompoknya dan masyarakat pada umumnya.
‘’Kekuasaan merupakan penggunaan sejumlah besar sumber daya (aset,
kemampuan) untuk mendapat kepatuhan dan tingkah laku menyesuaikan dari
orang lain’’ (Charles F. Andrain, 1992:130).
Menurut Miriam Budiarjo (1982:35) kekuasaan adalah ‘’kemampuan
seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku orang ltu
menjadi sesuai dengan keinginn dan tujuan dari orang yang mempunyai
kekuasaan’’.
Menurut Walter S. Jones (1993:3) kekuasaan dapat didefinisikan sebagai
berikut :
(1) Kekuasaan adalah alat aktor-aktor internasional untuk berhubungan satu dengan lainnya. Itu berarti kepemilikan, atau lebih tepat koleksi kepemilikan untuk menciptakan suatu kepemimpinan; (2) Kekuasaan bukanlah atribut politik alamiah melainkan produk sumber daya material (berwujud) dan tingkah laku (yang tidak berwujud) yang masing-masing menduduki posisi khusus dalam keseluruhan kekuasaan seluruh aktor; (3) Kekuasaan adalah salah satu sarana untuk menancapkan pengaruh atas aktor-aktor lainnya yang bersaing menggapai hasil yang paling sesuai dengan tujuan masing-masing; dan (4) Penggunaan kekuasaan secara rasional merupakan upaya untuk membentuk hasil dari peristiwa internasional untuk dapat mempertahankan atau menyempurnakan kepuasan aktor dalam lingkungan politik internasional. Lebih lanjut Walter S. Jones (1993:6) menyatakan unsur-unsur potensi
kekuasaan adalah :
(1) Sumber daya alam sebagai sumber kekuasaan, dalam hal ini sumber daya alam yang penting adalah sumber daya alam geografi; (2) Unsur psikologis dan sosiologis kekuasaan, sama halnya besarnya penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
suatu bangsa yang mempunyai arti penting bagi kekuasaan, seperti halnya citra, sikap, dan harapan penduduk. Yang paling penting adalah citra diri bangsa, yang sangat mempengaruhi konsep peran yang harus dimainkan bangsa itu; dan (3) Unsur-unsur sintetik dari kekuasaan ketrampilan penggunaan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain dalam rangka mengkoordinir, mengembangkan, menyiagakan kekuasaan negara yang paling penting adalah kapasitas industri dan kesiagaan. Menurut Benedict Anderson (1972:48) kekuasaan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu konsep pemikiran barat dan konsep pemikiran Jawa.
Menurutnya kekuasaan dalam konsep pemikiran Barat adalah abstrak, bersifat
homogen, tidak ada batasnya, dan dapat dipersoalkan keabsahannya. Sedangkan
kekuasaan menurut konsep Jawa adalah konkrit, bersifat homogen, jumlahnya
terbatas atau tetap dan tidak mempersoalkan keabsahan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kekuasaan sangat penting
kedudukannya dalam masyarakat, yang mana dengan kekuasaan suatu kelompok
dapat melakukan apa saja yang diinginkan dan dapat mempengaruhi perbuatan-
perbuatan kelompok lain agar taat dan patuh terhadap pemegang kekuasaan.
b. Tipe Kekuasaan
Walter S. Jones (1993: 15) mengidentifikasi ada lima bentuk kekuasaan
yang dirasakan mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :
1) Kekuasaan ganjaran (Reward Power)
Merupakan suatu kekuasan yang diadasarkan atas pemberian harapan,
pujian, penghargan atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan
seseorang pemimpin terhadap bawahannya.
2) Kekuasaan paksaan (Coercive Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut, seorang pengikut
merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat
menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman.
3) Kekuasaan legal (Legitimate Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang diperoleh secara sah karena posisi seseorang
dalam kelompok atau hirarhi keorganisasian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Kekuasaan keahlian (Expert Power)
Yaitu kekuasasan yang didasarkan atas ketrampilan khusus, keahlian atau
pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin dimana para pengikutnya
menganggap bahwa orang itu mempunyai keahlian yang relevan dan yakin
keahliannya itu melebihi keahlian mereka sendiri.
5) Kekuasaan acuan (Referent Power)
Yaitu suatu kekuasaan yang diasarkan atas daya tarik seseorang, seorang
pemimpin dikagumi oleh pra pengikutnya karena memiliki suatu ciri khas,
bentuk kekuasaan ini secara populer dinamakan kharisma. Pemimpin yang
memiliki daya kharisma yang tinggi dapat meningkatkan semangat dan
menarik pengikutnya untuk melakukan sesuatu, pemimpin yang demikian
tidak hanya diterima secara mutlak namun diikuti sepenuhnya.
c. Cara Memperoleh Kekuasaan
Menurut Haryanto (2005:22) kekuasaan dapat diperoleh dengan beberapa
cara, yaitu :
1) Dari kedudukan
Kedudukan dapat memberikan kekuasaan kepada seseorang atau
sekelompok orang karena yang bersangkutan menduduki posisi tadi. Semakin
tinggi kedudukan maka akan semakin besar pula kekuasaan yang berada pada
genggaman orang yang menduduki posisi tersebut.
2) Dari kekayaan
Atas dasar kekayaan yang dimilikinya, seseorang atau sekelompok
orang dapat sedikit banyak memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain
agar bersedia mengikuti kehendaknya. Kekayaan yang digunakan untuk
memperoleh kekuasaan biasanya dikaitkan dengan pemilikan sumber-sumber
ekonomi. Semakin besar kepemilikan terhadap sumber-sumber ekonomi, apalagi
kalau sumber-sumber ekonomi itu merupakan sumber yang langka dan merupakan
kebutuhan primer, maka akan semakin besar pula kekuatan pemilik sumber-
sumber ekonomi untuk memaksakan keinginannya kepada pihak-pihak lain.
Dalam realitas kehidupan, kekuasaan yang bersumberkan pada kekayaan akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
lebih terasa besar pengaruhnya apabila berlangsung di masyarakat yang relatif
kurang sejahtera, dan sekaligus juga merupakan masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan yang tidak merata.
3) Dari kepercayaan
Seseorang atau sekelompok orang dapat memiliki kekuasaan karena
yang bersangkutan memang dipercaya untuk memilikinya atas dasar kepercayaan
yang dianut masyarakat. Kekuasaan yang bersumber dari kepercayaan hanya
muncul di masyarakat di mana anggota-anggotanya mempunyai kepercayaan yang
dimiliki pemegang kekuasaan.
Menurut Miriam Budiardjo (1982:36) kekuasaan bisa diperoleh dari
kekerasan fisik (misalnya, seorang Polisi dapat memaksa penjahat untuk
mengakui kejahatannya karena dari segi persenjataan polisi lebih kuat); pada
kedudukan (misalnya, seorang komandan terhadap bawahannya, seorang atasan
dapat memecat pegawainya); pada kekayaan (misalnya seorang pengusaha kaya
dapat mempengaruhi seorang politikus melalui kekayaannya); atau pada
kepercayaan (misalnya, seorang pendeta terhadap umatnya).
d. Cara Mempertahankan Kekuasaan
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang, sekelompok orang atau suatu
negara terhadap terhadap pihak lain, dapat membuat penguasa tersebut berupaya
untuk mencapai apa yang menjadi keinginan dan tujuannya. Untuk itu, penguasa
berkeinginan mempertahankan kekuasaannya. Cara untuk mempertahankan
kekuasaan dapat dilakukan dengan cara damai, antara lain dengan demokrasi dan
mencari dukungan pihak lain, atau dengan kekerasan, antara lain dengan
penindasan dan memerangi pihak yang menentang kekuasaannya.
Menurut Haryanto (2005:57) tindakan penguasa untuk mempertahankan
kekuasaannya berbeda-beda. Dalam masyarakat yang demokrasis, penguasa
mencari dukungan warga masyarakat secara konseptual dan memperbesar
kepercayaan warga terhadap penguasa. Sedang dalam masyarakat yang tidak
demokratis, penguasa mempertahankan kekuasaannya dengan paksaan. Di
masyarakat yang tidak demokratis, ada kecenderungan penguasa untuk masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
terlalu jauh dalam mengatur kehidupan dan kepercayaan serta pribadi warganya
sesuai dengan keinginan penguasa. Dengan paksaan, warga digiring untuk patuh
pada penguasa.
Di antara banyak bentuk kekuasaan, kekuasaan politik merupakan hal
yang paling penting untuk dipertahankan, karena dengan kekuasaan politik,
penguasa dapat mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) baik terbentuknya
maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan.
Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk mendapat ketaatan
warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan
untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas penguasa di bidang administratif,
legislatif dan yudikatif (Miriam Budiardjo,1982:37).
Ibnu Khaldun dalam Rahman Zainudin (1992:125) menjelaskan kekuasaan
itu mempunyai dinamika dan prosesnya sendiri, yang dilaluinya mulai dari
kelahirannya sampai kehancurannya. Penguasa atau kelompok yang berkuasa
harus mempertahankan hubungan secara moralitas dan sifat-sifat kebaikan. Sifat-
sifat terpuji itulah yang menunjukkan adanya kekuasaan. Selama sifat-sifat seperti
itu ada, maka kekuasaan masih tetap ada. Dinyatakan Robert M. Macluer dalam
Miriam Budiardjo (1982:36) bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, penguasa
harus meluaskan pengaruhnya untuk meningkatkan kepercayaan dan ketaatan dari
masyarakat atau warga di mana penguasa itu berkuasa.
Jadi meskipun dalam mempertahankan kekuasaan ada berbagai macam
cara, tetapi ada beberapa persamaannya yaitu pihak satu ingin selalu memerintah
pihak lain, ingin lebih tinggi dari pihak lain dan menginginkan ketaatan pihak
lain.
Fidel Castro dalam upaya mempertahankan kekuasaanya dari pengaruh
intervensi AS dengan cara menggandeng Uni Sovyet serta mengedepankan
komunis sebagai langkah tandingan dari kapitalisme AS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
e. Faktor Runtuhnya Kekuasaan
Dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang dikutip A. Rahman Zainuddin (1992
: 233) ada beberapa tahapan proses jatuhnya kekuasaan, yaitu :
1) Kekuasaan yang sentralistik, dimana pemusatan kekuasaan dan kemegahan
berada pada seorang atau sekelompok penguasa.
2) Kekuasaan yang mempunyai tata cara dan kebiasaan hidup dalam
kemegahan.
3) Kekuasaan yang memiliki pertahanan lemah, tidak mempunyai kekuatan
legitimasi.
