-
80
VI. INFILTRASI
Sasaran Pembelajaran/Kompetensi:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep infiltrasi, perkolasi dan
permeabilitas
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan antara konsep
infiltrasi, perkolasi dan
permeabilitas
3. Mahasiswa mampu menghitung laju infiltrasi dan kapasitas
infiltrasi serta koefisien
fungsi infiltrasi (Kostiakov, Horton, dan Holtan)
4. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran infiltrasi dengan ring
infiltrometer di
lapangan.
6.1 Pendahuluan
Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah
hujan) masuk kedalam
tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air yang
berasal dari infiltrasi ke
tanah yang lebih dalam. Kebalikan dari infiltrasi adalah
rembesan (speege). Laju
maksimal gerakan air masuk kedalam tanah dinamakan kapasitas
infiltrasi. Kapasitas
infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan melebihi kemampuan
tanah dalam menyerap
kelembaban tanah. Sebaliknya apabila intensitas hujan lebih
kecil dari pada kapasitas
infiltrasi, maka laju infiltrasi sama dengan laju curah
hujan.
Laju infiltrasi umumnya dinyatakan dalam satuan yang sama dengan
satuan
intensitas curah hujan, yaitu millimeter per jam (mm/jam). Air
infiltrasi yang tidak
kembali lagi ke atmosfer melalui proses evapotranspirasi akan
menjadi air tanah untuk
seterusnya mengalir ke sungai disekitar.
Salah satu proses yang berkaitan dengan distribusi air hujan
yang jatuh ke
permukaan bumi adalah infiltrasi. Infiltrasi adalah proses masuk
atau meresapnya air
dari atas permukaan tanah ke dalam bumi. Jika air hujan meresap
ke dalam tanah
-
81
maka kadar lengas tanah meningkat hingga mencapai kapasitas
lapang. Pada kondisi
kapasitas lapang air yang masuk menjadi perkolasi dan mengisi
daerah yang lebih
rendah energi potensialnya sehingga mendorong terjadinya aliran
antara (interflow)
dan aliran bawah permukaan lainnya (base flow). Air yang berada
pada lapisan air
tanah jenuh dapat pula bergerak ke segala arah (ke samping dan
ke atas) dengan gaya
kapiler atau dengan bantuan penyerapan oleh tanaman melalui
tudung akar.
Proses infiltrasi sangat ditentukan oleh waktu. Jumlah air yang
masuk kedalam
tanah dalam suatu periode waktu disebut laju infiltrasi. Laju
infiltrasi pada suatu
tempat akan semakin kecil seiring kejenuhan tanah oleh air. Pada
saat tertentu laju
infiltrasi menjadi tetap. Nilai laju inilah yang kemudian
disebut laju perkolasi.
Ketika air hujan jatuh diatas permukaan tanah, tergantung pada
kondisi biofisik
permukaan tanah, sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan
mengalir masuk
kedalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah. Proses
mengalirnya air hujan
kedalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya
kapiler tanah. Di
bawah pengaruh gaya gravitasi air hujan mengalir vertikal
kedalam tanah, sedangkan
pada gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus
keatas, kebawah, dan
kearah horizontal (lateral). Gaya kapiler bekerja nyata pada
tanah dengan pori-pori
yang relative kecil.
Mekanisme infiltrasi melibatkan 3 proses yang tidak saling
mempengaruhi :
a. proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan
tanah
b. tertampungnya air hujan tersebut didalam tanah
c. proses mengalirnya air tersebut ketempat lain (bawah,
samping, atas)
6.2 Faktor yang Mempengaruhi Infiltrasi
Perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah baik secara
vertikal
maupun secara horizontal disebut infiltrasi. Banyaknya air yang
terinfiltrasi dalam
satuan waktu disebut laju infiltrasi. Besarnya laju infiltrasi f
dinyatakan dalam mm/jam
atau mm/hari. Laju infiltrasi akan sama dengan intensitas hujan,
bila laju infiltrasi
tersebut lebih kecil dari daya infiltrasinya. Jadi f fp dan f I
(Soemarto, 1999).
