INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK (Studi atas Pandangan Tokoh Agama Islam dan Kristen) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh : Ubad Badru Salam NIM : 1112032100067 PROGRAM STUDI STUDI AGAMA AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
116
Embed
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36116...INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK (Studi atas
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK
(Studi atas Pandangan Tokoh Agama Islam dan Kristen)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Ubad Badru SalamNIM : 1112032100067
PROGRAM STUDI
STUDI AGAMA AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
DI KECAMATAN SUKMAJAYA DEPOK(Studi atas Pandangan Tokoh Agama Islam dan Kristen)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
Ubad Badru SalamNIM : 1112032100067
PROGRAM STUDI
STUDI AGAMA AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, yang
telah memberikan hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk
baginda Nabi Muhammad Saw, sebagai suri teladan bagi ummat seluruh dunia ini
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari rintangan
dan kebimbangan yang harus dihadapi. Penulis yakin tanpa adanya bantuan,
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, tidaklah mungkin skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Baik itu bantuan secara moril ataupun material selama
menempuh perkuliahan pada jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negerei Syarif Hidayatulah Jakarta. Dengan penuh rasa hormat,
dalam kesempatan ini penulis bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih tak
terhingga kepada:
1. Kedua orangtuaku; Ayahanda tercinta Eman Sulaeman dan Ibunda
tersayang Tuti Yunaningsih, yang mendidik penulis dari kecil hingga
sekarang.
2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA selaku dekan Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;
3. Dr. Media Zainul Bahri, MA dan Dra. Halimah SM, MA selaku ketua dan
sekretaris Program Studi Studi Agama Agama;
vi
4. H. Lebba Kadorre Pongsibanne, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing
yang telah sabar membimbing penulis hingga tersusunnya skripsi ini;
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ushuluddin dan pimpinan Perpustakaan
Fakultas, Perpustakaan Utama beserta stafnya yang telah memberikan izin
dan layanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini;
6. Kepada staf dan pegawai Kecamatan Sukmajaya Kota Depok yang telah
mengizinkan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan
informasi yang penting;
7. Terima kasih kepada para informan yang sudah meluangkan waktunya
untuk memberikan informasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini;
8. Tidak terlupakan teman-teman Studi Agama-Agama angkatan 2012.
Semoga jalinan silaturrahmi kita tetap terjaga selamanya dan untuk
Aulia Nufus, S.Ag (Alm) semoga amal ibadahnya diterima serta
kesalahannya diampuni oleh Allah Swt, Amiin;
9. Terima kasih kepada Teman-teman angkatan 2013 Pon Pes Dar El Hikam;
10. Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu, baik moral
mauppun materi dalam penyusunan skripsi.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum mencapai
kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Jakarta, 22 Mei 2017
Ubad Badru Salam
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 8
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Metode Penelitian ................................................................... 10
E. Sistematika Penulisan ............................................................. 13
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKMAJAYA KOTA
DEPOK
A. Sejarah Kecamatan Sukmajaya ............................................... 15
B. Letak Geografis ....................................................................... 19
C. Demografi Kec Sukmajaya ..................................................... 24
BAB III INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Pengertian Interaksi Sosial antar Umat Beragama ................... 27
B. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ........................................... 28
C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dan Hal-hal yang Perlu
Diperhatikan dalam Berinteraksi ............................................ 31
viii
D. Dasar-dasar Interaksi Sosial .................................................... 35
E. Pengembangan Sikap Interaksi Sosial ..................................... 40
BAB IV PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK-
PRAKTIK INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT
BERAGAMA DI MASYARAKAT KEC SUKMAJAYA
DEPOK
A. Nilai – nilai Kandungan Interaksi Sosial ................................. 42
1. Praktek Interaksi Sosial, Ucapan Selamat Hari Raya, Salam
antara Islam dan Kristen .................................................... 44
2. Interaksi dalam Pembanguan Rumah Ibadah .................... 51
B. Interaksi dalam Kegiatan Ekonomi dan Pendidikan ................ 54
1. Interaksi Ekonomi ............................................................. 54
2. Interksi Pendidikan ........................................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 62
B. Saran ....................................................................................... 64
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial tentunya manusia di tuntut untuk mampu berinteraksi
dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam
menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda, salah satunya dalam
perbedaan agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam
masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan menghargai.
Sehingga, gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan pertikaian dapat
dihindari. Selain itu, masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan
kewajiban diantara satu sama lain. Dalam konteks toleransi antar umat
beragama, Islam memiliki konsep yang sangat jelas. “Tidak ada paksaan
dalam agama, bagimu agamamu, bagiku agamaku” merupakan contoh
populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang
tersebar dalam surat dan juga sejumlah hadits serta praktik toleransi dalam
sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukan bahwa masalah toleransi
dalm Islam bukanlah konsep asing. Menurut agama Islam, toleransi bukan
saja terhadap sesama manusia, tetapi juga alam semesta, binatang, serta
lingkungan hidup. Dengan cakupan toleransi yang luas maka toleransi antar
umat beragama dalam Islam merupakan perhatian yang penting dan serius.
2
Karena toleransi beragama menyangkut keyakinan manusia yang sangat
sensitif dan mudah menimbulkan konflik.
Menurut Pdt. Andreas A. Yewangoe agama tidak selalu dapat
menyelesaikan setiap persoalan. Alih-alih menyelesaikan persoalan,
agamapun dapat menjadi persoalan di dalam dirinya. Sejarah agama - agama
telah membuktikan hal itu. Khususnya sejarah agama Kristen, adalah sejarah
yang juga penuh dengan darah karena konflik-konflik, baik antara sesama
sendiri maupun dengan pihak lain.
Keanekaragaman suku, etnis dan agama membuktikan bahwa
Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Hal tersebut dapat menjadi
potensi disintegratif apabila tidak ditangani secara arif. Dalam bidang agama
misalnya, apabila masing-masing agama menonjolkan “kebenaran” dari
agama nya masing-masing tidak dalam proporsi yang wajar maka tidak bisa
dipungkiri akan adanya perpecahan antar agama.1
Secara umum kondisi kerukunan antarumat beragama di Indonesia
sudah cukup baik, sementara peraturan perundangan dan kebijakan
pemerintah terhadap kerukunan ini juga cukup kondusif. Namun demikian,
kadang-kadang masih muncul ketegangan dan konflik, baik internal maupun
antarumat beragama.2
1 A.A. Yewangoe, Agama dan kerukunan (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), h. 26.2 Maruf Amin, Harmoni Dalam Keberagamaan Dinamika Relasi Agama-Negara (Jakarta:
Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama, 2011), h. 65.
3
Konflik berskala massif dan non-massif tidak terjadi bagitu saja. Ada
faktor-faktor yang menyebabkan konflik di Indonesia. Dalam banyak kasus,
konflik-konflik bernuansa agama disebabkan oleh banyak faktor, seperti
kepentingan politik, ekonomi, pemahaman agama, pendiriam rumah ibadah,
penyiaran agama, informasi, dan penegakan hukum. Konflik bernuansa
agama tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal, melainkan dipengaruhi oleh
banyak faktor karena sifat konflik adalah multi wajah.3
Di Indonesia sendiri untuk mengatur itu semua telah merumuskan
suatu konsep yng disebut Tri Terukunan. Yaitu, Kerukunan Antar-Umat
Beragma, Kerukunan Intern-Umat Beragama dan Kerukunan Antar Umat
Beragama dengan Pemerintah. Tentu rumusan ini bukan suatu rumusan
teologi melainkan rumusan politik yang secara praktis diharapkan dapat
mengatur orang-orang yang berbeda agama itu agar tidak terlibat konflik satu
sama lain, ataupun agar di dalam diri mereka sendiri tidak ada yang saling
menjanggal.
Walaupun rumusuan-rumusan ini telah cukup lama, tetapi tidak
terhindarkan bahwa konflik-konflik agama masih terjadi.4 Kemajemukan
masyarakat ini tampaknya rawan konflik, sehingga timbul pertanyaan
bagaimana menghindarinya? Tidak ada jalan lain yang dapat dilakukan selain
dari memajukan kehidupan yang rukun. Kerukunan umat beragama, yang
terus-menerus disampaikan oleh pemimpin bangsa kita pada berbagai
3 Amin, Harmoni Dalam Keberagamaan Dinamika Relasi Agama-Negara, h. 97.4 A.A. Yewangoe, Agama dan kerukunan, h. 28.
4
kesempatan, maupun oleh mereka yang berkehendak baik, merupakan
prasyarat bagi pembagunan bangsa ini. Sejarah bangsa lain sudah
membuktikan bahwa konflik yang berpanjangan karena perbedaan agama
dapat menghancurkan bangsa yang bersangkutan. Contohnya adalah Negara
bekas Yugoslavia, Irlandia, Srilan Lanka.5
Selain rumusan diatas yang telah di canangkan, dalam UUD nomor 07
tahun 2012 tentang pencegahaan konflik pada umumnya mengatur hal-hal
yang terkait dengan konflik, misalnya aturan penetapan status kondisi konflik,
pencegahan konflik, mekanisme penanganan konflik, satuan tugas
penanganan konflik, penanganan pascakonflik, pembiayaan dan lain
sebagainya. Ketentuan-ketentuan yang terkait dengan agama dan umat
beragama dalam undang-undang ini diatur dalam pasal 7, pasal 12, pasal 13,
pasal 14 sebagai berikut : dalam pasal 7 diatur mengenai kewajiban
masyarakat untuk turun serta mencagah terjadinya konflik melalui kewajiban
mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati kebebasan ibadah
dan kewajiban mengakui persamaan derajat serta persamaan hak dan
kewajiban asasi setiap manusia yang salah satunya adalah tanpa membedakan
agama. Pasal 12 dan pasal 13 adalah mengenai upaya penghentian konflik
yang meliputi penghentian kekerasan fisik, dimana upaya tersebut harus
melibatkan salah satunya adalah tokoh agama.6
5 A.A. Yewangoe, Agama dan kerukunan, h. 30.6 Mubarok, Kompendium Regulasi Kerukunan Umat Beragama (Jakarta: Pusat
Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Skretariat Jenderal Kementrian Agama Republik Indonesia Jl.MH. Thamrin No. 3-4), h. 128.
