Top Banner
A. Latar Belakang Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan, secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua buah model inovasi yang baru yaitu top-down model dan bottom-up model. Top-down model yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Bottom-up model yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Di samping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang muncul tatkala membahas inovasi pendidikan yaitu kendala-kendala, faktor-faktor seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dana, dan lingkup sosial masyarakat. Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Ibrahim (1989) menyatakan bahwa inovasi adalah penemuan yang dapat berupa 1
37

Inovasi Pendidikan

Jun 26, 2015

Download

Documents

Imam Gunawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Inovasi Pendidikan

A. Latar Belakang

Inovasi pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari

masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam inovasi pendidikan,

secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua buah model inovasi yang

baru yaitu top-down model dan bottom-up model. Top-down model yaitu inovasi

pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang

diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan

oleh Departemen Pendidikan Nasional selama ini. Bottom-up model

yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan

dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu

pendidikan.

Di samping kedua model yang umum tersebut di atas, ada hal lain yang

muncul tatkala membahas inovasi pendidikan yaitu kendala-kendala, faktor-faktor

seperti guru, siswa, kurikulum, fasilitas, dana, dan lingkup sosial masyarakat.

Berbicara mengenai inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah

invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar

baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (benda

yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan demikian, inovasi dapat

diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan kegiatan

(usaha) invention dan discovery. Ibrahim (1989) menyatakan bahwa inovasi

adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode

yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok

orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari invention atau discovery.

Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah

(Subandiyah 1992:80)

B. Pengertian Inovasi Pendidikan

Pembahasan mengenai inovasi (pembaruan) mengingatkan pada

istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu

yang benar-benar baru artinya hasil karya manusia. Discovery adalah

penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya). Dengan

demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru

dengan jalan melakukan kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam

kaitan ini inovasi dapat diartikan sebagai penemuan yang dapat berupa sesuatu

1

Page 2: Inovasi Pendidikan

ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi

seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Inovasi dapat berupa hasil dari

invention atau discovery. Inovasi dilakukan dengan tujuan tertentu atau untuk

memecahkan masalah (Subandiyah 1992:80).

Inovasi berasal dari kata latin innovation yang berarti pembaruan dan

perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya memperbarui dan mengubah.

Inovasi ialah suatu perubahan yang baru menuju ke arah perbaikan; yang lain

atau berbeda dari yang ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan

berencana. (Ihsan: 1991). Inovasi ialah suatu perubahan yang baru dan bersifat

kualitatif, berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk

meningkatkan kemampuan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu dalam

pendidikan. Istilah perubahan dan pembaruan ada perbedaan dan

persamaannya. Perbedaannya, kalau pada pembaruan ada unsur kesengajaan.

Persamaannya yakni sama–sama memiliki unsur yang baru atau lain dari

sebelumnya.

Kata “baru“ dapat juga diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima

atau dilaksanakan oleh si penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang

lain. Namun setiap yang baru itu belum tentu baik untuk setiap situasi, kondisi

dan tempat. Jadi inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang

dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok

orang (masyarakat), baik berupa hasil invention (penemuan baru) atau discovery

(baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau

untuk memecahkan masalah pendidikan.

Berdasarkan pengertian inovasi di atas, maka inovasi pendidikan dapat

diartikan sebagai suatu perubahan (baru), gagasan, dan bersifat kualitatif dalam

rangka memecahkan masalah pendidikan. Pembahasan tentang model inovasi

seperti model "Top-Down" dan "Bottom-Up" telah banyak dilakukan oleh para

peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi

pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar

mengajar. White (1988) menguraikan beberapa aspek yang berkaitan dengan

inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen

inovasi dan sistem pendekatannya. Kennedy (1987) juga membicarakan tentang

strategi inovasi mengemukakan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: power coercive

(strategi pemaksaan), rational empirical (empirik rasional), dan normative-re-

educative (pendidikan yang berulang secara normatif).

2

Page 3: Inovasi Pendidikan

Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaan berdasarkan

kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan

kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak,

ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi

yang sebenarnya di mana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang

peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan

perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya.

Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu

sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun

pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek

semata dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan

secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.

Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar

dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya

atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan

dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan

menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi

penggunanya. Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar

yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan

kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para

pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang

ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu,

yang telah digeluti berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang

demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang

pertama.

Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat

pelaksanaan inovasi tersebut. Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif

re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang

didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John

Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya, yang menekankan bagaimana

klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap,

keterampilan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia. Dalam

pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman pelaksana dan

penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali.

3

Page 4: Inovasi Pendidikan

Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di

sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan

perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan.

Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan

pada proses mendidik dibandingkan dengan hasil dari perubahan itu sendiri.

Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai

dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar

semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan

pelaksananya dapat tercapai.

Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi

tentang inovasi dengan memberikan berbagai macam definisi tentang inovasi

yang berbeda-beda. Definisi inovasi yang dikatakan oleh White (1987) yakni:

inovation more than change, although all innovations involve change. Inovasi itu

lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan.

Untuk mengetahui dengan jelas perbedaan antara inovasi dengan perubahan,

mari kita lihat definisi yang diungkapkan oleh Nichols (1983).

Change refers to " continuous reapraisal and improvement of existing practice which can be regarded as part of the normal activity ..... while innovation refers to .... Idea, subject or practice as new by an individual or individuals, which is intended to bring about improvement in relation to desired objectives, which is fundamental in nature and which is planned and deliberate.

Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi

(innovation) sebagaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu

kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam

perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang dianggap sebagai bagian

aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada

ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok

orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan. Setelah

membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan perubahan, maka

berikut ini akan diuraikan tentang kendala yang mempengaruhi pelaksanaan

inovasi pendidikan.

