Halaman Judul LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR I INTERAKSI ANTARA ORGANISME DENGAN LINGKUNGANNYA Disusun oleh : Kelompok II PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013
Halaman Judul
LAPORAN PRAKTIKUM
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR I
INTERAKSI ANTARA ORGANISME DENGAN LINGKUNGANNYA
Disusun oleh :
Kelompok II
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
Halaman Pengesahan
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIKUM OBJEK FENOMENA DAN PERSOALAN BIOLOGI
Oleh
Kelompok II
Yogyakarta, 24 Oktober 2013
Anggota
No. Nama NIM
1. Wahyu Marliyani 13312241005
2. Endah Setyo Rini 13312241010
3. Firda Putri Darojati 13312241013
4. Annisa Fitri Sholikhah 13312241027
5. Esny Yanuartika 13312241037
diserahkan pada tanggal................................................................jam.....................
Mengetahui
Asisten
( )
Daftar Isi
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................i
Halaman Pengesahan.....................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
A. Judul.....................................................................................................1
B. Tujuan Percobaan...............................................................................1
C. Dasar Teori..........................................................................................1
D. Metode Praktikum............................................................................11
E. Data Hasil Observasi.........................................................................12
G. Pembahasan.......................................................................................14
H. Kesimpulan dan Saran......................................................................20
I. Daftar Pustaka......................................................................................21
J. Lampiran...............................................................................................22
A. Judul
Interaksi antara Organisme dengan Lingkungan
B. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan kegiatan ini mahasiswa dapat :
1. Memerikan jenis tanah atau permukaan lahan lokasi pengamatan.
2. Memerikan sifat fisik klimatik (suhu&kelembaban tanah, suhu&kelembaban
udara, intensitas cahaya) tanah atau permukaan lahan lokasi pengamatan.
3. Memerikan sifat khemis (Ph dsb). Tanah atau permukaan lahan lokasi
pengamatan.
4. Mengidentifikasi jenis-jenis dan spesifikasi vegetasi yang ada didalam lokasi
pengamatan.
5. Mengidentifikasi jenis-jenis dan spesifikasi hewan yang ada didalam lokasi
pengamatan.
6. Menjelaskan jenis-jenis asosiasi yang ada dilokasi pengamatan.
7. Mengaitkan sifat spesifik organisme dengan spesifikasi lingkungannya.
C. Dasar Teori
Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah atau tempat
tinggal, dan logos berarti ilmu.Jadi ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang makhluk
hidup dalam rumahnya, rumah tangga makhluk hidup.
a) Lingkungan Hidup
1. Tanah
Tanah adalah alat atau faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai produk
pertanian.
Peranan tanah sebagai produksi pertanian adalah sebagai berikut:
Tanah sebagai tempat berdirinya tanaman
Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman
Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman
Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. (H. E. Saifuddin Sarief, 1993)
Kondisi tanah yang perlu kita ketahui antara lain :
a. Ketebalan Top soil
Top soil merupakan lapisan tanah bagian atas, tebalnya antara 15 sampai 35 cm atau
lebih, lapisan tanah ini merupakan bagian yang teramat penting, pada lapisan inilah hidup dan
penghidupan manusia akan bertumpu. Humus atau bahan-bahan organik serta variabel zat-zat
hara mineral yang sangat diperlukan bagi tnaman terdapat pada lapisan tanah ini.
b. Suhu dan kelembaban tanah
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan sangat
menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Terhadap pelapukan bahan induk
tanah suhu juga sangat besar peranannya.Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara,
dan suhu tanah sangat tergantung pada suhu udara.Suhu tanah lapisan atas mengalami
fluktuasi dalam satu satu malam dan tergantung musim.Fluktuasi itu juga tergantung pada
keadaan cuaca, topografi daerah, dan keadaan tanah.
Suhu permukaan tanah dapat diukur dengan termometer air raksa.Untuk mengukur
suhu tanah bagian dalam bisa digunakan termometer tanah atau thermistor.(Nurdin
Muhammad Suin, 1997)
Temperatur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang sangat berpengaruh
pada proses-proses yang terjadi di tanah seperti pelapukan dan penguraian bahan induk, reaksi
kimia dan lain-lain, dan juga dapat mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman melalui
perubahan kelembaban tanah, aerasi, aktivitas microbial, ketersediaan unsur hara tanah.
Umumnya fluktuasi atau naik turunnya temperatur dalam tanah lebih kecil daripada
fluktuasi temperatur udara.Hal ini menyebabkan temperatur udara menjadi faktor pembatas
yang lebih utama daripada temperatur tanah.
Temperatur tanah mempengaruhi aktivitas jasad renik dalam tanah.Hal ini terbatas
pada temperatur di bawah 10o C. Tingkat aktivitas optimum bagi jasad hidup tanah terjadi
pada temperatur antara 18o-30o C. Bakteri dapat memfiksasi nitrogen dari udara dengan baik
yaitu pada keadaan panas atau tanah agak kering.Pada temperatur di atas 40oC jasad hidup
tanah tidak dapat aktif.Begitu pula nirifikasi tergantung pada temperature, dengan temperature
sekitar 30o C sebagai temperatur yang optimum.Temperatur rendah memperlambat
pengambilan kalium oleh akar tanaman.