5
Dalam konsep Islam baik yang tercantum dalam nash-nash Al-Qur’an
dan Sunnah, maupun yang dirumuskan oleh para sahabat, tabi’in dan tabi’it
tabi’in, serta para ulama sesudahnya dalam soal hubungan dengan non-
Muslim memang senantiasa menarik untuk diteliti, karena terdapat begitu
banyak pendapat tentang hubungan antar umat beragama serta mengingat
begitu dinamisnya hubungan antarumat manusia dewasa ini. Era globalisasi
telah menjadikan dunia semakin mengecil mejadi sebuah kampung (global
village) dan pergaulan lintas agama, lintas budaya, lintas etnis, dan lintas
bangsa sudah sangat sulit dibendung.
Secara prinsip, apa yang dialami kaum Muslim pada saat ini, tidaklah
berbeda dengan apa yang dialami Nabi Muhammad saw dan kaum muslim
ketika itu di Mekkah, Madinah, dan berbagai belahan dunia Islam lainnya.
Sejak muda, Muhammad saw telah mengalami pergaulan lintas budaya, lintas
agama, dan lintas etnis. Muhammad sudah berdagang ke negeri Syam (Syiria)
dan berinteraksi dengan kaum nasrani dan kelompok etnis lainnya. Bahkan,
sampai meninggalnya Nabi Muhammad saw telah melakukan interaksi
dengan seluruh kelompok agama (Paganis, Yahudi, Nasrani), budaya-budaya
dominan, dan kekuatan-kekuatan politik terbesar ketika itu (Persia dan
Romawi). Ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang kaum Yahudi,
Nasrani, Persia, Romawi, menggambarkan bagaimana kaum Muslim telah
6
digembleng dan diberi pedoman yang sangat gamblang dalam menyikapi
budaya dan agama di luar Islam.7
Toleransi dalam Kristen sendiri yang tercantum dalam Deklarasi
Konsili Vatikan II tentang sikap terhadap agama-agama bukan Kristen
didasarkan pada kisah Rasul-rasul 17:16 : “Adapun segala bangsa itu
merupakan satu masyarakat, dan asalnya pun satu juga, karena Allah
menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh bumi.” Selain
itu, sikap gereja terhadap agama-agama sebagaimana dinyatakan dalam
mukaddimah pada Deklarasi Konsili Vatikan yaitu “Dalam zaman kita ini
dimana bangsa manusia makin hari erat bersatu, hubungan antara bangsa
menjadi kokoh, lebih seksama bagaimana mempertimbangkan hubungan-
hubungannya dengan agama-agama Kristen lain.” Deklarasi tersebut
berpegang teguh pada hukum yang paling utama yang tercantum dalam kitab
Injil (Mark, 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan
dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan
segenap kekuatanmu, 31 kasihilah sesama manusia seperti dirimu. Tidak ada
hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini. Luk, 10: 27
Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun, namun
aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak
berpakaian seindah dari salah satu bunga itu. Mat, 22: 37 Jawab Yesus
kepadanya : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dan segenap
jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama
7 Adian Husaini, Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia (Kuala Lumpur: Pustaka Da’I,2003), h. 64.
7
dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah :
Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah
tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi).8
Berdasarkan uraian diatas, kita bisa melihat bahwa pembicaraan
kerukunan umat beragama sudah begitu kompleks. Bisa kita lihat dari
banyaknya perspektif tentang hal ini. Dibuktikan dengan banyaknya
masyarakat yang selalu membicarakan tentang kerukunan umat beragama, di
sisi lain orang tersebut tidak mengerti dasar-dasar kerukunan umat beragama.
Terlebih masyarakat saat ini mudah terpengaruh dengan isu-isu yang
berkembang terkait dengan intoleransi umat beragama. Karena minimnya
pengetahuan mereka terhadap agama yang mereka anut. Sehingga mudah
terprovokasi melakukan hal-hal yang menjadikan tidak terwujudnya
kerukunan umat beragama.
Seperti yang terjadi di Kota Depok Kecamatan Sukmajaya. Depok
merupakan kota yang menyandang status IPM (Indeks Pmebangunan
Masyarakat) tertinggi se-Jawa Barat, yang notabene masyarakatnya
berpendidikan, dan memiliki penghasilan di atas rata-rata.9 Namun mereka
tidak memiliki pengetahuan yang luas terkait ajaran yang terdapat pada
agama yang meraka anut. Uniknya, kerukunan umat beragamapun hadir di
tengah ketidak pahamannya mereka akan ajarannya. Hanya saja sentimen
8 Abdul Wafi, “Toleransi Dalam Agama Kristen dan Islam di Tangerang,” (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 4.
9 Wawancara pribadi dengan Cutra Sari, S.Sos, Kecamatan Sukmajaya Depok,30 Desember 2017.
8
keberagamaan akan terasa ketika satu diantaranya terprovokasi oleh yang
lain. Dari sinilah penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini, dengan
mengangkat judul skripsi “Interaksi Sosial Antar Umat Beragama di
Kecamatan Sukmajaya, Depok (Studi atas pandangan Tokoh Agama Islam
dan Kristen)”. Kenapa harus Tokoh Agama dari Islam dan Kristen, hal ini
dikarenakan kedua agama ini merupakan mayoritas yang ada di Kecamatan
Sukmajaya yang kemungkinan besar berpotensi terjadinya ketidakrukunan
beragama.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana penulis ketahui bahwa kehidupan masyarakat pluralistik,
khususnya di perkotaan selalu berhadapan dengan berbagai lapisan
masyarakat yang saling membutuhkan sikap toleran. Karena dalam skripsi ini
penulis memberikan batasan masalah pada adanya kepentingan pemerintah
untuk menciptakan stabilitas nasional, tuntunan ajaran agama, dan
kepentingan masyarakat itu sendiri yang menghendaki hidup aman, damai
dan sejahtera. Tiga unsur ini merupakan cita-cita setiap orang, sehingga
tatanan kehidupan masyarakat menjadi stabil (normal). Untuk terciptanya
semua itu, setiap orang dituntut untuk memahami kepentingan-kepentingan di
atas dengan mengapresiasikan nilai-nilai toleransi. Khususnya bagi
masyarakat beragama.
9
Berangkat dari kerangka ini, penulis rumuskan sebagai berikut ;
1. Bagaimanakah Interaksi Sosial antar Umat Beragama di Kecamatan
Sukmajaya Depok ?
2. Bagaimanakah pandangan Tokoh Agama melihat praktek-praktek
Interaksi Sosial antar umat beragama di Kec Sukmajaya Depok ?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas penulis memeliki tujuan.
Yaitu :
1. Memberikan pemahaman kepada pembaca bagaimana Tokoh Agama
Kecamatan Sukmajaya Depok dalam mangartikan dan memahami
tentang interaksi sosial antar umat beragama.
2. Untuk mengetahui informasi yang dapat meluruskan pandangan dan
membangun sikap yang benar sesuai dengan norma-norma interaksi yang
ada. Sehingga dalam kegiatan hidup bermasyarakat baik bertetangga,
mitra kerja di perkantoran atau teman seprofesi tidak menimbulkan
keraguan mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh
dikerjakan, tanpa menghilangkan rasa persaudaraan dan persahabatan
diantara mereka yang berbada keyakinan.
3. Memperkuat hubungan baik yang telah terbina di masyarakat Kecamatan
Sukmajaya khususnya dalam bidang keagamaan dengan landasan-
landasan interaksi yang benar.
10
D. Metode Penelitian
Adapun teknik penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode kualitatif. Tujuannya adalah menjelaskan, memahami dan
menganalisa secara mendalam. Metode penelitian kualitatif menurut
Sugiyono ialah metode yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang
alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulam data dilakukan secara trianggulasi yaitu gabungan
dokumentasi pustaka atau fotografi, wawancara dan observasi lapangan.
Analisa data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.10 Data penelitian ini diperoleh melalui :
a) Penelitian Kepustakaan
Penggunaan penelitian ini penulis maksudkan dalam upaya
merumuskan definisi, pendapat, teori-teori yang ada hubungannya
dengan masalah yang dibahas serta untuk memperkuat atau
melemahkan sebuah argumentasi dan penulis mengadakan studi
kepustakaan mengenai penelitian terhadap buku-buku dan media
internet yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini.
b) Penelitian Lapangan
Data lapangan diperoleh dengan teknik observasi partisipasi.
