INFLASI DAN PENGANGGURAN Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Jurusan Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang Oleh : Kelompok 2 Liza Ikrima Fauzi (14102042) Martha Sutikno (14102038) Bram Priambudi (14102025) Javeline Mustika Putri (141020xx) Yusuf Safitrianto (141020xx) JURUSAN AKUNTANSI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INFLASI DAN PENGANGGURAN
Makalah Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro Jurusan
Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi ASIA Malang
Oleh :
Kelompok 2
Liza Ikrima Fauzi (14102042)
Martha Sutikno (14102038)
Bram Priambudi (14102025)
Javeline Mustika Putri (141020xx)
Yusuf Safitrianto (141020xx)
JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ASIA MALANG
APRIL 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Salah satu permasalahan ekonomi makro yang timbul di Indonesia adalah masalah
Inflasi. Inflasi bukan hanya terjdi di Indonesia tetapi juga terjadi di negara-negara maju
maupun berkembang.
Masalah Inflasi dipilih karena pernah terjadi di Indonesia. Untuk mengetahui tinggi
rendahnya Inflasi maka digunakan indeks harga. Menurut Indikator Ekonomi, BPS, Mei
1989, laju Inflasi di 17 kota di Indonesia yaitu pada tahun 1988 terlihat bahwa Inflasi
tertinggi terjadi di kota Ambon. Dibanding Negara-negara lain di dunia, Indonesia tidak
terlalu buruk. Untuk Negara-negara berkembang di Asia menunjukkan laju Inflasi di
Indonesia paling baik, sementara dibandingkan Negara-negara Asean keadaan Inflasi
Indonesia paling buruk.
Inflasi di Indonesia perlu diperbaiki untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat
Indonesia. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi Inflasi yaitu dengan menekan laju
pertumbuhan jumlah uang yang beredar atau mengurangi jumlah uang yang beredar.
Dengan adanya masalah Inflasi yang di bahas dalam program studi Akuntansi, penulis
berharap dapat mendalami mata kuliah Ekonomi Makro sekaligus dapat memberikan
pengetahuan kepada pembaca tentang masalah-masalah Inflasi yang pernah terjadi di
Indonesia.
Masalah Inflasi pernah dibahas dalam beberapa referensi yang ada. Namun penulis
ingin membahas lebih dalam mengenai masalah Inflasi yang pernah terjadi di Indonesia
melalui beberapa buku referensi yang ada.
2. Rumusan masalah
Berdasarkan tulisan ini permasalahan yang hendak akan dibahas dalam tulisan ini
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah Penyebab terjadinya Inflasi
2. Bagaimana penggolongan dari sebuah inflasi
3. Bagaimana cara pengukuran Inflasi
4. Apa saja dampak dari terjadinya inflasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. INFLASI
1. Pengertian Inflasi
Berbagai definisi tentang inflasi telah dikemukakan oleh para ahli. Nanga (2001 :
237) menyatakan bahwa inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus – menerus. Kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu
saja tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi. Menurut Rahardja (1997 : 32) inflasi adalah
kecenderungan dari harga – harga untuk meningkat secara umum dan terus – menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, tetapi jika kenaikan
meluas kepada sebagian besar harga barang-barang maka hal ini disebut inflasi. Sedangkan
Sukirno (2004 : 27) memberikan definisi bahwa inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-
harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Selanjutnya BPS (2000:10) mendefinisikan
Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau
daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung
dari indeks harga konsuen. Dengan demikian angka inflasi sangat mempengaruhi daya beli
masyarakat yang berpenghasilan tetap, dan di sisi lain juga mempengaruhi besarnya produksi
barang.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa secara umum inflasi adalah suatu gejala naiknya harga secara terus-
menerus (berkelanjutan) terhadap sejumlah barang. Kenaikan yang sifatnya sementara tidak
dikatakan inflasi. Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks
harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain:
a. Indeks biaya hidup (consumer price index)
Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan
jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Angka penimbang biasanya
didasarkan atas besarnya persentase pengeluaran untuk barang tertentu terhadap pengeluaran
keseluruhan. Laju inflasi dapat dihitung dengan cara menghitung persentase kenaikan atau
penurunan indeks harga dari tahun ke tahun.
b. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index)
Indeks perdagangan besar menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan
besar. Ini berarti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi masuk dalam
perhitungan indeks harga.
c. GNP deflator
GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal (atas dasar harga berlaku) dengan
GNP riil (atas dasar harga konstan).
GNP deflator = GNP Nominal x 100
GNP Riil
2. Jenis-jenis Inflasi
a. Jenis inflasi menurut sifatnya
Penggolongan pertama didasarkan pada arah atau tidaknya inflasi tersebut. Membedakan
beberapa macam inflasi yaitu:
1) Merayap (creeping inflation)
Biasanya creeping inflation ditandai dengan laju inflasi yang rendah (kurang
dari 10% per tahun).