Hancurnya kekuasaan tidak hanya disebabkan oleh factor internal dalam
kekuasaan itu sendiri, akan tetapi bias dari factor eksternal, antara lain karena
peperangan yang melibatkan dua negara atau lebih, konflik dan perang saudara,
kudeta (penggulingan kekuasaan) baik oleh militer maupun sipil dan aksi-aksi
demonstrasi yang memungkinkan pergantian kekuasaan (Rahman Zainudin,
1992:321)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
B. KERANGKA BERPIKIR
Keterangan :
Langkah Kuba melepaskan diri dari penjajahan Spanyol memperoleh hasil
karena bantuan dari Amerika Serikat (AS). Hal ini menjadikan Kuba mempunyai
ketergantungan yang sangat besar terhadap AS. Berawal dari pemerintahan
diktator Kuba di bawah pimpinan Fulgencio Batista setelah menyingkirkan
Morales. Pemerintahan Batista ini mendapat dukungan penuh dari AS. Pada masa
ini penduduk AS memiliki hamper 70% dari aset negara Kuba. Akibat dari
pendudukan ini maka pada tahun 1959 terjadi kudeta dari kaum revolusioner di
Pemerintahan Diktator Batista
Kolonial AS
Revolusi Kuba Paham Komunisme
Pemerintahan Fidel Castro
Kuba Negara Komunis
Embargo Ekonomi
Dampak Intervensi
Intervensi AS
Kebijakan Fidel Castro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
bawah pipinan Fidel Castro serta berhasil menggulingkan kedektatoran Batista.
Masa inilah yang menjadi babak utama dalam persaingan pandangan politik Kuba
dan AS. Secara berani Castro mengatakan bahwa dia adalah seorang komunis. AS
yang merupakan negara liberal merasa terancam dengan tampilnya Castro sebagai
pemimpin Kuba, lebih-lebih dengan adanya nasionalisasi aset serta landreform
sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan negara. Hal ini mendorong AS
melakukan isolasi terhadap Kuba berupa embargo dengan menjatuhkan semua
sektor riil perekonomian Kuba. Isolai ini membuat Kuba mau tidak mau
menggandeng Uni Sovyet untuk mengatasi masalah perekonomian dan membuat
Kuba menjadikan komunisme sebagai haluan negara karena hanya itulah yang
dapat menyelamatkan perekonomian Kuba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi
Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan Fidel
Castro), penulis melakukan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai berikut:
a. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
c. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
d.Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.
e. Perpustakaan Universitas Gajah Mada Yogyakarta
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan untuk penelitian ini direncanakan mulai dari bulan
Maret 2010, sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini yaitu pada bulan
Desember 2010. Perencanaan pelaksanaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kegiatan Penelitian
Kegiatan 2010
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Pengajuan Judul Skripsi
Pengajuan Proposal dan Perijinan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
B. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian ilmiah selalu diperlukan suatu metode tertentu
yang berkaitan dengan obyek atau pemasalahan yang akan diteliti. Menurut
Koentjaraningrat (1986 : 7) kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos
yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan karya ilmiah, maka metode
menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Menurut Dudung Abdurahman (1999 : 43) metode adalah suatu cara,
jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Sedangkan menurut Helius
Sjamsuddin (2007 : 13) metode ada hubungannya dengan prosedur, proses, atau
teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk
mendapatkan obyek yang diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan,
mendiskripsikan dan memaparkan Intervensi Amerika Serikat ke Kuba (Studi
Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik terhadap Pemerintahan Fidel
Castro). Peristiwa yang menjadi pokok penelitian tersebut adalah peristiwa masa
lampau, sehingga metode yang digunakan adalah metode historis atau sejarah.
Dengan metode sejarah penulis mencoba merekonstruksi kembali suatu peristiwa
di masa lampau sehingga dapat menghasilkan historiografi sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Louis Gottschalk (1975 : 32) mengemukakan bahwa metode sejarah
adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Sedangkan Nugroho Notosusanto (1971 : 17) menyatakan bahwa
metode penelitian sejarah merupakan proses pengumpulan, menguji, menganalisis
secara kritis rekaman-rekaman dan penggalian-penggalian masa lampau menjadi
kisah sejarah yang dapat dipercaya, metode ini merupakan proses merekonstruksi
peristiwa-peristiwa masa lampau, sehingga menjadi kisah yang nyata.
Gilbert J Garraghan yang dikutip Dudung Abdurahman (1999 : 43-44)
mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan
prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif,
menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
dalam bentuk tertulis. Menurut Louis Gottschalk (1975 : 32) metode sejarah
adalah proses menguji serta menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau berdasarkan data yang diperoleh guna menentukan proses
historiografi.
Metode sejarah adalah rekontruksi imajinatif gambaran masa lampau
peristiwa-peristiwa sejarah secara kritis dan analitis berdasarkan bukti-bukti dan
data peninggalan masa lampau yang disebut sumber sejarah. Dalam penulisan
kisah masa lampau berdasarkan bukti-bukti yang ditinggalkan, sejarawan
diharuskan memiliki prosedur kerja. Prosedur kerja inilah yang disebut metode
sejarah, antara lain mencari jejak-jejak masa lampau, meneliti secara kritis,
menggambarkan masa lampau berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode
penelitian sejarah adalah kegiatan mengumpulkan, menguji dan menganalisis
secara kritis data peninggalan masa lampau dan menyajikannya sebagai hasil
karya melalui historiografi. Oleh karena metode penelitian yang digunakan adalah
metode historis, maka dilakukan langkah-langkah metode historis yang meliputi
pengumpulan sumber-sumber sejarah, menguji validitas dan reliabilitas data
sejarah tersebut kemudian menganalisis secara kritis untuk menghasilkan tulisan
atau cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya.
C. Sumber Sejarah
Setiap peristiwa sosial selalu mempunyai sejarah yang mendahuluinya
yaitu berupa satu bentuk data sejarah yang di ketahui sekarang. Data sejarah itu
memberi keterangan tentang kondisi penyebab sampai berakhirnya suatu peristiwa
yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk memahami implikasinya lebih luas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sejarah. Sumber data sejarah sering disebut juga data sejarah. Menurut
Kuntowijoyo kata “data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum
(bahasa Latin) yang berarti pemberitaan (Dudung Abdurahman, 1999 : 30).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 19) sumber sejarah terdiri atas
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang
keterangannnya diperoleh secara langsung dari seseorang yang menyaksikan suatu
peristiwa dengan mata kepala sendiri, sedangkan sumber sekunder adalah sumber
yang keterangannya diperoleh oleh pengarangnya dari orang lain atau sumber lain.
Klasifikasi sumber sejarah dapat dibedakan menurut bahannya, asal-
usulnya atau urutan penyampaiannya dan tujuan sumber itu dibuat. Sumber
menurut bahannya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber tertulis dan sumber
tidak tertulis. Menurut urutan penyampaiannya sumber-sumber dapat dibedakan
menjadi sumber primer dan sumber sekunder sedangkan menurut tujuannya
sumber-sumber dapat dibagi atas sumber formal dan informal (Dudung
Abdurahman, 1999 : 31).
Pada penelitian ini penulis digunakan sumber data tertulis sebagai sumber
primer dan sekunder. Sebagai sumber primer digunakan surat – surat kabar antara
tahun 1960 – 1990, antara lain dari surat kabar Kompas tahun 1980, surat kabar
Republika tahun 1990, sebagai pembanding juga menggunakan surat kabar luar
negeri yaitu News terbitan tahun 1980 – 1990. Selain dari surat kabar juga
digunakan artikel – artikel serta buku – buku yang relevan dengan penelitian
sebagai sumber sekunder antara lain buku ”Pergolakan di Amerika Latin dalam
Dasawarsa Ini” karangan Hidayat Mukmin terbitan tahun 1988, karya David
Deutschmann yang telah di alih bahasakan oleh Sovia Veronika Purba yang
berjudul ”Che Guevara dan Revolusi Kuba” terbitan tahun 2004, jurnal CSIS
terbitan tahun 1980, karya Hugh S Thomas dkk. ”The Cuban Revolution 25 Years
Later” terbitan tahun 1992, karya Philip Brener “From Confrontation to
Negoitation, terbitan tahun 1988. Sumber data yang telah diperoleh kemudian
dikaji, diklasifikasikan dan selanjutnya dibandingkan antara sumber yang satu
dengan yang lainnya serta dianalisis data tersebut sehingga diperoleh data sejarah
yang akurat yang dapat digunakan untuk menyusun cerita sejarah yang menarik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik studi pustaka.
Teknik studi pustaka adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis
terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil atau hukum-hukum dan yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Dalam melakukan studi pustaka diperlukan pengetahuan tentang perpustakaan
sebagai sumber literatur yang diperlukan dalam mencari materi yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti dari literatur yang tersedia (Hadari Nawawi, 1993 :
133). Studi pustaka merupakan sebuah penelitian di perpustakaan yang bertujuan
mengumpulkan data dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di
ruang perpustakaan, misalnya : buku, surat kabar, majalah dan dokumen. Data
tersebut berfungsi sebagai wahana informasi terhadap materi yang akan dibahas
dalam penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi maka peneliti juga bisa
memenfaatkan internet dalam rangka studi pustaka untuk mengumpulkan data-
data yang berkaitan dengan tema penelitian.
Studi pustaka ini dilakukan sistem kartu/katalog atau menggunakan
komputer dengan cara mencatat beberapa sumber tertentu yang berkaitan dengan
penelitian dengan mencantumkan keterangan mengenai nama pengarang, judul
buku maupun subyek yang dicari.. Oleh karena itu perlu mengingat kata kunci
yang terdapat dalam subyek yang dibahasnya, sehingga menemukan buku dan
artikel yang dimaksudkan dalam katalog atau komputer. Buku-buku dan artikel
yang telah ditemukan di perpustakaan dibaca dan dipahami, kemudian mencatat
hal-hal yang dianggap penting dan relevan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Dengan demikian diperoleh data yang akan digunakan dalam penulisan
skipsi ini.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah teknik
analisis historis. Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca
(Mohammad Nazir, 1988 : 419).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Menurut Sartono Kartodirjo (1993 : 88) bahan utama yang digunakan
sejarawan menyusun suatu cerita atau analisis sejarah adalah fakta, dan fakta itu
pada hakikatnya adalah konstruk yang dibuat oleh sejarawan, sehingga
interpretasi, baik analisis maupun sintesis orang bisa berbicara pendapat.
Perbedaan pendapat itu sah meskipun datanya sama. Dari sinilah interpretasi
sering disebut juga sebagai penyebab subyektivitas.