Dan pengumpulan data primer melalui wawancara (interview) dengan
informan secara mendalam. Tokoh Rohaniawan baik dari Islam
maupun Kristen, dan masyarakat. Dalam wawancara, penulis telah
SMP PGRI, SMP YApemri, SMP dan SD Ganesha, SMP Budi
Utomo, SMP Purnama, SDN Abadijaya 1/2/3/4/5/6, SD Mekarjaya
1-25, dan lain-lain.16
C. Demografi Kecamatan Sukmajaya
1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2015
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Sukmajaya 17.317 17.653 34.970
2 Tirtajaya 9.934 9.772 19.706
3 Mekarjaya 32.778 34.640 67.418
4 Abadijaya 35.155 35.085 70.240
5 Baktijaya 34.288 34.299 68.587
6 Cisalak 10.235 10,263 20.498
Jumlah 139.707 141.712 281.419
2. Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut Tahun 2016
No KelurahanAgama
KetIslam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain
1 Mekarjaya 58.135 4.764 5.105 188 196 - 68.388
2 Abadijaya 44.311 1.810 1.569 150 350 - 48.190
3 Baktijaya 30.841 9.090 5.895 471 455 1 46.753
4 Sukmajaya 20.878 1.144 665 139 77 - 22.903
16 Data Referensi Kemdikbud, Daftar Satuan Pendidikan (Sekolah)Per Kecamatan Sukmajaya.
25
5 Cisalak 18.469 1.172 366 14 178 68 20.267
6 Tirtajaya 16.569 939 295 22 42 - 17.867
Jumlah 189.203 18.919 13.895 984 1.298 69 224.368
Berdasarkan komposisi penduduk menurut agama yang dipeluk,
sebagian besar penduduk memeluk agama Islam, yaitu sebanyak 189.203 jiwa
dan terbesar kedua memeluk agama Kristen 18.919 jiwa, Katolik 13.895 jiwa.
Penduduk selebihnya memeluk agama Hindu 984 jiwa, Buddha 1.289 jiwa
dan lain-lain 69 jiwa.
Komposisi penduduk menurut agama yang dipeluk adalah
berdasarkan pencatatan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil.17
3. Jumlah Sarana Peribadatan Tahun 2015
No Kelurahan Mesjid Muhola Gereja Pura Wihara Jumlah
1 Sukmajaya 6 14 - - - 20
2 Tirtajaya 5 14 - - - 19
3 Mekarjaya 23 3 3 - - 45
4 Abadijaya 24 3 3 - - 49
5 Baktijaya 17 1 1 1 - 53
6 Cisalak 9 1 1 - - 25
Jumlah 84 118 8 1 - 211
17 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kecamatan Sukmajaya, 2016.
26
Sarana peribadahan yang tersedia untuk para pemeluk agama di
kecamatan Sukmajaya adalah mesjid sebanyak 84 buah, mushola 118 buah,
gereja 8 buah, pura 1 buah, Pura 1, Wihara -.
4. Jumlah Sekolah Menurut Status Sekolah Tahun 201518
No Kelurahan Negeri Swasta
Tk SD SLTP SLTA TK SD SLTA SMK
1 Sukmajaya - 5 - 1 10 6 2 3
2 Tirtajaya - 1 - - 7 1 - 1
3 Mekarjaya - 16 1 - 22 3 3 2
4 Abadijaya - 15 - 1 10 1 4 11
5 Baktijaya - 11 2 - 28 6 1 2
6 Cisalak - 5 1 - 5 2 2 1
Jumlah - 53 3 2 82 19 12 20
18 Badan Pusat Statiskik Kota Depok, Kecamatan Sukmajaya Dalam Angka 2016.
27
BAB III
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA
A. Pengertian Interaksi Sosial
Rangkaian gerakan keagamaan kerap berujung pada penyebaran
agama, usaha mendialogkan (antar) agama, dan dialog agama dengan
kehidupan sosial setempat.19 Semua itu tidak akan terjadi tanpa adanya
interaksi satu sama lain. Untuk itu harus dimengerti apa itu interaksi sosial
antar umat beragama.
Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang
menyangkut hubungan antar perseorangan, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dalam
sendi-sendi kehidupan sosial karena tanpa berlangsungnya proses interaksi
tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial, secara sederhana
interaksi sosial dapat terjadi apabila dua orang saling bertemu, saling
menegur, saling berkenalan, dan mempengaruhi. Pada saat itulah interaksi
sosial terjadi.20
Dalam KBBI, interaksi diartikan sebagai hal saling melakukan aksi,
berhubungan, atau saling mempengaruhi. Jadi, pengertian interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik berupa aksi saling mempengaruhi antara
individu dan inividu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok
19 Ali Humaedi, Islam dan Kristen di Pedesaan Jawa: Kajian Konflik SosialKeagamaan dan Ekonomi Politik di Kasimpar dan Karangkobar (Jakarta: Badan Litbang danDiklat Depertemen Agama RI, 2008), h. 9.
20 Yusron Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran SosiologiPerspektif Islam (Jakarta: Laboratoruim Sosiologi Agama, 2008), h. 57.
28
dengan kelompok. Pengertian ini sejalan dengan pendapat yang telah
dikemukakan oleh Gillin. Beliau berpendapat bahwa, interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar
individu dan kelompok atau antar kelompok. Didalam hubungan tersebut
individu atau kelompok bekerjasama atau berkonflik, melakukan interaksi,
baik formal atau tidak formal, langsung atau tidak langsung.21
Jadi menurut beberapa pengertian diatas bisa diambil kesimpulan
bahwa interaksi sosial adalah komunikasi antara satu sama lain serta adanya
timbal balik yang dilakukan antar individu, kelompok maupun agama.
Dengan mengikuti norma-norma yang berlaku proses interaksi akan berjalan
sebagaimana mestinya tanpa adanya gesekan-gesekan yang berakibat
terjadinya konflik.
B. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua syarat. Yaitu
adanya kontak sosial (sosial contack) dan adanya komunukasi
(communication).22
Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya
bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh. Jadi arti secara harfiah
adaalah bersama-sama menyentuh, secara fisik, kontak baru terjadi apabila
terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu
21 Artikel diakses pada 28 Februari 2017 darihttp://pengertianahli.com/2013/12/pengertian-interaksi-sosial-menurut-ahli.html?m=1
22 Yuseon Razak, ed., Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran SosiologiPerspektif Islam, h. 58.
29
hubungan badania, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak
lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan
pihak lain tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan hubungan badaniah tidak
perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial dapat
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antara perorangan, antara orang-
perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.23
Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan
tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak
badaniah atau sikap), perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh
orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan
perasaan-perasaan suatu kelompok manusia atau orang perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok-kelompok lain atau orang-orang lainnya. Hal ini
kemudian merupakan bahan untuk menentukan reaksi apa yang akan
dilakukan.
Dalam komunikasi kemungkinan sekali terjadi berbagai macam
penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Seulas senyum, misalnya, dapat
ditafsirkan sebagai keramah-ramahan, sikap bersahabat, atau bahkan sebagai
sikap sinis dan sikap ingin menunjukan kemenangan. Selarik lirikin,
misalnya, dapat ditafsirkan sebagai tanda bahwa orang yang bersankutan
merasa kurang senang atau bahkan sedang marah. Dengan demikian,
komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara
kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu
23 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2010), h. 59.
30
syarat terjadinya kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi
menghasilkan kerja sama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi
sebagai akibat sala paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.24
Ada tiga tahap penting dalam komunikasi. Ketiga tahap tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Encoding. Pada tahap ini, gagasan atau program yang akan
dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar. Dalam tahap ini,
komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat, dan gambar yang mudah
dipahami oleh komunikan, komunikator harus menghindari penggunaan
kode-kode yang membingungkan komunikan.
2. Penyampain. Pada tahap ini, istilihat atau gagasan yang sudah diwujudkan
dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampain dapat berupa
lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya.
3. Decoding. Pada tahap ini dilakukan proses mencerna dan memahami
kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki.
Suatu kontak dapat terjadi tanpa adanya komunikasi. Contohnya,
orang bicara dalam bahasa padang kepada orang yang hanya mengerti
bahasa jawa. Dalam kasus tersebut, kontak sosial sudah terjadi, tetapi
mereka tidak sedang berkomunikasi sebab salah satu peserta komunikasi
tidak bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh yang lain. Dengan
24 Yusron Razak, ed., Sosiologi Suatu Pengantar: Tinjauan Pemikiran SosiologiPerspektip Islam, h. 59.
31
demikian, suatu kontak tanpa adanya komunikasi tidak memiliki arti apa-
apa dalam sebuah interaksi sosial.25
C. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatiakan
dalam Berinteraksi
1. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial
Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial
yaitu, interaksi sosial antar orang perorangan, interaksi antar orang
dengan kelompoknya dan sebaliknya, interaksi antar kelompok.
Dilihat dari segi caranya ada dua macam interaksi yaitu, interaksi
langsung (direct interaction) yaitu interaksi fisik seperti berkelahi,
hubungan seks/kelamin, dan sebagainya. Interaksi simbolik (symbolic
interaction) yaitu interaksi dengan mempergunakan bahasa
(lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.26
Menurut bentuknya interaksi sosial dapat berupa kerja sama
(cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga
berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian
mungkin mendapat suatu penyelesaian. Mungkin penyelesaian tersebut
hanya akan dapat diterima untuk sementara waktu, yang dinamakan
akomodasi (acccomoation); dan itu berarti bahwa kedua belah pihak
25 Kun Maryati, Juju Suryawati, Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas X (Jakarta: PenerbitErlangga, 2001), h. 58.
26 ARY H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 32.
32
belum tentu puas sepenuhnya. Suatu keadaan dapat dianggap sebagai
bentuk interaksi keempat dari sosial tersebut.27
Beberapa sosiolog memiliki pandangannya masing-masing
mengenai bentuk-bentuk interaksi sosial. Secara umum bentuk sosial
terbagi dalam dua bentuk, yaitu interaksi assosiatif dan interaksi
disosiatif.
1. Interaksi Sosial Assosiatif
Menurut Charles Horton Cooley, dalam proses assosiatif
terdapat kerjasama yang dilakukan dengan penuh kesadaran.
Interaksi sosial assosiatif bersifat positif untuk menyelesaikan
masalah.
Bentuk kerjasama yang dimaksud dalam interaksi sosial
assosiatif, adalah sebagai berikut.
a. Kerjasama spontan (menolong saat kecelakaan).
b. Kerjasama kontrak (kerjasama sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan).
c. Kerjasama tradisional (tolong menolong tanpa diminta).
