Indonesia Dominasi Transaksi Di Singapore Airshow 2012 Meski Merah-Putih tidak terlihat berkibar pada deretan tiang bendera negara peserta pameran, justru Indonesia mendominasi pembelian pesawat, sekaligus menjadi penyumbang terbesar bagi kontrak pembelian bernilai lebih dari 31 milyar dolar AS yang ditandatangani pada empat hari trade days Singapore Airshow 2012. Nilai kontrak pembelian tersebut merupakan di luar perkiraan penyelenggara pameran Experia Events, tiga kali lipat dari pameran 2010 yang digelar dua tahun lalu. Dengan posisi tersebut, Singapore Airshow masih tetap menjadi panggung pameran kedirgantaraan tiga besar dunia setelah Paris Airshow dan Dubai Airshow. Di luar dugaan sebab penyelenggara tidak muluk mengestimasi nilai kontrak 10 milyar dolar AS yang diraup tahun 2010. Target ini didasarkan situasi ekonomi dunia yang melesu dua tahun terakhir terutama di belahan bumi AS dan Eropa, tetapi beruntung kawasan Asia Pasifik kurang terpengaruh. Sebagai pembanding Dubai Airshow November 2011, menghimpun nilai kontrak lebih dari 63 miliar dolar AS. Kontrak-kontrak besar diumumkan di antaranya oleh pabrik pesawat Boeing, Airbus, ATR, pabrik mesin Pratt & Whitney, Roll-Royce dan CFM. Namun yang terbesar digelontorkan oleh maskapai Indonesia. Lion Air yang mencuri perhatian pada hari pertama (kebetulan jatuh pada hari Valentine 14 Februari) sekaligus melambangkan cintanya pada produk pabrik pesawat AS dengan mengukuhkan kontrak senilai 22,4 miliar dolar AS pembelian 201 Boeing 737 MAX dan 29 Boeing 737-900ER. Kontrak terbesar ini merupakan kelanjutan dari MoUBoeing-Lion yang ditandatangani di Bali 18 November 2011 lalu yang disaksikan Presiden Barrack Obama. Dengan pesanan tersebut, Lion akan menjadi maskapai penerbangan Asia pertama yang mengoperasikan 737 MAX pada 2017, yakni pesawat irit bahan bakar pesaing langsung Airbus A320Neo bermesin teknologi pesaing langsung Airbus A320Neo bermesin teknologi pesaing langsung Airbus A320Neo bermesin teknologi mutakhir geared turbofan yang dipesan Garuda Indonesia. Dua hari kemudian Rusdi Kirana, pendiri dan pemilik maskapai berbiaya murah Lion Air meneken kontrak pembelian 27 pesawat turboprop ATR 72-600 senilai 610 juta dolar AS. Menjadikan total pesanan Lion untuk jenis pesawat komuter ini menjadi 60 unit, yaitu 33 pesawat dipesan pada 2009 dan 2011 dioperasikan Wing Air, anak perusahaannya. Pesanan Lion lainnya, empat nine- seater Hawker 900XP business jet produk Hawker Beechcraft Corporation senilai 64 juta dolar AS. Dua di antaranya akan diterima pada kuartal kedua dan ketiga tahun ini, sisanya akan datang tahun depan. Bizjet 900XP akan menjadi tulang punggung dari perusahaan baru Space Jet yang didirikan Lion Air khusus untuk sektor penyewaan pesawat bagi para VIP dan pengusaha yang bukan saja membutuhkan transporasi tetapi juga fleksibilitas. Pesanan besar-besaran Lion Air ini merupakan program ekspansi low cost carrier (LCC) Indonesia dalam ambisinya melayani penerbangan ke negara- negara Asean, Australia, dan China. Tahun depan akan membuka hub baru di Batam dan Manado, baik bagi penerbangan domestik maupun interna- sionalnya. Garuda pilih CRJ-1000 Secara terpisah, di chalet Bombardier Aerospace, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menambah nilai pembelanjaan Indonesia, bersama CEO Guy Hachey menekenkan kontrak pembelian 18 pesawat 100 seater CRJ-1000 Next Generation senilai 10 Angkasa, Maret 2012 “Hal ini dimungkinkan oleh besar - nya wilayah Indonesia, letaknya yang strategis di antara dua benua dan dua samudera, jumlah penduduk yang besar dan potensi ekonominya yang tinggi”
9
Embed
Indonesia Dominasi Transaksi Di Singapore Airshow 2012 · PDF filetetapi beruntung kawasan Asia Pasifik kurang ... C295 nantinya akan diproduksi di Indonesia secara ... cepat lewat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Indonesia Dominasi Transaksi Di Singapore Airshow 2012
Meski Merah-Putih tidak terlihat berkibar pada deretan tiang bendera negara peserta pameran,
justru Indonesia mendominasi pembelian pesawat,
sekaligus menjadi penyumbang terbesar bagi
kontrak pembelian bernilai lebih dari 31 milyar dolar AS yang ditandatangani pada empat hari trade
days Singapore Airshow 2012.
