-
Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien DEWASA)
Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang di keluarkan tahun
2013.Ketetapan2 yang baru atau di ubah sejak 2007 lalu ditulis
dalam huruf tebal.
Indikasi pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD)
Perempuan usia 65 tahun keatas Untuk perempuan pasca menopause
usia dibawah 65 tahun,
dapat dilakukan pemeriksaan BMD bilamana ada factor resiko
terjadinya penurunan massa tulang seperti:
Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko
tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan
massa tulang Perempuan peri-menoapause dengan faktor resiko
patah tulang
seperti berat badan rendah, riwayat patah tulang, atau pengguna
obat resiko tinggi.
Pria usia 70 tahun keatas Untuk pria usia dibawah 70 tahun,
dapat dilakukan pemeriksaan
BMD bilamana ada faktor terjadinya penurunan massa tulang
seperti :
Berat badan rendah Ada riwayat patah tulang Pengguna obat resiko
tinggi Penyakit atau kondisi yang menimbulkan kehilangan
massa tulang. Pasien dewasa dengan kerapuhan tulang (fragile)
Pasien dewasa dengan penyakit atau kondisi yang menimbulkan
kehilangan massa tulang Pasien dewasa menggunakan obat yang
menimbulkan kehilangan
massa tulang Seseorang yang dipertimbangkan pengobatan anti
osteoporosis
-
Seseorang yang memerlukan evaluasi hasil pengobatan Seseorang
tanpa pengobatan namun ada tanda2 kehilangan massa
tulang yang membutuhkan pengobatan selanjutnya.
Perempuan berhenti minum estrogen harus di lakukan pemeriksaan
BMD sesuai dengan indikasi diatas.
Data Referensi untuk nilai T-score:
Gunakan normative database perempuan Kaukasia untuk semua pasien
perempuan dari berbagai etnik*
Gunakan normative database wanita Kaukasia untuk semua pria dari
berbagai etnik*
Mesin BMD harus menggunakan NHANES III sebagai data referensi
untuk T-score leher Femur dan total Femur
Mesin BMD harus menggunakan data referensi mereka sendiri untuk
T-score vertebra lumbalis
Jika ada data referensi setempat (Indonesia), hanya digunakan
untuk mnghitung nilai Z-score bukan T-score
*Catatan : penggunaan rekomendasi ini mungkin berbeda sesuai
kebutuhan setempat.
Sentral DXA untuk diagnosa
Standar referensi WHO untuk diagnosa osteoporosis adalah nilai
T-score lebih kecil atau sama dengan -2.5 SD pada leher femur
Standar referensi yang digunakan oleh WHO untuk menghitung
T-score perempuan kulit putih usia 20 29 tahun adalah NHANES
III
Diagnosa osteoporosis pada perempuan dan pria usia 50 tahun
keatas ditegakkan berdasarkan nilai T-score sama atau diatas -2.5
SD.*
Pada beberapa keadaan 33% radius (1/3 radius) dapat digunakans
ebagai acuan.
-
*Catatan : Area femur yang lain seperti Ward dan trochanter
mayor tidak digunakan untuk diagnosa. Penggunaan rekomendasi ini
mungkin berbeda sesuai kebutuhan setempat.
Daerah tulang yang perlu di ukur Hitung BMD baik PA Spine maupun
femur pada semua kasus Hitung forearm bilamana :
! Spine dan atau femur tidak dapat di ukur atau di
interpretasikan
! Hyperparathyroidism ! Sangat gemuk (melebihi batas aman meja
BMD)
Region of interest (ROI) dari Spine Ukur BMD L1-L4 PA spine
Bilamana ada kelainan atau artifact gunakan 3 atau 2 buah
lumbal yang diukur Diagnosa tidak dapat di tegakkan berdasarkan
BMD 1 buah
vertebra lumbal Dalam keadaan seperti ini, diagnosa ditegakkan
dari hasil BMD
daerah tulang yang lain. Vertebra yang abnormal tidak di hitung
seperti :
Jelas ada kelainan dan tidak dapat dinilai dari resolusi alat
atau
Terdapat perbedaan lebih dari 1.0 SD T-score dibandingkan dengan
vertebra yang lain.
