PRAKTIK EKONOMI ISLAMI DI INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN Akhmad Akbar Susamto *) Malik Cahyadin **) Di Indonesia, pengembangan ekonomi islami telah diadopsi ke dalam kerangka besar kebijakan ekonomi. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran singkat tentang berbagai praktik ekonomi islami di Indonesia dan mengevaluasi sejauhmana praktik ekonomi islami tersebut berpengaruh terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan sejumlah riset empiris yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan awal bahwa, dalam batas tertentu, praktik ekonomi islami telah membawa pengaruh positif bagi upaya menggerakkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan. Kata kunci: Lembaga keuangan syariah, BAZ/LAZ, perekonomian Perkembangan ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang begitu pesat dalam beberapa waktu terakhir telah menarik perhatian banyak pihak, baik yang mengkritik maupun memujinya. Bagi Kuran (1997), praktik ekonomi islami yang ada di berbagai negara muslim –termasuk Indonesia– tidak lebih hanyalah bagian dari politik identitas. Sebaliknya, bagi Nienhaus (1988), Chapra (1992), dan Presley dan Sessions (1994) praktik ekonomi islami adalah benar-benar bagian dari upaya pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan yang didasarkan pada paradigma Islam. *) Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dan peneliti Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islami (LEBI) FEB UGM. **) Peneliti dan koordinator Majelis Informasi dan Komunikasi, Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islami (LEBI) FEB UGM. Makalah ini sedang dalam proses untuk dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH vol 5, tahun 2008. Oleh karena itu, untuk keperluan kutipan dan sebagainya silahkan merujuk langsung pada sumber tersebut.
24
Embed
Implikasi Ekonomi Islami terhadap Perekonomian Indonesiafrdaus/PenelusuranInformasi/tugas2/data/... · sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, sehingga inti gagasan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRAKTIK EKONOMI ISLAMI DI INDONESIA DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEREKONOMIAN
Akhmad Akbar Susamto*)
Malik Cahyadin**)
Di Indonesia, pengembangan ekonomi islami telah diadopsi ke dalam kerangka besar kebijakan ekonomi. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran singkat tentang berbagai praktik ekonomi islami di Indonesia dan mengevaluasi sejauhmana praktik ekonomi islami tersebut berpengaruh terhadap perekonomian dan kehidupan masyarakat. Berdasarkan sejumlah riset empiris yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan awal bahwa, dalam batas tertentu, praktik ekonomi islami telah membawa pengaruh positif bagi upaya menggerakkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan. Kata kunci: Lembaga keuangan syariah, BAZ/LAZ, perekonomian
Perkembangan ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang begitu
pesat dalam beberapa waktu terakhir telah menarik perhatian banyak pihak, baik
yang mengkritik maupun memujinya. Bagi Kuran (1997), praktik ekonomi islami
yang ada di berbagai negara muslim –termasuk Indonesia– tidak lebih hanyalah
bagian dari politik identitas. Sebaliknya, bagi Nienhaus (1988), Chapra (1992),
dan Presley dan Sessions (1994) praktik ekonomi islami adalah benar-benar
bagian dari upaya pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan yang
didasarkan pada paradigma Islam.
*) Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dan peneliti
Laboratorium Ekonomika dan Bisnis Islami (LEBI) FEB UGM. **) Peneliti dan koordinator Majelis Informasi dan Komunikasi, Laboratorium Ekonomika dan
Bisnis Islami (LEBI) FEB UGM.
Makalah ini sedang dalam proses untuk dipublikasikan dalam Jurnal Ekonomi Syariah MUAMALAH vol 5, tahun 2008. Oleh karena itu, untuk keperluan kutipan dan sebagainya silahkan merujuk langsung pada sumber tersebut.
Salah satu mispersepsi umum tentang sistem ekonomi islami adalah bahwa
sistem ini merupakan “perpaduan” atau “jalan tengah” di antara sistem ekonomi
kapitalis dan sistem ekonomi sosialis.1 Pandangan semacam ini pada awalnya
memang tidak dapat terhindarkan karena: Pertama, gagasan tentang sistem
ekonomi islami mulai disampaikan para pemikir muslim di tengah-tengah
berlangsungnya pertarungan ideologis kapitalisme versus sosialisme. Merujuk
pada sejarah ekonomi islami kontemporer yang ditulis Ahmad (1997), tahap-tahap
awal pengembangan ekonomi islami terjadi pada kurun 1950-an hingga 1980-an,
di mana pada saat yang sama kapitalisme dan sosialisme masih kokoh dan
berhadap-hadapan diametral. Kedua, secara kebetulan, sebagian inti gagasan
ekonomi islami mengandung persamaan dengan inti gagasan yang telah ada dalam
sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis, sehingga inti gagasan
ekonomi islami yang disampaikan dianggap tidak lebih sebagai hasil “comotan”
dari sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis.
