LAPORAN AKHIR TAHUN INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG Zul Efendi BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013
48
Embed
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI …bengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/... · Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN AKHIR TAHUN
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG
Zul Efendi
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2013
KODE: 26/1801.013/011/A/RPTP/2013
ii
LAPORAN AKHIR TAHUN
INTEGRASI TANAMAN KOPI DENGAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN REJANG LEBONG
Zul Efendi Ruswendi
Wahyuni A. Wulandari Afrizon
Linda Harta Sudarmansyah
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU
2013
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan
Akhir Tahun Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten
Rejang Lebong Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu
pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai
dengan bulan Desember tahun 2013.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini
tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat
diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpatisipasi dan membantu pelaksanaan
kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi percepatan adopsi inovasi teknologi pertanian.
Bengkulu, Desember 2013 Penanggung Jawab Kegiatan
Zul Efendi, S.Pt NIP. 19690227 2007011001
iv
LEMBARAN PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Petanian Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu Tahun 2013
5. Status Penelitian (L/B) : Baru
6. Penanggung Jawab
a. N a m a : Zul Efendi, S.Pt
b. Pangkat/Golongan : Penata Muda TK. I (III/b)
c. Jabatan : Peneliti Pertama
7. Lokasi Kegiatan : Kabupaten Rejang Lebong
8. Agroekositem : Lahan Kering Dataran Tinggi Iklim Basah
9. Tahun dimulai : 2013
10. Tahun Selesai : 2013
11. Output Tahunan : 1. Formula pakan dari kulit kopi dan ubi kayu
2. Formula pemupukan tanaman kopi
12. Output Akhir : Paket Teknologi Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi.
13. Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta
Rupiah)
Koordinator Program, Dr. Wahyu Wibawa, MP NIP. 19690427 199803 1001
1. Hasil Analisis Proksimat Pakan Perlakuan ............................................. 6
2. Hasil Analisis Laboratorium Terhadap Kulit Kopi Fermentasi .................. 8 3. Hasil Analisis Laboratorium Kompos Kotoran Ternak Sapid an Kulit Kopi . 9 4. Rata-rata Bobot Lahir Anaka Sapi Bali Pada Kegiatan Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................ 10
5. Rata-rata Konsumsi Pakan Pada Induk Sapi Bunting Yang Diberikan Per Lakuan Berbeda ................................................................................ 11
6. Rata-rata Produksi Awal Tanaman Kopi pada Integrasi Tanaman Kopi Dengan Ternak Sapi Di Kabupaten Rejang Lebong ............................... 11
7. Tata Guna Lahan Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur Kecamatan Curup Timur Kabupaten Rejang Lebong ............................. 13 8. Daftar Resiko Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ........................................... 25
9. Daftar Penanganan Resiko dalam Pelaksanaan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong .......... 25
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Dokumentasi Kegiatan Lapangan Pengkajian Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di Kabupaten Rejang Lebong ......................... 31
ix
RINGKASAN
1 Judul : Integrasi Tanaman Kopi dengan Ternak Sapi di
Kabupaten Rejang Lebong
2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
3 Tujuan : 1. Mendapatkan formula pakan flushing untuk
ternak sapi di Kabupaten Rejang Lebong.
2. Mendapatkan dosis pupuk kompos untuk
tanaman kopi.
4 Keluaran : 1. Formula pakan flushing untuk ternak sapi di
Kabupaten Rejang Lebong.
2. Dosis pupuk kompos untuk tanaman kopi.
5 Metodologi : Pengkajian Integrasi tanaman kopi dengan ternak
sapi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 3 perlakuan, setiap perlakuan diulangi
sebanyak 7 ulangan, untuk perlakuan pada ternak
sapi yaitu: (P1)Pakan rumput lapangan/jerami 10
dari berat badan, (P2) Formula pakan terdiri dari
rumput lapangan/jerami 10% dari berat badan +
pakan tambahan (kulit kopi fermentasi 2,4
kg/ekor/hari + dedak padi 1,6 kg/ekor/hari) dan (P3)
Formula pakan terdiri dari rumput lapangan/jerami
10% dari berat badan + pakan tambahan (kulit kopi
fermentasi 2,4 kg/ekor/hari + dedak padi 0,8
kg/ekor/hari + ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari).
