Top Banner
0 Implementasi Teori Kognitivisme (ة المعرفيةالنظري) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Abstract: This article aims to explain that Cognitive theories emphasize the existence of an abattoir highest in the cognitive aspects of learning. This theory states that humans are not robots that just by using the S-R can only learn well. More than that human beings have a non-physical force that cognition should be used in order to create the expected learning. In Arabic language learning with the cognitive theory of learning wing had made an emphasis on the human element in the form of cognitive determinants of response to each stimulus, the overall emphasis and integration than small parts (unitary theory than the theory branch), requires insight, an awareness, a pragnaz, there must be a purpose, observations or perceptions and motivation goals, have stages according to human cognitive development, and that man is able to speak because the initial structure inborn form fithrah to speak. Many methods and approach to language learning is inspired by the theory include: cognitive code method, the method of silence, suggestive-accelerative learning methods, the natural approach, the communicative approach. خص البحث مل إل وصفدف ذه الدراسة ه أنذه النظرلتعلم. هعرفية لوانب ا ا جود مسلخ أعلىعرفية تؤكد وت النظريا ا يةستخدامات با بوترد الرو ى أن البشر ليسوا تنص علSR ي أي كتسبعلوم ال بشكل جيدا فقط. و أكثر البشر لديهم قوةتوقعة.تعلم اء النشا دراك من أجل امهاب استخدا دية الا ا غ ولتعلمعرفية لة مع النظرية اغة العربيلم ال تعل ناح ابد أن يكون الت عامة التكيز بصورة التحفيز، وكلستجابة لعرفية لدات اد شكل ا ى العنصر البشري كيز عل وختيار اتكامل ال من نظرية وحدة مننظرية( ة أجزاء صغ فروعلتبصر، وعيا،، يتطلب ا) و( كاملميع ال اpragnanz ) ، و التحفيز، رات وأهداف تصوحظات أو هناك غرض أو مب أن يكون عر احل تطور ا وفقا لديها مر لديسان، وأنن ان مى الكسان قادر علن ا الفطرة وم اسانن لدي ا بنية النموذج ام. الك لق وهناكساليب عديد من ا وال طرقللغة من خم التعل لذه ال ه نظرية وه ما ت: ل طريقة عر ا ال رمز ي ، طريقة الصمت، طريقة التدر يس ا وحيةوسعة ا، وا الطبيعدخل ، وا دخلتواصل ال. Keyword: Kognitif. Pendekatan, Metode, Teknik, Stimulus, Respon. Pendahuluan Usaha keras untuk "membelajarkan" dan mendidik sudah ada sejak masa lampau, karena belajar dan pembelajaran merupakan hakikat yang tidak bisa tidak dilakukan oleh manusia. Setiap manusia butuh belajar, setiap manusia sadar akan pentingnya pembelajaran, bahkan Allah Swt. dalam al-Qur'an tidak pernah mengungkapkan adanya perintah belajar secara eksplisit kecuali dengan kata-kata ta'qilûn, ta'lamûn, tatafakkarûn, iqara' dll. Kenapa itu terjadi, ahli bahasa Arab Qur'ani, Prof. Dr. D. Hidayat, MA, pada suatu kesempatan pernah menyimpulkan bahwa karena mencari ilmu itu sudah dianggap kebutuhan. Tidak diperintah pun pasti manusia akan berusaha mencarinya.
16

Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Apr 07, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

0

Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Abstract: This article aims to explain that Cognitive theories emphasize the existence of an abattoir highest in

the cognitive aspects of learning. This theory states that humans are not robots that just by using the S-R can

only learn well. More than that human beings have a non-physical force that cognition should be used in

order to create the expected learning. In Arabic language learning with the cognitive theory of learning wing

had made an emphasis on the human element in the form of cognitive determinants of response to each

stimulus, the overall emphasis and integration than small parts (unitary theory than the theory branch),

requires insight, an awareness, a pragnaz, there must be a purpose, observations or perceptions and

motivation goals, have stages according to human cognitive development, and that man is able to speak

because the initial structure inborn form fithrah to speak. Many methods and approach to language learning

is inspired by the theory include: cognitive code method, the method of silence, suggestive-accelerative

learning methods, the natural approach, the communicative approach.

ملخص البحث

ية النظريات املعرفية تؤكد وجود مسلخ أعلى يف اجلوانب املعرفية للتعلم. هذه النظر أن هذه الدراسة هتدف إىل وصف أكثر البشر لديهم قوة و .فقط هبا بشكل جيد العلوم كتسبأي ال ي SRتنص على أن البشر ليسوا جمرد الروبوتات باستخدام

يف تعلم اللغة العربية مع النظرية املعرفية للتعلم و غري املادية اليت جيب استخدامها من أجل اإلدراك إلنشاء التعلم املتوقعة. كيز على العنصر البشري يف شكل احملددات املعرفية لالستجابة لكل التحفيز، والتكيز بصورة عامة الت البد أن يكوناجلناح

، (pragnanzاجلميع الكامل ) و(، يتطلب التبصر، وعيا، فروع أجزاء صغرية )نظرية وحدة من نظرية منالتكامل اختيار و اإلنسان، وأن لدي وفقا لديها مراحل تطور املعريف جيب أن يكون هناك غرض أو مالحظات أو تصورات وأهداف التحفيز،و

عديد من األساليب وهناكلق يف الكالم. اخلبنية النموذج لدي اإلنسان األويليف الفطرة اإلنسان قادر على الكالم ألن وحية امل يسالتدر طريقة، طريقة الصمت، يرمز الاملعريف طريقةل : تما وه نظرية هذه اللتعلم اللغة من خالل طرقوال

.التواصل دخل، واملدخل الطبيع ، واملاملوسعة

Keyword: Kognitif. Pendekatan, Metode, Teknik, Stimulus, Respon.