Bilamana ada vertebra yang dihilangkan maka sisa vertebra yang
lain dihitung T-scorenya
Lateral spine tidak dipakai dalam diagnosa namun mungkin bisa
untuk monitoring
Region of interest (ROI) dari Femur Ukur leher femur atau total
femur, gunakan yang terendah T-
scorenya. Ukur salah satu femur, kiri atau kanan Belum ada data
yang cukup untuk bilateral femur digunakan
dalam diagnosa
-
Untuk monitoring, dianjurkan menggunakan total femur Region of
interest (ROI) dari Forearm
Gunakan 33% radius (1/3 radius) dari forearm yang non-dominan
untuk diagnosa. ROI forearm yang lain tidak dapat digunakan.
Perhitungan resiko patah tulang
Ada perbedaan yang tajam antara klasifikasi diagnosa dan
perhitungan resiko patah tulang menggunakan nilai BMD
Untuk perhitungan resiko patah tulang, semua tehnik yang valid
dapat dipakai termasuk pengukuran lebih dari satu daerah tulang
asalkan dapat meningkatkan pemilaian tersebut.
Penggunaan istilah Osteopenia
Istilah Osteopenia tetap dapat digunakan, namun lebih dianjurkan
memakai istilah low bone mass atau low bone density
Seseorang dengan low bone mass atau density tidak harus memiliki
resiko patah tulang yang tinggi
Laporan diagnosa BMD pada perempuan dan pria usia 50 tahun
keatas
Ukur nilai T-score Gunakan klasifikasi densitometry WHO
Laporan diagnosa BMD pada perempuan pre-menopause dan pria
sebelum usia 50 tahun
Gunakan Z-score, bukan T-score. Ini terutama penting untuk anak2
Nilai Z-score sama atau dibawah -2.0 SD disebut dalam batas
dibawah normal bila dibandingkan dengan parameter usia , dan
nilai Z-score diatas -2.0 SD disebut dalam batas normal bila
dibandingkan dengan parameter usia
Diagnosa osteoporosis pada pria dibawah 50 tahun tidak dapat
hanya berdasarkan penilaian BMD saja.
-
Diagnosa berdasarkan kriteria WHO mungkin bisa dipakai pada
perempauan perimenopause
Data referensi Z-score
Nilai Z-score harus menggunakan data penduduk setempat bilamana
data tersebut tersedia. Untuk itu pasien harus menyebutkan data
etniknya.
Pengukuran BMD ulangan
BMD perlu diulang pada pasien yang belum di terapi dan saat ini
ada kemungkinan terjadi kehilangan massa tulang yang bermakna
sehingga perlu diberikan pengobatan
Ulangan BMD penting untuk mengetahui apakah hasil terapi
meningkatkan nilai BMD atau tidak ada perubahan nilai BMDnya
Dapat juga digunakan untuk evaluasi pasien yang tidak respons
terhadap terapi, sehingga perlu dilakukan re evaluasi terapi dan
kemungkinan adanya osteoporosis sekunder.
BMD perlu diulang pada jangka waktu dimana diharapkan hasil
terapi sama atau melebihi LSC nya ( perubahan yang bermakna)
Jangka waktu BMD ulangan tergantung pada status klinis masing2
individu : umumnya 1 tahun setelah terapi pertama atau ada
perubahan terapi, selanjutnya dapat diulang beberapa tahun
kemudian.
Pada kondisi dimana terjadi kehilangan massa tulang yang cepat
seperti pada pemberian kortikosteroid, pemeriksaan BMD ulangan
dapat di percepat.
Phantom scanning dan kalibrasi
Program kualitas kontrol (QC) pada mesin BMD dilakukan secara
berkala untuk menjamin kesempurnaan sistemnya. Bilamana tidak ada
petunjuk dari pihak pabrik maka dianjurkan:
Lakukan paling sedikit seminggu satu kali spine phantom scan
pada semua mesin DXA
-
Semua data yang didapat dari phantom scan maupun kalibrasi alat
harus dapat dibaca dan dianalisa dengan baik.