Sementara itu Sidi Gazalba (1981 : 38) mendefinisikan fakta sebagai usaha
pikiran manusia untuk merumuskan kenyataan itu sendiri dari bahan-bahan yang
diwarisi. Untuk menganalisa suatu karya sejarah diperlukan adanya kritik ektern
dan kritik intern. Hal ini dilakukan karena setiap peneliti cenderung memiliki
unsur subyektivitas terutama dalam abstraksi fakta. Untuk mengurangi
kecenderungan tersebut, seorang peneliti harus mempunyai kerangka teoritis dan
metodologi yang kuat, sehingga fakta-fakta sejarah yang telah dianalisa, dikritik
dan diinterpretasikan akan menjadi suatu penelitian sejarah yang dapat diakui
kebenarannya
Pengkajian fakta-fakta oleh sejarawan memang tidak bisa lepas dari
subyektivitas, karena itulah diperlukan alat-alat analisis seperti konsep-konsep dan
teori-teori sebagai penyeleksi fakta, interpretasi dan kesimpulan yang cenderung
memiliki subyektivitas terutama dalam abtraksi fakta, maka untuk menguranginya
seseorang peneliti harus mempunyai kerangka berpikir teroritik dan metodologi
yang kuat, setelah diadakan analisis, kritik sumber dan interpretasi, maka fakta
sejarah dapat menjadi suatu cerita yang dapat dipercaya kebenarannya.
Dalam hal ini menggunakan teori – teori intervensi, hubungan
internasional, dan kekuasaan untuk menganalisis dan mendapatkan fakta sejarah
mengenai 1) Motivasi AS melakukan intervensi terhadap Kuba, 2) Realisasi
pelaksanaan intervensi AS terhadap Kuba, 3) Implikasi intervensi terhadap politik
dan perekonomian Kuba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
F. Prosedur Penelitian
Dalam melaksanakan suatu penelitian harus melalui prosedur atau urutan
kerja yang baik agar suatu penelitian tersebut mencapai hasil yang maksimal.
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal yaitu
membuat proposal sampai dengan penulisan hasil penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode historis, maka ada empat tahap yang harus dipenuhi, yaitu
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun prosedur penelitian yang
dilakukan, sesuai dengan yang digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
1) Heuristik
Menurut Nugroho Notosusanto (1971 : 11), heuristik berasal dari kata
Yunani yaitu ”heuriskein” yang berarti mencari dahulu, baru menemukan.
Heuristik berarti proses mencari data untuk menemukakan sumber-sumber. Sidi
Gazalba (1981 : 15) mengemukakan bahwa heuristik adalah kegiatan mencari
bahan atau menyelidiki sumber sejarah untuk mendapatkan hasil penelitian. Pada
tahap ini diusahakan mencari dan menemukan sumber-sumber tertulis berupa
buku-buku serta bentuk kepustakaan lain yang relevan dengan penelitian.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari surat kabar Kompas
tahun 1980, surat kabar Republika tahun 1990, surat kabar News , terbitan tahun
1980, jurnal CSIS terbitan tahun 1980. Buku – buku antara lain ”Pergolakan di
Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini” karangan Hidayat Mukmin terbitan tahun
1988, karya David Deutschmann yang telah di alih bahasakan oleh Sovia
Veronika Purba yang berjudul ”Che Guevara dan Revolusi Kuba” terbitan tahun
2004, jurnal CSIS terbitan tahun 1980, karya Hugh S Thomas dkk. ”The Cuban
Revolution 25 Years Later” terbitan tahun 1992. Sumber-sumber tersebut diatas
Kritik Heuristik Historiografi Interpretasi
Fakta Sejarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diperoleh dari beberapa perpustakaan di antaranya: Perpustakaan Pusat
Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Jurusan FKIP, Perpustakaan Program
Studi Sejarah FKIP UNS, dan Perpustakaan Monumen Pers Surakarta
2) Kritik Sumber
Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah jejak-jejak sejarah itu asli
atau autentik dan dapat dipercaya atau tidak. Setelah ditemukan sumber-sumber
yang mendukung permasalahan diatas, maka sumber-sumber tersebut diadakan
kritik sumber secara intern dan ekstern. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh
keabsahan sumber.
Kritik ekstern adalah kritik terhadap keaslian sumber, apakah sumber yang
dikehendaki asli atau tidak, utuh atau turunan (salinan). Kritik ekstern dilakukan
terhadap sumber yang diperoleh berdasarkan bentuk fisik atau luarnya berupa
bahan (kertas atau tinta) yang digunakan, jenis tulisan, gaya bahasa, hurufnya, dan
segi penampilan yang lain. Uji keaslian sumber dilakukan dengan pertanyaan :
kapan sumber dibuat?, di mana sumber dibuat?, siapa yang membuat?, dan dari
bahan apa sumber dibuat?. Kritik ekstern dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara melihat kapan sumber itu dibuat, di mana sumber itu dibuat, siapa
pengarangnya dan bagaimana latar belakang pendidikan pengarang. Sebagai
contoh kritik ekstern terhadap buku“Pergolakan di Amerika Latin Dalam
Dasawarsa Ini” karya Hidayat Mukmin, yang di buat tahun 1988 buku tersebut
ditulis ketika sedang bertugas di Meksiko tahun 1973 – 1976 yang difokuskan
pada masalah tertentu yang dapat menimbulkan pergolakan dalam hal ini yang
terjadi di Kuba yang telah terjadi pergolakan terhadap kepemimpinan diktator
Batista.
Kritik intern adalah kritik yang berhubungan dengan kredibilitas dari
sumber sejarah apakah isi, fakta dan ceritanya dapat dipercaya dan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan. Kritik intern dapat ditempuh dengan cara
membandingkan berbagai isi dan fakta yang terdapat dalam sumber, misalnya
kritik intern terhadap buku “Che Guevara dan Revolusi Kuba” yang membahas
perjuangan Fidel Castro bersama Che Guevara menggulingkan pemerintahan
Batista serta terhadap tekanan Amerika Serikat, dengan buku “Komunisme Uni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sovyet” yang membahas strategi Uni Sovyet dalam mengahadapi kapitalisme
Amerika Serikat yaitu dengan menggandeng Kuba menjadi negara komunis.
3) Interpretasi
Interpretasi sering disebut dengan analisis sejarah. Menurut Mohammad
Nazir (1988 : 438) interpretasi merupakan penjelasan yang terperinci tentang arti
yang sebenarnya dari materi yang dipaparkan. Sedangkan interpretasi atau analisis
historis menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999 : 64)
bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari
sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu
ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, jadi interpretasi juga biasa
dikatakan sebagai suatu bentuk analisa. Dalam melaksanakan kegiatan interpretasi
penulis harus meninggalkan unsur subyektivitas yang disebabkan
keanekaragaman data yang diperoleh dari berbagai buku. Sehingga penulis harus
membandingkan buku satu dengan buku yang lain agar memperkuat kebenaran
dari buku tersebut.
Data yang telah dikumpulkan dan diseleksi dicari berbagai artian yang satu
dengan yang lain untuk dicari makna yang didasarkan pada teori yang digunakan
untuk menemukan kebenaran data yang dicari yaitu: 1) Motivasi AS melakukan
intervensi terhadap Kuba, 2) Realisasi pelaksanaan intervensi AS terhadap Kuba,
3) Implikasi intervensi terhadap politik dan perekonomian Kuba.
4) Historiografi
Langkah terakhir dalam metode sejarah yaitu historiografi, yaitu
merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah
yang telah dilakukan (Dudung Abdurrahman, 1999 : 67).
Dalam hal ini imajinasi sangat diperlukan untuk merangkai fakta satu
dengan fakta yang lain, sehingga dapat menjadi suatu kisah sejarah yang menarik
dan dapat dipercaya kebenarannya. Penelitian ini bersifat historis, oleh karena itu
pemaparan faktanya yang telah diperoleh tersebut menjadi suatu cerita sejarah
yang kronologis atau urutan waktu sehingga menghasilkan sebuah karya tulis
yang berwujud skripsi tentang ”Intervensi Amerika Serikat di Kuba (Studi
Tentang Embargo Ekonomi dan Implikasi Politik Terhadap Pemerintahan
Fidel Castro)”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Motivasi AS Melakukan Intervensi ke Kuba
1. Sejarah Singkat Kuba
Letak geografis Kuba sangat menentukan sejarah politik dan sosial
ekonominya. Tidak ada satu entitas politik yang lain di belahan bumi bagian Barat
yang sedinamis Kuba, dan tak ada negara yang telah berulang kali mengubah
status negara mulai dari kolonial dan republik sampai sosialis, paling tidak pada
seratus tahun terakhir. Daratan yang terluas dan yang paling barat dari Kepulauan
Antilles, Kuba secara terpusat berlokasi di antara Utara dan Selatan Amerika, dan
sebagai gerbang Laut Karibia. Selama beratus-ratus tahun, posisinya yang
strategis, kekayaan lahan, pelabuhan yang berlimpah, cadangan mineral telah
memikat kekuatan-kekuatan asing, yang pertama Spanyol, Amerika Serikat, dan
kemudian Uni Soviet (www.wikipedia.org/kuba/geografi, diunduh tanggal 28 Juli
2010).
Kuba berada pada 90 mil sebelah selatan dari pulau-pulau rendah di Barat,
dan terletak di pintu masuk Teluk Mexico antara Florida dan Amerika Tengah.
Kuba adalah pulau terluas di Hindia Barat. Secara geografis Kuba memiliki
kondisi yang berbeda dengan negara Amerika lainya, mayoritas daratan di Kuba
adalah dataran rendah, dan dikelilingi oleh perbukitan. Ujung Timur pulau
tersebut adalah pegunungan. Bagian Selatan pulau sangat datar dan sering terkena
tsunami yang didahului dengan angin topan. Puncak tertinggi Kuba adalah Pico
Turquino di bagian Selatan pulau dengan ketinggian 2005 m. Penduduk pertama
Kuba adalah suku Ciboney yang tiba melalui jalan laut, mengikuti angin pasat
menuju ke barat dari pantai Venezuela sepanjang daratan Karibia. Arawakan
adalah suku selanjutnya mendarat di pulau ini dengan dua gelombang. Dimulai
dengan sub-Tainos yang tiba sekitar 900 tahun masehi, secara perlahan-lahan
mendesak suku Ciboney ke bagian barat pulau. Gelombang migrasi yang kedua,
Suku Tainos, didesak ke arah timur lokasi pantai Kuba yang bersebelahan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pulau Hispaniola pada abad ke-15, sesaat sebelum penaklukan oleh Spanyol
(www.wikipedia.org/kuba/goegrafi, diunduh tanggal 28 Juli 2010).
Ketika Christopher Colombus tiba di pulau tersebut pada tanggal 28
Oktober 1492, jumlah populasi suku asli Kuba kurang lebih 112.000, dengan
92.000 sub-Tainos, 10.000 Tainos, dan 10.000 Ciboney. Colombus mengklaim
pulau tersebut dikuasai Spanyol, bangsa yang telah mendukung perjalanannya.
Pada tahun 1508 Sebastian de Ocampo membuat peta keseluruhan garis pantai
dan menentukan bahwa daratan tersebut adalah Kuba
(www.microsoftencarta.com/cuban/history, diunduh tanggal 29 Juli 2010).
Sejak tahun 1500-an, Kuba telah menjadi daerah jajahan Spanyol. Hal ini
dapat dilihat dengan upaya untuk menyingkirkan suku-suku asli yang telah lama
menetap di Kuba. Masyarakat Kuba merupakan suatu produk penaklukan belahan
bumi Barat Spanyol, diawali dengan penemuan Christopher Colombus pada tahun
1492. orang-orang Indian asli yang berbahasa Arawak disapu bersih atau terserap
ke dalam budaya pendatang (Wolf, 2004: 132).