C. Kendala-kendala dalam Inovasi Pendidikan

Kendala-kendala yang mempengaruhi keberhasilan usaha inovasi

pendidikan menurut Subandiyah (1992:81) adalah:

4

Page 5: Inovasi Pendidikan

1. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi,

2. Konflik dan motivasi yang kurang sehat,

3. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak

berkembangnya inovasi yang dihasilkan,

4. Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi,

5. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi,

6. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

Untuk menghindari masalah-masalah tersebut di atas, dan agar mau

berubah terutama sikap dan perilaku terhadap perubahan pendidikan yang

sedang dan akan dikembangkan, sehingga perubahan dan pembaharuan itu

diharapkan dapat berhasil dengan baik, maka guru, administrator, orang tua

siswa, dan masyarakat umumnya harus dilibatkan

D. Penolakan (Resistance)

Setelah memperhatikan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan suatu

inovasi pendidikan, misalnya penolakan para guru tentang adanya perubahan

kurikulum dan metode belajar-mengajar, maka perlu kiranya masalah tersebut

dibahas. Namun sebelumnya, pengertian tentang resisten itu perlu dijelaskan

lebih dahulu. Menurut Cambridge International English Dictionary of English

bahwa resistance is to fight against (something or someone) to not be changed

by or refuse to accept (something). Berdasarkan definisi disimpulkan penolakan

(resistance) itu adalah melawan sesuatu atau seseorang untuk tidak berubah

atau diubah atau tidak mau menerima hal tersebut.

Ada beberapa hal mengapa inovasi sering ditolak atau tidak dapat

diterima oleh para pelaksana inovasi di lapangan atau di sekolah sebagai berikut:

1. Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam proses perencanaan, penciptaan

dan bahkan pelaksanaan inovasi tersebut, sehingga ide baru atau inovasi

tersebut dianggap oleh guru atau sekolah bukan miliknya, dan merupakan

kepunyaan orang lain yang tidak perlu dilaksanakan, karena tidak sesuai

dengan keinginan atau kondisi sekolah mereka,

2. Guru ingin mempertahankan sistem atau metode yang mereka lakukan saat

sekarang, karena sistem atau metode tersebut sudah mereka laksanakan

bertahun-tahun dan tidak ingin diubah. Di samping itu sistem yang mereka

miliki dianggap oleh mereka memberikan rasa aman atau kepuasan serta

5

Page 6: Inovasi Pendidikan

sudah baik sesuai dengan pikiran mereka. Hal senada diungkapkan pula Day

dkk (1987) di mana guru tetap mempertahankan sistem yang ada,

3. Inovasi yang baru yang dibuat oleh orang lain terutama dari pusat

(khususnya Depdiknas) belum sepenuhnya melihat kebutuhan dan kondisi

yang dialami oleh guru dan siswa. Hal ini juga diungkapkan oleh Munro

(1987) yang mengatakan bahwa mismatch between teacher's intention and

practice is important barrier to the success of the innovatory program,

4. Inovasi yang diperkenalkan dan dilaksanakan yang berasal dari pusat

merupakan kecenderungan sebuah proyek di mana segala sesuatunya

ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi ini bisa terhenti kalau

proyek itu selesai atau kalau financial dan keuangannya sudah tidak ada lagi.

Dengan demikian pihak sekolah atau guru hanya terpaksa melakukan

perubahan sesuai dengan kehendak para inovator di pusat dan tidak punya

wewenang untuk merubahnya,

5. Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat besar sehingga dapat menekan

sekolah atau guru melaksanakan keinginan pusat, yang belum tentu sesuai

dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.

Untuk mengatasi masalah dan kendala seperti diuraikan di atas, maka

berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan inovasi baru.

E. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Inovasi

Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-

faktor utama yang perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru,

siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan,

1. Guru

Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan

pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan

kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di

kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya

kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang dapat membentuk

kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode

mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar

individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang

terlibat dalam proses pendidikan seperti administrator, misalnya kepala sekolah

6

Page 7: Inovasi Pendidikan

dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru

itu sendiri.

Sehingga dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari

perencanaan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran

yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan

mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang

diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti diuraikan sebelumnya, karena

mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka adalah bukan

miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan

mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam

suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru

mempunyai peran yang luas seperti sebagai pendidik, sebagai orangtua, sebagai

teman, sebagai dokter, dan sebagi motivator (Wright 1987).

2. Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar

mengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar

mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan

intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul

dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa juga

dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan

mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari

perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan

merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan

konsekuen.

Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan

peran unsur-unsur lainnya,karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran,

pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai

guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai

dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak

saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi

resistensi seperti yang diuraikan sebelumnya.

3. Kurikulum

Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi

program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan

pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah

7

Page 8: Inovasi Pendidikan

dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar

mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum

memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan.

Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di

dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan

inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan

itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum

diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari

kedua-duanya akan berjalan searah.

4. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa

diabaikan dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar.

Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut

mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya

fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan

berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan

hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan.

Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu

diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, dan meja.

5. Lingkup Sosial Masyarakat

Menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung

terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif

maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat

secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam

pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya

mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta

didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan

tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak dilibatkan.

Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu

inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

F. Tujuan Inovasi Pendidikan

Tindakan mengatur kembali jenis dan mengelompokkan pelajaran, waktu,

ruang kelas, cara-cara menyampaikan pelajaran sehingga dengan tenaga, alat,

ruang dan waktu yang sama dapat dijangkau jumlah sasaran siswa yang lebih

8

Page 9: Inovasi Pendidikan

banyak dan dicapainya kualitas yang lebih tinggi merupakan contoh tindakan

inovatif. Karena besar dan kompleksnya permasalahan pendidikan sekarang,

apalagi pada masa mendatang, dan mengingat keterbatasan dana dan

kemampuan yang dimiliki, maka tindakan inovasi atau pembaruan sangatlah

diperlukan. Meskipun demikian, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa

sesuatu yang baru belum tentu baik, maksudnya belum tentu inovatif.

Tujuan utama inovasi adalah berusaha meningkatkan kemampuan, yakni

kemampuan dari sumber-sumber tenaga, uang, sarana dan prasarana, termasuk

struktur dan prosedur organisasi. Jadi keseluruhan sistem perlu ditingkatkan agar

semua tujuan yang telah direncanakan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Hal

ini harus didukung adanya rincian yang jelas tentang sasaran dan hasil-hasil

yang ingin dicapai, yang sedapat mungkin bisa diukur untuk mengetahui

perbedaan antara keadaan sesudah dan sebelum inovasi diadakan. Tujuan

inovasi pendidikan adalah meningkatkan efisiensi, relevansi, kualitas, dan

efektivitas sarana serta jumlah peserta didik sebanyak-banyaknya, dengan hasil

pendidikan sebesar-besarnya menurut kriteria kebutuhan peserta didik,

masyarakat dan pembangunan, dengan menggunakan sumber tenaga, uang,

alat dan waktu dalam jumlah yang sekecil-kecilnya.

Tahapan tujuan inovasi pendidikan yakni:

1. Mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi sehingga makin lama pendidikan Indonesia

makin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut,

2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah

bagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia

sekolah SD, SLTP, SLTA, dan PT,

3. Mengusahakan peningkatan mutu pendidikan yang dirasakan makin menurun

dewasa ini. Dengan sistem penyampaian yang baru, diharapkan peserta didik

menjadi manusia yang aktif, kreatif dan terampil memecahkan masalahnya

sendiri,

4. Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya.

G. Masalah-Masalah yang Menuntut Diadakannya Inovasi

Permasalahan yang melatarbelakangi pelaksanaan inovasi pendidikan

ialah:

9

Page 10: Inovasi Pendidikan

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengakibatkan

terjadinya kemajuan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial,

ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Sistem

pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di Indonesia belum mampu

mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan tersebut sehingga dunia

pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang

terampil kreatif dan aktif yang sesuai dengan tuntutan dan keinginan

masyarakat luas,

2. Pertambahan penduduk. Laju eksploitasi penduduk yang cukup pesat

tentunya menuntut adanya perubahan, sekaligus bertambahnya keinginan

masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang secara kumulatif menuntut

tersedianya sarana pendidikan yang memadai. Kenyataan tersebut

menyebabkan daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan sangat tidak

seimbang. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan bagaimana

relevansinya pendidikan dengan dunia kerja sebagai akibat tidak

seimbangnya antara output lembaga pendidikan dengan kesempatan yang

tersedia,

3. Meningkatnya animo masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih

baik. Karena kemajuan IPTEK sehingga mempengaruhi aspirasi masyarakat.

Mereka umumnya mendambakan pendidikan yang lebih baik, padahal di satu

sisi kesempatan itu sangat terbatas sehingga terjadilah kompetisi atau

persaingan yang sangat ketat, maka bermunculanlah sekarang sekolah-

sekolah favorit, plus, dan unggulkan,

4. Menurunnya kualitas pendidikan, karena belum mampu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat yang

sedang membangun,

6. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif serta belum tumbuhnya suasana

yang subur dalam masyarakat untuk mengadakan perubahan-perubahan

yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang akan datang,

Berdasarkan masalah-masalah di atas maka muncul beberapa hal yang

mempengaruhi inovasi pendidikan, yakni:

1. Visi terhadap pendidikan

10

Page 11: Inovasi Pendidikan

Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi manusia. Manusia sebagai

makhluk yang dapat dididik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia

dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Usaha dan tujuan

pendidikan dilandasi oleh pandangan hidup orang tua, lembaga-lembaga

penyelenggara pendidikan, masyarakat dan bangsanya. Manusia

Indonesia,warga masyarakat dan warga Negara yang lengkap dan utuh harus

dipersiapkan sejak anak masih kecil dengan upaya pendidikan. Tujuan

pendidikan diabdikan untuk kebahagiaan individu, keselamatan masyarakat, dan

kepentingan negara.

Pandangan hidup bangsa menjadi norma pendidikan nasional

keseluruhan. Seperti diketahui bahwa kehidupan ini selalu mengalami

pergeseran dan peningkatan serta perubahan sesuai dengan waktu, keadaan

dan kondisinya. Dengan demikian, pandangan dan harapan orang tua terhadap

pendidikan sekarang dapat berbeda dengan pandangan orang terhadap

pendidikan masa lampau atau waktu yang akan datang.

2. Faktor pertambahan penduduk

Pertambahan penduduk yang cepat merupakan faktor yang sangat

menentukan dan berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan pendidikan

sehingga menuntut adanya pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan.

Banyak masalah pendidikan yang berkaitan erat dengan meledaknya jumlah

anak usia sekolah, diantaranya :

a. Kekurangan kesempatan belajar, untuk mengatasinya dengan menciptakan

sistem pendidikan yang dapat menampung sebanyak mungkin anak-anak

usia sekolah,

b. Masalah kualitas pendidikan, untuk mengatasinya pemerintah berusaha

meningkatkan kemampuan guru lewat pelatihan, menambah fasilitas,

menambah dana pendidikan, mencari sistem mengajar yang tepat, dan

sistem evaluasi yang baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan

secara bertahap,

c. Masalah relevansi, dalam kondisi sekarang sangat dibutuhkan out put

pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat, terutama dalam

hubungannya dengan kesiapan kerja. Hal tersebut lebih jelas dengan

digulirkannya konsep link and macth yang salah satu tujuannya mengatasi

persoalan relevansi tersebut,

11

Page 12: Inovasi Pendidikan

d. Masalah efisiensi dan keefektifan, pendidikan diusahakan agar memperoleh

hasil yang baik dengan biaya dan waktu yang sedikit.