Temperatur lapisan tanah atas, mengalami perubahan selama 24 jam, dan perubahan
ini tergantung pada musim. Sedangkan lapisan tanah bawah sampai kedalaman 1 m tidak
banyak mengalami perubahan temperatur.Perubahan temperatur tanah ini tergantung pada
banyaknya panas yang diterima dari matahari.Hal ini banyak dipengaruhi oleh keadaan cuaca,
bentuk daerah, dan keadaan tanah. (H. E. Saifuddin Sarief, 1993: 60-61)
Kelembaban tanah erat hubungannya dengan pembahasan mengenai dengan
penyebaran pori-pori dalam tanah.Terdapat bermacam-macam ukuran pori-pori tanah yang
fungsinya bagi pertumbuhan tanaman dapat berbeda-beda. Pori tanah yang ukurannya
bernacam-macam itu dapat dibagi ke dalam pori berguna dan pori tidak berguna bagi
tanaman. Yang dimaksud pori tidak berguna adalah pori yang mengandung air sedemikian
rupa hingga akar tanaman tidak dapat menghisapnya. Pada keadaan ini kemudian tanaman
akan layu. Untuk mengeluarkan air yang sangat sedikit dalam pori ini (0,2 mikron) diperlukan
gaya sebesar 15 atm (pF 4,2) yang merupakan kekuatan maksimum akar tanaman secara
umum. Sedangkan pori-pori berukuran lebih dari 0,2 mikron adalah pori yang berguna, terdiri
dari pori yang diisi oleh air yang tersedia dan oleh udara tanah, atau dalam keadaan jenuh
seluruhnya diisi air termasuk air drainase untuk pembuangan. Air yang tersedia menempati
pori berukuran antara 0,2-8,6 mikron, sedangkan gaya yang diperlukan untuk mengeluarkan
air ini cukup dengan 1/3 atm (pF 2,54). Pori-pori berukuran 30 mikron termasuk pori drainase
cepat atau, kalau tidak jenuh air, disebut pori airasi yang berisi udara tanah. Pori berukuran
antara 8,6–30 mikron disebut pori drainase lambat, oleh karena gerakan airnya lambat. Oleh
sebab itu air tersedia bagi tanaman.
Untuk pertumbuhan yang baik atau optimum bagi tanaman diperlukan suatu keadaan
tata air dan udara yang baik dan seimbang sehingga akar tanaman dengan mudah dapat
menghisap unsur hara. Tata air dan udara yang baik ini yaitu bila pori yang terisi air minimum
10% dan pori terisi udara minimum atau 10% atau lebih. (H. E. Saifuddin Sarief, 1993: 61-
62)
c. Kedalaman Tanah (Solum)
Mengetahui solum tanah itu penting, baik pada pelaksanaan pertanian itu sendiri
maupun bagi pembangunan prasana bagi kepentingan pertanian tersebut. Apabila solum tanah
cukup tebal terutama lapisan top soilnya maka harapan-harapan para petani untuk
meningkatkan produksinya akan selalu dapat terwujud lebih-lebih dengan adanya perawatan
dan pemeliharaan terhadap tanah tersebut.
d. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat primer tanah
yang secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut
agregat.Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa perbaikan pereedaran air, udara dan panas,
aktifitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara bagi tanaman, perombakan bahan organik,
dan mudah tidaknya akar dapat menembus tanah lebih dalam.
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang
pori-pori yang baik yaitu terapatnya ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat diisi
air dan udara sekaligus mantap keadaannya.
Suatu profil tanah tertentu bisa terdiri dari suatu pola sruktur tunggal, sering
sejumlah bentuk agregasi dipergunakan untuk menilai horizon demi horizon. Proses dan
karakteristik tanah seperti gerak tanah, perpindahan lengas, tata udara, berat volume tanah,
porositas, dan infiltrasi banyak dipengaruhi oleh keadaan struktur tanah.
Struktur tanah terbentuk dengan jalan penggabungan butir-butir primer tanah oleh
pengikat koloid tanah yaitu koloid liat dan humus menjadi agregat primer.Penggabungan
agregat-agregat primer ini tersusun lagi menjadi bentukan-bentukan yang masing-masing
dibatasi bidang-bidang permukaan tertentu.Agregat primer disebut juga struktur mikro
sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah atas atau lapisan
olah disebut struktur makro. Agregat mikro berukuran antara 0,25-0,5 mm sedangkan agregat
makro paling besar berukuran 10 mm. Sedangkan agregat yang berukuran lebih dari 10 mm
disebut dengan bongkah.
Terdapat berbagai bentuk struktur tanah yang terdapat di lapangan, yaitu:
1) Struktur yang sederhana
Struktur yang sederhana terdiri dari:
Struktur butir tunggal
Sebenarnya bukan merupakan struktur melainkan campuran butir-butir primer
yang kasar tanpa adanya atau sedikit sekali bahan pengikat agregat.Struktur
tersebut terjadi pada tanah-tanah pasir, pasir berlempung, dan pasir
berdebu.Keadaan porositas tanah cukup tinggi dengan pori-pori makro yang
dominan sehingga mudah melakukan air untuk infiltrasi dan penguapan.
Struktur pejal (masif)
Seperti pada struktur butir tunggal, tetapi di sini kohesinya sangat besar
sehingga pejal, dengan ruang pori yang bersambung biasanya terdapat pada
horizon yang lebih bawah. Contohnya pada gumpalan tanah pejal hasil
pembajakan.
2) Struktur gabungan/pautan
Sruktur ini mempunyai permukaan bidang bilah alami yang dapat dilihat dengan
jelas. Struktur gabungan ini terdiri dari :
Struktur kubus
Sumbu vertikal dan horizontalnya hampir sama panjang.
Struktur tipe tiang prismatik
Struktur ini mempunyai sumbu vertikal lebih panjang daripada sumbu
horizontal.Permukaan bidang bilah vertikal sangat dominan.
Struktur tipe lempeng
Struktur ini mempunyai sumbu horizontal lebih panjang daripada
sumbu vertikal.Permukaan bidang bilah horizontal lebih dominan.