Verifikasi nilai rata-rata spine phantom BMD sesudah
pemeliharaan alat
Lakukan koreksi bila ada masalah dan bila gagal segera panggil
teknisi
Memiliki buku pemeliharaan mesin Patuhi peraturan pemerintah,
survey radiasi dan inspeksi pihak
berwenang
Penilaian presisi
Setiap fasilitas DXA harus menetapkan kesalahan presisi (PE) dan
angka minimum perubahan bermakna (LSC)
PE dari pihak pabrik tidak boleh digunakan Jikalau ada beberapa
technologist dalam satu fasilitas DXA, maka
masing2 harus menghitung PE nya dan kemudian diambil angka
rata-rata untuk menentukan nilai LSC nya
Setiap technologist harus menghitung nilai presisi berdasarkan
representasi pasien di klinik tersebut
Setiap technologist harus melakukan perhitungan PE setelah
memeperoleh pendidikan dasar dan telah melakukan pemeriksaan BMD
sebanyak minimum 100 pasien
Pengukuran PE di ulang bila ad apenggantian sistem mesin DXA
Juga lakukan ulangan bila ketrampilan technologist berubah Untuk
melakukan perhitungan presisi analisa:
Ukur 15 pasien 3 kali atau 30 pasien 2 kali, reposisi setiap
kali scan ulang
Hitung RMS-SD((angka akar rata-rata standar deviasi) pada
kelompok pasien tersebut
Hitung LSC dengan tingkat kepercayaan 95% Angka presisi minimum
untuk setiap technologist
Lumbar Spine: 1.9% (LSC = 5.3%) Total Hip: 1.8% (LSC = 5.0%)
Femoral Neck: 2.5% (LSC = 6.9%)
-
Lakukan pelatihan ulang bila tidak mencapai angka minimum
tersebut
Perhitungan presisi termasuk prosedur klinik, bukan sebagai
penelitian dan berguna demi kepentingan pasien. Tidak diperlukan
ijin khusus namun perlu dilengkapi dengan inform consent. Taati
peraturan tentang keselamatan radiasi
Kalibrasi silang sistem DXA
Bila ada pergantian perangkat keras, namun bukan seluruh sistem
atau mengganti sebuah sistem dengan technologi yang sama (baik
pabrik maupun model), lakukan kalibrasi silang oleh setiap
technologist sebanyak 10 kali phantom scan baik sebelum maupun
sesudah pergantian tersebut.
Jika terjadi perbedaan BMD rata-rata lebih dari 1%, panggil
teknisi untuk lakukan koreksi.
Bila pergantian itu meliputi seluruh sistem dari pabrik yang
sama namun berbeda tehnologinya atau berasal dari pabrik yang lain
maka kalibrasi silang dilakukan sbb:
Scan 30 pasien dari klinik anda sekali sebelum pergantian sistem
dan dua kali setelahnya dalam waktu 60 hari
Ukur BMD Spine dan Femur, sesuaikan dengan ketentuan klinik
anda
Klinik harus patuh dan memenuhi standar peraturan setempat Ukur
BMD rata-rata dan LSC sebelum dan sesudah pergantian
mesin menggunakan perangkat kalibrasi silang dari ISCD DXA
(www.iscd.org)
Gunakan LSC sebagai pembanding baik sebelum maupun sesudah
pergantian sistem, Perbandingan kuantitatif ini dapat dilakukan
menggunakan kalibrasi silang pada masing-masing daerah tulang yang
umumnya kita lakukan (Spine dan Femur)
Bila presisi baru telah ditetapkan maka selanjutnya semua scan
baru harus dibandingkan dengan menggunakan LSC yang baru
tersebut.
-
Jika kita tidak melalukan kalibrasi silang, maka kita tidak
dapat melakukan perbandingan kuantitatif dengan data lama.
Akibatnya kita harus menggunakan baik BMD maupun LSC yang baru.