3. Perkembangan ilmu pengetahuan

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara akumulatif dan

semakin cepat jalannya, tetapi tidak harus diikuti dengan penambahan kurikulum

sekolah di luar kemampuan meskipun kondisi anak didik perlu diperhatikan.

Peserta didik pun tidak mungkin mampu mengikuti dan menguasai segenap

penemuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan.

4. Tuntutan adanya proses pendidikan yang relevan

Adanya relevansi antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat

atau dunia kerja. Pendidikan dapat diperoleh dari sekolah maupun dari luar

sekolah. Peranan pendidikan dan tingkat perkembangan manusia merupakan

faktor yang dominan terhadap kemampuan untuk menanggapi masalah

kehidupan sehari–hari. Tingkat kemajuan suatu bangsa juga dapat ditinjau dari

tingkat pendidikan rakyatnya. Semakin baik tingkat pendidikan masyarakat,

semakin maju pula bangsanya. Sebaliknya, semakin terpuruk dan rendahnya

pendidikan rakyatnya, jangan diharapkan bangsanya akan maju. Oleh karena itu,

tidak mengherankan bahwa negara-negara maju sangat memperhatikan usaha

pendidikan yang sesuai dengan kemajuan yang dicapai.

Sementara itu, di negara-negara yang sedang berkembang pendidikan

mulai lebih diperhatikan setelah dalam waktu yang cukup lama kurang terurus

sehingga masalah-masalah yang dihadapi pendidikan berlipat ganda dengan

kompleksitas yang sangat rumit. Pemecahan masalah–masalah pendidikan yang

kompleks itu dengan cara pendekatan pendidikan yang konvensional sudah

dianggap tidak efektif lagi. Karena itulah inovasi atau pembaruan pendidikan

sebagai perspektif baru dalam dunia kependidikan mulai dirintis sebagai alternatif

untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang belum dapat diatasi

dengan cara konvensional secara tuntas. Dengan demikian inovasi pendidikan

dilakukan untuk memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah

perkembangan dunia kependidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan

lebih pesat.

H. Perubahan dan Inovasi Pendidikan

Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat

dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan

12

Page 13: Inovasi Pendidikan

seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga

asing cenderung merupakan "Top-Down Inovation". Inovasi ini sengaja

diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau

pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha

untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan

diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan

memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan

bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.

Banyak contoh inovasi yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Proyek Perintis Sekolah Pembangunan ( PPSP)

Ada delapan IKIP yang ditugaskan untuk menyelenggarakan PPSP, yaitu

IKIP Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan

Ujung Pandang. PPSP adalah salah satu proyek dalam rangka program

pendidikan yang ditugaskan untuk mengembangkan satu sistem pendidikan

dasar dan menengah yang:

a. Efektif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan individu yang

diwujudkan melalui program-program pendidikan yang sesuai,

b. Merupakan dasar bagi pendidikan seumur hidup,

c. Efisiensi dan realistis sesuai dengan tingkat kemampuan pembiayaan oleh

keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Sesuai dengan tugas-tugas yang diemban itu, maka Badan Penelitian

dan Pengembangan Kebudayaan (BP3K) memilih modul sebagai satu sistem

penyampaian pada delapan PPSP dengan alasan:

Tujuan pengajaran modul, yaitu:

a. Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien,

b. Menjadikan siswa aktif dalam belajar,

c. Siswa dapat mengikuti pelajaran (program pendidikan) sesuai dengan

kemampuan masing-masing,

d. Siswa dapat mengetahui hasil pelajaran secara berkelanjutan.

Ada empat prinsip pengajaran modul yang perlu mendapat perhatian:

a. Keaktifan siswa,

b. Perbedaan individual siswa,

c. Siswa harus memecahkan masalah (problem solving),

13

Page 14: Inovasi Pendidikan

d. Continuous progress.

Peran guru sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar di kelas, yaitu:

a. Memberikan penjelasan kepada para siswa mengenai modul itu sebelum

mereka mulai mengerjakan,

b. Mengawasi kegiatan belajar siswa selama pelajaran berlangsung,

c. Memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa sesuai dengan

perbedaan masing-masing siswa,

d. Memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa,

e. Menentukan program yang akan diikuti siswa selanjutnya.

Siswa sebagai pelaksana petunjuk tertulis dalam modul yaitu sebagai

pembaca, pemikir, penemu, dan pemecah masalah.

2. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 disetujui oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk

secara nasional dilaksanakan berahap mulai tahun pengajaran 1976 dengan

catatan, bahwa bagi sekolah-sekolah yang menurut penilaian kepala perwakilan

telah mampu, diperkenankan melaksanakannya mulai tahun 1975. Ciri-ciri

khusus kurikulum 1975 sebagai berikut:

a. Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan,

b. Menganut pendekatan yang integratif,

c. Pendidikan Moral Pancasila dalam kurikulum ini pencapaiannya juga

menyangkut IPS dan pendidikan agama,

d. Menekankan pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, daya dan

waktu yang tersedia,

e. Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program

pengajaran yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem

Instruksional (PPSI),

f. Organisasi pelajaran meliputi : agama, bahasa, matematika, IPS, kesenian,

olahraga dan kesehatan, keterampilan di samping Pendidikan Moral

Pancasila yang tujuannya untuk mencapai sinkronisasi dan integrasi

pelajaran yang sekelompok,

g. Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar

mengajar sebagai suatu sistem yang meliputi komponen-komponen tujuan

14

Page 15: Inovasi Pendidikan

pembelajaran, bahan pembelajaran, alat pembelajaran, alat evaluasi, dan

metode pembelajaran,

h. Sistem evaluasi, dilakukan penilaian murid-murid pada setiap akhir satuan

pembelajaran terkecil dan memperhitungkan nilai-nilai yang dicapai murid

pada setiap akhir satuan pembelajaran.