Pendahuluan

Usaha keras untuk "membelajarkan" dan mendidik sudah ada sejak masa lampau,

karena belajar dan pembelajaran merupakan hakikat yang tidak bisa tidak dilakukan oleh

manusia. Setiap manusia butuh belajar, setiap manusia sadar akan pentingnya

pembelajaran, bahkan Allah Swt. dalam al-Qur'an tidak pernah mengungkapkan adanya

perintah belajar secara eksplisit kecuali dengan kata-kata ta'qilûn, ta'lamûn, tatafakkarûn,

iqara' dll. Kenapa itu terjadi, ahli bahasa Arab Qur'ani, Prof. Dr. D. Hidayat, MA, pada

suatu kesempatan pernah menyimpulkan bahwa karena mencari ilmu itu sudah dianggap

kebutuhan. Tidak diperintah pun pasti manusia akan berusaha mencarinya.

Page 2: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

1

Banyak pendapat ahli terkait dengan pembelajaran. Pada gilirannya dari sekian ahli

maka terbentuklah berbagai teori yang secara sepintas memang satu dan yang lainnya

bertentangan. Namun dari itu, itulah hakikat dari suatu teori, yang tidak abadi, jika ada

teori baru yang membuktikan kesalahan teori lama maka yang lama serta merta akan

ditinggalkan. Namun dengan segala perbedaan dari teori itu paling tidak ada beberapa hal

yang bisa dipetik; pertama, kelahiran teori baru pasti diilhami oleh keberadaan teori lama,

karena di dunia hakikat sebetulnya tidak ada yang baru. Kedua, bahwa teori baru dan teori

lama memiliki misi yang sama agar kegiatan pembelajaran berhasil atau mampu mencapai

target dengan seefektif dan seefesien mungkin.

Jika teori behaviorisme, yang menekankan pada molekul atau bagian-bagian kecil,

dan adanya "trial and error" serta menekankan adnya S-R. Maka pada makalah sederhana

ini akan dibahas mengenai teori kognitif sebagai perkembangan lanjut pemikiran teori

behaviorisme. Tentunya pembahasan ini akan sangat menarik, karena akan ditemukan

letak perbedaan dengan teori sebelumnya dan tentunya rahasia apa yang menyebabkan

penolakan keras terhadap teori sebelumnya akan dibahas pada kajian ini. Tentunya sangat

diharapkan banyak kritik dan saran yang membangun. Semakin banyak kritik dan saran

yang membangun akan semakin memperluas cakrawala untuk menggali lebih mendalam

khususnya mengenai kajian ini.

Pembahasan

Behaviorisme menganggap bahwa manusia lahir putih bersih bagaikan kertas yang

belum ditulis, yang menulisnya adalah alam; belajar adalah segalanya karena bahan baku

tidak begitu penting karena yang penting adalah proses. Sementara kognitif menganggap

manusia lahir sudah punya potensi, alam tidak begitu berpengaruh; proses tidak begitu

penting, karena modal dasarlah yang menentukan semuanya (Prof. Dr. Moch. Matsna,

MA). Teori-teori kognitif pada awlanya muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap

teori S-R, stimulus respon. Dengan ini maka digabungkanlah teori S-R ini dengan teori

Gestalt dari Tolman dan teman-temannya. Bagi teori ini bahwa yang dipandang utama

pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons1. Intinya, teori

kognitif adalah teori yang mengkaji bagaimana suatu persepsi bisa mempengaruhi perilaku

dan bagaimana pengalaman bisa mempengaruhi persepsi. Jadi hubungannya adalah

pengalaman – persepsi –perilaku. Dimana teori ini mengkaji proses akal dan mental pada

waktu proses. Dalam bukunya, Abdul Khaer menyebutkan lima teori yang tergolong pada

teori kognitif. Kelima teori tersebut yaitu Teori Behaviorisme dari Tolman, Medan Gestal

dari Wertheimer, Medan dari Lewin, Perkembangan Kognitif dari Piaget dan Teori

Genetik Kognitif dari Chomsky. Meskipun dalam bukunya Ibrahim dan Nana Syaodih

mengungkapkan tiga rumpun psikologi kognitas gestal yaitu psikologi gestalt, kognitif dan

1 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9. Hal. 45

Page 3: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

2

medan2. Dan dalam buku Effendi dan Aziz dan Erta menyebutkan ada dua tokoh

psikolinguistik pengikut aliran kognitif yaitu Noam Chomsky dan James Deez, sementara

pelopor aliran kognitifnya sendiri adalah Auserber dan Carrol3.

Ada beberapa hipotesis teori kognitif, pertama bahwa manusia memiliki

kemampuan bawaan atau disebut dengan alat pemerolehan bahasa. Kedua, pembelajaran

bahasa tidak hanya dilakukan dengan pembiasaan namun juga dengan penuh kesadaran

dan bermakna, sekaligus penting sadar tata bahasa. Ketiga, siswa belajar dengan sumber-

sumber kecakapan dirinya (struktur kognitif, pengalaman, emosi dan pengalaman tentang

dunia)4. Berikut adalah beberapa teori yang dianggap masuk ke dalam golongan teori

kognitifisme:

1. Teori Behaviorisme dari Tolman

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Tolman, yang mengajarkan bahwa

apabila ada satu stimulus pasti menghasilkan satu respon tertentu maka sudah barang tentu

kita akan melihat rangsangan itu dalam pola yang baru. Misalnya stimulus siswa yang

berhadapan dengan guru dan mahasiswa yang dihadapkan pada guru besar. Respon yang

akan diakibatkan oleh keduanya akan berbeda dan merupakan hal baru.

Teori ini memusatkan perhatian pada rangsangan dan respons-luar dan

memasukkan kognisi ke dalam sistemnya. Setiap perilaku harus dilihat bahwa ia

merupakan bagian dari perilaku yang lebih besar dan memiliki satu tujuan. Oleh karenanya

teori ini pun dikenal dengan nama lambang-gestalt (sign-gestalt) yang berarti keseluruhan.

Untuk memahami perilaku seorang manusia kita harus terlebih dahulu memahami

tujuannya.

