Page 1
i
INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MADRASAH IBTIDAIYAH KABUPATEN MAGELANG
(STUDI MULTI SITUS PADA MI AL-ISLAM TONOBOYO
BANDONGAN, MI AL- FALAH KALIANGKRIK DAN MIN
KRINCING SECANG TAHUN 2014-2015)
Disusun oleh
ISLAMIYAH
NIM.MI.13.023
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SALATIGA
2015
Page 4
iv
ABSTRAK
Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten
Magelang (Studi Multi situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan,
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Secang) tahun ajaran 2014- 2015”
Madrasah Ibtidaiyah didirikan masyarakat sebagai lembaga pendidikan
Islam dipercaya sebagai lembaga pendidikan tafaquhudin. Setelah lahir SKB tiga
menteri tahun 1975 semakin mengokohkan kedudukan madrasah sebagai lembaga
pendidikan tingkat dasar yang secara formal sejajar dengan sekolah dasar. Dengan
muatan kurikulumnya 70% pendidikan umum dan 30% pendidikan agama.
Namun dalam kenyataanya animo masyarakat terhadap madrasah
ibtidaiyah rendah. Mereka lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar
dengan alasan pendidikan umumnya lebih maju. Sedangkan di MI serba tanggung,
pendidikan umumnya tidak matang dan pendidikan agamanya tidak matang.
Padahal dalam kenyataanya madrasah ibtidaiyah juga melakukan beberapa
inovasi untuk mempertahankan eksistensinya, terutama inovasi dalam pendidikan
agama Islam. Sehingga peneliti terusik klebih jauh untuk melakukan penelitian
lebih jauh tentang inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan madrasah
ibtidaiyah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara madrasah ibtidaiyah di
Kabupaten Magelang dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam,mengetahui implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan agama Islam
dan implikasinya terhadap lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah di Kabupaten
Magelang pada tahun 2014/2015.
Adapun Pendekatan Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.Teknik
pengumpulan data yang penulis lakukan adalah teknik wawancara, observasi dan
angket.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang
(MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al- Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing
Secang) dalam melakukan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai
dengan melakukan inovasi pada Kurikulum yang digunakan dengan menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter atau disingkat KTSP
Berkarakter. (2) implementasi inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang dilakukan tidak hanya inovasi pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas
tetapi juga pembelajaran pendidikan yang dilakukan diluar kelas. Di samping itu
juga melalui pembiasaan setiap hari,penerapan pelaksanaan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari- hari. Hal itu merupakan penerapan inovasi pembelajaran (3)
Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilakukan
madrasah ibtidaiyah tersebut adalah semakin kuatnya kepercayaan masyarakat untuk
menitipkan anaknya di madrasah ibtidaiyah.
Page 5
v
ABSTRACT
Title: The innovation of Islamic Education Learning at Madrasah Ibtidaiyah in
Magelang Rgency (Multi Situs Study at The Al Islam Islamic Elementaary School
in Tonoboyo Bandongan, Al Falah Islamic Elementary School in Kaliangkrik, and
State Islamic Elementary Schol inf Krincing Secang) on 2014- 2015”
The background of the problem is the moslem society prefer enter the
children in the elementary school to enter the children in the Islamic elementary
school. Actually the Islamic elementary school that innovate the Islamic education
learning to defense their excistence.
The aim of this research are to know how the Islamic elementary School in
Magelang Regency innovate Islamic education learning , implementation of
Islamic education learning innovation and the implication to Islamic elementary
school in Magelang Rgency on 2014/2015.
The approach of this research is qualitative approach , qualitative
description method by observe the research object and interview to the
headmaster of islamic elementery school and the teachers. The researcher collect
their data by interview methode, document methode and document methode. So
the analis data methode don’t use statistic but use discriptive analitic.
The conclusion of this research are the islamic elementary schools in
Magelang regency start innovation of curiculum which known by “ Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter”. The implementation of the innovation of
islamic education learning is the learning don’t only in the classroom but also
outside the classroom such as in the mosque or in the school environment.
Besides by aplication Islamic education habits everyday. The impication of the
Islamic education learning is the society more interest and believe to take the
children study in Islamic elementary school in Magelang Regency.
Page 6
vi
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT,Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang
kepada seluruh umat-Nya yang telah melimpahkan taufik serta hidayah-Nya.
Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, yang telah merubah zaman kegelapan (jahiliah) menjadi zaman yang
terang benderang dengan manusia yang berakhlak melalui ajaran agama Islam
yang dibawanya, serta syafaatnya senantiasa kita harapkan di hari kiamat
kemudian.
Atas pancaran ilmu-Nya yang dianugerahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Agama Islam di
Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Magelang (Studi Multi situs Madrasah
Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah
Kaliangkrik, dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014-
2015)”, dengan baik, dan lancar. Semua ini tidak lain adalah atas pertolongan
dari Allah SWT.
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Dr.Imam Sutomo, M.Ag.. selaku pembimbing yang penuh dengan
keihlasan, kesabaran dan kejelian untuk memberikan bimbingan dan
arahan sampai terselesainya penyusunan tesis ini.
Page 7
vii
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Pascasarjana IAIN Salatiga yang
telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
5. Bpk. Rozib Sulistio, M.Pd.I (Kepala MI Al-Islam dan guru-guru MI Al-
Islam Tonoboyo), Bapak Fadhoil, S.Ag. (Kepala Al-Falah Kaliangkrik
beserta guru ), Bapak Drs. Tahsin, M.Pd.I selaku Kepala MIN Krincing
Secang beserta seluruh dewan guru, karyawan dan peserta didiknya yang
telah memberikan kesempatan dan bantuan demi terselesainya penelitian
kepada penulis.
6. Seluruh pihak yang telah terlibat dalam penyusunan tesis ini.
Penulis meyadari bahwa semua itu adalah kekurangan dari diri pribadi
penulis, dengan ini mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
seluruh pembaca untuk menjadi yang lebih baik.
Penulis berharap semoga Tesis ini memberikan kemanfaatan dan
kemaslahatan khususnya pada diri pribadi penulis dan pembaca serta dalam
ilmu pendidikan secara umum. Amin ya robbal’alamin.
Salatiga, 19 Agustus 2015
Penulis,
Islamiyah, S.Ag.
NIM M .I 13.023
Page 8
viii
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tuaku, yang telah membesarkan dan mendidikku hingga aku dewasa;
2. Suami dan buah hatiku yang selalu menyayangi dan memotivasi aku;
3. Rekan- rekan guru madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dan rekan- rekan
guru pada umumnya.
4. Kepada teman-teman PPs IAIN salatiga angkatan 2013 yang saya cintai.
5. Seluruh pembaca yang budiman.
Page 9
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .. ................................................................................. iii
ABSTRAK....................................................................................................... ........... iv
KATA PRAKATA ..................................................................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ ........... vii
PERSEMBAHAN................................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Balakang Masalah ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah. ..................................................................... 6
C. Tujuan dan manfaat penelitian .................................................... 7
D. Kajian Pustaka ............................................................................ 8
E. Metode Penelitian ....................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 22
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 24
A. Pendidikan Agama islam di Madrasah Ibtidaiyah .................. 24
1. Sejarah Madrasah setelah SKB tiga Menteri. .................... 24
2. Pendidikan Agama islam .................................................. 28
B. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah
Ibtidaiyah .............................................................................. 35
1. Pengertian Inovasi ..................................................... 35
2. Inovasi Kurikulum.............. ...................................... 35
3. Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Berkarakter. 36
4. Kurikulum 2013....................................................... 42
5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI 43
Page 10
x
BAB III HASIL PENELITIAN PENELITIAN .............................................
A. Gambaran MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan............ ............... . 55
1. Sejarah Berdirinya MI Al- Islam Tonoboyo.............................. 55
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Islam Tonoboyo....................... 56
3. Kondisi Obyektif Madrasah....................................................... 59
a. Kondisi Obyektif Bangunan.....................................................59
b. Fasilitas yang Dimiliki..............................................................60
c. Tenaga kependidikan................................................................60
d. Keadaan Siswa.........................................................................61
B. Gambaran obyek MI Al-Islam Tonoboyo
1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo............. 62
2. Penilaian Pengembangan Diri MI Al-Islam Tonoboyo....... ..67.
a. KKM mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam MI Al-
IslamTonoboyo ........................................................68
b. Kriteria kenaikan Kelas dan.Kelulusan...................................69
C. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik
1. Sejarah berdirinya MI Al-Falah kaliangkrik...................................71
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah Kaliangkrik.............................74
3. Kondisi Obyektif Madrasah
a. .Sarana dan Prasarana .............................................................75
b. Keadaan Siswa ................................................................ 76
c. Tenaga kependidikan ....................................................... 76
d. Identitas Madrasah
a. Gambaran Obyek MI Al-Falah
1. Muatan dan Struktur Kurikulum ............................................. 79
2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MI Al-Falah ............................ .82
Page 11
xi
3. Penilaian Pembelajaran PAI di MI Al-Falah ............................ 83
a. KKM Mapel PAI di MI Al-Falah ............................... 84
b. Kriteria Kegiatan Pengembangan Diri ....................... 84
E. Gambaran Umum MIN Krincing
1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang ...................... . 84
2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah ...................................... 89
3. Kondisi Obyektif Madrasah
a. Sarana dan Prasarana MIN Krincing .......................... 91
b. Keadaan Siswa .......................................................... 92
F. Gambaran Obyek Penelitia MIN Krincing............................. 93
1. MuatanKurikulum MIN Krincing Secang........................... 93
2. Kegiatan Pembelajaran PAI di MIN Krincing Secang ...... 97
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang ............... 109
B. Implementasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten
Magelang ........................................................................................ 129
C. Implikasi Inovasi Pembelajaran PAI di MI Kabupaten Magelang.. 144
BAB V PENUTUP .............................................................................................145
1. Simpulan................................................................................................... 145
2. Saran.........................................................................................................152
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 154
LAMPIRAN.............................................................................................157
BIOGRAFI PENULIS............................................................................ 165
Page 12
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo................................... ....60
1.2 Nama Guru dan Karyawan MI Al-Islam Tonoboyo ...............................61
1.3 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Isla....................................68
1.4 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MI Al-Islam..............................69
1.5 Kriteria Ketuntasan Minimum Mapel PAI MI Al-Islam ....................... 70
1.6 KKM Mapel PAI MI Al-Islam semester gena ..................................... .71
2.1 Tenaga Kependidikan MI Al-Falah Kaliangkrik... .................................81
2.2 Struktur Kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik... ..............................81
2.3 KKM Mapel PAI MI AL-Falah Kaliangkrik ..........................................90
2.4 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah
Kaliangkrik...............................................................................................90
2.5 Alokasi Waktu Kegiatan Pengembangan Diri MI al-Falah
Kaliangkrik...............................................................................................90
3.1 Jadwal Kegiatan Pengembangan Diri di MIN Krincing Secang..... ... 106
3.2 Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri MIN Krincing ........................107
3.3 Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang ........................................104
3.4 Pengaturan Beban Belajar di MIN Krincing..........................................105
3.5 KKM Mata Pelajaran di MIN Krincing Secang ....................................105
Page 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga Pendidikan Islam bisa dikategorikan lembaga industri mulia (noble
Industry) karena mengemban misi ganda yaitu profit dan sosial. Profit untuk
mencapai keuntungan, ini dapat dicapai dengan efisiensi dan efektivitas dana
bisa tercapai, sehingga pemasukan (income) lebih besar dari biaya operasional.
Misi sosial untuk mewariskan dan menginternalisasikan nilai-nilai luhur.
Kedua misi ini dapat dicapai secara maksimal apabila lembaga pendidikan
Islam tersebut memiliki modal human-capital dan social capital yang
memadai serta keefektifan efisiensi yang tinggi. Itulah sebabnya mengelola
lembaga pendidikan Islam tidak hanya dibutuhkan profesionalisme yang
tinggi tetapi juga niat yang suci1 termasuk di dalamnya menginovasi
pelaksanaan pembelajaran agama Islam.
Pada dasarnya pendidikan Islam menekankan bimbingan bukan
pengajaran yang mengandung otoritatif pihak pelaksana pendidikan (guru)
dengan bimbingan sesuai ajaran-ajaran Islam. Maka anak didik mempunyai
ruang gerak untuk mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya. Guru
berfungsi sebagai fasilitator petunjuk jalan ke arah penggalian potensi anak.2
1 Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/ Madrasah, Jakarta: Pernada media Group, 2009, 5. 2 Azymardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,
Jakarta: Wacana Ilmu, 2002, 6- 7.
Page 14
2
Perkembangan teknologi dan informasi yang cepat dalam berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan merupakan upaya
menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan
memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan yang lebih mengarah pada
efektivitas dan efisiensi. Kebutuhan akan layanan kepada peserta didik dan
perbaikan kesempatan belajar bagi mereka telah menjadi pendorong utama
timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu lembaga pendidikan
harus mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus
mengupayakan suatu program yang sesuai perkembangan anak,
perkembangan zaman, situasi dan kondisi peserta didik.
Madrasah ibtidaiyah sebagai satu bagian dari lembaga pendidikan Islam
yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia setelah pondok
pesantren yang didirikan oleh para tokoh masyarakat sebagai lembaga
pendidikan untuk memahami agama Islam. Masyarakat pada umumnya
memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah dengan
tujuan agar mereka dapat memahami agama, terampil membaca al-Qur’an dan
berakhlak mulia dan menjadi anak yang soleh dan sholehah.
Madrasah ibtidaiyah yang sebelum terbit SKB tiga menteri menerapkan
kurikulum pendidikan agama 70% dan pendidikan umum 30%, maka sejak
turun SKB tiga menteri berubah menjadi 70% pelajaran umum dan 30%
pelajaran agama walaupun secara tersirat diharapkan agar madrasah
Page 15
3
3ibtidaiyah menerapkan pendidikan agama 100% dan pendidikan umum
100%.
Sehingga dari situlah mulai timbul pro kontra dari para tokoh pendiri
tentang keberadaan madrasah sebagai lembaga tafaquhuddin. Dengan
berubahnya kurikulum pendidikan agama mereka meragukan lembaga
pendidikan Islam sebagai lembaga yang mencetak generasi muda yang
menguasai agama Islam. Kemudian mereka mendirikan madrasah diniyah.
Namun di sisi yang lain sebagian dari mereka lega karena keberadaan
madrasah ibtidaiyah diakui sejajar dengan sekolah dasar sebagai lembaga
pendidikan formal di Indonesia.
Dalam perjalanannya berdasarkan kebijakan pemerintah banyak madrasah
ibtidaiyah swasta yang dijadikan madrasah ibtidaiyah negeri. Namun banyak
pula madrasah ibtidaiyah yang mempertahankan eksistensinya sebagai
madrasah ibtidaiyah swasta di bawah naungan sebuah yayasan. Sehingga
obyek penelitian yang penulis teliti adalah madrasah ibtidaiyah negeri dan
swasta.
Namun, berdasarkan fenomena yang ada banyak orang tua atau
masyarakat yang enggan memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.
Mereka lebih memilih memasukkan anaknya ke sekolah dasar. Madrasah
ibtidaiyah hanya dijadikan alternatif kedua bila anaknya tidak diterima di
sekolah dasar, barulah dimasukkan ke madrasah ibtidaiyah. Hal itu terjadi
3 Marwan Saridjo, Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal
Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta : CV Amisco Jakarta, 1996, 127.
Page 16
4
karena anggapan masyarakat agar anaknya bisa menguasai pendidikan umum
harus masuk ke sekolah dasar sedangkan di madrasah ibtidaiyah hanya
mengajarkan agama saja.
Padahal sejak tahun 1994 lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah sudah
merupakan sekolah dasar yang bercirikan Islam. Dalam pendikan umum,
kurikulum pendidikan umum sama dengan kurikulum di sekolah dasar,
Sedangkan dalam pendidikan agama Islam lebih banyak dalam materinya
maupun alokasi waktunya. Ketika ada pembaharuan kurikulum dari kurikulum
berbasis kompetensi, kurikulum Tingkat Satuan pendidikan sampai kurikulum
2013 madrasah ibtidiyah juga melakukan hal tersebut baik itu dalam materi
pendidikan umum maupun pendidikan agama Islam.
Ada juga sebagian masyarakat berasumsi bahwa belajar di madrasah
ibtidaiyah serba tanggung. Mata pelajaran umumnya tidak matang, pendidikan
agamanya juga dianggap tidak matang. Padahal berdasarkan fenomena yang
ada, banyak madrasah ibtidaiyah yang melakukan inovasi untuk meningkatkan
mutu pembelajarannya misalnya dengan memberikan jam tambahan di luar
jam pelajaran seperti mengambil guru dari lembaga pendidikan pesantren atau
alumninya untuk meningkatkan pembelajaran agama Islam. Melakukan
kegiatan sholat berjamaah dan rangkaiannya. Melakukan kegiatan peringatan
hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan kegiatan Qurban di sekolah.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaranya madrasah ibtidaiyah telah
melakukan beberapa pembaharuan misalnya banyaknya guru yang sudah
Page 17
5
memenuhi kualisi akademik dalam mengajar seperti berijazah S.1 pendidikan,
banyaknya guru yang mengikuti work shop atau pelatihan untuk
meningkatkan kualitas pembelajarannya dan memenuhi standar nasional
pendidikan dengan nilai akreditasi B mendekati A.
Disamping itu berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang tahun 2011 peringkat tertinggi
ujian nasional juga diraih siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda Donorejo
Mertoyudan. Bahkan ada salah satu siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Huda
Mertoyudan yang memperoleh peringkat 10 tingkat propinsi.4
Untuk itulah penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang pembaharuan
atau inovasi yang telah dilakukan lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah
terutama dalam melakukan inovasi dalam pembelajaran agama Islam. Untuk
mengfokuskan permasalahan, madrasah ibtidaiyah yang akan penulis teliti
adalah madrasah ibtidaiyah yang berada di Kabupaten Magelang.
Adapun yang menjadi subyek penelitiannya adalah Madrasah Ibtidaiyah
Al Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan di Kabupaten Magelang,
Madrasah Ibtidaiyah Al Falah di Kecamatan Kaliangkrik dan Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang. Dengan demikian penulis mengambil judul
penelitian “ Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah di
Kabupaten Magelang ( Studi Situs Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo
4 Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Magelang, Evaluasi Ujian Nasional yang
diadakan di kantor Dinas Pendidikan Nasional kabupaten Magelang pada tanggal 12 Juni 2013.
Page 18
6
Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al Falah Kaliangkrik, dan Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang) tahun ajaran 2014- 2015”
B. Rumusan dan Batasan Masalah
1. Batasan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut lembaga pendidikan Islam yaitu
madrasah ibtidaiyah dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti animo
masyarakat yang lebih suka memasukkan anaknya ke sekolah dasar, di satu
sisi kita membutuhkan generasi yang mempunyai dan mengamalkan nilai-
nilai luhur berdasarkan ajaran Islam untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi pada
masa yang akan datang. Lembaga madrasah Ibtidaiyah sebagai sekolah dasar
yang bercirikan Islam harus mampu mengatasi permasalahan di atas. Untuk
itu diperlukan inovasi atau pembaharuan yang dilakukan oleh madrasah
ibtidaiyah terutama dalam pembelajaran agama Islam untuk mengembalikan
kepercayaan masyarakat bahwa madrasah juga mampu memberikan
pendidikan umum kepada peserta didik tetapi juga mampu menanamkan nilai-
nilai luhur agama Islam dengan beberapa inovasi yang dilakukan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan di atas, maka masalah-
masalah itu dapat dirumuskan berupa pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran
agama Islam di Kabupaten Magelang.
Page 19
7
2. Bagaimana cara mengimplementasikan inovasi pembelajaran agama
Islam di Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015
3. Apa implikasi dari pelaksanaan inovasi pembelajaran Agama Islam
pada madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang.
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini kami lakukan dengan dengan tujuan untuk
1. Mengetahui cara madrasah ibtidaiyah melakukan inovasi pembelajaran
dalam pendidikan agama Islam
2. Mengetahui implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di
Kabupaten Magelang pada tahun 2014/ 2015
3. Apa implikasi dari inovasi pembelajaran agama Islam yang telah
dilakukan madrasah ibtidaiyah di kabupaten magelang pada tahun
2014/2015
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
a) Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menyempurnakan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang cara madrasah
melakukan inovasi atau pembaharuan. Inovasi itu bisa diterapkan pada
Page 20
8
lembaga pendidikan yang lain. Terutama dalam melakukan inovasi
pembelajaran agama Islam pada umumnya dan inovasi pembelajaran
agama Islam pada lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah secara
lebih spesifiknya.
b) Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk
1. Guru-guru dan guru-guru agama Islam pada khususnya untuk
menerapkan inovasi pembelajaran agama Islam yang dilakukan
madrasah ibtidaiyah.
2. Pengelola madrasah ibtidaiyah dan sekolah pada umumnya dapat
menerapkan inovasi pembelajaran Agama Islam ini sehingga
eksistensinya diakui oleh masyarakat.
3. Kepala sekolah sebagai manager sekolah dapat memasukkan
inovasi pembelajara agama Islam ini dalam kurikulum sekolahnya.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka ini meliputi dua hal yaitu penelitian terdahulu dan
kerangka teori. Sebenarnya telah ada penelitian tentang inovasi pembelajaran
agama Islam, misalnya:
Page 21
9
Muhammad Ali Sadikin5 dalam tesisnya menyimpulkan bahwa inovasi
guru sangat penting agar peserta didik bisa mengikuti pembelajaran agama
Islam dengan menggunakan metode yang bervariasi.
Kalau dalam tesis di atas hanya menyoroti inovasi yang perlu dilakukan
guru dalam pembelajaran PAI dengan memilih metode yang tepat, maka
penelitian yang akan penulis lakukan lebih dari itu, yaitu inovasi yang
dilakukan oleh sebuah lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah untuk
mempertahankan eksistensi mutu kelembagaannya.
Tesis yang ditulis oleh Hidayad6 dalam penelitiannya yang menggunakan
pendekatan kualiatif dan analisa datanya menggunakan analisa deskriptif
menyimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
luar jam pelajaran merupakan kegiatan untuk mengaktualisasikan
pembelajaran Agama Islam di dalam jam pembelajaran Agama Islam dan
sebagai faktor pendukung dan merupakan kurikulum yang tersembunyi.
Berbeda dengan fenomena yang peneliti temui, kegiatan pembelajaran
agama Islam di luar jam pelajaran di madrasah ibtidaiyah yang penulis teliti
merupakan kurikulum yang sudah terstruktur dan terencana di dalam
melakukan inovasi pembelajaran Agama Islam dan sebagai penyempurna
kegiatan Pembelajaran Agama Islam di dalam jam pelajaran.
5 Muhammad Ali Sadikin, Inovasi Guru dalam Penggunaan Metode dan Bahan Ajar
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Nasima Semarang, Semarang: Program
Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2013, 3- 21. 6 Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar Internasional, Semarang: Program
Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2011, 2, 24.
Page 22
10
Akhri Isti’anah7 dalam tesisnya dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan analisa datanya menggunakan korelasi parsial korelasi bivarian
dengan variabel bebas Peran Tenaga Pendidik dan Desain Pembelajaran PAI
dan variabel terikatnya adalah motivasi masyarakat menyimpulkan bahwa
peran tenaga pendidik dan desain Pembelajaran dan Motivasi Masyarakat di
MIN Sumberejo sangat baik dengan angka 62,5% dan Desain Pembelajaran
PAI 64,9% dan motivasi masyarakat 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen
peran tenaga pendidik 71,1% dan Desain Pembelajaran 50% Motivasi
Masyarakat 55,9%. Hubungan peran tenaga pendidik dan desain pembelajaran
PAI dengan motivasi masyarakat di MIN Sumberejo sangat baik dengan
interval 16 presentasi 52,7%. Sedangkan di MIN Mlangen hubungan peran
tenaga pendidik dan desain pembelajaran PAI dengan motivasi masyarakat
baik dengan interval 16 dan presentasi 55, 9%.
Apabila dengan penelitian kuantitatif saja dapat kita lihat bahwa dengan
guru yang profesional dalam mengembangkan desain pembelajaran
Pendidikan Agama Islam bisa meningkatkan motivasi masyarakat untuk
memasukkan anaknya ke lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah maka
inovasi dalam pembelajaran agama Islam diharapkan bisa meningkatkan
motivasi masyarakat untuk memasukkan anaknya ke madrasah ibtidaiyah.
Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan untuk bisa menyempurnakan
penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
7 Akhri Isti’anah, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Motivasi
Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen Salaman tahun 2013/2014, Salatiga:
Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2013, 3- 4.
Page 23
11
Muchamad Arifin8 dalam dalam tesisnya dengan fokus penelitiannya
mengenai manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT
Assalamah dan SDI Assalamah dengan subyek penelitiannya kepala sekolah,
wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan siswa dengan menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi dalam mengumpulkan datanya
penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisa
datanya menggunakan analisa diskriptif menunjukkan hasil bahwa manajemen
pembelajaran agama Islam di SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah berbeda
dalam perencanaan program yang dijalankan.
Dalam struktur kurikulum, perencanaan, dan jumlah jam pertemuan dalam
satu minggu di SDIT Assalamah 35 menit perjam. Pembelajaran PAI di SDIT
Assalamah dimulai kelas 5-6. Kurikulum lokal yang menjadi ciri khas adalah
khitobah, tahsin, tahfidz, dan tilawah. Sedangkan Pendidikan agama Islam di
SDI Istiqomah 105 menit atau tiga jam pertemuan dalam satu minggu mulai
kelas 1-6. Adapun yang menjadi ciri khas keunggulan adalah tartil, tahfidz dan
khot. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SDIT
Assalamah guru PAI mendapat penghargaan yayasan apabila mereka dapat
memenuhi rapor guru yang telah ditetapkan yayasan secara holistik sedangkan
di SDI Istiqomah guru mendapat penghargaan secara insidentil. Proses
pembelajaran di SDIT Assalamah menggunakan proses pembelajaran model
full day school sedangkan di SDI proses pembelajarannya menggunakan
8 Muchamad Arifin, Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi
komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan Tengaran Barat kabupaten
Semarang tahun 2013/2014) , Salatiga, 2014, 3- 4.
Page 24
12
model sesuai standar yayasan. Dari diskripsi di atas Muchamad Arifin
menyimpulkan bahwa kepala sekolah, guru PAI, wakil kepala sekolah bagian
kurikulum harus bersinergi dalam melakukan manajemen pembelajaran PAI
secara profesional.
Kalau penelitian yang dilakukan Muchamad Arifin adalah manajemen
pembelajaran PAI di sekolah dasar Islam sedangkan yang akan penulis teliti
adalah inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah dalam pembelajaran
agama Islam. Antara inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dengan
manajemen pembelajaran agama Islam ini juga saling berkaitan sehingga
diharapkan penelitian yang kami lakukan ini bisa melengkapi penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian-penelitian yang telah ada di atas dapat kita lihat penelitian
yang telah dilakukan adalah inovasi dalam metode dan bahan ajarnya.