Selama berabad-abad pendudukan Spanyol, pulau itu terutama menjadi
basis strategis, menjaga garis laut yang menghubungkan pelabuhan Cadiz di
Spanyol dengan pelabuhan-pelabuhan Amerika di Panama dan Meksiko. Havana
tumbuh dalam respon langsung terhadap kebutuhan organisasionalarmada perak
Spanyol dan usaha Spanyol untuk memasuki koloni-koloni Amerika dengan
barang-barang Eropa. Sejak awal, Havana menghadapkan wajahnya ke laut, ke
arah kontak-kontak dengan dunia luar yang mengurung pulau tersebut. Gula
adalah produk andalan dari negara ini dan kemudian menjadi incaran dari negara-
negara kolonial. Pada tahun 1740, Kuba menghasilkan keuntungan yang besar
dari produkasi gula. Akan tetapi, keuntungan tersebut hanya dinikmati oleh
segelintir elit Spanyol yang memonopoli produksi gula Kuba. Monopoli tersebut
terjadi akibat lahan serta pabrik penyulingan tebu yang tadinya dimiliki oleh para
petani diambil alih kepemilikannya oleh Spanyol (Wolf, 2004: 132).
Berkembangnya produksi gula diikuti dengan peningkatan impor budak
dari benua Afrika yang menggantikan para penduduk asli yang terus berkurang
akibat penindasan yang dilakukan oleh Spanyol. Selama abad ke-19, perbudakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menjadi hal yang fundamental dalam produksi gula di Kuba. Sistem perbudakan
yang dilakukan oleh Spanyol semakin menampakkan watak aslinya sebagai
penjajah dan hal tersebut memicu perlawanan tidak hanya dari para budak yang
kemudian melarikan diri dan mengorganisir warga berkulit hitam akan tetapi
perlawanan juga muncul dari para petani yang hak-haknya dirampas oleh Spanyol
(Wolf, 2004: 133).
Selama pendudukan Spanyol, tercatat beberapa kali terjadi pemberontakan
yang dilakukan oleh beberapa kelompok dengan membawa tuntutan-tuntutan yang
berbeda-beda akan tetapi pada umumnya mereka meminta diwujudkannya
kesetaraan ras dan sosial ekonomi. Pada tahun 1868, Carlos Manuel de Cespedes,
melakukan sebuah pemberontakan yang kemudian dikenal dengan Perang
Sepuluh Tahun. Pada tahun 1895, Jose Marti bersama Partai Revolusioner Kuba
(PRC) yang merupakan gabungan dari kelompok-kelompok revolusioner di Kuba,
mengobarkan perang kemerdekaan terhadap Spanyol. Perang ini berakhir dengan
kematian Jose Marti yang kemudian menjadi simbol perlawanan rakyat Kuba.
Dan yang terakhir yaitu Perang Spanyol-Amerika yang terjadi pada tahun 1898,
perang ini pada awalnya dipelopori oleh PRC yang kembali melakukan
pengorganisiran setelah kalah dalam perang sebelumnya. Akan tetapi
pemberontakan rakyat Kuba ini berubah menjadi kemenangan Amerika Serikat
(AS) setelah negara itu melakukan intervensi terhadap persoalan yang terjadi di
Kuba (Wolf, 2004: 134).
Intervensi AS terhadap Kuba telah lama dimulai ketika negara tersebut
membuka pasar seluas-luasnya untuk produksi gula Kuba. Kemenangan
ASterhadap Spanyol semakin mengukuhkan dominasi ekonomi politiknya
terhadap Kuba. Untuk menjamin bahwa arah pemerintahan baru Kuba mengikuti
kebijakan AS, maka dilakukan proses “Amerikanisasi” terhadap pemimpin-
pemimpin baru Kuba sebelum mengakhiri pendudukannya. Sejak saat itu, para elit
Kuba mulai tunduk terhadap pengaruh Amerika Serikat.
Pada tahun 1900, dibentuk Dewan Konstitusional yang akan merumuskan
konstitusi baru Kuba. Untuk meyakinkan bahwa dewan tersebut tidak menolak
pengaruh AS, pemerintah AS meminta dengan tegas bahwa konstitusi baru harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
memasukkan sejumlah syarat yang menjelaskan hubungan antara kedua bangsa.
Syarat-syarat ini, yang kemudian dikenal dengan Platt Amandemen yang diambil
dari nama penginisiatifnya, senator AS Orville Platt. Amandemen itu menetapkan
bahwa Kuba tak akan membuat perjanjian untuk mengurangi kedaulatannya, tak
ada kontak hutang luar negeri tanpa jaminan dimana bunga dapat diperoleh dari
pajak biasa, menjamin AS berhak untuk campur tangan dalam melindungi
kedaulatan Kuba, dan adanya suatu pemerintahan yang mampu melindungi
kehidupan, kemerdekaan dan hak milik, serta mengijinkan AS membeli atau
menyewa tanah untuk stasiun-stasiun batu bara dan laut (Wolf, 2004: 137).
AS juga meminta agar pendudukan militer tidak berakhir sampai Kuba
menerima Platt Amandemen sebagai bagian dari konstitusi baru. Sebagai balasan
penerimaan amandemen tersebut, AS mensahkan suatu beban pajak yang
memperluas peluang pasar tebu Kuba di AS dan kebebasan untuk menyeleksi
produk-produk AS di pasar Kuba. Tindakan AS menyebabkan produksi gula
mendominasi ekonomi Kuba sementara konsumsi domestik Kuba diintegrasikan
ke dalam pasar AS yang lebih luas. Tak mengherankan jika para nasionalis Kuba
memandang AS dengan kegetiran dan kebencian.
Revolusi Kuba tahun 1868-1898 menyelesaikan cita-citanya
menghancurkan dasar-dasar struktur politik, ekonomi, dan sosial negeri tersebut
dalam rangka merekonstruksinya untuk keuntungan nasional. Obor pembakar
perjuangan, kamp-kamp rekonsentrasi, kekalahan Partai Spanyol sedang
menyediakan masa depan Kuba yang baru ketika intervensi AS mendirikan
kembali dan mengkonsolidasikan aspek-aspek ekonomi dan sosial rezim yang
dihancurkan dengan seluruh implikasi politik mereka. (Herminio Vila:79-83)
Mayoritas rakyat kuba menolak dengan tegas terhadap pemberlakuan Platt
Amandemen. Anggota-anggota perwakilan dan rakyat Kuba melakukan protes.
Mayoritas rakyat Kuba melihat bahwa Platt Amandemen sebagai pelanggaran
terhadap keadaulatan Kuba dan sebagai usaha AS untuk melanggengkan
kontrolnya. Kondisi tersebut membangun semangat anti Amerika yang sangat
kuat diantara rakyat Kuba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
2. Perjuangan Fidel Castro dalam Revolusi Kuba
Munculnya Kuba sebagai negara sosialis dimulai dari dua sebab utama,
yaitu keadaan intern dan dari luar berupa isolasi negara-negara tetangga Kuba
sebagai corak pemerintahan Fidel Castro. Seperti halnya dengan negara-negara
Amerika Latin lainya Kuba mengalami gejolak-gejolak politik dalam negeri yang
mengakibatkan terjadinya instabilitas. Kondisi demikian timbul terutama pada
saat menjelang dan semasa perrang Dunia ke-2 (Hidayat Mukmin, 1981: 134).
Kolonel Fulgencio Batista, sebagai hasil dari pemilihan umum kemudian
diangkat sebagai presiden Kuba pada tanggal 10 Oktober 1940. Di dalam perang
dunia ke-2, Kuba memihak Sekutu melawan negara-negara poros dan
memperoleh bantuan dari AS. Sehabis perang, pada tahun 1945 Kuba
menandatangani Piagam PBB dan menjadi anggota. Pada tahun 1944-1948 Kuba
di pimpin oleh presiden Ramon Grau San Martin, dan sejak Oktober 1948
dipimpin oleh presiden Carlos Prio Socarras (Hidayat Mukmin, 1981:135).
Keadaan dalam negeri yang mengalami instabilitas seperti banyaknya
korupsi, gangster, serta kerusuhan sosial membuat alasan bagi Batista untuk
melakukan kudeta pada tanggal 10 Maret 1952. Kudeta itu tidak mendapat
dukungan dan simpati sehingga menyebabkan para perwira menengah, politisi,
serta mahasiswa bergabung untuk menentang kediktatoran Rezim Batista.
Pemerintahan diktator Batista yang diktatorial membuat Fidel Castro seorang
pengacara muda mengadakan pemberontakan. Ketika pemilihan dibatalkan,
Castro dengan cepat mengorganisasikan lebih dari 150 musuh rezim yang marah
sebagai upaya untuk menggulingkan rezim tersebut dengan melakukan
penyerangan terhadap Kesatuan Tentara di Santiago de Cuba pada tanggal 26 Juli
1953. Upaya penyerangan tersebut gagal dan Castro ditahan pemerintah, dijatuhi
hukuman selama 15 tahun, tetapi baru 11 bulan menjalani hukuman ia dibebaskan
atas pengampunan dari Batista, kemudian mencari perlindungan ke Meksiko
(Hidayat Mukmin, 1981: 136).
Upaya penyerangan di Moncada memang gagal, kegagalan itu diakibatkan
karena pasukan Fidel Castro mengalami perpecahan internal. Kegagalan itu
disusul pembelaan Castro di ruang sidang di Havana, telah menempatkan Fidel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Castro sebagai figur utama terhadap perjuangan revolusi Kuba. Dalam
persembunyianya di Kuba, Castro berupaya kembali menghimpun kekuatan
kembali untuk menyerang Kuba. Fidel Castro dengan Pasukan yang sangat kecil
menggunakan kapal Granma untuk mendarat di Pantai Propinsi Oriente. Pasukan
ini dapat dihancurkan oleh pasukan Batista dan hanya tersisa 12 orang. Dengan
sisa pasukan ini Castro kembali melakukan gerilya di Sierra Maestra (Hidayat
Mukmin,1981: 136).
Pada tanggal 17 Maret 1958, Castro mengumumkan perang total terhadap
Rezim Batista. Gerakan Castro makin mendapat simpati dan dukungan secara
luas, juga dikalangan orang AS sendiri. Sebaliknya, tidak ada satu pun dari negara
Komunis membantu upaya Castro. Pemilihan presiden tahun 1958 dimenangkan
oleh Andres Rivero, dengan dukungan Batista. Tetapi sebelum presiden terpilih
dapat dilantik, pemerintahan Batista telah jatuh. Hakim Manuel Urrutia diangkat
sebagai persiden sementara, namun Castro telah berhasil merebut Havana pada
tanggal 8 Januari 1959. Sejak saat itu Castro menjadi pemimpin negara Kuba
(Hidayat Mukmin, 1981: 137).
