LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN II
PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP EFEK FARMAKOLOGI
Oleh :
Kelompok IV / JPRODI S1 FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN PHARMASI
SEMARANG2015PERCOBAAN IIPENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP
EFEK FARMAKOLOGI
I. TUJUANMempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap
enzim pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya.
II. DASAR TEORIObat merupakan zat asing bagi tubuh yang tidak
diinginkan, karena obat dapat merusak sel dan mengganggu fungsinya.
Oleh karena itu, tubuh akan berupaya merombak zat asing ini menjadi
metabolit yang tidak aktif lagi dan sekaligus bersifat lebih
hidrofil agar mudah proses ekresinya oleh ginjal. Dalam hati dan
sebelumnya juga disaluran lambung usus, seluruh atau sebagian obat
mengalami perubahan kimiawi secara enzimatis dan pada umumnya hasil
perubahannya (metabolit) menjadi tidak atau kurang aktif lagi. Maka
itu proses ini juga disebut proses detoksifikasi atau bioinaktifasi
(pada obat dinamakan first pass effect). Ada pula obat yang khasiat
farmakologinya justru diperkuat (bioaktivasi), oleh karenanya
reaksi metabolisme dalam hati dan beberapa organ lain lebih tepat
disebut biotransformasi ( Tjay dan Kirana, 2007).Tempat metabolisme
yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru ,
darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui
ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umumnya diubah
menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik. (Sulistia dan Gunawan, 2007).Faktor
faktor yang mempengaruhi metabolisme obat antara lain :
Faktor genetik atau keturunan
Perbedaan individu pada proses metabolisme sejumlah obat kadang
- kadang terjadi dalam sistem kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor genetik atau keturunan ikut berperan terhadap adanya
perbedaan kecepatan metabolisme obat.
Perbedaan spesies dan galur
Pengaruh perbedaan spesies dan galur terhadap metabolisme obat
yaitu pada tipe reaksi metabolik atau perbedaan kualitatif dan pada
kecepatan metabolisme atau perbedaan kuantitatif.
Perbedaan jenis kelamin
Pada beberapa spesies binatang menunjukkan ada pengaruh jenis
kelamin terhadap kecepatan metabolisme obat. Studi efek hormon
androgen, seperti testosteron pada sistem mikrosom hati menunjukkan
bahwa rangsangan enzim oksidasi pada tikus jantan ternyata
berhubungan dengan aktivitas anabolik dan tidak berhubungan dengan
efek androgenik. Perbedaan umur
Berhubungan dengan keterbatasan jumlah enzim mikrosom hati.
Enzim mikrosomal hepatik dan mekanisme ginjal berkurang pada saat
lahir, khususnya pada bayi kurang bulan. Kedua sistem tersebut
berkembang cepat selama empat minggu pertama kehidupan. Pada usia
tua, metabolisme obat oleh hati mungkin menurun, tapi biasanya yang
lebih penting adalah menurunnya fungsi ginjal.Oleh karena itu,
orang lanjut usia membutuhkan beberapa obat dengan dosis kecil
daripada orang muda.
Penghambatan enzim metabolisme
Pemberian secara terlebih dahulu atau secara bersama sama suatu
senyawa yang menghambat kerja enzim enzim metabolisme dapat
meningkatkan intensitas efek obat, memperpanjang masa kerja obat
dan kemungkinan juga meningkatkan efek samping dan toksisitas.
Akibat dari penghambatan metabolisme obat oleh enzim adalah
meningkatnya konsentrasi plasma obat induk dan berkurangnya
konsentrasi metabolit di dalam plasma, peningkatan dan perpanjangan
efek farmakologi, dan meningkatnya kemungkinan toksisitas yang
diinduksi oleh obat. Perubahan ini terjadi dengan cepat dan tanpa
tanda-tanda dan yang paling dipengaruhi oleh obat yang banyak
dimetabolisme dan memiliki indeks terapi sempit.
