Page 1
IMPLEMENTASI RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH
(RKPD) KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013
Ulfa Cindy Wahyu Tia Sari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRACT
Regional Development Plan or RKPD in 2013 which is implemented by the
Bappeda and SKPD related to realize the policy into pogram dan
government activities which of course refers to the vision and mission of
Local Government. The purpose of the research to know how
sinkronisaation of RPJMD, RKPD, and programe activities and how their
implementation. With the use George C. Edward’s Policy Implementation
Theory. Form the results seen from George C. Edward’s four indicator
because form communication between implementers still no clarity in the
distribution process of communication, especially at the district level
because staff do not understand the contents of the information provided.
In addition, resources are still not meet the quantity.
Keywords: RKPD, Economic Growth, Disparities, Implementation
ABSTRAK
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013 yang
diimplementasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Page 2
Daerah (Bappeda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) terkait untuk merealisasikan kebijakan ke dalam
program dan kegiatan yang tentunya merujuk pada visi
dan misi Pemerintah Daerah. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana sinkronisasi RPJMD, RKPD dan
program kegiatan serta bagaimana implementasinya.
Penelitian ini menggunakan pisau analisis Teori George
C. Edward. Hasil penelitian ini dilihat dari empat
indikator di atas karena dari komunikasi antar
pelaksana kebijakan masih tidak ada kejelasan dalam
proses penyaluran komunikasi terutama di tingkat
kecamatan karena staf kurang memahami isi dari
informasi yang diberikan. Selain itu sumberdaya yang
ada masih belum memenuhi kuantitas.
Katakunci: RKPD, Pertumbuhan Ekonomi, Disparitas,
Implementasi
A. Latar Belakang
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang
diimplementasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (Bappeda) dan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) pada tahun 2013 di Kabupaten Banyuwangi
merupakan hal penting karena untuk mencapai tujuan
dari visi misi pemerintah daerah yang termaktub dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Page 3
yaitu “Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi yang Mandiri,
Sejahtera dan Berakhlak Mulia melalui Peningkatan
Perekonomian dan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Untuk
tema RKPD Tahun 2013 yaitu “Memantapkan Pertumbuhan
Ekonomi dan Pengurangan Disparitas Wilayah.”1
Sumber daya yang ada di lingkungan tidak dikelola
dengan baik dan juga potensi disetiap kecamatan berbeda
tergantung letak geografisnya. Terdapat beberapa
kecamatan yang tidak menghasilkan panen karena letak
geografisnya tidak mendukung seperti wilayah rawan
kekeringan sehingga sulit mendapat air untuk keperluan
pengairan tanaman pertanian. Hal ini menyebabkan
munculnya disparitas antar kecamatan. Sesuai dengan
tema RKPD Tahun 2013 pemerintah daerah berupaya untuk
mengurangi perbedaan/jarak disetiap kecamatan, sehingga
tercapai pemerataan ekonomi yang menuju pada
kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut masih menjadi
tugas yang harus diselesaikan oleh pemerintah daerah.
Penelitian ini fokus terhadap sinkronisasi antara
visi, misi, kebijakan, program prioritas dan kegiatan
RKPD Tahun 2013 serta bagaimana implementasi dari RKPD
Tahun 2013. Pemaparan di atas peneliti tertarik untuk
menulis penelitian dengan judul “Implementasi Rencana
1 RKPD Kabupaten Banyuwangi Tahun 2013, Bab 4, hlm. 98
Page 4
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2013”.
B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu
Penelitian Rafli Rinaldi Jurnal FE UB Tahun (2013)
Analisis Pengaruh Konsumsi Pemerintah, Investasi
Pemerintah, Investasi Swasta, dan Angka Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Regional (Studi Kasus Provinsi
Jawa Timur Tahun 2007-2011) Kuantitatif pendekatan
Fixed Effect Model (FEM) Pertumbuhan Ekonomi pengaruh
konsumsi pemerintah, investasi pemerintah, investasi
swasta, dan angka kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
regional.