Prinsip-prinsip yang melandasi:

a. Fleksibelitas program,

b. Efisiensi dan efektivitas,

c. Berorientasi pada tujuan,

d. Kontinuitas,

e. Pendidikan seumur hidup.

Sedangkan tujuan utama Kurikulum 1975 adalah untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional. Mutu suatu hasil pendidikan dapat dianggap tinggi

apabila kemampuan pengetahuan dan sikap yang dimiliki para lulusan berguna

bagi perkembangan. Selanjutnya, baik di lembaga pendidikan yang lebih tinggi

(bagi yang melanjutkan) maupun yang menjadi tenaga kerja di masyarakat.

Sedangkan metode penyampaian kurikulum 1975 ini berdasarkan PPSI

(Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional) yang dikembangkan melalui MSP

(Model Satuan Pelajaran) bahan PBM itu sebagai suatu sistem senantiasa harus

diarahkan kepada pencapaian tujuan.

3. Proyek Pamong

Proyek ini merupakan program pendidikan bersama antara pemerintah

dengan INNOTECH, yaitu lembaga yang didirikan oleh badan kerjasama

menteri-menteri pendidikan Asia Tenggara. Pamong singkatan dari Pendidikan

Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru. Proyek Pamong diadakan dengan

latar belakang bahwa hampir separo dari jumlah anak-anak di Asia Tenggara

tidak dapat menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Dasar. Tujuan dari proyek

Pamong, yaitu:

a. Membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan

sekolah, atau membantu siswa yang drop out,

b. Membantu anak–anak yang tidak mau terikat oleh tempat dan waktu dalam

belajar,

15

Page 16: Inovasi Pendidikan

c. Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid

dapat menjadi 1 : 200. Pada SD biasa 1 : 40 atau 1 : 50,

d. Dengan meningkatkan pemerataan kesempatan belajar, dengan pembiayaan

yang sedikit dapat ditampung sebanyak mungkin siswa.

Tujuan proyek ini untuk menemukan alternatif sistem penyampaian

pendidikan dasar yang bersifat efektif, ekonomis dan merata yang sesuai dengan

kondisi kebanyakan daerah di Indonesia. Jadi sistem pamong ini

anak-anak/siswa dapat belajar sendiri dengan bimbingan tutor/anggota

masyarakat, serta orang tua. Pengajaran yang diberikan menghasilkan

kesanggupan anak.

4. SMP Terbuka

SMP terbuka adalah sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama, yang

kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggarakan di luar gedung sekolah

dengan cara penyampaian pelajaran melalui berbagai media, dan interaksi yang

terbatas antara guru dan murid. Latar belakang pendirian SMPT adalah:

a. Kekurangan fasilitas pendidikan dan tempat belajar,

b. Tenaga pendidikan yang tak cukup,

c. Memperluas kesempatan belajar dalam rangka pemerataan pendidikan,

d. Menanggulangi anak terlantar yang tidak diterima di SMP Negeri.

Dalam penyelenggaraannya SMPT berinduk ke SMP Negeri atau Swasta

yang ditunjuk sebagai SMP Induk. Ciri – ciri SMPT:

a. Terbuka bagi siswa tanpa pembatasan umur dan tanpa syarat–syarat

akademis yang ketat,

b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal, untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis,

insidental dan perorangan,

c. Terbuka dalam proses belajar mengajar tidak selalu diselenggarakan di

ruang kelas secara tatap muka, melainkan dapat juga melalui media, seperti

radio, media cetak, kaset, slide, model dan gambar-gambar,

d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia

oleh siswa,

e. Terbuka dalam pengelolaan sekolah.

16

Page 17: Inovasi Pendidikan

Tugas SMPT untuk memperluas kesempatan belajar dalam rangka

pemerataan pendidikan bagi lulusan SD atau sederajat , atau siswa SMP yang

putus sekolah.

5. Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1974 tentang REPELITA II, bagian

III Bab XXII tercantum pola dasar KKN dan pengertiannya. KKN adalah salah

satu bentuk pengintegrasian antara pengabdian pada masyarakat dengan

pendidikan dan penelitian, yang terutama oleh mahasiswa dengan bimbingan

perguruan tinggi dan pemerintah daerah, dilaksanakan secara interdisipliner dan

intrakurikuler. Atau lebih konkretnya KKN adalah kegiatan perkuliahan dalam

bentuk pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan program pendidikan

perguruan tinggi secara keseluruhan. Ada empat komponen penting dalam KKN :

a. Sebagai kegiatan penalaran,

b. Sebagai aktivitas penelitian,

c. Mengandung unsur pengembangan,

d. Pengabdian pada masyarakat.

6. Universitas Terbuka

Sebagai upaya meningkatkan daya tampung perguruan tinggi maka

pemerintah (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) mendirikan Universitas

Terbuka (UT).Sistem belajar UT menyediakan pelayanan pendidikan dengan

Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ). Kegiatan belajar mengajar di UT meliputi

kegiatan belajar mengajar mandiri (kegiatan belajar utama mahasiswa), kegiatan

belajar kelompok antar mahasiswa (merupakan kegiatan belajar tambahan) dan

kegiatan belajar tatap muka antara mahasiswa dan tutor.