Dalam pelaksanaannya, kerjasama terbagi atas gotong royong,
kerjasama dalam bentuk pertukaran barang (bargaining), kerjasama
dalam bentuk kombinasi dua organisasi (koalisi), kerjasama dalam
proses penerimaan unsur baru (cooperation), dan kerjasama dalam
bentuk penanaman modal (joint).
27 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, h. 64.
33
2. Interaksi Sosial Disosiatif
Interaksi sosial disosiatif terbagi dalam empat bentuk, yaitu:
persaingan, kontravensi, pertentangan, dan konflik.
a. Persaingan
Persaingan merupakan interaksi sosial yang positif, karena
persaingan memicu seseorang menjadi lebih baik. Jika dalam
persaingan salah satu pihak merasakan adanya ketidakadilan,
persaingan akan berakibat negatif.
b. Kontravensi
Kontravensi adalah interaksi yang mewujudkan adanya sikap
yang bertentangan (tidak sepaham).
c. Pertentangan
Pertentangan adalah interaksi yang diwujudkan dengan sikap
yang bertolak belakang atau tidak sepaham.
d. Konflik
Konflik adalah interaksi antara dua pihak atau lebih yang mana
masing-masing pihak berusaha saling menjatuhkan atau
menghancurkan. Konflik yang terjadi antara lain disebabkan
adanya perbedaan pendirian, perbedaan latar belakang, dan
perbedaan kepentingan. Walaupun konflik mengakibatkan
perpecahan, namun di lain pihak konflik dapat memperkuat
solidaritas dakan kelompok (kuatnya solidaritas dalam keompok
34
justru memperbesar ketegangan hubungan dengan kelompok lain
yang berseteru).28
2. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berinteraksi yaitu :
a. Ego
Kita perlu menurunkan atau mengontrol ego, agar kita mudah
memahami dan mengerti kondisi orang lain. Kita akan menjadi lebih
fleksibel dalam berpikir dan bertindak serta tentunya tidak ingin
menang sendiri.
b. Kepekaan
Peka tidak hanya melulu tentang mengerti perasaan orang meski
tanpa disampaikan secara eksplisit. Memahami situasi dan kondisi
juga diperlukan dalam hubungan antar person.
c. Jujur dan terbuka
Orang-orang akan cenderung menyukai pribadi yang jujur
karena merasa ada seseorang yang bisa dipercayai dalam pergaulan
mereka baik dalam perkataan maupun perbuatan. Tetapi bukan jujur
yang “polos” sehingga tidak tahu kapan akan menyampaikan
kejujuran. Belajar untuk berkata asertif pada orang lain sehingga
mengurangi konflik karena misscommunication.
d. Humoris dan rendah hati
Orang-orang akan cenderung mudah menyukai kita bila kita
bukan orang yang selalu dan terlalu kaku, datar, terlalu serius dan
28 Mulat Wigati Abdullah, Sosiologi Untuk SMP dan MTs Kelas VII(Jakarta: Grasindo, 2008), 24.
35
sebagainya. Humor yang mengundang tawa akan mampu menjadi
jembatan untuk mencairkan dan menghangatkan suasana hingga
melekatkan diri kepada lingkungan dengan lebih cepat. Namun, perlu
dipahami bahwa tidak semua topik atau materi pembicaraan bahkan
seseorang di lingkungan dapat dijadikan bahan guyonan, maka kita
harus memilah guyonan yang akan membawa kedekatan secara
positif.
e. Jadilah diri sendiri
Tidak perlu meniru suatu hal dari orang lain. Bila kita merasa
nyaman dengan diri kita apa adanya, maka orang lain pun akan
merasakan hal serupa. Tetapi sebaliknya, bila kita terlalu repot,
rempong, sibuk dengan diri sendiri, banyak mengurus ataupun
mengkritisi ini itu dari diri kita maka kita tidak akan optimal dalam
membangun relasi sosial dengan orang lain.29
D. Dasar-dasar Interaksi Sosial
Dalam setiap agama pastinya mempunyai dasar-dasar dalam
mengartikan atau memahami dan melakukan suatu perbuatan, begitu pula
dalam memahami dan melakukan interaksi sosial baik antara agamanya
sendiri, maupun dengan agama lain yang berbeda keyakinan. Dikarenakan
29 Loveable Thika, Aspekaspek yang perlu diperhatikan dan bisa dilakukan agarmenjadi orang yang menyenangkan dalam hubungan antar person, artikel diakses pada 7 Mei2017 dari http://loveable_thika-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-116990-Umum-Aspek aspekyang perlu diperhatikan dan bisa dilakukan agar menjadi orang yang menyenangkan dalamhubungan antar person.html
36
interaksi sosial adalah sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial, tidak
bisa dipisahkan dari manusia yang merupakan makhluk sosial.
1. Interaksi dalam Islam
Islam adalah agama universal yang ajarannya ditujukan bagi umat
manusia secara keseluruhan. Inti ajarannya selain memerintahkan
penegakan keadilan dan eliminasi kezaliman, juga meletakan pilar-pilar
perdamaian yang diiringi dengan himbauan kepada umat manusia agar
hidup dalam suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang
perbedaan ras, suku, bangsa dan agama, karena manusia pada awalnya
berasal dari asal yang sama.
Melalui ajaran dan pilar tadi, Islam mendorong para pengikutnya
agar bersikap toleransi dengan pengikut agama lain dan bersikap positif
terhadap budaya, karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai
khalifah yang mempunyai tanggung jawab kolektif untuk membangun
bumi ini, baik secara moril maupun materil. Firman Allah SWT:
ن ٱألرض وٱستعمركم فیھا فٱستغفروه ثم توبوا إلیھ ھو أنشأكم م
جیب ٦١إن ربي قریب م“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya,
37
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya). (Q.S Hud : 61).30
Maksud dari ayat tersebut adalah, bahwa manusia dijadikan
penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk
hubungan yang populer dalam Islam yaitu silaturrahim. Yang artinya
hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial
banyak dilakukan umat islam pada kegiatan majlis taklim, menyambut
bulan suci ramadahan, penyambutan tahun baru Islam, hari Raya Idhul
Fitri dan hari Raya Idul Adha serta halal bi halal. Namun, harus digaris
bawahi bahwa kegiatan silaturrahim tidak hanya kegiatan itu saja. Tetapi
dalam bentuk wirid yassin, atau serikat tolong menolong juga dapat
dikelompokkan kedalam silaturrahim karena setiap kamis malam selalu
antara jama’ah, saling kontak, saling bebicara dan saling berdiskusi.31
Istilah yang lebih luas dari interaksi sosial yakni ukhwah
Islamiyah. Artinya, persaudaraan yang dijalin sesama muslim.
Persaudaraan itu dibagi empat, yaitu :
a. Ukhuwah ‘Ubudiyah yaitu ukhuwah berdasarkan sama-sama hamba
Allah.
b. Ukhuwah Al Insaniyah, artinya ukhuwah yang didasarkan karena
sama-sama manusia sebagai makhluk Allah yang bersumber dari
seorang ayah dan ibu yaitu nabi Adam Dan Siti Hawa.
30 Al-Qur’an dan Terjemah Kementrian Agama.31 Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo
Indonesia,1990), h. 68.
38
c. Ukhuwah al-Wathaniyah. Yaitu, ukhuwah yang didasarkan pada
negara dan kebangsaan yang sama.
d. Ukhuwan fin din Al-Islam, yaitu : ukhuwah yang didasarkan karena
sama-sama satu akidah.32
Dasar terbentuknya ukhwah Islamiyah, firman Allah SWT dalam
Surat Al-Hujurat, pada ayat 10, yaitu :
إنما ٱلمؤمنون إخوة
ترحمون
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S Al-
Hujurat: 10).33
Bentuk persaudaraan yang di ajarkan oleh al-quran tidak hanya
karena faktor satu aqidah Islam. Tetapi disuruh juga untuk melakukan
ukhwah dengan umat lain. Menurut Ali Nurdin, Istilah yang disebut oleh
al-quran untuk menjalin ukhwah dengan umat lain tidaklah memakai
ukhwah tetapi lebih tepat memakai istilah toleransi. Toleransi maksudnya
adalah tolong menolong dan saling menghargai antara penganut agama.
Toleransi yang dibenarkan yaitu toleransi dalam bidang kehidupan sosial
sedangkan dalam bidang aqidah dan ibadah tidaklah dibenarkan.
32 Zaki Mubarak, Menjadi Cendikiawan Muslim Kuliah Islam di Perguruan Tinggi(Jakarta: PT. Magenta Bhakti Guna, 2010), h. 71.
33 Al-Qur’an dan Terjemah Kementrian Agama.
39
2. Interaksi dalam Kristen
Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan
bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu dalam
keterhubungannya dengan orang lain dan berorientasi kepada sesama.
Sebagai dasarnya yaitu kejadian 2 : 8 Tuhan Allah berfirman :
“Tidak baik, jikalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.
