INOVASI TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LADA (GAP DAN PERKEMBANGAN PENELITIAN LADA) Temu Tugas Peneliti, Penyuluh BPTP dan Penyuluh Daerah Lampung, 30 Januari 2019
INOVASI TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LADA
(GAP DAN PERKEMBANGAN PENELITIAN LADA)
Temu Tugas Peneliti, Penyuluh BPTP dan Penyuluh DaerahLampung, 30 Januari 2019
No Varietas Produktivitas(Ton/Ha)
Ketahanan Terhadap OPTPenyakit Kuning Penyakit Busuk
Pangkal BatangHama
Penggerek
1 Petaling-1 4,48 (LP) Moderat Tahan Rentan Rentan
2 Petaling-2 4,12 (LP) Rentan Moderat tahan Rentan
3 Natar-1 4.00 (LH) Rentan Moderat Tahan Moderat
Tahan
4 Natar-2 3,52 (LH) Moderat Tahan Rentan Moderat
Tahan
5 Chunuk-RS 1,37 (LP) Rentan Moderat Tahan Rentan
6 LDK-RS 3,86 (LP) Rentan Moderat tahan Rentan
7 Bengkayang 4,67 (LP) - Rentan -
8 Malonan-1 2.17 (LP) - Moderat Tahan -
9 Ciinten 3.12 (LP) - Moderat Tahan -
10 Nyelungkup 6.0 (LP) - Moderat tahan -
Keterangan : LP = Lada Putih, LH = Lada Hitam
▪ Curah hujan 2.000-3000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 110–170 hari
▪ Bulan kering berkisar 2–3 bulan/tahun▪ Kelembaban udara berkisar 60-80% ▪ Suhu minimum 200C dan maximum 340C.
▪ Tinggi tempat ≤ 500 m di atas permukaan laut (dpl)▪ Jenis tanah Ultisol dan Inceptisol▪ Kemasaman tanah (pH) 5-6.▪ Kemiringan lahan optimal < 15% atau <8,50, dan apabila kemiringan lahan
berkisar 15-25% maka disarankan dibuat teras individu.▪ Kedalaman efektif tanah ≥ 30 cm.▪ Hindari menggunakan lahan yang endemik penyakit Busuk Pangkal Batang
(BPB) dan penyakit Kuning.
IKLIM dan LAHAN
Penyiapan Lahan▪ Lahan dibersihkan dari pepohonan, semak belukar dan sisa-
sisa tunggul dan akar.
▪ Pembukaan lahan tanpa pembakaran, gulma dibersihkan
secara manual dan dibenam sebagai sumber bahan organik.
▪ Pengolahan lahan cukup dengan menggali lubang-lubang
tanam di tempat yang diberi ajir, sesuai jarak tanam yang
diinginkan.
▪ Pada lahan datar dibuatkan drainase kebun 30 cm x 20 cm
(lebar x dalam) setiap 4-6 baris lada, parit kelilling 40 cm x 30
cm (lebar x dalam).
Tajar atau tiang panjat yang digunakan dalam budidaya lada
dianjurkan menggunakan tajar hidup seperti Gamal (Glyricidia
maculata), dadap cangkring (Erythrina variegata), dan kapuk (Ceiba
petandra L.). Persyaratan tajar sebagai berikut :
▪ Mudah atau cepat tumbuh, kekar dan tumbuh lurus.
▪ Mempunyai permukaan kulit kasar, agar akar lada tidak mudah
lepas
▪ Tahan pemangkasan berat secara periodik dan berumur panjang
▪ Mempunyai diameter batang awal > 7.5 cm
▪ Memiliki sistim perakaran yang dalam
▪ Bukan inang hama penyakit lada.
Glirisidia (Lampung)
Penyiapan Lubang Tanam▪ Penanaman pada lahan miring mengikuti kontour/teras.
▪ Jarak tanam: 2,5 m x 2,0 m atau 2,5 m x 2,5 m.
▪ Lubang tanam: 45 cm x 45 cm x 45 cm atau 60 cm x 60 cm x 60 cm.
dibiarkan terbuka selama 1-2 minggu.
▪ lubang tanam dibuat pada jarak 10 – 15 cm dari tajar lada.