2) Inflasi menengah ( galloping inflation)
Inflasi menengah (galloping inflation) ini ditandai dengan kenaikan harga yang
cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) dan kadangkala berjalan
dalam waktu yang relative pendek serta mempunyai siat akselerasi.
3) Inflasi tinggi ( hyper inflation)
Inflasi tinggi merupakan inflasi yang paling parah akibatnya. Harga – harga
naik sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan
uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang.
Perputaran uang makin cepat, harga naik secara akselerasi. Biasanya keadaan ini
timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
b. Jenis inflasi menurut sebabnya
1) Demand – pull inflation
Inflasi ini timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total barang bertambah (aggregate
demand) sedangkan ongkos produksi naik.
2) Cost – push inflation
Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya
produksi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi.
c. Inflasi berdasarkan sumber atau penyebab
1. Inflasi tarikan permintaan
Inflasi ini terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu dengan cepat melayani
permintaan masyarakat yang wujud dalam pemasaran. Masalah kekurangan barang akan
berlaku dan ini akan mendorong kepada kenaikan harga – harga. Inflasi ini biasanya
berlaku pada ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan
pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat
2. Inflasi desakan biaya
Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga – harga dalam perekonomian
yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan
mentah atau kenaikan upah. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan –
perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko akan
menghadapi pengurangan dalam permintaan barang – barang yang diproduksinya.
3. Inflasi di impor
Inflasi di impor ini terjadi karena kenaikan harga – harga yang disebabkan oleh
kenaikan harga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam
negeri.[6]
3. Efek yang ditimbulkan dari Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi serta
produk nasional.
a. Efek terhadap pendapatan(Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan dan ada pula
yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap
akan dirugikan oleh adanya inflasi. Sebaliknya, pihak – pihak yang mendapat keuntungan
dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan
persentase yang lebih besar dari laju inflasi.
b. Efek terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor – faktor produksi. Perubahan ini
dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga
mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.
c. Efek terhadap Output ( Output Effects)
Dalam menganalisa kedua efek di atas (equity dan efficiency effects) digunakan
suatu anggapan bahwa output tetap. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui efek inflasi
terhadap distribusi pendapatan dan efisiensi dari jumlah output tertentu tersebut.
d. Inflasi dan perkembangan ekonomi
Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi.
Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta – harta tetap seperti
tanah, rumah dan bangunan.
4. Penyebab Timbulnya Inflasi
Untuk mengetahui sebab timbulnya inflasi, merumuskan dan melaksanakan
kebijaksanaan untuk menanggulanginya adalah masalah yang sulit. Biasanya kita harus
melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan memasuki bidang ilmu sosiologi serta ilmu politik.
Ilmu ekonomi membantu untuk mengidentifikasi sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya
karena pemerintah mencetak uang terlalu banyak. Kalau ditanya mengapa pemerintah
mencetak uang terlalu banyak, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebut
mengakibatkan inflasi, maka seringkali jawabannya ada di bidang sosial politik, misalnya
karena pemerintah membutuhkan uang untuk operasi keamanan, atau karena ada pertarungan
politik di dalam negeri, atau pemerintah tidak mampu menghadapi tuntutan politik dari
golongan masyarakat tertentu. Untuk menghentikan pertambahan uang yang terus bertambah,
maka perlu dicapai penyelesaian politik terlebih dulu.
5. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi , yaitu teori kuantitas, teori
Keynes dan teori strukturalis.
a. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini pada prinsipnya mengatakan bahwa timbulnya inflasi itu hanya
disebabkan oleh bertambahnya jumlah uang yang beredar dan bukan disebabkan oleh faktor-
faktor lain. Berdasarkan teori ini ada 2 faktor yang menyebabkan inflasi:
1) Jumlah uang yang beredar
Semakin besar jumlah uang yang beredar dalam masyarakat maka inflasi juga akan
meningkat. Oleh karena itu sebaiknya pemerintah harus memperhitungkan atau
memperkirakan akan timbulnya inflasi yang bakal terjadi bila ingin mengadakan penambahan
pencetakan uang baru, karena pencetakan uang baru yang terlalu besar akan mengakibatkan
goncangnya perekonomian.
2) Ekspektasi
Berdasarkan teori ini, walaupun jumlah uang bertambah tetapi masyarakat belum
menduga adanya kenaikan, maka pertambahan uang beredar hanya akan menambah
simpanan atau uang kas karena belum dibelanjakan. Dengan demikian harga barang-barang
tidak naik. Jika masyarakat menduga bahwa dalam waktu dekat harga barang akan naik,
masyarakat cenderung membelanjakan uangnya karena khawatir akan penurunan nilai uang,
sehingga akan memicu inflasi.