Unsur utama teori ini adalah rangsangan , kognisi, peta kognisi, tujuan dan barulah

respons (gerak balas). Teori ini bisa dilambangankan dengan S-O-R. S adalah stimulus, O

adalah Organisme dan R adalah respons. O memerankan peran kognisi. Dimana kognisi

merupakan proses akal atau mental untuk memperoleh, menyimpan, mendapat,

mengungkapkan dan mengubah pengetahuan. Lahirnya teori ini sebetulnya terilhami oleh

teori medan gestalt yang dikenalkan di Jerman oleh Wertheimer, Koffler dan Koffka. Oleh

karena medan gestalt lebih memiliki pengaruh pada teori ini, maka teori ini digolongkan

pada jenis teori kognitif5.

2 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010, cet. Ke.

3. Hal. 20-23. 3 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional dan

Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011, hal. 32. Dan Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran

Bahasa Asing (طريقة تعليم اللغة العربية), Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15. 4 Aziz Fachrurrozi dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, … hal. 31. 5 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1. hal. 96-98.

Page 4: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

3

Tolman (1932) mengusulkan lima jenis pembelajaran: (1) pendekatan

pembelajaran, (2) belajar melarikan diri, (3) belajar penghindaran, (4) memilih-titik

pembelajaran, dan (5) belajar laten. Semua bentuk pembelajaran tergantung pada kesiapan

sarana-akhir, yaitu, berorientasi tujuan perilaku, dimediasi oleh harapan, persepsi,

representasi, dan variabel internal atau lingkungan lainnya6.

Jadi teori ini dianggap sebagai bagian dari kognitivisme disebabkan oleh karena

disamping ditentukan oleh stimulus, perilaku manusia lebih banyak dipengaruhi oleh

factor kognisi berupa medan gestalt.

Prinsip-Prinsip Teori Tolman dalam Pembelajaran:

1. Belajar selalu purposif dan diarahkan pada tujuan.

2. Belajar sering melibatkan penggunaan faktor-faktor lingkungan untuk mencapai

tujuan (misalnya, berarti-berakhir-analisis)

3. Organisme akan memilih jalur terpendek atau termudah untuk mencapai tujuan7.

2. Teori Medan Gestal dari Wertheimer

Tokoh teori ini adalah sarjana Jerman yang bernama Max Wertheimer (1880-

1943), Wolfang Kohler (1887), Kurt Koffka (1886-1941) dan Kurt Lewis (1890-1947).

Teori ini dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme pada tahun 1912, tokohnya

adalah William Max Wundt (1832-1920) bapak psikologi eksperimen dan Edward

Bradferd Titchner. Aliran struktural memandang pengalaman manusia dari sudut pandang

pengalaman peribadi sementara gestalt memandang kejiwaan manusia terikat pengamatan

berwujud kepada bentuk menyeluruh8. Pembelajaran berlangsung dari bagian menyeluruh

kepada bagian-bagian kecil9. Jika psikologi behaviorisme bersifat molekular atau

menekankan pada unsur-unsur maka psikologi kognitif sebaliknya menekankan pada yang

bersifat menekankan keseluruhan dan keterpaduan, karena kehidupan dan perilaku

manusia sesungguhnya merupakan suatu keseluruhan atau keterpaduan10

. Max Wertheimer

menyesalkan pembelajaran di sekolah dilakukan dengan menggunakan metode menghafal

sebagaimana yang ia amati dan ia pun menegaskan bahwa seharusnya murid belajar

pengertian bukan sebaliknya hanya hafalan akademis semata.

Tokoh lainnya pun mengikuti pendapatnya ini seperti Wolfang Kohler (1887-1959)

yang telah mengembangkan psikologi gestalt. Pandangannya bertentangan dengan tokoh

6 E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman), dari http://www.instructionaldesign.org/theories/sign-

theory.html, 07 Des 2011. 7 E. Tolman, Sign Learning (E. Tolman) 8 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 45 9 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, …. Hal. 96.

10 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46

Page 5: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

4

belajar Thorndike yang hanya menganggap bahwa belajar adalah proses trial and error

atau hanya drill semata tanpa adanya pemahaman atau pengertian11

. Kata gestalt sendiri

berasal dari bahasa Jerman dan maknanya adalah "whole configuration" atau bentuk utuh,

pola, kesatuan dan keseluruhan yang maknanya keseluruhan lebih berarti dari bagian-

bagian12

. Pikiran akan selalu mengamati benda secara keseluruhan terlebih dahulu pada

tahap kemudian barulah melihat bagian-bagian benda tersebut, bukan kebalikannya13

.

Jika teori S-R mengkaji unit-unit kecil maka teori ini sebaliknya yaitu keseluruhan

perilaku dan lebih abstrak. Disamping itu, teori ini mempunyai kecenderungan

menggunakan intuisi dalam rangka menerangkan hakikat pembelajaran dan membicarakan

proses-proses tersembunyi pada waktu belajar. Yaitu proses mental yang tidak dapat

diamati. Kognitif membicarakan tentang persepsi, pengertian dalam (dalam otak) dan

proses mental lainnya yang tidak diulang dan diukur serta diobservasi langsung. Jika

psikologi behaviorisme bersifat molekuler (menekankan unsur-unsur) sementara kognitif

bersifat molar (terpadu)14

.

Teori gestalt ini muncul atas kritikan terhadap prinsip-prinsip trial and error

Throndike, yang sama sekali menghilangkan prinsif kesadaran dalam teori

pembelajarannya. Ini dianggap sebagai kesalahan dunia –menurutnya- sebagai sesuatu

suatu keseluruhan dan di dalamnya ada struktur dalam. Koffka menambahkan, adanya

kesadaran pada tiap-tiap persepsi dan pembelajaran hanya dapat dijelaskan oleh yang

terlibat belajar bukan guru sebagi pelaku eksperimen. Dan Koffka pun menjelaskan bahwa

otak manusia saat dilahirkan belum lengkap secara fisik dan belum matang untuk

digunakan, dan pada gilirannya pembelajaranlah yang mematangkan otak tersebut.