▪ Tanah galian lubang tanam dipisahkan menjadi dua, yaitu bagian atas dan
bagian bawah (subsoil). Tanah bagian bawah dicampur pupuk organik
matang sebelum dimasukan kembali ke dalam lubang tanam.
▪ Setiap lubang tanam diberi pupuk organik atau pupuk kandang 5-10 kg, dan
agens hayati (seperti Trichoderma sp atau rhizobakteri yang
menguntungkan)
▪ Selama persiapan lahan, areal kosong diantara lubang tanam dapat ditanami
tanaman sela semusim seperti jagung, kacang-kacangan, kencur,
temulawak, kunyit. Jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang
pasar dan iklim mikro setempat.
Bahan tanam berasal dari varietas unggul lada yang sudah dilepas.
Cara penyiapan bahan tanam sebagai berikut :
▪ Bahan tanaman berasal dari sulur panjat, yang dicirikan pada
bukunya terdapat akar lekat.
▪ Sulur panjat berasal dari tanaman lada berumur >7 bulan hingga < 3
tahun, belum berbunga dan berbuah serta bebas dari hama dan
penyakit.
▪ Benih siap tanam yang dikembangkan dari setek satu buku berdaun
tunggal, harus disemai dahulu dalam polybag hingga menjadi 5 – 7
ruas.
Produksi benihPenyiapan media tanam :
▪ Media tanam terdiri dari campuran tanah (top soil), pupuk
organik matang dan pasir kasar dengan perbandingan 2:1:1
atau 1:1:1.
▪ Media tanam tersebut kemudian dimasukan ke dalam polybag
hitam (berukuran minimal 12 cm x 15 cm) yang berlubang, dan
di isi sampai penuh, selanjutnya dibiarkan seminggu atau
sampai rumput-rumput halus tumbuh di permukaan tanah.
▪ Setek panjang (7 sampai 10 ruas) diambil dari tanaman yang bebas
hama dan penyakit, kemudian dipotong-potong menjadi satu setek
berdaun tunggal.
▪ Setek ditanam dalam posisi tegak lurus dalam media tanam yang telah
disediakan dalam polybag
▪ Polybag disusun ditempat yang ternaungi dengan intensitas matahari 50
- 75%
▪ Setek disiram air, dan disungkup dengan plastik transparan selama 3
minggu.
▪ Kemudian sungkup dibuka secara bertahap dan tanaman dipeliharasampai benih minimal memiliki 5 ruas (umur maksimum 12 bulan
Penanaman Lada▪ Penanaman lada pada musim hujan atau pada lahan yang tersedia
sumber air untuk penyiraman.
▪ Sebelum ditanam, daun-daun pada 3 ruas bagian pangkal dibuang,
benih ditanam 3 ruas ke dalam tanah, dan sisanya diletakkan miring
(30-450) kearah tajar kemudian disandarkan dan diikat pada tajar
▪ Diberi naungan seperti alang-alang, batang pisang, daun pisang,
pelepah pisang, dan daun kelapa, guna menurunkan risiko kematian
akibat terik matahari.
Pemupukan▪ Tanaman lada memerlukan hara berupa pupuk, baik
berupa pupuk anorganik dan organik.
▪ Pupuk anorganik diberikan 2 kali setahun pada awal dan
akhir musim hujan, masing-masing 50% dosis. Pupuk
organik matang baik berupa pupuk kandang atau
kompos diberikan 5-10 kg/pohon, dengan frekuensi 2-3
tahun sekali.
▪ Pupuk anorganik diberikan sebar rata pada alur dangkal
5-10 cm sekeliling proyeksi tajuk (kanopi) luar tanaman,
kemudian ditutup kembali dengan tanah kikisan atau
ditambah tanah sekitar tanaman.
Dosis Pupuk NPKMg 12:12:17:2 (g/ph/th)
≤ 1 tahun 1-2 tahun 2-3 tahun ≥ 3 tahun
200-300 400-600 800-1200 1600-2400
Pemangkasan dilakukan 2 - 3 kali setahun yaitu:
▪ Pemangkasan pertama tanaman beumur 8-12 bulan atau sudah
mencapai 8–9 ruas. Tinggi bidang pangkas berkisar 25 – 30 cm dari
permukaan tanah (Gambar 4), dilakukan pada musim hujan. Tumbuh
sulur-sulur baru, hanya 3 sulur terbaik yang dipelihara dan sisanya di
buang.