Kepribadian Castro yang keras dan tegas menjadi ciri khas dalam gaya
kepemimpinanya. Sejak dalam perjuangan revolusi, ia selalu menyuarakan kata
hati melalui pidato dengan ucapan yang tegas. Castro tidak pernah melihat siapa
yang menjadi lawan politiknya apakah seorang pemimpin negara ataukah negara
pemimpin. Hal ini pula yang telah dikatakanya dalam pidato pembelaan di depan
pengadilan Havana tahun 1953. Pidato yang berjudul ”sejarah akan
membebeaskan saya” mengungkapkan kritik dari Castro terhadap kondisi Kuba di
bawah kekuasaan rezim Batista dan pengaruh AS
(www.wikipedia.org/fidel/castro, diunduh tanggal 2 Agustus 2010)
Fidel Castro menunjukan gaya kepemimpinan yang melihat pada
kemampuan dan kekuatan sendiri (self ability). Castro selalu berusaha
meyakinkan pengikutnya dan rakyat Kuba bahwa ”kita akan mengambil tindakan
apapun yang dituntut oleh keadaan”. Bahkan ketika Kuba terancam tindakan
quota dan embargo ekonomi AS pada tahun-tahun awal kekuasaanya, Fidel Castro
menyatakan kepada The Journal of Commerce bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
jika AS mengambil tindakan ekonomi, biarlah mereka melakukanya, kami pasti akan menemukan solusinya. Biarkan AS mengatakan akan memotong kuota gula kami. Hei, Amerika dengarkan! Rakyat Kuba akan menemukan jalan keluar dari setiap situasi, dan mengorbankan apapun yang diperlukan bagi negara (Cotayo, 191: 12-13). Salah satu pola pemikiran Castro yang paling esensial dalam melihat
kepribadian dan gaya kepemimpinanya sampai saat beralih tampuk kekuasaanya
adalah pandangan terhadap doktrin Marxisme-Leninisme, yaitu ajaran komunisme
yang memadukan antara pandangan Karl Marx dan Lenin. Inti ideologi ini adalah
menciptakan suatu perubahan sosial melalui suatu gerakan revolusi, hingga
terciptanya suatu bentuk masyarakat tertinggi, yaitu masyarakat yang tanpa kelas.
Oleh karena itu, dibutuhkan revolusionis-revolusionis profesional yang mampu
melakukan tindakan propaganda infiltrasi, bahkan tindakan kekerasan dalam
bentuk apapun untuk mencapai masyarakat komunis (Hidayat Mukmin, 1981:
142).
Dengan melihat falsafah Marxis-Leninisme, Castro memandang bahw
kondisi Kuba saat ini adalah karena adanya perbedaan kelas, di mana kelas atas
(borjuis) menguasai dan mengeksploitasi kelas bawah (proletar). Selain itu
intervensi dan kontrol asing terhadap kedaulatan Kuba akan semakin membuka
peluang terciptanya distorsi kehidupan sosial ekonomi rakyat. Oleh sebab itu
diperlukan perjuangan kelas melalui suatu revolusi sampai suatu keadaan tanpa
kelas dapat terwujud. Dampak panjang dari pandangan Lenin adalah penguasaan
di segala bidnag kehidupan masyarakat tidak lagi terletak pada kemampuan rakyat
itu sendiri, melainkan terpusat pada kekuasaan pemimpin yang mengatasnamakan
Partai Komunis (www.wikipedia.org/fidel/castro, diunduh tanggal 2 Agustus
2010).
Sikap dan perjuangan Fidel Castro untuk menciptakan kuba yang berbeda
dengan berusaha menggulingkan kediktatoran Batista bukan saja mampu menarik
perhatian rakyat Kuba, tetapi ia juga mampu mengubah opini publik AS.
Kegagalan serangan di barak Moncada menjadi kegagalan bagi Castro untuk
mengubah strategi dan taktik perjuangan. Dari Meksiko, Castro bersama adiknya
Raul Castro dan seorang dokter berkebangsan Argentina, Ernesto ”Che” Guevara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dengan pasukan kecil yang berhasil mendarat di pantai Provinsi Oriente namun
pasukan ini dapat dihancurkan oleh tentara Batista, kemudian Castro melakukan
gerilya dengan sisa pasukan dan berhasil merebut wilayah pegunungan Sierra
Maestra (Hidayat Mukmin, 1981: 135).
Castro berupaya mengungkapkan kepada masyarakat Kuba dan AS
mengenai perjuanganya serta penyelewengan-penyelewengan Batista terhadap
rakyat Kuba. Hal ini kemudian banyak mengubah opini AS yang semula
mendukung pemerintahan Batista berbalik mengecam dan mereka bersimpati
terhadap perjuangan kaum muda di bawah kendali Fidel Castro.
Kegigihan Castro dalam memperjuangkan ide-ide perdamaian, demokrasi,
dan kemanusiaan mendapat dukungan dari rakyat Kuba. Pasukanya menjadi 800-
an orang, dan dalam waktu singkat berkembang menjadi puluhan ribu. Untuk
menumpas gerakan Castro, pada 24 Mei 1958 Batista menggelar ”Operacion
Veran” dengan mengerahkan 17 batalyon pasukan. Kekuatan Batista terus saja
terdesak, bahkan dari kalangan militer tertentu mulai berbalik mendukung
perjuangan Castro. Berakhir pada tanggal 28 Desember 1958, Jendral Fulgencio
Batista meninggalkan Kuba. Fidel Castro dan gerakan revolusionernya kemudian
memasuki Havana pada 1 Januari 1959, dan lima hari kemudian, Castro
memasuki Istana Presiden dan mengumumkan bahwa keadaan telah terkendali di
bawah gerakan revolusioner (Sovia, 2004: 34).
Fidel Castro adalah pribadi yang unik karena ia identik dengan Kuba. Ia
menjadi orang kuat di Kuba dan seperti karakter para pemimpin Amerika Latin
pada umumnya, Castro bertindak sebagai kepala keluarga dan pemiimpin utama
bagi rakyatnya. Sebagai pemimpin Kuba, walau cenderung menjadi penguasa
yang otoriter ia menunjukan kejeniusan dalam pergaulan internasional. Castro
mempunyai kemampuan membangkitkan nasionalisme bukan saja bagi rakyat
Kuba tetapi juga bagi negara Dunia Ketiga dalam menghadapi tekanan negara-
negara besar (Gonzales, 1996: 36).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3. Kuba di bawah Fidel Castro
Keberhasilan revolusi Kuba membawa Fidel Castro secara otomatis
menjadi pemimpin Kuba yang baru. Perjuangan Fidel Castro dan gerakan
revolusionernya memasuki babak baru, yaitu konsolidasi kemenangan. Dari sini
dimulai perubahan besar dalam corak politik pemerintahan Castro. Pada Januari
1959, Fidel Castro melakukan pembersihan secara luar biasa terhadap sisa-sisa
kekuatan Batista, dengan penahanan dan pembunuhan besar-besaran yang
mengejutkan dunia. Castro melakukan penahanan 30.000 pasukan Batista serta
melakukan pembunuhan terhadap 50 orang tentara Batista (Sovia, 2004: 22). Pada
tanggal 27 Januari 1959, misi militer AS diusir pulang, serta pada bulan Juli 1959,
Presiden Manuel Urrutia di ganti dengan Osvaldo Dorcitos Torrado, karena
berselisih paham dengan Castro. Castro sendiri menjabat sebagai Perdana Menteri
dan setelah konstitusi Kuba diamandemen pada tahun 1976, ia menjadi Presiden
sampai 2006 (Hidayat Mukmin, 1981: 137).
Seperti cita-cita perjuangan semula, Castro ingin menciptakan Kuba
berbeda dari yang pernah ada tanpa eksploitasi, kemiskinan, dan lepas dari
pengaruh-pengaruh kekuatan asing. Untuk cita-cita itu Fidel Castro mengambil
langkah-langkah kontroversial yang menyebabkan ketegangan hubungan antara
Kuba dengan AS. Kebijakan-kebijakan Fidel Castro yang menjadi faktor utama
penyebab ketidakharmonisan hubungan Kuba-AS pada awal 1960-an adalah
dengan progam nasionalisasi ekonomi dan persekutuan dengan Uni Sovyet,
dimana kebijakan ini merupakan refleksi dari kebencian Fidel Castro terhadap AS
dan usaha untuk melepaskan diri dari pengaruh AS (Hidayat Mukmin, 1981: 138).
a. Nasionalisasi Ekonomi
Selama hampir 60 tahun menjadi protektorrat AS, ekonomi Kuba praktis
berada di bawah kontrol kepentingan AS melalui investasi perusahan-perusahan
multinasionalnya. Kondisi ini dianggap Castro sebagai penyebab utama
ketidakmandirian rakyat dan kebobrokan politik Kuba. Untuk mangatasi hal itu
langkah yang dirasa perlu adalah menasionalkan ekonomi ke tangan Kuba sendiri,
walau harus menanggung resiko tekanan dari AS.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Undang-Undang reformasi Agraria tanggal 17 Mei 1959 merupakan
kebijakan pertama yang diambil Castro. Undang-Undang ini memuat ketentuan
menasionalkan hampir 1/3 dari seluruh tanah pertaian Kuba dan tidak satu orang
asing pun diijnkan memiliki tanah pertanian. Padahal sebagian besar tanah
pertanian yang produktif banyak yang dikuasai oleh industriawan AS dan Eropa
Barat. Reformasi ini di jalankan oleh INRA ( Instituto Nacional de Reforma
Agraria) dan dikoordinir oleh Antonio Nunez Jimenez. Kehadiran INRA dan
Jimenez yang komunis mendapat kecaman keras dari pihak AS yang mempunyai
kepentingan ekonomi besar di Kuba. Suatu nota diplomatik yang ditandatangani
oleh Menteri Luar Negeri AS Christiant A. Herter tertanggal 12 Juni 1959 dikirim
kepada Havana sebagai penolakan terhadap sikap penguasa revolusi Kuba
(Cotayo, 1991: 14).
Reaksi masyarakat AS pun tidak kalah keras terhadap tindakan Castro.
Mereka menilai bahwa revolusi sosial dan reformasi agraria merupakan sumber
kekacauan sosial. Di sisi lain mereka berkepentingan langsung dengan
perdagangan gula Kuba, mendesak Kongres untuk mengambil tindakan tegas
untuk menghukum Fidel Castro dan menghapus hukum tersebut (Cotayo, 1991:
16).