Bahkan Kohler (1929) pun membuktikan bahwa binatang sekalipun memiliki

insight (pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar

bagian dalam suatu situasi permasalahan15

) apalagi manusia. Jadi sangat salah jika dalam

diri manusia tidak ada unsur kesadaran. Ia meneliti simpanse yang bernama Sultan dan

ternyata simpanse bisa mengambil pisang yang ada dikeranjang di atasnya, dengan cara

mengambil tali yang mengunci keberadaan keranjang. Hanya dengan mengambil tali

sultan tidak harus memanjat tinggi-tinggi untuk mendapatkan pisang tersebut. Akhirnya

keranjang dan pisang terjatuh dan ia bisa memakan pisang kesukaannya. Apa yang

dilakukan Sultan bukan kebetulan sebagaimana yang dikatakan Thorndike. Begitu juga

penelitian yang membuktikan bahwa simpanse dapat mengambil buah yang tinggi dengan

menggunakan tongkat untuk loncat. Kohler menyatakan bahwa yang terpenting dalam

11 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 46. 12

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal 47 13

Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 98. 14 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal. 46. 15 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran… hal 47.

Page 6: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

5

insight adalah bisa memindahkan benda dari satu fungsi ke fungsi lainnya. inilah

pentingnya insight dalam pembelajaran. Disamping perlu pengalaman, diperlukan juga

kemampupuan melihat keseluruhan berbagai hal yang dihadapi.

Aliran ilmu jiwa gestalt sebetulnya terbagi menjadi dua yaitu Aliran Berlin dan

Leipzig. Tokoh Berlin Wertheimer, Koffka dan W. Kohler sementara tokoh Leipzig adalah

Kreuger dan H. Vokelt. Asas teori gestalt menurut Wertheimer adalah jumlah, kompleks

(kumpulan beberapa jumlah), struktur, gestalt dan gestalt tersusun. Sementara aliran

Leipzig memiliki pendapat bahwa tiap pribadi sebagai suatu ganzeit hidup (kejiwaan),

pendorong mempersatukan dan merupakan pendorong yang tidak menerima bagian-

bagian, karena segala sesuatu diterima batinnya sebagai suatu kesatuan, kesatuan hidup

jiwa terletak pada perasaan karena dalam perasaan ada seluruh hidup kejiwaan16

.

Jasa terbesar teori gestalt ini dalah dalam bidang persepsi dimana ia merupakan

kesadaran bulat yang diperoleh akal (mind) dengan adanya peran latar belakang dan

kemampuan mengorganisir. Disamping itu teori gestalt pun memperkenalkan lima hukum

organisasi, sebagai berikut:

a. Hukum pragnaz, organisasi psikologi cenderung kearah pragnaz; gestalt yang

sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau stabil, dan merupakan

struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak gramatikal dan tidak

lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan tata bahasanya.

Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.

b. Hukum kesamaan, benda yang sama cenderung berkelompok. Maka kata atau suku

kata yang memiliki persamaan akan lebih mudah dipelajari.

c. Hukum proksimiti persepsi selalu menggabungkan benda, peristiwa dan hal-hal yang

berdekatan dalam ruang dan waktu. Kata, frase dan ungkapan yang berdekatan dan

sama akan lebih mudah, lancar dan cepat dipelajari.

d. Hukum penutupan, bidang tertutup (selesai dan terwujud) lebih mudah dan stabil

untuk membentuk gambar dalam persepsi dibanding dengan bidang terbuka. Artinya

persepsi kita selalu cenderung membuat suatu benda yang diamati berwujud dan

bermakna.

e. Hukum kelanjutan baik, adalah salah satu hukum pragnaz dan serupa dengan hukum

penutupan. Hukum ini dikembangkan oleh Wertheimer dimana persepsi-persepsi

selalu melengkapkan bagian-bagian yang hilang.

Dengan adanya pengalaman seorang siswa akan mampu mencapai pengamatan

yang benar dan objektif sebelum mencapai pengertian. Karena suatu keseluruhan terdiri

dari unsur-unsur yang memiliki hubungan satu dengan lainnya. Dan oleh karenanya

menurut pandangan Rasyad dikutip oleh Syaiful, rasa kebutuhan harus dimiliki oleh siswa

16 Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3, hal. 50-51.

Page 7: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

6

dalam belajar dan pada gilirannya siswa akan memahami hubungan antar bagian sehingga

terjadilah proses sintesis dan analisis17

.

Sementara prinsip-Prinsip Belajar Menurut Teori Gestalt yaitu belajar berdasarkan

keseluruhan, belajar adalah suatu proses perkembangan, siswa sebagai organisme

keseluruhan, terjadi transfer, belajar adalah reorganisasi pengalaman, belajar dengan

insight, belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan siswa

dan belajar berlangsung terus-menerus18

.

Demikian juga Ernest Hilgard mengemukakan ada enam ciri belajar pemahaman

sebagaimana dikutif Sagala19

, yaitu:

1. Pemahaman sangat ditentukan oleh kamampuan dasar seseorang, dan setiap orang

berbeda kemampuan dasarnya,

2. Pemahaman ditentukan oleh pengalaman belajar sebelumnya yang relevan, karena

pemecahan masalah merupakan penerapan operasi-operasi yang telah dipelajari

sebelumnya,

3. Pemahaman ditentukan oleh adanya situasi, karena insight hanya akan tercapai ketika

segala aspek yang dibutuhkan dapat diamati dengan baik,

4. Pemahaman didahului oleh praktek coba-coba, karena insight hanya akan didapat

hanya ketika usaha telah dilakukan

5. Belajar dengan pemahaman dapat diulangi, jika pada awalnya memiliki kendala dalam

memecahkan satu problem maka pada tahap selanjutnya ketika bertemu masalah yang

sama, akan dengan segera mampu menyelesaikannya

6. Suatu pemahaman bisa dapat dipergunakan memecahkan masalah pada situasi lain.

Diumpamakan dalam mengajarkan membaca. Prinsip yang digunakan adalah

keseluruhan dan keterpaduan baru kemudian bagian-bagian yang ada di dalamnya. Misal

cerita tentang ibu pergi ke pasar. Dalam bacaan bagian atas bacaan diberikan gambar yang

menjelaskan bahan bacaan. Meski siswa belum bisa membaca namun siswa dengan

melihat gambar bisa memahami makna bacaan secara keseluruhan. Begitu pun dalam

mengajarkan membaca pada tahap lanjut siswa diinstuksikan agar membaca secara

keseluruhan terlebih dahulu. Dengan model ini maka sesungguhnya siswa sudah diajarkan

kaitan-kaitan, bisa menganalisis dan bahkan mensintesis20

. Nazdarittat al-Wahdah

barangkali terinspirasi besar oleh aliran psikologi ini dan pada gilirannya siswa akan