▪ Pemangkasan kedua dilakukan ketika tanaman lada sudah mencapai 7–
9 ruas.
▪ Pemangkasan ketiga dilakukan setelah 12 bulan berikutnya, hinggapertumbuhan lada mencapai tinggi maksimal sesuai tinggi tajar
▪ Sulur gantung dan sulur cacing atau sulur cacing merupakan sulur
yang bersifat parasit atau menguras nutrisi/makanan tapi tidak
produktif. Oleh karena itu sulur tersebut harus dibuang/dipangkas.
Pemangkasan TajarPada dasarnya tanaman lada menghendaki intensitas matahari tinggi
untuk dapat berproduksi secara optimal. Oleh sebab itu apabila budidaya
lada dengan menggunakan tajar hidup maka tajarnya perlu dilakukan
pemangkasan minimal 2 kali dalam 1 tahun (awal musim hujan atau
akhir musim hujan).
• Penyebab BPB adalah jamur Phytophthora capsici. Bagian tanamanyang terserang adalah seluruh bagian tanaman lada. Seranganpaling membahayakan apabila terjadi pada pangkal batang atauakar, menyebabkan kematian tanaman dengan cepat.
• Gejala serangan awal/dini sulit diketahui, gejala yang nampak yaitukelayuan tanaman menunjukkan serangan telah lanjut. Seranganpada daun menyebabkan gejala bercak daun pada bagian tengahatau tepi daun. Sepanjang tepi bercak terdapat bagian gejalaberwarna hitam bergerigi seperti renda yang akan nampak apabiladaun telah mengering atau pada gejala lanjut.
• Penyebaran akan lebih cepat dimusim hujan terutama padapertanaman lada pada lahan yang disiang bersih dan yangberdrainase buruk. Apabila serangan jamur terjadi pada satutanaman dalam suatu kebun, maka dapat diperkirakan 1 – 2 bulankemudian penyakit akan menyebar ke tanaman di sekitarnya.
Busuk pangkal batang (a) Gejala awal (b) Gejala
lanjut/mati, (c) Pangkal batang terserang BPB, (d)
gejala khas berupa renda pada bagian tepi nekrosa,
dan (e) bentuk kantung (sporangium) dengan
zooospora P. capsici
Pengendalian BPB▪ Penggunaan benih yang sehat merupakan langkah awal dalam mencegah
penyebaran penyakit BPB dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Varietas
lebih tahan BPB seperti Petaling-2, Natar-1, Chunuk, LDK atau Malonan-1.
▪ Saluran drainase dan parit keliling dengan ukuran lebar 30 cm dan
kedalaman 40 cm
▪ Penyiangan terbatas dilakukan disekitar pangkal batang. Sulur tanaman lada
dekat permukaan tanah dipangkas sampai ketinggian lebih dari 30 cm diatas
permukaan tanah.
▪ Pemupukan dilakukan sesuai anjuran
BiologisAplikasi agens hayati seperti Trichoderma spp., bakteri antagonis,
dan mikoriza dilakukan bersamaan dengan aplikasi pupukkandang/bahan organik, sebagai tindakan preventif
1. Bacillus sp. (PS9), 2. Burkolderia sp. (KB4), dan 3. Stenotrophomonas sp. (KB-3)
▪ In Vitro ▪ Rumah Kaca
1. Azotobacter sp.,
2. Pseudomonas sp.,
3. Azospirilum sp.
PGPR Agensia HayatiPGPR
MeningkatkanPertumbuhan Lada
Agens Hayati sebagai PGPR
Protease
Kelarutan phosfat
Pengujian agens Hayati
di Belitung
Kimiawi▪ Fungisida yang bersifat sistemik yaitu yang berbahan aktif; metalaxyl,
fosetyl-Al, copper oxychloride, kalium fosfonat.