Struktur remah
Struktur ini terdapat ruang pori makro nonkapiler yang tidak dapat
menampung air, oleh karena itu biasanya diisi oleh udara tanah. Sedangkan
ruang pori mikro di antara agregat primer bersifat kapiler yang dapat
menampung air hujan dan tidak merembes ke bawah sehingga berguna bagi
tanaman. Struktur remah ini bisa atau tidak bisa larut dalam air hujan
tergantung dari sifat bahan perekat butir-butir primer tanah yang
membentuk struktur remah tersebut. (H. E. Saifuddin Sarief, 1993: 50-53)
e. Tekstur Tanah
Partikel tanah berbeda-beda ukurannya.Berdasarkan ukurannya maka partikel tanah
digolongkan atas fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah adalah perbandingan antara
partikel tanah yang berupa liat, debu, dan pasir dari suatu massa tanah. (Nurdin Muhammad
Suin, 1997)
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif tiga golongan besar partikel tanah dalam
suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay), debu (silt), dan
pasir(sand). Butir tunggal tanah diberi istilah partikel tanah, dan golongan partikel tanah
diberi istilah fraksi tanah.
Tekstur suatu horizon tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah, berlainan
dengan struktur dan konsistensi memang terkadang didapati perubahan dalam lapisan itu
sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaan atau berkembangnya lapisan permukaan
yang baru.Pemindahan ini dapat juga disebabkan oleh erosi tanah.
Tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, berupa kecepatan infiltrasi,
penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.
Untuk mendapat gambaran yang lebih objektif mengenai tekstur tanah, para pakar
tanah menggolongkan besar partikel-partikel tanah atas beberapa golongan yang disebut
fraksi tanah.
Dari penggolongan yang terpenting ialah:
1. Fraksi pasir (sand): diameternya antara 2mm dan 0,05mm (50μ)
2. Fraksi debu (silt): diameternya antara 50μ dan 2μ
3. Fraksi lempung (clay): diameternya lebih dari 2μ
Partikel yang lebih kecil dari 2mm disebut pula tanah halus.Yang lebih besar dari
2mm tidak dianggap tanah dan digolongkan sebagai kerikil untuk yang kecil dan batu untuk
yang besar dengan batas ukuran lebih 20mm.
Penggolongan tekstur tanah didasarkan atas perbandingan kandungan lempung,
debu, dan pasir penyusun tanah. Nama kelas tekstur tanah pada umumnya diambil dari fraksi
yang sebagian besar dikandung massa tanah tersebut jika campuran partikel lain dapat
diabaikan karena sedikitnya, sehingga di kenal kelas-kelas tekstur tanah :
1. Tanah pasir kasar (coarse sand)
2. Tanah pasir (sand)
3. Tanah pasir sangat halus (very fine sand)
4. Tanah debu (silt)
5. Tanah lempung (clay)
6. Tanah lempung berat (heavy clay)
Jika tercampur sedikit fraksi lain maka nama-nama kelas tekstur tanahnya menjadi:
1. Tanah lempung pasiran (sandy clay)
2. Tanah lempung debuan (silt clay)
Kecuali itu juga terdapat istilah geluh (loam) untuk menunjukkan massa tanah yang
terdiri atas ketiga fraksi dalam perbandingan sekitar sama besar, dan jika salah satu agak lebih
banyak maka dikenal nama-nama tekstur tanah sebagai berikut:
1. Tanah geluh (loam)
2. Tanah pasir geluhan (loamy sandy)
3. Tanah geluh pasiran (sandy loam)
4. Tanah geluh debuan (silt loam)
5. Tanah geluh lempungan (clay loam)
6. Tanah geluh lempung pasiran (sandy clay loam)
7. Tanah geluh lempung debuan (silty clay loam)
Pembatasan ketiga fraksi masing-masing tanah dapat digambarkan dalam segitiga
yang disebut trianguler texture.Titik sudutnya menunjukkan 100% salah satu fraksi,
sedangkan tiap sisi menggambarkan persen berat masing-masing fraksi mulai 0%-
100%.Segitiga ini terbagi atas tiga belas bidang yang menunjukkan masing-masing tekstur
tanah.
Keterangan
X% = presentase pasir
Y% = presentase liat
Z% = presentase debu
f. Keasaman dan Salinitas Tanah
Sifat khemis tanah dapat dilihat dari pH tanah.Metode pengukuran pH tanah ada dua
macam, yaitu secara kolorimetri dan pH meter. Pengukuran pHtanah secara kolorimetri
adalah berdasarkan perubahan warna dengan menggunakan indikator, yang mana warna
indikator tidak sama pada kadar ion H yang berbeda. (Nurdin Muhammad Suin, 1997)
Reaksi tanah atau pH tanah dibagi ke dalam tiga keadaan yaitu reaksi tanah masam,
reksi tanah netral, dan reksi tanah basa atau alkali.Reaksi tanah ini secara umum dinyatakan
dengan pH tanah yaitu dari 0-14.
Beberapa pH angka tanah :
Reaksi Tanah pH
Paling masam (ekstrim) Kurang dari/sama dengan 4,0
Sangat asam 4,0-4,5
Asam 4,5-5,5
Agak asam 5,5-6,5
Netral 6,5-7,5
Agak basa 7,5-8,5
Basa 8,5-9,0
Sangat basa 9,0
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada
reaksi tanah yang netral, yaitu pH 6,5-7,5 maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak (optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka ketersediaan unsur-unsur fosfor,
kalium, belerang, kalsium, magnesium, dan molibdinum menurun dengan cepat. Sedangkan
pH tanah lebih dari 8,0 akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, barium,
tembaga, dan seng ketersediaannya relatif jadi sedikit. (H. E. Saifuddin Sarief, 1993: 85-91)
2. Iklim
Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekositem alam sehingga kehidupan
baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh atmosfir dengan proses-
prosesnya. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama
mminimal 30 tahun sifatnya tetap. Radiasi matahari merupakan sumber energi bagi peristiwa
peristiwa yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi kehidupan, dapat dianggap
sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar.