Viki Indrasari, Skripsi FE Universitas Diponegoro
Tahun (2011) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Kuantitatif
pendekatan Fixed Effect Model (FEM) Pembangunan
Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi pengaruh belanja modal,
angkatan kerja, pendidikan dan desentralisasi fiskal
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dewi Kurniawati Sunusi, Anderson Kumenang, Debby
Rotinsulu Jurnal FE Universitas Sam Ratulangi Manado
Tahun (2014) Analisis Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja,
Tingkat Pendidikan, Pengeluaran Pemerintah pada
Pertumbuhan Ekonomi dan Dampaknya Terhadap Kemiskinan
Page 5
di Sulawesi Utara Tahun 2001-2010 Kuantitatif Analysis
Path (analisis jalur) Pertumbuhan Ekonomi pengaruh
tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengeluaran
pemerintah pada pertumbuhan ekonomi dan dampaknya
terhadap kemiskinan
Havid Sularso dan Yanuar E. Retianto Jurnal FE
Universitas Jendral Soedirman Tahun (2011) Pengaruh
Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal dan
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah
Kuantitatif Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
Teori Pertumbuhan Ekonomi pengaruh kinerja keuangan
terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi.
Teori Implementasi Kebijakan George C. Edwards
Pelaksanaan kebijakan disuatu daerah menjadi kunci
keberhasilan dari dirumuskannya kebijakan tergantung
dari prosesnya. Kebijakan dapat dikatakan berhasil jika
output berdampak positif terhadap masyarakat begitu
sebaliknya kebijakan yang dinilai gagal menimbulkan
kekecewaan dari masyarakat dan akhirnya menuntut
pemerintah untuk melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sesuai dengan tujuan. Keberhasilan
implementasi kebijakan menurut George C. Edward2
terdapat beberapa faktor yaitu: 2 George C. Edward dalam Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung, 2006, hlm. 149
Page 6
1. Komunikasi
2. Sumberdaya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan
oleh keempat faktor tersebut guna memperjelas akan
dijabarkan sebagai berikut:
Pertama, komunikasi menjadi hal yang paling
menentukan karena komunikasi berperan dalam koordinasi
implementasi kebijakan karena informasi yang diberikan
pemerintah kepada pelakasana implementasi untuk
mempermudah jalannya kebijakan, ada tiga hal dalam
komunikasi yang perlu diperhatikan: a. Transmisi,
setelah kebijakan dirumuskan lalu penyaluran pada
pemerintah yang ditunjuk sebagai pelaksana atau
implementor. Masalah transmisi terjadi ketika dalam
menyampaikan terdapat miskomunikasi antar pemerintah
dengan implementor; b. Kejelasan tujuan dan cara yang
digunakan dalam sebuah kebijakan menjadi penting agar
kandungan dari kebijakan tersebut dapat dipahami
maksud, tujuan dan bagaimana pelaksanaannya; c.
Konsistensi, setiap kebijakan yang menjadi acuan bagi
pelaksana harus konsisten dalam arti tidak
mengakibatkan kebingungan seperti halnya ada
penghapusan atau perubahan dari kebijakan, hal ini
Page 7
harus diperhatikan agar implementasi dari kebijakan
berjalan sesuai dengan tujuan.
Kedua, sumberdaya merupakan hal yang harus
tersedia agar implementasi kebijakan berjalan sesuai
dengan tujuan. Kelengkapan sarana dan prasarana sebagai
penunjang dalam bertugas. Sumberdaya yang dimaksud
adalah: a. Staf yang kuantitasnya serta kualitas dari
kemampuannya sesuai; b. Informasi diperlukan terkait
dengan bagaimana melaksanakan kebijakan serta data yang
mendukung; c. Kewenangan, dalam implementasi kebijakan
kewenangan bagi pelaksana perlu karena untuk
menggunakan dana dan sarana prasarana selain itu juga
untuk membuat kerjasama dengan pemerintah lainnya agar
kebijakan sesuai dengan tujuan; d. fasilitas dalam
pelaksanaan kebijakan tidak hanya staf, informasi dan
kewenangan yang diperlukan tetapi fasilitas sebagai
penunjang seperti kantor dan perlengkapan lain yang
dibutuhkan seperti komputer, alat tulis kantor dan
sebagainya.
Ketiga, Disposisi merupakan sikap dari pelaksana
kebijakan, dalam implementasi kebijakan harus ada
mufakat antara pemerintah dengan masyarakat yang
notabene merasakan dampak dari kebijakan. Yang perlu
diperhatikan adalah pengangkatan staf/pegawai dan
insentif. Selain itu juga masyarakat harus menyalurkan
Page 8
aspirasi agar pelaksanaan kebijakan sesuai dengan
tujuan. Terlebih lagi pelaksana kebijakan harus paham
terhadap maksud kebijakan sehingga akan menghasilkan
output.