Membandingan BMD antar mesin
Tidak mungkin kita melakukan perbandingan nilai BMD atau
menghitung besarnya LSC antar fasilitas tanpa kalibrasi silang
Istilah Vertebra Fracture Assessment
Istilah Vertebra Fracture Assessment (VFA) yang resmi dipakai
untuk mengetahui adanya patah tulang vertebra dengan mesin BMD
Indikasi untuk VFA
Pemeriksaan lateral Spine dengan standar radiologi atau
densitometry VFA dapat dilakukan bila T-scorenya < -1.0 SD
disertai salah satu dari hal berikut ini :
Perempuan usia 70 tahun dan pria usia 80 tahun Penurunan tinggi
badan > 4 cm (> 1.5 inci ) Laporan pasien namun tidak
terdokumentasi adanya patah
tulang belakang Penggunaan terapi glukokortikoid 5 mg
prednisolone
atau yang setara per hari selama 3 bulan
Metode pelaporan patah tulang pada VFA
Metode pelaporan kasus patah tulang vertebra harus sama dengan
laporan standar radiologi
Diagnosa patah tulang harus berdasarkan penglihatan kita
disertai tingkat gradasinya. Morfometry tidak dapat digunakan dalam
hal ini
Metode semi-kuantitatif dari Genant saat ini sebagai pilihan
terbaik untuk diagnosa patah tulang vertebra dengan VFA
Beratnya kerusakan badan vertebra mungkin bisa di konfirmasi
dengan pemeriksaan morfometry bila diinginkan.
-
Indikasi pemeriksaan tambahan VFA dengan modalitas lain
Keputusan menggunakan modalitas tambahan harus berdasarkan
status klinis pasien termasuk hasil VFA
Indikasinya termasuk antara lain: Ada 2 atau lebih patah tulang
vertebra grade 1 tanpa disertai
adanya kelainan yang lebih berat (grade 2 atau 3) Adanya lesi
pada vertebra yang tidak termasuk kasus jinak Kelainan vertebra
dengan riwayat adanya keganasan Equivokal fractures ( tidak jelas /
keraguan adanya patah
tulang) Kemungkinan adanya patah tulang diluar T7-L4 Perubahan
sklerotik atau lytic, atau kondisi lain yang bukan
karena osteoporosis
Catatan : VFA dimaksudkan untuk mendeteksi patah tulang belakang
dan bukan yang lain
Laporan dasar DXA : kebutuhan minimum
Data pribadi pasien (nama, nomer medical record, usia, jenis
kelamin)
Permintaan dokter pengirim Indikasi untuk testing Jenis dan tipe
alat yang di gunakan Alasan mengapa tulang atau ROI tertentu tidak
di masukkan dalam
analisanya Nilai BMD dalam g/cm2 Sebutkan daerah tulang, ROI dan
sisi mana yang diperiksa (kiri apa
kanan) Laporkan nilai T-score dan atau Z-score, pilih yang
sesuai Untuk perempuan menopause dan pria usia 50 tahun keatas,
gunakan WHO kriteria untuk diagnosa Semua factor resiko termasuk
adanya patah tulang non traumatic Pernyataan tentang resiko patah
tulang. Kalau menggunakan resiko
relative cantumkan diperbandingkan dengan populasi yang mana
-
(usia muda atau usia yang sama dengan usia pasien). ISCD lebih
menyukai prediksi resiko absolut bila datanya sudah tersedia
Pernyataan umum tentang evaluasi medis untuk BMD yang rendah
mungkin di perlukan
Rekomendasi keperluan serta kapan waktu pemeriksaan BMD
berikutnya
Laporan DXA ulangan
Pernyataan mengenai daerah tulang dan ROI pemeriksaan DXA
sebelumnya yang digunakan sebagai perbandingan
Pernyataan mengenai nilai LSC dan data statistik yang bermakna
Laporan ada tidaknya perubahan yang bermakna dalam g/cm2 dan
persentasi antara BMD saat ini dan sebelumnya Komentar bila ada
studi lain termasuk pemeriksaan dengan mesin
dan model lain sebelumnya dan apakah ada kecocokan untuk
diperbandingkan.