3. Suhu
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang dapat diukur berdasarkan skala
tertentu dengan menggunakan berbagai termometer. Faktor- faktor yang mempengaruhi suhu
di muka bumi dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Jumlah radiasi yang diterima per tahun – perhari – permusim.
b. Pengaruh daratan atau lautan.
c. Pengaruh ketinggian tempat.
d. Pengaruh angin secara tak langsung, misalnya angin yang membawa panas dari
sumbernya secara horizontal.
e. Pengaruh panas laten, panas yang disimpan dalam atmosfer.
f. Penutup tanah, tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperatur < daripada tanah
tanpa vegetasi.
g. Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang vertikal akan membuat suhu >
daripada yang datangnya miring.
h. Tipe tanah, tanah tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.
4. Kelembaban udara
Tentang kelembaban di bagian muka telah dijelaskan secara ringkas, dibawah ini akan
dikemukakan pula secara ringkas dalam hubungannya dengan menjelaskan tentang iklim.
Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara, dalam hal ini kita mengenal
beberapa istilah, antara lain :
a. Kelembaban mutlak
Adalah masa uap air yang berada dalam satu satuan udara yang dinyatakan dalam
gram/m3.
b. Kelembaban spesifik
Merupakan perbandingan masa uap air di udara dengan satuan masa udara yang
dinyatakan dalam gr/kg.
c. Kelembaban relative
Merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air
yang dikandung secara tertentu yang dinyatakan dalam %. Angka kelembaban relative : 0
– 100%, 0% artinya udara kering, 100% artinya udara jenuh dengan uap air yang artinya
kan terjadi titik-titik air hujan.
5. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya tergantung pada sudut jatuhnya sinar. Apabila di waktu pagi hari
dan sore hari sudut jatuhnya sinar kecil sehingga intensitas cahaya yang mengenai permukaan
tanah kecil. Begitu pula pada waktu siang hari. Sudut jatuhnya sinar matahari tegak lurus
dengan permukaan bumi sehingga intensitas cahaya yang diterima oleh permukaan bumi
tinggi.
Intensitas cahaya yang tinggi dapat menyebabkan penguapan pada tumbuhan juga
tinggi. Apabila penguapan yang tinggi tidak disertai dengan penyerapan air dan unsure hara
tanah maka tumbuhan bias layu dan akhirnya mati. Sedangkan pada hewan dapat
mengakibatkan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh.
b) Interaksi Antar Organisme
Kita telah mengetahui bahwa antara satu individu denagn individu yang lainnya terjadi
suatu interaksi.Hal ini juga berlaku dalam populasi dari suatu spesies dengan populasi spesies
lainnya. Interaksi antarspesies ini akanmempengaruhi sifat-sifat dari masing-masing populasi
yang berinteraksi. Pengaruh-pengaruh yang mungkin terdapat dalam saling interaksi itu
adalah :
1. Netralisme dan Antibiosis
Netralisme adalah hubungan yang tidak saling mempengaruhi, meskipun berbagai
organisme hidup pada habitat yang sama. Netralisme terjadi jika nisianya berbeda. Akan
tetapi, pada dasarnya hubungan yang benar-benar netrla tidak ada, sebab setiap organisme
memerlukan gas, ruangan, air dan cahaya yang sama serta mengeluarkan sisa-sisa yang dapat
mengganggu organisme lai.
Antibiosis adalah interaksi antar organisme dimana salah satu organisme menghasilkan
zat antibiotik atau racun yang berbahaya bagi organisme lainnya. Misalnya, interaksi antara
jamur Penicillium dengan spesies mikroorganisme lain. Jamur penicillium mengeluarkan
antibiotik yang dapat atau mematikan organisme lain yang hidup di sekitarnya.
2. Predator-Mangsa
Harimau makan kijang, singa makan jerapah, elang makan tikus, ular makan kelinci.
Harimau,singa,ular,elang adalah predator (Latin : praeda = mangsa), yaitu organisme yang
membunuh dan makan hewan. Organisme yang dimakan dinamakan mangsa. Ada predator
yang membunuh mangsanya dulu, kemudian baru memakannya; ada juga predator yang
menangkap mangsanya, kemudian langsung memakannya meskipun mangsanya itu belum
mati.
3. Simbiosis
Simbiosis adalah hubungan erat antara dua organisme berbeda spesies yang hidup
bersama. Simbiosis dibedakan menjadi :
a) Simbiosis mutualisme, adalah hubungan yang saling menguntungkan antara dua spesies
organisme yang hidup bersama.
b) Simbiosis parasitisme,adalah hubungan antara dua organisme berbeda spesies dimana
salah satu pihak mendapatkan keuntungan sedangkan pihak lain dirugikan. Organisme
yang hanya hidup pada tubuh organisme yang masih hidup, dan mendapatkan
makanannya dari organisme tersebut disebut parasit. Organisme tempat hidup parasit ini
dinamakan inang. Hubungan parasit dan organisme inang menguntungkan parasit dan
merugikan mangsa.
c) Simbiosis komensalisme, adalah hubungan antara dua spesies organisme yang satu
menguntungkan satu pihak, sedangkan pihak lain tidak diuntungkan dan juga tidak
dirugikan. Organisme yang mendapatkan keuntungan disebut komensalisme.
d) Simbiosis amensalisme, salah satu populasi bersifat amensal, mendapat hambatan, sedang
populasi lain tidak mendapat pengaruh apa-apa dari interaksi itu.
4. Persaingan atau Kompetisi
Kompetisi atau Persaingan adalah hubungan antara individu dari spesies yang berbeda
untuk memperebutkan mangsa yang sama. Contohnya adalah adanya persaingan antara tikus
dan burung gelatik untuk memperebutkan makanannya yaitu padi. Tumbuhan pengganggu
seperti rumput teki, rumput jejagoan, eceng, bersaing dengan padi dalam hal cahaya, hara, air
dan ruang.