Di dalam negeri Kuba, Castro tetap melakukan usaha untuk tetap
menasionalkan industri dan ekonomi. Setelah Reformasi Agraria, Castro
memutuskan untuk menasionalisasi perusahan minyak AS di Kuba seperti
Texaco, Shell, dan Esso sebagai jawaban atas penolakan terhadap perusahan-
perusahan tersebut untuk menyuling minyak mentah dari Uni Sovyet. Tindakan
Castro ini menyulut kemarahan presiden AS, Dwight D. Esienhower. Di depan
Senat, Esienhower megajukan Rancangan Undang-Undang untuk memberikan
sanksi terhadap pemasaran gula Kuba di AS. Didukung oleh partai Demokrat dan
Republik, Esienhower memutuskan untuk memotong ekspor gula Kuba sebanyak
80% (Hidayat Mukmin, 1981: 137).
Akhir tahun 1960, hubungan Kuba-AS semakin kritis karena Fidel Castro
telah menasionalisasikan seluruh perusahan-perusahan komersil dan industri asing
di Kuba, antara lain dalam bidang listrik, telepon, tekstil, tembakau, dan nikel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Nasionalisasi perusahan yang dilakukan Fidel Castro tanpa diberlakukan ganti
rugi sehingga AS mengalami kerugian sekitar US $ 1,5 billon. Sanksi ekonomi
dari AS juga melibatkan negara-negara anggota OAS (Organitation of American
State) yang didesak untuk tidak lagi melakukan perdagangan dengan Kuba.
Namun bagi Kuba, tekanan ini dapat diatasi dengan ditandatanganinya perjanjian
dagang antara Kuba-Uni Sovyet pada tanggal 13 Februari 1960 (Hidayat Mukmin,
1981: 138).
b. Persekutuan dengan Uni Sovyet
Kekhawatiran AS akan kemungkinan adanya tetangga yang berbeda
ideologi semakin mendekati kenyataan ketika pada tanggal 4-13 Februari 1960
Menteri Luar Negeri Uni Sovyet Anastas mikoyan mengunjungi Kuba.
Kunjungan perdana ini membuat cerita penting dalam sejarah Kuba, yaitu
ditandatangani perjanjian perdagangan dan pemberian bantuan antara Uni Sovyet
dan Kuba. Walau perjanjian ini bukan determinan pengubah kepada sosialisme,
namun menjadi titik balik ekonomi dan politik bagi revolusi Kuba (Aquita, 1984:
56).
Hubungan diplomatik Kuba-Uni Sovyet secara resmi mulai berjalan pada
tanggal 8 Mei 1960. Berbagai subsidi dari Uni Soyet untuk membantu
terbentuknya Kuba komunis. Modernisasi militer Kuba dilakukan dengan
mengirim perangkat militer modern kepada Kuba. Bahkan pada bulan Oktober
1962, pemerintah Uni Sovyet memutuskan untuk menempatkan dan membangun
fasilitas untuk peluru kendali nuklir jarak jauh IRBM (Inter Range Ballistic
Missiles) di Cienfugos, Kuba. Peristiwa yang dikenal sebagai ”krisis nuklir Kuba”
ini memberikan pengaruh tersendiri bagi Kuba untuk melihat posisinya di dunia
internasional, yaitu bahwa kedekatan hubungan Kuba dengan Uni Sovyet
merupakan ancaman bagi keamanan AS. Oleh karena itu, Kuba selalu diawasi dan
ditekan oleh AS, dan persekutuan dengan Uni Sovyet adalah satu-satunya jalan
untuk menghadapi tekanan AS (Brener, 1988: 97).
Ketegasan Castro terhadap ideologi komunis dinyatakan dalam suatu
pidato yang sangat terkenal ”May Day” tanggal 1 Desember 1961, ”saya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
seorang Marxis-Leninis dan akan tetap bertahan hingga akhir hayat saya”. Bagi
Castro, ajaran komunis khususnya Marxis-Leninis adalah senjata untuk
melenyapkan kapitalisme dalam masyarakat Kuba. Apa yang selama ini terjadi
dalam kehidupan sosial ekonomi Kuba adalah karena adanya perbedaan kelas,
damana kelas atas (borjuis) menguasai dan mengeksploitasi kelas bawah
(proletar). Oleh karena itu, perlu adanya masyarakat tanpa kelas dan
perekonomian dijalankan secara kolektif dan produktif, tidak ada hak milik
individu, yang ada adalah hak milik kolektif berdasarkan sistem kerja kolektif
(Brener, 1988: 99).
Untuk membuktikan peran aktifnya dalam mendukung penyebaran
komunisme, Kuba menyediakan diri sebagai ”agen pembantu” kebijakan luar
negeri Uni Sovyet di berbagai belahan dunia khususnya di negara-negara dunia
ketiga. Selama tahun 1975-1976, Kuba telah mengirimkan sekitar 36.000 tentara
untuk membantu gerakan kaum revolusioner di Angola, 12.000 pasukan di
Ethiopia, juga mendukung kelompok Sandinista di Nikaragua, serta gerakan
Marxis-Leninis di El Salvador. Sikap Castro ini menciptakan ketegangan bukan
saja dengan AS, tetapi juga dengan negara-negara di Afrika dan Amerika Latin,
sehingga beberapa diantara negara tersebut memutuskan hubungan dengan Kuba.
Dua kebijakan yang diambil Fidel Castro dengan melakukan nasionalisasi
ekonomi serta menggandeng Uni Sovyet merupakan suatu pukulan bagi AS yang
sebelumnya menguasai Kuba dengan Amandemen Platt. Keadaan ini membuat
AS terancam dengan pengaruh komunis Uni Sovyet, yang kemudian AS
melakukan intervensi ke Kuba. Wilayah Kuba yang berada di perairan Karibia
akan membuat AS mudah mengawasi negara – negara di wilayah Amerika Latin,
dengan masuknya pengaruh komunisme ke Kuba akan membawa dampak bagi
AS yang menjalankan Doktrin Monroe. Keadaan ini menjadi motivasi bagi AS
untuk melakukan intervensi ke Kuba agar misi ”America for American” dapat
tercapai (Mochammad Shoelhi, 2003:169).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
B. Realisasi Intervensi AS ke Kuba
1. Kuba Pasca Revolusi
Dua kebijakan utama Fidel Castro yaitu dengan menasionalisasi ekonomi
dan persekutuan dengan Uni Sovyet merupakan ancaman serius bagi kepentingan
dan keamanan AS di kawasan Karibia dan Amerika Latin. Oleh karena itu, AS
memutuskan untuk menekan Kuba agar Fidel Castro mau mengubah haluan
politik pemerintahan. Presiden AS John F. Kennedy adalah yang pertama kali
memulai konfrontasi dengan Kuba, melalui operasi intelejen CIA di Bay Pig of
Piasco, yang dirancang dengan merekrut 14.000 warga imigran Kuba untuk
menyerang pemerintahan Fidel Castro dari wilayah tenggara Coastel, yang
kemudian disebut dengan invasi Teluk Babi (www.panjimas.com/
agustus/leadership.htm, diunduh tanggal 28 Juli 2010).
Invasi Teluk Babi merupakan sebuah rekayasa dari presiden Kennedy
yang melalui CIA melatih pasukan gerilya yang sesuai rencana akan didaratkan di
Kuba. pasukan ini terdiri dari orang-orang AS, serta para imigran Kuba yang
melarikan diri ke AS setelah Fidel Castro berkuasa yang dilatih di Lousiana,
Florida, dan Guatemala (Hidayat Mukmin, 1981: 138). Kennedy berkeyakinan
ivasi ini akan mencapai sasaran maksimal karena dilakukan oleh pasukan yang
terlatih. Selain itu keadaan pasukan pertahanan Fidel Castro juga belum kuat, hal
ini disebabkan Castro baru dalam tahap konsolidasi dan rekonstruksi
pemerintahan yang baru. Invasi ini dilakukan dengan rencana operasi yang
dibuat tergesa-gesa dan kurang matang karena Presiden Kennedy terbawa emosi
yang berakibat pada kegagalan yang dilakukan karena terlambat kedatangan
pasukan. Pendaratan yanag dilakukan terlambat satu minggu. keadaan ini
semaikin diperparah dengan kurang megenalnya medan peperangan. Wilayah
Coastel yang berupa lembah-lembah menyulitkan pasukan AS untuk mendarat,
sehingga pasukan tidak dapat mendarat bersama. Pendaratan pasukan ini dapat di
hancurkan oleh tentara Castro yang telah siap menunggu kedatangan pasukan AS
serta berhasil menawan 1200 pasukan (Kompas, 19 April 1961).
Kegagalan invasi Teluk Babi tidak menyurutkan langkah AS untuk
menjatuhkan pemerintahan Fidel Castro. Presiden John F. Kennedy kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mengeluarkan Dekrit No. 3447, tertanggal 3 Februari 1962, yang berisi ketentuan
bahwa ” tidak satupun produk asli Kuba yang datang dari dan melalui Kuba boleh
diimpor AS” (Cotayo, 1991: 28). Selain itu, AS juga mengancam akan
mengenakan sanksi keras terhadap siapa saja yang berhubungan dengan Kuba. AS
tidak segan sanksi politik, ekonomi, militer kepada negara yang dianggap tidak
demokratis dan melakukan hubungan dengan Kuba. Selain jalur ekonomi, AS
juga menggunakan jalur politik untuk menekan Fidel Castro, yaitu dengan
mengajak negara-negara lain khususnya yang tergabung dalam anggota OAS
(Organitaion of American States) untuk melakukan embargo regional terhadap
Kuba dengan mengeluarkan Kuba dari OAS. Awal mulanya AS mengajak negara
Amerika Latin secara individual memutuskan hubungan diplomatik dengan Kuba.
Hal ini dipenuhi oleh negara kawasan Amerika Tengah, Karibia, dan Amerika
Selatan. Atas prakarsa Venezuela diadakan pertemuan menteri luar negeri negara-
negara OAS di Washington pada 21-26 Juli 1964. Pertemuan ini memutuskan
agar negara-negara Amerika Latin memutuskan hubungan diplomatik, ekonomi,
dan perdagangan terhadap Kuba. Keputusan ini diikuti oleh 15 negara Amerika
Latin, kecuali Meksiko, Chili,Bolivia, dan Uruguay. Ketiga negara kecuali
Meksiko juga melakukan pemutusan hubungan diplomatik, ekonomi, dan
perdagangan dengan Kuba atas desakan dari AS. Dengan demikian Kuba semakin
diisolasi karena sejak tahun 1961 Kuba telah diisolasi oleh AS sedangkan pada
tahun 1964 Kuba juga diisolaisi oleh negara-negara Amerika Latin (Hidayat
Mukmin, 1981: 140).
Perkembangan situasi Kuba mancapai puncak ketegangan pada tahun 1962
setelah AS mengetahui bahwa Uni Sovyet memiliki pangkalan peluru kendali
yang dapat dipergunakan untuk langsung menyerang AS. Dengan bantuan Uni
Sovyet, Kuba membangun 11 pangkalan rudal balistik rahasia yang menghadap
langsung ke AS. Peluru kendali itu dikirim dan ditempatkan dalam pertahanan
Kuba. Hal ini memicu ketegangan antara AS dan Uni Sovyet karena ditengarai
akan terjadi perang nuklir. Presiden Kennedy langsung memerintahkan Angkatan
Laut dan Korps Marinir untuk memblokade Kuba dalam keadaan siap tempur.