Infiltrasi berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan.
Akan tetapi
setelah mencapai limitnya, banyaknya infiltrasi akan berlangsung
terus sesuai dengan
kecepatan absorbsi setiap tanah. Pada tanah yang sama kapasitas
infiltrasinya berbeda-
-
82
beda, tergantung dari kondisi permukaan tanah, struktur tanah,
tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain. Di samping intensitas curah hujan, infiltrasi
berubah-ubah karena dipengaruhi
oleh kelembaban tanah dan udara yang terdapat dalam tanah
(Maryono, 2004).
Beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi laju
infiltrasi adalah
sebagai berikut:
1. Tinggi genangan air di atas permukaan tanah dan tebal lapisan
tanah yang
jenuh.
2. Kadar air atau lengas tanah
3. Pemadatan tanah oleh curah hujan
4. Penyumbatan pori tanah mikro oleh partikel tanah halus
seperti bahan
endapan dari partikel liat
5. Pemadatan tanah oleh manusia dan hewan akibat traffic line
oleh alat olah
6. Struktur tanah
7. Kondisi perakaran tumbuhan baik akar aktif maupun akar mati
(bahan
organik)
8. Proporsi udara yang terdapat dalam tanah
9. Topografi atau kemiringan lahan
10. Intensitas hujan
11. Kekasaran permukaan tanah
12. Kualitas air yang akan terinfiltrasi
13. Suhu udara tanah dan udara sekitar
Apabila semua faktor-faktor di atas dikelompokkan, maka dapat
dikategorikan
menjadi dua faktor utama yaitu:
1. Faktor yang mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat
sehingga air mendapat
kesempatan untuk terinfiltrasi (oppurtunity time).
2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam
tanah.
Selain dari beberapa factor yang menentukan infiltrasi diatas
terdapat pula sifat-
sifat khusus dari tanah yang menentukan dan membatasi kapasitas
infiltrasi (Arsyad,
1989) sebagai berikut:
a. Ukuran pori
Laju masuknya hujan ke dalam tanah ditentukan terutama oleh
ukuran pori dan
susunan pori-pori besar. Pori yang demikian itu dinamakan pori
aerasi, oleh karena
pori-pori mempunyai diameter yang cukup besar yang memungkinkan
air keluar
dengan cepat sehingga tanah beraerasi baik.
-
83
b. Kemantapan pori
Kapasitas infiltrasi hanya dapat terpelihara jika porositas
semula tetap tidak
terganggu selama waktu tidak terjadi hujan.
c. Kandungan air
Laju infiltrasi terbesar terjadi pada kandungan air yang rendah
dan sedang.
d. Profil tanah
Sifat bagian lapisan suatu profil tanah juga menentukan
kecepatan masuknya
air ke dalam tanah. Ketika air hujan jatuh di atas permukaan
tanah, maka proses
infiltrasi tergantung pada kondisi biofisik permukaan tanah,
sebagian atau seluruh air
hujan tersebut akan mengalir masuk ke dalam tanah melalui
pori-pori permukaan tanah.
Proses mengalirnya air hujan ke dalam tanah disebabkan oleh
tarikan gaya gravitasi dan
gaya kapiler tanah. Oleh karena itu, infiltrasi juga biasanya
disebut sebagai aliran air
yang masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler dan
gravitasi. Laju air infiltrasi
yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya
diameter pori-pori tanah.
Tanah dengan pori-pori jenuh air mempunyai kapasitas lebih kecil
dibandingkan dengan
tanah dalam keadaan kering (Asdak, 2002).
Dibawah pengaruh gaya gravitasi, air hujan mengalir vertikal
kedalam
tanah melalui profil tanah. Dengan demikian, mekanisme
infiltrasi melibatkan tiga
proses yang tidak saling mempengaruhi (Asdak, 2002):
a. Proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan
tanah.
b. Tertampungnya air hujan tersebut di dalam tanah.
c. Proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah,
samping dan atas).
Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah,
pada kedalam
tertentu, pada lahan kosong atau pada lahan bervegetasi.
Walaupun satuan infiltrasi
serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara
keduanya. Hal itu
tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas
hidraulik diketahui,
seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika
dapat diperkirakan. Laju
infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah
cair, evaluasi potensi
lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan
irigasi, penyebaran air
dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan
kegunaan lainnya
(Kirkby, M.J., 1971).
Jumlah dan ukuran pori yang menentukan adalah jumlah pori-pori
yang
berukuran besar. Makin banyak pori-pori besar maka kapasitas
infiltrasi makin besar
pula. Atas dasar ukuran pori tersebut, liat kaya akan pori halus
dan miskin akan pori
-
84
besar. Sebaliknya fraksi pasir banyak mengandung pori besar dan
sedikit pori halus.
Dengan demikian kapasitas infiltrasi pada tanah-tanah pasir jauh
lebih besar daripada
tanah liat.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar menciptakan struktur tanah
yang ringan.
Sebaliknya tanah-tanah yang terbentuk atau tersusun dari tekstur
tanah yang halus
menyebabkan terbentuknya tanah-tanah yang bertekstur berat.
Tanah dengan struktur
tanah yang berat mempunyai jumlah pori halus yang banyak dan
miskin akan pori
besar. Sebaliknya tanah yang ringan mengandung banyak pori besar
dan sedikit pori
halus. Dengan demikian kapasitas infiltrasi dari kedua jenis
tanah tanah tersebut akan
berbeda pula, yaitu tanah yang berstruktur ringan kapasitas
infiltrasinya akan lebih
besar dibandingkan dengan tanah-tanah yang berstruktur berat
(Saifuddin, 1986).
Menurut Boedi Susanto (2008), laju infiltrasi berbeda menurut
jenis tanahnya
seperti pada tabel berikut:
Tabel 6.1. Laju Infiltrasi Menurut Jenis Tanah
Jenis Tanah Laju Infiltrasi (mm/menit)
Tanah ringan (sandy soil) 0,212 0,423
Tanah sedang (loam clay, loam silt) 0,042 0,212
Tanah berat (clay, clay loam) 0,004 0,042
Sifat transmissi lapisan tanah tergantung pada lapisan-lapisan
dalam tanah.
Lapisan tanah dibedakan 4 horizon (Soesanto, 2008) :
1. Horizon A, yang teratas, sebagian bahan organik tanaman
2. Horizon B, merupakan akumulasi dari bahan koloidal A,
ketebalan permeabilitas
sangat menentukan laju infiltrasi
3. Horizon C, kadang-kadang disebut sub soil, terbentuk dari
pelapukan bahan induk
4. Horizon D, merupakan bahan induk (bed rock)
Arti Pentingnya Infiltrasi
Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap beberapa hal berikut
:
a. Proses limpasan (run off)
Daya infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang dapat
diserap kedalam tanah.
Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan
dengan daya infiltrasi
-
85
menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin
kecil, sehingga debit
puncaknya juga akan lebih kecil.
b. Pengisian lengas tanah (Soil Moisture) dan air tanah
Pengisian lengas tanah dan air tanah penting untuk tujuan
pertanian. Akar tanaman
menembus zone tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk
evapotranspirasi
dari zona tidak jenuh. Pengisian kebali lengas tanah sama dengan
selisih antara
infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah
yang dangkal dalam
lapisan tanah yang berbutir tidak begitu besar, pengisian
kembali lengas tanah ini dapat
pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.
6.3 Perhitungan Infiltrasi dan Laju Infiltrasi
Penentukan besarnya infiltrasi dapat dilakukna dengan melalui
tiga cara yaitu:
1. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume
air larian pada
percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode
simulasi
laboratorium).
2. Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran
lapangan).
3. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan
(metode separasi
hidrograf).
Singh (1989) menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah
diusulkan dan
digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang
berkaitan dengan
sistem keairan. Model - model tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelas
yakni: (1) model empiris, dan (2) model konseptual.
