SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM INOVASI PELAYANAN BERKELANJUTAN INSEMINSI BUATAN DAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI DI KABUPATEN PINRANG Disusun dan diusulkan oleh BAHARUDDIN Nomor Stambuk: 1056 1047 9013 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PROGRAM INOVASI PELAYANAN BERKELANJUTAN
INSEMINSI BUATAN DAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI
DI KABUPATEN PINRANG
Disusun dan diusulkan oleh
BAHARUDDIN
Nomor Stambuk: 1056 1047 9013
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
SKRIPSI
IMPLEMENTASI PROGRAM INOVASI PELAYANAN BERKELANJUTAN
INSEMINSI BUATAN DAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI
DI KABUPATEN PINRANG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Study Dan Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan diusulkan oleh
BAHARUDDIN
Nomor Stambuk: 1056 1047 9013
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa : Baharuddin
Nomor Stambuk : 1056104790 13
Program Studi : Ilmu Administrasi Negara
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri dengan
merujuk pada kaidah kepenulisan ilmiah dan telah melakukan uji coba/tes plagiat.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai
aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 28 Januari 2020
Yang Menyatakan
Baharuddin
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada terhitung kepada seluruh
makhluknya terutama manusia. Demikian pula salam dan shalawat kepada Nabi
kita Muhammad SAW yang merupakan panutan dan contoh kita di akhir zaman.
Dengan keyakinan ini sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Program Inovasi Pelayanan Berkelanjutan Inseminasi Buatan
dan Gangguan Reproduksi Sapi di Kabupaten Pinrang”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang saya ajukan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Negara pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiayah Makassar.
Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada
kedua orang tua penulis, Ayahanda Bahri dan Ibunda tercinta Bahria yang
senantiasa memberikan harapan, semangat, kasih sayang, dan do‟a tulus yang
tanpa pamrih serta saudara-saudaraku yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat hingga akhir studi ini. Semoga apa yang telah mereka
berikan kepada penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia
dan di akhirat, Amin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Nasrulhaq, S.Sos, MPA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi
Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos, M.AP selaku sekretaris Jurusan Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak Dr. H. Muh. Isa Ansari, M.si selaku Pembimbing I dan Ibu Nurbiah
Tahir, S.sos., M.AP selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
5. Ibu Sitti Rahmawati Arfah, S.Sos., M.Si selaku penasehat akademik.
6. Seluruh Dosen Pengajar, Staf dan Pegawai Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Pinrang, sebagai tempat meneliti penulis,
yang sudah menerima dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Seluruh sahabat Administrasi Negara Angakatan 2013.
9. Kepada semua Rekan, Sahabat, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih.
10. Untuk semua keluarga yang telah mendukung dalam penyelesaian skripsi,
terima kasih atas bantuan serta doanya.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis menyadari
bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun penulis sangat harapkan. Semoga karya skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca, Amin.
Makassar, 28 Januari 2020
Baharuddin
ABSTRAK
BAHARUDDIN. Implementasi Program Inovasi Pelayanan Berkelanjutan
Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi di Kabupaten Pinrang, pembimbing H. Isa Ansari dan Nurbiah Tahir.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui perilaku organisasi dan antar
organisasi dalam menentukan keberhasilan implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di
Kabupaten Pinrang; 2) mengetahui perilaku birokrasi level bawah dalam
memahami implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang; dan 3) mengetahui
perilaku kelompok sasaran terhadap keberhasilan program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten
Pinrang.
Metode penelitian dengan lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas
Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian kualitatif dengan
sumber data terdiri atas data primer dan data sekunder. Informan penelitian terdiri
atas Kepala Dinas, penyuluh peternakan dan peternak sapi. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi dan pedoman wawancara. Teknik analisis data
meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
Hasil penelitian menemukan bahwa perilaku organisasi dan antar organisasi
menentukan keberhasilan implementasi melalui perbaikan/penguatan struktur
organisasi, melakukan kerjasama antar organisasi, mengembangkan berbagai
kepentingan antar organisasi dan tindakan untuk pencapaian tujuan organisasi
dalam hal ini pemerintah atas pelaksanaan program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten
Pinrang. Perilaku birokrasi level bawah mendukung implementasi program pada
tingkatan penyuluh penternakan untuk menerapkan koordinasi, penyuluhan,
monitoring dan evaluasi atas program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Perilaku kelompok
sasaran menentukan keberhasilan program yang ditujukan kepada kelompok
peternak sapi sebagai sasaran penerima manfaat sesuai advokasi, pemeliharaan,
simulasi dan partisipatif dalam penyelenggaraan program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten
Pinrang.
Kata Kunci: Implementasi, Program Inovasi Pelayanan Berkelanjutan,
Inseminasi Buatan dan Gangguan Reproduksi Sapi.