Sedangkan yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam
membahas tentang desain dan manajemen pembelajarannya. Adapun yang
akan penulis teliti adalah tentang inovasi pembelajaran agama Islam. Dengan
demikian antara desain pembelajaran, manajemen pembelajaran ini saling
berhubungan diharapkan penelitian ini bisa melengkapi penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Page 25
13
Penelitian yang penulis lakukan ini merupakan jenis penelitian
lapangan atau Field Research. Pengumpulan datanya dikumpulkan di
lapangan yaitu di lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah.
Penelitian ini penulis mulai dengan mengadakan observasi di lapangan
untuk mengetahui kegiatan inovasi yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di
Madrasah Ibtidaiyah Al Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah
Al- Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing Secang.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lesan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.9
Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitiannya dapat betul-
betul berkualitas, data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-
kata yang diucapkan secara lesan, gerak-gerik atau atau perilaku yang
dilakukan subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian
yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder adalah data
yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen
9 Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
1993, 3.
Page 26
14
rapat, SMS, ) foto-foto, film, rekaman video, atau benda-benda lain yang
dapat memperkaya data primer.10
Karena obyek yang akan penulis teliti tentang inovasi
pembelajaran agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-
Falah Kaliangkrik, MIN Secang, maka data primernya penulis peroleh dari
hasil wawancara terhadap kepala madrasah, guru- guru dan siswa serta
pengamatan yang penulis lakukan terhadap kepala madrasah maupun
guru-guru yang ada di MI Al-Islam Tonoboyo bandongan, MI Al-Falah
Kaliangkrik serta MIN Krincing Secang. Adapun data sekundernya bisa
penulis cari lewat KTSP berkarakter yang telah dibuat oleh MI Al- Islam
Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Secang. Selain itu juga
foto-foto tabel atau catatan yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran
agama Islam baik yang berada di MI Al Islam Tonoboyo Bandongan, MI
Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang.
Dalam aspek pola pikir, penelitian kualitatif menggunakan pola pikir
induktif. Pola pikir induktif adalah menarik kesimpulan dari hal- hal yang
khusus menuju ke hal-hal yang umum. Penelitian kualitatif bertujuan
menyusun konsep berdasarkan hasil analisa data empiris. Penelitian
Kualitatif menggunakan desain tidak lengkap terbuka untuk perubahan.
10 Lexy, J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosyada,
1993, 3.
Page 27
15
Dalam aspek strateginya, penelitian kualitatif memahami dan mencari
makna di balik tingkah laku yang nampak pada subjek penelitian.
Penelitian kualitatif menggunakan analisa diskriptif kualitatif. Penelitian
kualitatif fokus penelitiannya pada proses dan makna di balik kejadian.
3. Subyek dan Lokasi Penelitian
Karena permasalahan yang akan teliti tentang inovasi pembelajaran
agama Islam di Kabupaten Magelang maka yang menjadi subyek
penelitiannya adalah guru-guru di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI
Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Sedangkan lokasi
penelitiannya bukan semua madrasah ibtidaiyah penulis teliti. Akan tetapi
penulis mengambil sampel tiga madrasah yang ada di Magelang. Ketiga
madrasah tersebut telah merupakan salah satu bagian dari madrasah
unggulan yang ditunjuk Kementrian Agama Kabupaten Magelang. Yang
dimaksud madrasah unggulan di sini yaitu madrasah yang menyusun
sendiri Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dari masing-
masing tim madrasah yang disetujui oleh dewan guru, komite sekolah dan
disyahkan oleh Kepala Mapenda Kabupaten Magelang. Madrasah
unggulan tersebut diambil dari setiap kecamatan satu madrasah swasta dan
lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri.
MI Al-Islam Tonoboyo yang berada di kecamatan Bandongan mewakili
madrasah yan berdekatan dengan lokasi lembaga pendidikan pesantren.
Dalam pembelajaran agama Islam melibatkan alumni pondok pesantren.
Page 28
16
Di dekat MI Al Islam Tonoboyo yang hanya berseberangan dengan jalan
raya terdapat Sekolah Dasar Negeri I Tonoboyo.
MI Al-Falah Kaliangkrik yang berdiri sebelum lahir lembaga
pendidikan Pondok Pesantren Damarjati berdiri. Setelah Pondok Pesantren
Damarjati berdiri, maka banyak siswa belajar di madrasah tersebut.
Dalam pembelajaran agama Islam berdiri sendiri tidak melibatkan ustadz
yang ada di pondok pesantren.
MIN Secang merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah Negeri dari
lima Madrasah Ibtidaiyah Negeri yang ada di Kabupaten Magelang. MIN
Secang di lintas jalan raya propinsi antara Magelang-Semarang. Letaknya
berjauhan dengan Sekolah Dasar Negeri.
Ketiga madrasah ibtidaiyah yang tersebut di atas peneliti anggap bisa
mewakili madrasah ibtidaiyah unggulan yang ada di Kabupaten Magelang
dalam melakukan inovasi pembelajaran agama Islam di Kabupaten
Magelang. Inovasi pembelajaran agama Islam yang termuat di dalam
KTSP Berkarakter itu tidak hanya inovasi pembelajaran agama Islam
dalam kegiatan Pembelajaran yang ada di dalam kelas tetapi juga inovasi
pembelajaran agama Islam yang ada di luar jam pelajaran sebagaimana
yang sudah tertuang dalam KTSP berkarakter. Adapun kurun waktu yang
penulis lakukan yaitu dari proses pembuatan KTSP berkarakter dalam
pembelajaran Agama Islam yang dibuat tahun 2014 dan
diimplementasikan dari tahun 2014 dan pada tahun 2015 dapat kita lihat
Page 29
17
implikasinya. Oleh karena itu lokasi yang penulis pilih untuk melakukan
penelitian yaitu di Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan.
Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kaliangkrik dan Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Krincing Secang. Adapun inovasi pembelajaran agama Islam yan
akan penulis teliti adalah sejak dibuatnya KTSP berkarakter yaitu dari
tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif ini penulis menggunakan berbagai prosedur
pengumpulan data dalam rangka menegaskan wawasan yang sedang
dikembangkan dan menjamin kepercayaan data yang dikumpulkan.
Metode yang tepat bagi penelitian kualitatif adalah campuran berbagai
sumber data dan berbagai metode. Sumber data dapat berupa manusia,
benda, situasi, kejadian, penampilan dan perilaku orang ( atau makhluk
lain seperti hewan), dan berbagai bentuk tulisan,gambar, grafik, serta
bentuk- bentuk grafis lainnya. Maka dalam mengumpulkan data ini penulis
menggunakan sumber data primer dari pelaku inovasi pembelajaran agam
Islam itu sendiri maupun data-data sekunder seperti foto-foto, catatan dan
tabel, hasil rekaman atau dokumen lain yang berkaitan dengan inovasi
pembelajaran Agama Islam.
Metode yang digunakan juga harus bermacam- macam , yaitu angket,
wawancara, pengamatan, pencermatan, dan lain- lain. Dengan
menggunakan berbagai metode memungkinkan pemahaman fenomena
Page 30
18
yang dikaji semakin jelas. Dalam penelitian apapun sebenarnya prinsip
triangulasi sangat penting. (tri = tiga, angulasi = sudut ). Ada dua cara
yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi, yaitu:
1. Triangulasi dengan sumber yang sama tetapi dengan metode yang
berbeda
2. Triangulasi dengan metode yang sama tetapi sumber data berbeda.
Dengan adanya triangulasi diharapkan sekurang- kurangnya ada tiga
langkah yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
1. Mencemati data apa yang masih memerlukan tambahan informasi agar
hasil penelitian yang dilakukan bertambah kualitasnya.
2. Menentukan apakah dalam triangulasi tersebut harus dilakukan dengan
memperbanyak sumber data atau memperbanyak metode.
3. Melakukan pengumpulan data secara lebih hati- hati dan cermat agar
pekerjaannya tidak sia-sia dan hanya menambah waktu saja.
Oleh karena itu dalam mengumpulkan data penulis menggunakan
berbagai metode, diantaranya:
1. Metode Wawancara.
Metode wawancara disebut juga metode interview yaitu pengajuan
pertanyaan secara lesan kepada sumber data dan dilakukan secara
Page 31
19
sistematis11
dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Dalam hal ini
peneliti melakukan interview terpimpin yaitu pewawancara
mempersiapkan questioner yang akan diajukan kepada informan
tetapi penyampaiannya secara bebas.12
Dalam melakukan penelitian
ini penulis melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru, wali
murid siswa atau tokoh masyarakat berkaitan dengan inovasi
pembelajaran agama Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah
negeri maupun swasta.
Adapun instrumen yang peneliti gunakan untuk melakukan
wawancara pedoman wawancara adalah daftar pertanyaan yang sudah
penulis siapkan
2. Metode Observasi
Dalam mengumpulkan data-data penulis berusaha melakukan
pengamatan langsung terhadap kegiatan inovasi pembelajaran agama
Islam baik dalam pelaksanaannya maupun dalam managemen
pengelolaannya.
3. Metode Dokumentasi
Dalam mengumpulkan data-data, penulis juga menggunakan
dokumen-dokumen yang berkaitan berkaitan dengan penelitian yang
11
Winarno Surachmad, Penelitian ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik, Bandung : Tarsito,
1990, 162. 12
Dudung Abdurrohman, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992,
202.
Page 32
20
ada di Madrasah Ibtidaiyah al-Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah
Ibtidaiyah Al- Falah Kaliangkrik maupun yang ada di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Secang. Adapun dokumen- dokumen itu misalnya
tentang foto- foto yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam, KTSP Berkarakter, Data Emis lembaga,
pendidik maupun siswa.
Di samping itu peneliti juga mengkaji beberapa literatur atau buku
yang berkaitan dengan inovasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di madrasah ibtidaiyah.
5. Analisis Data
Analisa data memiliki fungsi untuk menjawab permasalahan
penelitian yaitu bagaimana pelaksanaan inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah sehingga bisa
menambah wawasan bagi para guru agama Islam pada umumnya dan
guru Agama Islam pada madrasah ibtidaiyah pada umumnya.
Mengingat dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
maka analisa data dimulai dari lapangan dengan menggunakan
analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan dan menganalisa data semua
hal yang menjadi fokus penelitian.13
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1992, hlm. 202.
Page 33
21
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisa
data non statistik, yaitu menganalisa data yang digambarkan dengan
kata-kata, menguraian serta mengadakan penafsiran data-data yang
diperoleh.
Adapun metode berfikir yang peneliti gunakan adalah metode
induktif yaitu berangkat dari faktor-faktor khusus kemudian faktor-
faktor itu ditarik generalisasi yang bersifat umum.
Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan. Triangulasi yang
dimaksud di sini adalah mengamati data hasil wawancara dengan
hasil pengamatan.
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi
data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di
lapangan. Reduksi data bukan suatu hal yang terpisah dari analisa
data.
b. Penyajian data
Penyajian data di sini dibatasi sebagai penyajian sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data akan
dianalisis data yang bersifat deskriptif analisis, menguraikan
Page 34
22
seluruh konsep yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.
Oleh karena itu semua data di lapangan yang berupa dokumentasi
hasil wawancara dan dokumen hasil observasi akan dianalisis
sehingga memunculkan deskripsi tentang inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam di madrasah ibtidaiyah
c. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dari penggambaran yang utuh dari obyek
yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari obyek penelitian.
Proses penarikan kesimpulan berdasarkan pada gabungan
informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu pada penyajian
data. Melalui informasi tersebut peneliti mendapat apa yang diteliti
dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai obyek
penelitian.
Di samping menggunakan pendekatan kualitatif peneliti juga
menggunakan metode library research yaitu menganalisa data
dengan menggunakan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan di atas.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab pertama
tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,rumusan masalah,
tujuan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari
Page 35
23
tinjauan pustaka dan kajian teori penelitian terdahulu serta metode
penelitian.
Bab dua berisi tentang landasan teori yang digunakan untuk
membahas inovasi pembelajaran agama Islam di madrasah ibtidaiyah
Kabupaten Magelang yang berisi tentang inovasi pembelajaran agama
Islam, sejarah madrasah ibtidaiyah, kronologi inovasi kurikulum yang
telah dilakukan madrasah ibtidaiyah
Bab tiga berisi tentang data-data yang telah penulis kumpulkan
yang berisi tentang sejarah berdirinya Madrasah Ibtibaiyah Al-Falah
Kaliangkrik, Madrasah Ibtibaiyah Al-Islam Tonoboyo Magelang,
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Secang sebagai sampel penelitian yang
mewakili dari madrasah yang ditunjuk sebagai madrasah unggulan. Profil
dari tiga madrasah tersebut, dan beberapa inovasi pembelajaran agama
Islam yang telah dilakukan madrasah ibtidaiyah tersebut berdasarkan hasil
wawancara dan observasi.
Bab empat berisi tentang analisa data dari data-data yang penulis
kumpulkan sehingga akan diketahui tentang bagaimana pelaksanaan
inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang telah dilakukan
lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten
Magelang.
Bab lima berisi penutup atau kesimpulan dari hasil penelitian yang
penulis lakukan.
Page 36
24
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah setelah SKB Tiga Menteri
Berdasarkan SKB ( Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yaitu menteri
Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri
nomor16 tahun 1975, Nomor 037/4/1975 dan Nomor 36 tahun 1975 tentang
peningkatan mutu pendidikan pada madrasah ditetapkan bahwa standar
pendidikan madrasah sama dengan sekolah umum, ijazahnya mempunyai nilai
yang sama dengan sekolah umum dan lulusannya dapat melanjutkan ke sekolah
umum setingkat lebih atas dan siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah
umum yang setingkat. Lulusan madrasah Aliyah dapat melanjutkan kuliah ke
perguruan tinggi umum dan agama.
Pemerintah orde baru melakukan langkah konkret berupa penyusunan
Undang- Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam konteks ini definitif tentang madrasah diberikan melalui keputusan-
keputusan yang lebih operasional dan dimasukkan ke dalam kategori
pendidikan sekolah tanpa menghilangkan karakter keagamaannya. Melalui
upaya ini madrasah berkembang secara terpadu di dalam sistem pendidikan
nasional.1
1 Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999,130- 131.
Page 37
25
Pada masa orde baru ini madrasah mulai dapat diterima oleh semua lapisan
masyarakat mulai dari masyarakat kelas rendah sampai masyarakat menengah ke
atas. Sedangkan jenjang pendidikannya secara berturut- turut meliputi:
1) Raudhatul Athfal ( Bustanul Athfal) terdiri dari tiga tingkat yaitu
a. Tingkat A untuk anak umur 3- 4 tahun
b. Tingkat B untuk anak umur 4-5 tahun
c. Tingkat C untuk anak umur 5-6 tahun
2) Madrasah Ibtidaiyah. Madrasah ibtidaiyah adalah lembaga pendidikan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan
mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-
kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.
3) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan
pendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan
mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-
kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.
4) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan
dan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaran
agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%
di samping mata pelajaran umum. Dewasa ini madrasah Aliyah
mempunyai jurusan-jurusan: Ilmu Agama, Fisika, Biologi, Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Budaya.
5) Madrasah Diniyah. Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan
pengajaran agama Islam yang berfungsi untuk memenuhi hasrat orangtua
Page 38
26
agar anak-anaknya lebih banyak mendapatkan pendidikan agama Islam.
Madrasah Diniyah terdiri dari tiga tingkat yaitu:
a) Madrasah Diniyah Awaliyah ialah madrasah Diniyah tingkat
permulaan sampai dengan kelas empat dengan jam belajar sebanyak 18
jam pelajaran dalam satu minggu.
b) Madrasah Diniyah Wustho ialah madrasah diniyah tingkat menengah
pertama dari kelas satu dan dua dengan masa belajar selama dua tahun
dengan jumlah jam pelajaran 18 jam dalam seminggu.
c) Madrasah Diniyah Ula ialah Madrasah Diniyah tingkat menengah atas
dengan masa belajar dua tahun dari kelas satu sampai kelas dua dengan
jumlah jam pelajaran 18 jam perminggu.
Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang akan
datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat
muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk pesantren dan
madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat muslim tidak bisa
menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin berjaya di tengah
perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad 212.
Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim
Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.
Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan dari
Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam berbagai
2 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka
Setia, 1998, 234- 239.
Page 39
27
lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya. Dominasi
hegemoni politik barat dalam segi-segi tertentu mungkin saja telah”
merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua, dan “perang
dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi barat tetap belum
tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan ekonomi baru, seperti
Jepang dan Korea Selatan, tetapi “kultur”hegemoni sains-teknologinya
tetap sarat dengan nilai-nilai Barat.
Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada
hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek
kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai
institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi nilai-
nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter terhadap
imperialisme kultural (Culture imperialism) yang sedang gencar-
gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim) khususnya di
Indonesia.
Kehadiran madrasah sebagai lembaga Islam, karena alasan-alasan
berikut:
a. Sebagai manifestasi pembaharuan pendidikan Islam.
b. Penyempurnaan sistem pesantren
c. Keinginan sebagian santri
Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru MI
pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama dengan
Page 40
28
guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh, berasal, oleh dan
untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam sesuai dengan
keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang berada pada lapisan
bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya lapisan bawah dengan
segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan pada lapisan inilah MI
pada umumnya berada khususnya di wilayah pedesaan dan pinggiran.
Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada dua persoalan yaitu
berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan serta berkenaan dengan
efektifitas dan efisiensi pendidikan.3
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran Islam.
Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur hanya sejauh
mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan saja
tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai keagamaan itu dalam
jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.
Pendidikan Islam merupakan proses yang dilakukan untuk
menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman kepada Tuhan
serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka
bumi yang berdasar pada Qur’an dan sunah, maka tujuan dalam konteks
ini terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.4
3Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193. 4 Armai Arif, Pengantar Metodologi Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2003,16.
Page 41
29
Ada beberapa pendapat yang memberikan pengertian tentang pendidikan
agama Islam. Namun sebelum kita mengetahui beberapa pendapat
mengenai pengertian pendidikan agama Islam kita ketahui dahulu tentang
pendidikan.
Menurut Prof. H. Muhammad Daud Ali, SH 5 pendidikan adalah
usaha sadar yang dilakukan manusia untuk mengembangkan potensi
manusia lain, memindahkan nilai-nilai yang dimilikinya kepada orang lain
dalam masyarakat. Pemindahan nilai dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu
a. Pengajaran yakni pemindahan nilai ilmu pengetahuan dari dari
guru ke siswa atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Pelatihan yakni membiasakan seseorang untuk melakukan
pekerjaan tertentu untuk memperoleh ketrampilan dan
mengerjakan pekerjaan tersebut.
c. Indoktrinasi yakni agar orang meniru atau mengikuti apa saja
yang diajarkan orang lain tanpa mengizinkan penerima
mempertanyakan nilai-nilai yang diajarkan.
Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan
nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka pembentukan
kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui melalui jalur
pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara formal, nilai- nilai
5 Muhammad Daud Ali dan Habiba Daud, Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, 137.
Page 42
30
tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi bagian dari
kepribadiannya.
Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya
disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilai-
nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut
menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan
secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa dengan jalan suri
tauladan, mengajak dan mengamalkan.6
Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Daradjat 7 Al- Tarbiyah
Al Islamiyah adalah usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
Sedangkan menurut Ahmad D Marimba dalam buku Nur
Ukhbiyati8 pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terciptanya kerpibadian
utama menurut ukuran Islam. Dalam buku Metodologi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam 9 dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu kegiatan yang bertujuan menghasilkan orang-orang
6 Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi Terhadap
Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Departemen Agama RI, 1998, 325. 7 Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.
8 Nur Ukhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam , Bandung: Pustaka Setia, 1998, 9. 9 Zuharaini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
Malang: Universitas Malang, 2004, 1.
Page 43
31
beragama, dengan demikian pendidikan agama perlu diarahkan ke arah
pertumbuhan moral dan karakter.
Dari beberapa definisi diatas dapat kita simpulkan bahwa
pendidikan agama Islam adalah segala usaha berupa bimbingan terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak, menuju terbinanya kepribadian
utama sesuai dengan ajaran Islam. Suatu usaha untuk mengarahkan dan
mengubah tingkah laku individu untuk mencapai pertumbuhan
kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam dalam proses kependidikan
melalui latihan-latihan akal fikiran (kecerdasan, kejiwaan, keyakinan,
kemauan dan perasaan serta pancaindra) dalam seluruh aspek kehidupan
manusia. Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan
kemampuan dasar (fitrah dan kemampuan ajarannya pengaruh di luar) baik
secara individu maupun kelompok sehingga manusia memahami,
mengahayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh dan benar. Yang
dimaksud utuh dan benar yaitu meliputi Aqidah (keimanan ), Syari’ah (
ibadah muamalah) dan akhlak ( budi Pekerti).
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan hidup. Secara
umum dalam Al-Qur’an surat Adzariyat ayat 56 dinyatakan: “Dan Aku (
Allah ) tidak menjadikan jin dan manusia, melainkan untuk menyembah
Aku “.
Page 44
32
Menurut M. Natsir10
menyembah Allah itu melengkapi itu semua
ketaatan dan ketundukan kepada semua perintah Ilahi, yang membawa
kepada kebesaran dunia dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri
dari segala larangan-larangan yang menghalangi tercapainya kemenangan
dunia dan akhirat. Akan menjadi orang yang memperhambakan segenap
rohani dan jasmaninya kepada Allah SWT, untuk kemenangan dirinya
dalam arti seluas-luasnya yang dapat dicapai oleh manusia.
Itulah tujuan hidup manusia di atas dunia. Dan itulah tujuan
didikan yang harus kita berikan kepada anak-anak kita kaum muslimin.
Memperhambakan diri untuk mencapai keridhoan Ilahi itu merupakan
tujuan umum risalah dan itu merupakan tujuan umum yang hendak dicapai
oleh pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Tujuan umum itu dapat dijabarkan ke dalam tiga aspek yaitu
menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliknya, manusia dengan
sesamanya dan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara kedua
hubungan itu dan mengaktifkan kedua- duanya sejalan dan berjalan dalam
diri pribadi.
B. Inovasi Pembelajaran Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah
1. Pengertian Inovasi
Kata inovasi secara bahasa artinya pemasukan atau pengenalan hal-hal
yang baru, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah
10
M. Natsir, Capita Selecta, Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954, 58.
Page 45
33
dikenal sebelumnya baik berupa gagasan, metode atau alat11
. Sedangkan
dalam bahasa inggris berasal dari kata innovation yang artinya
pembaharuan.
Sedangkan kata inovasi berasal dari bahasa latin, innovation yang
berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya innovo yang artinya
memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu perubahan yang baru
menuju ke arah perbaikan, yang lain atau yang berbeda dengan
sebelumnya yang dilakukan dengan sengaja dan berencana.
Tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi inovasi.
Terkadang istilah inovasi juga dipakai untuk menyatakan penemuan
karena hal yang baru itu sebuah penemuan. Kata penemuan juga sering
dikaitkan dengan kata discovery dan invention. Dalam bahasa Inggris
penemuan adalah discovery dan invention. Ada juga yang mengaitkan kata
inovasi dengan modernisasi karena keduanya membicarakan masalah
pembaharuan.
Untuk memperluas wawasan maka perlu diperjelas pengertian
discovery, invention dan innovation. Discovery adalah penemuan sesuatu
benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang.
Misalnya penemuan Benua Amerika oleh Columbus. Sebenarnya benua
itu sudah ada tetapi belum diketahui oleh orang.
11
Dendy Sugono , Kamus Besar Bahasa Indonesia, jakarta, Pusat Bahasa, departemen
Pendidikan Nasional, 1990, 333.
Page 46
34
Invention menurut bahasa berarti penciptaan, penemuan, hasil
penemuan. Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru,
artinya hasil kreasi manusia. Sebagai contoh teori belajar, teori pendidikan
dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 18 tahun
2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi12
memberikan definisi invensi adalah
suatu ciptaan atau perancangan baru yang belum ada sebelumnya yang
memperkaya khazanah serta dapat dipergunakan untuk memyempurnakan
atau memperbaharui ilmu pengetahuan yang ada.
Sedangkan innovation atau inovasi adalah suatu ide, barang,
kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang atau masyarakat baik berupa
invention atau discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan atau
memecahkan suatu masalah tertentu.
Dalam Undang-undang nomor 18 tahun 2002 tersebut disebutkan
bahwa inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, atau
perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan
konteks ilmu pengetahuan yang baru atau cara baru untuk menerapkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau
proses produksi.
12
Udin Saefudin Saud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta,2008, 3.
Page 47
35
Inovasi pendidikan dan pengajaran merupakan langkah yang tepat
dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam proses pendidikan
umumnya dan proses pembelajaran pada khususnya. Dalam dunia
pendidikan kita mengenal adanya inovasi kurikulum, inovasi
pembelajaran, inovasi desain dan managemen pembelajaran. Maka
sebelum menuju ke pembahasan inovasi pembelajaran kita perlu
mengetahui dahulu tentang inovasi dalam kurikulum.
2. Inovasi Kurikulum
Yang dimaksud inovasi kurikulum adalah suatu pembaharan atau
gagasan yang diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu
sendiri. Dampak itu bukan hanya pengembangan, melainkan juga terhadap
proses pendidikan sebagai implementasi suatu kurikulum secara
menyeluruh, termasuk terhadap penerapan pendidikan agama di SD.13
Sebagai contoh dari sisi bentuk ada perubahan kurikulum 1968
menjadi kurikulum 1975 dan dari kurikulum 1975 menjadi kurikulum
1975 Yang disempurnakan dan lahirnya Sistem Pendidikan Nasional
tahun 1989 lahir kurikulum 1994. Kurikulum 1994 disempurnakan dengan
Suplemen Kurikulum 1994 dan pada tahun 2004 lahir Kurikulum Berbasis
Kompetensi kemudian diperhaharui lagi menjadi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Di Kementrian Agama ada pembaharuan lagi menjadi
13
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.
Page 48
36
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter dan pada tahun 2013
muncul lagi pembaharuan kurikulum dengan Kurikulum 2013.
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu pada SI dan SKL serta berpedoman
pada panduan yang disusun oleh BSNP.14
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kelender pendidikan, silabus dan rencana program pembelajaran.15
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang
yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang
diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir,
14
Tim Penyusun,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo,
Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 , 1. 15
Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang,Magelang: MIN Krincing Secang,2014,10
Page 49
37
bersikap, dan bertindak.16
Adapun berkarakter adalah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.17
Sedangkan pendidikan
karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru (madrasah), yang
mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru sebagai pelaku pendidikan memiliki peran yang sangat
penting dalam membentuk budaya dan karakter bangsa sebagaimana
amanat UU RI NO.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagaimana berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.18
Karakter tidak cukup hanya diajarkan
akan tetapi perlu ditularkan melalui keteladanan.19
Adapun tujuan KTSP berkarakter di madrasah adalah
Pembentukan budaya madrasah, yaitu nilai nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga madrasah, dan masyarakat sekitar madrasah. Adapun yang
menjadi kriteria pencapainya adalah terbentuknya budaya madrasah, yaitu
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
16
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 5. 17
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 1. 18
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,2. 19
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012, 13.