Kejadian 2 diatas menyatakan bahwa tidak baik jikalau manusia itu
sendiri, dan karena itu Allah menciptakan penolong yang sepadan. Hal
ini tidak hanya terbatas pada manusia jenis kelamin yang lain, tetapi juga
bahwa manusia sendiri adalah baik. Allah menghendaki manusia hidup
dengan sesamanya
Interaksi yang berkesinambungan terhadap toleransi dalam Kristen
sendiri yang tercantum dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap
terhadap agama – agama bukan Kristen didasarkan pada kisah Rasul –
rasul 17:16 : “Adapun segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan
asalnya pun satu juga, karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia
untuk menghuni seluruh bumi.” Selain itu, sikap gereja terhadap agama –
agama sebagaimana dinyatakan dalam mukaddimah pada Deklarasi
Konsili Vatikan yaitu “Dalam zaman kita ini dimana bangsa manusia
makin hari erat bersatu, hubungan antara bangsa menjadi kokoh, lebih
seksama bagaimana mempertimbangkan hubungan-hubungannya dengan
agama-agama Kristen lain.” Deklarasi tersebut berpegang teguh pada
40
hukum yang paling utama yang tercantum dalam kitab Injil (Mark, 12:30
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu, dan dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap
kekuatanmu, 31 kasihilah sesama manusia seperti dirimu. Tidak ada
hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini. Luk, 10: 27
Perhatikanlah bunga bakung, yang tidak memintal dan tidak menenun,
namun aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun
tidak berpakaian seindah dari salah satu bunga itu. Mat, 22: 37 Jawab
Yesus kepadanya : Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu,
dan segenap jiwamu, dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua yang sama
dengan itu, ialah : Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. 40
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi).34
E. Pengembangan Sikap Interaksi Sosial
Bangkitnya atau bertumbuhnya kesadaran identitas, percaya diri dan
harga diri dari masing-masing agama, sebenarnya juga dibarengi oleh
bertumbuhnya kesadaran saling ketergantungan dan kesatuan antar mereka
sebagai satu bangsa. Yang menjadi masalah ialah menghubungkan keduanya
kedalam satu sikap yang utuh dan otentik. Semua agama yang ada di
Indonesia, pada hakikatnya ditumbuhkan dan dibesarkan dalam suasana dan
34 Abdul Wafi, “Toleransi Dalam Agama Kristen dan Islam di Tangerang” (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 4.
41
mentalitas “anak tunggal”. Tidak ada satu agama pun di Indonesia yang
sebenarnya dapat dikatakan siap untuk hidup dalam kenyataan yang baru,
yaitu bahwa ia bukan “anak tunggal”, tetapi mempunyai saudara-saudara
yang sah disampingnya. Semua agama masih harus belajar, dan sebaiknya
belajar bersama, untuk hidup bersama dan bekerja bersama dalam kenyataan
baru, sebagai anak-anak dari satu keluarga yaitu sebagai bangsa Indonesia.35
Pada interaksi sosial terjalin hubungan erat yang akan menciptakan
keselarasan sosial. Oleh karena itu, interaksi sosial berpengaruh besar
terhadap terbentuknya keselarasan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Melalui interaksi sosial, manusia saling berkerja sama, menghargai,
menghormati, hidup rukun, dan gotong royong. Sikap-sikap tersebut mampu
menciptakan keteraturan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat yang
mendorong munculnya keselarasan sosial.36
35 Eka Darmaputera, Pergulatan Kehadiran Kristen di Indonesia (Jakarta: BPK GunungMulia, 2001), h. 288.
36 Wakuyo, dkk., Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk SMP/MTs Kelas VII (Jakarta: PT.Gramedia KOMPAS GRAMEDIA Building, 2008), h. 45.
42
BAB IV
PANDANGAN TOKOH AGAMA TERHADAP PRAKTIK-PRAKTIK
INTERAKSI SOSIAL ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM
MASYARAKAT KEC SUKMAJAYA DEPOK
A. Nilai-nilai Kandungan Interaksi Sosial
Dalam berinteraksi dengan sesama seharusnya kita melihat dan
memperhatikan dengan siapa kita berinteraksi, agar norma-norma yang ada
tidak kita langgar sehingga interaksi yang kita jalani berjalan dengan baik,
begitu pula berinteraksi antar agama ada norma-norma yang harus dijaga
memperhatikan bagian-bagian yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Beberapa hal yang perlu di perhatiakan dalam berinteraksi antara
lain ego, kepekaan, jujur dan terbuka, humoris dan rendah hati dan jadi diri
sendiri.
Secara teorotis sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya
interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi. Terjadinya
suatu kontak sosial tidaklah semata-mata tergantung dari tindakan, tetapi juga
tergantung kepada adanya tanggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan
aspek terpenting dari komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran
pada sesuatu perikelakukan orang lain.
43
Sebelum membahas lebih jauh tentang pandangan tokoh agama
mengenai interaksi sosial antar umar beragama di Kecamatan Sukmajaya
Depok, penulis mencoba menghadirkan profil singkat para informan melalui
tabel dibawah ini.
NO Nama Agama Pekerjaan/Jabatan
1 Habib Muhsin Al Atas Islam Ketua FKUB Depok
2 Cutra Sari, Sos.I Islam Penyuluh Agama Kec. Sukmajaya
3 Ansori, SIP. M.Si Islam Kepala Tantrib Kec. Sukmajaya
4 Dr. H. Memed K, MM Islam Ketua DKM Masjid Al Muhajirin
5 H. Chalik W, SE Islam Ketua DKM Masjid Al Ikhwan
6 Eman Sulaeman Islam Ketua Yayasan Al Alif Depok 2
7 Gregorius A.C, S.Th Kristen Pastur Gereja Santa Markus Depok
8 Herdy Kadun Kristen Guru
9 Julius Bohang Kristen Swasta/Head
10 Tristyadi Widi P Kristen Swasta/Penata Majelis GKJ Depok
11 Francisca Natalia Kristen Vikaris (Calon Pendeta)
12 Isnu Pranowo Kristen Ketua Majelis GKJ Depok
44
Interaksi yang terjadi di wilayah kecamatan Sukmajaya antara lain :
1. Praktik Interaksi Sosial, Ucapan Selamat Hari Raya, Salam antara
Islam dan Kristen
a. Praktik Interaksi Sosial
Interaksi sosoial adalah suatu hubungan antara dua individu
atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,
mengubah atau memperbaiki kekuatan individu yang lain atau
sebaliknya sehingga terjadi proses sosial. Cirinya adanya pelaku
yang berjumlah lebih dari satu orang, terjalin komunikasi yang aktif
diantara para pelaku, adanya maksud dan tujuan yang jelas dari
interaksi tersebut dan biasanya dilakukan dalam suatu pola tertentu.
Jenis interaksi sosial dibedakan menjadi tiga yaitu interaksi sosial
antar individu, interaksi sosial antara individu dengan kelompok dan
interaksi sosial antara kelompok dengan kelompok.37
Depok merupakan kota yang agamis, 95% Islam 5% dibagi
empat agama. disini sangat agamis sekali, walaupun sudah ada
pembauran namun persaudaraan/silaturrahmi sangat kental dengan
ikatan toleransi. Selama lima tahun ini belum pernah ada ribut antar
agama. semua bisa terkendali. Jika Islam melakukan kegiatan agama
tidak ada yg merasa terganggu begitupun sebaliknya. Menurut
laporan ketua camat yang lama, pernah ada bahkan banyak masalah
tentang sikap masyarakat yang tidak seperti biasanya, namun setelah
37 Wawancara pribadi dengan Tristya Widi Putranto, GKJ Depok, 19 Maret 2017.
45
diperiksa ternyata masyarakat yang bermasalah ini ternyata orang-
orang buangan bukan asli orang Depok. Terjaganya keharmonisan
keagamaan itu sudah lebih dari cukup karena saya merasa tenang
dan terkurangi beban tugas saya selaku Kasat satpol PP pungkas Pak
Ansori biasa di panggil.38
Interaksi yang dilakuakan baik pribadi maupun kelompok
selalu bahwa ditegaskan dan di ingatkan bahwa kita harus mengingat
semoboyan negata ini yaitu “bhineka tunggal ika”, berbeda namun
satu tujuan. Negara ini bukan negara Islam karena pada waktu
pendirian negara ini ada sembilan orang salah satunya ada yang
namanya Amarimis yang mewakili Indonesia bagian timur, jikalau
pada saat itu Islam bertahan pada pembuatan dasar negara dengan
tidak melihat agama lain mungkin tidak akan ada kebinekaan di
negara kita ini. Namun setelah menimbang dengan beberapa
pandangan dirubahlah sila yang pertama menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa” karena masyarakat yang ikut berjuang memerdekakan
Indonesia bukan hanya Islam sehingga para kiyai kita mengalah
dengan pandangan jika pancasila yang pertama tidak dirubah
dihawatirkan kelompok agama lain merasa belum merdeka sehingga
dirubahlah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang bersifat lebih
menyeluruh.39
38 Wawancara pribadi dengan Ansori, Kecamatan Sukmajaya Depok, 28 Februari 2017.39 Wawancara pribadi dengan Ansori.
mengatakan interaksi sosial akan melahirkan kerjasama. Bentuk
interaksi sosial yang biasa masyarakat lakukan antara lain gotong
royong untuk membersihkan lingkungan, ronda untuk menjaga
keamanan lingkungan sekitar, dan sikap saling menolong kepada
warga lain yang membutuhkan, sebagai contoh ketika ada salah satu
warga yang mendapat musibah seperti kematian, sakit atau apapun,
maka dengan cepat kita saling membantu, baik berupa materi
maupun tenaga sesuai dengan kemampuan masing-masing.40
b. Ucapan Selamat Hari Raya dan Salam antara Islam dan Kristen
Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kenyataan
bahwa manusia adalah tidak sendirian dan selalu dalam
keterhubungannya dengan orang lain dan berorientasi kepada
sesama. Sebagai dasarnya yaitu kejadian 2 : 8 Tuhan Allah
berfirman:
“Tidak baik, jikalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”.41
Dalam pengucapan salam kepada orang Islam didalam kristen tidak
ada dasar atau hukum yang mengatur itu, artinya boleh saja menurut
bapak Julius Bohang mengatakan bahkan jika kami bertemu dengan
teman dari kalangan orang Islam kami mengucapkan
“assalamu’alaikum tidak dengan syalom (salamnya orang kristen)