Model empiris menyatakan kapasitas infiltrasi sebagai fungsi
waktu. Dimana
kadar lengas tanah memiliki sifat dinamis terhadap waktu,
sehingga laju infiltrasi
ditentukan oleh kondisi lengas tanah mula-mula saat proses
infiltrasi mulai terjadi.
Adapun model- model empiris infiltrasi diantaranya adalah Model
Kostiakov, Model
Horton, Model Holtan dan Model Overton. Uraian masing-masing
model disajikan
sebagai berikut:
a. Model Kostiyakov
Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan
tidak
memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju
infiltrasi tetap) sebagai
komponen fungsi. Fungsi infiltrasi dan laju infiltrasi disajikan
pada persamaan 6.1
dan persamaa 6.2.
-
86
F = atb , 0
-
87
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan
tetapi pada
model ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan
sehingga fungsi
matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi
eksponensial
seperti pada Model Horton. Fungsi matematik model Holtan
disajikan sebagai
berikut:
(6.4)
Dengan Fp adalah infiltrasi potensial. a dan n adalah konstanta
untuk vegetasi
tanah. Holtan berpendapat bahwa kapasitas infiltrasi berbanding
lurus dengan ruang
pori yang tersedia. Model Holtan agak cocok dimasukkan untuk
model batas air
dalam ilmu tata air karena dia menghubungkan laju infiltrasi (f)
dengan
kelembaban tanah. Kekurangan dari model ini adalah spesifikasi
kedalaman
permukaan air tanah bebas. Kedalaman mempengaruhi infiltrasi
secara signifikan.
d. Model Overton
Overton pada tahun 1964 merumuskan kembali model Holtan. Dia
mencatat bahwa ruang pori-pori yang tersedia pada awal
terjadinya hujan tidaklah
selalu terisi seluruhnya sebelum kapasitas infiltrasi menjadi
tetap. Jarak antar ruang
pori-pori yang terisi tergantung pada tumbuh-tumbuhan penutup
tanah. Persamaan
matematik infiltrasi dan laju infiltrasi Model Overton disajikan
pada persamaan 6.5
dan 6.6.
........................... (6.5)
............................ (6.6)
Dimana d = (fc/a)0.5
dan J = (afc)0.5
.
Model infiltrasi selain model empiris adalah model konseptual
yang menganalogikan
proses infiltrasi sebagai faktor terinterasi dengan aspek
hidrologi lain. Beberapa model
konseptual adalah Model SCS, Model HEC, Model Philip, dan Model
Hidrograf. Uraian
model konseptual adalah sebagai berikut:
a. Model SCS
Model Soil Conservation Services (SCS) merupakan model
konseptual yang
dikembangkan oleh USDA. Model ini menggunakan pendekatan
penggunaan/
-
88
penutupan lahan, jenis tanah dan kondisi hidrologi wilayah.
Hasil yang diperoleh
dalam model ini adalah nilai infiltrasi dan laju infiiltrasi
wilayah (unit lahan) pada
suatu DAS atau Sub-DAS.
.................................... (6.7)
.................................... (6.8)
Dimana b adalah persentase faktor vegetasi, P adalah laju curah
hujan (cm/s) dan p
adalah intensitas curah hujan (cm/s), dan S adalah potensial
storage (cm). Soil
Concervation Service (SCS), mengembangkan suatu prosedur yang
sering disebut
metode curve-number untuk menaksir runoff. Metode ini
selanjutnya dikenal
dengan model SCS.
Gambar 6.1 Skema komponen rainfall excess
Bila nilai CN (curve number) telah ditentukan, maka aliran
permukaan langsung
dapat ditentukan dengan menggunakan monogram SCS.
-
89
Gambar 6.2 Monogram SCS
b. Model HEC
Model HEC merupakan model infiltrasi dasar pada suatu hubungan
non linear
antara intensitas curah hujan dan kapasitas infiltrasi.