Page 50
38
dipraktikkan oleh semua warga madrasah dan masyarakat sekitar
madrasah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.20
Sedangkan pengertian KTSP berbasis pendidikan karakter adalah
KTSP yang menginternalisasikan nilai-nilai karakter ke dalam
komponennya. Artinya, berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-
nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) diimplementasikan dalam
penyusunan komponen-komponen KTSP yang terkait, seperti visi, misi,
tujuan, muatan kurikulum, struktur kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri.21
Dalam menyusun KTSP berkarakter tersebut langkah yang pertama
memilih karakter utama yang akan diprioritaskan dalam sebuah madrasah.
Karakter utama itu meliputi kereligiusan, kejujuran, kedisiplinan,
kecerdasan dan kepedulian.22
Religius adalah Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.23
Kereligiusan indikatornya antara lain :
20
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,4. 21 Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012, 7. 22
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,8. 23
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
Page 51
39
a) Hafal dan fasih bacaan salat, gerakan salat, dan keserasian
gerakan dan bacaan.
b) Hafal dan fasih do’a setelah salat
c) Hafal dan fasih do’a-doa harian muslim.
d) Tertib menjalankan salat fardhu
e) Tertib menjalankan salat sunah rowatib
f) Memberikan infaq dan shadaqah
g) Mengikuti acara hari besar Islam
h) Mengucapkan salam
i) Mengucapkan kalimah toyibah
j) Memulai dan mengakhiri pelajaran dengan berdoa
k) Membaca al-Qur’an setelah salat
Jujur adalah Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.24
Kejujuran indikatornya antara lain:
a) Tidak mencontek dalam mengerjakan ulangan/ujian
b) Menyerahkan barang temuan kepada pemiliknya/pihak madrasah
c) Mengembalikan barang yang dipinjamnya
d) Berkata dengan yang sebenarnya
e) Tidak mengambil barang milik orang lain
f) Menyampaikan amanat kepada yang berhak
24
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
Page 52
40
Disiplin adalah Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.25
Disiplin indikatornya adalah:
a) Masuk ke madrasah tepat waktu
b) Pulang dari madrasah tepat waktu
c) Istirahat tepat waktu
d) Mengerjakan tugas tepat waktu
e) Memakai pakaian sesuai aturan madrasah
f) Melaksanakan tata tertib madrasah
g) Menggunakan peralatan madrasah dengan baik
h) Merawat peralatan belajar secara baik
Cerdas adalah indikatornya adalah
a) Unggul dalam perolehan UN
b) Unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di
atasnya
c) Unggul dalam lomba karya ilmiah remaja
d) Unggul dalam lomba kreativitas
e) Unggul dalam lomba kesenian
f) Unggul dalam lomba olahraga
Peduli Lingkungan adalah Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
25
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012,10.
Page 53
41
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.26
Indikatornya adalah:
a) Membuang sampah di tempatnya
b) Tidak melakukan corat-coret
c) Tidak merusak taman
d) Menjaga kebersihan lingkungan
e) Memelihara taman
f) Memungut sampah di lingkungan madrasah
Peduli Sosial adalah Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.27
Indikatornya adalah:
a) Memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal
b) Memberikan pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan
c) Menjenguk orang sakit
d) Berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal
e) Memberikan santunan yatim
f) Memberikan sumbangan Palang Merah
KTSP berkarakter tersebut diimplementasikan dengan menyusun
KTSP Berkarakter,manajemen madrasah, proses pembelajaran dan
26
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10. 27
H. Shofi, Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter dan
Budaya Bangsa, Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012 , 10.
Page 54
42
kegiatan pembinaan Siswa.28
Adapum komponen-komponen dalam KTSP
Berkarakter terdiri dari Visi, misi, tujuan, struktur kurikulum, muatan
kurikulum, muatan lokal, pengembangan diri, kalender Pendidikan,
jadwal pelajaran kriteria ketuntasan minimal. kriteria Kenaikan Kelas,
Kriteria Kelulusan.29
Adapum sebagai penilaian dari pendidikan karakter berupa
a) Mulai tampak
b) Mulai berkembang
c) Membudaya
4. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah kurikulum baru yang mulai diterapkan
pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Yang menjadi titik tekannya adalah peningkatan dan
keseimbangan soft skill dan hard skill yang meliputi aspek kompetensi
sikap, ketrampilan dan pengetahuan.30
28
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,6. 29
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah , Magelang: Kemenag, 2012, 12 Juli 2012,9. 30
Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 6.
Page 55
43
Untuk proses pembelajaran, standar proses yang semula terfokus
pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di
ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal
ini guru bukan satu- satunya sumber belajar. Selain itu sikap tidak hanya
diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. Seorang
pendidik tidak hanya sebagai fasilitator, tetapi juga harus memberikan
keteladanan yang baik terhadap semua peserta didik dalam kehidupan
sehari- hari, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.31
Kriteria penilaian dalam kurikulum 2013 adalah penilaian berbasis
kompetensi dan terjadi pergeseran dari penilaian melalui tes menuju
penilain otentik ( mengukur semua kompetensi sikap, ketrampilan dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil ). Penilain tidak hanya pada
level kompetensi dasar tetapi standar kompetensi lulusan.
5. Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI
Inovasi pada dasarnya merupakan suatu penerapan suatu gagasan
yang sifatnya praktis yang sifatnya mudah diterapkan, dengan
menggunakan apa yang dimiliki dengan memperhitungkan kendala-
kendala yang ada. Inovasi bisa berupa hal-hal yang sederhana yang oleh
31
Fadhilah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA,Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014, 32- 33.
Page 56
44
guru diterapkan secara kreatif dalam menghadapi berbagai permasalahan
yang ada di dalam kelas.32
Seperti memanfaatkan masjid, mushola, yang ada di dekat
madrasah dengan segala fasilitasnya untuk ketrampilan pendidikan agama.
Untuk bahasa Arab, membaca Al-Qur’an bisa menggunakan lingkungan
sebagai sumber dan dan alat belajar yang memungkinkan bagi upaya-
upaya inovasi.33
Upaya pengembangan inovasi pada suatu lembaga pendidikan
seperti MI merupakan upaya terobosan yang akan mempengaruhi bukan
saja semakin meningkat terhadap kerja guru, tetapi juga semua perangkat
yang diperlukan untuk pengembangan tersebut. Perangkat atau unsur yang
harus dilibatkan antara lain murid, pendanaan, sarana dan fasilitas
pendidikan.
Agar pengembangan inovasi tersebut lebih terarah dan mencapai
hasil optimal maka dalam pelaksanaannya perlu ditempuh langkah-
langkah yang sistematis mulai dari identifikasi masalah dan kendala,
identifikasi alternatif pemecahan, penyiapan alternatif yang dipilih barulah
sampai pada pelaksanaan inovasi.34
32
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,194.
33
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 195. 34
Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,200.
Page 57
45
Sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran guru
melihat kurikulum terlebih dahulu. Kurikulum Pendidikan Agama islam
merupakan rencana mengenai tujuan, isi, bahan, cara pembelajaran yang
digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan. Ia merupakan studi keislaman yang meliputi
Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh, dan Tarikh. Pendidikan Agama
Islam di madrasah dimaksudkan agar peserta didik berkembang sebagai
manusia yang bertaqwa kepada Allah, memiliki pengetahuan luas dan
berakhlakul karimah.
Sebagai kerangka dasarnya adalah Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 22 tahun 2006 bahwa Pendidikan agama masuk kelompok
mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Kurikulum disusun oleh sekolah/
madrasah dan komite dengan berpedoman standar kompetensi dan
kompetensi dasar dan panduan penyusunan kurikulum disusun oleh BSNP
dengan mengacu pada prinsip pengembangan kurikulum yang telah
dikembangkan di madrasah, dilaksanakan guru pendidikan agama Islam
dengan menggunakan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.35
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar merupakan arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
35
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum
Pustaka, 2010,35.
Page 58
46
indikator pencapaian kompetensi, penilaian hasil belajar dalam menyusun
sylabus merupakan standar nasional yang harus dicapai peserta didik
dalam satuan pendidikan.
Oleh karena itu kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil belajar
harus dirancang serta kontekstual dengan memperhatikan standar proses,
dan standar penilaian dengan prinsip pembelajaran yang mendidik.
Adapun tujuan yang ingin dicapai Standar Kompetensi PAI adalah peserta
didik menjadi manusia yang beriman danbertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa berakhlak mulia dan berkembangnya kemampuan peserta didik
dalam memahami, mengahayati dan mengamalkan nilai- nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.36
Guru dituntut untuk menyempurnakan dan menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
sehingga kurikulum yang dikembangkan di sekolah/ madrasah diperlukan
oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan lingkungan, perkembangan
zaman dan beban tugas yang akan dilakukan setelah mengikuti
pembelajaran.37
Kurikulum PAI punya karakteristik yang khas dan unik terutama
dalam bentuk operasional pengembangan dan pelaksanaannya dalam
36
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum
Pustaka, 2010,36. 37
Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 200, 7.
Page 59
47
pembelajaran.38
Karakteristik itu bisa diketahui dengan cara guru PAI
mengoptimalkan kinerja dalam proses pembelajaran, pengelolaan sumber
belajar, profesionalisme tenaga pendidikan dan pelaksanaannya dalam
pembelajaran.
Pengembangan atau inovasi kurikulum di satu sisi, maka akan
memunculkan berbagai macam bentuk pengembangan pendekatan dalam
pembelajaran.39
Dari sisi psikologi lahir inovasi yang berkenaan dengan
pendekatan dalam proses belajar mengajar yang baru seperti ketrampilan
proses40
, CBSA41
(Cara Belajar Siswa Aktif), belajar Tuntas42
, PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
Dalam perkembangan model-model pembelajaran ternyata terdapat
beberapa model-model pembelajaran yang sebenarnya telah memuat
konsep PAKEM. Ada tiga model pembelajaran yang telah biasa digunakan
para pengajar yang pada dasarnya mendukung PAKEM43
yaitu:
38
Rahmat Raharjo, Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Magnum
Pustaka, 2010, 38. 39
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,61. 40
Ketrampilan proses adalah suatu strategi kegiatan belajar dalam rangka mengaktifkan
siswa mengembangkan segenap ranah( kognitif, afektif dan psikomotor) dan pribadinya melalui
proses yang relevan. 41 Hakekat CBSA terletak pada peranan murid dalam belajar, peluang berkembangnya
kreatifitas,kekompakan, sikap penerimaan guru akan peran mereka itu dan jumlah waktu yang
diberikan untuk mengatasi persoalan pribadi mereka. 42
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar, Sukama Karya,Inovasi Kurikulum
di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas
terbuka, 1998,35.
43
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.
Page 60
48
1. Pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum ini merupakan bentuk
inovasi dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam
dan di sekitar momen belajar. Menurut Bobbi de Porter44
“ Quantum is
interaction that change energy into light”. Maksud dari energi menjadi
cahaya adalah mengubah semua hambatan yang selama ini dipaksakan
menjadi sebuah manfaat bagi siswa sendiri dan bagi orang lain dengan
memaksimalkan kemampuan dan bakat alamiah siswa. Pengubahan
hambatan-hambatan belajar itu bisa dengan menggunakan beberapa cara,
yaitu dengan mulai membiasakan menggunakan lingkungan sekitar
sebagai media belajar, menjadikan sistem komunikasi sebagai perantara
ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif, dan memudahkan segala hal
yang diperlukan oleh siswa.45
Kerangka perancangan pembelajaran kuantum kemudian dinamakan
dengan TANDUR46
a) Tumbuhkan yaitu sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan dengan
AMBAK (Apa Manfaatnya Bagi Ku/Siswa.
b) Alami yaitu berikan mereka pengalaman belajar untuk mengalaminya
sendiri.
c) Namai maksudnya berikan data dengan tepat ketika minat memuncak.
44
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000,5.
45
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,330. 46
Bobbi DePorter, Quantum Teaching, Bandung: Kaifa, 2000, 89.
Page 61
49
d) Demonstrasikan yaitu berikan kesempatan bagi mereka untuk
mengaitkan pengalaman dengan data baru, sehingga mereka
menghayati, dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.
e) Ulangi yaitu rekatkan gambaran keseluruhanya dengan retensi
f) Rayakan maksudnya perayaan menambatkan belajar dengan asosiasi
pusitif. Berikan penghargaan atas prestasi positif, sehingga terus
diulangi.
2. Pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran kompetensi menekankan
pencapaian standar kompetensi yang diuraikan menjadi kemampuan dasar,
kemudian diuraikan lagi menjadi beberapa materi pelajaran yang
cakupannya meliputi beberapa indikator. Prinsip- prinsip pembelajaran
kompetensi bertitik tolak dari pengelolaan kegiatan pembelajaran yang
dapat memberikan suatu kondisi sehingga terjadi proses belajar pada siswa
dengan melibatkan berbagai aspek yang saling mempengaruhi, baik yang
terdapat dalam siswa maupun sesuatu yang berada pada lingkungan
sekitarnya serta peranan guru.
Pembelajaran kompetensi memiliki karakteristik khusus yang
berbeda dengan pembelajaran lainnya mengenai apa yang dipelajari,
bagaimana proses pembelajarannya, waktu belajar, kemajuan siswa secara
individual. Pengelolaan pembelajaran kompetensi harus
mempertimbangkan pengelolaan ruang kelas, pengelolaan siswa,
pengelolaan pembelajaran, serta sarana dan sumber belajar.
Page 62
50
3. Pembelajaran Kontekstual. Pembelajarn kontekstual lebih dikenal dengan
sebutan CTL (Contekstual Teaching and Learning) merupakan konsep
belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak
belajar dan mengalami sendiri apa yang akan dipelajarinya, bukan sebatas
mengetahui. Pembelajaran tidak sekedar guru menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa, tetapi bagaimana siswa dapat memaknai apa yang
dipelajarinya.47
Dari hasil penelitian dan pengalaman para ahli psikologi
berpendapat, bahwa sesungguhnya murid mampu memahami konsep-
konsep yang rumit jika diberi kesempatan mempraktikkan sendiri atau
diberikan contoh, baik berupa peragaan, tiruan atau bagan.48
Dari sisi penyampaian pengajaran, inovasi berupa modul berupa
paket belajar untuk pendidikan luar sekolah, metode SAS (Struktur
Analisis Sintesis) untuk belajar Al-Qur’an49
, metode Iqro dan metode
yanbu’a.
Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau
inovasi baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan
47
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332. 48
Sukama Karya, Inovasi dalam Pendekatan Belajar Mengajar, ,Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 62. 49
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,35.
Page 63
51
Tuhan) bagi mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan
berusaha memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT :
�χÎ) ’ Îû È,ù=yz ÏN≡ uθ≈ yϑ¡¡9$# ÇÚ ö‘ F{$#uρ É#≈ n=ÏF ÷z$#uρ È≅øŠ ©9 $# Í‘$pκ ¨]9$#uρ
;M≈ tƒ Uψ ’ Í<'ρ T[{ É=≈t6 ø9 F{ $# ∩⊇⊃∪ t Ï% ©!$# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ ©! $# $Vϑ≈ uŠÏ%
#YŠθ ãè è% uρ 4’n?tãuρ öΝ Îγ Î/θ ãΖã_ tβρ ã�¤6 x� tGtƒ uρ ’ Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈ uΚ¡¡9 $#
ÇÚ ö‘ F{$#uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ |M ø)n=yz #x‹≈ yδ WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ys ö6 ß™ $oΨÉ)sù
z>#x‹ tã Í‘$̈Ζ9$# ∩⊇⊇∪
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.50
Beberapa ahli psikologi mengkritik pelaksanaan pembelajaran yang
berpusat pada guru (Teacher Centered), siswa lebih banyak mendengar,
menurut beberapa penelitian cara belajar seperti di atas memiliki daya
serap rendah51
sehingga muncul ide baru dengan strategi belajar active
50
Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,
PT Lentera Optima Pustaka, 2011. 51
Sukama Karya,Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar,Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998, 49.
Page 64
52
learning atau pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered
).52
Kata pembelajaran berasal dari kata belajar. Belajar adalah suatu
proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan,
memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian53
. Pengertian
ini lebih diarahkan kepada perubahan individu, baik menyangkut ilmu
pengetahuan maupun berkaitan dengan sikap dan kepribadian dalam
kehidupan sehari- hari. Melalui pembelajaran, harapannya ilmunya
bertambah, ketrampilan meningkat dan dapat membentuk akhlak mulia.
Sedangkan pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia54
adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Artinya dengan kegiatan pembelajaran seseorang dapat
memperoleh ilmu pengetahuan tentang materi yang dipelajari. Menurut
Kimble dan Garmezy dalam Thobroni dan Arif Mustofa 55
pembelajaran
adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil
praktik yang diulang- ulang.
Inovasi pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan
pembaharuan dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan
52
Mulyasa, E., Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, 20 53
Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran, Teori dan Konsep Dasar, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011, 9. 54 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008, 23. 55
Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana dan
Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, Yogyakarta, Ar- Ruz Media, 2011, 18.
Page 65
53
persoalam pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik.
Udin Saefudin Sa’ud56
dalam bukunya mengatakan bahwa dalam
pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran
hendaknya lebih ditujukan untuk membelajarkan siswa atau ditujukan
pada usaha agar siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat
perlakuan guru dalam mengelola pembelajaran yang menekankan pada
kemampuan dasar yang dimiliki siswa pada tahap pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
Muhaimin57
dalam bukunya yang berjudul Rekonstruksi Pendidikan
Islam berpendapat bahwa sekolah atau lembaga pendidikan perlu
mengembangkan gagasan-gagasan cerdas, kreatif inovatif dalam
mengantisipasi berbagai tantangan terpadu ke arah pemaduan sistem
sekolah dan pesantren untuk mencapai keunggulan pada aspek akademik,
non akademik maupun kepribadian yang kuat, kokoh dan mantab dalam
diri peserta didik merupakan salah satu jawaban alternatif berbagai
tantangan tersebut. Peserta didik di sekolah terpadu diposisikan sebagai
siswa sekaligus santri.
Dari kerangka teori di atas dapat kita uraikan bahwa Inovasi
pembelajaran adalah pembaharuan atau usaha mengadakan pembaharuan
56
Udin Saefudin Sa’ud, Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008, 141- 158. 57
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2009,
101-107.
Page 66
54
dalam rangka mencapai hasil yang lebih baik terkait dengan persoalan
pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar anak didik.
Inovasi pembelajaran berpijak pada tiga landasan pokok yaitu
1. Landasan filosofis yaitu landasan yang didasarkan pada tata nilai
masyarakat
2. Landasan psikologis berlandaskan pada kejiwaan perkembangan
peserta didik
3. Landasan sosiologis yaitu asumsi peserta didik dipsersiapkan
berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai implikasi bagi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam
di Indonesia yaitu pembelajaran agama Islam harus dirancang,
dikembangkan dan dikelola secara kreatif, dinamis, terpadu dengan
menggunakan pendekatan multi untuk menciptakan suasana dan proses
pembelajaran yang yang kondusif bagi peserta didik.
Page 67
55
BAB III
HASIL- HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Madrasah Ibtidaiyah Al-Islam Tonoboyo
1. Sejarah MI Al-Islam Tonoboyo
Madrasah Ibtidaiyah Al- Islam Tonoboyo Bandongan Full day
school adalah sebuah MI yang didirikan pada tahun 1957. Dengan
adanya perubahan bahwa madrasah ibtidaiyah berubah menjadi MWB
(Madrasah Wajib Belajar), maka pendidikan agama diselenggarakan
sore hari. Pada awal mulanya MI tersebut sebuah madrasah yang
menyelenggarakan pendidikan sekolah pada pagi harinya dan pada
sore harinya menyelenggarakan Madrasah Diniyah dan kemudian pada
tahun 1967 diubah menjadi MI Al-Islam yang berafiliasi dengan
Yayasan Maarif NU. Dan pada tahun 2011 berubah menjadi Madrasah
Ibtidaiyah Al- Islam Fullday School.1
Secara geografis MI Al-Islam Tonoboyo berada di lingkungan
pedesaan. Jaraknya kurang lebih 10 km dari kota Magelang. Lokasi
madrasah berdekatan dengan masjid, di depannya ada area untuk tenis
meja, dekat dengan balai desa yang di dalamnya juga terdapat
lapangan bulutangkis dan berdekatan dengan rumah penduduk dan
jalan raya. Di seberang jalan juga terdapat Sekolah Dasar Negeri I
1 Wawancara dengan Kepala MI Tonoboyo, bpk Rozib Sulistio, M.Pd.I. tanggal 16 Mei
2015 pukul 12. 30.
Page 68
56
Tonoboyo. MI Al-Islam Tonoboyo berdampingan dengan RA
Muslimat.
Sejak berdiri sampai sekarang telah terjadi pergantian kepala
madrasah dikarenakan yang bersangkutan pensiun seperti dari bapak
Ishom, Bapak Dahlan, Bapak Marsis, Bapak Qosim dan sekarang
adalah bapak Rozib Sulistio, M.Pd.I. Sejak periode bapak Rozib ini
madrasah mengalami perkembangan yang pesat karena beberapa
inovasi dan beberap perubahan yang telah dilakukan.2
2. Visi, Misi dan tujuan Madrasah MI Al-Islam Tonoboyo
a. Visi Madrasah
Membentuk peserta didik yang unggul dalam mutu, berbudi pekerti
luhur, terampil, beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta
tanah air dan bangsa
Indikator Visi :
a. Memiliki KTSP yang memadai.
b. Terpenuhi standar proses
c. Terpenuhi standar kelulusan
d. Terpenuhi standar tenaga kependidikan
e. Terpenuhi standar pengelolaan
f. Terpenuhi fasilitas pendidikan
g. Terpenuhi standar pembiayaan pendidikan
2 Wawancara dengan pengurus komite madrasah, Bapak Anshorullah pada tanggal 27
Mei 2015 pukul 13. 50.
Page 69
57
h. Terpenuhi standar penilaian
i. Memiliki budaya dan lingkungan Madrasah yang kondusif
b. Misi Madrasah
1) Menyusun dan melaksanakan KTSP
2) Melaksanakan Pembelajaran sesuai standar proses
3) Melaksanakan pembimbingan karakter dan pengembangan
diri.
4) Meningkatkan Kompetensi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan
5) Mewujudkan pendidikan yang bermutu, efisien, dan relevan
serta berdaya saing yang tinggi
6) Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel,
partisipatif dan efektif
7) Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan
8) Mewujudkan sumber-sumber pembiayaan non pemerintah serta
mengelola keuangan dengan transparan dan akuntabel
9) Melaksanakan penilaian hasil belajar sesuai standar penilaian
10) Melaksanakan Manajemen Madrasah yang berkarakter.
c. Tujuan Madrasah :
Tujuan MI al Islam Tonoboyo jangka menengah (5 tahun kedepan)
adalah :
1. Tercapainya nilai rata-rata semua mata pelajaran kategori A
2. Meningkatnya nilai KKM pada semua mata pelajaran
Page 70
58
3. Meningkatnya ketercapaian nilai KKM untuk semua mata
pelajaran
4. Meningkatnya penguasaan komputer dan internet pada setiap siswa
5. Meningkatnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari di
Madrasah .3
d. Identitas Madrasah
1. Nama Madrasah : MI Al- Islam Tonoboyo
2. No. Statistik Madrasah
(NSM) : 111 233 080 197
3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah : Dusun Krajan I
Desa / Kelurahan : Tonoboyo
Kecamatan : Bandongan
Kab/ Kota : Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telp. : 085225229998
5. NPWP Madrasah : 00 . 542 . 194 . 6 - 524 . 000
6. Nama Kepala Madrasah :Rozib Sulistio,M.Pd.I
7. No. Telp./ HP Kepala
Madrasah : 081325513431
8. Nama Yayasan : Maarif
9. No.SK Terakhir Madrasah : KW.11.4/4/PP.03.2/623.8.158/2005
3 Rozib Sulistio dan team penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun
2010,MI AL Islam Tonoboyo, 2010, 4-5.
Page 71
59
10. Tanggal SK : 14 Oktober 2005
11. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan
a. Status Tanah :Wakaf
b. Luas Tanah : 470 m2
12. Status Bangunan : Yayasan
13. Luas Bangunan : 430m2
14. E-mail
3. Kondisi Obyektif Madrasah
a. Kondisi Obyektif Bangunan
Madrasah ini menempati gedung seluas 430 meter2 di atas tanah
seluas 470 meter2 dan kelilingnya 70 meter berlantai dua dengan
perincian sebagaimana yang terdapat dalam tabel 1.1 sebagai berikut
Tabel 1.1 tentang Sarana dan prasarana MI Al-Islam Tonoboyo
Ruang Juml Ukuran
1 Ruang kelas 9 7 x 8
2 R. kepala sekolah 1 2 x 3
3 R. guru 1 3 x 4 4 R. tata usaha - 5 R. laboratorium 1 6 R. BP - 7 R. perpustakaan -
8 R. UKS 1 2 x 3 9 R. koperasi -
10 Masjid - 1 1 R. gudang 1 3 x 4 12 Kamar mandi dan WC 2 1 x 2
2
Page 72
60
b. Fasilitas MI Al Islam Tonoboyo
Untuk memperlancar kegiatan pembelajaran, sekolah menyediakan
fasilitas mobil antar jemput sebanyak dua unit dengan pengemudinya
sejumlah dua orang. Satu unit mobil mulai ada tahun 2011, tiga unit
mobil ada pada tahun 2012/2013 ada pada tahun 2014/2015
menggunakan dua unit mobil yang berukuran besar.
Sedangkan untuk kegiatan olahraga sekolah memanfaatkan
lapangan olahraga sepakbola yang ada di Kecamatan Bandongan,
tenis meja di depan sekolah, bulutangkis ada di balai desa yang
tempatnya berdekatan serta kegiatan pembelajaran wudhu, shalat dan
rangkainya ada di masjid yang juga berdekatan4 dengan madrasah.
Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran, madrasah
menyediakan buku pegangan guru untuk semua mata pelajaran, buku
pegangan murid, buku penunjang, software untuk pembelajaran PKn 3
set, software untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam 15 set,
software untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia 3 set, IP 3 set,
Matematika 3 set dan untuk muatan lokal 4 set.
c. Tenaga Kependidikan
Berikut ini nama guru dan karyawan di MI Al- Islam
Tonoboyo
Tabel 1.2 tentang nama guru dan karyawan MI Al-Islam Tonoboyo
T
Page 73
61
No Nama Guru Ijazah Terakhir
1 Rozib Sulistiyo, M.Pd.I S.2/MKPI/PI
2 Lushandiyah, S.Ag S.1PAI
3 Eko Purwanti,S.Pd.I S.1PAI
4 M a l t u f a h MA
5 Maryatul Anisah, S.Pd.I S.1/PAI
6 Fauziah Septiana, S.Kom S.1/ Sistem informatika
7 Roechanal Ma'tufani SMA/ IPA
8 Nisfu Ema Fatimah SMA/ Bahasa
9 Muliatin Ni’mah, S.Pd.I S. 1/ Bahasa Inggris
10 Ahmad Zamzami MTs
11 Islakhuddin SD
12 Akhmad Nursani,S.Pd.I
S.1/ PAI
13 Wakhidun MA
Dari guru-guru yang berlatar belakang ijazah terakhir
SMA/MA ke bawah rata-rata adalah alumni pondok pesantren
yang mempunyai kompetensi di bidang keagamaan.
d. Keadaan Siswa
Jumlah siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai
tampak dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan5 yaitu
tahun ajaran 2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90
siswa, tahun 2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis6
5 Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo
6 Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015
Page 74
62
tahun 2014/ 2015 jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada
165 dan tahun 2014/ 2015 ada 225. Dari jumlah tersebut siswa
yang mengikuti UN tahun 2012/ 2013 ada 23 siswa yang lulus
juga 23 siswa. Dari sejumlah siswa yang belajar di MI Al-
Islam Tonoboyo tersebut tidak hanya berasal dari Desa
Tonoboyo saja, akan tetapi berasal dari desa- desa lain yang
berada di wilayah kecamatan Bandongan, bahkan ada yang
berasal dari kecamatan lain seperti Desa Simpar, Desa Beseran,
Desa Balekerto, Desa Sembiran, Desa Junjungan, Desa
Kaliangkrik, Desa Susukan, Desa Banjaran yang berada di
wilayah kecamatan Kaliangkrik bahkan ada siswa yang berasal
dari kota Magelang.
Pada tahun ajaran 2014/ 2015 ini jumlah siswa yang
mengikuti ujian nasional ada 21 siswa dan yang lulus juga 21
siswa. Jika pada tahun 2011/2013 nilai rata- rata baru mencapai
7,47 untuk bidang studi UN ( Bahasa Indonesia, Matematika,
Ipa ) maka pada tahun 2013/2014 sudah ada siswa yang meraih
jumlah 27, 10 atau rata- rata 9,3.7Siswa sejumlah 225 itu dibagi
menjadi sembilan rombongan belajar yaitu: kelas satu ada satu
rombongan belajar, kelas dua ada dua rombangan belajar, kelas
tiga ada dua rombongan, kelas empat ada dua rombongan
7 Emis MI Al- Islam Tonoboyo tahun 2014/2015
Page 75
63
belajar dan kelas lima dan enam terdiri- dari satu rombongan
belajar.
d. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Kegiatan Pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo
Untuk mencapai tujuan madrasah yang tersebut di atas, kegiatan
pembelajaran di MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan sistem Full
day School8 yang dibagi menjadi kegiatan akademik dan kegiatan
non akademik yang wajib diikuti oleh semua siswa.
Kegiatan akademik meliputi Masa Orientasi Madrasah (MOM )
untuk siswa baru, Kegiatan Pembelajaran 8 jam per hari yang
diselenggarakan di dalam kelas atau diluar kelas seperti di masjid,
lapangan atau alam terbuka9, kegiatan remedial dan
pengayaan,Ujian tengah dan akhir semester,Ujian Akhir Madrasah
Berstandar Nasional (UAMBN), Ujian Madrasah (UM) dan UN
(Ujian Nasional) untuk kelas Enam. Adapun sebagai penunjang
kegiatan akademis berupa brain storming, evaluasi diri, tahfizul
quran, pembiasaan-pembiasaan.
Sedangkan kegiatan non akademis berupa kegiatan harian,
kegiatan mingguan, kegiatan persemester dan kegiatan tahunan.
Kegiatan harian seperti istirahat bermakna, sholat Dhuha
8 Rozib Sulistio dan Tim Penyusun, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo tahun
2010, 9 Wawancara dan hasil observasi tanggal 27 Mei 2015,pukul 13.00.
Page 76
64
terbimbing, Sholat Dhuhur berjamaah. Kegiatan mingguan dibagi
menjadi kegiatan standar dan kegiatan khusus. Kegiatan standar
seperti pramuka, rebana dan upacara bendera. Sedangkan kegiatan
khusus berupa Vocabulary, Perpustakaan dan Berlin ( Bersih
Lingkungan).
Kegiatan mingguan seperti upacara bendera, tahlilan dan latihan
pramuka. Upacara diadakan setiap hari Senin diikuti oleh seluruh siswa
dengan petugas dari kelas IV-VI, sedangkan Latihan Pramuka diadakan
setiap hari Sabtu Pagi dan juga diikuti oleh seluruh siswa.
Khusus untuk upacara bendera, MI al Islam Tonoboyo sedang
melakukan uji coba untuk menggunakan bahasa Arab-Inggris ke dalam
rangkaian upacara, tetapi terbatas pada penggunaan aba-aba dan
penyampaian sambutan Pembina Upacara.
Sedangkan Kegiatan Khusus seperti Vocabulary bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan produktif berbahasa Arab-Inggris merupakan
merupakan komitmen madrasah berupa penambahan kosakata bahasa
Inggris dan bahasa Arab dilakukan di luar kelas dengan menggunakan
berbagai metode.
Adapun kegiatan perpustakaan merupakan kegiatan pengembangan
minat baca siswa. Pada jam yang disediakan secara khusus, siswa diberi
kesempatan untuk membaca buku-buku yang mereka bawa dari rumah,
membahas maupun menceritakan isi bacaannya dengan guru atau teman.
Page 77
65
Berlin atau Bersih Lingkungan merupakan kegiatan harian yang
digilirkan kepada tiap-tiap kelas. Kelas yang memperoleh giliran/jadwal
berlin bertugas secara bersama-sama membersihkan area madrasah ,
memunguti sampah, menyirami tanaman dan membenahi sarana semampu
mereka dengan bimbingan wali kelasnya. Kegiatan Berlin ini diadakan
semata-mata untuk meningkatkan kesadaran siswa akan lingkungan
mereka, memupuk rasa memiliki dan kebutuhan untuk memelihara
lingkungan.
Senam pada hari Sabtu merupakan Student Time di MI AL
IslamTonoboyo, pada saat itu siswa-siswi MI AL Islam Tonoboyo di
samping senam juga latihan mengenal alam.
Kegiatan akhir semester adalah Field Trip dan Panggung Kecil
(pentas kompetensi siswa). Beriringan dengan pelaksanaan ujian (ujian
tengah dan akhir semester), maka MI Al Islam Tonoboyo juga
mengadakan kegiatan kesiswaan seperti field trip. Kegiatan yang bersifat
jelajah alam dan eksplorasi fisik ini, lebih dimaksudkan sebagai ajang
rekreasi, mengasah aktivitas serta menambah pengalaman siswa.
Sedangkan Panggung Kecil merupakan ajang bagi para siswa
untuk menampilkan kebolehan yang diperolehnya dalam rentang waktu
satu semester terakhir di depan para wali siswa MI al Islam Tonoboyo.10
Sebagai salah satu wujudnya misalnya, santri (sebutan peserta didik) di
ajak mengunjungi Museum Sudirman di Jl. Pahlawan Kota Magelang, Ke
10
Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010
Page 78
66
Alun- Alun Kota Magelang, Lapangan Akmil yang berdekatan dengan
Gunung Tidar kota Magelang, jalan-jalan di area persawahan desa
Tonoboyo sambil menggenal lingkungan.11
Sedangkan kegiatan tahunan antara lain yaitu: kegiatan MOM
(Masa Orientasi Madrasah) Sebagai sarana mengenalkan Madrasah
kepada para siswa baru yang meliputi perkenalan, puzzle, outbond,
berkebun, makan bersama, dan di hari terakhir ditutup dengan penampilan
siswa lama dalam pentas seni "Panggung Ekspresi" yang menyajikan
tampilan berupa tarian, musik, drama/teater, puisi kolosal dan sebagainya.
Sudah menjadi komitmen MI Al Islam Tonoboyo yang merupakan
Madrasah Islam untuk lebih mendalam menanamkan nilai-nilai tauhid dan
akhlakul karimah kepada para siswanya, di antara kegiatan massal yang
diselenggarakan adalah Pondok Ramadhan dan Iedul Qurban. Dengan
kedua kegiatan itu siswa diarahkan untuk semakin pintar mengurus diri
sendiri serta mandiri dalam mengontrol ibadah hariannya.12
Pondok Ramadhan ini diberlakukan untuk siswa kelas 1-6 dengan
kegiatan mengaji, tadarus al-Qur’an, Shalat wajib berjamaah, Pemutaran
film-film Islam, buka bersama yang dirangkai sholat isya dan tarowih
secara berjamaah.13
Sedangkan kegiatan Idul Qurban dilakukan dengan menyembelih
hewan Qurban yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar,
11
Wawancara dengan Kepala Madrasah MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 27 Mei
pukul 13.130. 12 . Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010 13
Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul
13.30.
Page 79
67
pengurus,relawan, Akademi Militer atau iuran bersama antara guru-guru
dan siswa. 14
Kurikulum yang digunakan MI al Islam Tonoboyo adalah
kurikulum SD/MI standar nasional (Standar Isi KTSP) sebagai acuan
minimal, dipadukan dengan muatan lokal dan pengembangan diri yang
diintegrasikan di dalamnya pendidikan keislaman dan life skill dasar.
Kurikulum SD/MI menurut standar nasional memuat 8 mata
pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri, sedangkan kurikulum MI
al Islam onoboyo memuat 9 mata pelajaran, 4 muatan lokal dan 2
kelompok pengembangan diri.
Muatan lokal di MI al Islam Tonoboyo adalah Bahasa Inggris,
Bahasa Arab, Bahasa Jawa, BTQ dan Ke-NU-an. Sedangkan
Pengembangan Diri di MI al Islam Tonoboyo secara terprogram meliputi:
bimbingan konseling, upacara bendera, mengaji, tartil & tahfizhul Quran-
Hadist, pramuka, sholat dhuha, istighotsah, dan muhadhoroh (latihan
pidato).
Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum, di mana secara keseluruhan
MI al Islam Tonoboyo menambahkan 20 jam pembelajaran perminggu.15
14
Wawancara dengan Kepala MI Al- Islam Tonoboyo pada tanggal 28 Mei 2015 pukul
13.30 15
Rozib Sulistio, KTSP Berkarakter MI Al- Islam Tonoboyo, 2010
Page 80
68
Jadwal Kegiatan Pengembangan diri dan alokasi waktunya
sebagaimana tercantum dalam tabel 1.3 sebagai berikut:
Tabel 1.3 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri dan alokasi
waktunya
N
O
KEGIATAN HARI WAKTU KETER
1
.
Layanan Bimbingan
Konseling
Senin - Sabtu 07.30 – 13.00 Setiap peserta
didik wajib
mengikuti
kegiatan –
kegiatan
pengembangan
diri tersebut
Kegiatan
Pengembangan
diri ekuivalen
dengan 9 - 16
jam pelajaran (2
x 35 menit)
2
.
Tadarus Al Qur’an Senin - Sabtu 07.00 – 07.15
3
.
Shalat Dhuha, Hajat,
Isighotsah dan
Kultum bersama-saa
(kelas 1-6)
Senin – Jum’at 10.00 – 10.45
4
.
Shalat Dhuhur
berjama’ah
Senin – Kamis 12.45 – 13.30
5
.
Kepramukaan Sabtu 14.00 – 15.45
6
.
Seni Baca AlQur’an
Tartil Alquran
(Mengaji)
Qiroatul kutub
Tiap hari selain
hari jum’at
(Kelas 1-2)
Antara Senin –
Sabtu (Kelas 3 –
4) sesuai jadwal
11.35 – 12.40
11.35 – 12.40
7
.
Seni Rebana Jum’at 14.0 – 15.45
1. Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri
Page 81
69
Penilaian Kegiatan Pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan
kulitatif dengan rentang sebagai berikut :
Tabel 1.4 tentang penilaian kegiatan pengembangan diri
Kategori Nilai Kriteria Keterangan
A 86 – 100 Sangat Baik
B 71 – 85 Baik
C 61 – 70 Cukup
D > 60 Kurang
Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di MI al
Islam Tonoboyo meliputi sub mata pelajaran :
1. Al Qur’an Hadits;
2. Aqidah Akhlak
3. Fiqh
4. SKI
a.Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam
Page 82
70
Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam semsester gasal sebagaimana tercantum dalam tabel 1.5
sebagai berikut:
Tabel 1.5 tentang KKM Mapel PAI Semester Gasal
K o m p o n e n
Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 60 60 60 60 60 70
b. Aqidah Akhlaq 60 60 60 60 60 70
c. Fiqh 60 60 60 60 60 70
d. SKI - - 55 55 55 65
Kriteria Ketuntasan Minimum Nilai Mapel Pendidikan Agama
Islam semester Genap yang dapat dilihat dalam tabel 1.6 sebagai
berikut:
Tabel 1.6 tentang KKM nilai Mapel PAI semester Genap
K o m p o n e n Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
Page 83
71
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 70 60 70 70 70 70
b. Aqidah Akhlaq 70 60 70 70 70 70
c. Fiqh 70 60 70 70 70 70
d. SKI - - 70 70 70 65
b. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Pedoman Penilaian disesuaikan dengan pedoman yang berlaku dan
yang telah diterbitkan oleh Direkotrat Pendidikan Lanjutan Tingkat
Pertama. Teknik penilaian terdiri dari tes dan non tes. Tes terdiri dari
kuis dan tes harian. Teknik nontes terdiri dari observasi, angket,
wawancara, tugas, proyek, portofolio. Sedang pada Pedoman Penilaian
Kelas yang diterbitkan oleh Balitbang Depdiknas sebagai bagian dari
paket Pelayanan Profesional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
ada tujuh macam teknik penilaian, yaitu: penilaian unjuk kerja,
penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk,
penilaian portofolio, dan penilaian diri.
Prosedur pengembangan instrumen penilaian meliputi beberapa
tahap, yaitu: (1) perumusan perilaku atau kemampuan esesial yang
akan diukur (2) perumusan indicator (3) penulisan instrumen/ soal, (4)
penelaahan instrumen yang mencakup review dan revisi dan (5) uji
coba instrumen sebelum digunakan
Page 84
72
Teknik dan prosedur penilaian diserahkan kepada masing-masing guru
mata pelajaran dengan rumus sebagai berikut:
NR = (2 x RUH) + (1 x UTS) + (1 x UAS)
4
RUH = UH + R Tugas
1. Kriteria Kenaikan Kelas
a) Kenaikan kelas dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran
b) Kenaikan kelas dipertimbangkan berdasarkan nilai rapor
semester genap pada tahun pelajaran yang telah berjalan
c) Kenaikan kelas ditetapkan dengan rapor dengan format
yang telah ditentukan. Peserta didik dinyatakan naik kelas
apabila:
i. menyelesaikan seluruh program pembelajaran
ii. Tidak memiliki nilai kurang dari atau sama dengan
KKM.
iii. Memiliki nilai kurang/belum tuntas paling banyak
satu mata pelajaran pada semester genap.
iv. Ketidakhadiran kurang dari 25% tanpa keterangan
v. Memiliki nilai kepribadian, akhlak mulia, dan
pengembangan diri minimum baik
2. Kriteria Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus jika:
Page 85
73
a) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran,
b) Memperoleh nilai minimal 60 (enam puluh ) pada
penilaian akhir untuk seluruh kelompok mata
pelajaran:
a. Agama dan akhlak mulia (Al Quran Hadits,
Aqidah Akhlak, Fiqh dan SKI)
b. Kewarganegaraan dan kepribadian
c. Estetika
d. Jasmani, olahraga, dan kesehatan
c) Lulus Ujian Madrasah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi,
d) Lulus Ujian Nasional (KKM UAMBN dan UASBN
akan kemudian).
3. Tindak Lanjut Bagi Peserta Didik yang Tidak Naik
Kelas atau Tidak lulus
Peserta didik yang tidak naik
a. wajib mengulang pada kelas yang sama pada tahun pelajaran
berikutnya.
b. Peserta didik yang mengulang pada kelas yang sama dan tidak naik
tidak boleh mengulang pada tahun pelajaran berikutnya.
Peserta didik yang tidak lulus
a. wajib mengikuti ujian ulang pada mata pelajaran yang tidak lulus.
Page 86
74
b. Sebelum mengikuti ujian ulang Madrasah melaksanakan
pembimbingan.
c. Peserta didik yang tidak lulus ujian ulang dapat mengulang
mengikuti pembelajaran di kelas 6 pada tahun berikutnya.
E. Gambaran Umum MI Al-Falah Kaliangkrik
1. Sejarah Berdirinya MI Al-Falah Kaliangkrik
MI Al-Falah kaliangkrik yang berdiri pada tahun 194516
juga tidak
lepas dari tokoh masyarakat yang ada di desa tersebut. Sebelumnya
kegiatan pembelajaran berlangsung di rumah mantan kepala desa.
Maka para tokoh masyarakat yang ada di desa Kaliangkri seperti
KH Muhtadi, Kyai Dawam, Bapak Rejo (ayah almarhum) KH Jamari
Mas’udi bermusyawarah untuk mendirikan bangunan madrasah dan
kebetulan pada waktu itu ada dermawan yang mewakafkan tanahnya
untuk mendirikan bangunan madrasah yang bernama bapak Tulung
(ayah bapak Juweni). Bangunan madrasah dibangun oleh masyarakat
Desa Kaliangkrik secara bergotong royong yang terbuat dari papan
kayu.17
Dari tahun ke tahun bangunan madrasah mendapat bantuan rehab
selama lima kali sehingga sekarang menjadi sebuah bangunan yang
16
SK Pendirian MI Al- Falah Kaliangkrik 17
Wawancara dengan ibu Wuryam (istri bapak Muh Sarwani (almarhum)mantan kepala
MI Al- Falah yang pertama pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 14.30
Page 87
75
megah berbentuk leter U yang terdiri dari tiga bangunan yaitu bangunan
sebelah barat, bangunan sebelah utara dan sebelah timur. Bangunan
sebelah barat terdiri dari dua lantai dengan lima ruangan, sebelah utara
lima ruangan dan di belakangnya toilet dan sebelah timur terdiri dari
tiga ruangan di atas tanah seluas 1531.31 m2 persegi dengan luas
bangunan 1231 m2. Sejak berdiri telah mengalami pergantian beberapa
madrasah karena pensiun atau meninggal dunia dari bapak Muh
Sarwani (almarhum), bapak Sihabudin (almarhum), bapak M Qobul,
S.Pd. I (pensiun) dan bapak Fadhoil, S.Ag.
Keberadaan MI al-Falah Kaliangkrik juga tidak bisa lepas dari
adanya lembaga pendidikan pesantren yang bernama Pondok Pesantren
Damarjati Kaliangkrik yang dibangun oleh KH Jamari Mas’udi yang
dibangun pada tahun 1984 dengan santri yang berasal dari berbagai
daerah dan berbagai usia dari tingkat taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi.18
Selain santri tingkat usia sekolah belajar belajar di
MI Al-Falah Kaliangkrik pada pagi harinya, mereka belajar di
Madrasah Diniyah di lingkungan pesantren pada sore harinya (pukul
14.30-17.00)19
.
Secara geografis MI Al-Falah Kaliangkrik yang berada di wilayah
lereng Gunung Sumbing yang sejuk udaranya. Bangunan gedung juga
18
Wawancara dengan bapak Slamet Rodhi (guru MI Al-falah Kaliangkrik yang telah
pensiun) pada tanggal 6 Juni 2015 pukul 15.00 19
Wawancara dengan Abdul Kholiq (pengurus santri Ponpes Damarjati kaliangkrik )
pada tanggal 5 Juni 2015 pukul 10.00
Page 88
76
strategis karena berdekatan dengan masjid, berdampingan lembaga
pendidikan Raudhotul Athfal, MTs Damarjati dan Madrasah Aliyah
Damarjati Kaliangkrik.
MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya mengalami pembaharuan
seperti madrasah lain pada umumnya. Misalnya dari madrasah
ibtidaiyah yang hanya memberikan materi keagamaan saja pada
perkembangannya juga memberikan materi pelajaran umum.
Ketika ada ide pemerintah untuk mengubah MI menjadi MWB(
Madrasah Wajib Belajar) juga ikut berubah menjadi MWB20
. Ketika ada
pembaharuan kurikulum dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum
1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 juga ikut melakukan
pembaharuan.
Bahkan pada tahun 2005 mendapat dana BOMM (Bantuan
Operasional Mutu Managemen Pendidikan) untuk menyelenggarakan
work Shop Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 bagi guru-guru
madrasah ibtidaiyah se-Kabupaten Magelang.21
Pada tahun 2007 juga
mengirim guru- gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.22
Dan pada tahun 2012 mendapat tugas dari
Kementrian Agama untuk mengikuti Work Shop Kurikulum Tingkat
20 Wawancara dengan ibu Wuryam pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.00 21
MI Al- Falah Kaliangkrik,Laporan pertanggungjawaban BOMM MI Al- Falah Kaliangkrik
tahun 2005 22
Wawancara dengan bapak M. Qobul S.Pd.Ipada tanggal 1 Juni 2015
Page 89
77
Satuan Pendidikan sekaligus menyusun Kurikulum tingkat Satuan
Pendidikan Berkarakter untuk MI Al-Falah Kaliangkrik23
.
Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan guru-
gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulum 2013 selama sepuluh
hari di Hotel Borobudur Kota Magelang.24
Dan pada tahun pelajaran
2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas
satu dan empat.
2. Visi, Misi dan Tujuan MI Al-Falah kaliangkrik
a. Visi MI Al-Falah Kaliangkrik:
Terwujudnya madrasah yang dapat membentuk generasi relegius,
disiplin dan peduli.
Indikator Visi:
1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari-
hari
2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek
akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi
maupun sosial
3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap
lingkungannya
23
Work Shop KTSP berkarakter di MIN Sumberejo mertoyuda Magelang tanggal 12- 13
Juli 2012 24
Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013
Page 90
78
b. Misi MI Al-Falah Kaliangkrik
1) Menciptakan lingkungan belajar yang religius.
2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi.
3) Memberdayakan seluruh potensi peserta didik untuk peduli
terhadap lingkungannya
c. Tujuan Madrasah
1) Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari-
hari.
2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam aspek
akademik maupun non akademik dalam kehidupan pribadi
maupun sosial.
3) Terbentuknya siswa madrasah yang peduli terhadap
lingkungannya
d. Program Madrasah
1) Pembelajaran dan pembiasaan hidup relegius, baik didalam
maupun luar kelas.
2) Pembiasaan hidup disiplin baik akademik maupun non
akademik didalam maupun diluar kelas, dengan optimalisasi tata
tertib madrasah
Page 91
79
3) Optimalisasi seluruh potensi peserta didik untuk peduli terhadap
lingkungannya 25
.
4. Kondisi Obyektif Madrasah
a. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana pendukung proses pembelajaran terdiri dari
sembilan ruang kelas untuk sembilan rombongan belajar untuk kelas I
sampai kelas VI, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan kamar toilet
untuk guru,sebelas toilet untuk siswa26
, satu ruang kantin untuk siswa.
27MI Al-Falah Kaliangkrik juga memiliki halaman sekolah yang luas
yang dapat brfungsi untuk melaksanakan upacara bendera setiap hari
Senin untuk siswa- siswi MI al-Falah, MTs Damarjati, MA Maa’rif
Damarjati Kaliangkrik secara bersama- sama, untuk berolahraga
bulutangkis, lompat jauh dan lompat tinggi, sarana tempat bermain
anak-anak ketika istirahat yang dikelilingi penghijauan dan tanaman
hias yang asri.
b. Keadaan Siswa
Adapun siswa yang belajar di MI Al-Falah Kaliangkrik sejak berdirinya
Pondok Pesantren Damarjati berasal dari berbagai daerah. Berdasarkan data
25
KTSP Berkarakter MI Al-Falah Kaliangkrik 2012 26
Emis kelembagaan MI Al- Falah Kaliagkrik tahun ajaran 2014/2015 27
Observasi tanggal 2 Juni 2015
Page 92
80
Emis28
siswa MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015 jumlah siswa tahun
ajaran 2013/2014 berjumlah 250 siswa dan tahun ajaran 2014/2015 berjumlah
247 siswa yang tidak hanya berasal dari wilayah Kaliangkrik tetapi juga
berasal dari luar daerah misalnya dari Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Boyolali,
Jakarta Pusat, Lampung dan Kalimantan Tengah.
c. Tenaga Kependidikan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, MI Al-Falah Kaliangkrik memiliki
sebelas tenaga kependidikan sebagaimana yang ada dalam tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 tentang tenaga pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik
No Nama Tempat/tanggal
Lahir
Status
kepegawaian
Jabatan Jenis
kelamin
1 Fadhoil,
S.Ag
Magelang,15 -
11- 1973
PNS Kepala
Madrasa
h
Laki- laki
2 Islamiyah
, S.Ag
Magelang, 19-2-
1972
PNS Guru
Kelas
VI b
Perempuan
3 Efi
Susilowat
i, S.Pd.I
Magelang,
06/03/1980
GTY Guru Perempuan
28
Emis Siswa MI Al- Falah Kaliangkrik tahun 2014/2015
Page 93
81
Kelas V
b
4 Istiqomah
, S.Pd.I
Magelang,
18/09/1981
GTY Guru
Kelas
VI a
Perempuan
5 Masrifatu
l Amiroh,
S.Pd.I
Magelang,
15/08/1967
GTY Guru
Mata
pelajara
n
Perempuan
6 Itsna
Maulida
Sulistyan
a, S.Pd
Magelang,
21/12/1984
GTY Guru
Kelas II
Perempuan
7 Suciati,
S.Pd.I
Magelang,
13/05/1974
GTY Guru
kelas I
Perempuan
8 Ahmat
Yakup
Magelang,
25/03/1989
GTY Guru
Kelas
Va
Perempuan
9 Muhamad
Syaeful
Mujib,
S.Pd.I
Magelang,
14/11/1973
GTY Guru
Mata
pelajara
n
Laki- laki
10 Khairul
Muna,
S.Pd.I
Magelang,
19/06/1983
GTY Guru
Kelas
IV
Laki- laki
Page 94
82
11 Lina Dwi
Aryani,
S.Sy
Temanggung,
09/06/1988
GTY Guru
kelas II
Perempuan
Pada tahun 2014 MI Al-Falah Kaliangkrik juga mengirimkan guru-
gurunya untuk mengikuti Work Shop Kurikulm 2013 selama sepuluh hari
di Hotel Borobudur Kota Magelang.29
Dan pada tahun pelajaran
2014/2015 memberlakukan penggunaan kurikulum 2013 untuk kelas satu
dan empat.
d. Identitas Madrasah
1. Nama Madrasah : MI AL FALAH KALIANGKRIK
2. No. Statistik Madrasah
(NSM) : 111233080174
3. Akreditasi Madrasah : B ( Baik )
4. Alamat Lengkap Madrasah : Kauman
Desa / Kelurahan : Kaliangkrik
Kecamatan : Kaliangkrik
Kab/ Kota : Magelang
Provinsi
: Jawa Tengah
No. Telp. : -
5. NPWP Madrasah : 00 542 625 9 524 000
29
Surat Tugas Work Shop Kurikulum 2013
Page 95
83
6. Nama Kepala Madrasah : Fadhoil, S.Ag
7. No. Telp./ HP Kepala
Madrasah : 081328841779
8. Nama Yayasan : MAARIF
9. Alamat Yayasan : jln Magelang Jogja km 12 Palbapang
Mungkid Magelang 56511
10. No. Telp. Yayasan : 0293 782037
11. No. Akte PendirianYayasan : lk/3.C/1528/Pem.MI/7
12. Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan
a. Status Tanah :Wakaf
b. Luas Tanah : 1531.31 M2
13. Status Bangunan : Yayasan
14. Luas Bangunan : 1231 M2
15. E-mail
D. Gambaran obyek Penelitian MI Al-Falah Kaliangkrik
1. Muatan Kurikulum MI Al-Falah Kaliangkrik
Muatan kurikulum atau mata pelajaran yang dikembangkan di MI Al-
Falah Kaliangkrik yang berkaitan dengan pendidikan agama Islam meliputi sub
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, SKI dan Fiqh.
a) Al Qur’an Hadist : mata pelajaran Al-Qur’an Hadist di
madrasah bertujuan untuk memberikan kemampuan dasar
kepada peserta didik dalam membaca, menulis, membiasakan
dan menggemari Al Qur’an dan Hadist serta menanamkan
Page 96
84
pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat
Al-Qur’an. Hadist untuk mendorong, membina dan
membimbing akhlak dan perilaku peserta didik agar
berpedoman kepada dan sesuai dengan isi kandungan ayat-ayat
Al –Qur’an dan Hadist.
Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi :
1) Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-Qur’an
2) Hafalan surat-surat pendek
3) Pemahaman kandungan surat-surat pendek
4) Hadist-hadist tentang kebersihan, niat, menghormati
orang tua, persaudaraan, silaturahmi, taqwa,
menyayangi anak yatim, sholat berjamaah, ciri
ciri orang munafik dan amal sholeh.
b) Aqidah Akhlaq : mata pelajaran ini bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang
diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang Aqidah dan Akhlaq Islam.
Ruang lingkup dari mata pelajaran ini meliputi :
a) Aspek Keimanan
b) Aspek Akhlaq
c) Aspek Kisah Keteladanan
Page 97
85
c) Fiqih : mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok
hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa
dalil naqli, serta melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar.
Ruang lingkup mata pelajaran fiqih meliputi keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara lain :
a) Hubungan manusia dengan Allah swt
b) Hubungan manusia dengan sesama manusia dan
c) Hubungan manusia dengan alam sekitar
d) Sejarah Kebudayaan Islam : mata pelajaran ini bertujuan
membekali peserta didik dengan pengetahuan tentang sejarah
dan kebudayaan Islam, mendorong peserta didik untuk
mengambil ibrah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah
serta menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
berakhlak mulia berdasarkan cermatan atas fakta sejarah yang
ada.
Ruang lingkup mata pelajaran ini meliputi :
Di tingkat Madrasah Ibtidaiyah dikaji tentang sejarah arab Pra
Islam, sejarah Rasullah Saw dan Al-Khulafaur Rosyidin.
Page 98
86
Sedangkan kelompok pengembangan diri yang adalah di MI
Al- Falah Kaliangkrik meliputi
a. Sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, bertujuan untuk
mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan
kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya
adalah pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara
berjamaah.
b. Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta
terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa
membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan
membaca Al Qur’an setiap hari
c. Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk
memberikan layanan konseling kepada peserta didik di
lingkungan madrasah.
Ruang lingkupnya meliputi :
1) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah
2) Layanan bimbingan belajar
3) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi
siswa
Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan mandiri,
menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih agar mampu
bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap disiplin, menumbuhkan
rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah :
1) Ketrampilan Personal
2) Ketrampilan Sosial
Page 99
87
3) Ketrampilan Vokasional Sederhana
4) Drumband,bertujuan untuk mengasah keterampilan berkesenian dan
memupuk semangat.
Adapun struktur kurikulum Pendidikan Agama Islam di
MI al-Falah Kaliangkrik terdapat dalam tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2. tentang struktur kurikulum PAI MI Al-Falah Kaliangkrik
Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 2 2 2 2 2 2
b. Aqidah Akhlaq 2 2 2 2 2 2
c. Fiqh 2 2 2 2 2 2
d. SKI - - 2 2 2 2
2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Falah
Kaliangkrik
Kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di MI
Al-Falah Kaliangkrik di samping dilaksankan secara formal di dalam
Page 100
88
kelas, juga dilaksanakan di luar kelas. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di luar kelas adalah kegiatan pembelajaran diri yang
dilaksanakan di luar kelas seperti halafan surat pendek setiap hari
Kamis yang dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran secara
formal dimulai, yang sudah menjadi rutinitas yang dilaksanakan mulai
pukul 7.00. Kadang-kadang juga juga diselingi parktik sholat jenazah,
praktik sholat tahajud, shalat hajat dan shalat rawatib. Sesekali
diselingi kuliah tujuh menit tentang penerapan ajaran Islam seperti
membuang sampah pada tempatnya, berbuat baik kepada teman, tidak
boleh mengambil milik orang lain dan lain- lain.
Di samping itu kegiatan pengembangan diri diujudkan
dalam kegiatan sholat Dhuha di masjid secara berjamaah setiap hari
Selasa dan Rabu yang dulaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran.
Demikian juga setelah kegiatan pelajaran siswa- siswa diajak ke
masjid untuk melaksanakan sholat Dhuhur seacara berjamaah yang
dilakukan oleh siswa kelas empat sampai kelas enam.
Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah
Kaliangkrik
Jadwal dan Alokasi Waktu Kegiatan pengembangan diri terdapat
dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 tentang alokasi waktu kegiatan pengembangan diri MI Al-
Falah Kaliangkrik
N
O
KEGIATAN HARI WAKTU KETERANGA
N
1. Layanan Bimbingan
Konseling
Senin - Sabtu 07.30 – 13.00 Setiap peserta
didik wajib
mengikuti
kegiatan-
kegiatan 2. Tadarus Al Qur’an Selasa- Kamis 07.00 – 07.15
Page 101
89
3. Shalat Dhuha Selasa- Rabu 07. 15- 7.30 pengembangan
diri tersebut
4. Shalat Dhuhur
berjama’ah (kelas IV-
VI )
Senin – Kamis 12.30- 13.00
5. Kepramukaan Sabtu 07.00- 08.00
6. Seni Baca AlQur’an
Tiap hari Kamis
15. 30- 16.00
7. Drum Band Rabu 14.00 – 15.45
1. Penilaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Kriteria Ketuntasan Minimum Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam terdapat dalam tabel 2.3 berikut ini:
Tabel 2.3 tentang KKM nilai Mapel PAI MI Al-Falah Kaliangkrik
K o m p o n e n Kelas dan Alokasi Waktu
I II III IV V VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al Qur’an Hadits 70 70 70 70 70 70
b. Aqidah Akhlaq 70 70 70 70 70 70
c. Fiqh 70 70 70 70 70 70
d. SKI - - 60 60 60 60
e. Kriteria Penilaian Pengembangan Diri
Kriteria Penilaian pengembangan diri terdapat dalam tabel 2.5
berikut ini:
Page 102
90
Tabel 2. 5 tentang kriteria nilai pengembangan diri
Kategori Nilai Kriteria Keterangan
A 86 – 100 Sangat Baik
B 71 – 85 Baik
C 61 – 70 Cukup
D > 60 Kurang
E. Gambaran MIN Krincing Secang Magelang
1. Sejarah Berdirinya MIN Krincing Secang
Madrasah Ibtidaiyah Negeri ( MIN ) Krincing dalam lintasan sejarah,
madrasah ini bermula dari Madrasah Diniyah dimana program
pendidikan dan metode pembelajaran yang diterapkan metode
tradisional seperti halnya madrasah salaf (Pondok Pesantren). Madrasah
Diniyah ini diprakarsai dan didirikan oleh kyai Muhtarom dan tokoh
masyarakat yang berawal dari usaha dan keprihatinan tokoh masyarakat
setempat khususnya dalam bidang pendidikan.
Usaha tersebut dapat terwujud pada tahun 1949 dengan mendirikan
sebuah Madrasah Diniyyah (Madin) yang dilaksanakan di masjid
setempat dengan jumlah peserta didik berjumlah 10 sampai 15 siswa.
Selang beberapa waktu kegiatan pembelajaran dipindah tempatkan di
rumah Bapak Kyai Muhtarom, dan dalam melaksanakan kegiatan
Page 103
91
tersebut beliau dibantu oleh seorang warga masyarakat yaitu bapak
Royis.
Setelah berlangsung selama kurang lebih 4 tahun bapak Kyai
Muhtarom pindah tempat tinggal dan pada tahun 1951 dengan terpaksa
Madrasah Diniyyah tersebut dibubarkan, namun demikian rumah beliau
tetap digunakan sebagai tempat ngaji khusus putri yang diasuh oleh
bapak Kyai Chadziq Mahmudi dan Bapak Miftah. Lambat laun santri
yang mengikuti kegiatan tersebut semakin banyak sehingga waktu yang
di butuhkan untuk kegiatan tersebutpun semakin bertambah yaitu
sampai ba’da isyak, kemudian kegiatan tersebut dijadikan Madrasah
Diniyyah kembali dengan nama Madrasah Da’watul Khoiriyyah yang
berorientasi pada pembelajaran agama saja.
Tahun 1959 pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa Madrasah
Wajib Belajar dengan kriteria pembelajaran 60% untuk pendidikan
agama, dan 40% untuk pendidikan umum khusus anak putri. Mulai saat
itu madrasah dilaksanakan ba’da dhuhur dengan kriteria pembelajaran
sesuai kriteria yang dicanangkan pemerintah, saat itu pula terbentuk
Madrasah untuk laki-laki yang ditempatkan di Masjid dan dipimpin
oleh Bapak Kyai Al-Faro’i yang diberi nama Madrasah Ibtidaiyah Al-
Islamiyyah. Dengan terbentuknya madrasah tersebut maka, peserta
didiknya semakin berkembang pesat.
Page 104
92
Madrasah Da’watul Khoriyyah yang mulai menampung anak putra
diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1959. Tokoh pendirinya adalah
Bapak Kyai Muhtarom yang berdomosili di Kerten Krincing. Madrasah
tersebut diakui sebagai Madrasah Wajib Belajar dengan surat dari
pemerintah Jakarta dalam bentuk SK (Piagam) tertulis tanggal 1 April
1960 No. J/9/5445, tertanda; H. Oemar Soeryahadibroto, sedangkan SK
propinsi disyahkan Bapak Soerjadi. Kegiatan belajar tersebut hanya
sampai kelas tiga, kelas empatnya dikirim ke SD Krincing.
Setelah terbentuknya 2 madrasah tersebut, maka di kelurahan
Krincing terdapat tiga Madrasah yang telah berdiri yaitu:
1. Madrasah Da’watul Khoiriyah di Dusun Kerten Krincing bertempat
dirumah bapak.Kyai Muhtarom.
2. Madrasah Ibtidaiyah Al-Islamiyah Dusun Kerten bertempat di
Masjid Kerten Krincing.
3. Madrasah Ibtidaiyah Al-Iman di Dusun Bangsren Krincing. (Ikut
yayasan Al-Iman di Magelang)
Ketiga madrasah tersebut setiap tahun mengadakan kegiatan
bersama-sama dalam rangka memperingati maulid nabi Muhammad
SAW.Setelah berjalan beberpa waktu pemerintah memberikan perhatian
kepada 3 madasah tersebut dengan memberikan bantuan kepada setiap
peserta didik setiap anaknya pertahun sebesar Rp.200,00. Pada dasarnya
masing-masing sekolah mendapatkan bantuan, namun yang berlangsung
Page 105
93
hanya Madrasah Da’watul Khoiriyyah .dikarenkan 2 madrasah yang lain
belum bisa mengurus Administrasinya sehingga keduanya dihentikan
untuk mendapatkan bantuan.
Hal ini berdampak pada pembiayaan proses belajar mengajar,
Madrasah Al-Islamiyyah yang tidak mendapat bantuan akhirnya
bergabung dengan Da’watul Khoiriyyah kemudian atas bantuan dan
swadaya masyarakat madrasah dapat membangun gedung sendiri, di area
tanah milik bapak Kyai Muhtarom, sedangkan Madrasah Al-Iman
didanai oleh yayasannya, karena salah satu pengurusnya adalah seorang
pejabat Penilik Agama Kabupaten Magelang yaitu Ustadz Adnan Harun.
Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik dan didukung oleh
kondisi keuangan yang lancar.
Pada tahun 1965 Madrasah Da’watul Kroiriyyah sudah bisa
mengadakan ujian sendiri yang sebelumnya yang hanya bergabung
dengan SD Negeri. Dan pada tahun 1960 bapak Kyai Chadziq Mahmudi
mengikuti ujian Guru Agama (UGA) setelah lulus dan diangkat sebagai
guru agama negeri terhitung mulai tanggal 2 Mei 1961 menurut surat
tugas tetapi secara operasional mulai 1 September 1964 beliau pun
ditugaskan mengajar di Madrasah Da’watul Khoiriyyah.
Sejak tahun 1967 Madrasah mendapatkan impres dua kali. Selang 2
tahun yaitu Pada tahun 1969 Madrasah diakui sebagai anggota Yayasan
Ma’arif dan bapak Kyai Chadziq Mahmudi sebagai Kepala Madrasah.
Madrasah pertama kali akreditasi pada tahun 1993 dengan nomor MK
Page 106
94
145/101/IV/1993. Pada tanggal 28 0ktober 1993 status Madrasah
dinegerikan dengan nomor SK. Menag RI 63/244/1993. Akreditasi yang
kedua tanggal 20 Juni 1999 dengan nomor MK 4/ 24/VI/1999 nomor
statistik 11230247169.
Sejak berdirinya madrasah pada tahun 1959, ada beberapa guru yang
diperbantukan oleh pemerintah. Di bawah ini daftar guru yang pernah
diperbantukan oleh pemerintah yaitu:
1. Bapak Bandung Muhammad Muhdzakir dari desa Saron Paremono
Mungkid Magelang, merupakan seorang guru pindahan dari SDN
Gorontalo Minahasa Manado Sulawesi Utara, beliau alumni PGAN 6
Yogyakarta.
2. Bapak Ali Susiswo dari Tirto Paremono Mungkid sebagai pengganti
saudara Bandung namun beliaupun dipindah ke kota Mungkid
3. Bapak Kyai Chadziq Mahmudi setelah diangkat menjadi Guru
Agama. Mulai 1 September 1971 diperbantukan di kantor PPAI
kecamatan Secang
4. Bapak Munhamir (setelah diangkat di Kab. Temanggung) seorang
guru pindahan dari MI Campursalam Kecamatan Parakan Kabupaten
Temanggung karena lulus ujian Ujian Guru Agama (UGA) tahun
1964.
5. Bapak Miftah dan saudari Machruziah, (pak Miftah kemudian pindah
sebagai pegawai Penerangan Agama dan saudara Machruziah pindah
ke Temanggung sebagai Guru Agama)
Page 107
95
6. Guru bantu dari pemerintah sebagai Guru Agama yaitu :
a. Bapak Ishaq Al-Badar dari Sempu Secang.
b. Ibu Sudiyah Secang.
c. Bapak Muchrim dari Kabonan Kecamatan Parakan yang diangkat di
Magelang.
d. Bapak Yusuf dari Kupen Pringsurat Temanggung.
e. Bapak Zaenuri dari Kupen Pringsurat Temanggung.
Yang pernah memegang sebagai kepala Madrasah, secara
berurutan adalah sebagai berikut:
1. Bapak Kyai Chadziq Mahmudi
2. Bapak Miftah
3. Bapak Nasihun
4. Bapak Munhamir Sampai dinegerikan (Kepala Definitif)
5. Bapak Anas Aziz, M.M (Kepala Definitif)
6. Bapak Drs.H.Tachsin Anwar, M.M. berlangsung sampai sekarang.
Secara geografis MIN Negeri Krincing Secang mudah dijangkau
berbagai transportasi umum karena terletak di dekat jalan raya propinsi
jurusan Magelang- Semarang. Di samping itu lingkungan desa yang
dinamis memudahkan masyarakat untuk mempercayakan anak mereka
belajar di MIN Krincing karena di samping pembelajaran agama yang
mendalam di MIN Krincing Secang tetapi juga banyaknya kegiatan
Page 108
96
ekstrakurikuler yang di selenggarakan madrasah30
seperti seni rebana,
karawitan, seni tilawatil Qur’an, drum band dan lain-lain.
2. Visi, Misi, dan Tujuan Madrasah
a. Visi Madrasah:
Terwujudnya generasi Islam yang relegius, disiplin, cerdas dan
terampil
Indikator Visi :
a. Terbentuknya generasi yang relegius dalam kehidupan sehari
hari
b. Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin di lingkungan
madrasah dan masyarakat
c. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang
akademik
d. Terbentuknya siswa madrasah yang kompetitif dalam bidang
non akademik.
b. Misi Madrasah:
1) Menciptakan lingkungan belajar yang relegius
2) Menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan terintegrasi
30
Wawancara dengan Ibu Wakhidah pada tanggal 27 Mei 2015 pukul 15.00
Page 109
97
3) Memberdayakan seluruh potensi peserta didik dan ragam
kecerdasan
4) Memberdayakan seluruh potensi keterampilan peserta didik
c. Tujuan Pendidikan Madrasah
1) Terbentuknya generasi yang religious dalam kehidupan sehari
hari
2) Terbentuknya siswa madrasah yang disiplin dalam segala
aspek.
3) Terbentuknya siswa madrasah yang cerdas yang berguna bagi
dirinya maupun masyarakat
4) Terbentuknya siswa madrasah yang terampil yang berguna
bagi dirinya maupun masyarakat.
d. Identitas Madrasah
NAMA MADRASAH : MI NEGERI
STATUS SEKOLAH : NEGERI
ALAMAT MADRASAH : KERTEN KRINCING SECANG
MAGELANG
TAHUN BERDIRI : 1993
DABIN :
STATUS DI DABIN : MI INTI
AKREDITASI MADRASAH : A TH 2008
Page 110
98
NIS : 111.1.33.08.0005.
NSB/NSS : 019261680312001
NPSN : 20331147
NOMOR TELPON : 0293-714465
KODE POS : 56195
LOKASI : PEDESAAN
3. Kondisi Obyektif Madrasah
a. Sarana dan Prasarana yang ada
Untuk mendukung kegiatan pembelajaran MIN Krincing berupa
bangunan gedung berlantai dua ada dua bangunan yang terdiri dari ruang
kelas ada sebelas, ruang guru ada satu, ruang kepala sekolah ada satu,
ruang perpustakaan, ruang peralatan, ruang untuk pembelajaran komputer
beserta perangkatnya dan juga sering digunakan untuk kegiatan KKG,
toilet ada delapan, dan mushola.
Dalam kegiatan pembelajaran MIN Krincing Secang memiliki tenaga
kependidikan sebanyak 18 orang yang terdiri dari satu kepala madrasah,
dua tenaga perpustakaan, satu tenaga administrasi dan empat belas guru.
Dari delapan belas personal tersebut yang berstatus PNS ada duabelas
dan yang guru honorer ada enam. Adapun kualifikasi pendidikan yang
mereka miliki jenjang S.2 ada satu orang, yang jenjang s.1 ada 15 orang
dan SMA ada dua orang.31
31
Emis Personal MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
Page 111
99
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran MIN Krincing Secang selalu
menyelenggarakan kegiatan KKG di sekolahnya. Madrasah mengadakan
kerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta untuk meningkatkan
pelajaran umum, kerjasama dengan Universitas Negeri Tidar Magelang
untuk pembelajaran mulok Bahasa Inggris, dan kerjasama dengan
Universitas Islam Negeri Yogyakarta untuk pelajaran agama Islam.
Untuk kegiatan karawitan dan tari, madrasah mendatangkan guru dari
Institut Seni Indonesia Solo, Drum band mengundang melatih dari
SMPN I Temanggung, Seni Baca al- Qur’an mengundang pelatih dari
juara MTQ tingkat propinsi. Dan khusus pembelajaran Agama Islam
yang dilaksanakan pada jam ke nol khususnya pembelajaran Baca Tulis
Al-Qur’an mengundang dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo untuk
kelas satu sampai tiga dan pembelajaran kitab kuning bagi siswa kelas
empat sampai enam.32
b. Keadaan Siswa
Jumlah siswa MI Negeri Krincing Secang ada ada 310.33
Dari jumlah
tersebut sebagaian besar siswa berasal dari wilayah Desa Krincing
sendiri hanya ada beberapa siswa yang berasal dari luar desa,
misalnya Kalikuto, Payaman.
32
Wawancara dengan Kepala MIN Krincing, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd. I tanggal 27 Juli
2015 pukul 14.30 33
Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
Page 112
100
Dilihat dari pendidikan orangtua sebagian besar mereka
berpendidikan di bawah SLTP tetapi ada sebagian yang
berpendidikan SMA, dan sebagian kecil lagi yang berpendidikan S.1
atau D.2. Dilihat dari pekerjaan orangtua sebagian besar mereka
bekerja sebagai buruh atau pegawai swasta. Ada yang berprofesi
sebagai TNI, guru, wiraswasta, pengusaha, atau guru. Rata-rata
penghasilan orangtua kurang dari satu juta rupiah perbulan.34
Dari sejumlah siswa tersebut pada tahun ajaran 2013/2014 telah
meluluskan 36 siswa dengan nilai UAS/UAM BN tertinggi 27, 90
atau rata- rata 9,30 dan nilai terendah 24,10 atau rata- rata 8,3.35
Dan
pada tahun ini memperoleh peringkat ke 2 tingkat Kabupaten
Magelang dengan jumlah nilai 27 atau rata- rata 90.36
MIN Krincing
Secang yang mempunyai prestasi di bidang akademik juga
mempunyai prestasi di luar bidang akademik, misalnya juara 1
lomba drum band, juara I dan II MTQ tingkat Kabupaten Magelang,
juara I dan juara II lomba pidato Bahasa Arab, juara II axioma sains
MI sekabupaten Magelang dan kejuaraan yang lain.37
F. Gambaran Obyek Penelitian
1. Muatan Kurikulum dan Struktur MIN Krincing Secang
34
Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015 35
Emis lulusan MIN Krincing Secang Semester Ganjil tahun 2014/2015 36
Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki S. Ag. Pada tanggal 20 Juni pukul 8.00 37
Observasi papan leaflet dan wawancara denga Kepala Madrasah, Bpk Drs. Tachsin
Anwar pada tanggal 20 Juni pukul 8.30
Page 113
101
Berdasarkan standar isi yang dikembangkan oleh BSNP, kebijakan
Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah, kebijakan Kandepag
Kabupaten Magelang dan hasil rapat internal Komite Madrasah, mata
pelajaran yang dikembangkan oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing
dideskripsikan sebagai berikut :
Komponen Mata Pelajaran
a. Pendidikan Agama.Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing meliputi sub mata pelajaran Al
Qur’an Hadis,Aqidah Akhlak, Fiqh, Sejarah Kebudayaan Islam.
b. PKn
c. Bahasa Indonesia
d. Bahasa Arab
e. Matematika
f. IPA
g. IPS
h. Seni Budaya dan Ketrampilan
i. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
j. Komponen Muatan Lokal. Kelompok mata pelajaran muatan lokal
yang ada di MIN Krincing Secang meliputi Bahasa Jawa, Bahasa
Inggris dan Baca Tulis Al-Qur’an.
k. Kelompok Pengembangan Diri. Pengembangan Diri adalah kegiatan
yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,
Page 114
102
bakat, minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi madrasah.
Bentuk kegiatan pengembangan madrasah ibtidaiyah negeri kerincing
berupa :
1) Sholat Dhuha dan Dhuhur berjamaah, bertujuan untuk
mengenalkan pelaksanaan ibadah sholat dan menanamkan
kecintaan untuk menjaga sholat fardhu. Ruang lingkupnya adalah
pembiasaan sholat dhuha dan sholat dhuhur secara berjamaah
2) Tadarus Al Qur’an, bertujuan untuk menanamkan rasa cinta
terhadap Al Qur’an dan membiasakan siswa agar senantiasa
membaca Al Qur’an. Ruang lingkupnya adalah pembiasaan
membaca Al Qur’an setiap hari
3) Layanan Bimbingan dan Konseling, bertujuan untuk memberikan
layanan konseling kepada peserta didik di lingkungan madrasah.
Ruang lingkupnya meliputi :
a) Layanan orientasi pengenalan lingkungan madrasah
b) Layanan bimbingan belajar
c) Layanan konseling kesulitan belajar dan masalah pribadi siswa
4) Kepramukaan, bertujuan untuk melatih siswa agar terampil dan
mandiri, menanamkan sikap peduli terhadap orang lain, melatih
agar mampu bekerjasama dengan orang lain, menanamkan sikap
disiplin, menumbuhkan rasa percaya diri. Ruang lingkupnya
adalah:
a) Ketrampilan Personal
Page 115
103
b) Ketrampilan Sosial
c) Ketrampilan Vokasional Sederhana
5) Seni Baca Al Qur’an, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi
(pemghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, memupuk bakat
dan minat siswa di bidang seni baca Al Qur’an, menumbuhkan rasa
percaya diri. Ruang lingkupnya adalah ketrampilan seni membaca
Al Qur’an.
6) Seni Rebana, bertujuan untuk menumbuhkan apresiasi
(penghargaan) siswa terhadap seni budaya Islami, menumbuhkan
rasa percaya diri. Ruang lingkupnya adalah ketrampilan
memainkan musik rebana.