17 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 49. 18 Widyastuti Akhmadan, Universitas Sriwijaya, Teori Pembelajaran Menurut Aliran Psikologi

Gestalt, diakses dari http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-pembelajaran-menurut-aliran psikolo

gi-gestalt/pdf/14372/, 07 Des 2011. 19 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran … hal. 50. 20 R. Ibrahim dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pengajaran, …. cet. Ke. 3. Hal. 21.

Page 8: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

7

mampu mengaplikasikan suatu teori pada aspek dunia lain dalam kehidupannya yang ril

dan dengannya pembelajaran menjadi penuh makna.

3. Teori Medan dari Lewin

Teori medan (field theory) diperkenalkan oleh Kurt Lewin setelah ia murtad dari

teori gestalt. Ia memiliki perhatian tinggi terhadap motivasi perilaku manusia yang

dianggapnya sebagai tenaga dan erat kaitannya dengan sitem ketegangan psikologi.

Dengan menggunakan konsep ilmu fisika yaitu medan dinamik (dynamic field) bahwa

semua partikel berinterkasi satu dengan lainnya dan setiap partikel dipengaruhi oleh medan

magnetik. Di sini agak kelihatan pengaruh behaviorisme dalam teorinya.

Ia mengembangkan teori ruang penghidupan yang mirip dengan teori gestalt. Yaitu

diri sendiri dan lingkungan perilaku orang itu. Teorinya ini dimasukkan ke dalam golongan

teori kognitif disebabkan oleh peranan diri sendiri (organism) sangat menentukan reaksi

(respons) atas organism individu itu. Menurut Lewin dalam menggapai cita-cita karena

dihadapkan dengan berbagai kekuatan penarik maka sistem ketegangan inilah yang

menjadi dasar perilaku. Akibatnya seseorang akan mencari jalan lain atau mencari tujuan

lain atau bahkan meninggalkan tujuannya baik sementara maupun untuk selamanya.

Konsep penting teori Lewin ini adalah tujuan, pengamatan atau persepsi dan motivasi

untuk mencapai tujuan itu. Dalam teori ruang penghidupan ini pula dimasukan ganjaran

dan hukuman.

Berikut adalah Kutipan dari Kurt Lewin yang berhubungan dengan teori medan

dalam pembelajaran: ―Seorang individu yang sukses biasanya agak menetapkan tujuan

berikutnya tapi tidak terlalu jauh di atas prestasi terakhirnya Dengan cara ini ia terus

menaikkan tingkat aspirasinya.." "Belajar lebih efektif bila aktif bukan proses pasif." "Jika

Anda ingin benar-benar memahami sesuatu, cobalah untuk mengubahnya."21

Guru harus memiliki tujuan jelas ketika mengajar. Dan tentunya guru harus

meilihat dengan jeli apakah siswanya sudah siap secara psikologi dalam mempelajari

sebuah bahasa asing atau bahasa Arab tentunya.

4. Teri Perkembangan Kognitif dari Piaget

Teori perkembangan kognitif atau intelek yang dikembangkan oleh Piaget (1969)

adalah teori pembelajaran yang diungkap olehnya secara implisit. Dan pada kenyataannya

ia belum pernah secara eksplisit memperkenalkan teori pemerolehan (akuisisi/iktisab) dan

pembelajaran bahasa (Sinclair-de-Zwart).

Kecerdasan menurut pandangannya adalah keseimbangan semua fungsi kognitif

bergerak, namun penyeimbangan ini tidak otomatis dan tepat seperti menurut teori gestalt

21 Kurt Lewin, Field Theory, If you want to truly understand something, try to change it, http://wil

derdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.

Page 9: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

8

namun merupakan satu "imbuhan" untuk gangguan luar. Suatu operasi tindakan

merupakan satu tindakan yang juga bisa menjadi satu tindakan balik. Jadi menurut piaget,

kajian terhadap peringkat perkembangan kecerdasan pada mulanya merupakan pengkajian

pembentukan struktur operasi-operasi kecerdasan ini. Setiap peringkat merupakan bagian

dari struktur keseluruhan, dapat diintegrasikan pada peringkat lain, dan disiapkan oleh

peringkat sebelumnya. Ada empat peringkat kecerdasan yaitu sebagai beikut:

a. Tahap deria-motor (sensory motor), kecerdasan mempunya struktur didasarkan pada

aksi, gerakan dan pengamatan tanpa bahasa. Misal ada anak usia 12 bulan telah dapat

mengambil benda yang ada ditengah meja dengan menarik taplak meja. Ini merupakan

satu skema, tindakan kecerdasan untuk mencapai satu tujuan22

.

b. Tahap praoperasi (2-7 tahun), antara usia 1-2 tahun anak sudah mengalami munculnya

fungsi simbolik, ini merupakan tahapan awal praoperasi. Fungsi simbolik

didefinisikan sebagai kemampuan membedakan antara significant (lambang) dengan

significate (benda yang dilambangkan). Pada tahap deria motor, permainan yang

dilakukan oleh anak-anak baru merupakan latihan gerak saja, sementara pada tahap ini

sudah merupakan permainan simbolik. Ia sudah mampu melakukan 'peniruan yang

ditunda', menata kembali hal-hal yang terjadi di masa lampau, membuat recana, dan

memikirkan benda yang tidak ada pada tempat dan waktu sekarang.

c. Tahapn operasi konkret (7-12) tahun "dalam buku lain 7-11 tahun23

", sudah mampu

memahamai kelas dan hubungan yang logis antar benda termasuk nomor-nomor.