Inhibisi (penghambatan) enzim bisa menyebabkan interaksi obat
yang tidak diharapkan. Interaksi ini cenderung terjadi lebih cepat
daripada yang melibatkan induksi enzim karena interaksi ini terjadi
segera setelah obat yang dihambat mencapai konsentrasi yang cukup
tinggi umtuk berkompetisi dengan obat yang dipengaruhi. Obat bisa
menghambat berbagai bentuk sitokrom P-450 sehingga hanya
mempengaruhi metabolisme obat yang dimetabolisis oleh isoenzim.
Induksi enzim metabolisme
Pemberian terlebih dahulu atau secara bersama sama suatu senyawa
dapat meningkatkan kecepatan metabolisme obat dan memperpendek masa
kerja obat. Peningkatan aktivitas enzim metabolisme obat obat
tertentu atau proses induksi enzim mempercepat proses metabolisme
dan menurunkan kadar obat bebas dalam plasma sehingga efek
farmakologis obat menurun dan masa kerjanya menjadi lebih singkat.
Mekanisme yang terlibat tidak jelas, tetapi zat-zat kimia yang
mempengaruhi sekuens DNA spesifik membangkitkan produksi dari enzim
yang sesuai, biasanya adalah suatu subtype sitokrom P-450. Akan
tetapi, tidak semua enzim yang berperan pada induksi adalah enzim
mikrosomal. Dalam beberapa kasus, suatu obat dapat menginduksi baik
metabolisme senyawa lain maupun metabolismenya sendiri, seperti
autoinduksi yang terjadi pada antikonvulsan karbamazepin.Dalam
banyak kasus yang melibatkan induksi, dosis obat yang dipengaruhi
harus ditambah agar efek terapinya dapat dipertahankan.
Faktor faktor lain
Faktor faktor lain yang dapat mempengaruhi metabolisme obat
adalah diet makanan, keadaan kekurangan gizi, keseimbangan hormon,
kehamilan, pengikatan bat oleh protein plasma, distribusi obat
dalam jaringan dan keadaan patologis hati, missal kanker hati.
(Siswandono dan Bambang, 2000).Reaksi metabolisme terdiri dari :1.
Reaksi perombakan ( Fase I)
a. Oksidasi : alkohol,aldehid, asam dan zat hidrat arang
dioksidasi menjadi CO2 dan air. Sistem enzim oksidatif terpenting
didalam hati adalah Cytochrom P-450 yang bertanggung jawab atas
banyaknya reaksi perombakan oksidatif. Sistem ini terbagi lagi
dalam beberapa bagian dengan kode CYP.
b. Reduksi : misalnya kloralhidrat direduksi menjadi
trikloretanol, vitamin C menjadi dehidroaskorbat.
c. Hidrolisa : molekul obat mengikat 1 molekul air dan pecah
menjadi dua bagian, misal : penyabunan ester oleh esterase.2.
Reaksi penggabungan ( Fase II )
a. Asetilasi
Asam cuka mengikat gugus amino yang tidak dapat dioksidasi,
misalnya aetilasi dari sulfonamid dan piramidon.
b. Sulfatasi
Asam sulfat yang mengikat gugus OH fenolis menjadi
ester,misalnya estron.
c. Glukoronidasi
Asam glukoronat membentuk glukoronida dengan cara mengikat gugus
OH (fenolis) pula (morfin,kamfer dan sebagainya) dan
trikloreton.
d. Metilasi
Molekul obat bergabung dengan gugus CH3, misalnya nikotinamid
(Tjay dan Kirana Rahardja, 2007)
Suatu obat dapat meningkatkan metabolisme dari obat yang lain
dengan merangsang (mengindukasi) enzim-enzim hati. Obat-obat yang
dapat meningkatkan induksi enzim disebut sebagai penginduksi enzim.
Salah satu dari penginduksi enzim adalah barbiturat (contoh,
fenobarbital). Fenobarbital meningkatkan metabolisme penghambat
reseptor beta (propanolol [Inderal]), kebanyakan dari antipsikotik,
dan teofilin. Metabolisme yang meningkat mempercepat eliminasi obat
dan menurunkan konsentrasi obat di dalam plasma. Akibatnya adalah
penurunan kerja obat. Kadang-kadang enzim-enzim hati mengubah obat
menjadi metabolit aktif atau pasif. Metabolit obat dapat
diekskresikan atau dapat menghasilkan respons farmakologis aktif.