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... i
KATA PENERIMAAN TIM ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL........................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Konsep ................................................................ 9
B. Kerangka Pikir .................................................................... 28
C. Fokus Penelitian .................................................................. 29
D. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ...................................... 31
B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................ 31
C. Sumber Data .............................................................. 32
D. Informan Penelitian .................................................... 32
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 33
F. Teknik Analisis Data .................................................. 34
G. Keabsahan Data ......................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Singkat Objek Penelitian ............................. 38
B. Hasil Penelitian .......................................................... 44
C. Pembahasan ............................................................... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................... 90
B. Saran ......................................................................... 91
pengamatan empirik tentang penelitian. Kegiatan pengamatan dan
wawancara, tidak ditentukan waktu secara ketat namun peneliti
menyesuaikan diri dengan kegiatan dan kebiasaan, baik kegiatan
perorangan maupun bersama. Mendukung kedua teknik pengumpulan data
tersebut, peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi,
wawancara dan pencatatan hasil kegiatan. Selain itu digunakan rekaman
peristiwa (camera digital) dan walkman untuk kegiatan wawancara yang
dapat mengabadikan kenyataan yang ada di tempat penelitian.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu penggunaan catatan-catatan atau pengambilan
gambar yang ada di lokasi penelitian untuk dijadikan referensi sumber
yang relevan dengan penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
aktivitas yang difokuskan untuk mengolah data-data yang telah didapatkan
oleh peneliti melalui kegiatan wawancara, observasi dan teknik dokumentasi
dalam hubungannya dengan implementasi program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten
Pinrang.
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti
dalam penelitian ini adalah melakukan kegiatan proses analisis data. Hal ini
ditujukan untuk memilih data-data yang telah terkumpul pada saat penelitian
dilaksanakan, yang selanjutnya analisis data kualitatif terbagi dalam tiga tahap
yaitu:
1. Reduksi Data
Saat peneliti melakukan pengambilan data di lapangan banyak
kerumitan yang dilalui dengan mewawancarai sumber data utama, peneliti
mencatat, merekam semua jawaban yang dikemukakan oleh sumber data,
beragam data yang penulis peroleh. Ada jawaban yang sama ada juga
jawaban yang berbeda terhadap setiap pertanyaan yang diajukan.
Maka yang harus dilakukan peneliti yaitu melakukan analisis
melalui mereduksi data, mereduksi data berarti merangkum semua hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian memilah dan
mengambil hal-hal yang penting, yang difokuskan pada permasalahan
yang ingin dikaji oleh peneliti dengan berdasarkan pada indikator yang
dikembangkan dalam pedoman wawancara yang terkait dengan
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.
2. Menyajikan Data
Langkah utama kedua dari kegiatan analisis data ini peneliti
banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari
kata yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Setelah mereduksi data
sesuai dengan hal-hal pokok yang difokuskan pada permasalahan yang
ingin dikaji, langkah selanjutnya adalah peneliti menyajikan data tersebut
dalam bentuk narasi. Artinya, setiap fakta dan informasi yang didapatkan
yang terjadi ataupun tidak ditemukan peneliti, kemudian dinarasikan dan
diberikan interprestasi terhadap fenomena-fenomena tersebut.
Penyajian data dilakukan agar data hasil reduksi terorganisirkan,
memberikan pemahaman kepada peneliti mengenai fenomena yang terjadi,
setelah itu peneliti merencanakan tindakan selanjutnya yang harus diambil
berdasarkan pemaknaan terhadap fenomena tersebut. Pada langkah ini
peneliti berusaha menyusun/menyajikan data sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya terjadi yang berkenaan dengan implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi
di Kabupaten Pinrang.
3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya adalah verikasi data, Proses untuk
mendapatkan kebenaran laporan inilah yang disebut verifikasi data.
verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian
dilakukan,sejak pertama kali memasuki lapangan dan selama proses
pengumpulan data. Peneliti berusaha untuk menganalisis lebih lanjut dan
mencari makna dari data ulang dikumpulkan, berbobot dan kuat sedang
data lain yang tidak menunjang, Selanjutnya dituangkan dalam bentuk
kesimpulan yang masih bersifat naratif.
Setelah data disajikan dan diverifikasi dalam bentuk naratif
berdasarkan pemaknaan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di
lapangan, langkah peneliti selanjutnya adalah menarik kesimpulan
berdasarkan pemaparan data tersebut. Penyimpulan data sesuai dengan
fokus masalah, kesimpulan yang diajukan sekaligus sebagai temuan
penelitian.
G. Keabsahan Data
Data yang terkumpul dilakukan pengabsahan data melalui pengecekan
dengan triangulasi (buktinya melakukan pengamatan yang melibatkan unsur
peneliti, metode dan obyek yang diamati), sesuai pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data bersangkutan untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding. Teknik triangulasi yang
digunakan adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode (Sugiyono, 2006).
Teknik triangulasi digunakan sesuai dengan sumber, teknik dan waktu.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Singkat Obyek Penelitian
1. Gambaran Umum Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Pinrang
Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang mempunyai
Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu memperhitungkan potensi, peluang, dan
kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategis Dinas
Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang memiliki visi dan misi.
Selanjutnya, sasaran yang ingin dicapai dan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam tiap tahunnya tertuang dalam Formulir Rencana
Kinerja Tahunan yang merupakan lampiran dari Laporan Akuntabilitas
Kinerja Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang.
Rencana Strategis Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Pinrang disusun sebagai alat kendali dan tolok ukur bagi manajemen
dalam penyelenggaraan pembangunan 5 (lima) tahun dan tahunan serta
untuk penilaian keberhasilan. Di samping itu, juga ditujukan untuk
memacu penyelenggaraan pembangunan agar lebih terarah dan menjamin
tercapainya sasaran strategis pembangunan 5 (lima) tahun mendatang.
Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana
instansi pemerintah harus dibawa dan berkarya agar konsisten dan dapat
eksis, antisipatif, inovatif serta produktif. Visi tidak lain adalah suatu
gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan berisikan cita dan
citra yang ingin diwujudkan oleh instansi pemerintah. Dengan mengacu
pada batasan tersebut, visi Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Pinrang dijabarkan sebagai berikut: “Mewujudkan Peternakan dan
Perkebunan yang tangguh, berkelanjutan dan berbasis sumber daya lokal
melalui akselerasi produktivitas kawasan dan pemanfaatan teknologi tepat
guna”.
Memenuhi visi tersebut, dicanangkan misi. Misi adalah suatu yang
harus dilaksanakan oleh organisasi (Instansi Pemerintah) agar tujuan
organisasi dapat tercapai dan berhasil dengan baik. Dalam rangka
mewujudkan visi pembangunan pertanian, perkebunan dan hortikultura
tersebut, maka perlu dirumuskan misi yang dapat menggerakkan dan
mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai melalui berbagai
upaya dalam pelaksanaannya. Disusunlah Misi Dinas Peternakan dan
Perkebunan Kabupaten Pinrang sebagai berikut :
a. Meningkatkan produksi tanaman pangan, hortikultura dan peternakan
unggulan daerah melalui pengembangan kawasan;
b. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan
peternakan melalui usaha pasca panen dan pengolahan hasil dengan
memberdayakan kelompok tani;
c. Meningkatkan ketersediaan pangan pokok daerah mendukung
ketahanan pangan nasional;
d. meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk
pertanian/peternakan unggulan;
e. Mendorong berkembangnya usaha pertanian/peternakan yang berbasis
pedesaan.
2. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Pinrang
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris Dinas
c. Bidang Pengembangan Produksi dan Agribisnis Peternakan
d. Bidang Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Penyuluhan Peternakan
e. Bidang Pengembangan Perkebunan
f. Bidang Agribisnis dan Penyuluhan Perkebunan
g. UPTD
Lebih jelasnya struktur organisasi digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2
Struktur Organisasi
Tugas pokok Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten
Pinrang adalah melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan
asas otonomi, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan pada
bidang peternakan dan kesehatan hewan. Selanjutnya fungsi Dinas
Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang adalah:
a. Perumusan kebijakan teknis Dinas Peternakan dan Perkebunan
b. Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum lintas
kabupaten/ kota di bidang peternakan dan perkebunan
Kepala Dinas
Sekretaris Dinas
Subbagian
Program
Subbagian
Keuangan
Subbagian
Umum,
Kepegw dan
Hukum
Kelompok Jabatan
Fungsional
Bid. Agribisnis &
Penylhn Perkebn
Seksi Kelembg, Ketenagaan & Penylh
Perkebn
Seksi Penglhan, Pemsran & Promosi Hasil
Perkebn
Seksi Bimbingan Usaha
Perkebn
Bid. Pengembangan
Perkebunan
Seksi Perlindungan
Tanaman Perkebn
Seksi Perbenihan &
Produksi Perkebn
Seksi Prasarana &
Sarana Perkebn
Bid. Kes. Hewan, Kes. Masy Veteriner & Penylhn Peternk
Seksi Kesehatan Hewan
Seksi Kes. Masy. Veteriner
Seksi Kelembagaan,
Ketenagaan dan Penylh
Peternakan
Bid. Pengemb Produksi
& Agribisnis Peternk
Seksi Agribisnis &
Perizinan Usaha Peternk
Seksi Budidaya dan
Reproduksi Peternk
Seksi Pakan, Prasarana
& Sarana Peternk
UPTD
c. Pembinaan teknis bidang peternakan dan kesehatan hewan
d. Pembinaan jabatan fungsional
e. Pelaksanaan urusan ketatausahaan
Berdasarkan deskriptif gambaran umum objek penelitian, maka
ditetapkan beberapa informan penelitian yang memberikan informasi
mengenai implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.
Informan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Ir. H. Ilyas, M.Si, selaku Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan
(IL)
b. Penyuluh Pengembangan Program
1) Drh. I Gde Andhika P (GA)
2) Armun, S.Pt (AR)
3) Patang, S.Pt. (PA)
c. Masyarakat Peternak Sapi/Kelompok Ternak
1) Basir (BS)
2) Asdar (AS)
3) Umar (UM)
Berikut peneliti melakukan wawancara dengan informan IL, selaku
Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan untuk menanyakan sejauhmana
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Petikan wawancara
dengan informan:
“Selaku kepala dinas dalam mengimplementasikan kebijakan
pemerintah berupa program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi telah dijalankan
sesuai dengan perilaku yang diemban oleh pihak yang terlibat baik
perilaku antar organisasi pemerintah atau masyarakat, perilaku
level bawah dan perilaku kelompok sasaran. Intinya implementasi
ini harus melibatkan pihak pemerintah dari berbagai organisasi,
pihak penyuluh peternakan secara khusus dan masyarakat
peternak” (21 November 2019).
Selanjutnya peneliti mewawancarai GA selaku penyuluh
pengembangan program. Berikut petikan wawancara dengan informan:
“Sebagai penyuluh peternakan, dalam mengimplementasikan
kebijakan program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang
berupaya menjalankannya sebagai fasilitator antara pihak
pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dengan kelompok
peternak sapi dalam rangka meningkatkan produksi peternakan
dalam setiap tahunnya. Program ini memberi manfaat dalam
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan seluruh pihak yang
terkait” (22 November 2019).