Meskipun demikian, sistem ekonomi islami adalah sistem ekonomi yang
“asli” bersumber pada nilai-nilai ajaran Islam (lihat di antaranya, Maudoodi,
1984; Nabhani, 2000). Sistem ekonomi islami dibangun di atas keyakinan dasar
bahwa alam dan segala isinya termasuk manusia adalah ciptaan Allah swt, dan
bahwa sebagai makhluk dan khalifatullah fil ardh, manusia berkewajiban
menjalankan dua tugas utama, yaitu bertauhid kepada Allah (rububiyah, uluhiyah,
maupun mulkiyah) dan memakmurkan dunia sesuai dengan cara-cara yang
1 Yang dimaksud sistem ekonomi (economic system) dalam hal ini adalah keseluruhan
keyakinan dasar, norma-norma, dan institusi-institusi yang menggambarkan bagaimana sebuah perekonomian (seharusnya) di dalam sebuah masyarakat. Sistem ekonomi, meskipun terkait, tetapi berbeda secara konseptual dengan ilmu ekonomi (economics).
Sumber: Diolah dari Bank Indonesia (2004, 2005, 2006, 2007)
FDR perbankan syariah yang tinggi itu sendiri ternyata dapat dicapai tanpa
harus mengorbankan kehati-hatian dan efisiensi usaha. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia, diketahui bahwa selama kurun waktu awal
2004 hingga pertengahan 2007 tersebut tingkat pembiayaan non-lancar (non-
performing financing/NPF) bank-bank syariah cenderung lebih rendah dari tingkat
kredit non-lancar (non-performing loan/NPL) bank-bank secara keseluruhan.9
Begitu juga, dengan menggunakan metode DEA (data envelopment analysis),
asumsi CRS (constant return to scale), dan model CCR (Charnes-Cooper-
Rhodes), diketahui bahwa efisiensi sembilan bank syariah di Indonesia selama
tahun 2003-2004 selalu berada di atas 90 persen, dengan rincian 91,37 persen
pada tahun 2003 dan 94,99 persen pada tahun 2004. Hasil yang lebih baik bahkan
9 Selama periode tersebut, NPF bank-bank syariah berada pada kisaran 2,37 - 5,17 persen dan
selalu lebih rendah dari NPL bank-bank secara keseluruhan. Pada bulan April 2007, NPF bank-bank syariah meningkat menjadi 6,14 persen dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir melewati NPL bank-bank secara umum.
diajukan kepada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi UGM, tidak dipublikasikan
Firmansyah, 2006, “Pengaruh BMT terhadap Perkembangan Usaha Nasabah”,
dalam M. Nadjib, Pengaruh BMT terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat, Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, hal. 91-126
Gregory, Paul R. dan Robert C. Stuart, 1999, Comparative Economic System,
Boston: Houghton Mifflin Company Hafidhudin, Didin, 2002, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema
Insani Press Hallaq, Said al-, 2005, “ The Role of Islamic Banks in Economic Growth: The
Case of Jordan”, dalam Munawar Iqbal dan Ausaf Ahmad (ed.), Islamic Finance and Economic Development, New York: Palgrave MacMillan, hal. 202-14
Haque, Ziaul, 1995, Riba: The Moral Economy of Usury, Interest, and Profit,
Kuala Lumpur: S. Abdul Majeed and Co. Hastomi, La Ode I., 2007, “Aplikasi Dual-Banking System di Indonesia:
Perbandingan Instrumen Keuangan Syariah dan Instrumen Keuangan Konvensional”, Skripsi diajukan kepada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, tidak dipublikasikan
Iqbal, Munawar, 2001, “Islamic and Conventional Banking in the Nineties: A
Comparative Study,” Islamic Economic Studies, vol. 8(2), hal. 1-27 Islahi, Abdul A., 1985, “Ibn Taimiyah's Concept of Market Mechanism”, Journal
of Research in Islamic Economics, vol. 2(2), hal. 51-60 Izhar, Hylmun dan Mehmed Asutay, 2007, “The Controlability and Reliability of
Monetary Policy in a Dual Banking System: Evidence from Indonesia”, Makalah diprsentasikan dalam IIUM International Conference on Islamic Banking and Finance, Kuala Lumpur: IIU Malaysia.