40 Wawancara pribadi dengan Tristya Widi Putranto.41 Wawancara pribadi dengan Tristya Widi Putranto.
47
karena kami berprinsip buat apa kami mengucapkan sesuatu yang
tidak bisa mereka terima, lebih baik kami mengucapkan sesuatu
yang bisa bisa mereka terima. Begitu pula dalam hal pengucapan
selamat hari saya idul fitri itu sangat perlu artinya bahwa sekalipun
kita tidak meyakini namun kita harus memberikan ruang bahwa kita
mengakui keberadaan mereka kalau kita tidak mengucapkan berarti
kita tidak mengakui keberadan mereka sekalipun dalam konteks kita
tidak meyakini itu, walaupun tidak meyakini namun itu tetapi wajib
kami lakukan. Terlepas mereka mau menerima atau tidak tetap harus
kami lakukan dan itu sudah saya lakukan. Manfaat dari itu semua
suda saya rasakan yang tadi orang yang saya sapa terlihat canggung
sekarang malah akrab sekali dengan saya.42 Hal ini dipertegas oleh
bapak romo Gregorius Agus Cahyono dalam wawancara di gereja santa
markus beliau mengatakan bahkan kami bukan hanya mengucapkan
dengan lisan kamipun membuat spanduk pengucapan selamat hari
raya idul fitri dan lain-lain sebagai bentuk dan rasa kebahagian yang
mereka rasakan kamipun merasakan hal yang sama43
Dalam Islam, interaksi sosial berarti hubungan sosial. Bentuk
hubungan yang populer dalam Islam yaitu silaturrahim. Yang artinya
hubungan kasih sayang. Silaturrahim sebagai bentuk interaksi sosial
42 Wawancara pribadi dengan Julius Bohang, Gereja POUK Depok, 26 Maret 2017.43 Wawancara pribadi dengan Pendeta Gregorius Agus Cahyono, S.Th, Gereja Santa
Markus Depok, 18 Maret 2017.
48
banyak dilakukan umat Islam pada kegiatan majlis taklim,
menyambut bulan suci ramadahan dan lain-lain.44
Dalam hal pengucapan selamat hari raya natal bagi sebagian
kelompok mengharamkan akan hal ini dengan berlandaskan karena
hal itu sudah mencampuri urusan agama (aqidah) bukan lagi hal
yang umum, sebagian kelompok membolehkan selama dalam
koridor yang tepat, artinya mengetahui dasar yang kuat terhadap
pembolehan.
Mengucapkan selamat hari raya natal, menurut penulis harus
dilihat dari sisi teologis dan sosiologis. Dari makna teologis
pengucapan selamat hari raya natal tidak dibolehkan, sebagaimana
Allah SWT berfirman:
و و و
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah : 2)
Ayat diatas jelas bahwa jika melihat dari segi teologis mengucapkan
selamat natal itu dilarang karena merupakan perbuatan dosa, terlebih
44 Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindoIndonesia,1990), h. 68.
49
ketika mengucapkan hal tersebut diiringi dengan keyakinan bahwa
Isa adalah tuhan bukan hamba. Hal inilah yang dihawatirkan
kebanyakan tokoh Islam di kecamatan Sukmajaya melihat
pengetahuan tentang agamanya masih dikategorikan jiping (ngaji
kuping) dalam artian masih bersifat rutinitas belum sampai kepada
penambahan wawasan. sehingga seringkali mudah terbawa bahkan
terhasut oleh pemahaman-pemahaman yang tidak berlandaskan
Islam.45
Sedangkang jika dilihat dari sisi sosiologis, pengucapan
selamat hari natal kepada umat Kristen dalam rangka interaksi sosial
dan membangun keharmonisan antar umat beragama dipahami oleh
penulis sebagai bentuk rasa persaudaraan dengan catatan tidak
adanya kehawatiran akan ternodanya aqidah kita. Seperti yang telah
dikatakan bapak Julius Bohang dalam wawancara “kami
mengucapkan salam dengan assalamu’alaikum, selamat hari raya
idul fitri, idhul adha dan hari-hari lainnya, kami mengucapkan
sebagaimana umat Islam mengucapkan, karena kenapa kami
mempunyai prinsip untuk apa kami mengucapkan hal yang tidak bisa
mereka terima akan sia-sia hal itu, lebih baik kami mengucapkan
sesuatu yang bisa mereka terima itu bisa lebih bermakna.” Dari sini
penulis menyimpulkan, pengucapan natal dari aspek sosiologis
dibolehkan dengan landasan sebagai tujuan mempekokoh tali
45 Wawancara pribadi dengan Cutra Sari, Kecamatan Sukmajaya Depok,30 Desember 2017.
50
persaudaraan, memperindah keharmonisan dalam kehidupan
beragama. Tidak ada sedikitpun keyakinan hati kita menyakini akan
hal itu cukup sebagai pengakuan kita terhapat keberadaan mereka.
Tetapi jika masih ada kahawatiran cukup berucap selamat hal ini
sudah pernah dialami oleh H. Chalik yang berkecimpung dalam
kepemerintahan selama empat tahun di NTB yang mayoritas
masyarakatnya beragama kristen, ketika malam natal tiba pak Chalik
mengucapkan selamat natal dengan kalimat selamat tidak dengan
natal nya. Hal inipun dimengerti oleh rekannya yang menerima
ucapan selamat natal dan dia pun memahami kondisi pak Chalik.
Kita pun bisa seperti pak Chalik melakukan cara sebagaimana telah
di uraikan.
Mengucapkan “Assalamu’alaikum” sudah menjadi hal yang
lumrah bagi kalangan muslim karena pengucapan ini adalah ajaran
Rasulullah, dalam pengucapan “Assalamu’alaikum” selain
mengandung makna do’a pengucapan inipun mengandung pesan-
pesan wihdatul ummah (persatuan umat). Namun seiring berjalan
nya proses interaksi yang kental dengan toleransi pengucapan ini
menjadi suatu kalimat yang tidak hanya diucapkaan oleh umat islam.
Islam telah mengatur tentang hal ini dengan sangat hati-
hati, menjawab salam dari non muslim cukup dengan kalimat
“wa’alaikum” atau “wa’alaika”, hal ini dikarenakan orang non
muslim bisa jadi tidak fasih atau salah dalam menucapkan bahasa
51
arab sehingga maknanya menjadi lain, bisa jadi maknanya
keburukan. Pada zaman Rosulallah SAW, ada orang yahudi yang
dengan sengaja mengubah ucapan assalamu’alaikum menjadi
“Assamu’alaikum” (kematian atas mu) yang ketika itu dijawab oleh
Aisyah r.a. dengan kalimat “Bal ‘alaikumus saam (sebalinya semoga
kalianlah yang mendapat kematian). Mendengar hal ini Rasulullah
menegur Aisyah: Hai Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai
keramahan dalam segala hal. Aisyah berkata: tidakkah engkau
mendengar apa yang mereka ucapkan ? Rasulullah bersabda: aku
telah menjawab “Wa ‘alakum (semoga menimpa kalian). Namun
demikian kita dilrang untuk mendahului mengucap salam kepada
non muslim.46
2. Interaksi dalam Pembangunan Rumah Ibadah
Rumah ibadah, tempat peribadatan adalah sebuah tempat yang
digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama
atau kepercayaan mereka masing-masing. Oleh sebab itu perizinan,
penentuan lokasi sangatlah penting, bahkan hal ini harus diprioritas
utamakan agar terjaminnya kenyamanan umat didalam melakukan
kegiatan peribadatan.
Ketua yayasan Al Alif bapak Eman Sulaeman berpendapat dalam
Islam berpatisipasi dalam membangun rumah ibadah agama lain baik
dalam bentuk pikiran, tenaga, harta, dan lainnya adalah haram atau
46 Abdul Wafi, “Toleransi Dalam Agama Kristen dan Islam di Tangerang” (Skripsi S1Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 34.
52
berdosa. Karena perbuatan seperti ini tergolong dalam kategori
mendukung penyebaran agama tersebut, terlebih hal itu merupakan ranah
aqidah bukan ranah umum.47
Sebagian warga masyarakat memang ada yang mempertanyakan
mengapa masalah agama diatur oleh pemeritah, bukankah itu merupakan
bagian dari kebebasan beragama. Dalam kaitan ini pemerintah
menjelaskan bahwa yang diatur ini bukanlah aspek doktrin agama yang
merupakan kewenangan masing-masing agama, melainkan hal-hal yang
terkait dengan lalu lintas para pemeluk agama yang juga warga negara
Indonesia ketika mereka bertemu sesama warga negara Indonesia
pemeluk agama lain dalam mengamalkan ajaran agama mereka. Karena
itu pengaturan ini sama sekali tidak mengurangi kebebasan beragama
yang disebut pasal 29 UUD 1945. Beribadat dan membangun rumah
ibadah adalah dua hal yang berbeda. Beribadat adalah ekspresi
keagamaan seseorang kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan
membangun rumah ibadat adalah tindakan yang berhubungan dengan
warga negara lainnya karena kepemilikan, kedekatan lokasi, dan
sebagainya. Pendirian rumah ibadat harus memenuhi peraturan
perundang-undangan yang ada, kemudian dalam waktu yang sama harus
tetap menjaga ketentraman serta ketertiban masyarakat.48
Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan
sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi
47 Wawancara pribadi dengan Eman Sulaeman, Yayasan Al-Alif Depok, 12 Maret 2017.48 Sosialisasi PBM dan Tanya Jawab (Badan Litbang dan Diklat Depertemen Agama
Refublik Indonesia, 2008), h. 7.