Pengkajian pemberian pupuk kompos pada tanaman
kopi yang sudah produksi dirancang dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
tiga perlakuan, setiap perlakuan diulangi sebanyak (7)
tujuh ulangan yaitu : (P1) Tanaman tidak dipupuk
dengan kompos sapi, (P2) Tanaman dipupuk dengan
kompos sapi 5 kg/pohon dan (P3) Tanaman
x
dipupuk dengan kompos sapi 10 kg/pohon. Tiap
ulangan ada 10 batang tanaman. Parameter yang
diukur adalah bobot lahir anak, konsumsi pakan,
produksi tanaman kopi dan kesehatan ternak sapi.
6 Capaian : 1. Hasil kulit kopi fermentasi dengan peningkatan
kadar protein kasarnya.
2. Pupuk kompos kotoran sapi dan kulit kopi.
3. Peningkatan bobot lahir anak sapi dari rata-rata
14,9 kg/ekor menjadi rata-rata 17,7 kg/ekor dan
18,0 kg/ekor.
7 Perkiraan Manfaat : Memperpendek jarak kelahiran, meningkatnya bobot
lahir anak sapi, mengurangi ketergantungan terhadap
pupuk kimia dan meningkatkan produktifitas tanaman
kopi.
8 Perkiraan Dampak : Hasil kajian ini akan memotivasi petani lainnya untuk
mengadopsi integrasi tanaman kopi dan ternak sapi.
Pemanfaatan sumber pakan lokal berupa kulit kopi
dan ubi kayu untuk peningkatan kualitas pakan untuk
induk sapi bunting lebih optimal. Dengan jarak
kelahiran lebih pendek, maka akan meningkatkan
populasi sapi dan bobot lahir anak sapi yang
meningkat akan menghasilkan sapi yang meningkat
bobot tubuhnya. Pemanfaatan kotoran sapi untuk
pemupukan tanaman kopi akan mengurangi
penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan
produktifitasnya.
9 Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 10 Biaya : Rp. 85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta Ruriah)
xi
SUMMARY
1 Tittle : Coffee Plant integration with Cattle in Rejang Lebong
District
2 Working Unit : Assessment Institute for Agricultural Technology of
Bengkulu
3 Destination : 1. Getting flushing formula for cattle feed in Rejang
Lebong District.
2. Get a dose of compost fertilizer for coffee plants.
4 Output : 1. Flushing formula for cattle feed in Rejang Lebong
District.
2. Compost fertilizer for coffee plants.
5 Metodhology : Assessment Integration coffee plants with cattle
using Randomized Block Design (RBD) with 3
treatments, each treatment was repeated as many as
seven replications, for the treatment of cattle,
namely: (P1) Feed the grass/hay 10 of body weight,
(P2) Formula feeds consists of a field of grass/hay 10
% of body weight + additional feed (fermented coffee
leather 2.4 kg/head/day of rice bran + 1.6
kg/head/day) and (P3) Formula feeds consist of field
memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) bila dibandingkan dengan bobot
lahir anak sapi Bali yang tidak diberikan pakan tambahan. Begitu juga dengan
bobot lahir anak sapi pada perlakuan ketiga (pemberian pakan tambahan berupa
kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan
17
ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari) juga memberikan pengaruh nyata (P<0,05) bila
dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan pertama/kontrol
(yang tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian
pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan menghasilkan bobot lahir anak
sapi Bali yang lebih berat dari pada bobot lahir anak sapi pada kontrol (yang
induknya tidak diberikan pakan tambahan). Hal ini disebabkan oleh pemberian
pakan tambahan membantu pemenuhan kebutuhan induk sapi yang sedang
bunting terhadap nutrisi zat makanan karena kandungan zat gizi dari pakan
tambahan (protein dan energy metabolism) yang tinggi dibandingkan dengan
kandungan zat gizi dari hijauan saja. Ini juga didukung oleh pendapat dari
Toelehere (1981) dalam Pasambe (2000) bahwa Pertumbuhan anak dipengaruhi
oleh faktor tata laksana pemberian pakan pada induk, produktivitas ternak
sebesar 95% dipengaruhi oleh faktor non genetik yaitu pengelolahan pakan,
kesehatan dan sebagian kecil dipengaruhi faktor genetik. Hal ini memberikan
gambaran bahwa kondisi badan induk sebagai salah satu faktor lingkungan
tempat anak dilahirkan dengan bertambah baiknya kondisi badan induk, akan
mampu mensuplai kebutuhan air susu secara optimal selama menyusui.