Ada juga beberapa obat yang merupakan penghambat enzim.
Obat antitukak, simetidin, adalah penghambat enzim yang
menurunkan metabolisme obat-obat tertentu, seperti teofilin
(antiasma). Akibat dari penurunan metabolisme teofilin, terjadi
peningkatan konsentrasi teofilin dalam plasma. Dosis teofilin perlu
diturunkan untuk menghindari toksisitas. Jika simetidin atau obat
penghambat enzim yang lain dihentikan, maka dosis teofilin perlu
disesuaikan (Kee dan Evelyn, 1996). III. ALAT dan BAHAN1. Alat:
Jarum suntik oral (ujung tumpul) dan spuit (1-2 ml)
Stopwatch
Kapas
2. Bahan:
Induktor enzim: Phenobarbital
Inhibitor enzim: Simetidin
Ethanol
3. Hewan uji: mencitIV. SKEMA KERJA SHAPE \* MERGEFORMAT
V. DATA PERHITUNGANDosis pemberian 80 mg/kgBB mencitPerhitungan
dosis dan Vp Phenobarbital ( Inhibisi )
1. Mencit 21,5 gram
Dosis= 21,5 gram/1000gram x 80 mg/kgBB = 1,72 mg
Vp
= 1,72 mg/5mg x 1ml = 0,34 ml2. Mencit 19,5 gram
Dosis= 19,5gram/1000 gram x 80 mg/kgBB = 1,56 mgVp
= 1,56mg/5mg x 1ml = 0,31 ml
3. Mencit 24,3 gram
Dosis= 24,3 gram/1000gram x 80 mg /kgBB = 1,944 mgVp
= 1,944 mg/5mg x 1ml = 0,39 ml4. Mencit 17,5 gram
Dosis= 17,5 gram/1000gram x 80 mg /kgBB = 1,40 mg
Vp
= 1,40 mg/5mg x 1ml = 0,28 mlPerhitungan dosis dan Vp
Phenobarbital ( Induksi )
1. Mencit 23,4 gram
Dosis= 23,4 gram/1000 gram x 80 mg/kgBB = 1,87 mgVp
= 1,87 mg/50 mg x 1ml = 0,04 ml2. Mencit 25,6 gram
Dosis= 25,6 gram/1000 gram x 80 mg/kgBB = 2,04 mgVp
= 2,04 mg/50 mg x 1ml = 0,04 ml
3. Mencit 26,6 gram
Dosis= 26,6 gram/1000 gram x 80 mg/kgBB = 2,12 mg
Vp
= 2,12 mg/50 mg x 1ml = 0.04 ml
4. Mencit 28,5 gram
Dosis= 28,5 gram/1000gram x 80 mg/kgBB = 2,28 mg
Vp
= 2,28 mg/50 mg x 1ml = 0,04 ml VI. DATA
PENGAMATANINDUKTORHewanCara dan Waktu PemberianReflex Balik
BadanOnset (menit)Durasi (menit)
SimetidinPhenobarbitalHilangKembali
1-08.3008.4612.5816252
2-08.2708.5513.0927254
3-08.3208.4913.2121272
4-08.3408.5813.1719259
INHIBITOR106.2507.3907.5913.1920320
206.2907.4308.0513.1922324
306.3307.4508.3013.1545289
406.4007.5308.3116.3638547
UJI ANAVA 1 JALAN TERHADAP DURASI
KELOMPOKDURASI (menit)
KONTROL243
49= 99.252
181= 136
71n = 4
INDUKSI252
254= 269.085
272= 259,25
259n = 4
INHIBISI320
324= 590.106
289= 370
57n = 4
= 958443
= 3061
n= 12
1. = T 2. = = 3. 4. 5. 6. F hitung = 7. F tabel ; F tabel =
4,26
F hitung (7,25) > F tabel (4,26), kesimpulannya ada perbedaan
rata-rata antar kelompok sebagai kontrol, induksi maupun
inhibisi.