Rekomendasi keperluan serta kapan waktu pemeriksaan BMD
berikutnya
Laporan DXA fakultatif :
Rekomendasi pemeriksaan yang lain seperti X-ray, MRI, CT scan
dan lain lain
Rekomendasi pengobatan baik farmakologi maupun non farmakologi
Persentasi tambahan bila dibandingkan dengan suatu referensi
penduduk Rekomendasi khusus untuk evaluasi osteoporosis
sekunder
Laporan DXA yang tidak diperbolehkan:
Pernyataan terjadi kehilangan massa tulang tanpa disertai data
BMD sebelumnya
Menyebutkan istilah ringan , sedang atau berat pada osteopenia
atau osteoporosis
Menyebutkan diagnosa lain pada ROI yang berbeda (misalnya
osteopenia pada femur dan osteoporosis pada spine)
-
Pernyataan seperti dia memiliki tulang seperti pada usia 80
tahun, padahal pasien ini usianya bukan 80 tahun
Pernyataan Terjadi perubahan nilai BMDpadahal belum melampaui
nilai PE dan LSC nya
Komponen laporan VFA
Data pasien, dokter pengirim, indikasi, kwalitas mesin dan
interpretasi
Laporan VFA ulangan meliputi perbandingan hasil serta perubahan
bermakna bila tersedia
Laporan VFA harus memberi komentar tentang berikut ini :
Vertebra yang tidak dapat di evaluasi Perubahan bentuk vertebra,
apakah hal ini ada sangkut
pautnya dengan patahtulang Adanya kelainan patologis baik pada
vertebra maupun di luar
vertebra Komponen fakultatif seperti resiko patah tulang serta
rekomendasi
pemeriksaan yang lain
Rekomendasi umum untuk alat bukan Sentral DXA : QCT,pQCT,QUS,
dan pDXA
Rekomendasi secara umum pada QCT, pQCT,QUS, dan pDXA hampir
mirip dengan sentral DXA. Pengertian tentang perbedaan
tehnis,kemampuan menghitung kemungkinan patah tulang dan kebutuhan
studi yang setara telah tersedia lengkap dalam Journal of Clinical
Densitometry
Pengukuran densitas tulang dari berbagai alat tidak dapat di
perbandingkan
Setiap jenis alat memiliki perhitungan kemungkinan resiko patah
tulang tersendiri baik melalui penelitian prospektif atau secara
klinis di nyatakan syah
-
Nilai T-score pada leher femur, total femur, vertebra lumbalis
atau 33% radius tidak dapat digunakan sesuai dengan kriteria WHO
karena T-score nya tidak setara dengan Sentral DXA
Pendidikan dan latihan khusus perlu di berikan baik pada
operator maupun klinisi sebelum alat tersebut di gunakan untuk
pemiksaan pasien
QC secara berkala harus di lakukan
Laporan dasar non-sentral DXA (QCT,pQCT,QUS,pDXA) : kebutuhan
minimum
Tanggal pemeriksaan Data pribadi pasien (nama, tanggal lahir,
jenis kelamin) Dokter pengirim Nama penerima laporan hasil Indikasi
Jenis dan tipealat yang di gunakan Nilai hasil pengukuran Data
referensi Daerah tulang yang di periksa /ROI Kwalitas test Adanya
keterbatasan test termasuk kriteria WHO tidak dapat
digunakan sebagai dasar diagnosa karena T-score nya tidak sama
pada QCT,pQCT dan QUS (berbeda dengan 33% radius)
Faktor-faktor resiko klinis Perkiraan resiko patah tulang
Pernyataan umum tentang evaluasi medis untuk BMD yang rendah
mungkin di perlukan Rekomendasi untuk pemeriksaan ulangan
Catatan : Daftar peralatan tehnis dari mesin QCT dan pQCT
terdapat secara engkap dalam Journal of Clinical Densitometry
Laporan fakultatif non- sentral DXA (QCT,pQCT,QUS,pDXA) :
Laporan mungkin meliputi hal berikut ini :
-
Rekomendasi pengobatan baik farmakologi maupun non-
farmakologi
QCT dan pQCT
Akuisisi Dengan single-slice QCT, Scan L1-L3; dengan 3D QCT,
L1-L2
harus di scan Kemungkinan patah tulang
Spine trabecular BMD hasil pemeriksaan QCT dapat menghitung
kemungkinan terjadinya patah tulang vertebra sama seperti AP Lumbal
BMD hasil dari DXA pada perempuan pasca menopause. Pada kasus pria
belum ada data yang cukup mendukung
Belum ada penelitian yang cukup mendukung bahwa BMD Spine dapat
memperkirakan terjadinya patah tulang femur baik pada perempuan
maupun pria.