Sedangkan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua (pemberian
pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak
padi 1,6 kg/ekor/hari) tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan ketiga
(pemberian pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari
ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8 kg/ekor/hari). Tapi
walaupun demikian bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua lebih tinggi
bila dibandingkan dengan bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga. Rata-
rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan kedua adalah 18,0 kg sedangkan
rata-rata bobot lahir anak sapi Bali pada perlakuan ketiga yaitu 17,7 kg. Hal ini
disebabkan oleh kandungan protein kasar dan energi metabolis dari pakan
tambahan pada perlakuan kedua lebih tinggi dari pada kandungan protein kasar
dan energy metabolis dari pakan tambahan pada perlakuan ketiga. Kandungan
protein kasar dan energy metabolis pakan pada perlakuan kedua adalah 10,36%
dan 3552 kkal, sedangkan protein kasar dan energy metabolis pakan tambahan
pada perlakuan ketiga adalah 7,79% dan 3247 kkal. Hasil pengkajian ini lebih
tinggi dari hasil penelitian Pongsapan et.al Tahun 1993 terhadap induk sapi bali
18
yang dibiarkan merumput dan disuplemen dengan daun gamal sebayak
3 kg/ekor/hari memperoleh bobot lahir anak sapi seberat 14,46 kg.
4.2.5. Konsumsi Pakan
Konsumsi hijauan induk sapi yang sedang bunting yang dipelihara
menurut kebiasaan petani adalah sekitar 40,0 kg/ekor/hari, sedangkan konsumsi
hijauan pada induk sapi yang diberikan pakan tambahan cenderung turun
30 – 35% atau sekitar 29,5-30,0 kg/ekor/hari. Hal ini disebabkan oleh induk sapi
sudah diberikan pakan tambahan berupa campuran kulit kopi fermentasi, dedak
padi dan ubi kayu sebelum induk sapi tersebut diberikan pakan hijauan, sehingga
konsumsi hijauannya cenderung berkurang.
Sedangkan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali bunting
memperlihatkan bahwa induk sapi pada perlakuan kedua relative lebih sedikit
bila dibandingkan dengan konsumsi pakan tambahan pada induk sapi Bali
bunting perlakuan ketiga, hal ini disebabkan karena palatabilitas induk sapi Bali
Lebih tinggi pada pada perlakuan ketiga yang didalamnya ditambahkan dengan
ubi kayu. Diduga karena ubi kayu mempunyai kadar air yang masih tinggi dan
rasanya masih manis sehingga induk sapi lebih menyukainya dibandingkan pakan
yang lainnya.
4.2.6. Produksi Awal Tanaman Kopi
Kegiatan pemberian pupuk kompos pada tanaman kopi belum dapat
hasilnya karena tanaman kopi yang diberikan perlakuan pemupukan tersebut
diperkirakan akan berproduksi pada bulan Mei 2014. Pada akhir kegiatan tahun
anggaran 2013 ini hanya menampilkan produksi awal seperti tercantum pada
Tabel 6 diatas.
Dari Tabel 6 tersebut dapat dilhat bahwa rata-rata produksi tanaman kopi
masih rendah, hal ini disebabkan oleh tanaman kopi disini belum diremajakan
dan belum pernah diberikan pupuk baik pupuk organik maupun pupuk kompos.
Dengan pengkajian pemberian pupuk kompos dengan dosis 5 kg/batang dan 10
kg/batang diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman kopi tersebut.
19
4.2.7. Pengendalian Parasit pada ternak Sapi
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha pengembangan
ternak sapi dari aspek managemen adalah faktor kesehatan atau kontrol
penyakit. Berbagai jenis penyakit dapat menyerang ternak sapi, salah satunya
adalah penyakit parasiter, dimana penyakit ini disebabkan oleh agen berupa
parasit. Parasit merupakan makhluk hidup yang dalam hidupnya menggunakan
makanan mahkluk hidup lain sehingga sifatnya merugikan.