Jahri, Mabid Ali al-, 2005, “Islamic Finance and Development”, dalam Munawar
Iqbal dan Ausaf Ahmad (ed.), Islamic Finance and Economic Development, New York: Palgrave MacMillan, hal. 16-28
Jalaluddin, Abul K.M.,1985, The Role of Government in An Islamic Economy,
Kahf, Monzer, 1998, “Role of Government in Economic Development: Islamic Perspective”, Makalah disampaikan dalam Economic Development Seminar, Penang: University of Sains Malaysia
Kaleem, Ahmad, 2000, “Modeling Monetary Stability Under Dual Banking
System: The Case of Malaysia”, International Journal of Islamic Financial Services, vol. 2(1), tanpa hal.
Khan, A., A. Qayyum, dan S.A. Sheikh, 2005, “Financial Development and
Economic Growth: The Case of Pakistan”, Pakistan Development Review, vol. 44(4), Part II, hal. 819–37
Khan, Mohsin S., 1995, “Islamic Interest-free Banking: A Theorectical Analysis,”
Encyclopaedia of Islamic Banking, London: Institute of Islamic Banking and Insurance
Khatimah, Khusnul, 2004, “Pengaruh Zakat Produktif Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Ekonomi Mustahik: Studi Kasus di Community Development Circle (CDC) Dompet Dhuafa Republika 2001-Maret 2004”, Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia, tidak dipublikasikan
Kuran, Timur, 1993, “Islamic Economics and the Islamic Subeconomy”, Journal
of Economic Perspectives, vol. 9(4), hal. 155-73 _____, 1997, “The Genesis of Islamic Economics: A Chapter in the Politics of
Muslim Identity”, Social Research, vol. 64(2), hal. 301–38. Mannan, Muhammad A., 1982, Islamic Perspectives on Market Prices and
Allocation, Research Series in English No.11, Jeddah: International Centre for Research in Islamic Economics, 1982
Maudoodi, Syed A.A. al-, 1984, Economic System of Islam, Lahore: Islamic
Publications Nabhani, Taqiyuddin an-, 2000, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif
Perspektif Islam, Edisi terjemah oleh M. Maghfur Wachid, Surabaya: Risalah Gusti
Naqvi, Syed N.H., 1994, Islam, Economics and Society, London dan New York:
Keegan Paul International Nienhaus, Volker, 1988, Implications of Islamic Economics for Economic
Development with Special Reference to Financial Institutions, Amsterdam: Middle East Research Associates
Presley, John R. dan John G. Sessions, 1994, “Islamic Economics: The
Emergence of a New Paradigm”, Economic Journal, vol. 104(424), hal. 584–96
Saridu, Siti M., 2007, “Pengaruh Kredit Qardhul Hasan terhadap Peningkatan
Kinerja Usaha: Studi Kasus Nasabah Qardhul Hasan BMT Bina Dhuafa Beringharjo”, Skripsi diajukan kepada Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, tidak dipublikasikan
Sasmitasiwi, Banoon dan Malik Cahyadin, 2007, “Evaluasi dan Prediksi
Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2008”, Makalah dipresentasikan dalam Simposium Riset Ekonomi III ISEI Cabang Surabaya, Surabaya: ISEI dan Universitas Kristen Petra
Setiawan, Aziz B., 2005, “Perkembangan Pasar Modal Syariah”, Majalah
Hidayatullah, Edisi Mei. Suprayitno, Eko, 2004, “Peranan Zakat terhadap Variabel Makroekonomi
Indonesia”, Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi UGM, tidak dipublikasikan
Susamto, Akhmad A., 2002, “Efek Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena
Pajak: Tinjauan Makroekonomi”, Prosiding Simposium Nasional Ekonomi Islami I, P3EI FE UII, Yogyakarta
Widyaningrum, Nurul, 2002, Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya bagi
Pengusaha Kecil, Bandung: Yayasan Akatiga Yudistira, Donsyah, 2003, “Efficiency in Islamic Banking: An Empirical Analysis
of 18 Banks”, Proceeding International Conference on Islamic banking: Risk Management, Regulation and Supervision, Jakarta: Bank Indonesia, hal. 333-47