5. Protokoperasi
Interaksi yang memberi pengaruh positif bagi kedua belah pihak tetapi tidak merupakan
syarat bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup bagi salah satu populasi yang berinteraksi.
Protokoperasi adalah bentuk interaksi positif di mana dua populasi saling menolong satu sama
lain tetapi membutuhkan organisme lain untuk kelangsungan hidupnya.
c) Hubungan Saling Ketergantungan
Saling ketergantungan antarkomponen biotik
Saling Ketergantungan Antarindividu Satu Spesies
Antarindividu satu spesies (sejenis) terdapat saling ketergantungan antara lain
memperoleh makanan, membuat sarang, dan berkembang biak
Saling Ketergantungan Antarindividu Berbeda Spesies
Saling ketergantungan antarindividu berbeda spesies terjadi antara lain dalam peristiwa
makan-dimakan. Peristiwa makan-dimakan mengakibatkan terbentuknya rantai makanan,
jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi.
D. Metode Praktikum
a. Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat : Halaman Laboratorium Fisika
Waktu : Praktikans, 24 Oktober 2013
Jam : 11.00 – 12.40
b. Bentuk Kegiatan
Observasi dan studi pustaka
c. Objek Pengamatan
Komponen abiotik dan biotik pada lokasi pengamatan di lingkungan terestrial.
d. Alat dan Bahan
1. Termometer ruang
2. Higrometer
3. pH meter
4. Luxmeter
5. Roll meter
6. Cetok
7. Akuades
8. Kapas
9. Raffia
10. Tabung reaksi
11. Penggaris
e. Langkah Kerja
E. Data Hasil Observasi
1. Komponen Abiotik
Aspek yang diukur / diamati
Struktur tanah
a) Debu
b) Liat
Lempung liat berpasir
22,22 %
26,67%
Membuat plot 1x1 m2 untuk membatasi lokasi pengamatan
Mengambil sampel tanah di beberapa sudut lokasi bagian top sil kedalaman 15 cm dengan menggunakan cetok. Kemudian
menentukan tekstur dan struktur tanah (presentase masing-masing komponen liat, berpasir, berhumus, dsb.)
Mengukur pH, suhu, dan kelembaban udara dalam tanah pada lokasi pengamatan.
Mengukur suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin, dan intesitas cahaya pada lokasi pengamatan
Mengamati jenis vegetasi, hewan yang ada pada plot lokasi pengamatan, menghitung jumlahnya, dan mengamati atau menentukan bentuk
interaksi antar komponen biotik ataupun antara biotik dengan abiotik
Mencatat hasil pengukuran atau pengamatan pada table
c) Pasir 51,11%
Kelembaban udara 74 0C
Suhu udara 31 0C
Kecepatan angin 1,8 m/s
Suhu tanah 28 0C
pH tanah 6,9
Intensitas cahaya 1 candela
2. Komponen Biotik
Jenis
Komponen
Biotik
JumlahKepadata
nCara Hidup
Bentuk
Interaksi
Rumput ++ ++/1m2 Bebas Kompetisi
Semut merah 9 9/1m2 Di atas tanah Kompetisi
Semut hitam 8 8/1m2 Di dalam tanah Kompetisi
Undur-undur 1 1/1m2 Di dalam tanah Kompetisi
Cemara norfolk 1 1/1m2 Bebas Kompetisi
Keterangan :
+ : jumlahnya sedikit
++ : jumlahnya banyak
+++ : jumlahnya banyak sekali
3. Jenis Asosiasi atau Interaksi
Gejala AsosiasiNama Organisme yang
Terlibat dalam AsosiasiJenis Asosiasi
Mengorek-orek tanahSekelompok Semut
hitam
Interaksi antara biotik
dan abiotik
Berjalan di atas rumputSekelompok semut
merah
Interaksi antara abiotik
dan biotik
Menggali tanahSekelompok semut
hitam
Interaksi antara abiotik
dan biotik
Menggali tanah Undur-undur Interaksi antara abiotik
dan biotik
F. Analisis Data
Kepadatan Organisme
a. Semut merah
Kepadatan = ∑ semut merah
Luas plot=
91=9
organisme
m2
b. Semut hitam
Kepadatan = ∑ semut hitam
Luas plot=
81=8
organisme
m2
c. Undur – undur = ∑ undur−undur
Luas plot=
11=1
organisme
m2
d. Tumbuhan cemara Norfolk = ∑ cemara norfolk
Luas plot=
11=1
organisme
m2
G. Pembahasan
Observasi yang bertopik interaksi antara organisme dengan lingkungan, yang
telah dilaksanakan pada hari Praktikans 24 Oktober 2013 di halaman depan
Laboratorium Fisika, memiliki tujuan agar mahasiswa dapat memerikan jenis tanah
atau permukaan lahan lokasi pengamatan, memerikan sifat fisik klimatik (suhu dan
kelembaban tanah, suhu dan kelembaban udara, intensitas cahaya) tanah atau
permukaan lahan lokasi pengamatan, memerikan sifat khemis (pH dan sebagainya)
tanah atau permukaan lahan lokasi pengamatan, menyebutkan jenis-jenis dan
spesifikasi vegetasi yang ada di dalam lokasi pengamatan, menyebutkan jenis-jenis
dan spesifikasi hewan yang ada di dalam lokasi pengamatan, menjelaskan jenis-jenis
asosiasi yang ada di lokasi pengamatan, mengaitkan sifat spesifik organisme dengan
spesifikasi lingkungannya.
Adapaun alat yang digunakan dalam observasi tersebut yaitu termometer
ruang, hygrometer, pH meter, luxmeter, roll meteer, kantong plastik, cetok, aquades,
kapas, rafia, pipet, pinset, gelas beker, dan kertas label. Sedangkan objek biologi yang
diamati yaitu komponen biotik dan abiotik pada lokasi pengamatan di lingkungan
terestrial.