Nilai kontrak pembelian tersebut merupakan di luar perkiraan penyelenggara pameran Experia
Events, tiga kali lipat dari pameran 2010 yang
digelar dua tahun lalu. Dengan posisi tersebut, Singapore Airshow masih tetap menjadi panggung
pameran kedirgantaraan tiga besar dunia setelah
Paris Airshow dan Dubai Airshow.
Di luar dugaan sebab penyelenggara tidak muluk mengestimasi nilai kontrak 10 milyar dolar
AS yang diraup tahun 2010. Target ini didasarkan
situasi ekonomi dunia yang melesu dua tahun terakhir terutama di belahan bumi AS dan Eropa,
tetapi beruntung kawasan Asia Pasifik kurang
terpengaruh. Sebagai pembanding Dubai Airshow November 2011, menghimpun nilai kontrak lebih dari
63 miliar dolar AS.
Kontrak-kontrak besar diumumkan di antaranya
oleh pabrik pesawat Boeing, Airbus, ATR, pabrik mesin Pratt & Whitney, Roll-Royce dan CFM.
Namun yang terbesar digelontorkan oleh maskapai
Indonesia. Lion Air yang mencuri perhatian pada hari pertama (kebetulan jatuh pada hari Valentine
14 Februari) sekaligus melambangkan cintanya
pada produk pabrik pesawat AS dengan
mengukuhkan kontrak senilai 22,4 miliar dolar AS pembelian 201 Boeing 737 MAX dan 29 Boeing
737-900ER. Kontrak terbesar ini merupakan
kelanjutan dari MoUBoeing-Lion yang ditandatangani di Bali 18 November 2011 lalu yang
disaksikan Presiden Barrack Obama. Dengan
pesanan tersebut, Lion akan menjadi maskapai penerbangan Asia pertama yang mengoperasikan
737 MAX pada 2017, yakni pesawat irit bahan
bakar pesaing langsung Airbus A320Neo bermesin
teknologi pesaing langsung Airbus A320Neo
bermesin teknologi pesaing langsung Airbus A320Neo bermesin teknologi mutakhir geared
turbofan yang dipesan Garuda Indonesia.
Dua hari kemudian Rusdi Kirana, pendiri dan
pemilik maskapai berbiaya murah Lion Air meneken kontrak pembelian 27 pesawat turboprop
ATR 72-600 senilai 610 juta dolar AS. Menjadikan
total pesanan Lion untuk jenis pesawat komuter ini menjadi 60 unit, yaitu 33 pesawat dipesan pada
2009 dan 2011 dioperasikan Wing Air, anak
perusahaannya. Pesanan Lion lainnya, empat nine-seater Hawker 900XP business jet produk Hawker
Beechcraft Corporation senilai 64 juta dolar AS.
Dua di antaranya akan diterima pada kuartal kedua
dan ketiga tahun ini, sisanya akan datang tahun depan. Bizjet 900XP akan menjadi tulang punggung
dari perusahaan baru Space Jet yang didirikan Lion
Air khusus untuk sektor penyewaan pesawat bagi para VIP dan pengusaha yang bukan saja
membutuhkan transporasi tetapi juga fleksibilitas.