. (6.9)
(6.10)
Dimana k adalah koefisien penurunan air ke dalam tanah, k adalah
perubahan
koefisien penurunan air, p adalah intensitas curah hujan (cm/s),
D adalah defisiensi
kelembaban tanah dan x adalah eksponen antara 0 dan 1. Jika x =
0, f tidak terikat
oleh P, asumsi ini dibuat normal dan termasuk dalam kebanyakan
persamaan
infiltrasi. Jika x = 1, f berbanding lurus dengan parameter p.
Study hidrology yang
di kembangkan oleh HEC mengindikasikan bahwa x biasanya antara
0,3 sampai 0,9
untuk konsistensi.
c. Model Philip Tanah Dua-Lapis
Pada satu seri dari papernya, Philip memperkenalkan analisis
dari infiltrasi
berdasarkan persamaan Fokker-Planck, atau persamaan aliran untuk
tanah homogen
dengan kadar lengas tanah awal dan suplai air yang berlebihan
dipermukaan.
-
90
Parameter S dan C merupakan fungsi difusi air tanah awal dan
kadar air permukaan
dari tanah
(2.14)
(2.15)
.... (2.16)
Keterangan, = laju ifiltrasi (cm/h)
S = Sportivity (cm/h)
C = kostanta (cm/h)
t = interval waktu (s).
.
d. Model Hydrograf
Jika akurasi data curah hujan dan runoff yang tersedia pada
suatu bidang tanah
kecil, jumlah air yang terinfiltrasi ke dalam tanah dapat
ditentukan dengan
menggunakan model yang disebut model hydrograf. Model ini
didasarkan pada
pendapat berikut: (1) intersepsi dan infiltrasi kecil, (2)
infiltrasi merupakan abstrak
utama bahwa curah hujan dikurang dengan infiltrasi akan
mendekati aliran
permukaan. Model ini lebih sering digunakan untuk menentukan
neraca air.
................. (2.17)
Keterangan; P = curah hujan (cm/s),
q = discharge (cm/s)
D = surface detention (cm)
F = kapasitas infiltrasi (cm)
Laju infiltrasi umumnya tergantung dari horizon A dan B,
karena
kapasitas infiltrasi C tidak akan terpenuhi oleh laju infitrasi,
sedangkan D tidak
tertembus air, sehingga sifat transmissi lapisan tanah
dikelompokkan menjadi 2
fenomena.
Jika kapasitas perkolasi lebih besar dari kapasitas infiltrasi
maka lapisan di
bawah lapisan permukaan tidak akan jenuh air dan laju infiltrasi
ditentukan oleh infiltrasi.
Jika kapasitas perkolasi lebih kecil dari kapasitas infiltrasi
maka lapisan bawah
akan jenuh air dan laju infiltrasi ditentukan oleh laju
perkolasi.
Untuk lahan yang sulit pengambilan sample kpnduktivitas
hidrauliknya
di lapangan, maka dapat juga dilakukan pendekatan nilai
kondukttivitas hidraulik
-
91
dengan menggunakan data tekstur tanah seperti yang diperlihatkan
pada diagram
segitiga tekstur.
Gambar. 6.3 Metode grafis penentuan Konduktivitas Hidraulik
Jenuh dengan segitiga
tekstur
6.5 Pengukuran Infiltrasi
Infiltrasi dapat diukur dengan cara berikut :
a. Dengan infiltrometer
Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas
tabung baja yang
ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi
air.Tinggi air dalam
tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian
banyaknya air yang
ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung
tersebut harus diukur.
Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran
ke samping di bawah
tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari
banyaknya air yang
ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan waktu.
-
92
Gambar 6.4 Infiltrometer
b. Dengan testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan
terhadap
luasan yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil
kesimpulan terhadap
besarnya infiltrasi bagi daerah yang lebih luas.
Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar yang dikelilingi
tanggul dan
digenangi air. Daya infiltrasinya didapat dari banyaknya air
yang ditambahkan agar
permukaannya konstan. Jadi testplot sebenarnya adalah
infiltrometer yang berskala
besar.
c. Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang
ditanam dalam
tanah diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya,
dilengkapi dengan
fasilitas drainage dan pemberian air. Dengan persamaan neraca
air (waterbalance)
seperti berikut:
-
93
P + I = D + E S .. (2.18)
Keterangan : I = pemberian (supply) air
D = air yang dikeluarkan
E = penguapan (evapotranspirasi)
S = tampungan air dalam tanah
Untuk mencapai tujuan ini lebih baik digunakan lysimeter
timbang, dengan
lysimeter timbang besarnya infiltrasi dengan kondisi curah hujan
yang sebenarnya
dapat dipelajari. Curah hujan harus diukur dengan alat pencatat
hujan (recording rain
gauge) yang harus ditemptkan di dekat lysimeter tersebut.
6.6 CONTOH SOAL
1. Suatu data hasil pengukuran disajikan sebagai berikut:
t (mnt) fob(cm/mnt) t (mnt) fob(cm/mnt)
0 0,00 25 1,24
1 2,50 35 1,16
2 2,25 48 1,06
3 2,13 65 0,98
5 1,86 85 0,94
8 1,68 105 0,91
12 1,50 125 0,89
17 1,38
Tentukan laju ifiltrasi air dengan rumus Kostiakov, Horton,
Holtan, dan Phillip.
Gambarkan Kurva dan Hasil observasi dan semua model.
Penyelesaian
Dengan menggunakan spreadsheed maka fungsi masing-masing model
diperoleh seperti
berikut:
Fungsi Model
f = 0.407 t -0.16.
Kostiakov
f = 0,242 + (0,5 - 0,242)e-0,287t
Horton
f = 0,039 (-2,091 f)2 + 0,239 Holton
f = 0,5*0.143 t-0,5
+ 0,214
Phillip
Fungsi model kemudian di gambarkan dengan menggunakan
spreadsheet kembali:
-
94
6.7 LATIHAN DAN PENUGASAN
1. Diskusikan dengan kelompok kelebihan dan kekurangan
masing-masing model
infiltrasi yang telah anda baca. Buat file dalam bentuk word dan
Presentasi.
2. Turunkan fungsi infiltrasi Horton dan Holtan dari hasil
pengukuran sebagai berikut:
Waktu f (mm/jam)
1 2,50
5 1,75
50 1,00
3. Lengkapi data DAS anda dengan mencari nilai CN berdasarkan
kondisi hidrologi
wilayah dan penutupan lahan. Hasil perhitungan CN ini akan
digunakan pada
pendugaan limpasan permukaan langsung.
4. Lakukan pemasangan Infltrometer di lapangan dengan mengamati
laju penurunan
air dalam periode waktu tertentu (tergantung jenis tanah).
Kemudian
a. Gambarkan kurva laju infiltrasi
b. Tentukan fungsi infiltrasi yang sesuai untuk plot data
anda
(Asistensi sebelum melakukan pengambilan data di Laboratorium
Hidrologi dan
Mekanika Fluida)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
0 50 100 150
laju
infi
ltra
si (
cm/m
nt)
t (mnt)
fob(cm/mnt)
kostiakov
Horton
Holtan
philip
Power (fob(cm/mnt))
Power (kostiakov)
Power (Horton)
Power (Holtan )
Power (philip)
-
95
6.8 DAFTAR PUSTAKA
Asdak Chay (1995). Hidrologi dan Pengeloaan daerah Aliran
Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada Press.
Kodoatie, R.J. dan Roestam Sjarief. (2005). Pengelolaan Sumber
Daya Air Terpadu.
Yogyakarta: Andi.
Linsley Ray K., Joseph B. Franzini, (1985), Teknik Sumber Daya
Air, Eralanga,
Jakarta.
Maidment, RD. (1989). Handbook of Hydrology. McGraw-Hill. New
York
Sastrodarsono Suyono dan Kensaku Takeda, (1999), Hidrologi untuk
Pengairan.
Pradnya Paramitha. Bandung
Todd, (1983), Introduction to Hydrology. Mc Graw Hill. New
York.
Viessmann, W., Lewis, GL., and Knapp, JW., (1989), Introduction
to Hydrology.
Harper Collins Pub., New York.