BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serviks insufisiensi (sebelumnya dikenal sebagai inkompetensi serviks) menggambarkan kelemahan fungsional leher rahim, dengan ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan penuh oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Hal ini biasanya terjadi secara akut, dilatasi leher rahim tanpa disertai rasa nyeri, yang dapat menyebabkan keguguran pada pertengahan trimester. Hal ini terjadi pada sampai dengan 2% dari seluruh kehamilan. Kurang dari 30% wanita dengan riwayat keguguran pertengahan trimester akan mengalami keguguran kembali dalam kehamilan berikutnya. 4,5 Meskipun beberapa kasus inkompetensi serviks melibatkan faktor mekanik seperti hipoplasia serviks kongenital, riwayat operasi serviks, dan trauma serviks yang luas, kebanyakan wanita dengan diagnosis klinis serviks inkompeten memiliki anatomi serviks yang normal. Pematangan serviks yang dini mungkin merupakan hasil akhir dari berbagai proses patofisiologi seperti infeksi, kolonisasi, inflamasi dan predisposisi genetik atau hormonal. Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina. Banyak pasien dengan dilatasi serviks
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Serviks insufisiensi (sebelumnya dikenal sebagai inkompetensi serviks) menggambarkan
kelemahan fungsional leher rahim, dengan ketidakmampuan untuk mencapai kehamilan penuh
oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks. Hal ini biasanya terjadi secara akut,
dilatasi leher rahim tanpa disertai rasa nyeri, yang dapat menyebabkan keguguran pada
pertengahan trimester. Hal ini terjadi pada sampai dengan 2% dari seluruh kehamilan. Kurang
dari 30% wanita dengan riwayat keguguran pertengahan trimester akan mengalami keguguran
kembali dalam kehamilan berikutnya. 4,5
Meskipun beberapa kasus inkompetensi serviks melibatkan faktor mekanik seperti
hipoplasia serviks kongenital, riwayat operasi serviks, dan trauma serviks yang luas, kebanyakan
wanita dengan diagnosis klinis serviks inkompeten memiliki anatomi serviks yang normal.
Pematangan serviks yang dini mungkin merupakan hasil akhir dari berbagai proses patofisiologi
seperti infeksi, kolonisasi, inflamasi dan predisposisi genetik atau hormonal.
Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
Banyak pasien dengan dilatasi serviks pada midtrimester yang asimptomatis memiliki bukti
adanya infeksi intrauterin subklinis. Tidak jelas apakah ini merupakan invasi mikroba akibat
dilatasi serviks yang prematur. Ketika terjadi pematangan serviks yang prematur, barier mekanik
terganggu dan selanjutnya dapat menyebabkan proses patologis (misalnya kolonisasi pada saluran
kemih bagian atas) yang berakhir pada kelahiran prematur spontan. Pada inkompetensi serviks
yang berhubungan dengan kelainan mekanik, penanganan suportif misalnya cerclage suture dapat
mencegah infeksi dan dapat memperpanjang masa kehamilan. Sebaliknya, jika perubahan pada
serviks adalah akibat proses non mekanik, maka cerclage menjadi kurang efektif dan bahkan
berbahaya dalam beberapa kasus karena kemungkinan adanya komplikasi inflamasi dan infeksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Insufisiensi serviks merupakan kelemahan fungsional leher rahim, dengan
ketidakmampuan untuk mencapai usia kehamilan penuh oleh karena defek fungsi maupun struktur
pada serviks. Inkompetensi serviks menyebabkan kehilangan kehamilan yang berulang disebabkan
oleh faktor intrinsik atau diperoleh kelemahan pada integritas jaringan serviks dimana leher rahim
mengalami penipisan dan dilatasi sebelum waktunya tanpa rasa sakit, dengan prolaps dan
ballooning membrane ke dalam vagina, diikuti oleh pengeluaran janin belum matang.