53
pelayanan umat beragama yang bersangkutan diwilayah kelurahan atau
desa. Pendirian rumah ibadat dilakukan dengan tetap menjaga kerukunan
umat beragama, tidak mengganggu ketentraman dan ketertiban umum,
serta mematuhi peraturan perundang-undangan. Dalam hal keperluan
nyata bagi umat beragama diwilayah kelurahan atau desa, pertimbangan
komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau
kabupaten/kota atau provinsi.49
Pendirian rumah ibadah wajib memenuhi persyaratan administrasi
dan persyaratan teknis bangunan gedung. Demikian juga harus
memenuhi persyaratan khusus meliputi : Daftar nama dan KTP pengguna
rumah ibadah paling sedikit 90 orang yang disahkan pejabat setempat
sesuai dengan tingkat batas wilayah, Dukungan masyarakat setempat
paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh lurah/kepala desa,
Rekomendasi tertulis dari kantor depertemen agama kabupaten/kota dan
Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.50
Intropeksi dan mawasdiri, dewasa, taat hukum dan arif dalam
menyikapi perbedaan pandangan terhadap keberbedaan rumah ibadah.
Mungkin itu yang harus kita lakukan bila kita ada dalam lingkungan
masyarakat yang homogen ini. Maka perlu kita koordinasi dan
bermusyawarah dengan tetangga atau masyarakat disekitarnya.51
49 Sosialisasi PBM dan Tanya Jawab, h. 48.50 Sosialisasi PBM dan Tanya Jawab, h. 49.51 Wawancara pribadi dengan Tristya Widi Putranto.
54
B. Interaksi dalam Kegiatan Ekonomi dan Pendidikan
Kegiatan ekonomi dan pendidikan merupakan suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, semua itu mempunyai
keterhubangan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
peraturan agar kegiatan ini teroganisir dengan baik sehingga masyarakat
menjalaninya dengan penuh kahati-hatian dan kepastian.
1. Interaksi Ekonomi
Untuk memenuhi semua kebutuhannya, manusia harus bekerja.
Manusia bekerja sesuai dengan kondisi wilayah tempat tinggalnya,
pendidikan maupun sesuai bakat keterampilannya.52 Dalam kehidupan
sehari-hari tidak seorangpun dapat membuat barang yang dibutuhkannya.
Oleh sebab itu harus ada kerjasama antara orang yang satu dengan yang
lainnya, kerjasama itu saling melengkapi. Ada yang bekerja sebagai petani
memproduksi bahan pangan, ada yang membuat pakaian untuk dijual atau
diperdagangkan dan seterusnya.53
Kegiatan ekonomi di kota Depok khususnya kecamatan Sukmajaya
tidak terlepas dengan interaksi antar etnis atau agama, bagaimana tidak
para penjual menjual barang dagangannya tidak hanya kepada sesama
agama, mereka juga menjual kepada pembeli dari agama lain tentunya
dengan batasan-batasan yang ada.
52 Ilma Chan, “Kegiatan Ekonomi di Indonesia,” artikel diakses pada 10 Mei 2017 darihttp://www.academia.edu/7378836/Kegiatan_Ekonomi_di_Indonesia
53 Walson Simanjorang, “Kegiatan Ekonomi di Indonesia,” artikel diakses pada 10 Mei2017 dari http://Walson-Simanjorang.blogspot.co.id/2013/01/macam-macam-usaha-dan-kegiatan-ekonomi_4262.html?m=1
55
Dalam hal ini banyak dari kalangan masyarakat khususnya para
tokoh agama, baik dari kalangan Islam maupun Kristen menanggapi hal ini
dengan positif. Ekonomi merupakan hal yang umum dan kebutuhan semua
manusia. Adapun keterhubungannya dengan agama untuk mengatur
pembolehan atau pelarangan dari sebuah kegiatan ekonomi, mengatur atau
membedakan halal dan haram, selain dari pada itu. sehingga para pelaku
ekonomi berjalan sesuai dengan lintasannya.54 Kegiatan ekonomi ini pun
sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW, pada zamannya nabi
Muhammad menjalin kerjasama perdagangan dengan bangsa selain agama
Islam seperti bangsa Romawi, Persia, dan sebagainya.55 Selain misi
berdagang Nabi pun berdakwah memperluas, menyebarkan agama Islam
dan mempererat jalinan persaudaraan dengan agama lain.
Sebagai contoh kecil dari manfaat kegiatan ekonomi dikehidupan
bermasyarakat sekitar, warung kopi dapat mempertemukan orang-orang
dari berbagai etnis dan agama, tidak secara fisik melainkan juga
pemikiran, ide, dan perasaan. Sisi lain yang membuat warga menjadi akrab
selain kegiatan mengobrol diwarung kopi adalah kebiasaan untuk
membayar minuman orang lain. Kerukunan umat beragama akan dapat
tercipta secara alamiah jika dibangun diatas fondasi yang konkrit, saling
berbagi dan melayani.56 Lebih dari contoh itu sebuah perusahan yang
dipimpin oleh seorang kritiani membawahi karyawannya yang berbeda
agama harus bersikap adil, mampu melihat dari sudut prestasinya bukan
54 Wawancara pribadi dengan Eman Sulaeman.55 Wawancara pribadi dengan Ansori.56 Wawancara pribadi dengan Tristya Widi Putranto.
56
dari agamanya karena jika melihat dari sudut agamanya akan repot, karena
negara ini pun berdiri bukan dari satu agama.57
2. Ineraksi Pendidikan
a. Pengertian pendidikan
pendidikan ialah suatu usaha yang dengan sengaja dipilih
untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara
perlahan bisa mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang
paling tinggi. Agar memperoleh kehidupan yang bahagia dan apa yang
dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, masyarakat,
bangsa, negara dan agamanya.
Sedangkan menurut KBBI pendidikan Ialah sebuah proses
pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan
pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada
setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang
sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya.58
Pendidikan juga proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan pencerahan pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan
baik formal maupun informal meliputi segala hal yang memperluas
57 Wawancara pribadi dengan Julius Bohang.58 Bob Susanto, “Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli,” artikel diakses pada 12 Mei
2017 dari http://www.spengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html
57
pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri dan tentang dunia
mereka hidup.59
b. Fungsi Pendidikan
Pendidikan di negara-negara berkembang, termasuk di tanah
air kita Indonesia, merupakan warisan dari pendidikan yang dibawa dan
dikembangkan oleh Barat, terutama Belanda, Inggris, Spanyol dan
Portugis. Artinya bukan asli warisan pendidikan milik nenek moyang
kita. Bila diteliti pendapat para ahli barat tersebut, maka kata mereka
pendidikan itu mempunyai fungsi penting yaitu:
1. Pemindahan kebudayaan atau pewarisan kebudayaan
2. Fungsi nilai-nilai pengajaran
3. Promosi mobilitas sosial
4. Perolehan atau pemberian ijasah atau sertifikat
5. Pelatihan pekerjaan
6. Peningkatan hubungan sosial
7. Pembangunan semangat nasionalisme
8. Pemeliharaan watau perawatan bayi60
Selain fungsi yang telah dipaparkan diatas, menurut David
Poponoe (1971), ada empat macam fungsi pendidikan yakni sebagai
berikut:
59 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 3Pendidikan Disiplin Ilmu (Bandung: IMTIMA, 2007), h. 20.
60 Ade Putra Panjaitan, dkk, Korelasi Kebidayaan dan Pendidikan MembangunPendidikan Berbasis Budaya Lokal (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 23.
58
1. Transmisi (pemindahan) kebudayaan masyarakat.
Pendidikan selalau disesuaikan degan situasi dan kondisi
masyarakat. Misalnya, pendidikan yang mengacu kepada
pembangunan yang berwawasan lingkungan (lingkungan sosial
maupun fisik). Contoh, pendidikan dasar 9 tahun yang dibekali
kurikulum muatan lokl yang disesuaikan dengan ciri khas
daerahnya. Seperti di Bali, sebagai daerah wisata, sejak dini siswa
di sekolah sudah dibekali dengan keterampilan berbahasa asing dan
membuat barang-barang kerajinan tangan yang mendukung wisata
daerahnya.
2. Memeilih dan mengajarkan peranan sosial.
Pada masyarakat Indonesia yang majemuk (pluralistik), faktor
integrasi sosial sangat pentin. Fungsi pendidikan sangat penting
untuk menjamin adanya integrasi sosial.
3. Sekolah mengajarkan corak kepribadian. Misalnya, melalui
pelajaran sejarah, geografi, sosiologi, lagu-lagu nasional, dan juga
melalui pelaksanaan upacara bendera setiap hari senin atau hari-
hari besar. Dari pelajaran tersebut, diharapkan akan mempertebal
rasa nasioanalisme.
4. Sumber inovasi sosial, melalui pendidikan, para peserta didik
dikenalkan iptek sehingga mampu menjawab tantangan hidup
zamannya. Iptek berfungsi untuk mempermudah hidup manusia.
59
Melalui inovasi hasil penemuan yang sudah ada dan revisi terhadap
kekurangan-kekurangannya, siswa diharapkan dapat menghasilkan
sesuatu yang lebih baik bagi masyarakat. Sebagai contoh,
menemukan alat perontok padi, menggunakan energi kincir angin
dalam mengolah hasil pertanian, menciptakan lampu lalu lintas
secara sentral untuk mengatasi kemacetan, dan membuat alat
peraga untuk media pembelajaran.61
c. Tujuan Pendidikan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sedangkang tujuan pendidikan menurut versi undang-undang
yang sudah di amandemen :
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-
undang.”
61 Kun Maryati, Juju Suryawati, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 73.
60
Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.”62
Didalam tujuannya sendiri agama Islam mepunyai tujuan-
tujuan tertentu yang berlandaskan al-qur’an dan sunnah, dan untuk
mewujudkan tujuan tersebut harus didukung oleh proses pendidikan itu
sendiri, misalkan memasukan anak didik kepada sekolah yang berbasis
islam, agar terhindar dari ajaran-ajaran agama selain Islam, tetapi
bukan berarti tidak boleh memasukan anak kepada pendidikan yang
berbasis Kristen atau umum karena pada hakikatnya tujuan pendidikan
mencerdaskan atau memperluas pengetahuan peserta didik agar dapat
menjalani kehidupan dengan penuh makna.