Tentara Angkatan Laut AS melakukan blokade perairan dengan membawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
persenjataan perang. Keadaan ini tidak membawa sampai perang terbuka, karena
Uni Sovyet menarik semua pangkalan dan kembali dibawa ke Sovyet, denganh
janji AS akan menarik misil-misil nuklir di Turki dan tidak akan pernah
menyerang Kuba, sedangkan dari Uni Sovyet akan mengangkut senjata kembali
ke Sovyet (Hidayat Mukmin, 1981: 140).
Pada dekade 1970-1980 an, hubungan Kuba – AS digambarkan sebagai
”The Roller Coaster Decade” dimana terdapat banyak usaha untuk memulihkan
keharmonisan antara kedua negara. Kebijakan detente antara AS dengan Uni
Sovyet dan Cina juga mempengaruhi sikap AS terhadap Kuba. Salah satu upaya
untuk mengurangi ketegangan antara Kuba – AS dilakukan oleh anggota Kongres
AS. Para anggota Kongres AS melakukan upaya diplomasi untuk mengurangi
ketegangan antara kedua negara. Hal ini terbukti pada tahun 1974, senator
Claiborne Pell dari partai Demokrat, dan Jacob Javits dari partai Republik
mengunjungi Kuba. Mereka melihat bahwa kebijakan AS terhadap Kuba pada
dasarnya merugikan kepentingan bisnis AS sendiri. Politik isolasi AS terhadap
Kuba merupakan langkah mundur dalam hubungan internasional AS di kawasan
Amerika Latin, karena sejumlah negara di kawasan tersebut telah melakukan
hubungan ekonomi dengan Kuba, bahkan mengajak OAS untuk merevisi embargo
terhadap Kuba (Brener, 1988: 17).
Walaupun pada dekade tersebut Kuba banyak melakukan infiltrasi militer
ke beberapa negara Afrika dan Amerika Latin, namun langkah untuk menciptakan
hubungan lebih baik tetap dilakukan. Beberapa perjanjian bilateral pada masa
dicetuskan pada masa ini, seperti perjanjian anti pembajakan (1973), yang intinya
mengatur perlindungan terhadap kapal-kapal yang berlayar melalui wilayah antar
negara, dan perjanjian perikanan dan perbatasan maritim (1977), yang mengatur
batas wilayah kelautan antar negara kawasan Amerika Latin. Pada tahun 1978 dan
1979, Castro mengijinkan para imigran Kuba di AS untuk mengunjungi keluarga
mereka di Kuba, serta membebaskan 46 tahanan politik yang kemudian diijinkan
untuk beremigrasi ke AS. Dari bidang ekonomi AS atas desakan negara-negara
Amerika Latin mencabut embargo OAS, namun AS sendiri tetap melanjutkan
embargo ekonominya (Brener, 1988: 21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Semua kebijakan AS terhadap Kuba sangat dipengaruhi oleh mereka yang
memegang kekuasaan. Bila di bawah pemerintahan Jimy Carter, hubungan AS-
Kuba berada pada situasi yang lebih fleksibel, maka pada masa pemerintahan
Ronald Reagan mengalami ketegangan yang serius. Reagan mulai melakukan
tindakan menghapuskan hubungan-hubungan normalisasi. Pada tahun 1981, AS
mengajukan kebijakan yang menentang ekspansi Uni Soviet melalui Kuba. Kebijakan
ini dinamakan Caribbean Basin Initiative (CBI), yang intinya: 1) melanjutkan
penentangan secara agresif terhadap ekspansionisme Soviet; 2) menganggap
kemiskinan sebagai penyebab ketidakstabilan; 3) membentuk suatu program
perdagangan terpilih dan bantuan ekonomi bagi pemerintah negara-negara karibia
yang bersahabat dengan AS. AS tetap tidak akan berbicara dengan pemerintah
Kuba sampai mereka segala kegiatan intervensi di Amerika Latin dan menarik
pasukan militer dari Afrika. Jika Havana menolak Washington tidak akan
memberikan kebebasan termasuk blokade atau intervensi terhadap Kuba (Brener,
1988: 31).
Bagi Reagan, Kuba menjadi ancaman untuk memperluas aksesnya di jalur
laut Karibia yang disebut sebagai ”garis hidup ke dunia luar”. Untuk menekan
Kuba, Reagan menjalankan memperketat embargo ekonomi seperti tahun 1962.
Peringatan pertama yang dilakukanya adalah mengusir soerang diplomat Kuba di
Washington karena diduga telah merencanakan suatu ekspor barang ke Kuba
melalui negara dunia ketiga. Selain itu, untuk mencegah terjadi perdagangan
antara Kuba dengan negara-negara non sosialis secara meluas, maka Reagan
mengancam akan menyita semua impor barang yang berhubungan dengan Kuba.
AS juga melarang masyarakat Uni Eropa untuk menegoisasikan kembali pinjaman
kepada pemerintah Sosialis Kuba, dan untuk beberapa tahun hal ini dipatuhi oleh
Eropa (Brener, 1988: 33).
Tidak cukup dengan tindakan internasional, Reagan juga melakukan
propaganda melalui sarana teknologi dengan membuat stasiun radio gelombang
menengah yang dinamakan ”Radio Marti”. Radio ini digunakan untuk menyiarkan
berbagai invasi Kuba di Afrika, manuver-manuver Castro yang komunis, dan
yang terpenting adalah untuk menyampaikan propaganda AS tentang demokrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kapada rakyat Kuba. Bagi Castro, radio ini tidak lebih dari sekedar hadiah
simbolik dari masyarakat Kuba-AS yang anti Castro
(www.wikipedia.org/reagan/propaganda, diunduh pada tanggal 29 Juli 2010).
Kebijakan-kebijakan Reagan ini kemudian diperkatat oleh para
penerusnya, George Bush, yang pada tahun 1992 mengeluarkan kebijakan yang
disebut CDA (Cuban Democracy Act), berisi ketentuan bahwa embargo akan
ditinggalkan jika Kuba melaksanakan pemilu yang demokratis, menghormati hak
asasi manusia, dan menjalankan suatu ekonomi pasar. Berbeda dengan Dekrit no.
3447, CDA lebih bersifat menekan dan memaksa sekutu AS untuk tidak
melakukan aktivitas perdagangan dengan Kuba. AS mengancam akan
mengenakan sanksi dagang kepada mereka yang megimpor barang yang
mengandung material dari Kuba (Gonzales, 1988: 10).
Pada masa pemerintahan Bill Clinton, AS mengeluarkan kebijakan Helms
Burton Act (1995), yang berlanjut perlawanan AS terhadap agen-agen
internasional yang memberikan bantuan dan pinjaman kepada Kuba. Kebijakan
ini juga memberikan hak kepada presiden AS untuk memotong bantuan luar
negeri kepada Rusia, jika Rusia memberikan bantuan ekonomi kepada Kuba.
Selain itu, dimuat ketentuan bahwa AS akan mengenakan sanksi hukum kepada
negara-negara dunia ketiga, perusahaan multinasional dan wakil-wakil bisnis
mereka yang melanggar embargo ini (Gonzales, 1988:70).
Dalam Bab 3 Helms Burton Act tersebut, pemerintah AS akan
memberikan wewenang kepada warga AS untuk menuntut perusahaan asing yang
melakukan hubungan dengan Kuba berkaitan dengan hak milik warga AS yang
disita oleh pemerintah Kuba setelah revolusi Kuba tahun 1959. Namun karena
adanya perlawanan yang keras dari negara-negara sahabat AS terutama Uni Eropa
dan Kanada, maka Presiden Bill Clinton tidak pernah menerapkan ketentuan itu
(Gonzales, 1988: 72).
Tanggung jawab kepemimpinan AS selanjutnya dipegang oleh George
Walker Bush yang menggantikan Bill Clinton pada tahun 2001. Mengenai
hubungan AS-Kuba, Bush telah memutuskan untuk tetap mempertahankan
bahkan meningkatkan tekanan-tekanan para pendahulu yang ingin menggulingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pemerintahan Fidel Castro dan mengganti dengan pemerintahan baru yang
demokratis dan sesuai dengan kepemimpinan AS. Presiden George Walker Bush
menegaskan bahwa normalisasi penuh hubungan dengan Kuba, pengakuan
diplomatik, perdagangan terbuka, dan sebuah program bantuan yang sehat hanya
akan mungkin terjadi jika Kuba memiliki sebuah pemerintahan baru yang
demokratis berdasarkan hukum dan hak asasi rakyat Kuba terlindungi
(www.kompas.com, diakses pada tanggal 2 Juli 2010). Bagi Bush, kebijakan-
kebijakan Kuba ini hanya akan membuat kaya Fidel Castro dan kronni-kroninya,
serta memperkuat kekuasaan dan kediktatoran mereka tanpa memperdulikan
aspisasi dan nasib rakyat Kuba.
Upaya penekanan terhadap Kuba oleh AS mulai tidak mendapat perhatian
utama sejak AS memutuskan untuk lebih fokus terhadap masalah Timur Tengah,
sampai saat berakhirnya kekuasaan Fidel Castro. Saat pemerintahan AS dibawah
Barack Obama kegiatan diplomatik Kuba mulai diberlakukan kembali, tindakan
yang paling mengejutkan adalah penutupan Camp tahanan AS di Guantanamo.
2. Sanksi Ekonomi
Sanksi merupakan suatu tindakan hukuman di bidang dplomatik, ekonomi,
atau miter melalui sistem keamanan kolektif yang dikenakan terhadap negara
pelanggar hukum internasonal. Sistem keamanan PBB menyebutkan bahwa bila
Dewan Keamanan menetapkan telah terjadi ancaman perdamaian, pelanggaran
perdamaian, atau tindakan agresi maka Dewan Keamanan dapat meminta secara
sukarela atau menjatuhkan sangsi mengikat terhadap negara pelanggar hukum.
Piagam PBB merinci bahwa Dewan Keamanan dibantu oleh Komite Staf Militer
dapat meminta negara anggota untuk melakukan tindakan yang bisa meliputi
unjuk rasa, blokade, serta operasi militer dengan kekuatan darat, laut, dan udara.
Sedangakan sanksi non militer mencakup penghentian secara penuh atau sebagian
hubungan ekonomi dan jalur perhubungan darat, laut, udara, pos, telegraf, dan
sarana komunikasi lain, dan pemutusan hubungan diplomatik (Plano dan Olton,
1990: 281).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Berdasarkan Uniting for Peace Recsolution 1950, Majelis Umum dapat
memberi wewenang kepada negara anggota 2/3 suara untuk melakukan tindakan
terhadap negara agresor, jika Dewan Keamanan tidak dapat melakukan indakan
yang disebabkan adanya veto. Untuk memudahkan pelaksanaan sanksi, Piagam
PBB pasal 43 mencantumkan bahwa negara anggota harus membuat ikatan
khusus dengan Dewan Keamanan untuk meungkinkan tindakan persenjataan yang
dilakukan dalam rangka memelihara keamanan dan perdamaian. Selain itu sanksi
juga bisa diterapkan oleh organisasi regional seperti yang dilakukan oleh Uni
Eropa terhadap Yugoslavia, atau juga bisa dilakukan secara unilateral oleh suatu
negara terhadap negara lain, seperti embargo perdagangan yang diterapkan AS
terhadap pemerintahan Fidel Castro di Kuba (Plano dan Olton, 1990: 282).