Keempat, Struktur Birokrasi merupakan sumber untuk
melaksanakan kebijakan dimana para birokrat mengetahui
apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dan
juga untuk mempermudah tugas yang dilakukkan adalah
koordinasi dan pembagian tugas sesuai kemampuan atau
skill yang dibutuhkan. Untuk mendongkrak kinerja struktur
birokrasi dengan adanya standar operasional prosedur
dan fragmentasi adalah upaya penyebaran tanggung jawab
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas pegawai
diantara beberapa unit kerja.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Lokasi penelitian di Kabupaten Banyuwangi. Subyek dari
penelitian ini adalah birokrat khususnya anggota
Bappeda yang ada di Kabupaten Banyuwangi dan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait serta para
staf/pegawai selain itu juga masyarakat. Alasan
peneliti memilih subyek anggota Bappeda dengan SKPD
terkait karena berkaitan dengan judul yang peneliti
buat. Teknik Pengumpulan Data salah tiganya yakni
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Ketiga metode
Page 9
tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap
dan valid tentunya agar mempermudah penulis untuk
menggunakan dan mengolah data.
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan
teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus
sampai datanya jenuh. Selanjutnya, dalam penelitian
teknik yang digunakan menggunakan analisis data model
Miles dan Huberman yang dikelompokkan menjadi tiga
tahapan yaitu:
Data Reduction (Data Reduksi)
Data reduksi merupakan kegiatan merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting mencari tema dan polanya. Selanjutnya data
yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
Data Display (Penyajian Data)
Data display dilakukan setelah data reduksi.
Penelitian ini peneliti akan melakukan penyajian data
dalam bentuk gambar, tabel, grafik dan sejenisnya.
Selain itu dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
Page 10
sejenisnya. Penyajian data tersebut data akan
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga mudah untuk dipahami dari suatu kejadian dan
selanjutnya berdasarkan yang dipahami.
Conclusion Drawing/Verification (kesimpulan)
Langkah yang ketiga dalam analisis data yaitu
peneliti akan menarik kesimpulan awal yang masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan
yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih tidak jelas, sehingga setelah
dilakukan penelitian akan lebih jelas.
D. Hasil dan Pembahasan
Sinkronisasi RPJMD dengan RKPD yang sesuai maka akan
menghasilkan kebijakan yang hasil akhirnya akan
berujung pada harapan yang sama. Dalam hal ini
kebijakan yang terdapat dalam RPJMD, RKPD, dan SKPD
Page 11
terkait harus memiliki hubungan. Berdasarkan tema RKPD
Tahun 2013 menghasilkan kebijakan pengembangan produk-
produk unggulan sektor pertanian di masing-masing desa
(one village one product) yang menjadi tanggung jawab
Dinas Pertanian. Secara lebih spesifik aplikasi dari
RKPD adalah dengan membuat kebijakan pembangunan akses
jalan daerah yang terisolir dan pembangunan poros-poros
desa untuk mengurangi kesenjangan antara pedesaan dan
perkotaan yang secara lebih intensif menjadi tanggung
jawab Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi.
Sinkronisasi Progam dan Kegiatan Untuk
merealisasikan sebuah kebijakan perlu progam yang
tepat. Begitu juga dengan kegiatannya. Dinas Pertanian
telah menghasilkan kebijakan untuk mengembangkan
produk-produk unggulan sektor pertanian di setiap desa.
Program yang dilakukan adalah program peningkatan
produktivitas produksi pertanian dan perkebunan,
misalnya meningkatkan produktivitas padi dan bahan
pangan lokal lainnya baik mulai dari proses penanaman
hingga penanganan pasca panen atau proses
pengolahannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan selain
produktifitas hasil pertanian yakni bagaimana para
petani sebagai pekerja mendapat kesejahterahteraan.
Sasarannya adalah meningkatnya nilai tukar petani (NTP)
Page 12
dengan program peningkatan kesejahteraan petani
terdapat 3 kegiatan diantaranya seperti kegiatan
penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku
agrobisnis. Permasalahan kekurangan air akibat
kekeringan sehingga dibutuhkan waduk, embung dan dam
parit. Untuk di Kecamatan Cluring, Gambiran,
Pesanggaran, Kalipuro, Glagah, Licin, Muncar, Srono,
Genteng, Glenmore, Sempu, Songgon dan Singojuruh sudah
dibuat 15 unit waduk.