Inkompetensi serviks terjadi sehingga menyebabkan persalinan prematur, ketuban pecah dini, dan
kelahiran prematur. 4,5
2.2.Etiologi
Sebuah cacat fungsional pada serviks dapat disebabkan oleh kelainan anatomi (seperti
anomali kongenital duktus Müllerian), paparan dietilstilbestrol (DES) pada rahim, atau gangguan
kolagen (misalnya sindrom Ehlers-Danlos), penyebab insufisiensi serviks lainnya antara lain
trauma pada serviks uteri yang mencapai ostium uteri internum misalnya pada persalinan normal,
tindakan cunam yang traumatik, kesulitan ekstraksi bahu, seksio sesaria di daerah serviks yang
terlalu rendah, dilatasi dan kuretase berlebihan, amputasi serviks, pelebaran mekanik dari leher
rahim selama prosedur ginekologi, biopsi serviks, ablasi laser, prosedur loop electrosurgical
excision (LEEP), atau konisasi dengan pisau dingin, namun di banyak pasien penyebab
insufisiensi serviks masih belum diketahui. 8,9,10
2.3.Insiden
Insiden inkompetensi serviks masih belum diketahui secara pasti karena diagnosisnya
ditegakkan secara klinis dan belum ada kriteria objektif yang disetujui secara umum untuk
mendiagnosis keadaan tersebut. Secara kasar, suatu studi epidemiologi menunjukkan insiden
terjadinya serviks inkompeten adalah sekitar 0,5% pada populasi pasien obstetri secara umum dan
8% pada wanita dengan abortus trimester kedua sebelumnya.
2.4.Anatomi Serviks
Serviks adalah bagian bawah dari uterus dan merupakan suatu struktur fibromuskuler
berbentuk silindris dengan panjang 3-4 cm dan diameter 2.5 cm. Serviks disokong oleh
ligamentum kardinalis serta ligamentum uterosakral. Sebagian bawah dari serviks yang menonjol
ke dalam vagina disebut portio vaginalis, dan muara serviks ke dalam vagina disebut ostium
serviks. Bagian eksterior dari ostium serviks disebut ektoserviks sedangkan bagian proximal dari
ostium serviks disebut endoserviks, yang menghubungkan kavum uteri dengan vagina. Ruang
vagina yang mengelilingi serviks disebut forniks, dan terbagi menjadi forniks anterior, posterior,
dan lateral sesuai dengan kedudukannya masing-masing terhadap serviks.
1. Stroma serviks terbentuk atas jaringan fibromuskuler padat yang diselingi oleh struktur
vaskuler, saraf, dan limfatik:
2. Vaskularisasi serviks: serviks divaskularisasi oleh arteri uterina yang merupakan cabang
arteri iliaka interna. Drainase vena akan menuju ke pleksus hipogastrikus.
3. Persarafan serviks: terdapat perbedaan persarafan pada ektoserviks dengan endoserviks.
Pada ektoserviks, jumlah ujung saraf sensoris kurang dibandingkan dengan endoserviks
yang memiliki banyak ujung saraf sensoris serta ujung saraf simpatik dan parasimpatik.
Oleh karena itu, harus berhati-hati dengan endoserviks saat melakukan kuretase sebab ada
kemungkinan untuk mencetuskan reaksi vasovagal. Beda halnya dengan ektoserviks
dimana wanita dapat mentoleransi beberapa tindakan seperti biopsi, elektrokoagulasi dan
cryotherapy.
4. Drainase limfatik serviks: sistem limfatik serviks mengalami 3 jalur drainase yaitu dari
bagian lateral ke nodus iliaka eksterna, posterior ke nodus sakral, dan posterolateral ke
nodus iliaka internal.
Gambar 3.0 : perbedaan dilatasi serviks pada inkompetensi serviks dan pada persalinan
normal. Pada persalinan normal dilatasi disertai His atau kontraksi uterus.
12. Slattery MM, Morrison JJ. Preterm delivery. Lancet. Nov 9 2002;360(9344):1489-97.
[Medline].
13. Feinberg RF, Kliman HJ, Lockwood CJ. Is oncofetal fibronectin a trophoblast glue for
human implantation?. Am J Pathol. Mar 1991;138(3):537-43. [Medline].
14. Gomez R, Romero R, Medina L, Nien JK, Chaiworapongsa T, Carstens M. Cervicovaginal fibronectin improves the prediction of preterm delivery based on sonographic cervical
length in patients with preterm uterine contractions and intact membranes. Am J Obstet Gynecol. Feb 2005;192(2):350-9. [Medline].
15. Schmitz T, Maillard F, Bessard-Bacquaert S, Kayem G, Fulla Y, Cabrol D, et al. Selective use of fetal fibronectin detection after cervical length measurement to predict spontaneous preterm delivery in women with preterm labor. Am J Obstet Gynecol. Jan 2006;194(1):138-43. [Medline].