7) Drumband,bertujuan untuk mengasah keterampilan berkesenian
dan memupuk semangat
Struktur Kurikulum MIN Krincing Secang sebagaimana tercantum dalam
tabel 3.3
Tabel 3.3 tentang struktur kurikulum MIN Krincing Secang
Kelas dan alokasi waktu
I II III V dan VI
A. Mata pelajaran
1. Pendidikan agama islam
a. Al-Qur’an Hadits - 2 2 2
Page 116
104
Pen
gat
ura
n
beb
an
bela
jar
yan
g
dilakukan oleh madrasah ibtidaiyah negeri krincing terdapat dalam tabel 3.4
adalah sebagai berikut :
Kelas Alokasi
Waktu (1jam
Pelajaran)
Jumlah Jam
Pelajaran Per
Hari
Jumlah
Jam
Pelajaran
Per
Minggu
Minggu
Efektif
Dalam
Setahun
Jumlah Jam
Pelajaran
Dalam
Setahun
I 35 menit 6 jam
pelajaran
31 jam 34 – 38 1054 – 1178
II 35 menit 6 jam
pelajaran
32 jam 34 – 38 1188 – 1216
b. Aqidak Akhlak - 2 2 2
c. Fiqih - 2 2 2
d. SKI - - 2 2
2. Pendidikan
Kewarganegaraan
- 2 2 2
3. Bahasa Indonesia - 5 5 5
4. Bahasa Arab - - - 3
5. Matematika - 5 5 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam - 4 4 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial - - 2 3
8. Seni Budaya dan
Ketrampilan
- 4 4 4
9. Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan
- 4 4 4
B. Muatan Lokal *) -
a. Bahasa Jawa - 2 2 2
b. Bahasa Inggris
c. BTQ
- 2
2
2
2
2
2
C. Pengembangan diri **) - 2
- 36 40 46
Page 117
105
III 35 menit 8 jam
pelajaran
33 jam 34 – 38 1122 – 1254
IV 35 menit 8 jam
pelajaran
39 jam 34 – 38 1326 – 1482
V 35 menit 8 jam
pelajaran
39 jam 34 – 38 1326 – 1482
VI 35 menit 8 jam
pelajaran
39 jam 34 – 38 1326 – 1482
Catatan :
a. Hari jum’at hanya sampai jam ke – 6
b. Hari sabtu hanya sampai jam ke 7
2. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing
Secang
Di samping kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara formal di
dalam kelas, kegiatan pembelajaran di MIN Krincing Secang juga di
laksanakan dalam kegiatan pengembangan diri dengan jadwal sebagai
berikut:
Berikut jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing secang
sebagaimana terdapat dalam tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 tentang jadwal kegiatan pengembangan diri MIN Krincing
Page 118
106
3. Penilaian Kegiatan Pengembangan Diri
Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan dengan pendekatan
kulitatif dengan rentang sebagaimana terdapat dalam tabel 3.2 berikut
ini:
No Kegiatan Hari Waktu Ket
1 Layanan
Bimbingan
Konseling
Senin –
sabtu
07.30 – 13.00 Ekuivalen
dengan 2 jam
pelajaran (2 X
35 menit) 2 Tadarus Al
Qur’an
Senin –
sabtu
06.30 – 07.00
3 Sholat Dhuha
Berjamaah
Senin –
sabtu
08.45 – 09.00
4 Sholat
Dhuhur
Berjamaah
Senin –
sabtu
11.45 – 12.15
5 Kepramukaan Sabtu 14.00 - 16.00
6 Dokter Kecil
/ UKS
Senin –
sabtu
15.15 – 16.45
7 Seni Baca Al
Qur’an
Kamis 14.00 – 16.00
8 Seni Rebana Jum’at –
sabtu
13.30- 16.00
9 Drumband Kamis 13.30– 16.00
Page 119
107
Kategori nilai Keterangan
A Sangat baik
B Baik
C Cukup
D Kurang
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Peserta didik Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing dinyatakan naik kelas
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di
kelas yang diikuti.
b. Nilai mata pelajaran di bawah kriteria ketuntasan minimal tidak lebih
dari 3 mata pelajaran
c. Memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata pelajaran Alquran/hadits
d. Memperoleh nilai minimal 80 pada penilaian 1) Praktek Keagamaan, 2)
Akhlaqul Karimah
e. Untuk kelas V nilai IPA, Bahasa Indonesia dan Matematika serta Al
Qur’an hadits tidak boleh kurang dari KKM.
f. Ketentuan dari huruf ( a ,b,c,d,e ) ini tidak berlaku untuk kelas I dan IV
tahun ajaran 2014/2015.
b. Kriteria Kelulusan
Berdasarkan PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
dan hasil rapat komite Madrasah Ibtidaiyah Negeri Krincing apabila telah
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran
Page 120
108
b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kewarganegaraan dan kepribadian, estetika dan kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
c. Lulus ujian sekolah / madrasah untuk kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan tehnologi
d. Lulus ujian Madrasah
Page 121
109
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Inovasi Pembelajaran pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam
Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang di
Kabupaten Magelang
Kenyataan sudah semacam sunatullah, bahwa penemuan baru atau inovasi
baru atau ide yang lebih canggih akan muncul (dikaruniakan Tuhan) bagi
mereka yang telah sungguh- sungguh mencari, meneliti dan berusaha
memecahkan masalah itu. Firman Allah SWT dalam al-Qur’an1 surat Ali
Imran ayat 190- 191 yang berbunyi sebagai berikut:
�χÎ) ’Îû È,ù=yz ÏN≡uθ≈ yϑ¡¡9$# ÇÚ ö‘F{ $#uρ É#≈ n=ÏF ÷z$#uρ È≅øŠ©9 $#
Í‘$ pκ ¨]9$#uρ ;M≈ tƒUψ ’ Í< 'ρ T[{ É=≈ t6 ø9F{ $# ∩⊇⊃∪ t Ï% ©!$# tβρ ã�ä. õ‹ tƒ
©!$# $Vϑ≈ uŠÏ% #YŠθ ãè è% uρ 4’ n?tã uρ öΝÎγ Î/θãΖ ã_ tβρ ã�¤6 x�tGtƒ uρ ’ Îû
È,ù=yz ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚ ö‘ F{$#uρ $uΖ −/ u‘ $tΒ |M ø) n=yz #x‹≈ yδ
WξÏÜ≈ t/ y7oΨ≈ ys ö6 ß™ $oΨÉ)sù z>#x‹ tã Í‘$̈Ζ9 $# ∩⊇⊇∪
1 Kementerian Agama Republik Indonesia, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta,
PT Lentera Optima Pustaka, 2011.
Page 122
110
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.2
Pendidikan agama Islam tidak dapat dipahami sebatas pengajaran
Islam. Karena keberhasilan pendidikan tidak hanya cukup diukur
hanya sejauh mana anak menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau
pengetahuan saja tetapi yang lebih penting seberapa jauh nilai-nilai
keagamaan itu dalam jiwa mewujud dalam sikap dan tingkah laku.
Salah satu tugas yang diemban pendidikan adalah mewariskan
nilai-nilai luhur budaya kepada peserta didik dalam rangka
pembentukan kepribadian yang intelek bertanggung jawab melalui
melalui jalur pendidikan. Melalui pendidikan yang diproses secara
formal, nilai-nilai tersebut termasuk nilai-nilai agama akan menjadi
bagian dari kepribadiannya.
Upaya mewariskan nilai-nilai ini sehingga menjadi miliknya
disebut mentranformasikan nilai. Sedangkan upaya memasukkan nilai-
nilai itu ke dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut
menginternalisaskan nilai. Kedua upaya ini dalam pendidikan
2 Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191
Page 123
111
dilakukan secara bersama-sama dan serempak yang antara lain bisa
dengan jalan suri tauladan, mengajak dan mengamalkan.3
Pada masa sekarang, era globalisasi dewasa ini dan masa yang
akan datang akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya
masyarakat muslim pada umumnya, atau pendidikan Islam, termasuk
pesantren dan madrasah pada khususnya. Dalam hal ini masyarakat
muslim tidak bisa menghindari proses globalisasi apalagi jika ingin
berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetetif di abad
214.
Globalisasi yang berlangsung dan melanda masyarakat muslim
Indonesia sekarang ini menampilkan sumber dan watak yang berbeda.
Proses globalisasi ini tidak bersumber dari Timur Tengah, melainkan
dari Barat, yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam
berbagai lapangan kehidupan masyarakat dunia pada umumnya.
Dominasi hegemoni politik barat dalam segi- segi tertentu mungkin
saja telah” merosot” khususnya sejak berakhirnya perang dunia kedua,
dan “perang dingin” belum lama ini, tetapi hegemoni sains-teknologi
barat tetap belum tergoyahkan. Meski muncul beberapa kekuatan
ekonomi baru, seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi
3 Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif Kemajuan Ilmu dan Teknologi
terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 4 Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka
Setia, 1998, 234- 239.
Page 124
112
“kultur”hegemoni sains-teknologinya tetap sarat dengan nilai-nilai
Barat.
Melihat begitu derasnya nilai-nilai Barat yang mengarah pada
hegemoni terhadap masyarakat muslim dalam segala aspek
kehidupannya, maka madrasah harus berbenah diri. Madrasah sebagai
institusi pendidikan yang konsen dan inten dalam usaha transformasi
nilai-nilai Islam harus dapat menampilkan perannya sebagai counter
terhadap imperialisme kultural ( Culture imperialism ) yang sedang
gencar-gencarnya menyerbu dunia timur (masyarakat muslim)
khususnya di Indonesia.
Namun permasalahan yang dihadapi MI pada khususnya dan guru
MI pada umumnya terhadap penyelenggaraan pendidikan tidak sama
dengan guru SD. MI sebagai lembaga pendidikan yang tumbuh,
berasal, oleh dan untuk masyarakat memiliki kondisi yang beragam
sesuai dengan keragaman masyarakatnya. Pada masyarakat yang
berada pada lapisan bawah, maka kondisi MI mencerminkan budaya
lapisan bawah dengan segala keserdehanaan dan kekurangannya. Dan
pada lapisan inilah MI pada umumnya berada khususnya di wilayah
pedesaan dan pinggiran. Dalam kondisi tersebut MI dihadapkan pada
Page 125
113
dua persoalan yaitu berkenaan dengan relevansi dan mutu pendidikan
serta berkenaan dengan efektivitas dan efisiensi pendidikan.5
MI Al-Islam Tonoboyo, sebagai bagian dari lembaga pendidikan
Islam mulai berbenah diri dengan cara melakukan inovasi atau
pembaharuan baik dalam segi kurikulum, pembelajaran, membenahi
sarana dan prasarana yang ada dalam rangka memberikan pelayanan
pendidikan kepada masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan zaman bahwa kurikulum pendidikan
agama Islam dan kurikulum mata pelajaran lain selalu mengalami
perubahan dan pembaharuan. Perubahan atau pembaharuan itu
dimaksudkan agar kurikulum sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana kita ketahui bahwa kurikulum pendidikan agama
Islam baik di Sekolah Dasar maupun di madrasah pada umumnya dan
di madrasah ibtidaiyah pada khususnya juga telah mengalami
pembaharuan agar sesuai dengan perkembangan zaman. Misalnya dari
kurikulum 1975 mengalami pembaharuan menjadi kurikulum 1984.
Dari kurikulum 1984 mengalami pembaharuan lagi menjadi kurikulum
1994 dan disempurnakan dengan suplemen kurikulum 1999. Pada
tahun 2004 muncul pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Berbasis
5 Fuaduddin, Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal, Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka, 1998,191-193.
Page 126
114
Kompetensi dan pada tahun 2006 muncul Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
standarnya dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan maka
setiap institusi atau lembaga pendidikan di samping dalam
melaksanakan pelaksanaan pembelajaran berpedoman pada kurikulum
yang dibuat oleh BSNP tersebut tetapi setiap institusi atau lembaga
pendidikan mempunyai kewenangan untuk mengembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhanya dan wilayah daerahnya.
Langkah inovasi seperti yang tersebut di atas juga dilakukan oleh
MI Al-Islam Tonoboyo dengan mengembangkan Kurikulum yang
sudah dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter. Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Berkarakter ini, MI Al-Islam Tonoboyo
melakukan pembaharuan terutama yang berkaitan dengan
pembelajaran Agama Islam.
Inovasi itu dapat kita lihat dalam struktur kurikulum yang ada di
MI Al-Islam Tonoboyo dengan menambah jam muatan lokal yang
hanya ada dua jam pelajaran untuk masing- masing mata pelajaran
muatan lokal yang terdiri dari mata pelajaran Bahasa Daerah, Bahasa
Inggris menjadi sembilan jam yang berkaitan dengan pembelajaran
agama Islam misalnya sebelum pembelajaran yang sesuai dengan
Page 127
115
kurikulum yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan dibuat
program untuk melakukan kegiatan yang mendukung pembelajaran
agama Islam seperti tadarus Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek atau
hafalan doa-doa harian. Hal ini sesuai dengan karakter religius yang
merupakan salah satu karakter unggulan yang tercantum dalam visi
dan Misi MI Al-Islam Tonoboyo dalam mengembangkan kurikulum
yang ada.
Di samping tambahan jam dilakukan sebelum kegiatan
pembelajaran, jam tambahan juga dilakukan setelah istirahat dengan
mengajak semua siswa untuk melakukan wudhu secara benar dengan
bimbingan guru atau siswa-siswa senior dan melakukan sholat Dhuha.
Setelah selesai kegiatan pembelajaran anak-anak dari kelas satu sampai
kelas enam melakukan kegiatan sholat jamaah, bacaan wirid, dan
hafalan asmaul khusna. Setelah makan siang dilanjutkan kegiatan
Diniyah seperti tadarus Al-Qur’an, belajar Iqro atau praktik membaca
kitab kuning.
Langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo, seperti di
atas merupakan bentuk inovasi kurikulum sebagai pedoman
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang akan dilaksanakan di MI
Al-Islam Tonoboyo. Dengan inovasi yang dilakukan tersebut nanti
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan siswa tidak
hanya mempunyai kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja,
Page 128
116
akan tetapi anak juga mempunyai keterampilan dalam keagamaan serta
memiliki sikap yang mencerminkan pribadi muslim.
Hal itu menunjukkan sejak menyusun kurikulum pembelajaran
Agama Islam telah dilakukan beberapa inovasi atau pembaharuan.
Pembaharuan itu dapat kita lihat bahwa kegiatan pembelajaran Agama
Islam tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas. Kegiatan
pembelajaran agama Islam tidak hanya sekedar pengetahuan saja tetapi
diaplikasikan dalam kegiatan anak setiap hari dalam sikap dan
perbuatan.
Dengan pengembangan seperti di atas diharapkan siswa bisa
membaca Al-Qur’an dengan benar, melakukan wudhu dan sholat
dengan benar. Sehingga kompetensi yang dimiliki siswa tidak hanya
sebatas pengetahuan saja tetapi mampu dan mau melaksanakan ajaran
Islam dalam kegiatan sehari-hari, yang merupakan ranah psikomotor
dan sikap. Sehingga tujuan pendidikan Agama Islam bisa dicapai
dalam semua ranah baik ranah pengetahuan, ranah sikap dan
ketrampilan.
MI Al-Islam Tonoboyo sebagai bagian dari lembaga pendidikan
Islam dengan segala keterbatasan yang ada mengubah segala hambatan
yang ada, menjadi sesuatu yang bermakna. Mengubah segala hambatan
yang ada menjadi sesuatu yang bermakna adalah merupakan salah satu
bagian konsep pembelajaran PAKEM yaitu model pembelajaran
Page 129
117
Quantum (Quantum Learning). Dengan murid yang berjumlah 65
orang misalnya pada tahun 2008/2009 menciptakan visi dan misi
sekolah yang berbunyi
Visi: Mendidik Anak Hebat, Andal dan Luar Biasa.
Misi:
1. Aqidah Salimah (keimanan yang lurus). Mengenal Allah
sebagai pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam
semesta, serta menjadikan nabi Muhammad sebagai teladan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Aqidah Dzakiyah( Akal yang Cerdas)
3. Akhlakul Karimah ( Perilaku yang Mulia) Santun terhadap
orangtua dan guru, mengasihi sesama teman dan jujur, berani
,disiplin, gigih, ramah, rajin dan cinta kebersihan.
4. Ibadah Shohihah (Ibadah yang benar). Mampu mengamalkan
ibadah wajib dan sunnah dengan baik dan benar.6
5. Amaliyah Sholihah. (Perbuatan yang baik) Mandiri, cakap,
trampil, adil sehat dan kuat.7
Untuk mewujudkan misi di atas, MI Al-Islam Tonoboyo
mengadakan kerjasama dengn guru besar UIN Yogyakarta dan
menambah jam pelajarannya dengan menggunakan model sekolah
Fullday School mulai tahun 2011. Sebelum melaksanakan
6 Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013.
7 Kalender MIT Tonoboyo tahun 2013.
Page 130
118
pembelajaran yang menggunakan model FullDay School sebagai
pedomannya, madrasah menyusun KTSP Berkarakter.
Dalam KTSP Berkarakter tersebut visinya berbunyi” “Membentuk
peserta didik Yang Unggul Dalam Mutu, Berbudi pakerti luhur,
Terampil, Beriman dan Bertaqwa Kepada Allah SWT serta cinta
Tanah Air dan Bangsa”. Membentuk peserta didik yang unggul dalam
mutu masuk kategori karakter cerdas, beriman dan bertaqwa kepada
Allah, berbudi pekerti luhur, bisa dikategorikan ke dalam karakter
religius. Sehingga dapat kita lihat dalam melakukan pembaharuan ada
dua karakter yang diunggulkan di MI Al-Islam Tonoboyo yaitu
karakter religius dan cerdas.
Dari dua karakter itu dapat kita cermati tujuan akhir dari pedoman,
arah dan tujuan yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan MI Al-
Islam Tonoboyo tidak hanya cerdas secara akal tetapi juga cerdas
secara spiritual.
Dalam KTSP yang disusun oleh satuan pendidikan MI Al-Islam
Tonoboyo di samping berpedoman pada Standar Nasional Pendidikan
yang dibuat oleh Badan Standar Nasional Pusat, juga memberikan jam
tambahan untuk muatan lokal dan pengembangan diri.
Muatan lokal yang berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam adalah Baca Tulis Al-Qur’an. Sedangkan
pengembangan diri yang diberikan di MI Al-Islam Tonoboyo ada
Page 131
119
yang berkaitan dengan pendidikan kepribadian seperti kepramukaan,
yang berkaitan dengan seni adalah rebana dan drum band maka
pengembangan diri yang berkaitan dengan pembelajaran agama
Isalam adalah sholat Dhuha, sholat Hajat dan rangkaiannya,
istighotsah, dan kegiatan penyembelihan hewan Qurban di sekolah.
Untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, pembelajaran membaca
kitab kuning MI al-Islam Tonoboyo mengambil guru yang
berkompeten yaitu dari ustadz atau alumni pondok pesantren.
Dilihat dari inovasi model pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran Agama Islam yang dilakukan di dalam kelas maupun di
luar kelas atau masjid, termasuk bagian model pembelajaran
kontekstual yaitu anak mengalami sendiri kegiatan pembelajaran
seperti praktik wudhu, melaksanakan sholat dhuha, sholat dhuhur
berjamaah dan mewakili kelasnya untuk menyampaikan tausiah.
Sedangkan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru
yang mempunyai kompetensi di bidang tersebut termasuk inovasi
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kompetensi.
Langkah MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan yang mengambil guru
yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya merupakan salah satu
inovasi yang menggunakan model pembelajaran berbasis kompetensi.
Pembelajaran berbasis kompetensi ini menekankan pencapaian
kompetensi. Dengan mengambil guru dari alumni pesantren yang
mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an diharapkan agar
Page 132
120
output (lulusan) MI Al- Islam Tonoboyo dapat membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar. Di samping itu, dalam pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur’an siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya.
MI Al-Falah Kaliangkrik untuk meningkatkan mutu
pembelajarannya melakukan beberapa pembaharuan dalam
pembelajaran Pendidikan agama Islam. Sebelum melakukan
pembaharuan atau inovasi dalam pembelajaran agama Islam sebagai
pedoman untuk melaksanakan pembelajaran pada umumnya, lembaga
pendidikan ini juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum.
Sama seperti lembaga pendidikan lainya kurikulum pendidikan
agama Islam yang digunakan sebagai pedoman juga mengalami
beberapa pembaharuan dari kurikulum 1984, diperbahaharui menjadi
kurikulum 1994 dan disempurnakan dengan menggunakan suplemen
kurikulum tahun 1999. Ketika pemerintah mencanangkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi pada tahun 2004. Dua tahun kemudian muncul
pembaharuan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini dibuat standar minimalnya
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan kemudian dikembangkan
oleh masing-masing satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum itu
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah.
Hal itu juga dilakukan MI Al-Falah Kaliangkrik untuk melakukan
inovasi dalam kurikulum dengan menyusun Kurikulum Tingkat
Page 133
121
Satuan Pendidikan MI Al-Falah Kaliangkrik. Pada tahun 2012, MI Al-
Falah Kaliangkrik juga melakukan pembaharuan dalam kurikulum
dengan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI
Al-Falah Kaliangkrik menjadi KTSP Berkarakter yang dibuat oleh tim
penyusun MI Al-Falah Kaliangkrik. KTSP Berkarakter ini merupakan
pengembangan KTSP dengan mencantumkan karakter yang
diunggulkan oleh lembaga pendidikan madrasah ibtidaiyah yang dapat
dilihat dari visi dan misinya, pengembangan silabus yang digunakan
serta dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya.
Adapun karakter yang diunggulkan oleh MI Al-Falah Kaliangkrik
dapat dilihat dalam visinya. Dalam visinya MI Al-Falah Kaliangkrik
memilih tiga karakter diunggulkan yaitu religius, disiplin dan peduli.
Masing –masing dari tiga karakter itu mempunyai indikator sendiri-
sendiri.
Karakter religius yang dijadikan indikatornya adalah mengucapkan
Salam, mengucapkan kalimah toyibah, hafal do’a harian, hafal
Asmaul Husna, hafal Juz ‘Amma sesuai adab tajwid dan fasohah, dan
shalat fardlu dan sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya
serta berinfak.
Karakter disiplin sebagai indikatornya adalah masuk dan pulang
madrasah tepat waktu, apel pagi, mengenakan seragam sesuai aturan
madrasah dan mengerjakan tugas tepat waktu.
Page 134
122
Karakter peduli terbagi menjadi dua yaitu peduli lingkungan dan
peduli sosial. Peduli lingkungan yang dijadikan indikator di MI Al-
Falah Kalingkrik adalah mengambil dan membuang sampah pada
tempat yang telah disediakan, tidak melakukan corat coret dan
memelihara taman.
Salah satu indikator dari karakter religius adalah mengucap salam
merupakan salah satu penerapan dari ajaran Islam tidak hanya sekedar
pengetahuan saja. Hafal surat-surat pendek, asmaul khusna, dapat
melakukan sholat fardhu dan sunat dengan benar adalah merupakan
ketrampilan dalam bidang keagamaan, dan berinfak adalah merupakan
salah satu contoh sikap bagaimana seorang muslim itu agar bisa
berderma atau berinfak demi perjuangan agama Islam.
Demikian juga dengan disiplin masuk dan pulang, merupakan
penerapan bahwa agama Islam mengajarkan agar kita bisa pandai
menghargai waktu. Tidak menunda-nunda pekerjaan yang bisa
dilakukan sekarang tidak boleh ditunda untuk besuk.
Tidak boleh membuat sampah sembarangan, memungut sampah
adalah contoh bagaimana kita menerapkan ajaran Islam tentang
pengamalan hadits tentang kebersihan. Dalam sebuah hadits dikatakan
bahwa kebersihan itu sebagaian dari iman. Jadi hadits itu bukan saja
dihafalkan oleh siswa tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-
Page 135
123
hari. Ajaran Islam tidak hanya disampaikan saja akan tetapi juga
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga dengan karakter peduli sosial dengan indikatornya
memberikan sebagian uang jajan untuk jumat beramal, memberikan
pinjaman alat tulis kepada teman yang membutuhkan, menjenguk
orang sakit, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal,
memberikan santunan yatim, memberikan sumbangan PMI.
Semua indikator dari karakter peduli sosial di atas merupakan salah
satu penerapan ajaran Islam. Memberikan sebagian uang jajan untuk
jumat beramal merupakan penerapan nilai-nilai Islam agar anak suka
berinfak dan bersedekah. Memeberikan pinjaman alat tulis kepada
teman yang membutuhkan merupakan penerapan ajaran Islam agar kita
saling menolong dalam kebaikan. Menjenguk orang sakit merupakan
sikap seorang muslim terhadap orang lain agar memperdulikan
saudaranya, berta’ziyah kepada keluarga madrasah yang meninggal
adalah penerapan ajaran Islam untuk turut berbela sungkawa dan
mendoakan dan menghibur keluarga yang ditinggalkan agar diberi
kesabaran dan ketabahan, memberikan santunan yatim merupakan
penerapan ajaran Islam seperti hadits nabi yang maksudnya saya di
surga bersama dengan orang-orang yang menyantuni anak yatim
sangat dekat.
Page 136
124
Di samping MI Al-Falah Kaliangkrik melakukan pembaharuan
terhadap kurikulum yang digunakan sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran, MI Al-Falah Kaliangkrik juga melakukan
pembaharuan dalam kegiatan pembelajarannya. Kalau kegiatan
pembelajaran di dalam kelas dimulai pukul 7. 30, maka sebelum itu
yaitu juga ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar kelas
yang dilaksanakan pukul 07.00.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa yaitu berjabat tangan
kepada bapak/Ibu guru ketika siswa- siswa memasuki gerbang sekolah
yang dilanjutkan dengan berwudhu dan masuk masjid. Ketika masuk
masjid, mereka melakukan adap masuk masjid seperti masuk masjid
dengan kaki kanan dan membaca doa masuk masjid dan melaksanakan
kegiatan sholat Dhuha. Selain kegiatan itu, juga melakukan kegiatan
hafalan surat-surat pendek, atau hafalan doa-doa harian.
Dari uraian itu dapat kita lihat bahwa MI Al-Falah Kaliangkrik
telah melakukan inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan
pembelajarannya. Dilihat dari kegiatan yang dilakukan MI Al-Falah
Kaliangkrik telah melaksanakan konsep PAKEM dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual8, yang telah yaitu
konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar dengan
lebih baik jika lingkungan alamiah artinya belajar akan lebih bermakna
8Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model- Model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
Page 137
125
jika anak belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan
sebatas mengetahui. Mereka tidak hanya mengetatahui teori tentang
wudhu, shalat atau tentang apa itu al- Qur’an tetapi mereka mengalami
sendiri dengan melaksanakan wudhu, sholat dhuha, shalat berjamaah,
membaca dan menghafalkan al-Qur’an.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak hanya dilaksanakan
di dalam kelas tetapi bisa di luar kelas seperti di masjid. Kegiatan
pembelajarannya pun tidak hanya sekedar teori atau pengetahuan saja
tetapi meliputi sikap dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran dengan
cara demikian akan lebih bermakna pada diri anak karena mereka
melakukan sendiri.
MIN Krincing Secang, sebelum melakukan kegiatan pembelajaran
berpedoman pada kurikulum yang ada. Sebagaimana yang dilakukan
oleh MI Al- Islam Tonoboyo atau MI Al-Falah Kaliangkrik, MIN
Krincing Secang juga telah melakukan pembaharuan dalam kurikilum.