Berdasarkan uraian dan hasil wawancara dengan informan di atas
menunjukkan bahwa pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dan
Perkebunan telah mengimplementasikan program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi dengan
berbagai oranisasi yang terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan,
Kecamatan/Desa dan lainnya yang berkaitan dengan peternakan sapi,
termasuk pula keterlibatan penyuluh peternakan yang memberikan
bimbingan, pendampingan atau bantuan yang berkaitan dengan program
inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi kepada peternak sebagai sasaran tujuan.
B. Hasil Penelitian
Implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Implementasi
program pengembangan berdasarkan pada model implementasi perilaku
organisasi dan antar organisasi, perilaku birokrasi level bawah dan perilaku
kelompok sasaran.
1. Perilaku Organisasi dan Antar Organisasi
Perilaku organisasi dan antar organisasi adalah sikap dan tindakan
yang ditunjukkan pihak instansi terkait dalam implementasi program
inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi dalam hal ini diterapkan oleh Dinas Peternakan dan
Perkebunan Kabupaten Pinrang. Terdapat empat aspek yang dibangun di
dalam melihat perilaku organisasi dan antar organisasi dalam melakukan
implementasi program inovasi yaitu perbaikan atau penguatan struktur
organisasi, melakukan kerjasama antar organisasi, mengembangkan
berbagai kepentingan antar organisasi dan tindakan untuk pencapaian
tujuan organisasi.
a. Perbaikan dan Penguatan Struktur Organisasi
Perilaku organisasi dan antar organisasi melalui perbaikan dan
penguatan struktur organisasi dalam implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi,
mengacu kepada Peraturan Bupati Pinrang Nomor 46 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Peternakan dan Perkebunan. Struktur organisasi dinas kedudukannya
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah. Susunan dari struktur organisasi secara rinci meliputi:
1) Kepala Dinas
2) Sekretariat, terdiri atas Subbagian Program, Subbagian Umum,
Kepegawaian dan Hukum, serta Subbagian Keuangan.
3) Bidang Pengembangan Produksi dan Agribisnis Peternakan terdiri atas
Seksi Budidaya dan Reproduksi Peternakan, Seksi Pajak, Prasarana
dan Sarana Peternakan, serta Seksi Agribisnis dan Perizinan Usaha
Peternakan.
4) Bidang Pengembangan Perkebunan terdiri atas Seksi Perbenihan dan
Produksi Perkebunan, Seksi Prasarana dan Sarana Perkebunan dan
Seksi Perlindungan Tanaman Perkebunan.
5) Bidang Agribisnis dan Penyuluhan Perkebunan terdiri atas Seksi
Kelembagaan, Ketenagaan dan Penyuluhan Perkebunan, Seksi
Pengolahan, Pemasaran dan Promosi Hasil Perkebunan dan Seksi
Bimbingan Usaha Perkebunan.
6) Unit Pelaksana Teknis Dinas
7) Kelompok Jabatan Fungsional
Berdasarkan penjelasan di atas, dipahami bahwa perilaku
organisasi dan antar organisasi diterapkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersebut kaitannya dengan
implementasi program inovasi, maka peneliti melakukan wawancara
dengan informan IL, selaku Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan
untuk menanyakan perilaku organisasi dan antar organisasi dilihat dari
sikap dan tindakan yang ditunjukkan dalam implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi
di Kabupaten Pinrang. Petikan wawancara dengan informan:
“Bagi Dinas Peternakan dan Perkebunan dalam menjalankan implementasi program ini diperlukan perbaikan dan penguatan struktur organisasi dari masing-masing organisasi yang terkait. Ini penting untuk mensinkronisasikan dan mewujudkan koordinasi antar organisasi dalam melakukan implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ternak sapi di Kabupaten Pinrang” (21 November 2019). Hasil wawancara dapat dimaknai bahwa perilaku antar organisasi
menjadi penting di dalam mengimplementasikan program ini guna
memberikan perbaikan dan penguatan struktur organisasi. Aktualisasinya
dengan berkoordinasi dalam melakukan inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi guna meningkatkan produksi
ternak sapi.
Selanjutnya peneliti mewawancarai AR selaku penyuluh
pengembangan program untuk menanyakan apa saja perbaikan dan bentuk
penguatan struktur organisasi yang diterapkan dalam implementasi
program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi. Berikut petikan wawancara dengan informan:
“Bagi kami sebagai penyuluh dalam memperbaiki dan memperkuat
struktur organisasi diperlukan beberapa bentuk penguatan yang
mendukung implementasi program tersebut dengan menjalankan
tugas pokok dan fungsi masing-masing unit kerja organisasi, yang
searah dengan visi dan misi yang ingin dicapai dalam
meningkatkan produksi ternak sapi” (22 November 2019).