Pesanan besar-besaran Lion Air ini merupakan program ekspansi low cost carrier (LCC) Indonesia
dalam ambisinya melayani penerbangan ke negara-
negara Asean, Australia, dan China. Tahun depan
akan membuka hub baru di Batam dan Manado, baik bagi penerbangan domestik maupun interna-
sionalnya.
Garuda pilih CRJ-1000
Secara terpisah, di chalet Bombardier Aerospace, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar
menambah nilai pembelanjaan Indonesia, bersama
CEO Guy Hachey menekenkan kontrak pembelian 18
pesawat 100 seater CRJ-1000 Next Generation senilai
10
Angkasa, Maret 2012
“Hal ini dimungkinkan oleh besar-
nya wilayah Indonesia, letaknya yang
strategis di antara dua benua dan dua
samudera, jumlah penduduk yang besar
dan potensi ekonominya yang tinggi”
1,32 miliar dolar AS, dengan opsi 18 unit lainnya. Lima CRJ-1000 pertama buatan pabrik pesawat
Kanada ini, akan diterima Garuda antara Oktober
dan Desember 2012 untuk mendukung rencana
perluasan jaringan penerbangannya, terutama pada jalur padat dan jarak sedang/pendek domestik dan
regional pada hub Balikpapan, Makassar dan medan
akhir tahun 2012 ini. “Pesawat ini nantinya akan dioperasikan
melalui hub Makassar, Medan, dan Balikpapan
untuk meningkatkan connectivity kota-kota di sekitar ketiga hub tersebut sehingga akan semakin
memperkuat jaringan/network Garuda Indonesia
secara keseluruhan,” jelas Emirsyah Satar seusai
mengukuhkan pesanan CRJ-1000. Ditambahkan selain itu, pesawat ini juga akan meningkatkan
efisiensi Garuda karena hemat bahan bakar hingga
30 %. Selain CRJ-1000, Garuda menandatangani
kontrak pengadaan 25 pesawat irit bahan bakar
A320Neo dengan Royal Bank of Scotland di chalet Airbus, bank yang mendukung finansial pembelian
produk pabrik Eropa Airbus tersebut. Pesawat
A320Neo dibeli Garuda untuk Citilink, terdiri dari
15 A320 Classic dan 10 A320Neo dengan opsi 25 unit lainnya. Sementara itu di booth Garuda
Maintenance Facility AeroAsia, pusat perawatan
milik Garuda ini berhasil meraup 12 kontrak bernilai sekitar 150 juta dolar AS.
Merpati Nusantara menambahkan jumlah
transaksi maskapai Indonesia dengan membeli
40 pesawat ARJ 21-700 buatan China. Sedang Susi Air menambah lagi nilai kontrak
pembelian dengan pesanan lima Cessna 208
Grand Caravan, dua Citation Sovereign Empat Pilatus PC6 Turbo-Porter dan dua PC6
Turbo-Porter dan dua Piaggio Avanti II, serta berminat membeli lima pesawat Viking Twin Otter
atau RUAG Dornier 228NG.
Daftar pembelanjaan Indonesia di Singapore
Air Show termasuk pembelian sembilan pesawat angkut ringan militer C295 buatan pabrik Airbus
Military oleh pemerintah RI untuk TNI AU.
Kontrak pengadaan pesawat militer ini bernilai 325 juta dolar AS, tiga di antaranya akan dipasok
langsung oleh Airbus Military dari pabriknya di
Seville, Spanyol, sisanya akan dirakit/dibuat di pabrik Dirgantara Indonesia di Bandung, Jawa
Barat.
Kontrak pengadaan C295 ini ditandatangani
bersama oleh Presiden dan CEO Airbus Military Domingo Urena-Raso dengan Direktur Utama PT
Dirgantara Indonesia Budi Santoso, kemudian
antara PT DI dengan Kementerian Pertahanan RI disaksikan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro dan
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.