Cara kerja yang dilakukan praktikan dalam praktikum tersebut yang pertama
adalah membuat plot 1 x 1 m2 untuk membatasi lokasi pengamatan, yang kedua
dengan menggunakan cetok, mengambil sampel tanah dibeberapa sudul lokasi bagian
top sill kedalaman 15 cm, kemudian menentukan tekstur dan struktur tanah
( presentase masing-masing komponen liat, berpasir, berhumus dan sebagainya).
Selanjutnya yaitu mengukur pH, suhu dan kelembaban udara dalam tanah pada lokasi
pengamatan, selain itu juga mengukur suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin,
dan intensitas cahaya pada lokasi pengamatan. Langkah selanjutnya praktikan
mengamati jenis vegetasi, hewan yang ada pada plot lokasi pengamatan, dan
menghitung jumlahnya serta mengamati atau menententukan bentuk interaksi antar
komponen biotik ataupun antara biotik dengan abiotik, hasil pengukuran atau
pengamatan ditulis ke dalam table pengamatan.
Didalam plot yang praktikan ambil terdapat komponen abiotik dan komponen
biotik. Komponen abiotik adalah komponen tak hidup. Aspek yang diukur yang
diamati mengenai komponen abiotik ini diantaranya adalah struktur tanah,
kelembaban udara, suhu udara, kelembaban tanah, suhu tanah, dan pH tanah.
Sedangkan komponen biotik adalah komponen yang terdiri atas makhluk hidup. Pada
komponen biotik ini praktikan mengidentifikasi mengenai jenis komponen biotik,
jumlah, kepadatan, dan cara hidupnya, serta bentuk interaksinya. Selain komponen
biotik dan komponen abiotik praktikan juga mengobservasi jenis asosiasi atau
interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik, sesama komponen biotik,
dan sesama komponen abiotik.
Berikut adalah uraian pembahasan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan
oleh praktikan yaitu:
1. Jenis Tanah atau Permukaan Lahan Hasil Pengamatan
Komponen abiotik yang berhasil diobservasi oleh praktikan yaitu struktur
tanah. Tanah adalah alat atau faktor produksi yang dapat menghasilkan berbagai
produk pertanian. Struktur tanah adalah susunan butir-butir primer dan agregat-agregat
primer tanah yang secara alami menjadi bentuk tertentu yang dibatasi oleh bidang-
bidang yang disebut agregat. Struktur tanah merupakan suatu sifat fisik yang penting
karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman serta tidak langsung berupa
perbaikan pereedaran air, udara dan panas, aktifitas jasad hidup tanah, tersedianya
unsure hara bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar dapat
menembus tanah lebih dalam.
Struktur tanah yang praktikan amati terdiri dari tanah debu, tanah liat, dan
tanah pasir. Pengamatan struktur tanah dilakukan dengan cara mengambil tanah
dengan kedalaman 15 cm dan dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian ditambahi
air., lalu mengkocoknya. Menunggu sampai tanah mengendap. Setelah terjadi
pengendapan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda.
Dari pengamatan yang praktikan lakukan didapatkan hasil bahwa terdapat tiga
lapisan dari bawah ke atas yaitu lapisan pasir, lapisan tanah liat, dan lapisan debu.
Diukur dengan menggunakan penggaris, didapatkan hasil bahwa tebal lapisan pasir
adalah 2,3 cm, tebal lapisan tanah liat 1,2 cm, dan tebal lapisan debu yaitu 1 cm.
Tekstur tanah adalah perbandingan relative tiga golongan besar partikel tanah
dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung (clay),
debu (silt), dan pasir (sand). (M. Isa Darmawijaya, 1997).
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa persentase tekstur tanah adalah sebagai
berikut :
Pasir : 51,11 %
Tanah liat : 26,67 %
Debu : 22,22 %
Dengan menggunakan ketiga data ini, dapat diketahui jenis tanah atau
permukaan lahan lokasi pengamatan dengan cara menganalisis atau mengolah data
pada segitiga tekstur tanah. Berdasarkan pengolahan data pada skema segitiga tekstur
tanah, diketahui perpotongan dari ketiga garis tekstur tanah dan hasil yang diperoleh
menyatakan bahwa jenis tanah atau permukaan lahan lokasi pengamatan termasuk ke
dalam jenis tanah “Lempung liat berpasir”. Lempung liat berpasir terasa agak jelas.
Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga dapat membentuk gulungan
jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat melekat.
2. Sifat Fisik Klimatik Tanah atau Permukaan Lahan Pengamatan
a. Kelembaban Tanah
Fungsi utama dari kelembaban tanah adalah mengontrol pembagian air hujan
yang turun ke bumi menjadi run off ataupun infiltrasi. Kelembaban tanah sangat
penting untuk studi potensi air dan studi neraca air.
Dalam pengamatan ini praktikan tidak mengukur kelembaban tanah
dikarenakan keterbatasan alat. Akan tetapi berdasarkan peengamatan suhu dan
kelembaban udaranya, kelembaban tanah tidak terlalu tinggi.
b. Kelembaban Udara
Kelelmbaban adalah konsentrasi uap air di udara. Fungsi dari kelembaban
udara salah satunya dalam hal respirasi, gutasi, dan transpirasi tumbuhan berperan
mengatur dan mengkondisikan efektifitas dari penggunaan air dan mineral dari dalam
tanah.
Dalam pengamatan diperoleh hasil bahwa kelembaban udara sebesar 74˚C.
Keadaan ini tidak begitu lembab dikarenakan cuaca pada saat pengamatan tergolong
cuaca yang baik hanya sedikit mendung dan berangin.
c. Temperatur/Suhu
Temperatur tanah mrupakan salah satu sifat fisik tanah yang sangat
berpengaruh pada proses-proses yang terjadi di tanah seperti pelapukan dan
penguraian bahan induk, reaksi kimia dan lain-lain, dan juga dapat mempengaruhi
pada pertumbuhan tanaman melalui perubahan kelembaban tanah, aerasi, aktivitas
microbial, ketersediaan unsur hara tanah.