Hasil wawancara dengan informan dapat dimaknai bahwa
perbaikan dan penguatan struktur organisasi menjadi penting dalam
mendukung keberhasilan program inovasi pelayanan berkelanjutan yang
dilakukan antar organisasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-
masing unit kerja yang terkait.
b. Kerjasama Antar Organisasi
Kerjasama antar organisasi dalam hal ini kerjasama dalam
melakukan budidaya dan reproduksi peternakan dengan melakukan
inventarisasi, identifikasi, pengembangan dan pembinaan teknis, evaluasi
dan analisis, pengendalian dan pengawasan terhadap budidaya dan
reproduksi peternakan seperti pengembangan bioteknologi, pengembangan
pembibitan dan perkawinan (inseminasi) serta penyebaran ternak dari
tingkat Pusat, Privinsi dan Kabupaten/Kota. Adapaun benrtuk tugas pada
tingakat masing masing kelompok kerja sebagai berikut:
1. Kelomok kerja di tingkat Pusat:
a. Pemantauan pelaksanaan kegiatan supervisi dan pendampingan
UPSUS SIWAB
b. Evaluasi dan pelaporan supervisi dan pendampingan UPSUS
SIWAB di tingkat nasional
c. Memonitor laporan masing–masing penanggungjawab Provinsi
dan Kabupaten/Kota
d. Menyusun dan melaporkan hasil rekapitulasi pelaksanaan
kegiatan supervisi dan pendampingan Provinsi
e. Menyerahkan rekapitulasi laporan tingkat Provinsi kepada
Direktur Jenderal PKH.
2. Kelompok kerja di tingkat Provinsi
a. Melakukan rekapitulasi laporan masing-masing Kabupaten/Kota
b. Menyerahkan rekapitulasi laporan kepada Ketua UPSUS
SIWAB.
3. Kelompok kerja di tingkat Kabupaten/Kota
a. Melakukan rekapitulasi laporan masing–masing Puskeswan
terhadap pencapaian kegiatan SIWAB.
b. Menyerahkan rekapitulasi laporan kepada Sekretariat Dinas
PKH di tingkat Provinsi
Adapun persentase pelaksanaan kerjasama dalam melakukan
budidaya dan reproduksi peternakan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Persentase Penyelenggaraan Budidaya dan Reproduksi
produktif, peningkatan Skor kondisi tubuh (Body Condition Score) Sapi,
Pengawalan dan Pendampingan, Penguatan Sistem Data dan Informasi
serta penguatan kelembagaan. Tidak ada cita-cita besar yang dicapai
dengan mudah, perlu perjuangan dan kegigihan untuk menggapainya.
Untuk meraih kesuksesan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan
program harus diselesaikan secara tepat.
Peneliti melakukan wawancara dengan informan IL, selaku
Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan untuk menanyakan perilaku
birokrasi level bawah dilihat dari kegiatan monitoring dan evaluasi dalam
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Petikan wawancara
dengan informan:
“Sebagai penanggungjawab program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi maka
pihak dinas melakukan monitoring dan evaluasi yang berkaitan
dengan perkembangan jumlah akseptor yang dikawinkan, jumlah
kebuntingan, dan kelahiran sapi di wilayah tertentu secara harian
oleh petugas di kecamatan secara online” (21 November 2019).
Makna hasil wawancara ini, setiap implementasi dari program
pemerintah perlu dimonitoring dan dievaluasi berkaitan dengan
keberhasilan dan kegagalan yang dapat dinilai. Keberhasilan yang telah
dicapai menjadi penting untuk dipertahankan dan kegagalan yang dialami
menjadi pelajaran untuk diperbaiki dan terus dikembangkan dalam
mengimplementasikan program sesuai dengan harapan.
Selanjutnya peneliti mewawancarai PA selaku penyuluh
pengembangan program untuk menanyakan apa saja bentuk monitoring
dan evaluasi yang diterapkan dalam implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi.
Berikut petikan wawancara dengan informan:
“Telah diintensifkan hal yang berkaitan dengan peningkatan
produksi peternakan dengan terus memberikan pencerahan dan
penyuluhan kepada peternak tentang pentingnya pengembangan
jumlah akseptor yang dikawinkan, jumlah kebuntingan, dan
kelahiran sapi di wilayah tertentu secara harian oleh petugas di
kecamatan secara online. Program ini menjadi tepat untuk
diterapkn kepada para peternak sapi” (22 November
2019).
Hasil wawancara dengan informan dapat dimaknai aktivitas
monitoring dan evaluasi menjadi penting untuk diimplementasikan kepada
para peternak yang dilakukan oleh para pelaku level bawah dalam hal ini
penyuluh peternakan dan kelompok peternak untuk memberikan
pencerahan kepada peternak sapi.
Uraian hasil penelitian dan wawancara di atas, menunjukkan
bahwa perilaku birokrasi level bawah dari hasil pengamatan atas
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi telah ditearpkan melalui koordinasi,
penyuluhan, monitoring dan evaluasi atas program dan kegiatan yang di
tingkat kecamatan, desa/kelurahan, RW dan RT). Perilaku birokrasi level
bawah masih perlu mendapat perhatian dalam hal koordinasi dan kegiatan
penyuluhan berupa penambahan fasilitas, penambahan petugas penyuluh,
penambahan anggaran untuk membiayai program. Selain itu, untuk
penerapan monev (monitoring dan evaluasi) saat ini masih bersifat tindak
lanjut atas pelaksaan tupoksi, belum bersifat penguatan dalam melakukan
inovasi pelayanan yang berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi.
3. Perilaku Kelompok Sasaran
Perilaku kelompok sasaran adalah sikap dan tindakan yang
ditunjukkan dalam implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi yang ditujukan kepada
kelompok sasaran yaitu kelompok peternak sasaran penerima manfaat.