Daerah ultra- distal radius pada pQCT dapat memperkirakan patah
tulang femur namun bukan vertebra pada perempuan pasca menopause.
Pada pria belum ada penelitian yang cukup mendukung
Keputusan pemberian terapi Pemeriksaan dengan DXA pada Spine dan
femur merupakan
cara terbaik untuk pemberian terapi. Bila hal ini tidak dapat
dilakukan dan di temukan adanya patah tulang spine hasil dari QCT
atau radius hasil dari pQCT ditambah faktor resiko klinis, maka
kita dapat mulai memberikan terapi
Monitoring Trabecular BMD dari lumbal spine hasil pemeriksaan
QCT
dapat dipakai untuk evaluasi perubahan BMD akibat peningkatan
usia, perjalanan penyakit dan hasil pengobatan
Trabecular dan total BMD hasil pemeriksaan ultra-distal radius
dengan pQCT dapat dipakai untuk evaluasi perubahan BMD akibat
bertambahnya usia
Laporan hasil
-
Untuk QCT menggunakan whole body CT scan , ada beberapa laporan
tehnis yang perlu di masukkan :
Akuisisi tomografi dan parameter rekonstruksi kV,mAS Collimation
selama akuisisi Table increment per rotation Tinggi meja periksa
Reconstruction slice thickness, reconstruction increment
Reconstruction kernel
Untuk pQCT menggunakan dedicated CT scanner, ada beberapa
laporan tehnis yang perlu dimasukkan :
Akuisisi tomografi dan parameter rekonstruksi Reconstruction
slice thickness Single/multi-slice acquisition mode Length of scan
range in multi-slice acquisition mode
QUS
Akuisisi Satu satunya tulang yang di periksa untuk
osteoporosis
pada QUS ialah calcaneus Menghitung kemungkinan patah tulang
Hasil QUS dapat memperkirakan resiko patah tulang pada perempuan
pasca-menopause (femur, spine dan resiko global) serta pria usia 65
tahun keatas (femur dan non-vertebra), tidak tergantung dari hasil
BMD DXA
Perbedaan hasil antara QUS dan sentral DXA tidak banyak dan
bukan karena kesalahan metodologinya
QUS ditambah dengan faktor-faktor resiko klinis dapat digunakan
pada kasus-kasus sangat rendah kemungkinan terjadinya patah tulang
dimana tidak diperlukan evaluasi diagnostic lebih lanjut. (nilai
ambang QUS dan strategi pencarian kasus tersedia lengkap dalam
Journal of Clinical Densitometry)
Keputusan pemberian terapi
-
Bila memungkinkan,gunakan sentral DXA yang menghitung BMD pada
Spine dan femur sebagai acuan pemberian terapi. Namun bila sentral
DXA tidak dapat dilakukan, terapi bisa kita berikan dengan
pemeriksaan QUS bila terdapat kemungkinan besar patah tulang dengan
cara mengukur nilai ambang disertai adanya faktor-faktor resiko
klinis (nilai ambang QUS tersedia lengkap dalam Journal of Clinical
Densitometry)
Monitoring QUS tidak dapat digunakan sebagai alat monitoring
hasil
terapi osteoporosis
pDXA
Menghitung kemungkinan patah tulang Pengukuran dengan pDXA dapat
digunakan untuk
menghitung kemungkinan patah tulang spine dan resiko global
namun bila dibandingkan dengan sentral DXA dan QUS adalah lebih
lemah. Belum ada cukup data untuk pria
Pengukuran radius pDXA ditambah faktor-faktor resiko klinis
dapat digunakan pada kasus-kasus sangat rendah kemungkinan
terjadinya patah tulang dimana tidak diperlukan evaluasi diagnostic
lebih lanjut. (nilai ambang pDXA dan strategi pencarian kasus
tersedia lengkap dalam Journal of Clinical Densitometry)
Diagnosa Klasifikasi diagnosa WHO hanya dapat digunakan
dengan menghitung T-score Spine, leher femur, total femur dan
33% radius dengan sentral DXA dan pDXA menggunakan data referensi
dewasa muda yang syah.