Teori ini menghasilkan 3 kemungkinan, yaitu :
a) Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa mendatang sehingga
sebagian uang yang diterimanya disimpan, akibatnya harga-harga tidak naik dan ini
merupakan awal munculnya inflasi.
b) Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi sehingga penambahan jumlah uang tidak
disimpan melainkan digunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan kenaikan
permintaan sehingga harga-harga akan meningkat.
c) Dalam tahap hyperinflation, orang sudah mulai kehilangan kepercayaan terhadap nilai
mata uang. Peredaran uang makin cepat.
d) Cara mengatasi inflasi menurut teori kuantitas ini juga hanya ada satu jalan saja yang
merupakan kunci untuk menghilangkan inflasi yaitu dengan mengurangi jumlah uang
yang beredar. Maksudnya bahwa terjadinya inflasi entah faktor apapun yang
menyebabkannya, asal jumlah uang yang beredar dikurangi maka dengan sendirinya
inflasi akan hilang dan harga akan kembali pada tingkat yang wajar.
b. Teori Keynes
Menurut teori ini inflasi terjadi karena masyarakat memiliki permintaan melebihi jumlah
uang yang tersedia. Dalam teorinya, Keynes menyatakan bahwa inflasi terjadi karena
masyarakat ingin hidup melebihi batas kemampuan ekonomisnya. Proses perebutan rezeki
antargolongan masyarakat masih menimbulkan permintaan agregat (keseluruhan) yang lebih
besar daripada jumlah barang yang tersedia, mengakibatkan harga secara umum naik. Jika hal
ini terus terjadi maka selama itu pula proses inflasi akan berlangsung.
Yang dimaksud dengan golongan masyarakat di sini adalah :
1) Pemerintah, yang melakukan pencetakan uang baru untuk menutup defisit anggaran
belanja dan belanja negara.
2) Pengusaha swasta, yang menambah investasi baru dengan kredit yang mereka peroleh dari
bank.
3) Pekerja/serikat buruh, yang menuntut kenaikan upah melebihi pertambahan produktivitas.
c. Teori Struktural
Teori ini berlandaskan kepada struktur perekonomian dari suatu negara (umumnya
negara berkembang). Menurut teori ini, inflasi disebabkan oleh:
Ketidak-elastisan penerimaan ekspor. Hasil ekspor meningkat namun lambat
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lainnya. Peningkatan hasil ekspor yang lambat
antara lain disebabkan karena harga barang yang diekspor kurang menguntungkan
dibandingkan dengan kebutuhan barang-barang impor yang harus dibayar. Dengan kata lain
daya tukar barang-barang negera tersebut semakin memburuk.
Ketidak-elastisan Supply produksi bahan makanan. Terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan produksi bahan makanan dengan jumlah penduduk, sehingga
mengakibatkan kelonjakan kenaikan harga bahan makanan. Hal ini dapat menimbulkan
tuntutan kenaikan upah dari kalangan buruh / pegawai tetap akibat kenaikan biaya hidup.
Kenaikan upah selanjutnya akan meningkatkan biaya produksi dan mendorong terjadinya
inflasi.
6. Cara Mencegah Inflasi
a. Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter di capai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M).
salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat
terjadi melalui dua cara, pertama apabila seseorang memasukkan uang kas ke bank dalam
bentuk giro, kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas
tetapi dalam bentuk giro. Instrument lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah
politik pasar terbuka ( jual/beli surat berharga) dengan cara menjual surat berharga bank
sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih
rendah.
b. Kebijaksanaan Fiskal
Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta
perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian
akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan.
c. Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat
dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang
cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga.
d. Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga
tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji/upah secara riil tetap). Kalau indeks
harga naik, maka gaji/ upah juga dinaikkan.
B. PENGANGGURAN
1. Pengertian Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja (penduduk
yang berumur 15-59 tahun, ada beberapa negara lain memakai kategori 15-64 tahun) yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan
kerja tidak boleh disamakan dengan jumlah penduduk. Mengapa demikian? Sebagian dari
penduduk tidak dapat digolongkan sebagai angkatan kerja karena terlalu muda atau terlalu tua
untuk dapat bekerja secara efektif. Golongan penduduk ini tidak termasuk ke dalam angkatan
kerja. Tetapi tidak semua penduduk yang berada dalam lingkungan umur 15-59 tahun atau
15-64 tahun dapat dipandang sebagai Angkatan Kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan
tidak mencoba mencari pekerjaan,walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak
termasuk golongan angkatan kerja. Golongan masyarakat seperti itu adalah: pelajar sekolah
menengah (sebelum tingkat universitas), mahasiswa dan ibu rumah tangga. Dengan
demikian, jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja pada suatu waktu tertentu adalah
banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam lingkungan umur di atas yang bekerja atau
sedang mencari pekerjaan.
2. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan angkatan
kerja keseluruhannya disebut Tingkat Pengangguran. Untuk mengukur tingkat pengangguran
pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi jumlah pengangguran dengan
jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%
3. Jenis- Jenis Pengangguran
Menurut faktor penyebabnya, terbagi atas :
1. Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal
Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan
menganggur atas kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang lama dan
mencari pekerjaan lain. Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut adalah untuk
mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan
memperoleh jaminan sosialatau fasilitas lainnya yang lebih baik. Pengangguran yang ingin
memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersebut dinamakan Pengangguran Friksional.