“Pesawat C295 mampu menyediakan kapasitas yang ideal untuk menjawab kebutuhan transporasi
misi militer maupun kemanusiaan masa kini dan
masa yang akan datang dengan biaya yang efektif,
juga menciptakan pekerjaan yang memerlukan keterampilan yang tinggi dan transfer teknologi,” kata
menteri. “Sekitar 40 sampai 60 % terdapat komponen
local content pada pesawat ini,” jawab Budi Santoso kepada Angkasa. Pesawat angkut ringan ini
merupakan modifikasi dari pesawat rancang bersama
IPTN (sekarang PT DI) dengan CASA (sekarang
Airbus Military) CN235 di mana Indonesia memasok 60 % komponennya. Kelanjutan dari pembelian ini,
C295 nantinya akan diproduksi di Indonesia secara
coproduction dengan Airbus Military.
Pesawat bukan buatan Airbus atau Boeing, Bombardier
CRJ-1000 dari Kanada, digunakan oleh Garuda untuk
kapasitas penumpang di bawah 100 orang
11
12
Kita peduli …
Ketika menyaksikan perkembangan dunia transportasi
penerbangan sipil, yang semakin luas jangkauan operasi,
semakin tinggi faktor keselamatan,
kenyamanan serta pelayanannya ...
Yang hanya dapat diwujudkan dengan pesawat-pesawat transpor
semakin canggih berdasarkan perancangan berteknologi maju
didukung riset dan pengembangan secara berkelanjutan,
oleh industri bermanajemen mutakhir.
Kita peduli ... karena kita bukan hanya penonton dari
perkembangan tersebut, kita adalah pengguna.
Bagian dari perluasan luar biasa armada maskapai
nasional kita* seiring perkembangan transportasi udara,
potensi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang menjanjikan.
Kita juga perlu peduli ... dengan apa yang sudah kita miliki:
industri pendidikan teknologi, usaha-usaha bidang
perawatan pesawat, enjin, industri permesinan, bidang-bidang
terkait lainnya, dan ... industri pesawat terbang PT DI!
Seluruhnya perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin,
tak hanya sebagai pengguna, sebatas pembeli potensial, saat
terbuka kesempatan emas berkontribusi dalam sepenggal upaya
nasional, melakoni sendiri apa yang selama ini
kita tonton dan gunakan.
...
Sesungguhnya sebuah peluang
urunan menyasar pemerataan kesejahteraan.
* Lion Air pada Singapore Air Show 2012 memesan 230 pesawat: 221 unit B 737MAX dan 29 unit B 737-900ER. Garuda di pameran yang sama memesan 25 pesawat untuk Citilink :15 unit A320Classic dan 10 unit A320neo. Lion Air pada 18 Maret 2013, di Paris, memesan 234 pesawat: 109 unit A320neo, 65 unit A321neo, 60 unit A320ceo
13
Kata Pengantar
Dalam mendukung kegiatan-kegiatan berdimensi nasional yang
dikemukakan di atas, kami ingin menyumbangkan secercah buah pikiran:
Pembahasan mengenai dasar-dasar
perancangan pesawat terbang komersial
berdasarkan pada pola yang
dikemukakan oleh Reinhardt Abraham
maupun pakar-pakar lain.
Pembahasan difokuskan pada perkembangan
yang terjadi pada masa kini, yakni terkait dengan
persaingan antara Airbus dan Boeing
berdasarkan segala aspek yang mendukungnya.
Pada penerbitan perdana ini, kami menyajikan sebagai pembuka masalah:
● Persaingan antara Airbus dan Boeing
● Perkembangan berkelanjutan
● Indonesia dominasi transaksi di Singapore Airshow 2012
Sebagai himbauan:
● Kita Peduli …
● Kata Pengantar
Sebagai pelintas zaman: awal penerbangan menuju masa kini:
● Perkembangan Airliner
●Perkembangan Propulsi
Dan sebagai bahasan pertama:
● Setengah Abad Perkembangan Motor Turbin Gas
● Supercritical Airfoil (Sayap untuk Pesawat Modern)