Selain upaya peningkatan pangan dan produksi padi
perlu diperhatikan adalah sumber daya manusia harus
mendapatkan pendidikan yang layak agar sejalan dengan
pembangunan daerah yang membutuhkan manusia yang
kompeten. Untuk mengetahui bagaimana sinkronisasi
program dan kegiatan, peneliti menejadikan program dan
kegiatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang dapat
dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1
Program dan Kegiatan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata
No
.
Program dan Kegiatan Sinkron Tidak
Sinkron1. Pementasan sanggar tari di
Jakarta sebagai upaya promosi
Page 13
seni dan budaya keluar daerah2. Pementasan/pagelaran wayang
kulit dalam rangka Hari Jadi
Banyuwangi
3. Peningkatan Peran dan Pemahaman
masyarakat terhadap situs
budaya
4. Pengembangan jaringan kerjasama
promosi pariwisata (festival
dan gelar makanan dan minuman
khas)
5. Kerjasama promosi pariwisata
dengan media elektronika dan
cetak
Sumber: LAKIP Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Tahun 2013
Selanjutnya rumusan maslaha kedua implementasi dari
RKPD Tahun 2013 dilihat dari empat indikator George C.
Edward, komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah
daerah dengan jajarannya dapat dikatakan tidak terdapat
masalah. Berbeda halnya ketika penyaluran komunikasi
dari pemerintah daerah dan SKPD kepada pelaksana
kebijakan di tingkat kecamatan banyak terjadi maslah
mulai dari tidak ada kejelasan dalam penyaluran
informasi dan ada perbedaan persepsi.
Indikator kedua yakni sumberdaya seperti sumber daya
manusia, anggaran dan fasilitas seperti kantor dan
Page 14
informasi yang diperlukan untuk dapat menjalankan tugas
dengan baik masih terdapat masalah seperti jumah
staf/pegawai kurang sehingga satu sataf merangkap
banyak tugas untuk merangkap tugas lainnya. Faktor
sumberdaya khususnya informasi terdiri atas dua bentuk.
Bentuk pertama adalah informasi yang berhubungan dengan
cara melaksanakan kebijakan. Informasi seperti ini
sangat penting bagi staf implementator khususnya ketika
menerima tugas dalam hal memahami substansi apa yang
seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan dalam
implementasi kebijakan yang lebih spesifik. Sedangkan
bentuk kedua adalah mengenai data kepatuhan dari para
pelaksana terhadap peraturan.
Disposisi merupakan salah satu penghambat yang nyata
dalam pelaksanaan kebijakan karena jika seorang staf
tidak memeliki dedikasi yang baik dalam melaksanakan
kebijakan maka sudah dapat dipastikan hasil kebiijakan
tersebut tidak akan maksimal. Menurut Edward insentif
salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi
masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan
memanipulasi insentif. Oleh karena itu pada umumnya
orang bertindak menurut kepentingannya sendiri. Dengan
cara menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin
akan menjadi faktor pendorong yang membuat para
pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik.
Page 15
Indikator terakhir adalah struktur birokrasi Menurut
Edward walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu
kebijakan tersedia atau para pelaksana kebijakan
mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai
keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan,
kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana
karena terdapat kelemahan dalam struktur birokrasi.
Struktur birokrasi yang ada di level kecamatan tidak
terlalu rumit pembagian tugasnya. Karena bagi mereka
program yang ada harus dikerjakan sehingga tidak ada
satu bidang yang tidak bekerja mungkin hanya beberapa
pegawai yang nakal, karena disetiap SKPD ada saja
pegawai yang nakal. Bagaimanapun struktur birokrasi
dibuat sebaiknya tidak terlalu panjang agar tidak
kesulitan dalam menjalankannya. Struktur birokrasi atau
juga bisa disebut dengan struktur organisasi. Menurut
Edward “struktur birokrasi yang terlalu panjang akan
cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-
tape, yakni prosedur yang rumit dan kompleks.”
E. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari observasi,
wawancara dan data maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Page 16
1.Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah
beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terdapat kebijakan yang tidak sesuai dengan tema
yang diangkat oleh RKPD. Selain itu SKPD yang
berkaitan memiliki perhatian terhadap output dari
kebijakan tidak memperhatikan prosesnya sehingga
staf pelaksana bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki tidak berusaha sebaik mungkin.
2.Progam dan kegiatan yang diusulkan dari tingkat
kecamatan tidak sedikit yang melenceng dari tema
sehingga kegiatan tersebut tidak diakomodir oleh
Bappeda.
3.Komunikasi dilakukan dengan jelas, melalui rapat,
koordinasi, sosialisasi mengenai Undang-Undang baru
juga melakukan konsultasi dan diskusi antara
pemerintah pusat ke pemerintah daerah dengan SKPD
terkait. Terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi
adalah kemampuan menerima informasi pegawai/staf
ditingkat kecamatan yang berbeda persepsi sehingga
hasil dari pelaksanaan berbeda pula.
2.Musrenbang merupakan ruang bagi masyarakat untuk
menyuarakan aspirasinya tetapi musrenbang di
desa/kelurahan tidak dilakukan tetapi langsung pada
musrenbang kecamatan sehingga masyarakat di
desa/kelurahan tidak dapat menyuarakan aspirasinya.
Page 17
3.Sumberdaya terdiri atas staf, dana/anggaran dan
fasilitas. Setiap dinas, badan dan kantor
pemerintahan memiliki masalah yang sama yaitu
kurangnya jumlah staf, sehingga satu staf merangkap
tiga tugas. Lalu sumberdaya dana/anggaran program
dan kegiatan yang beraneka macam dan dilakukan dalam
satu tahun, anggaran yang tersedia sedikit maka ada
program dan kegiatan yang belum bisa dilakukan.
Sedangkan sumberdaya fasilitas, seperti kantor,
sarana dan prasarana. Komputer, laptop dan keperluan
lain untuk menunjang pekerjaan merupakan sarana
prasana yang sudah tersedia.
4.Disposisi merupakan sikap dari pada pelaksana
kebijakan, dilihat dari sikap masing-masing
individunya ada yang baik dan ada yang buruk. Jika
staf baik maka tugas yang dikerjaan akan baik dan
pastinya juga memiliki keinginan untuk turut serta
dalam pelaksanaan kebijakan tetapi masih ada staf
yang nakal yang acuh terhadap kebijakan dan tugas
yang menjadi tanggungjawabnya tidak dilakukan sesuai
dengan yang diperintahkan.
5.Struktur birokrasi ada beberapa SKPD yang tidak
terlalu memperhatikan pentingnya membentuk struktur
birokrasi dan menjalankannya, yang terjadi
dilapangan adalah membuat struktur birokrasi sesuai
dengan kemampuan staf tetapi ada juga yang asal buat
Page 18
yang penting tidak ada kekosongan dalam struktur
birokrasi semua terisi oleh staf hal tersebut yang
membuat ketidaksesuaian tugas dan fungsi yang
diemban. Dan juga ketika melaksanakan kebijakan
tidak selalu berpedoman pada struktur birokrasi,
akibatnya ada staf yang mengambil peran disetiap
tugas, sehingga tidak jelas apa yang seharusnya
dilakukan.
Saran
1.Pemerintah daerah dan SKPD selaku pembuat
kebijakan dan staf sebgai pelaksana perlu
memperhatikan proses pelaksanaan kebijakan selain
memperhatikan output dari kebijakan sehingga proses
yang dilaksanakan berjalan dengan baik dan keluaran
dari kebijakan juga sesuai dengan harapan. Sehingga
staf pelaksana perlu diberi bimbingan teknis dan
bimbingan pelaksanaan agar mampu bertugas sesuai
kemampuan dan bekerja keras.
2.Masyarakat membutuhkan ruang untuk menyuarakan
aspirasinya melalui musrenbang kecamatan tetapi juga
musrenbang desa/kelurahan tetapi tidak tersedia maka
dari itu Bappeda perlu memberi perintah kepada
kepala desa/kelurahan agar melakukan musrenbang
dimasing-masing desa/kelurahan.
Page 19
3.Pemerintah daerah dan SKPD terkait perlu melakukan
pemaparan mendalam mengenai kebiijakan yang akan
dilakukan sehingga pelaksana ditingkat kecamatan
mengetahui hal-hal apa saja yang sesuai dengan
substansi kebijakan.