Dari Kurikulum tahun 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
Kompetensi tahun 2004 dan pada tahun 2006 menyusun Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dan pada tahun 2012 disempurnakan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berkarakter MIN
Krincing Secang.
MIN Krincing Secang adalah satu dari lima MIN yang ada di
Kabupaten Magelang. Dengan sarana tempat belajar yang sesuai
Page 138
126
dengan standar sarana prasarana yang ada dengan memiliki sebelas
ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang kepala madrasah, tempat alat-
alat baik, drum band, rebana, satu mushola,satu ruang khusus untuk
KKG guru dan dapat berfungsi dengan laboratorium komputer,
sembilan toilet, tiga toilet baru bantuan dari Belanda, jumlah tenaga
guru yang berjumlah dua belas yang sudah berstatus PNS dan empat
yang masih honorer melakukan beberapa pembaharuan atau inovasi
baik dalam memberikan pelayanan pelajaran umum kepada para
siswanya tetapi juga memberikan pelayanan pendidikan agama yang
cukup banyak.9
Diantara pembaharuan yang dilakukan MIN Krincing Magelang itu
di samping mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi yang
berkompeten dalam bidangnya seperti untuk meningkatkan
pembelajaran mata pelajaran umum bekerjasama dengan Universitas
Negeri Yogyakarta, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, dan mata pelajaran bahasa
Inggris dengan Universitas Negeri Tidar Magelang.
Beberapa inovasi yang lain dengan cara mengambil guru dari luar
sekolah untuk memberikan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an dan
pembelajaran Kitab Kuning dari orang yang kompetensi di bidang itu
yaitu dari alumni pondok pesantren Lirboyo.
9 Video Profil MIN Krincing Secang Magelang yang diciptakan oeh tim kreatif MIN
Krincing Magelang
Page 139
127
Langkah yang dilakukan oleh MIN Krincing Secang yang
mengambil guru yang mempunyai kompetensi dalam hal pembelajaran
Baca Tulis Al- Qur’an dan kitab kuning merupakan salah satu langkah
inovasi yang mempraktikkan salah satu konsep pembelajaran
PAKEM10
yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran
berbasis kompetesi adalah pembelajaran yang menekankan pencapaian
kompetensi.
Sebagai pedoman guru atau warga madrasah dalam melakukan
pembelajaran, MIN Krincing Secang juga menyusun KTSP
Berkarakter dengan memilih empat karakter unggulan dalam visi dan
misinya. Empat karakter unggulan itu adalah religius, disiplin, cerdas
dan terampil.
Religius indikatornya adalah hafal dan fasih bacaan salat, gerakan
salat, dan keserasian gerakan dan bacaan,hafal dan fasih do’a setelah
salat, hafal dan fasih doa-doa harian muslim, tertib menjalankan salat
fardhu, mengikuti acara hari besar Islam, mengucapkan salam,
.mengucapkan kalimah toyibah, memulai dan mengakhiri pelajaran
dengan berdoa. Semua indikator religius yang ada di atas merupakan
penerapan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan juga
10
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012,329.
Page 140
128
merupakan bagian ketrampilan keagamaan yang tidak hanya diukur
dari sisi pengetahuan saja.
Disiplin indikatornya adalah Masuk ke madrasah tepat waktu,
pulang dari madrasah tepat waktu, istirahat tepat waktu, mengerjakan
tugas tepat waktu, memakai pakaian sesuai aturan madrasah,
melaksanakan tata tertib madrasah menggunakan peralatan madrasah
dengan baik, merawat peralatan belajar secara baik juga merupakan
salah satu penerapan agama Islam..
Cerdas indikatornya adalah unggul dalam perolehan UN, unggul
dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya,
unggul dalam lomba kreativitas, unggul dalam lomba kesenian, unggul
dalam lomba olahraga. Karakter cerdas dan beberapa indikatornya
merupakan penerapan ajaran agama Islam bahwa kita harus berlomba
lomba di muka bumi ini dalam berbuat kebaikan (fastabiqul khoirot).
Dari tiga madrasah di atas, yang berasal dari tiga kecamatan yang
berbeda masing- masing mempunyai karakter unggulan yang berbeda.
MI Al-Islam Tonoboyo Kecamatan Bandongan dua karakter yang
diunggulkan adalah religius dan cerdas. MI Al-Falah Kaliangkrik
Kecamatan Kaliangkrik, karakter yang diunggulkan adalah ada tiga
yaitu religius, disiplin dan peduli dan MIN Krincing Kecamatan
Secang karakter yang diunggulkan adalah religius, cerdas, disiplin dan
terampil.
Page 141
129
Namun di antara perbedaan karakter yang diunggulkan di atas ada
kesamaan karakter yang diunggulkan yaitu karakter religius yang
menjadi ciri umum madrasah. Madrasah sebagai lembaga pendidikan
formal yang ada di tingkat dasar memiliki ciri khas sendiri yaitu agama
Islam. Madrasah di samping memberikan pelayanan pendidikan yang
sama seperti di sekolah dasar tetapi harus memberikan layanan
pendidikan agama Islam yang melebihi sekolah dasar.
Maka ketika di Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan
pemberlakuan kurikulum 2013, lembaga pendidikan madrasah juga
mengikuti kebijakan tersebut baik itu dalam pendidikan umumnya
maupun dalam pendidikan agamanya. Demi kelancaran pendidikan
agama Islam di madrasah ibtidaiyah dalam melaksanakan Kurikulum
2013 tersebut, madrasah mengirimkan guru-gurunya untuk mengikuti
workshop pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya di kabupaten
Magelang, dan termasuk di dalamnya diikuti Madrasah Ibtidaiyah Al-
Islam Tonoboyo Bandongan, Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah
Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang. Workshop itu tidak hanya
dilakukan di tingkat kabupaten tetapi ditindaklanjuti di tingkat
kecamatan yang diikuti oleh semua guru kecuali guru kelas tiga dan
guru kelas enam.
Page 142
130
B. Implementasi Pembelajaran Agama Islam di Kabupaten Magelang
Untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam KTSP
Berkarakter yang disusun oleh MI Al-Islam Tooboyo, maka KTSP
Berkarakter itu diimplementasikan dalam bentuk pengembangan silabus,
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, dan penetapan bahan
ajar.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajaran karakter-karakter yang
diunggulkan di atas bisa dilaksanakan dan diintegrasikan dengan model
pembelajaran Quantum, model pembelajaran berbasis kompetensi atau
model pembelajaran kontekstual atau CTL ( Contekstual Teaching
Learning). Untuk evaluasi pembelajarannya bisa dengan penilaian yang
berupa tes atau penilain otentik (Penilaian secara menyeluruh atau hasil).
MI Al-Islam Tonoboyo dalam kaitannya dengan pembelajaran
pendidikan agama Islam telah melakukan beberapa inovasi agar
pembelajaran agama Islam tidak hanya terfokus pada pengetahuannya saja
tetapi ajaran Islam itu bisa tertanam dalam diri peserta didik yang terwujud
dalam sikap dan perbuatannya.
Adapun langkah-langkah yang telah dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo
dengan memasukkan pendidikan agama Islam tidak hanya sebagai mata
pelajaran formal yang ada di sekolah, tetapi pendidikan agama Islam itu
dimasukkan dalam bagian muatan lokal dan pengembangan diri.
Page 143
131
Muatan lokal yang ada kaitannya dengan pembelajaran agama
Islam adalah Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang dilaksanakan
pada siang hari. Dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini
melihat langkah yang dilakukan oleh MI Al-Islam Tonoboyo dengan
mengambil guru alumni atau santri sebuah pesantren itu yang
mempunyai kompetensi dalam Baca Tulis Al-Qur’an merupakan salah
satu bentuk inovasi yang menggunakan model pembelajaran
kompetensi sehingga diharapkan lulusan MI A-Islam Tonoboyo benar-
benar mampu membaca Al-Qur’an.
Sedangkan pengembangan diri yang berkaitan dengan
pembelajaran agama Islam adalah pembiasaan praktik wudhu dengan
benar yang dilanjutkan dengan kegiatan sholat Dhuha berjamaah,
sholat hajat setiap hari.Untuk melatih rasa percaya diri pada anak-
anak, salah satu wakil dari kelas untuk memimpin sholat berjamaah
atau bertindak sebagai imam. Walaupun sekolah belum mempunyai
tempat ibadah sendiri, sekolah memanfaatkan masjid yang ada di dekat
sekolah yang berjarak 30 meter.
Langkah di atas merupakan langkah yang mengubah hambatan
berupa keterbatasan sarana dan prasarana, menjadi sesuatu yang
bermakna. Masjid yang merupakan tempat ibadah bagi orang Islam
dapat digunakan sebagai laboratorium keagamaan dengan
mempraktikkan kegiatan keagamaan seperti wudhu, sholat, dan
Page 144
132
membaca al-Qur’an. Anak juga bisa mengenal masjid secara konkret
tidak hanya konsep yang ada dalam pikiran anak.
Implementasi dari inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama di atas
dimaksudkan agar siswa tidak hanya menguasai pengetahuan ajaran
agama Islam akan tetapi juga bisa diwujudkan dalam perbuatan dan
sikap peserta didik yang mengamalkan ajaran Islam.
Dan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap Al-Qur’an dilakukan
tadarus al-Qur’an sebelum dimulai kegiatan pembelajaran. Setelah
kegiatan pembelajaran dan istirahat makan siang, anak-anak
melakukan kegiatan solat dhuhur berjamaah, bacan wirid, asmaul
khusna dan doa.
Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian dari model
pembelajaran kontekstual11
karena pembelajaran seperti yang tersebut
di atas adalah pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori atau
pembelajaran yang menekankan pembelajaran yang menekankan
pencapaian kompetensi dalam pengetahuan agama Islam saja tetapi
akan lebih bermakna karena siswa mengalami atau melakukan sendiri.
Praktik pembelajaran seperti tersebut di atas akan mudah terserap
dalam diri peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional yang dilaksanakan di dalam kelas saja.
11
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
Page 145
133
Setelah mereka selesai dilanjutkan kegiatan pembelajaran Baca
tulis Al- Qur’an yang dimulai pukul 13. 45- 14.45. Dengan kegiatan
tersebut diharapkan siswa mampu membaca al-Qur’an dengan benar
dan kegiatan pembelajaran dilakukan oleh orang yang mempunyai
kompetensi pada bidangnya yaitu ustadz yang ada di pondok pesantren
atau alumni pondok pesantren.
Kegiatan pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil
guru dari alumni pondok pesantren merupakan bagian pembelajaran
yang memuat konsep PAKEM yang salah satu model pembelajarannya
adalah model pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan mengambil
guru yang mempunyai kompetetensi dalam bidangnya tersebut dan
menggunakan waktu yang khusus dalam pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an diharapkan output (lulusan) MI Al-Islam Tonoboyo
mempunyai kompetensi membaca al-Qur’an dengan baik, fasih dan
benar.
Kegiatan pengembangan diri yang ada kaitannya dengan
pembelajaran agama Islam adalah kegiatan penyembelihan hewan
Qurban yang dilakukan setiap tahun sekali. Hewan Qurban itu
biasanya diperoleh dari bantuan simpatisan seperti dari Akademi
Militer, tokoh masyarakat, komite sekolah atau iuran para siswa.
Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa penyembelihan hewan
Qurban tidak hanya konsep dalam pikiran saja tetapi mereka
mengetahui cara melaksanakan dan waktu melakukannya.
Page 146
134
Langkah pelaksanaan penyembelihan Qurban yang di lakukan di
MI Al-Islam Tonoboyo yang merupakan salah satu model
pembelajaran yang menggunakan metode demonstrasi karena anak
tidak hanya mengetahui secara teori saja, tetapi mereka dapat melihat
langsung seperti apa hewan yang bisa digunakan untuk Qurban, dan
mengetahui cara menyembelih hewan Qurban. Ini merupakan langkah
inovasi pembelajaran yang tidak hanya dilakukan di dalam kelas
secara konvensional saja akan tetapi dapat juga dilakukan di luar kelas.
Untuk melatih siswa agar suka berinfak dan sodaqoh, setiap hari
siswa menyisihkan uang sakunya untuk berinfak secara sukarela.
Sehingga anak terbiasa untuk berinfak dan bersedekah.
Langkah ini juga merupakan salah satu bentuk inovasi dalam
kegiatan pembelajaran agama Islam yang tidak hanya sekedar
pengetahuan saja, tetapi dengan kegiatan yang dilakukan di atas di
samping bisa digunakan untuk menanamkan sikap agar siswa
mempunyai sikap sikap berderma dengan menyisihkan apa yang
dimilikinya untuk kegiatan yang bermanfaat. Karena sebagai salah satu
indikator orang yang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada
yang ghoib, mau mendirikan sholat dan menafkahkan sebagaian rezeki
yang dimilikinya sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an salah
satunya tercantum dalam surat Al- Baqoroh ayat tiga yang berbunyi:
Page 147
135
t Ï%©! $# tβθãΖÏΒ÷σ ムÍ= ø‹tó ø9 $$Î/ tβθ ãΚ‹É) ムuρ nο 4θ n=¢Á9 $# $®ÿÊΕ uρ öΝ ßγ≈uΖ ø% y—u‘
tβθà)Ï�Ζ ãƒ ∩⊂∪
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
Adapun untuk evaluasi dari kegiatan pengembangan diri ini
sebagai laporan kepada orangtua atau wali murid sekolah menyediakan
rapor tersendiri yang terpisah dari rapor biasa berupa rapor keagamaan
yang disampaikan kepada wali murid atau orangtua siswa persemester.
Yang dilaporkan dalam buku rapor itu antara lain berupa kompetensi
yang telah dimiliki siswa dalam membaca atau menulis al-Qur’an,
menghafal surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan, dan hadits-
hadits pilihan. Selain itu juga ada kompetensi dalam melakukan sholat
wajib dan sunat, mengucapkan syahadat,melakukan adzan dan iqomah
dan kompetensi keagamaan yang lain. Sedangkan untuk pengembangan
diri yang berupa sholat berjamaah atau sikap yang lain kriteriannya
dengan angka kualitatif yaitu amat baik, baik, cukup dan kurang.
Dalam mewujudkan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam
yang tertuang dalam KTSP berkarakter yang disusun oleh tim
penyusun, MI Al-Falah Kaliangkrik sebagai lembaga pendidikan di
tingkat dasar di samping memberikan pelayanan pendidikan yang
bersifat umum juga tidak lepas dari karekter unggulan yang menjadi ciri
khas madrasah yaitu karakter religius.
Page 148
136
Karakter religius ini tidak diimplementasikan dalam kegiatan
pembelajaran Mata Pelajaran Agama Islam saja, tetapi juga
diimplementasikan pada mata pelajaran lain. Sebagai contoh ketika
memulai kegiatan pembelajaran mata pelajaran umum maupun agama
selalu dimulai dengan membaca doa atau basmalah. Setiap kegiatan
pertemuan dengan murid dimulai dengan salam. Demikian juga
pembelajaran Agama Islam tidak hanya sebagai mata pelajaran saja
tetapi sebagai bagian aktifitas pembelajaran yang juga dimasukkan
dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.
Kegiatan pengembangan diri itu antara lain pembiasaan melakukan
sholat dhuha dan sholat Dhuhur secara berjamaah. Kegiatan sholat
Dhuha diikuti oleh semua siswa sedangkan kegiatan sholat Dhuhur
berjamaah diikuti siswa kelas empat sampai kelas enam. Kegiatan
shalat berjamaah ini dilaksanakan di masjid yang ada di depan sekolah.
Langkah yang dilakukan di atas merupakan bagian inovasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang tidak sekedar teori saja
akan tetapi juga dipraktikkkan secara langsung oleh siswa. Langkah
inovasi tersebut merupakan langkah inovasi pembelajaran yang
memuat konsep PAKEM yang menggunakan model pembelajaran
kontekstual12
. Anak mengalami sendiri dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Mereka juga dapat mengenal tempat ibadah orang Islam
12
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .
Page 149
137
secara langsung, dapat melakukan tatacara masuk masjid dalam
keadaan suci, masuk masjid dimulai dengan menggunakan kaki kanan
dan dapat mempraktikkan doa masuk masjid.
Kegiatan pengembangan diri di MI Al-Falah Kaliangkrik juga ada
dilakukan sebagai acara tahunan seperti kegiatan pesantren Ramadhan
yang dilakukan pada bulan Ramadhan, Kegiatan penyembelihan
hewan Qurban dan kegiatan manasik haji yang dilakukan secara
bergantian. Kegiatan pesantren Ramadhon merupakan langkah inovasi
dalam Pendidikan Agama Islam agar siswa belajar memanfaatkan
waktu yang penuh keberkahan itu untuk kegiatan yang bermanfaat.
Siswa tidak hanya mengetahui teori bahwa orang harus memanfaatkan
waktu bulan Ramadhan yang dimilikinya untuk segala sesuatu yang
bermanfaat secara teori tetapi mereka bisa langsung mempraktikan.
Langkah ini merupakan bagian inovasi pembelajaran yang
memuat konsep PAKEM dan bagian model pembelajaran
kontekstual13
dengan anak mengalami sendiri apa yang dialaminya.
Demikian juga kegiatan penyembelihan hewan Qurban pada hari
raya Idul Adha atau hari Tasyrik. Mereka bisa langsung menyaksikan
hewan yang bagaimana yang dapat disembelih untuk Qurban dan
mereka bisa menyaksikan secara langsung bagaimana tatacara cara
menyembelih hewan Qurban yang benar. Langkah ini merupakan
13
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
Page 150
138
kegiatan pembelajaran yang tidak hanya sekedar teori tetapi siswa
mengetahui secara langsung karena langsung didemonstrasikan.
Kegiatan manasik haji yang dilaksanakan dua tahun sekali secara
bergantian dengan kegiatan penyembelihan Qurban juga merupakan
langkah inovasi dalam kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam karena anak mengalami sendiri kegiatan manasik haji. Dalam
kegiatan manasik haji itu dipandu oleh guru yang telah melaksanakan
ibadah haji dan anak-anak mengikuti di belakangnya. Anak akan
mengetahui tentang miqot makani ibadah haji orang Indonesia,
mengetahui dan bisa mempraktikkan memakai baju ihrom, dan dapat
melakukan tatacara ibadah haji. Kegiatan pembelajaran ini merupakan
bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM dan
menggunakan model pembelajaran kontekstual14
karena anak
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Kegiatan pengembangan diri yang ada kaitannya dengan
pembelajaran agama Islam yang dilakukan seminggu sekali adalah
kegiatan Jumat amal dan Jumat Bersih. Jumat amal dilakukan siswa
dengan menyisihkan sebagaian uang sakunya untuk berinfak atau
beramal sehingga anak akan terbiasa menginfakkan sebagian dari yang
menjadi miliknya.
14
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332 .
Page 151
139
Kegiatan ini juga merupakan langkah inovasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam agar siswa terbiasa menginfakkan sebagian
yang dimilikinya untuk orang lain yang membutuhkan. Kegiatan Jumat
amal ini adalah kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
tidak sekedar teori tetapi anak diharapkan mempunyai sikap mau
mendermakan sebagian yang dimilikinya untuk orang lain. Dilihat dari
model pembelajarannya merupakan model pembelajaran kontekstual
karena anak melakukan sendiri atau mengalami sendiri apa yang
dipelajarinya. Model pembelajaran kontekstual merupakan model
pembelajaran yang sudah memuat konsep PAKEM.
Sedangkan kegiatan Jumat bersih dimaksudkan agar anak terbiasa
membersihkan lingkungannya sebagai manifestasi ajaran Islam bahwa
kebersihan itu sebagaian dari iman. Dalam hal ini langkah yang telah
dimaksudkan agar siswa terbiasa hidup bersih dan mau menjaga
kebersihan lingkungan. Anak tidak hanya hafal hadits yang maksudnya
bahawa kebersihan itu sebagian dari iman tetapi mereka dapat
mempraktikkan dan menerapkan ajaran tersebut.
Langkah ini merupakan inovasi pembelajaran yang menggunakan
model pembelajaran kontekstual, karena anak mengalami sendiri apa
Page 152
140
yang dilakukannya. Pembelajaran kontekstual ini merupakan salah satu
model pembelajaran yang menggunakan konsep PAKEM15
.
Karakter religius yang ada di MI Al-Falah Kaliangkrik itu juga
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran berupa pembiasaan-
pembiasaan seperti membiasakan Salam sebelum dan sesudah
pelajaran, pembiasaan kalimah toyibah dalam setiap proses
pembelajaran, membiasakan membaca doa harian di awal dan di akhir
pembelajaran, membiasakan menghafal Asmaul Husna pada awal
pembelajaran, membiasakan menghafal juz ‘amma pada awal masuk
pembelajaran sesuai ketentuan kelas, membiasakan Shalat fardlu dan
sunat dengan benar, khusyu’ dan mengerti artinya dan berinfak.
Sedangkan inovasi pembelajaran Islam yang diimplementasikan
dalam kegiatan madrasah antara lain: pembiasaan senyum, salam, dan
sapa dilingkungan madrasah, pembiasaan mengucapkan kalimah
toyibah dilingkungan madrasah, pembiasaan membaca doa harian
dalam kehidupan sehari-hari, membiasakan membaca Asmaul Husna
dalam kehidupan sehari-hari, pembiasaan membaca juz ‘ama dalam
kehidupan sehari-hari, membiasakan Shalat fardlu dan sunat dengan
benar, khusyu’ dan mengerti artinya dalam kehidupan sehari-hari
membiasakan Infaq dan Jumat bersih setiap hari Jumat.
15
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
Page 153
141
Hal-hal yang tersebut di atas merupakan bentuk penanaman ajaran
Islam yang tidak hanya sekedar pengajaran saja akan tetapi diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari di sekolah.
Langkah-langkah di atas merupakan upaya untuk melaksanakan
tugas yang diemban pendidikan untuk mewariskan nilai-nilai luhur
kepada peserta didik dalam rangka pembentukan kepribadian sehingga
nilai-nilai agama menjadi bagin kepribadianya sebagaimana pendapat
Aminudin Rasyad16
dan Zakiah Daradjat17
bahwa pendidikan agama
Islam usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengajarkan
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
Sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam yang masuk pada muatan lokal maupun kegiatan pengembangan
diri disediakan buku laporan hasik kegiatan praktik keagamaan seperti
kemampuan membaca al-Qur’an, menghafal surat-surat pendek, ayat-
ayat pilihan, hadits-hadits piihan disediakan raport tersendiri.
Sedangkan untuk pengembangan diri yang berupa sholat berjamaah
atau sikap yang lain kriterianya dengan angka kualitatif yaitu amat
baik, baik, cukup dan kurang.
16
Aminuddin Rasyad, Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi
Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama, Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998, 325. 17
Zakiah Daradjat, Ilmu Pedidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 86.
Page 154
142
MIN Krincing Secang sebagai madrasah yang mempunyai sarana
dan prasarana serta tenaga pendidikan yang memadai melakukan
beberapa inovasi atau pembaharuan terutama yang berkaitan dengan
pendidikan agama Islam dengan cara melaksanakan kegiatan
pembelajaran agama Islam yang tidak hanya terfokus pada Mata
Pelajaran agama Islam dengan cara memasukkan pembelajaran
pendidikan agama Islam pada muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri.
Muatan lokal KTSP Berkarakter MIN Krincing Secang berkaitan
dengan pembelajaran agama Islam adalah mata pelajaran Baca Tulis
Al-Qur’an. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an ini dilaksanakan pada
waktu pagi hari dari pukul 07.00-08.00 yang dilakukan oleh orang
yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan mengambil guru
dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo. Dan metode pembelajaran
Baca Tulis Al-Qur’an ini menggunakan metode Yanbu’a yang
merupakan metode terbaru setelah metode Iqro’. Bagi siswa kelas
empat sampai kelas enam sudah mulai dikenalkan dengan membaca
kitab kuning.
Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang merupakan salah
inovasi dalam pembelajaran agama Islam yang menggunakan model
pembelajaran kompetensi yaitu model pembeljaran yang menekankan
pencapaian kompetensi. Model pembelajaran kopmpetensi merupakan
salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang memuat konsep PAKEM.
Page 155
143
Karena untuk pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, MIN Krincing
secang mengambil guru yang mempunyai kompetensi di bidangnya
Sedangkan kegiatan pengembangan diri yang berkaitan dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah sholat dhuha dan sholat
dhuhur berjamaah. Kegiatan ini dilakukan agar anak terbiasa
mengamalkan ajaran Islam dan menerapkannnya dalam kehidupan
sehari. Semua itu dilakukan agar lulusan dari MIN Krincing Secang ini
bisa menjadi anak yang sholih dan sholihah.
Langkah yang dilakukan MIN Krincing Secang yang melakukan
kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan melakukan
praktik sholat berjamaah dan sholat Dhuha merupakan salah satu
bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
kontekstual18
karena anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.
Model pembelajaran ini merupakan salah satu model pembelajaran
yang memuat konsep PAKEM.
Sebagai laporan hasil kegiatan keagamaan di atas anak atau
orangtua/ wali murid akan menerima laporan hasil kegiatan keagmaan
yang dibuat oleh MIN Krincing sendiri. Laporan itu diterima oleh
orangtua siswa setiap selesainya kegiatan pembelajaran pada akhir
semester.
18
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012, 332.
Page 156
144
Adapun yang dilaporkan dalam buku laporan hasil evaluasi
pembelajaran agama Islam itu materi yang berkaitan dengan aspek
psikomotor antara lain kompetensi dalam membaca dan menulis Al-
Qur’an, hafalan surat-surat pendek, hafalan ayat-ayat pilihan dan
hadits pilihan. Di samping juga ada kompetensi dalam bersuci,
melakukan shaolat wajib dan sunat, adzan dan iqomah serta
kompetensi-kompetensi lain yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan. Sedangkan untuk sikap dan pembiasaan penilaiannya
menggunakan angka kualitatif seperti amat baik, baik, sedang, cukup
atau kurang.
Dan dalam kriteria kenaikan kelas dijelaskan salah satu kriteria
kenaikan kelas adalah memperoleh nilai minimal 7.00 untuk mata
pelajaran Alquran/hadits dan memperoleh nilai minimal 80 pada
penilaian Praktek Keagamaan dan, Akhlaqul Karimah.
Dengan demikian dapat kita lihat bahwa inovasi pembelajaran
pendidikan agama Islam yang dilakukan madrasah ibtidaiyah di
Kabupaten Magelang dilakukan dengan cara menyusun KTSP
berkarakter dengan karakter religius sebagai salah satu karakter
unggulannya.
Karakter religius itu di implementasikan dalam penyusunan KTSP
Berkarakter dengan tidak hanya memasukkan kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran, tetapi juga
Page 157
145
dimasukkan dalam muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri.