Pendapat penulis diatas bersinergi dengan hasil wawancara
yang dilakukan selama penelitian. Bapak Ansori menjawab hal ini
dengan mengatakan “Bukan berarti melarang tetapi tetapi untuk
pendidikan saya pribadi menyarankan bahkan mengharuskan orang
Islam menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Islam atau umum tidak
memasukan anaknya ke sekolah kristen karena kenapa, dihawatirkan
ada hal-hal yang tidak kita inginkan. Hal ini pernah terjadi kepada
keluarga teman saya di Jawa ada salah satunya anaknya dari 7
bersaudara yang masuk ke sekolah Kristen dari jenjang SMP hingga
62 Adminkd, “Pengertian Definisi dan Tujuan Pendidikan Menurut Para Ahli” Artikeldiakses pada 16 Mei 2017 dari : http://www.kumpulandefinisi.com/2015/10/pengertian-definisi-tujuan-pendidikan-menurut-para-ahli.html
61
SMA yang kemudian satu anak yang masuk sekolah Kristen menjadi
beragama Kristen karena kurangnya kontrol dari orangtua.”63 Dan
menurut bapak H. Memed tentang pendidikan menjawab “untuk
pendidikan seperti disekolah ada orang-orang non muslim masuk ke
sekolah Islam saya kira untuk sekedar mencari ilmu boleh-boleh saja
begitupun sebaliknya. Tapi untuk pribadi saya menolak hal itu.”64
Sedang respon dari kalangan Kristen megatakan diantaranya
bapak Pastor Gregorius menjawab “Dalam ranah pendidikan saya
memandang untuk masa sekarang kebanyakan masyarakat memilih
sekolah berdasarkan mutu kualitas pendidikan dari sekolah tertentu,
bisa diilustrasikan jika anak saya sekolah di sekolah ini akan
mendapatkan pendidikan yang sangat baik dan sesuai dengan apa yang
anak saya butuhkan. Walau nanti pada akhirnya jika ada ke hawatiran
masalah keagamaannya itu kembali pada diri kita sendiri siapkah kita
dengan semua hal itu, jika tidak siap lebih baik jangan memasukan
anak ke sekolahan yang berbau agama, untuk pribadi saya sendiri tidak
menolak dengan hal itu. Terlebih saya pribadi pernah mengajar di
sekolah Mardiyuana sekolah katolik dan disitu ada siswa yang
beragama islam dan semua itu berjalan dengan trek masing-masing.”65
63 Wawancara pribadi dengan Ansori.64 Wawancara pribadi dengan Memed Karmedi.65 Wawancara pribadi dengan Gregorius Agus Edy Cahyono.
62
BAB V
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sebagaimana dari apa-apa yang telah dijelaskan di beberapa bab
bahwa ada batasan-batasan dalam Islam tentang pembolehan dan pelarangan
proses interaksi dengan non muslim dalam segala ranah, baik ranah akidah
(pengucapan selamat hari raya, salam, pembangunan rumah ibadah) dan
sosial (ekonomi, pendidikan).
Dengan kesadaran diri penulis menpelajari aspek-aspek khusus
(akidah) dalam islam maupun kristen melalui bacaan ataupun wawancara
dengan para tokoh. Dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya semua agama
mengajarkan kepada umatnya kebaikan, kebajikan, kebenaran dan
menghormati ajaran-ajaran dari agama lain. Dari semua itu bertujuan kepada
amal ibadah kita kepada Tuhan.
Dalam hal menghormati ajaran agama sebagai makhluk sosial
hendaknya memahami aturan-aturan sosial yang ada dimana dia tinggal.
Interaksi dipandang oleh para tokoh agama di Kecamatan Sukmajaya adalah
sebagai wadah terbesar dalam menjalin hubungan toleransi hidup beragama.
Sudah menjadi kebiasaan sebagaian besar warga kecamatan Sukmajaya
membuat bingkisan paskah atau idul fitri dan bingkisan, hal itu biasa mereka
bagikan kepada masyarakat sekitar, ini sudah menjadi kebiasaan yang di
warsikan para orangtua terdahulu dan masih dipertahankan hingga saat ini,
karena hal ini dapat menjadi pererat antar masyarakat kecamatan Sukmajaya.
63
Meski dipandang mencampuri dalam ranah ibadah namun tidak sampai pada
vitalnya hanya sebagai cara menghormati hari raya satu sama lain dan hal
inipun satu-satunya cara yang disepakati bersama dalam cara menghormati
oleh orangtua dulu di daerah Sukmajaya, dalam arti lain interaksi sosial antar
umat beragama di Kecamatan Sukmajaya Depok terlihat baik-baik saja tidak
ada konflik yang dapat merusak hubungan antar agama.
Dari segi sosial ekonomi dan pendidikan interaksi yang dilakukan
oleh Islam dan Kristen di Kecamatan Sukmajaya berlangsung sudah sangat
lama. Kecamatan yang umurnya masih terbilang muda untuk sebuah daerah,
Sukmajaya sudah mampu memperlihatkan bagaimana berinteraksi atau
beruhungan antar umat beragama yang baik dan benar menurut pandangan
umum.
Selain dari keharusan bagi manusia yang menyandang status makhluk
sosial berinteraksi memiliki segudang manfaat yang akan dirasakan bagi
setiap individu yang menjalankan sebuah interaksi. Dengan menjalankan
interaksi dengan baik maka akan hadir sebuah hubungan yang baik pula.
Dalam bidang ekonomi, kecamatan Sukmajaya secara keseluruhan
mempunyai pandangan bahwa tidak adanya larangan sama sekali namun tidak
ada kewajiban pula untuk bekerjasama dengan orang yang berbeda agama.
Artinya boleh sama siapa aja asalkan masing-masing pelaku ekonomi
mamahami apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Sedangkan dalam bidang pendidikan memang ada batasan-batasan
tertentu dikarenakan fungsi pendidikan sendiri tidak lain membentuk watak,
64
pola pikir, memberikan pemahaman tertentu terhadap peserta didik, karena itu
Islam dan Kristen masing-masing memberikan arahan-arahan tertentu kepada
umatnya agar tidak salah dalam memberikan pendidikan kepada generasinya.
Dengan adanya kesadaran akan pentingnya sebuah interaksi dalam
kehidupan beragama, diharapkan dapat terjalinnya hubungan yang harmonis
antar ummat yang pada akhirnya akan membawa kesejahteraan bagi
masyarakat dan tercapainya cita-cita bersama. Tanpa terlepas dari norma-
norma yang berlaku baik dalam ajaran Islam maupun Kristen khususnya
dalam bersosial hal inilah yang sering disampaikan oleh para tokoh agama
baik dari Islam maupun Kristen, semua memandang positif (baik) apa yang
dilakukan masyarakat dalam berinteraksi.
B. Saran
Dalam kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari
kehidupan masyarakat, maka kita sebagai manusia yang hidup bermasyarakat
harus menyadari bahwa kita hidup tidak mungkin sendirian. Untuk itu
marilah kita menjadi warga masyarakat yang baik dengan individu lain, antar
individu dengan kelompok, bahkan kelompok dengan kelompok agar terjalin
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan masyarakat beragama.
Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan saran kepada
beberapa pihak diantaranya staf kepemerintahan Kecamatan Sukmajaya
Depok, Fakultas Ushuluddin (Program Studi Studi Agama Agama), dan
kepada peneliti selanjutnya dalam ranah interaksi.
65
Dari awal melakukan penelitian di Kecamatan Sukmajaya penulis
melihat ada beberapa hal yang mesti dibenahi diantaranya kedisiplinan para
staf pegawai terkait kedatangan atau kehadiran tepat waktu ke kantor
Kecamatan, keterlambatan dalam membenahi struktur kepemerintahan. Saran
penulis tentu pihak Kecamatan diharapkan lebih memperhatikan kedisiplinan
para stafnya agar semua program kerja berjalan lancar dengan disiplin para
staf akan memiliki sifat dan sikap sigap dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing sehingga keterlambatan membenahi struktur kepemerintahan
dan lainnya tidak akan terjadi lagi.
Tidak jauh berbeda saran penulis untuk fakultas ushuluddin yaitu
tentang kedisiplinan para staf pegawainya, sering penulis mengalami selama
masa perkuliahan mendapati staf pegawai yang tidak ada ditempatnya
sehingga membuat kegiatan perkuliahan terhambat, saran penulis agar lebih
diperketat pengawasan supaya para staf pegawai tidak keluyuran ketika jam
kerja. Saran kedua yaitu terus tingkatkan pasilitas kampus demi menunjang
kualitas belajar yang bagus sehingga melahirkan sarjana-sarjana yang
berkualitas.
Saran terakhir penulis untuk peneliti selanjutnya terkait interaksi
sosial yaitu terus jalani hubungan dengan para responden karena dengan hal
itu menunjukan bahwa penelitian kita bermanfaat khususnya buat diri sendiri.
66
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Yewangoe, Agama dan kerukunan. Jakarta: Gunung Mulia, 2011.
Abdul Wafi. “Toleransi Dalam Agama Kristen dan Islam di Tangerang.” Skripsi
S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Jakarta,
2014.
Ade Putra Panjaitan, dkk. Korelasi Kebidayaan dan Pendidikan Membangun
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2014.
Adian Husaini. Solusi Damai Islam Kristen di Indonesia. Kuala Lumpur: Pustaka
Da’I, 2003.
Adminkd. “Pengertian Definisi dan Tujuan Pendidikan Menurut Para Ahli.”