UJI PASCA ANAVA DURASIKONTRASF HITUNGF TABELKESIMPULAN
1 vs 2F hit = = = 4,02
F = = (3 1) x 4,26
= 8,52Perbedaan non signifikan
1 vs 3F hit = = = 14,50
F = = (3 1) x 4,26
= 8,52Perbedaan signifikan
2 vs 3F hit = = = 3,25
F = = (3 1) x 4,26
= 8,52Perbedaan non signifikan
UJI ANAVA 1 JALAN TERHADAP ONSET
KELOMPOKONSET(menit)
KONTROL22
48= 5416
48= 34
18n = 4
INDUKSI16
28= 1.905
17= 21,25
24n = 4
INHIBISI20
22= 4.353
45= 31,25
38n = 4
= 11674
= 346
n= 12
1. = T 2. = = 3. 4. 5. 6. F hitung = 7. F tabel ; F tabel =
4,26
F hitung (1,21) < F tabel (4,26), kesimpulannya tidak ada
perbedaan signifikan antar kelompok sebagai kontrol, induksi maupun
inhibisi.
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pengaruh indukor dan
inhibitor terhadap efek farmakologi. Tujuannya adalah untuk
mempelajari pengaruh beberapa senyawa kimia terhadap enzim
pemetabolisme obat dengan mengukur efek farmakologinya. Metabolisme
atau biotransformasi merupakan proses perubahan struktur kimia obat
dari satu bentuk ke bentuk lain dengan bantuan enzim sebagai
katalisator. Enzim yang berperan pada umumnya adalah Sitokrom P-450
atau enzim yang merupakan isoform dari enzim Sitokrom P-450. Tujuan
metabolisme adalah untuk mengubah obat menjadi metabolit yang tidak
aktif dan tidak toksik, mudah larut dalam air dan kemudian
diekskresikan dari tubuh.Pada percobaan, menggunakan hewan uji
mencit, digunakan mencit yang mempunyai sistem metabolisme
menyerupai manusia, lebih ekonomis, dan mudah didapatkan. Organ
pemetabolisme terbesar adalah hati. Obat yang digunakan pada
pecobaan ini yaitu Phenobarbital yang mempunyai dosis 80mg/kgBB.
Phenobarbital memiliki efek hipnotik/sedatife sehingga lebih mudah
dilakukan pengamatan. Setelah diinduksi selama 3 hari mencit di
puasakan 8 jam. Begitu pula dengan kelompok inhibisi juga di
puasakan. Tujuannya untuk menciptakan keadaan pengosongan lambung,
agar obat di absorbsi maksimal tanpa ada pengganggu.Senyawa kimia
yang mempengaruhi enzim metabolisme antara lain, induktor dan
inhibitor. Induktor adalah senyawa kimia yang dapat mempercepat
kerja dari enzim metebolisme. Inhibitor adalah senyawa kimia yang
dapat menghambat kerja dari enzim metabolisme.Pada induktor, yang
digunakan yaitu phenobarbital karena Phenobarbital memiliki efek
hipnotik/sedatife sehingga lebih mudah dilakukan pengamatan, Selain
itu Phenobarbital bekerja dengan meningkatkan enzim pemetabolisme
dihati yang menyebabkan kadar obat dalam darah menurun sehingga
lebih cepat dieliminasi, dan menyebabkan terapi tidak tercapai atau
lebih cepat. Hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan dosis
pemberian. Sedangkan inhibitor yang digunakan simetidin karena
dapat menghambat aktivitas enzim pemetabolisme phenobarbital
sehingga metabolit yang dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam
plasma darah meningkat. Akibatnya dapat menghasilkan efek yang
lebih panjang. Hal ini dapat diatasi dengan cara menurunkan dosis
pemberian, tidak memberikan obat secara bersamaan atau menggantinya
dengan obat lainPemberian obat secara intraperitonial. Tujuan dari
pemberian secara intraperitoneal agar didapatkan efek yang lebih
cepat daripada pemberian secara per oral. Penginjeksian dilakukan
di rongga perut karena lebih banyak pembuluh darah sehingga obat
langsung masuk dalam sirkulasi darah dan menimbulkan efek
farmakologi.Dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok inhibitor, dan
kelompok induktor. a. Kelompok induktor, hewan uji mencit disuntik
phenobarbital 80 mg/ml dengan dosis 80mg/kgBBmencit secara
intraperitonial tiap 24 jam selama 3 hari. Pada saat praktikum
diinjeksikan phenobarbital lagi dengan dosis yang sama.