Berakhirnya perang dingin dan runtuhnya kekuatan blok komunis, maka
AS menjadi satu negara adidaya dan tidak lagi berhadapan dengan Uni Sovyet,
melainkan berhadapan dengan negara-negara yang dikategorikan tidak dapat
dikendalikan secara pennuh oleh AS. Pada intinya, AS akan menekan negara-
negara yang dianggap merintangi upaya untuk menciptakan tatanan dunia dengan
sistem uni polar dibawah kekuasaan AS. Salah satu negara tersebut adalah Kuba
yang telah dianggap menganggu keberadaan AS secara geostrategis dan geopolitik
di benua Amerika, khususnya untuk kawasan Amerika Latin dan Karibia.
Untuk menghadapi negara-negara tersebut, AS tidak segan untuk
menjatuhkan sanksi baik dibidang ekonomi, politik, maupun militer. Bakhan AS
sering terkesan represif terhadap negara-negara lain terutama yang berkaitan
dengan sanksi perdagangan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara yang
terkena sanksi perdagangan oleh pemerintah AS melaui USTR (United States
Trade Representative) dengan klasifikasi pelanggaran yang berbeda-
beda.(www.Republika.co.id, diunduh tanggal 28 Juli 2010).
USTR adalah lembaga pemerintah dibawah Executive Office of the
President, yang ditugasi presiden untuk melakukan investigasi terhadap negara-
negara mitra dagang AS yang dianggap melakukan pelanggaran. USTR setiap
tahun sejak tahun 1985 melakukan review dengan membuat National Trade
Estimate on Foreign Trade Barriers (NTE). Laporan ini kemudian disampaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kepada presiden, Finance Committe of the Senate, dan Approciate Committe of the
House (DPR). Langkah ini bertujuan menginventarisasi semua hambatan yang
dianggap sesuai dengan national agrrement. Informasi yang sampai ke tangan
USTR didapat dari berbagai lembaga pemrintah AS, terutama dari perwakilan di
luar negeri, serta laporan dan petisi-petisi dari swasta yang
berkepentingan.(www.Republika.co.id, diunduh tanggal 28 Juli 2010).
Dalam hubungan dengan Kuba, AS telah melakukan sanksi ekonomi
berupa embargo perdagangan sejak tahun 1961. Mulai 1961, AS memberlakukan
pembatasan kuota impor gula Kuba hingga mencapai 7.000.000 ton per tahun
yang menyebabkan Kuba semakin condong kepada Uni Sovyet. Uni Sovyet
membantu perekonomian Kuba sebesar US $ 1,5 juta setiap hari. Pada tahun 1960
Kuba dihadapkan pada awal pemutusan huungan Kuba-AS sebagai tindak lanjut
dari kebijakan Castro melakukan nasonalisasi aset. Pada tahun 1970
perekeonomian Kuba mengalami penurunan akibat gagal panen tebu sebesar
10.000.000 ton ditambah dengan semakin kuatnya blokade ekonomi AS. Keadaan
perekonomian Kuba pada dekade 1980 dihadapkan pada tantangan besar dari
tekanan embargo AS, sehingga kondisi perekonomian menunjukan stagnasi.
Keadaan embargo perdagangan tetap dilakukan AS sampai mencapai klimaks
pada tahun 1990 ketika terjadi perang dingin yang berakhir dengan runtuhnya
komunisme Uni Sovyet yang membuat Kuba harus mulai melakukan alternatif
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Kuba. Pada tahun 2000 embargo
perdagangan AS tetap dilanjutkan dibawah kendali Goerge W. Bush (Hidayat
Mukmin, 1981: 142).
Kebijakan AS yang masih mempertahankan embargo perdagangan
mendapat kecaman dari mantan Presiden AS Jimmy Carter untuk mencabut
embargo perdagangan AS terhadap Kuba. AS ekan mencabut embargo
perdagangan jika Kuba mengubah sistem politik dan pemerintahan dengan
menjalankan suatu pemerintahan yang demokratis, berdasarkan hukum, dan
menghormati HAM. Bagi AS kebijakan Kuba saat ini hanya akan memperkaya
Fidel Castro serta para kroni semata, serta memperkuat kekuasaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kediktatoran tanpa memperdulikan nasib dan aspirasi rakyat Kuba (Brener, 1988:
53).
AS kemudian melakukan kebijakan baru pada masa George W. Bush
untuk memperketat sanksi ekonomi terhadap Kuba, yaitu dengan adanya larangan
perdagangan, kunjungan, pertukaran ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta
pembatasan pengiriman uang kontan dan parcel dari imigran Kuba di AS kepada
keluarga di Kuba.
a. Larangan Perdagangan
Hubungan perdagangan Kuba – AS sudah berakhir sejak embargo
ekonomi telah dilakukan pada tahun 1962. Larangan perdagangan AS ini
bertujuan untuk melemahkan dan mengakhiri kekuasaan Fidel Castro di Kuba
yang membuat kebijakan revolusioner dengan menasionalisasi perusahaan-
perusahaan AS di Kuba dan menjadi sekutu Uni Sovyet dengan menganut paham
sosialisme-komunisme.
Larangan hubungan perdagangan AS dengan Kuba mulai dilakukan pada
saat pembatasan kuota impor gula Kuba oleh AS 1960 sebagai balasan bagi
gerakan Castro. Pembatasan kuota impor gula kemudian membawa Uni Sovyet
mendekat ke Kuba dengan menyanggupi membeli gula Kuba, sehingga membuat
Kuba masih melakukan program nasionalisasi perusahaan AS. Keadaan yang
demikian membuat AS menjadi geram, kemudian AS mengumumkan embargo
setiap bahan ke Kuba kecuali beberapa bahan makanan dan obat – obatan sejak 19
Oktober 1960. Tindakan AS itu dibalas oleh Castro dengan menasionalisasi
perusahaan AS tanpa ganti rugi yang menyebabkan AS mengalami kerugian
hingga mencapai US $ 1,5 billion (Hidayat Mukmin, 1981: 138).
Sebelum tahun 1961, AS mengimpor 3,3 juta ton gula dari Kuba lebih dari
1/3 konsumsi dalam negeri AS setiap tahun. Selain itu juga AS juga mengimpor
tembakau 30,5 juta pounds dan cerutu 23,5 juta batang setiap tahun. Sebaliknya
Kuba mengimpor dari AS melalui Florida barang-barang kebutuhan sehari-hari
sebesar US $ 500 juta. Peranan ini kemudian diganti oleh Uni Sovyet ketika AS
melakukan embargo ekonomi ke Kuba. Walau Uni Sovyet merupakan negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
penghasil gula terbesar ke-2, namun tetap mengimpor gula dari Kuba untuk
kemudian disalurkan ke kawasan Eropa Timur. Dari Uni Sovyet diimpor bahan
baku minyak bumi dan barang – barang keperluan industri (Hidayat Mukmin,
1981: 142).
Sejak diberlakukan embargo ekonomi AS, Kuba harus mencari upaya
alternatif untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di samping bantuan dari Uni
Sovyet. Cara yang dilakukan adalah perluasan pemasaran hasil produksi Kuba dan
diverifikasi dalam perdagangan yang dilakukan oleh Uni Sovyet. Perluasan daerah
pemasaran hingga mencakup Eropa Barat dan Jepang. Dalam tahun 1973 ditengah
adnaya perlakuan embargo AS, Kuba masih sanggup mengekspor US $ 1.302 juta
barang, dan mengimpor seharga US $ 1.497 juta. Sejak tahun 1974 mulai
ditembuslah blokade ekonomi terhadap Kuba (Hidayat Mukmin, 1981: 142).
Di awal tahun 1970-an, ekonomi Kuba diperhadapkan dengan semakin
kuatnya blokade Amerika Serikat dan gagalnya panen tebu sebesar 10 juta ton.
Kondisi ini mengharuskan Kuba untuk menjalin kerjasama dengan Uni Soviet,
dan ikut serta dalam COMECON (blok ekonomi negara-negara Eropa Timur)
pada tahun 1972. COMECON adalah kontributor vital bagi Kuba lewat investasi
dan bantuan- bantuan material sementara, juga teknologi untuk pembangunan
secara umum maupun pada proyek-poyek yang penting. Integrasi ekonomi
menghasilkan pasar yang stabil dan spesialisasi produksi. Sebanyak 85%
perdagangan Kuba—81% ekspor dan 88% impor--adalah dengan COMECON.
Sebanyak 95% persen minyak Kuba diimpor dari Uni Soviet. Pasar utama gula
dan buah sitrus Kuba, adalah Uni Soviet dan negeri-negeri Eropa Timur. Hubugan
perdagangan didasarkan kepada pemberian prioritas kepada Kuba dengan
pertimbangan negeri yang masih sedikit terbangun. Hubungan di bawah ini
COMECON mendukung hubungan yang relatif stabil dan sanling
menguntungkan. Dari tahun 1971 hingga tahun 1989, ekonomi tumbuh rata-rata 6
persen setiap tahunnya. Pertumbuhan rata-rata negeri Amerika Latin pada periode
tersebut adalah 3,6%. Dalam rentang waktu 1980-an, Kuba memiliki tingkat
kualitas pembangunan yang lebih tinggi dibanding negeri manapun di Karibia.
Sebenarnya, dalam periode ini dibandingkan dengan keseluruhan negeri yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
terdapat di regional, penampilan ekonomi Kuba adalah sebuah negeri yang sehat
dan stabil. Bertentangan dengan hubungan ekonomi negeri berkembang lainnya
dengan Barat, hubungan ekonomi Kuba dengan COMECON dapat memperoleh
kontrol yang makin penting terhadap pembangunan ekonomi dan otonomi yang
lebih efektif. Jadi, apa saja yang mungkin menjadi motiv intrinsik Uni Soviet,
struktur dan cara bantuan yang diberikan di dalam Kasus Kuba lebih banyak
membantu daripada menghambat jalannya revololusi. Maka, jika Kuba menjadi
terngantung kepada Uni Soviet, hubungan ini secara kualitas berbeda dengan
hubungan negeri-negeri berkembang lainnya khususnya di Amerika Latin dan
Karibia yang melakukan hubungan dengan Barat ( Isaac Saney,2003: 47).
Secara rinci pertumbuhan ekonomi Kuba dari tahun 1962 sampai 1980