Berdasarkan pengamatan, temperatur tanah yang terukur dengan menggunakan
hygrometer yang juga dapat mengukur suhu, diperoleh temperatur sebesar 28oC.
Temperatur tanah mempengaruhi aktivitas jasad renik dalam tanah. Tingkat aktivitas
optimum bagi jasad hidup tanah terjadi pada temperature antara 18o-30o C. Jadi area
ini merupakan tempat yang cocok bagi jasad renik dalam tanah untuk beraktivitas,
seperti bakteri pengikat N2 yaitu Nitrobacter, bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus
yang dapat mengikat N2 dari udara. Karena temperatur tanah pada percobaan ini
mendukung aktivitas mikrtobial maka aktivitas pengikatan N2 dari udara dapat
berjalan baik sehingga dapat menyuburkan tanah pada lahan lokasi pengamatan ini.
d. Intensitas cahaya
Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya pada lokasi pengamatan digunakan alat
yaitu luxmeter. Luxmeter ini penggunaannya harus ekstra hati-hati, tidak boleh ada sedikit
getaran pun pada saat melakukan pengukuran karena jika bergerak sedikit saja angka yang
tertera pada layar akan berubah sehingga nilai intensitas cahaya tidak seuai dengan yang
sebenarnya. Dari pengamatan yang dilakukan, diperoleh data intensitas cahaya yaitu 1candela.
Hal tersebut didasari. karena faktor cuaca yang sedang mendung. Cahaya matahari akan
berpengaruh pada proses pembuatan makanan pada tumbuhan atau fotosintesis serta tingkah
laku dan kegiatan hewan
e. Kecepatan Angin
Untuk menentukan kecepatan angin di lokasi pengamatan, alat pengukur yang
digunakan praktikan adalah hygrometer. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan
diperoleh hasil 1,8 m/s.
3. Sifat Khemis Tanah atau Permukaan Lahan Lokasi Pengamatan
Sifat khemis tanah atau permukaan lahan lokasi pengamatan yang meliputi pH tanah.
Reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Pada reaksi tanah
yang netral, yaitu pH 6,5-7,5 maka unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak
(optimal). Pada pH tanah kurang dari 6,0 maka ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium,
belerang, kalsium, magnesium, dan molibdinum menurun dengan cepat. Sedangkan pH tanah
lebih dari 8,0 akan menyebabkan unsur-unsur nitrogen, besi, mangan, barium, tembaga, dan
seng ketersediaannya relative jadi sedikit.
Pada lokasi pengamatan, tanahnya memiliki pH 6,9 yang berarti tanah tersebut
bersifat asam tapi tidak jauh pada keadaan netral yakni yang memiliki pH 7. Jadi pada
areal tersebut ketersediaan unsur-unsur fosfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium,
dan molibdinum mengalami penurunan dengan.
4. Jenis-jenis dan Spesifikasi Vegetasi yang Ada
Vegetasi merupakan petunjuk kemampuan tanah atau sifat-sifat tanah tertentu.
Umumnya perbedaan vegetasi liar juga merupakan indikasi perbedaan jenis tanah.
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis-jenis tanaman atau vegetasi yang ada
pada permukaan lahan dapat diketahui bahwa jenis tumbuhan yang teramati adalah
vegetasi rerumputan dan satu tanaman cemara Norfolk. Jumlah organisme tumbuhan
dalm plot ini dinyatakan dengan tanda (+), jika jumlahnya banyak maka semakin
banyak jumlah (+) dan bila sedikit maka jumlah (+) semakin sedikit. Berdasarkan
jumlah yang sudah dihitung, dapat ditentukan kepadatan dari setiap jenis tumbuhan .
Kepadatan ini berhubungan dengan jumlah individu dengan ruang yang mereka
tempati pada waktu tertentu. Untuk mengetahui kepadatan dari sebuah lokasi, dapat
dihitung dengan membagi jumlah individu tiap jenis dengan luas lokasi yang diamati.
Selain dapat diamati jumlah dan dihitung kepadatannya, jenis tumbuhan yang ada pada
plot juga dapat diamati bagaimana cara hidup dan bentuk interaksinya. Cara hidup
menunjukan bagaimana dia hidup, apakah hidup bebas, menumpang, terlindung, atau
merambat pada pohon lain. Untuk tumbuhan pada plot satu, sebagian besar menggunakan
cara hidup bebas. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa tumbuhan-
tumbuhan itu hidup bebas sendiri tanpa menumpang pada tanaman lain.
5. Jenis-Jenis dan Spesifikasi Hewan yang Ada
Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis-jenis hewan yang ada pada permukaan
lahan dapat diketahui bahwa jenis hewan yang teramati adalah semut merah, semut hitam dan
undur-undur. Jumlah organisme dalm plot ini dapat dihitung jumlahnya, yaitu semut merah 9
ekor, semut hitam 8 ekor, undur-undur 1 ekor. Berdasarkan jumlah yang sudah dihitung, dapat
ditentukan kepadatan dari setiap jenis hewan . Kepadatan ini berhubungan dengan jumlah
individu dengan ruang yang mereka tempati pada waktu tertentu. Untuk mengetahui
kepadatan dari sebuah lokasi, dapat dihitung dengan membagi jumlah individu tiap jenis
dengan luas lokasi yang diamati.
Seperti halnya tumbuhan, selain menghitung kepadatan organisme hewan yang ada
pada plot, cara hidup dan bentuk interaksi hewan pun ikut diamati. Pengamatan mengenai
cara hidup yang ada pada hewan pun berbeda dengan cara hidup yang ada pada tumbuhan.