Praperlakuan selama 3 hari karena dalam sintesis enzim membutuhkan
waktu yang lebih lama, untuk membiasakan atau meningkatkan
metabolisme, disini melibatkan enzim sitokrom P450dan glukoranil
transferase untuk metabolisme Phenobarbital, kemudian setelah 3
hari akan terjadi toleransi yang yang memberikan efek hewan uji
tersebut tidur. Digunakan induktor phenobarbital karena dapat
menginduksi metabolismenya sendiri yang di sebut autoinduksi.b.
Kelompok inhibitor, hewan uji mencit diberi simetidin dosis 80
mg/kgBB satu jam sebelum pemberian phenobarbital. Simetidin
mencapai kadar puncak di plasma kira-kira 1 jam setelah pemberian
dan setelah itu dapat berkompetisi dengan phenobarbital. Simetidin
dapat menghambat aktivitas enzim pemetabolisme phenobarbital
sehingga metabolit yang dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam
plasma darah meningkat. Akibatnya dapat menghasilkan efek yang
lebih panjang. Hal ini dapat diatasi dengan cara menurunkan dosis
pemberian, tidak memberikan obat secara bersamaan atau menggantinya
dengan obat lain. Simetidin dapat digunakan untuk inhibitor karena
obat yang digunakan adalah phenobarbital yang dapat meningkatkan
enzim Cyp3A4, karena simetidin adalah salah satu obat yang kerjanya
dapat menghambat enzim Cyp3A4, maka digunakan sebagai
inhibitor.
Untuk membandingkan efek dari induksi dan inhibisi, digunakan
kontrol dari kelompok Intraperitonial pada percobaan 1 (pengaruh
cara pemberian terhadap absorbsi obat) dan parameter yang saling
berpengaruh disini adalah durasi karena yang dilihat adalah kadar
obat di dalam plasma sehingga yang dilihat obat tersebut berefek
sampai obat tersebut tidak berefek. Jadi bukan onsetnya atau waktu
mula kerja obat sampai obat tersebut memberikan efek.Dari data
percobaan didapatkan rata-rata durasi inhibisi ( 370 menit),
kontrol ( 136 menit ), induksi (259,25). Jadi durasi tercepat
berturut turut adalah kontrol, induktor, inhibitor. Menurut teori
durasi yang tercepat adalah induktor,kontrol, inhibitor.Durasi
inhibisi lebih lama daripada kontrol, hal ini sudah sesuai teori.
Karena adanya penghambatan enzim pemetabolisme phenobarbital oleh
simetidin. Sehingga kadar obat yang ada dalam tubuh akan dilepaskan
secara perlahan. Durasi kontrol seharusnya lebih lama dari pada
induksi karena kontrol tidak di berikan obat / perlakuan khusus,
sedangkan pada induksi metabolisme meningkat karena sudah diberi
Phenobarbital sebelumnya. Sehingga enzim sitokrom P450dan
glukoranil transferase sudah memetabolisme Phenobarbital. Akibatnya
kadar obat yang ada di tubuh semakin menurun.Hasil pengamatan pada
saat praktikum, hewan uji dalam hal ini mencit setelah diberikan
phenobarbital , pada saat efek obat muncul mencit tertidur. Selang
beberapa waktu mencit terbangun dan tertidur lagi. Hal ini
dikarenakan phenobarbital larut dalam lemak, jadi masih tersimpan
di dalam lemak. Beda jika obat larut dalam air maka akan cepat
terekskresi melalui urin maupun keringat.Dari data yang didapat,
kemudian diuji anava 1 jalan terhadap durasi dan onset. Pada durasi
didapatkan hasil bahwa F hitung (7,25) > F tabel (4,26), ini
berarti menunjukkan ada perbedaan rata - rata antar kelompok,
sehingga dilakukan uji pasca anava terhadap durasi. Dari hasil uji
pasca terhadap durasi di peroleh F hitung 2 > F tabel, ini
berarti menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata antara kelompok
kontrol, induksi dan inhibisi. Hasil dari pengujian pasca anava
terhadap durasi terjadi perbedaan waktu durasi antara kontrol
dengan inhibisi. Pada onset didapatkan hasil bahwa F hitung (1,21)
< F tabel (4,26), kesimpulannya tidak ada perbedaan signifikan
antar kelompok sebagai kontrol, induksi maupun inhibisi dalam hal
onset.Menurut teori, hasil metabolisme dari induksi enzim oleh
Phenobarbital adalah metabolit inaktif, sehingga efek yang
dihasilkan pada hewan uji menurun, durasinya menjadi cepat.