Keputusan pemberian terapi Bila memungkinkan, gunakan sentral
DXA yang
menghitung BMD pada Spine dan femur sebagai acuan pemberian
terapi. Namun bila sentral DXA tidak dapat
-
dilakukan, terapi bisa kita berikan dengan pemeriksaan pDXA
(atau DXA) dimana terdapat kemungkinan besar patah tulang dengan
cara mengukur nilai ambang ditambah faktor-faktor resiko klinis
(nilai ambang pDXA tersedia lengkap dalam Journal of Clinical
Densitometry)
Monitoring pDXA tidak dapat digunakan sebagai alat monitoring
hasil
terapi osteoporosis
Body composition
Indikasi klinis DXA total body composition dapat digunakan
dalam
kondisi : ! Untuk mengukur distribusi lemak pada pasien
HIV yang mendapat terapi dengan resiko lipoatrophy (stavudine
[d4T] dan zidovudine [ZDV,AZT]).
! Pasien obesitas yang di lakukan operasi bariatic (atau terapi
medis, diet, penurun berat badan lain yang dapat menimbulkan
kehilangan berat badan cukup besar). Tujuannya untuk mengetahui
perubahan massa lemak dan otot bila berat badan turun melebihi 10%.
Apa pengaruhnya secara klinis belum diketahui
! Untuk menghitung lemak dan otot pasien dengan kelemahan otot
atau kesehatannya buruk. Apa pengaruhnya secara klinis belum
diketahui
Kehamilan adalah kontraindikasi DXA body
composition.Keterbatasan penggunaan DXA body composition atau BMD
adalah melebihi beban meja periksa, pemberian media kontras dan
atau artifact. Bahan radiofarmasi mungkin mempengaruhi akurasi
hasil pada beberapa mesin BMD.
-
Akuisisi ! Tidak ada phantom yang ter identifikasi untuk
membandingkan hasil body composition antar mesin ! Untuk
membandingkan hasil antar mesin harus
menggunakan kalibrasi silang ! Sistem kalibrasi silang yang
dapat digunakan harus
memiliki model dan buatan mesin yang sama ! Perbedaan hasil body
composition antar dua sistem
yang berbeda yang memiliki model dan buatan mesin yang sama,
baru dapat dianalisa bilamana sistemnya dapat di lakukan kalibrasi
silang dengan phantom body composition yang sesuai
! Bila ada pergantian perangkat keras, namun bukan seluruh
sistem atau mengganti sebuah sistem dengan technologi yang sama
(baik pabrik maupun model), lakukan kalibrasi silang oleh setiap
technologist sebanyak 10 kali whole body phantom scan baik sebelum
maupun sesudah pergantian tersebut. Jika terjadi perbedaan massa
lemak, persentasi massa lemak atau massa otot rata- rata lebih dari
2%, panggil teknisi pabrik untuk lakukan koreksi.
! Belum ada total body phantom yang tersedia saat ini yang dapat
digunakan sebagai standar referensi absolute baik untuk komposisi
jaringan lunak maupun densitas tulang
! Program QC pada DXA body composition harus dilakukan secara
berkala sesuai petunjuk pabrik pembuatnya. Bila tidak ada petunjuk
dari pihak pabrik maka dianjurkan :
1. Lakukan paling sedikit seminggu satu kali body composition
phantom scan pada semua mesin DXA
-
2. Semua data yang didapat dari body composition phantom scan
harus dapat dibaca dan dianalisa dengan baik.