▪ Bubur bordo dapat digunakan dengan cara disiram disekitar tanaman
yang sakit. Aplikasi bubur bordo harus diikuti dengan pemberian agens
hayati setelah 2 - 4 minggu kemudian
Bubur boudeaux dibuat dari 100 g kapur tohor dalam 5 liter air
kemudian ditambahkan pada100 g terusi/copper sulphate/ 5 liter
secara pelan-pelan sambil diaduk, larutan siap disemprotkan
Kapur 100 g/5 liter
Terusi 100 g/5 liter
▪
▪
▪
▪
Kultur Teknis
▪ Penggunaan benih yang sehat
▪ Parit isolasi berukuran lebar 30 cm dan dengan kedalaman 40 cm.
Biologi/alami
▪ Aplikasi carbofuran 25 g/tanaman/ 6 bulan menekan penyakit kuning sampai 46%dan mengurangi populasi nematoda .
▪ Pengendalian biologi. Kombinasi perlakuan rizobakteri parasite nemaoda P.penetrans dengan bahan organik menekan populasi nematoda R. similis dan M.incognita .
Mekanis
▪ Pembersihan alat-alat pertaniaan yang telah digunakan di areal tanaman terserang.
Kimiawi
▪ Penaburan nematisida berbahan aktif karbofuran, dan fungisida berbahan aktifmancozeb
▪ Serangan disebabkan oleh Virus Pepper Yellow Mottle Virus (PYMV) dan virus CMV(Cucumber Mosaic Virus). Bagian tanaman yang diserang adalah daun
▪ Tanda serangan Munculnya daun-daun muda yang abnormal, berukuran lebih kecilseringkali bergelombang atau belang-belang (PYMV). Pada serangan berat,pertumbuhan ruas menjadi pendek, akibatnya tanaman menjadi kerdil.
▪ Virus CMV menunjukkan gejala mosaik
▪ Penyebaran penyakit ini ditularkan oleh serangga Aphis sp., Ferrisia virgata,Pseudococus sp., dengan cara melalui gunting pangkas dan benih yang sakit.Penyebaran lebih cepat dimusim kemarau daripada musim hujan
Gejala PYMV dan CMV, dan Serangga vektor penyakit kerdil, (a) Ferrisia, (b) Planococcus dan (c) Aphis
Penyakit Jamur Pirang▪ Bagian tanaman yang terserang cabang, ranting dan buah.
▪ Penyebab adalah jamur Septobasidium pseudopedicellatum dan kututempurung Unaspis sp.
▪ Gejala serangan ditandai warna ranting menjadi putih/pirang yang merupakankumpulan miselium jamur. Ranting selanjutnya mengering dan mati. Simbiosisyang terjadi antara serangga dan jamur menyebabkaan terjadinya kematianbagian tanaman yang diserangnya sehingga ranting akan cepat mati. Seranganpada buah menyebabkan buah menjadi gugur bahkan pada beberapa daerahmenyebabkan kematian tanaman.Penyebarannya melalui spora jamur S.pseudopedicellatum.
Pengendalian :
Kultur Teknis
▪ Pemangkasan bagian tanaman yang terserang, dan sulur-sulur yang tidak
produktif
▪ Sanitasi, semua cabang/ranting/buah yang terserang atau mati dimusnahkan
Kimiawi
▪ Aplikasi fungisida berbahan aktif tebuconazol atau tembaga (Cu) setiap dua
minggu atau aplikasi insektisida yang bersifat sistemik
Hama Penggerek Batang▪ Penyebab serangan Lophobaris piperis Marsh (Coleoptera: Curculionidae)
dengan bagian tanaman yang diserang adalah cabang, batang, bunga, buah,pucuk dan daun muda
▪ Gejala serangan ditandai pada ruas cabang atau ranting menunjukkan layudan menguning pada bagian tanaman diatas lubang gerekan, bagiantanaman yang digerek menjadi mudah patah
Pengendalian :Kultur teknis
▪ Varietas tahan Natar 1 dan Natar 2
▪ Penanaman tanaman penutup tanah
▪ Membuang dan membakar bagian tanaman yang menunjukkan gejalaserangan penggerek
Biologis
▪ Memanfaatkan musuh alami parasitoid : Spathius piperis, Eupelmuscurculionis
Penggunaan cendawan Beauveria bassiana
▪ Kimiawi
▪ Insektisida berbahan aktif Metidation dan Asefat
Hama Pengisap Buah• Bagian tanaman yang terserang adalah bunga, buah dan pucuk muda,
penyebab serangan Dasynus piperis China (Hemiptera: Coreidae).