Sedangkan hasil metabolisme dari penghambatan enzim oleh simetidin
menghasilkan metabolit aktif sehingga efek sedatif pada hewan uji
meningkat, durasinya menjadi lama. Hasil praktikum tidak sesuai
teori dapat dikarenakan beberapa faktor, diantaranya ada kesalahan
saat melakukan pemberian obat kepada mencit, kekurangan atau
kelebihan dosis obat yang diberikan pada mencit, dan kondisi mencit
yang strees karena tidak mendapatkan perlakuan yang baik sebelum
pemberian obat.VIII. KESIMPULAN1. Pemberian senyawa induktor
(phenobarbital) meningkatkan enzim pemetabolisme dihati yang
menyebabkan kadar obat dalam darah menurun sehingga lebih cepat
dieliminasi, dan menyebabkan efek farmakologi tidak maksimal.
2. Pemberian senyawa inhibitor (simetidin) menghambat aktivitas
enzim pemetabolisme phenobarbital (Cyp3A4) sehingga metabolit yang
dihasilkan sedikit dan kadar obat dalam plasma darah meningkat.
Akibatnya dapat menghasilkan efek yang lebih panjang.
3. Dari hasil percobaan didapatkan: Uji anava durasi F hitung
(7,25) > F tabel (4,26), menunjukkan ada perbedaan rata - rata
antar kelompok. Sehingga dilakukan uji pasca anava terhadap durasi
di peroleh F hitung 2 > F tabel. Berarti menunjukkan ada
perbedaan rata-rata antara kelompok kontrol, induksi dan inhibisi.
Hasil dari pengujian pasca anava terhadap durasi terjadi perbedaan
waktu durasi antara kontrol dengan inhibisi. Pada onset didapatkan
hasil bahwa F hitung (1,21) < F tabel (4,26), kesimpulannya
tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok sebagai kontrol,
induksi maupun inhibisi dalam hal onset. Rata-rata durasi terbesar
adalah , induktor dan durasi terkecil adalah kontrol. Menurut teori
durasi yang tercepat adalah induktor,kontrol, inhibitor.
4. Hasil praktikum tidak sesuai teori dapat dikarenakan beberapa
faktor, diantaranya ada kesalahan saat melakukan pemberian obat
kepada mencit, kekurangan atau kelebihan dosis obat yang diberikan
pada mencit, dan kondisi mencit yang strees karena tidak
mendapatkan perlakuan yang baik sebelum pemberian obat.IX. DAFTAR
PUSTAKA
Tjay, Tan Hoa, Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta
: Gramedia.Sulistia dan Gunawan. 2007. Farmakologi dan Terapi ed V
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Gaya baru.
Siswandono dan Bambang. 2000. Kimia Medisinal 1. Surabaya :
Airlangga University Press. Anief, Moch. 1990. Perjalanan dan Nasib
Obat Dalam Tubuh. Yogyakarta : UGM Press.Semarang,19 Maret
2014Mengetahui,
Dosen Pengampu
Praktikan,
Andriani, M.Sc., Apt.
Ajeng Wida N (1041211003)
FX.Sulistyanto, S.Si.,Apt. Anifatur Rohmah (1041211006)
Annisa Dyah R (1041211010)
Ayu Oktavia (1041211017)
Budhy Indriani (1041211022)PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan induktor dan inhibitor dan contoh
peristiwanya masing-masing 3 ?