Agent parasit yang menyebabkan penyakit pada ternak dibedakan
menjadi dua yaitu endoparasit dan ektoparasit. Cacing gastrointestinal
merupakan endoparasit di dalam tubuh akan merampas zat-zat makanan yang
diperlukan bagi hospesnya, dimana cacing dalam jumlah banyak akan
mengakibatkan kerusakan usus atau menyebabkan terjadinya berbagai reaksi
tubuh yang antara lain disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh cacing-cacing
tersebut. Walaupun penyakit cacingan tidak langsung menyebabkan kematian,
akan tetapi kerugian dari segi ekonomi dikatakan sangat besar, sehingga
penyakit parasit cacing disebut sebagai penyakit ekonomi. Kerugian akibat
penyakit cacing, antara lain: penurunan berat badan, penurunan kualitas daging,
kulit, dan jeroan, penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja pada
ternak potong dan kerja, penurunan produksi susu pada ternak perah, dan
bahaya penularan pada manusia.
Obat cacing diberikan pada induk sapi yang sudah melahirkan karena
induk sapi yang sedang bunting tidak disarankan untuk diberi obat cacing, selain
itu pemberian obat cacing pada induk sapi yang baru melahirkan dimaksudkan
agar induk sapi bisa berproduksi secara optimal sehingga anak sapi mendapatkan
air susu yang cukup induk kebutuhan hidupny, dan juga diharapkan cacing yang
ada dalam tubuh anak sapi ikut mati lantaran anak sapi minum air susu dari
induk yang diberikan obat cacing.
Prosentase yang sakit oleh endoparasit dapat mencapai 30% dan angka
kematian yang bisa ditimbulkan adalah sebanyak 30%. Gejala umum dari hewan
yang terinfeksi cacing antara lain badan lemah dan bulu kusam, gangguan
pertumbuhan yang berlangsung lama. Jika infeksi sudah lanjut diikuti dengan
anemia, diare, dan badannya menjadi kurus yang akhirnya bisa menyebabkan
kematian. Adanya parasit di dalam tubuh ternak tidak harus diikuti oleh
20
perubahan yang sifatnya klinis. Pada infeksi yang ringan sering dijumpai infeksi
parasit gastrointestinal tanpa menunjukkan gejala klinis yang jelas. Untuk
memastikan adanya parasit gastrointestinal bisa diketahui melalui pemeriksaan
feses, dimana ditemukan telur cacing maupun oosit pada feses tersebut. Makin
banyak cacing makin banyak pula telurnya. Perubahan populasi cacing dalam
perut sapi dapat diketahui dengan menghitung total telur per gram feses (EPG)
secara rutin. Tingkat prevalensi parasit cacing tergantung pada jumlah dan jenis
cacing yang menginfeksinya.
21
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari selama dua bulan
sebelum melahirkan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap
bobot lahir anak sapi Bali.
2. Pemberian pakan tambahan juga memberikan efisiensi terhadap konsumsi
pakan terhadap hijauan pakan ternak sebanyak 30-35%.
3. Produksi hasil tanaman kopi belum dapat diamati karena musim buah/panen
tanaman kopi akan berlangsung sekitar bulan mei 2014.
5.2. Saran
Kegiatan pengkajian integrasi tanaman kopi dengan ternak sapi ini
sebaiknya dilaksanakan selama dua tahun atau lebih sehingga tujuan kegiatan
lebih tercapai dan berhasil dengan baik.
22
VI. KINERJA HASIL
1. Pembuatan kulit kopi fermentasi dengan campuran kulit kopi, urea dan
starbio dengan kandungan kadar lemak 0,73%, serat kasar 42,09%, protein
kasa 12, 87%, kadar abu 7,25%, kadar air 12,16%, Ca 0,58%, P 0,12% dan
energi 3830 kkal.