3. Verifikasi nilai rata-rata body composition phantom untuk
massa lemak dan massa otot setelah pemeliharaan alat
4. Lakukan koreksi bila ada masalah dan bila gagal segera
panggil teknisi
5. Memiliki buku pemeliharaan mesin 6. Patuhi peraturan
pemerintah, survey radiasi dan
inspeksi pihak berwenang ! Positioning dan persiapan pasien
(misalnya puasa,
pakaian, waktu,aktifitas fisik, kosongkan kandung kemih) harus
konsisten agar pengukurannya tepat dan akurat
! Posisi dari lengan, tangan,tungkai dan kaki harus sesuai
dengan petunjuk NHANES (telapak tangan mengarah kebawah dan tidak
menempel pada badan, kaki posisi netral, lutut diikat, lengan lurus
atau sedikit bengkok, wajah kedepan dengan dagu netral)
! Bila badan terlalu lebar sehingga melampaui garis batas,
gunakan offset-scanning procedur yang terdapat pada beberapa jenis
mesin
! Setiap technologist harus menghitung penilaian presisi body
composition berdasarkan representasi pasien di klinik tersebut
! Batas minimum nilai presisi dari massa total lemak, massa
total otot dan persen massa lemak berturut turut ialah 3%,2% dan
#%
! Gunakan ROI sesuai petunjuk pabrik secara konsisten
! Rekomendasi untuk melenyapkan artifact sesuai petunjuk pabrik
secara konsisten
-
Analisa dan pelaporan Untuk pasien dewasa (termasuk kepala)
semua nilai
BMI, BMD, BMC, massa total, massa jaringan lunak total, massa
lemak total, dan persen massa lemak tercantum dalam laporan
Total body BMC berdasarkan data referensi NHANES 1999-2004 harus
digunakan bila memakai model 4-compartment
DXA yang mengukur massa lemak dan jaringan lunak termasuk
jaringan lemak visceral (VAT), maka pengukuran seperti appendicular
lean mass index (ALMI: appendicular lean mass/ht2), android/gynoid
percent fat mass ratio, trunk to leg fat mass ratio, lean mass
index (LMI: total lean mass/ht2), fat mass index (FMI: fat
mass/ht2) adalah optional. Kegunaan klinis dari pengukuran tersebut
saat ini belum jelas
Bila menggunakan data referensi penduduk Amerika, NHANES
1999-2004, maka data tersebut dapat dipakai pada semua etnik,
perempuan dan pria, usia 8-85 tahun (data referensi ini tidak ada
hubungannya dengan status kesehatan seseorang)
Nilai Z-score dan persentagenya cocok untuk dilaporkan jika
menggunakan metode penyesuaian pada kasus non-normal
Penggunaan DXA untuk mengukur lemak (persen massa lemak atau
index massa lemak ) mungkin berguna untuk penentuan rangking resiko
penyakit cardio-metabolik. Nilai ambang untuk kegemukan belum
tersedia.
! low lean mass dinyatakan bila appendicular lean mass dibagi
dengan tinggi badan kwadrat (ALM/height2) dibandingkan dengan
parameter usia dewasa muda, jenis kelamin, dan ethnis pasien
(Z-
-
Score ). Nilai ambang low lean mass untuk sarcopenia sedang
dinantikan.
Singkatan
ALMI appendicular lean mass index BMC bone mineral content BMD
bone mineral density BMI - body mass index DXA dual-energy X-ray
absorptiometry FMI fat mass index ISCD International Society for
Clinical Densitometry LMI lean mass index LSC least significant
change NHANES III National Health and Nutrition Examination Survey
III PA posterior anterior pDXA peripheral dual-energy x-ray
absorptiometry pQCT peripheral quantitative computed tomography QC
quality control QCT quantitative Computed Tomography QUS
quantitative Ultrasound ROI region(s) of interest SSI - strain
strength index TBLH total body less head VAT visceral adipose
tissue VFA Vertebral Fracture Assessment vBMD volumetric BMD WHO
World Health Organization
Copyright ISCD, July 2013. Supersedes all prior Official
Positions publications.
-
- See more at: http://www.iscd.org/