Jawab : Induktor adalah senyawa atau obat yang dapat
meningkatkan sintesis enzim metabolisme pada tingkat transkipsi
sehingga mengalami peningkatan kecepatan metabolisme obat menjadi
substrat enzim yang bersangkutan. Contoh :
a. Benzo(a)pyrene dan hidrokarbon-hidrokarbon polisiklik
aromatik lainnya, yang berada didalam asap tembakau, daging yang
dipanggang dengan arang, dan produk-produk pirolisis organik
lainnya, diketehui menginduksi enzim-enzim CYP1A dan untuk mengubah
laju metabolisme obat baik pada hewan eksperimen maupun manusia.b.
CYP2BI (sitokrom P450 2B1, sebelumnya adalah P450b), yang diinduksi
oleh pengobatan dengan phenobarbital dan CYP1A1 (sitokrom P4501A1,
sitokrom P450 artau P448), yang diinduksioleh polisiklik aromatik
hidrokarbon.c. Obat penurun VLDL clofibrat menginduksi enzim-enzim
lain yang berbeda dengan kelompok CYP4A yang bertugas untuk
-hidroksilasi beberapa asam lemak, leokotrine dan
prostaglandin.
Inhibitor adalah senyawa yang mampu menghambat proses
metabolisme sehingga akan memperpanjang kerja obat dalam tubuh.
Contoh :
a. Simetidine dan ketokonazol terikat erat pada besi heme
sitokrom P450 dan berhasil mengurangi metabolisme substrat-substrat
endogen atau obat lain yang diberikan bersamanya melalui hambatan
kompetitif.b. Troleandomycin, erythromycin dan derivat erythromycin
dimetabolisme, tampaknya oleh CYP3A menjadi metabolit-metabolit
yang membentuk komplek sitokrom besi heme dan membuatnya tidak
aktif secara katalisis.c. Secobarbital suatu barbiturat diketahui
sebagai enzim yang menginaktivasi CYP2B1 dengan mengalkilasi baik
heme-nya maupun bagian-bagian proteinnya.2. Jelaskan apa yang dapat
terjadi bila suatu obat diberikan bersamaan dengan induktor ataupun
inhibitor!
Jawab : Obat diberikan bersama dengan induktor: Penambahan suatu
induktor akan memperbanyak enzim metabolisme . Apabila metabolit
obat yang dihasilkan bersifat inaktif, maka senyawa metabolit
inaktif yang dihasilkan lebih banyak sehingga metabolisme
berlangsung cepat, akibatnya durasi yang ditimbulkan cepat dan efek
yang dihasilkan akan cepat berakhir pula. Sedangkan, bila senyawa
metabolit yang dihasilkan aktif, maka metabolit aktif tersebut akan
lebih banyak dihasilkan sehingga metabolisme dapat berlangsung
lebih lama , akibatnya durasi yang didapatkan lama.Obat diberikan
bersama dengan inhibitor: Penambahan suatu inhibitor akan
menghambat produksi enzim matabolisme. Apabila metabolit obat yang
dihasilkan dalam bentuk inaktif, maka metabolit yang dihasilkan
lebih sedikit akibatnya durasi obat yang didapatkan lebih lama.
Sedangkan, bila metabolit yang dihasilkan dalam bentuk aktif maka
metabolit aktif yang dihasilkan juga akan lebih sedikit akibatnya
durasi yang didapatkan lebih cepat.
Disiapkan mencit masing masing 5 untuk tiap kelompok
Di timbang dan diberi tanda, kemudian diperhitungkan volume
phenobarbital dan simetidine dengan dosis 80 mg/ kg BB
Kelompok 1 kontrol I.P Phenobarbital
Kelompok 3&5 Inhibitor I.P Simetidin dan selang satu jam
phenobarbital
Kelompok 2&4 Induktor I.P Phenobarbital selama 3 hari tiap
24 jam
Di amati waktu reflek balik badan
Di hitung onset dan durasi untuk masing- masing kelompok
percobaan
Dibandingkan hasilnya untuk durasi dengan uji statistika anava
satu jalan