7. Radio Pendidikan

Tujuannya radio pendidikan:

a. Menunjang penataran tatap muka yang diselenggarakan oleh Proyek

Pembinaan Sekolah Dasa,

b. Memperkaya sumber belajar maupun bahan-bahan penataran yang ada,

menjaga kesinambungan pembinaan kemampuan, serta memantapkan

penataran yang telah diikuti oleh para guru di lapangan.

17

Page 18: Inovasi Pendidikan

c. Meningkatkan penyebaran penataran guru secara lebih merata cepat ke

daerah-daerah yang sukar dijangkau secara fisik,

d. Mendorong tercapainya prinsip belajar seumur hidup bagi guru,

e. Menjalin terpeliharanya kontak antar sesama guru, dan antara guru dengan

sumber belajar, dalam hal ini para pengasuh siaran radio pendidikan.

8. Televisi Pendidikan

Tujuan televisi pendidikan adalah untuk mengembangkan program-

program pendidikan luar sekolah dengan cara menyebarkan pesan-pesan yang

tematis agar masyarakat memiliki pengetahuan dan sikap yang tepat, khususnya

mengenai pendidikan kesejahteraan keluarga, pendidikan mata pencaharian,

dan pendidikan alam dan lingkungan hidup.

9. Sekolah Unggulan

Kelahiran sekolah unggulan termasuk SMU plus dan yang bercirikan

unggulan lainnya pada dasarnya tidak terlepas dari upaya peningkatan dan

pengembangan kualitas sumber daya manusia. Salah satu tujuan sekolah unggul

adalah menjaring dan sekaligus mengembangkan kader bangsa yang baik,

sehingga memiliki kelebihan dalam berbagai aspek dibandingkan kader-kader

bangsa pada umumnya sehingga mampu mengantisipasi dan menjawab

berbagai tantangan zaman.

10. Kurikulum 1984

Ketentuan–ketentuan Kurikulum 1984 yakni:

a. Sifatnya content based curriculum,

b. Pada SD program pengajarannya 11 bidang studi,

c. Untuk SMP menjadi 12 bidang studi,

d. Untuk SMA menjadi 15 bidang studi program inti dan 4 bidang studi untuk

program pilihan.

11. Kurikulum 1994

Ketentuan-ketentuan Kurikulum 1994 yakni:

a. Sifatnya objectif based curricullum,

b. Nama SMP diubah menjadi SLTP dan SMA menjadi SLTA,

c. Mata pelajaran PSBB dihapus,

18

Page 19: Inovasi Pendidikan

d. Pada SD dan SLTP disusun dalam 13 mata pelajaran,

e. Program pelajaran SMU disusun dalam 10 mata pelajaran,

f. Penjurusan SMA / SMU dilakukan di kelas II, terdiri dari program IPA, IPS

dan Pengetahuan Bahasa.

Ketika reformasi bergulir tahun 1998 kurikulum 1994 mengalami

penyesuaian dalam rangka mengakomodasi tuntutan masyarakat pendidikan

sehingga munculnya istilah suplemen kurikulum 1994 yang lahirnya pada tahun

1999. Pada saat ini ada penyesuaian isi utamanya mata pelajaran PPKN,

Sejarah, dan beberapa mata pelajaran lainnya. Bahkan pada tahun 2003 lahir

Undang-Undang Pendidikan no 20. tahun 2003 yang disiapkan untuk mengganti

Undang-Undang Pendidikan no.2 tahun 1989 yang disebut dengan Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK).

12. Kurikulum 2004

Kurikulum tahun 2004 ini disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi,

diharapkan kurikulum ini mampu menjawab problematika seputar rendahnya

mutu pendidikan dewasa ini. Karena itu dalam KBK peserta didik diarahkan untuk

menguasai sejumlah kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Ketentuan KBK mengarah sebagai berikut :

a. Bersifat competency based curricullum,

b. Penyebutan SLTP kembali menjadi SMP dan SMU menjadi SMA,

c. Program pengajaran SD ada 7 mata pelajaran,

d. Program pengajaran SMP ada 11 mata pelajaran,

e. Program pengajaran SMA ada 17 mata pelajaran,

f. Penjurusan SMA dimulai kelas ii, terdiri dari Ilmu Alam, Sosial, dan Bahasa.

Beberapa kritikan terhadap kurikulum ini terjadi kendatipun telah

dilakukan pilot project di beberapa daerah, yakni:

a. Masih sarat dengan materi, guru dikejar –kejar dengan materi yang banyak

seperti Kurikulum 1994,

b. Pemerintah terlalu intervensi terhadap kewenangan sekolah dan guru dalam

pengembangan kurikulum tersebut,

c. Masih belum jelas (bias) pengertian kompetensi sehingga ketika diterapkan

pada SKL belum terlalu aplikatif,

19

Page 20: Inovasi Pendidikan

d. Adanya sistem penilaian yang belum begitu jelas dan terukur.

13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP merupakan kelanjutan atau revisi dan pengembangan dari

kurikulum berbasis kompetensi atau KBK. KTSP lahir karena masih dianggap

sarat dengan beban belajar dan pemerintah pusat (Depdiknas) masih dipandang

banyak intervensi dalam pengembangan kurikulum, karena itulah dalam KTSP

beban belajar siswa sedikit dikurangi. Diharapkan Kepala Sekolah, guru, dan

Komite satuan pendidikan diberi kewenangan penuh membuat kurikulum tingkat

satuan pendidikan masing–masing dengan standar yang sudah ada.