Wujud perilaku kelompok sasaran ditentukn oleh aspek perilaku advokasi,
pemeliharaan, simulasi dan partisipatif atas program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi.
a. Perilaku Advokasi
Perilaku advokasi yang dimaksud adalah sebuah perilaku
kelompok sasaran dalam hal ini peternak. Kementerian Pertanian mencoba
merealisasikan program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi dengan menempatkan masyarakarat
peternak melalui kelompok atau individu. Hal ini sangat mendasar karena
menempatkan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan, tapi
sebagai subjek pembangunan. Jadi menitikberatkan pada partisipasi
masyarakat baik melalui kelompok maupun dalam pendekatan individu.
Indikasi partisipasi dalam perilaku advokasi tersebut munculnya gairah
dan kreativitas bersama meningkatkan populasi ternak melalui IB.
Konsep pendekatan partisipatif memberikan kesempatan kepada
masyarakat peternak melalui kelompok (organisasi peternak) untuk terlibat
dalam program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan
gangguan reproduksi sapi.
Partisipasi masyarakat peternak melalui kelompok peternak dalam
setiap tahapan program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi sangat penting, karena:
1) Memperlancar program melalui dukungan moral peternak.
2) Peternak merupakan sumber informasi yang sangat berharga untuk
tujuan program.
3) Menumbuhkan rasa ikut memiliki dan bertanggung jawab terhadap
keberhasilan program.
4) Kelompok peternak dapat lebih berperan dan berfungsi sehingga
mendorong tercapainya tujuan program.
5) Mengurangi kemungkinan kegagalan program, karena dapat
dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan aspirasi para peternak.
Pendekatan yang dimulai dari peternak melalui kelompok peternak,
berarti melaksanakan konsep pendekatan dari bawah atau dari peternak
yang akan menerima manfaat langsung dari program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi. Dengan
pendekatan dari bawah ini, maka peternak ditempatkan sebagai pusat
perhatian.
Peneliti mewawancarai GA selaku penyuluh pengembangan
program untuk menanyakan perilaku advokasi kelompok sasaran yang
diterapkan dalam implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi. Berikut petikan
wawancara dengan informan:
“Sebagai penyuluh peternak sapi, saya selalu melakukan advokasi
pada peternak sapi dalam rangka untuk menumbuhkan gairah dan
kreativitas bersama untuk meningkatkan populasi ternak melalui
inseminasi buatan dan mengatasi gangguan reproduksi sapi,
sehingga pencerahan ini memberikan motivasi bagi perilaku
kelompok sasaran untuk terus meningkatkan produksi sapi” (22
November 2019).
Hasil wawancara ini bermakna bahwa kelompok sasaran
membutuhkan masukan, pencerahan atau rangsangan dalam menjalankan
program pemerintah dalam meningkatkan produksi sapi. Itulah pentingnya
penyuluhan harus dilakukan secara intensif ke kelompok sasaran peternak
sapi untuk mendapatkan inovasi pelayanan inseminasi buatan dan
gangguan reproduksi sapi.
Peneliti kemudian mewawancarai salah seorang peternak sapi yaitu
informan BS untuk menanyakan bagaimana perilaku advokasi dalam
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Berikut petikan
wawancara dengan informan:
“Saya sebagai peternak sapi mendapatkan penyuluhan dari para
penyuluh peternakan berupa implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan di mana produksi ternak sapi saya
mengalami peningkatan setiap tahun dengan tingkat reproduksi
ternak sapi subur dan selalu bunting yang memotivasi saya untuk
terus menggeluti usaha peternakan sapi saya” (24 November 2019).
Hasil wawancara dengan informan dapat dimaknai perilaku
kelompok sasaran telah menerima manfaat dari implementasi program
inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi dari para penyuluh peternakan, yang menyebabkan
produksi ternak sapi meningkat setiap tahun, demikian pula dengan
produksi daging sapi juga mengalami peningkatan.
b. Perilaku Pemeliharaan
Perilaku pemeliharaan pada kelompok sasaran adalah bentuk
pemberdayaan peternak melalui kelompok peternak agar dapat
meningkatkan kualitas hidupnya dan berperan aktif dalam mensukseskan
program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi. Pemberdayaan kelompok atau masyarakat (community
empowerment) adalah suatu proses yang bertujuan mengembangkan dan
memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses
pembangunan yang berlangsung secara dinamis. Dengan demikian,
masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi, serta dapat
mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri.
Pendekatan pemberdayaan kelompok peternak dalam program
inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi menempatkan manusia pada posisi pelaku dan penerima
manfaat dari program. Dengan demikian, masyarakat (peternak) harus
mampu meningkatkan kualitas kemandirian mengatasi masalah yang
dihadapi. Pemberdayaan kelompok atau masyarakat bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kemampuan kelompok–kelompok masyarakat dalam
berprakarsa untuk menangkap berbagai peluang ekonomi.
2) Mendorong tumbuhnya masyarakat swadaya yang siap berkembang
sendiri dalam mengatasi berbagai kendala/kelemahan yang
dimilikinya.
3) Memperkuat dan mengoptimalkan lembaga-lembaga formal dan
informal di tingkat perdesaan serta meningkatkan partisipasi
masyarakat.