Missal anak sudah mampu mengatakan bahwa melati adalah termasuk kelompok

bunga, mengatur benda berdasar sama ukuran dan berat termasuk pengaturan dan

penghitungan nomor-nomor24

.

22 Tahapan ini memeiliki enam sub-tahapan, yaitu (1) skema refleks, (0-6 minggu) berhubungan

terutama dengan reflex, (2) reaksi sirkular primer(6 minggu – 4 bulan) berhubungan terutama dengan

munculnya kebiasaan-kebiasaan, (3) reaksi sirkular sekunder (4-9 bulan) berhubungan terutama dengan

koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan, (4) koordinasi reaksi sirkular sekunder (9-12 bulan), saat

berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya

berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek), (5) reaksi sirkular tersier, (12-18 bulan)

berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dan (6) awal representasi

simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ perkem

bangan_kognitif, 07 Des 2011. 23 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011, cet. 9

jilid. 1. Hal. 50. 24 Sub tahapan pada tahapan ini adalah; (1) Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek

menurut ukuran, bentuk, dll, (2) Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi

serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat

menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.tidak berpandangan animisme (anggapan bahwa

semua benda hidup dan berperasaan), (3) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari

Page 10: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

9

d. Tahap operasional formal (>12tahun) "dalam buku lain 11 tahun sampai dewasa25

",

sudah mampu berfikir berdasar proposisi atau hipotesis dan tidak lagi benda konkret

yang menajdi objeknya. Ia sudah semakin rumit dalam operasi pemikiran dan

memerlukan peranan bahasa yang lebih besar dalam pembelajaran dan pemahaman.

Misalnya gedung tarbiyah lebih tinggi dari gedung syariah, gedung syariah lebih

tinggi dari gedung saintek. Ia sudah mampu menemukan gedung mana yang paling

tinggi, paling rendah dls.

Keempat tahapan perkembangan kognitif di atas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama.

2. Universal (tidak terkait budaya)

3. Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri

seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

4. Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

5. Urutan tahapan bersifat hirarkis

6. Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,

bukan hanya perbedaan kuantitatif26

Piaget mamaparkan bahawa pemerolehan bahasa tidak terpisahkan dari

perkembangan kognitif secara keseluruhan dan pada intinya merupakan bagian kerangka

fungsi simbolik. Dengan kata lain bahasa bahasa merupakan hasil perkembangan intelek,

secara keseluruhan dan lanjutan perilaku sederhana. Perkembangan kosa kata begitu terjadi

antara 1-2 tahun sebagai hasil peralihan intelek kepada refresentasi akal (mental)27

.

suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir

lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. (4) Reversibility—anak mulai

memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu,

anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah

sebelumnya (5) Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak

berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila

anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas

lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain dan (6)

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan

saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan

Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka

itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan

mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa

boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan

kognitif, 07 Des 2011. 25 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik…..hal. 52. 26 http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif, 07 Des 2011. 27 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 105-107.

Page 11: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

10

Jadi kognitif manusia itu berkembangan dari satu usia ke usia lebih dewasa, dan

semua manusia cenderung memiliki tahap perkembangan berbahasa yang sama dan ini

menjadi bekal bagi guru dalam menentukan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan

perkembangan konitif peserta didik.

Implikasi Teori Piaget Terhadap Pendidikan

Teori Piaget sangat berimplikasi besar terhadap pendidikan terutama fokus yang

menekankan pendidikan sesuai dengan tahapan perkembangan (developmentally

appropriate education), baik lingkungan, kurikulum, bahan ajar maupun pengajaran harus

sesuai dengan perkembangan fisik dan kognisi siswa serta kebutuhan sosial dan emosional

mereka. Berikut implikasi utama teori piaget terhadap pengajaran28

:

1. Fokus pada pemikiran siswa bukan hanya hasilnya. Bahwa guru harus menilai hasil

namun jangan juga tidak menghiraukan cara mencapai hasil itu, guru juga harus

memberikan penghargaan atas cara siswa dalam menghasilkan suatu hasil

2. Yang terpenting dalam pembelajaran adalah terlibat aktifnya siswa dalam

pembelajaran dengan cara berinteraksi dengan dunia fisik

3. Siswa tidak diajari cara pola berfikir orang dewasa namun ia diajari pola fikir sesuai

dengan pemahaman kognisi siswa secara benar

4. Prinsif menghargai kemajuan yang berbeda antar masing-masing individu, karena

tahap perkembangannya meski sama namun kecepatan masing-masing dalam

mencapainya akan berbeda.

Bagaimanapun guru harus melihat aspek perkembangan kognitif siswa dalam

belajar. Bahwa apa tingkat kebahasaan yang akan dibelajarkan harus sesuai dengan

perkembangan dan usia siswa disamping selalu sadar dan memperhatikan perbedaan

individu siswa dalam perkembangan kognitifnya.

5. Teori Genetik Kognitif dari Chomsky

Chomsky memperkenalkan teori linguistik generative transformasi pada tahun

1957, 1965 dan 1968 dan kini dikenal dengan nama teori genetik kognitif disamping telah

menulis artikel ulasannya mengenai buku Skinner (Verbal Behavior, 1957) dalam

Language (1959). Teorinya ini telah mampu mengubah secara besar-besaran

psikolinguistik yang ada. Teori ini digolongkan sebagai teori kognitif disebabkan karena

telah menekankan pada otak (akal, mental) sebagai landasan pemerolehan dan

pembelajaran bahasa. Secara eksplisit, Chomsky tidak pernah memaparkan teori

pembelajaran dan pemerolehan bahasa namun pandangannya bisa disarikan dari teori yang

diperkenalkannya tersebut. Dalam hal ini nasibnya tidak jauh beda dengan Piaget.