• Gejala serangan awal dapat diketahui dari adanya bintik-bintik kekuninganpada buah lada. Kepik mengisap buah lada sehingga buah menjadi kosong,kering, dan selanjunya menghitam. Pada serangan berat tandan buah ladamenghitam dan gugur, serangan pada tunas dapat menyebabkan kematiantunas. Penyebaran melalui serangga dewasa.
Pengendalian
Kultur teknis
▪ Penggunaan varietas tahan
▪ Penanaman tanaman penutup tanah
Biologis
▪ Penggunaan cendawan entomopatogen Spicaria sp.
▪ Paraitoid telur Anastatus dasyini dan Gryon sp.
Kimiawi
▪ Insektisida metil pirimifos dan fenitotrion
• Di sebabkan oleh Diconocoris hewitti
• Gejala: Bunga mengalami kerusakan dan akhirnyagagal membentuk buah
Pengendalian :
▪ Decis 25 EC, Darmasan 600 Dursban 200EC
ROPP
1. Teknologi peningkatan efisiensi pengelolaan hara pada kebun induk lada dengan fertigasi statis (Dr. Devi Rusmin)
2. Teknologi peningkatan efisiensi pengelolaan hara pada kebun produksi dengan fertigasi statis (Rudi Suryadi, SP. MSi.)
3. Teknologi pengelolaan hara dan air beraplikasi robot fertigasi pada budidaya lada (Dr. Joko Pitono)
4. Teknologi larik ganda untuk peningkatan produktivitas lahan pertanaman lada (Setiawan, SP. MSi.)
TEKNOLOGI FERTIGASI DAN LARIK GANDAUNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BUDIDAYA LADA SECARA
BERKELANJUTAN
Performansi Tanaman Umur 12 Bulan
Visualisasi kegiatan perakitan robot fertigasi, dan aktivitas
aplikasinya pada pemberian perlakuan irigasi dan fertigasi di
lapangan.
KESIMPULAN
➢ Pemberian hara dengan dosis 50% dari rekomendasi secara fertigasi statis sudah meningkatkan pertumbuhan, produksi setek lada 1 buku dan setek lada perdu, kandungan klorofil daun, dan mutu benih dibanding dengan konvensional. Jenis tiang panjat mati lebih baik (tinggi tanaman 37–66cm, jumlah daun 72.30 - 73.52, diameter sulur (30.13-51.63mm), dan produksi setek lada 1 buku (32.17– 140) dibanding dengan tiang panjat hidup.
➢ Secara umum pemupukan dengan fertigasi berpengaruh lebih baik terhadap kadar hara, klorofil, dan pertumbuhan tanaman lada dibandingkan dengan pemupukan secara konvensional. Perlakuan A7 (100% dosis anjuran dengan fertigasi) yang ter baik, tetapi A2 (50% dosis anjuran dengan fertigasi) lebih efisien dalam pengelolaan hara karena tidak berbeda nyata dengan perlakuan fertigasi lainya yang menggunakan dosis lebih tinggi maupun dengan perlakuan pemupukan secara konvensional.
➢ Modifikasi robot fertigasi 2018 dapat berfungsi baik untuk aplikasi fertigasi dan irigasi di lapangan, meskipun belum sepenuhnya berjalan secara full autonomous. Teknik fertigasi robotik berpotensi diterapkan dalam pengelolaan hara dan air pada budidaya lada. Dengan melengkapi komponen yang masih kurang, teknologi fertigasi robotik diharapkan dapat meningkatkan efisiensi budidaya on-farm tanaman lada ke depan.
➢ Perlakuan tumpangsari lada dengan kacang tanah dengan pemupukan NPK 100% +
mikoriza adalah yang terbaik. Pemberian mikoriza pada tanaman lada dapat
menghemat penggunaan pupuk inorganik karena tidak berbeda nyata antara yang
dipupuk inorganik 100% SOP dengan yang dipupuk inorganik 50% SOP + mikoriza.
GAP Budidaya Lada merupakan pedoman pilihan dalam pengembangan lada yang berkelanjutan.