4) Agar kelompok peternak lebih efektif, berkembang dan berdaya,
melalui kelompok peternak, setiap peternak tidak hanya berhadapan
dengan program. Peternak seharusnya memiliki pengetahuan tentang
sistem pengelolaan usaha peternakan. Untuk itu, peternak diajarkan
cara pengolahan sumber daya lokal (sisa hasil pertanian) sebagai bahan
pakan berkualitas, dan pelatihan pemanfaatan sisa hasil peternakan
menjadi pupuk.
Peneliti mewawancarai AR selaku penyuluh pengembangan
program untuk menanyakan perilaku pemeliharaan dalam implementasi
program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi. Berikut petikan wawancara dengan informan:
“Dalam upaya mengimplementasikan program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi dengan terus memelihara pengembangan program ini dengan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat peternak dengan memperkuat dan melibatkan secara berkelanjutan untuk terlibat dalam kegaitan program ini secara terpadu” (22 November 2019).
Hasil wawancara ini menegaskan bahwa keberhasilan suatu
program inovasi pelayanan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi
sapi sangat ditentukan oleh andil penyuluh untuk selalu berkoordinasi dan
bekerjasama di bidang peternakan dengan melakukan pemeliharaan
melalui pemberdayaan peternak sapi. Ini penting agar setiap kelompok
sasaran memberikan partisipasinya di dalam menyukseskan program
pemerintah guna meningkatkan produksi dan pendapatan peternak.
Peneliti kemudian mewawancarai salah seorang peternak sapi yaitu
informan AS untuk menanyakan bagaimana perilaku pemeliharaan dalam
implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan
dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang. Berikut petikan
wawancara dengan informan:
“Saya sudah menikmati implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi. Kami dibimbing dan terus dimotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam peningkatan produksi peternakan. Upaya dalam memelihara dan meningkatkan partisipasi peternak menjadi penting dan perlu ditindaklanjuti untuk memberikan manfaat dan memberikan
peningkatan pendapatan kepada peternak sapi” (24 November 2019).
Hasil wawancara dengan informan dapat dimaknai implementasi
program inovasi pelayanan berkelanjutan telah dilakukan dengan terus
memelihara melalui pemberdayaan masyarakat peternak untuk terlibat
langsung dalam kegiatan kebijakan program pemerintah untuk
meningkatkan produksi peternak sapi.
c. Perilaku Simulasi dan Partisipatif
Perilaku simulasi dan partisipatif dari kelompok sasaran dengan
melihat kondisi peternakan rakyat, di mana ditemukan adanya kelompok
ternak yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Peternak (GKP).
Seperti halnya gabungan kelompok tani (Gapoktan) dalam usaha tani
tanaman pangan. Karena itu, untuk lebih mengembangkan dan
memberdayakan kelompok peternak sangat disarankan agar di setiap desa
sebaiknya dibentuk GKP sebagai bentuk perilaku simulasi dan partisipatif.
Organisasi ini merupakan bentuk pengembangan kelembagaan atau
rekayasa kelembagaan yang keberadaannya dapat mewadahi dan
mengintegrasikan semua kelompok peternak. Pembentukan GKP
bertujuan untuk:
1) Mengorganisir Kelompok Peternak untuk melakukan usaha produktif.
2) Melayani kebutuhan usaha individu anggota atau kebutuhan kelompok.
3) Memediasi dan menyelesaikan konflik antar kelompok.
4) Menciptakan dan menjaga keharmonisan.
5) Menjalin kerja sama dengan bank dan lembaga ekonomi lainnya.
Bila kelompok peternak difungsikan pada kegiatan-kegiatan yang
bersifat teknis, maka GKP difungsikan pada kegiatan-kegiatan yang
bersifat bisnis atau usaha bersama peternak. Karena itu, GKP harus
berbadan hukum agar mudah dalam menjalin kerja sama dengan lembaga
keuangan (bank). GKP nantinya dapat memfasilitasi anggota agar dapat
memperoleh pinjaman untuk mengembangkan ternak. Di samping itu,
peternak juga dapat menikmati harga yang sesuai dengan harga pasar.
Pemasaran ternak melalui GKP, sehingga tidak mudah dipermainkan
pihak pedagang ternak. Melalui GKP yang difungsikan sebagai kelompok
usaha, diharapkan dapat mendorong terwujudnya kelembagaan ekonomi
kerakyatan di pedesaan. Keberadaan GKP dapat mendukung kegiatan
ekonomi peternak/petani dan juga menyediakan kebutuhan sarana usaha
tani dan mendistribusikan produksi.
Dalam melakukan usaha bersama ada beberapa kemampuan yang
harus dimiliki pengurus GKP, yaitu:
1) Membangun jaringan kerja sama dengan lembaga keuangan dan
lembaga usaha.
2) Manajemen usaha yakni kemampuan mengatur dan mencari peluang
usaha baru serta memiliki posisi tawar yang kuat dalam memenuhi
permintaan pasar.
3) Manajemen sumber daya yakni kemampuan mengatur sumber daya
organisasi (sumber daya manusia, modal, dan sarana pendukung
lainnya).
Ada beberapa strategi yang dapat dipilih dalam memberdayakan
GKP dalam melakukan usahanya, yaitu:
1) Mengoptimalisasikan sumber daya yang dimiliki, meraih setiap
peluang, serta melakukan perluasan usaha.
2) Melakukan konsolidasi melalui rapat anggota sekali sebulan agar dapat
mengetahui dan mengatasi setiap persoalan.
3) Menyelenggarakan lebih dari satu bidang usaha.