28 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik… hal. 56.

Page 12: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

11

Chomsky menentang teori pembiasaan operan dalam pemerolehan bahasa yang

dikemukanan Skinner. Tidak ada manfaat menjelaskan pemerolehan bahasa jika tidak tahu

hakikat bahasa sendiri. Untuk sampai ke situ, harus mengatahui struktur dalam organisme

(manusia), bagaimana cara memperoses masukan informasi dan berbahasa diatur.

Kesemuanya ditentukan oleh struktur awal yang dibawa sejak lahir dan rumit. Proses

perkembangannya diatur berdasar pematangan genetik dan pengalaman.

Teori ini didasarkan atas hipotesis nurani (the innateness hypothesist), bahwa otak

manusia dipersiapkan secara genetik untuk berbahasa. Karena telah dilengkapi dengan

struktur bahasa universal (language acquisition device/اللغة )اكتساب( جهاز استيعاب/LAD).

LAD menerima ucapan, data-data membuat rumus linguistik lalu dinuranikan sebagai

keluaran setelah diolah oleh pusat kemampuan berbahasa (language competence/ كفاءة29(لغوية

. Behaviorisme dianggapnya sebagai tidak memadai dalam menerangkan

pemerolehan bahasa karena masukan data linguistiknya sangat sedikit untuk

mengembangkan rumus-rumus linguistik.

Teori mengenai struktur bahasa universal (language acquisition device/ جهاز atau dalam bahasa Fuad sebagai Piranti Pemerolehan Bahasa (LAD/استيعاب )اكتساب( اللغة

digambarkan sebegai berikut, mengutip Dr. Shalah Abd. Majid mengenai pemerolehan

kemampuan berbahasa:

Dengan LAD tugas anak-anak adalah menentukan masyarakat manakah dari

kalimat yang didengarnya yang akan dimasukan. Dengan semakin banyaknya masukan

29 Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing… hal. 15.

مثريات لغوية

مثريات لغوية مثريات لغوية

مركز استيعاب اللغة

الكفاءة اللغوية

كار واإلنتاج اللغوياالبت مجل وعبارات مل يسبق مساعها أوقراءهتا

Page 13: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

12

maka tata bahasa semakin sempurna mengikuti proses pematangan otak. Sehingga antara

usia 3-4 tahun tatabahasa anak akan hampir sama dengan yang dimiliki manusia dewasa.

Dalam rangka memperkuat teorinya, Chomsky mengajukan pertanyaan berikut:

a. Proses pemerolehan bahasa pada anak sama

b. IQ tidak begitu berpengaruh dalam pemerolehan bahasa

c. Motivasi dan emosi anak tidak mempengaruhi pemerolehan bahasa

d. Tata bahasa yang dihasilkan anak-anak bisa dikatakan sama.30

Jadi memang pada dasarnya manusia memiliki alat dari Tuhan yang dkhususkan

baginya agar bisa berbahasa apapun jika diajarkan yang dikenal dengan potensi berbahasa

yang sekaligus membedakan manusia dengan binatang atau hewan atau makhluk lainnya.

Implementasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Kognitivisme dalam pembelajaran bahasa Arab dan pembelajaran materi lainnya

baru menyentuh aspek pendekatan. Artinya kognitif baru menjadi sudut pandang dan

keyakinan pedidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Guru hanya yakin bahwa

keberhasilan pembelajaran akan tercapai manakala siswa faham apa yang dipelajarinya

dan siswa atau peserta didik disadarkan terhadap materi pembelajaran yang sedang

digelutinya. Pembelajaran akan gagal manakala hanya mengandalkan stimulus respon, atau

hanya membeo tanpa memahami makna materi yang dipelajari. Guru harus sadar dan

yakin bahwa yang menjadi awal dalam melakukan pembelajaran bahasa Arab adalah

peserta didik harus merasa bahwa bahasa Arab itu penting sehingga mereka akan sadar

dengan sendirinya mempelajari bahasa Arab dengan giat, ikhlas dan sepenuh hati dalam

rangka mengoptimalkan bakatnya dalam kemampuan berbahasa sebagai struktur awal

manusia dan merupakan anugrah dari Allah Swt.

Dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Arab guru harus memperhatikan

prinsif-prinsif teori kognitif daintaranya pertama, adanya penekanan unsur dalam manusia

berupa kognisi penentu respon dari setiap stimulus; peserta didik harus disadarkan akan

hakikat pembelajaran dan bahasa Arab itu sendiri sehingga ia akan termotivasi untuk giat

mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, ikhlas dan tanpa paksaan. Kedua, menekankan

keseluruhan dan keterpaduan: dalam membelajarkan bahasa Arab maka harus

menggunakan model pembelajaran nadzriyyah wahdah dimana bahasa Arab merupakan

satu kestuan utuh antara aspek-aspek kebahasaan dan kemahiran kebahasaan, tidak

dipisahkan antara mengajarkan ashwat, mufradat, kaidah, makna, budaya, menyimak,

beribcara, membaca dan menulis akan tetapi semua dipadukan menjadi holistik.

Ketiga, membutuhkan insight, bisa memindahkan benda dari satu fungsi ke fungsi

lainnya, hal itu terjadi manakala peserta didik memahami bukan hanya menghafal dalam

bahasa bloom dikenal dengan aplikasi (C3). Keempat, adanya kesadaran, belajar bukan

30 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik… hal. 108-109.

Page 14: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

13

hanya membeo atau dalam bahasa Arabnya dikenal dengan istilah ―al-babbabghai‖ .

kelima, adanya pragnaz, yang menyatakan bahwa organisasi psikologi cenderung ke arah

pragnaz; gestalt yang sempurna yang selalu berbentuk sederhana, teratur, kukuh atau

stabil, dan merupakan struktur maksimal. Kalimat anak-anak umpamanya banyak tidak

gramatikal dan tidak lengkap tapi persepsinya membentu pragnaz tadi untuk menuranikan

tata bahasanya. Untuk mencapai pragnaz diperlukan insight atau pemahaman.