Dalam mengembangkan silabus, membuat rencana pembelajaran dan
dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi
juga di luar kelas seperti di mushola dan masjid. Dan guru bukan satu-
satunya sumber belajar tetapi bisa memanfaatkan orang lain yang
mempunyai kompetensi di bidangnya. Pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama Islam itu tidak hanya sekedar pengetahuan saja
tetapi anak bisa mengalami atau melakukan sendiri sehingga bisa
bermakna bagi diri anak.
C. Implikasi Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Magelang
Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan
implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI Al- Islam
Tonoboyo Bandongan adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam
pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan
agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan
ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah, mengormati orang yang
lebih tua, menjaga kebersihan sebagai manifestasi pelaksanaaan ajaran
agama Islam. Peserta didik banyak yang sudah bisa membaca al-Qur’an,
Page 158
146
hafal Al-Qur’an juz 30, hafal ayat-ayat pilihan, hafal hadits-hadits pilihan,
melakukan doa setiap mau melakukan kegiatan, dapat mengerjakan wudhu
dan sholat dengan benar bisa menjadi imam, berani memberikan tauisah di
depan teman-temannya, siswa-siswa ada yang sudah hafal surat Yasin,
mempunyai sikap dan berakhlak mulia.
Dengan beberapa kompetensi yang dimiliki oleh siswa yang
ditampilkan ketika acara akhirusanah atau acara perpisahan kelas enam
menambah kepercayaan orangtua atau walimurid untuk menitipkan
anaknya di lembaga pendidikan MI Al-Islam Tonoboyo.
Langkah yang dilakukan MI Al-Islam Tonoboyo yang selalu
menampilkan kompetensi yang dikuasai siswa setiap akhirussanah
merupakan salah satu bentuk inovasi pembelajaran yang menggunakan
model Quantum Learning. Karena di samping anak mengalami apa
yang dipelajari sendiri, mereka juga merayakan beberapa ketrampilan
keagamaan yang telah dikuasainya.
Implikasi lain dari inovasi-inovasi yang telah dilakukan MI AL-
Islam Tonoboyo semakin diminati orangtua atau. Mereka memilihkan
pendidikan anaknya di MI Al-Islam Tonoboyo. Hal ini bisa dilihat dari
perkembangan siswa yang semakin meningkat setiap tahun. Jumlah
siswa MIT dari tahun ke tahun meningkat yang mulai tampak dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan19
yaitu tahun ajaran
19
Grafik Jumlah Siswa MIT Al- Islam Tonoboyo
Page 159
147
2010/2011 ada 65 siswa, tahun 2011/2012 ada 90 siswa, tahun
2012/2013 ada 125 siswa. Berdasarakan Emis20
tahun 2014/ 2015
jumlah siswa tahun ajaran 2013/2014 ada 165 dan tahun 2014/ 2015
ada 225.
Di samping itu madrasah mendapat bantuan rehab dari pemerintah,
juga mendapat bantuan dari wali murid dan masyarakat untuk
menambah lokal dengan membangun gedung lantai dua. Di samping
itu juga mendapat bantuan berupa peralatan drum band untuk kegiatan
ekstra kurikuler drum band dalam rangka mengembangkan bakat dan
seni siswa-siswanya.21
Di samping itu, MI Al Islam Tonoboyo sering dijadikan rujukan
dengan dijadikan tempat studi banding bagi madrasah lain di antaranya
dari MI Pancuran Mas Kota Magelang.
Sebagai implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama
Islam dan implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MI Al-
Falah Kaliangkrik adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam
pembelajaran agama Islam tidak hanya mereka menguasai
pengetahuan agama Islam tetapi mereka juga mempunyai kompetensi
dalam melakukan ibadah, memiliki sikap taat menjalankan ibadah,
mengormati orang yang lebih tua, menjaga kebersihan sebagai
manifestasi pelaksanaaan ajaran agama Islam.
20
Emis MI Al Islam Tonoboyo tahun 2014/2015 21
Hasil wawancara dengan komite madrasah tanggal 1 Juli 2015
Page 160
148
Anak-anak selalu berjabat tangan ketika berpapasan atau bertemu
dengan bapak dan ibu guru walau mereka sudah tidak belajar di MI Al-
Falah. Kompetensi yang mereka miliki adalah hafal asmaul khusna,
hafal surat-surat pendek dari surat An-Nas sampai surat Adhuha, hafal
ayat-ayat pilihan dan hadits pilihan dapat melakukan sholat dhuha,
sholat rowatib, sholat jenazah dan dapat melakukan manasik haji.
Sebagai implikasi lain dari inovasi yang dilakukan MI Al-Falah
Kaliangkrik adalah dengan banyaknya siswa yang belajar di MI Al-
Falah Kaliangkrik sampai tahun ajaran 20142015 ada 245 siswa.
Inovasi pembelajaran Agama Islam di MI Al-Falah Kaliangkrik
juga dikuti oleh madrasah-madrasah lain di Kecamatan Kaliangkrik
walaupun tidak persis sama. Misalnya dengan mengadakan kegiatan
hafalan surat pendek dan asmaul khusna sebelum kegiatan
pembelajaran.
Implikasi dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam dan
implementasi inovasi pembelajaran agama Islam di MIN Krincing
secang adalah kompetensi yang dimiliki siswa dalam pembelajaran
agama Islam tidak hanya mereka menguasai pengetahuan agama Islam
tetapi mereka juga mempunyai kompetensi dalam melakukan ibadah,
dapat membaca al-Qur’an dengan fasih, santun kepada bapak/ Ibu
Guru dan mereka berakhlak mulia.
Page 161
149
Kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di MIN
Krincing Secang juga besar terbukti dengan banyaknya siswa yang
belajar di MIN Krincing yaitu ada 310.22
Siswa itu berasal dari wilayah
desa Krincing dengan latar belakang pendidikan dan profesi orangtua
yang beragam.
Di samping itu madrasah mempunyai banyak prestasi di bidang
akademik seperti juara lomba mapel tingkat kabupaten ,lomba pidato
Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab, juara drum band
peringkat ke 2 UN tingkat SD/MI sekabupaten Magelang, dan nilai
UAMBN di atas delapan.
22
Emis siswa MIN Krincing Secang Semester ganjil 2014/2015
Page 162
149
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhirnya, setelah membahas secara menyeluruh dalam bab demi bab
dengan judul " Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo
Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun
ajaran 2014/2015)” dapatlah diambil kesimpulan pembahasan sebagai
berikut ini:
Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di
MI Al- Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kalingkrik dan MIN
Krincing Secang Kabupaten Magelang adalah dengan cara
mengembangkan KTSP menjadi KTSP Berkarakter. Di dalam KTSP
Berkarakter itu dalam visi dan misinya ada karakter yang diunggulkan.
Sebagai ciri khas madrasah sebagai lembaga pendidikan formal tingkat
dasar yang setara dengan sekolah dasar adalah karakter religiusnya.
Dari langkah-langkah yang telah dilakukan oleh MI Al-Islam
Tonoboyo, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Magelang
menunjukkan langkah inovasi dalam membuat kurikulum sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar dalam
pelaksanaan pembelajarannya tidak hanya terfokus kompetensi siswa pada
Page 163
150
pengetahuan agama Islam saja akan tetapi bisa tertanam dalam sikap dan
perbuatannya yang mencerminkan pengamalan ajaran Islam.
Sebagai implementasi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam
di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN
Krincing Secang Kabupaten Magelang diimplementasikan dalam
pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
dengan memasukkan karakter ke dalam unsur-unsur tersebut.
Di samping itu inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam yang
dilakukan madrasah-madrasah ibtidaiyah di Kabupaten Magelang dengan
cara melaksanakan pembelajaran pendidikan agama Islam tidak hanya
dalam kegiatan belajar mengajar yang ada di dalam kelas tetapi juga
dimasukkan ke dalam materi pelajaran muatan lokal dan pengembangan
diri yang pelaksanaanya tidak hanya di dalam kelas tetapi juga diluar kelas
seperti wudhu dan sholat jamaah di mushola sekolah atau masjid dekat
sekolah dan kegiatan manasik haji yang dilakukan di halaman masjid atau
halaman sekolah. Guru bukan satu-satu sumber belajar tetapi bisa
memanfaatkan sumber belajar yang mempunyai kompetensi dalam
bidangnya.
Langkah-langkah yang dilakukan tiga madrasah ibtidaiyah yang di atas
merupakan langkah inovasi guru dalam melaksanakan pembelajaran
agama Islam menggunakan inovasi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kuantum dan pembelajaran kompetensi. Pembelajaran
Page 164
151
Baca Tulis Al-Qur’an yang mengambil guru yang mempunyai keahlian di
bidang tersebut merupakan model pembelajaran kompetensi yang
menekankan pencapaian kompetensi dalam bidang tersebut. Di samping
itu juga menggunakan yang tersendiri.
Sedangkan pembelajaran pendidikan agama Islam berupa pembiasaan
wudhu, sholat dhuha dan sholat jamaah merupakan langkah inovasi yang
dilakukan lembaga pendidikan dasar madrasah ibtidaiyah yang
menggunakan model pembelajaran kontekstual karena dalam
pembelajaran tersebut siswa tidak hanya mengetahui tetapi mengalami
sendiri apa yang dipelajarinya.
Dengan terbatasnya fasilitas yang ada di madrasah ibtidaiyah swasta
tidak menyurutkan semangat lembaga madrasah ibtidaiyah di Kabupaten
Magelang untuk melakukan langkah inovasi dalam kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Justru hambatan itu diubah menjadi sesuatu
yang memiliki makna dengan memanfaatkan masjid di dekat madrasah
untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya berlangsung
di dalam kelas maupun di luar kelas.
Langkah tersebut merupakan suatu bentuk implementasi inovasi
pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yang menggunakan model
pembelajaran kuantum (Quantum learning) yaitu mengubah hambatan
menjadi sesuatu yang bermakna walaupun langkah-langkahnya tidak
Page 165
152
persis tetapi secara esensi telah melahirkan suatu inovasi dalam
pembelajaran agama Islam.
Dan untuk kegiatan evaluasi dilakukan penilaian tes unjuk kerja seperti
wudhu, sholat, sholat, membaca al-Qur’an, hafalan asmaul khusna, hafalan
surat-surat pendek, hafalan doa-doa harian dan hafalan ayat-ayat pilihan
dan hadist pilihan. Sedangkan untuk aspek sikapnya dilakukan dengan
observasi selama peserta didik ada di dalam kelas. Sebagai laporan kepada
orangtua/ wali murid, madrasah memberikan rapor tersendiri dengan nama
rapor praktek keagamaan.
Sebagai implikasi dari inovasi yang telah dilakukan madrasah-
madrasah ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Magelang menjadikan
pendidikan agama Islam merupakan bagian kesehariannya bagi diri siswa.
Implikasi lain dari inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam
adalah semakin besar kepercayaan masyarakat untuk menitipkan putra-
putrinya belajar di madrasah ibtidaiyah terbukti dengan besarnya jumlah
peserta didik yang belajar di madrasah ibtidaiyah.
B. Saran-Saran
Setelah meneliti tentang “Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Kabupaten Magelang (Studi multi situs di MI Al-Islam Tonoboyo
Bandongan, MI Al-Falah Kaliangkrik dan MIN Krincing Secang tahun
ajaran 2014/2015)”, dapatlah penulis mengajukan beberapa saran berikut
ini.
Page 166
153
1. Untuk mempertahankan eksistensinya, lembaga pendidikan madrasah
ibtidaiyah harus melakukan beberapa inovasi pembelajaran pada
umumnya dan inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada
khususnya agar mendapat kepercayaan masyarakat di era globalisasi
sebagai lembaga tafaquhudin.
2. Agar guru-guru di madrasah ibtidaiyah pada umumnya dan guru-guru
agama Islam pada khususnya agar menjadi contoh yang baik dari
peserta didiknya baik dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan
mencerminkan sebagai muslim sejati.
3. Pendidikan agama Islam jangan hanya diajarkan sebagai pengajaran
yang di lakukan di dalam kelas saja tetapi ditanamkan melalui latihan-
latihan dan pembiasaan dan penerapan sehari-hari.
Page 167
154
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrohman, Dudung. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta,
1992.
Arif, Armai. Pengantar Metodologi Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2003.
Arifin, Muchamad. Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi
komparasi SDIT Assalamah dengan SD I Istiqomah Kecamatan
Tengaran Barat kabupaten Semarang tahun 2013/2014). Salatiga,
2014.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek.
Yogyakarta: Rineka Cipta, 1992.
Azra, Azymardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru. Jakarta: Wacana Ilmu. 2002.
Daradjat ,Zakiah. Ilmu Pedidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Daud Ali, Muhammad dan Habiba Daud. Lembaga-lembaga Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995.
DePorter, Bobbi. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa, 2000.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2008.
Fadhilah. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS
dan SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2014.
Fuaduddin. Pengembangan Inovasi Pada Muatan Lokal. Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka,
1998.
Fullan, Michael. The Meaning of Educational Change. / New York: The Ontario
institute of studies in Education. 1982.
Hidayad, Pembelajaran Agama Islam sebagai Laboratorium Sosial Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri I Jepara Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional. Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2011.
Isti’anah, Akhri. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
Motivasi Masyarakat di MIN Sumberejo Mertoyudan, MIN Mlangen
Salaman tahun 2013/2014. Salatiga: Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri Salatiga, 2013.
Page 168
155
Karya, Sukama. Inovasi Kurikulum di Sekolah Dasar. Dirjen Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam Sekolah dasar dan Universitas terbuka,
1998.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Jakarta, PT Lentera Optima Pustaka, 2011.
Maksum, Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999.
Mapenda Kabupaten Magelang, Materi work shop, Penyusunan KTSP Berbasis
Pendidikan Karakter di Madrasah. Magelang: Kemenag, 2012, 12
Juli 2012.
Moeloeng, Lexy, J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosyada,
1993.
Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2009.
Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Mulyasa, Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Natsir, M. Capita Selecta. Bandung: N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, 1954
Nur Ukhbyati, Ilmu Pendidikan Islam, untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung:
Pustaka Setia, 1998.
Raharjo, Rahmat. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta:
Magnum Pustaka. 2010.
Rasyad, Aminudin. Mengenal Dampak Negatif kemajuan Ilmu dan Teknologi
Terhadap Masyarakat dan Peranan Guru Agama. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Departemen Agama RI, 1998.
Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu, Model-Model Pembelajaran Dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru, Edisi dua. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012.
Saefudin, Udin, Sa’ud. Inovasi Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.
Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam, Direktorat Jenderal
Pembinaaan Kelembagaan Agama Islam. Jakarta : CV Amisco
Jakarta, 1996
Page 169
156
Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational
Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1992.
Shofi, H. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter
dan Budaya Bangsa. Magelang: Kemenag, 12 Juli 2012.
Scheerens, Jaap dan Boskers, Roul, J. The Foundations of Educational
Effectiveness. New York: Elsevier Science Ltd, 1997.
Silberman, Mel. Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (terjemahan
Sarjuli et al.) Yogyakarta: YAPPENDIS,
Sugono, Dendy. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta, Pusat Bahasa,
departemen Pendidikan Nasional. 1990.
Sutiah dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana
Pengembangan Sekolah/ Madrasah. Jakarta: Pernada media Group
Suyono dan Haryanto, Belajar dan Pembelajaran. Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta,
Ar- Ruz Media, 2011.
Tim Penyusun.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo.
Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010.
Tim Penyusun. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing
Secang, 2014.
Thobroni dan Arif Mustafa, Belajar dan Pembelajaran; Pengembangan Wacana
dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta,
Ar- Ruz Media, 2011
Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan MI Al- Islam Tonoboyo.
Magelang: MI Al- Islam Tonoboyo, 2010.
Tim Penyusun, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Berkarakter MIN Krincing Secang. Magelang: MIN Krincing
Secang,2014.
Zuharaini dan Abdul Ghofir. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Malang: Universitas Malang, 2004.
Page 170
161
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN PENDIDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
MI-AL-ISLAM TONOBOYO YANG DILAKSANAKAN DI DALAM KELAS
Page 171
157
LAMPIRAN
A. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan
1. Wawancara dengan Ibu Lus Handiyah, S.Ag sebagai guru kelas IV dan Wakil
Kepala Madrasah bagian Kurikulum
Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam ini sudah
menggunakan KTSP berkarakter. Hal ini berlangsung sejak tahun 2010. Maka ada
kebijakan dari pemerintah dengan adanya kurikulum 2013 maka sejak tahun ajaran
2014/2015 MI Al-Islam Tonoboyo menggunakan Kurikulum 2013 untuk siswa kelas satu
dan kelas empat. Dan sebagai penunjangnya Kantor Kemenag Kabupaten Magelang
memberikan berupa software pegangan untuk guru dan buku pegangan untuk siswa
untuk membantu kelancaran pembelajaran pendidikan agama Islam. Sebenarnya
madrasah ini sudah mengusulkan tetap menggunakan kurikulum 2013 tapi ada kendala
yaitu nilai akreditasinya masih B. Padahal syaratnya harus A.1
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan kegiatan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo Bandongan, untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran yang lain akan tetapi sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi
tetap menggunakan pendekatan tematik scientifik dan dalam rencana
pembelajarannya juga menggunakan pendekatan tematik scienttifik. Demikian
juga dalam pelaksanaan pembelajarannya tetap menggunakan pendekatan tematik
scientifik dari langkah- langkah awal sampai pada evaluasi pembelajarannya.2
2. Wawancara dengan Ibu Nisfu Ema Fatimah, guru kelas satu tentang Inovasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MI Al-Islam Tonoboyo
Setelah waktu istirahat, anak-anak kami bawa ke masjid. Di sana mereka
latihan mempraktikkan wudhu. Mereka saya tuntun dan saya bimbing satu persatu dan
masuk ke masjid untuk melakukan sholat Dhuha bersama- sama. 3Begitu pula untuk
shalat Dhuhur secara berjamaah. Kalau menurut standar Isi pada Kementrian Agama mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam diberikan sejak kelas empat maka di MI Al-Islam ini
sudah mulai diberikan sejak kelas satu. Dengan saya putarkan film-film Islami atau kisah-
kisah nabi dengan harapan mereka bisa mengambila sari tauladan dari kisah-kisah
tersebut.4
1 Wawancara dan observasi dengan ibu Lus Handiyah, S. Ag pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 13.00
2 Observasi pelaksaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas empat
3 Observasi dan wawancara Pembelajaran wudhu di masjid pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 07.00
4 Wawancara dengan ibu Nisfu Ema Fatimah guru kelas 1
Page 172
158
3. Wawancara dengan Akhmad Zamzani, guru bagian kegiatan keagamaan
Biar anak mempunyai ilmu yang bermanfaat, anak-anak saya latih disiplin,
dengan melakukan shalat dengan tertib, tidak bergurau ketika shalat berjamaah. Ketika
shalat sunat biasanya menunjuk salah satu wakil kelas satu sampai kelas enam untuk
menjadi imam secara bergiliran. Kadang-kadang saya memberikan waktu kepada salah
satu dari mereka untuk mewakili kelasnya memberikan tausyiah kepada teman-temannya.
Untuk kegiatan shalat dhuha sejak tahun 2010 dilaksanakan setelah istirahat pertama.
Sedangkan mulai tahun 2015 ini dimulai pagi hari.5
4. Wawancara dengan bapak Wakhidun, guru Dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo
Saya di sini mengajari anak-anak agar bisa membaca al-Quran khususnya
siswa kelas empat dengan model sorogan. Mereka maju satu persatu. Siswa-siswa
dikelompokkan menurut kemampuaanya.6
5. Wawancara dengan Bapak Islakhudin, guru dinniyah MI Al-Islam Tonoboyo
Untuk pelajaran Dinniyah saja mengajari santri untuk bisa membaca al-
Qur’an. Di samping itu mereka saya bekali dengan ilmu tajwid agar mereka bisa
membaca al-Quran secara baik dan benar.7
B. Hasil wawancara dan observasi di MI Al-Falah Kaliangkrik
1. Wawancara dan Observasi dengan Kepala Madrasah
MI Al-Falah Kaliangkrik telah melakukan inovasi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan menyusun KTSP Berkarakter tahun 2012 yang diimplementasikan
dalam kegiatan pembelajaran seperti pembiasaan melakukan sholat Dhuhur berjamaah di
masjid, pembiasaan sholat sunat Dhuha di masjid, hafalan surat-surat pendek setiap pagi,
bacaan asmaul khusna sebelum pembelajaran. Sebelum masuk kelas anak-anak dibiasakan
untuk berjabat tangan dengan Kepala madrasah dan guru.8Madrasah juga membiasakan
siswa untuk membuang sampah pada tempatnya dengan kegiatan Jumat Bersih. Madrasah
juga membiasakan siswa untuk melakukan Jumat amal yang diambil dari uang saku siswa
setiap hari.
.
2. Wawancara dengan Ibu Suciati, Guru Kelas I MI Al-Falah Kaliangkrik
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk kelas I menggunakan
pendekatan Tematik Scientifik yang terdiri dari Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak,dan Fiqh.
Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tetap dikembangkan dari Kompetensi Inti dan
Kompetensi dasar. Dan untuk memudahkan siswa belajar di samping ada buku pegangan
guru untuk mata pelajaran tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran dan sampai pada
evaluasinya.
5 Wawancara dan observasi dengan Bapak Ahmad Zamzani pada tanggal 1 Juni pukul 7.00- 13.00
6 Wawancara dengan bapak Wakhidun pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 14.30
7 Wawancara dengan Bapak Islakhudin pada tanggal 14 Juni 2015 pukul 15.00
8 Observasi dan wawancara denga Kepala Madrasah tangal 27 Mei 2015.
Page 173
159
C. Hasil wawancara dan observasi di MIN Krincing Secang
1. Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar tentang Inovasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di MIN Krincing Secang
Di samping MIN Krincing Secang ini memberikan layanan pelajaran umum, juga
memberikan layanan pendidikan agama yang cukup banyak.Kegiatan pembelajaran
dimulai jam 07.00 dan berakhir pukul 14.00. Mislanya pada jam ke nol anak- anak
mendapatkan layanan pembelajaran Baca Tulis Al- Qur’an.
Sebelum Kementrian Agama melakukan pencanangan penyusunan KTSP Berkarakter
pada tahun 2012, MIN Krincing Secang telah merintis Pembelajaran Agama Islam secara
mendalam dengan memberikan jam tambahan atau jam ke nol bagi siswa untuk mengikuti
pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an yang diasuh dari alumni Pondok Pesantren Lirboyo9.
Siswa 310 itu dibagi menjadi sembilan kelompok. Pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an itu wajib diikuti siswa kelas 1 sampai kelas 3 sedangkan siswa kelas 4 sudah
mulai dikenalkan dengan pembelajaran kitab kuning.10Demikian juga dengan laporan
hasil pembelajarannya dibuat model sendiri dari madrasah.
Adapun kurikulum yang digunakan adalah KTSP Berkarakter yang telah dibuat
sendiri pada tahun 2010/2011.11 Untuk kelas satu dan 4 pada tahun ajaran 2014/2015
pembelajarannya menggunakan kurikulum 2013 sedangkan pada tahun ajaran 2014/
2015kembali ke KTSP lagi sehingga kami menyempurnakan KTSP Berkarakter menjadi
KTSP Berkarakter tahun 2014/2015.
2. Wawancara dengan dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag
Pembelajaran Agama Islam di MIN Krincing ini bertujuan untuk pembiasaan dan
penanaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Adapun kegiatan
keagamaan di MIN Krincing ini dimulai pukul 07.00 untuk pembelajaran Baca Tulis Al-
Qur’an untuk siswa kelas satu sampai kelas tiga. Bagi kelas empat sampai kelas enam
sudah mulai dikenalkan membaca kitab kuning.
Di MIN Krincing Secang ini juga dilakukan pembiasaan sholat Dhuha dan sholat
Dhuhur berjamaah. Dengan harapan lulusan madrasah MIN Krincing ini bisa menjadi
anak yang sholeh dan sholihah sesuai harapan orangtua dan para tokoh yang mendirikan
9 Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
14.40 10
Wawancara dengan Kepala Madrasah,Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
14.30 11
Wawancara dengan Kepala Madrasah, Drs. Tachsin Anwar, M.Pd.I pada tanggal 27 Mei 2015 pukul
14.50.
Page 174
160
madrasah ini sebagai ciri khas madrasah dan melestarikan apa yang dilakukan para tokoh
pada zaman dahulu.12
3. Wawancara dengn ibu Umrotul Mahfudhoh, guru kelas empat
Untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini meliputi Al-qur’an Hadits, Aqidah
Akhlak, Fiqh dan SKI. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan
pedoman rencana Pembelajaran yang ada di buku pedoman guru dan untuk kegiatan
siswa, sudah ada buku pedoman untuk siswa yang diterbitkan oleh kementrian agama.13
12
Wawancara dengan bapak As’ad Muzaki, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 15
13
Wawancara dengan Ibu Umrotul Mahfudhoh, S.Ag. pada tanggal 20 Juni 2015 pukul 8. 45.
Page 175
162
FOTO KEGIATAN PENYEMBELIHAN HEWAN QURBAN DI MI AL-ISLAM
TONOBOYO BANDONGAN
Page 176
163
FOTO WAWANCARA PENELITI DENGAN KEPALA MI AL-ISLAM
TONOBOYO BANDONGAN
Page 177
164
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir di Magelang, 19 Februari 1972 dari pasangan suami istri
yang bernama Muh Sarwani (almarhum) yang bekerja sebaga Guru Agama dan
ibu yang bernama Wuryam sebagai seorang petani.
Pendidikan yang ditempuh dimulai dari RA Muslimat selama dua tahun
kemudian melanjutkan ke MI Al-Falah Kaliangkrik lulus tahun 1984. Tamat dari
MI melanjutkan ke MTsN Kaliangkrik lulus tahun 1987. Dari MTs melanjutkan
ke PGAN Magelang lulus tahun 1990. Dari PGAN masuk IAIN Walisongo
Semarang, Fakultas Ushuludin jurusan Aqidah Filsafat melalui jalur Penelusuran
Minat dan Bakat (PMDK) lulus 25 Februari 1995. Sambil menyelesaikan kuliah
mulai mengajar di MI Al-Falah Kaliangkrik mulai tahun 1994. Tahun 2013
mengikuti program pascasarjana IAIN Salatiga dan lulus pada tanggal 26 Agustus
2015.
Adapun penataran yang pernah diikuti work Shop KBK pada tahun 2005 ,
Work Shop KTSP tahun 2006, Work shop Implementasi Pembelajaran Bahasa
Inggris tahun 2011 Work shop KTSP Berkarakter tahun 2012.
Pengalaman kerjanya adalah Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik tahun 1994
sampai 2009,Guru di MI Negeri Jogomulyo Tempuran tahun 2009 sampai 2011
dan pada tahun 2011 kembali lagi menjadi Guru di MI Al-Falah Kaliangkrik.
Pada tanggal 25 Februari 1998 menikah dengan Abdul Mun’im dan
dikaruniai seorang putri yang bernama Arofah Nungki Widiyani.