4.Kepala desa/kelurahan perlu melakukan musrenbang
untuk masyarakat menyampaikan aspirasinya maka dari
Bappeda juga perlu melakukan koordinasi dan
pengawasan agar musrenbang desa/kelurahan berjalan
setiap tahunnya.
5.Kekurangan staf menjadi masalah disetiap SKPD maka
dari itu staf yang tersedia perlu bekerja keras dan
dapat menyelesaikan tugas dengan tepat waktu dan
baik maka akan diberi reward berupa pujian agar
lebih semangat lagi dalam bertugas. Anggaran
digunakan dengan bijak lebih kepada kebutuhan pokok
sehingga tidak ada kekurangan jika sudah menggunakan
sesuai dengan kebutuhan.
6.Dalam merekrut calon staf perlu diseleksi secara
cermat tidak asal comot atau berdasarkan
kekeluargaan. Dengan seleksi menggunakan merit
sistem dalam merekrut staf baru maka hasilnya akan
baik.
7.Karena struktur birokrasi merupakan faktor penentu
keberhasilan pelaksanaan kebijakan maka perlu ada
standar operasional prosedur sehingga staf yang
Page 20
bekerja akan mengukur pekerjaannya apakah sudah
sesuai dengan standar, yang perlu diperhatikan
adalah staf tersebut jujur dan memiliki keinginan
terhadap pelaksanaan kebijakan atau staf yang loyal
itu bisa terjadi jika atasan menghormati kinerja
staf jika mampu bekerja dengan baik dan tepat waktu.
Daftar Pustaka
Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik.Bandung: CV. Alfabeta
Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik.Jakarta: Rajawali Pres.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Parsons, Wayne. 2008. Pengantar Teori dan PraktikAnalisis Kebijakan. Jakarta: Kencana
Santoso, Pandji. 2012. Administrasi Publik. Bandung:PT. Refika Aditama
Subarsono. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatifdan R&D. Bandung: CV. Alfabeta
Suyatno, Bagong, Sutinah. 2007. Metode PeneitianSosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Todaro, Michael P. 1987. Pembangunan Ekonomi di DuniaKetiga. Jakarta:
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta: Presindo
Page 21
Dokumen
Banyuwangi Dalam Angka (BDA) Tahun 2011, 2012 dan 2013.Banyuwangi: Badan Pusat Statistik
KUA (Ketentuan Umum APBD) Periode 2013. Banyuwangi:Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(LAKIP) Tahun 2013. Banyuwangi: Kabupaten Banyuwangi
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahun2013. Banyuwangi: Kabupaten Banyuwangi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2013.Banyuwangi: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
RIPE (Rencana Induk Pengembangan Ekonomi ) Periode2014-2025. Banyuwangi: Badan Perencanaan PembangunanDaerah
RKPD Kabupaten Banyuwangi Periode 2012. Banyuwangi:Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KabupatenBanyuwangi.
RKPD Kabupaten Banyuwangi Periode 2013. Banyuwangi:Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KabupatenBanyuwangi.
RPJMD Kabupaten Banyuwangi Periode 2010-2015.Banyuwangi. Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Banyuwangi
Jurnal Online
Indrasari, Viki. 2011. Analisis faktor-faktor yangmempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah,Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, dalamhttp://eprints.undip.ac.id/34956/, diakses:12 Oktober2014 pukul 06:46
Page 22
Sularso, Havid, Retianto, Yanuar E. 2011. PengaruhKinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal danPertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah,Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Jendral SoedirmanVol. 1 No. 2, dalamhttp://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/journal_MRA/article/view/22 14 Oktober 2012 pukul 08:20
Sunusi, Dewi Kurniawati. 2014. Analisis Pengaruh JumlahTenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, PengeluaranPemerintah pada Pertumbuhan Ekonomi dan DampaknyaTerhadap Kemiskinan di Sulawesi Utara Tahun 2001-2010,Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Vol.14 No. 2, dalamhttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jbie/article/view/4732 12 Oktober 2014 pukul 06: 55
Rinaldi, Rafli. 2013. Analisis Pengaruh KonsumsiPemerintah, Investasi Pemerintah, Investasi Swasta, danAngka Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional(Studi Kasus Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2011),Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Brawijayadalamhttp://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/641 12 Oktober 2014 pukul 06: 59