Pembelajaran bahasa Arab harus menciptakan pemahaman utuh dan global mencakup

berbagai aspek baik intern maupun ekstern bahasa, hal ini membutuhkan guru dengan

wawasan pemikiran kebahasaaraban yang mendalam.

Keenam, harus ada tujuan, pengamatan atau persepsi serta motivasi mencapai

tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan perkembangan kognitif manusia. Artinya

bahwa manusia akan bisa belajar dengan baik manakala ia tahu tujuan belajar yang

dilakukannya, inilah kewajiban guru menjelaskan secara detail dan gamblang mengenai

tujuan pembelajaran yang akan berlangsung. Dalam KTSP ada istilah yang berkembang

―dulu ke kelas membawa buku sekarang guru ke kelas membawa indikator sebagai alat

ukur keberhasilan tujuan yang ingin dicapai melalui proses pembelajaran”. Dan jangan

lupa bahwa yang terpenting harus selalu diingat oleh guru bagian ketujuh, bahwa manusia

mampu berbahasa karena ada struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk

berbahasa. Karena jika tidak ada fithrah berbahasa maka belajar seintensive apapun tidak

akan menuai keberhasilan sebagaimana tatkala kita mengajarkan bahasa kepada hewan

seperi kerbau, anjing, babi dls tidak akan berhasil karena binatang tidak memiliki fitrah

dasar untuk berbicara sebagai anugrah Allah Swt.

Dari pendekatan kognitivisme ini pula guru bisa menentukan strategi, metode,

teknik dan taktik pembelajaran yang memberhasilkan. diantara strategi yang mungkin

dipilih adalah inquiri, berbasis masalah, kontekstual dls. Metode yang mungkin digunakan

adalah diskusi, metode alamiah, metode komunikatif, metode terjemah, metode

sugestopedia dan metode-metode lainnya.

Kesimpulan

Teori kognitif menekankan akan adanya pemerhatian tertinggi dalam pembelajaran

pada aspek kognitif. Teori ini menyatakan bahwa manusia bukan robot yang hanya dengan

menggunakan S-R saja bisa belajar dengan baik. Lebih dari itu manusia mempunyai

kekuatan non-fisik yaitu kognisi yang harus digunakan dalam rangka penciptaan

pembelajaran yang diharapkan.

Tentu banyak yang tidak mendukung teori ini bahkan mungkin ada yang

meragukan kebenarannya, atau bahkan mementahkan teori yang sudah dibangun. Misal

saja Teori Piaget mengenai perkembangan pembelajaran mendapatkan banyak kritik,

terutama setelah ada riset yang mementahkannya. Misalnya Gelman, Nagy, Griffith dll

Page 15: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

14

telah menemukan hasil bahwa intinya anak-anak ternyata lebih kompeten daripada yang

dipikirkan piaget, khususnya ketika pengetahuan praktis yang dimilikinya dinilai. Begitu

juga tentang tahap perkembangan, tidak semua anak memiliki perkembangan yang sama.

Meski banyak kekurangan namun tentu ada kelebihan dan bisa jadi menginfirasi

teori-teori tandingannya. Bahkan mungkin teori ini telah mengilhami banyak guru dalam

melakukan pembelajaran. Jika difahami dengan baik dan diterapkan dengan sebenarnya

tentu teori ini akan bermanfaat bagi pembelajaran termasuk pembelajaran bahasa Arab.

Karakter teori kognitif adalah adanya penekanan unsur dalam manusia berupa

kognisi penentu respon dari setiap stimulus, menekankan keseluruhan dan keterpaduan,

membutuhkan insight, adanya kesadaran, adanya pragnaz, harus ada tujuan, pengamatan

atau persepsi serta motivasi mencapai tujuan, memiliki tahapan-tahapan sesuai dengan

perkembangan kognitif manusia, dan bahwa manusia mampu berbahasa karena ada

struktur awal yang dibawa sejak lahir berupa fithrah untuk berbahasa. Banyak metode dan

strategi pembalajaran bahasa yang terilhami oleh teori ini diantaranya: metode kognitif

kode, metode diam, metode pembelajaran akseleratif-sugestif, pendekatan alamiah,

pendekatan komunikatif. Wallâhu A'lam Bi al-Shawâb.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Edisi ke-3.

Akhmadan, Widyastuti, Universitas Sriwijaya, Teori Pembelajaran Menurut Aliran

Psikologi Gestalt, diakses dari http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/teori-

pembelajaran-menurut-aliran-psikologi-gestalt/pdf/14372/, 07 Des 2011.

Chaer, Abdul, Psikolinguistik Kajian Teoritik, Jakarta; Rineka Cipta, 2003. Cet. 1.

Effendy, Ahmad Fuad, Metodologi Pengajaran Bahasa Asing (طريقة تعليم اللغة العربية),

Malang; Misykat, 2009. Cet.4, hal. 15.

Fachrurrozi, Aziz dan Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing, Metode Tradisional

dan Kontemporer, Jakarta, Bania Publishing, 2011.

Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta; Rineka Cipta, 2010,

cet. Ke. 3.

Lewin, Kurt, Field Theory -, If you want to truly understand something, try to change it,

http://wilderdom.com/theory/FieldTheory.html, 07 Desember 2011.

Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, Alfabeta, 2001, cet. Ke 9.

Page 16: Implementasi Teori Kognitivisme (النظرية المعرفية)  Dalam Pembelajaran Bahasa Arab

15

Slavin, Robert E., Psikologi Pendidikan; Teori dan Paraktik, Jakarta, PT. Indeks, 2011,

cet. 9 jilid. 1.

Tolman, E, Sign Learning (E. Tolman), dari http://www.instructionaldesign.

org/theories/sign-theory.html, 07 Des 2011.