Cara hidup hewan dapat dinyatakan hidup di atas tanah, dan di dalam tanah. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan pada plot, dapat diamati bahwa cara hidup semut merah adalah di
atas tanah. Hal ini dikarenakan, semut merah tersebut sedang melakukan kegiatan di atas
tanah. Cara hidup di atas tanah ini kemudian dibedakan kembali berdasarkan kegiatan atau
aktivitas yang mereka lakukan. Sedangkan untuk semut hitam dan undur-undur cara hidupnya
dibawah tanah karena sedang melakukan penggalian pada permukaan tanah.
6. Jenis-jenis Asosiasi
Asosiassi merupakan hubungan atau interaksi antara makhluk hidup yang satu
dengan yang lain. Ini dapat terjadi dalam spesies yang sama (intraspesies) maupun
spesies yang berbeda (interspesies). Jenis asosiasi antarmakhluk hidup dapat berupa
netralisme, kompetisi, protokoperasi, komensalisme, mutualisme, amensalisme,
predasi dan parasitisme.
Pada lokasi pengamatan, terdapat beberapa jenis asosiasi. Asosiasi yang
pertama yaitu kompetisi intraspesies. Nama organisme yang terlibat dalam asosiasi ini
yaitu rumput yang sejenis saling memperebutkan unsur hara tanah dan mineral-
mineral lain untuk diolah menjadi makanan. Untuk kompetisi intraspesies pada jenis
hewan organisme yang teribat yaitu semut merah dengan semut merah berkompetisi
dalam memperebutkan makanan. Untuk jenis asosiasi yang lainnya yaitu kompetisi
antar individu.Organisme yang terlibat dalam asosiasi ini yaitu semut merah, dan
semut hitam berkompetisi dalam memperebutkan makanan. Jenis asosiasi lainnya
yaitu simbiosis komensalisme. Di mana organisme yang terlibat dalam asosiasi ini
adalah semut merah, dan semut hitam berteduh di sekitar rumput untuk mencari
makan. Semut mendapatkan keuntungan dan rumput tidak dirugikan. Dan undur –
undur yang menggali tanah untuk tempat tinggal. Komensalisme sendiri berasal dari
bahasa latin “ko” yang berarti dengan bersama-sama dan “mensa” yang berarti meja
sehingga simbiosis komensalisme adalah hubungan antarorganisme di mana dalam
interaksi ini organisme yang satu mendapatkan keuntungan sedangkan organisme yang
lainnya sama sekali tidak dirugikan. Sedangkan untuk asosiasi predasi tidak dapat
diamati.
Adapun kesalahan-kesalahan yang dilakukan praktikan selama praktikum yaitu
1. Praktikan kurang teliti dalam membaca alat ukur.
2. Praktikan kurang teliti dalam mengamati setiap aspek asosiasi dari komponen abiotik
maupun komponen biotik.
3. Praktikan kurang paham dalam menentukan struktur tanah dengan menggunakan segitiga
tekstur tanah.
H. Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
1. Jenis Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan jenis tanah lokasi pengamatan adalah tanah
lempung liat berpasir, dengan presentasi lapisan pasir 51,11%, lapisan tanah liat
26,67%, dan lapisan debu 22,22%.
2. Sifat Fisik Klimatik Tanah
Kelembaban udara sebesar 74˚C, suhu tanah 28oC, suhu udara 31˚C, intensitas
cahaya sebesar 1 candela.
3. pH Tanah Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengukuran, pH tanah pada lokasi pengamatan adalah 6,9.
4. Spesifikasi Vegetasi Hasil pengamatan
Rumput : banyak
Tumbuhan cemara Norfolk : 1 pohon
5. Spesifikasi Hewan Hassil Pengamatan
Semut merah : 9 ekor
Semut hitam : 8 ekor
Undur-undur : 1 ekor
6. Asosiasi yang Terjadi
kompetisi interspesies, kompetisi intraspesies, intraspesies pada jenis hewan, kompetisi
antarindividu, simbiosis komensalisme.
b. Saran
Dalam praktikum mengobservasi tentang interaksi antara organisme dengan
lingkungan, praktikan memberikan saran beberapa hal, antara lain:
1. Sebelum melakukan observasi, praktikan harus mempelajari dan memahami
mengenai interaksi antara organisme dengan lingkungan.
2. Saat melakukan observasi pada objek kajian biologi, observasi harus dilakukan
dengan menggunakan panca indera, baik penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba.
3. Pada proses penulisan laporan, praktikan harus menggunakan referensi buku-buku,
serta menggunakan jurnal yang tepat dan sesuai hubungan interaksi antara organisme
dengan lingkungannya yang telah diamati pada saat melakukan observasi.
I. Daftar Pustaka
Anonim. 2011.Biologi Dasar I. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Blausteir, Daniel, dkk.1996.Biology.Alaska:Glencoe
Darmawijaya, M. Isa.1997.Klasifikasi Tanah Dasar Teori bagi Peneliti Tanah
dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Karta sapoerta, G. dkk.1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.Jakarta : PT
rineka
cipta.
Nasir, mujhammad dkk.1993.Penuntun Praktikum Biologi
Umum.Yogyakarta : UGM
Odum, Eugene P.1994.Dasar-Dasar Ekologi.Yogyakarta:Gadjah Mada
University
Press
Ramli, Dzaki.1989.Ekologi.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Jakarta
Sarief, H. E. Saifuddin.1993.Ilmu Tanah Pertanian.Bandung: Pustaka Buana
Suin, Nurdin Muhammad.1997.Ekologi Hewan Tanah.Jakarta: Bumi Aksara
Widowati, Asri dan Ekosari R. 2012. Petunjuk Praktikum. Yogyakarta:
FMIPA UNY.
J. Lampiran
Foo Proses Observasi
`
`