Justru tugas kepala Satuan Pendidikan berupaya membuat KTSP

masing–masing dengan mengembangkan kurikulum mereka sesuai dengan

karakteristiknya, begitu juga membuat indikator, silabus, serta RPP dan

komponen kurikulum lainnya. Bagi Madrasah tentunya menyesuaikan ciri

khasnya madrasah yaitu ciri khas agama Islam dengan melaksanakan

pendidikan agama Islam dengan kelompok mata pelajaran adalah Aqidah

Akhlak, Fiqh, Qur’an Hadits, dan SKI dan ditambah Bahasa Arab.

14. Pendidikan Pramuka untuk Transmigrasi

Proyek ini dimulai sejak tahun 1970 di Jombang Jawa Timur. Tujuannya

adalah menjadikan penduduk desa agar menaruh minat terhadap pembangunan

dan mengurangi minat penduduk untuk pindah ke kota. Mereka yang mendapat

pendidikan pramuka adalah para pemuda yang berumur antara 6–25 tahun yang

diminta agar bersedia bertransmigrasi ke luar Jawa. Latihan yang diberikan di

bidang peternakan, pertanian, irigasi, panen padi serta mengolah dan menjual

beras.

15. Pusat Kegiatan Belajar

Proyek PKB ini dimulai pertengahan tahun 1973. Teknik yang digunakan

adalah pengajaran klasikal dengan menggunakan alat-alat audio visual,

ceramah, kerja kelompok, bimbingan dan penyuluhan serta pengajaran melalui

pemancar radio lokal.

16. BUTSI (Badan Usaha Tenaga Sukarela Indonesia)

20

Page 21: Inovasi Pendidikan

Proyek ini dimulai tahun 1969 dengan mengerahkan 30 sukarelawan

yang tinggal di desa selama 2 tahun. Tujuannya mempertahankan dan

memperkuat gotong royong di kalangan generasi muda.

17. Proyek Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan dan Kebudayaan

Proyek ini dimulai tahun 1970 dengan menyempurnakan statistik

pendidikan. Selanjutnya tahun 1972 secara intensif mengumpulkan statistik

pendidikan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

18. SESPA

Proyek SESPA dimulai tahun 1970, dengan tujuan tercapainya pengertian

administrasi dan manajemen. Para peserta SESPA adalah tenaga senior

golongan IV yang berusia 35–48 tahun.

19. PROPIDA

Proyek ini sebagian biayanya dibiayai oleh Ford Foundation dengan

jangka waktu 2 tahun, berkantor di Padang dan Surabaya ditangani oleh bagian

perencanaan Kanwil Depdikbud. Tujuannya terjaminnya hubungan dan

kerjasama sebagai perwujudan dari model perencanaan pendidikan secara

integral.

20. Pendidikan agama berwawasan multikultural

Indonesia adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari beragam agama,

budaya sosial dan etnis. Di satu sisi merupakan kekuatan di satu sisi berpotensi

terjadinya konflik. Pendidikan ini melalui pendekatan perencanaan sosial.

Diharapkan akan mampu melayani kebutuhan agama anak didik dan

harmonisasi berbagai pemeluk agama. Tujuannya adalah menanamkan

keyakinan, penghayatan, menghargai agama masing-masing, dan

menyampaikan pesan-pesan agama melalui kurikulum pendidikan agama.

I. Inovasi Pendidikan di Sekolah

Inovasi harus berlangsung di sekolah guna memperoleh hasil yang

terbaik dalam mendidik siswa. Ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah

adalah guru. Oleh karena itu guru harus mampu menjadi seorang yang inovatif

guna menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik. Inovasi yang

21

Page 22: Inovasi Pendidikan

dilakukan guru pada intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan

di kelas. Kunci utama yang harus dipegang guru adalah bahwa setiap proses

atau produk inovatif yang dilakukan dan dihasilkannya harus mengacu kepada

kepentingan siswa.

Gambar 1 Skematik Inovasi Pendidikan di Sekolah

Kreativitas adalah penyatuan pengetahuan dari berbagai bidang

pengalaman yang berlainan untuk menghasilkan ide-ide baru dan lebih baik. Hal

yang dilakukan seorang guru dalam membangun kreativitas, yaitu dengan

mengikuti langkah proses kreatif, yakni:

1. Penemuan masalah,

2. Persiapan,

3. Pengendapan,

4. Wawasan,

5. Taktik.

Beberapa hal yang perlu dibangun oleh guru dalam mengembangkan

kreativitas, yakni:

1. Imajinasi harus dimunculkan secara intensif,

2. Keleluasaan dan kebebasan dalam pikiran,

3. Keunikan/aneh,

4. Hubungan antara objek akan melahirkan ide-ide.

22

Page 23: Inovasi Pendidikan

Karena itu guru harus memiliki kompetensi (pedagogi, profesional,

individual, dan sosial) agar dapat melaksanakan beberapa hal berikut ini dengan

efisien dan efektif:

1. Planning instruction,

2. Implementing instructions,

3. Performing administrative duties,

4. Communicating,

5. Development personal skills,

6. Developing pupil self.

Guru dalam membuat inovasi di kelas harus dapat melaksanakan

penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah tindakan yang

dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mengajarnya sendiri atau koleganya,

dan untuk menguji asumsi teori dalam praktik. Prosedur pengembangan fokus,

perumusan dan persiapan, pelaksanaan dan metode pengumpulan data, analisis

data dan refleksi, perencanaan kembali. Pada prinsipnya pelaksanaan penelitian

tindakan kelas haruslah memperhatikan:

1. Metode tidak mengganggu komitmen mengajar,

2. Pengumpulan data tidak menambah waktu guru,

3. Metodologi menyesuaikan dengan situasi kelas,

4. Masalah sendiri di kelas,

5. Prosedur etik,

6. Fokus terhadap kegiatan (semua komponen).

J. Kontribusi Inovasi Pendidikan Bagi Kemajuan Dunia Pendidikan di

Indonesia

Adanya inovasi-inovasi di bidang pendidikan diharapkan membawa

kemajuan bagi dunia pendidikan di Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk

memecahkan masalah pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia

pendidikan yang lebih memberikan harapan kemajuan lebih pesat. Dalam hal ini

diharapkan dapat terjadi:

1. Pembaruan pendidikan sebagai tanggapan baru terhadap masalah-masalah

pendidikan. Masalah–masalah yang perlu dipecahkan melalui inovasi

pendidikan adalah:

23

Page 24: Inovasi Pendidikan

a. Kurang meratanya pelayanan pendidikan;

b. Kurang serasinya kegiatan belajar dengan tujuan;

c. Belum efisien dan ekonomisnya pendidikan;

d. Belum efektif dan efisiennya sistem penyajian;

e. Kurang lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan;

f. Kurang dihargainya unsur kebudayaan nasional;

g. Belum kokohnya kesadaran, identitas dan kebanggaan nasional;

h. Belum tumbuhnya masyarakat yang gemar belajar.

i. Belum tersebarnya paket pendidikan yang memikat, mudah dicerna dan

mudah diperoleh.

j. Belum meluasnya kesempatan kerja pembuatan dan pemanfaatan teknologi

komunikasi, software, dan hardware.

2. Inovasi pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan pendekatan yang

lebih efektif dan ekonomis

Pembaruan pendidikan dilakukan dalam upaya “problem solving“ yang

dihadapi dunia pendidikan yang selalu dinamis dan berkembang. Adapun sifat

pendekatan yang diperlukan untuk pemecahan masalah pendidikan yang

kompleks dan berkembang itu harus berorientasi pada hal–hal yang efektif dan

murah, serta peka terhadap timbulnya masalah-masalah baru di dalam

pendidikan.

K. Penutup

Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau

diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau kelompok orang

(masyarakat), baik berupa hasil invention (penemuan baru) atau discovery (baru

ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk

memecahkan masalah pendidikan. Tujuan inovasi pendidikan yaitu:

1. Mengejar ketinggalan–ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan- kemajuan

ilmu dan teknologi sehingga makin lama pendidikan di Indonesia makin

berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut,

2. Mengusahakan terselenggaranya pendidikan sekolah maupun luar sekolah

bagi setiap warga negara. Misalnya meningkatkan daya tampung usia

sekolah SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

Masalah–masalah yang menuntut diadakan inovasi yakni:

24

Page 25: Inovasi Pendidikan

1. Perkembangan ilmu pengetahuan,

2. Laju eksploitasi penduduk,

3. Melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan,

4. Mutu pendidikan yang dirasakan menurun,

5. Kurang adanya relevansi antara pendidikan dan kebutuhan masyarakat,

6. Belum mekarnya alat organisasi yang efektif.

Berbagai upaya inovasi pendidikan, yakni: PPSP, Kurikulum 1975, Proyek

Pamong, SMP Terbuka, KKN, UT, Radio Pendidikan, Televisi Pendidikan,

Sekolah Unggulan, Kurikulum, 1984, 1994, 2004, KTSP, Pendidikan Pramuka

untuk Transmigrasi, Pusat Kegiatan Belajar, BUTSI (Badan Usaha Tenaga

Sukarela Indonesia), Proyek Pengembangan Sistem Informasi Pendidikan dan

Kebudayaan, SESPA, PROPIDA, Pendidikan agama berwawasan multikultural.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam inovasi adalah guru, siswa,

kurikulum, fasilitas dan lingkup sosial masyarakat. Dengan adanya inovasi-

inovasi di bidang pendidikan diharapkan membawa kemajuan bagi dunia

pendidikan di Indonesia, sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah

pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih

memberikan harapan kemajuan lebih pesat. Kendala-kendala dalam inovasi

pendidikan yaitu perkiraan yang kurang tepat, adanya konflik dan motivasi yang

kurang sehat, lemahnya berbagai faktor penunjang, adanya penolakan serta

kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, S. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Hamzah, H. 2007. Profesi Kependidikan Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Ihsan, F. 2003. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Massofa. 2008. Perlunya Pembaharuan Pendidikan di Tingkat Makro dan Mikro, (Online), (http://massofa.wordfress.com, diakses 5 Desember 2008).

Noor, I. H. M. 2001. Sebuah Tinjauan Teoritis Tentang Inovasi Pendidikan di Indonesia, (Online), (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/ No_026/sebuah_tinjauan_teoritis_Idris.htm, diakses 25 Desember 2008).

25

Page 26: Inovasi Pendidikan

Pengelola Perkuliahan Online Inovasi Pendidikan. 2008. Pengantar Inovasi Pendidikan, (Online), (http://tik.kuliahinovasipendidikan.co.cc, diakses 8 Desember 2008).

Pidarta, M. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanaky, H. A. H. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Islam, (Online), (http://educare.e;fkipunla.net, diakses 29 November 2008).

Semiawan, 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.

Sismanto. 2007. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Manajemen Berbasis Sekolah, (Online), (http://sismanto.multiply.com, diakses 29 November 2008).

Subandijah. 1992. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudrajat, A. 2008. 6 Mitos tentang Kreativitas, (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses 8 Desember 2008).

Suparno, P. Reformasi Pendidikan Sebuah Rekomendasi . Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Syaban, M. 2008. Proses Asesmen, (Online), (http://educare.e;fkipunla.net, diakses 29 November 2008).

Tilaar, H. A. R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta.

26