2. Pembuatan pupuk organik dengan bahan kotoran sapi, kulit kopi, dedak
padi, sekam padi, gula merah, aktivator kompos menghasilkan pupuk
organik dengan kandungan kadar kadar air 11,20%, nitrogen 2,85%, pospor
8,32%, kalium 0,48%, C-Organik 1,33% dan pH H20 7,52%.
3. Pemberian pakan tambahan dua bulan sebelum melahirkan memberikan
pengaruh yang nyata terhadap bobot lahir anak sapi Bali. Induk sapi yang
hanya diberikan hijauan saja melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata
14,9 kg/ekor, induk sapi yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa
kulit kopi fermentasi 2,4 kg/ekor/hari ditambah dedak padi 1,6 kg/ekor/hari
melahirkan anak dengan bobot lahir rata-rata 18,0 kg/ekor dan induk sapi
yang diberikan hijauan dan pakan tambahan berupa kulit kopi fermentasi 2,4
kg/ekor/hari ditambah dedak padi 0,8 kg/ekor/hari dan ubi kayu 0,8
kg/ekor/hari melahirkan anak sapi dengan bobot lahir 17,7 kg/ekor.
4. Pemberian pakan tambahan sebanyak 4 kg/ekor/hari juga dapat menekan
konsumsi hijauan pakan ternak dari ternak sapi Bali sebanyak 30 – 35%.
5. Rata-rata produksi awal dari tanaman kopi adalah perlakuan pertama
(kontrol) 4,47 kg/batang, perlakuan kedua (diberikan pupuk kompos
5kg/batang) 4,44 kg/batang dan perlakuan ketiga (diberikan pupuk kompos
10 kg/batang) 4,22 kg/batang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, P. 1983 . Problem Reproduksi pada Ruminansia Besar di Yogyakarta. Prosiding Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar, Cisarua, 6-9 Desember 1982. pp: 139-147. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan, Bogor.Abdoellah, S dan A.Wardani. 1993. Impact of Cocoa Development on Marginal
Anonimus, 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian.
Laporan Tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati Disbun. 2007. Statistik Perkebunan Propinsi Bengkulu. Pemerintah Propinsi
Bengkulu. Edisi Mei 2005, hal 1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember.
Direktorat jendral Bina Produksi Perkebunan. 2002. Statistik Perkebunan Kopi
Indonesia 2000 – 2001. Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta. 97 hal.
Mariyono dan Endang Romjali, 2007. Petunjuk Teknis Teknologi Inovasi ‘Pakan
Murah’ Untuk Usaha Pembibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, 2007
Mathius. I-W., M.Rangkuti dan L.P.Batubara. 1983. Pemanfaatan Jerami Kacang
Tanah Sebagai pakan Domba in Pros. Seminar pemanfaatan Limbah Pangan dan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak. Lembaga Kimia Nasional. LIPI Bandung. p: 143-151.
Mathius. I-W. 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi
Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds).
Nursiam,I. 2010. Bahan Makanan Ternak : Umbi-umbian dan Limbahnya. http://
intannursiam.wordpress.com/ 2010/08/25/ bahan-makanan-ternak-umbi-umbian-dan-limbahnya/ diakses 6 uli 2012 jam 5.30
Pasambe. D, Sariubang. M, Nurhayu. A, Bahar. S, dan Chagidja, 2000. Pengaruh
Perbaikan Pakan Pada Induk Sapi Bali Terhadap Pertambahan Bobot Badan Pedet Yang Sedang Menyusui. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. 2
Pongsapan. P, M. Sariubang, dan A. Prabowo, 1993. Pengaruh suplementasi
daun gamal pada sapi Bali betina terhadap tingkat kelahiran dan berat lahir anak pertama. J.Ilmiah Penelitian ternak Gowa 2(2) : 103 - 106
24
Puslitkoka, 2005. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Ramli. H dan Rismawati. 2007, Integrasi Tanaman Singkong dan ternak Unggas.
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pangan. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Suharsono, 2011. Penambahan Pakan Tanaman Ubi Kayu Terbukti Tingkatkan Bobot Badan Ternak http://www.ugm.ac.id/new/id/news/ 3244-penambahan-pakan-tanaman-ubi-kayu-terbukti-tingkatkan-bobot-badan-ternak.xhtml diakses 6 juli 2012 jam 5.15