Pembentukan GKP adalah satu upaya me-reempower Kelompok
Peternak yang tentu bertujuan meningkatkan kesejahteraan peternak. Jika
masyarakat dapat merasakan advantages dari usaha peternakan, maka
secara otomatis upaya menyukseskan program akan mudah diraih. Namun,
agar GKP tidak kesulitan dalam mencapai tujuannya, diperlukan intervensi
dan bantuan pemerintah. Terutama terkait dengan kebijakan impor daging
sapi atau bakalan. Untuk meningkatkan pemberdayaan peternak dalam
bidang peternakan, ada beberapa program pokok pemberdayaan peternak,
yaitu:
1) Bantuan langsung masyarakat dengan pengusahaan ternak sapi. Tujuan
utama kegiatan ini adalah pemberdayaan ekonomi.
2) Penguatan kelembagaan kelompok peternak dan peningkatan kualitas
sumber daya melalui kegiatan penyuluhan,pembinaan, temu usaha,
pelatihan-pelatihan. Harapannya, terjadi perubahan pola fikir pelaku
agribisnis menjadi lebih inovatif, kreatif dan mandiri.
3) Promosi investasi dan penggalian sumber–sumber pembiayaan/
permodalan sebagai salah satu usaha mengatasi ketergantungan
anggaran pemerintah dan kemandirian usaha agribisnis peternakan,
baik skala usaha kecil dan menengah. Substansi peningkatan layanan
pembiayaan oleh Lembaga.
4) Penyederhanaan prosedur perijinan dan memperpendek rantai
pemasaran dan tata niaga komoditi peternakan. Kebijakan ini untuk
efisiensi dan pengurangan biaya tinggi dengan memberikan pelayanan
prima terhadap masyarakat dan insan agribisnis.
5) Peningkatan sarana dan prasarana pendukung produksi peternakan
melalui pembuatan infrastruktur pengelolaan sumber air pada kawasan
peternakan, khususnya lahan kering.
6) Penguatan kelompok dan peningkatan kualitas sumber daya melalui
kegiatan penyuluhan, pembinaan, temu usaha, dan pelatihan. Kegiatan
ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pola pikir, menjadi lebih
inovatif, kreatif dan mandiri.
Ternak sapi merupakan salah satu usaha yang dapat terus dilakukan
GKP. Usaha tersebut masih memberikan kontribusi bagi pendapatan
keluarga, khususnya pada pemeliharaan lima sampai delapan ekor sapi.
Meski sebenarnya dalam pendekatan pencapaian standar minimal
kebutuhan hidup keluarga peternak belum memenuhi harapan. Untuk itu,
GKP dan pemerintah perlu berupaya memperbaiki manajemen dan
efisiensi biaya, serta pemberdayaan peternak.
Perlu ditegaskan bahwa kelembagaan merupakan wadah organisasi
bagi peternak untuk melakukan aktivitas usaha agribisnis peternakan. Dari
mulai hulu sampai hilir dan membangun koordinasi dengan stakeholder
terkait. Peranan kelembagaan sebagai simulasi dan partisipatif sangat
penting dan strategis untuk:
1) Mewujudkan hubungan antara peternak dalam jaringan kerja sama
dengan stakeholder.
2) Membangun dan memperkuat kelembagaan untuk mendorong
tumbuhnya usaha agribisnis peternakan yang lebih efisien, efektif dan
sustainable.
3) Membuka peluang untuk memfasilitasi pelaku agribisnis peternakan
agar mampu meningkatkan produktivitas dan nilai tambah usaha yang
lebih optimal.
4) Memudahkan akses informasi, teknologi, sarana dan prasarana,
lembaga keuangan dan promosi untuk mendukung pengembangan
usaha agribisnis peternakan.
Peneliti mewawancarai PA selaku penyuluh pengembangan
program untuk menanyakan perilaku simulasi dan partisipatif kelompok
sasaran yang diterapkan dalam implementasi program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi. Berikut
petikan wawancara dengan informan:
“Dinas Peternakan telah berupaya untuk terus melakukan simulasi
dan partisipasi masyarakat peternak untuk meningkatkan produksi
ternak sapi dengan membentuk gabungan kelompok peternak
sebagai bentuk pengembangan kelembagaan yang mewadahi dan
mengintegrasikan kepentingan perilaku kelompok sasaran untuk
meningkatkan produksi dan reproduksi sapi” (22 November 2019).
Hasil wawancara memberikan makna, penyuluh harus berperan
aktif di dalam melakukan berbagai kegiatan simulasi dan partisipasi dalam
setiap kegiatan yang berkaitan dengan produksi ternak sapi. Simulasi dan
partisipasi dilakukan dengan membentuk gabungan kelompok peternak.
Peneliti kemudian mewawancarai salah seorang peternak sapi yaitu
informan UM untuk menanyakan bagaimana perilaku simulasi dan
partisipatif dalam implementasi program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.
Berikut petikan wawancara dengan informan:
“Saya telah bergabung dengan kelompok peternak dengan
mengikuti berbagai kegiatan simulasi dan partisipasi yang
berkaitan dengan program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi. Para peternak
termasuk saya sudah merasakan manfaat dan faedah dari program
ini yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan
peternak” (24 November 2019).
Hasil wawancara dengan informan dapat dimaknai implementasi
program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi telah diterapkan dalam pembentukan perilaku kelompok
sasaran yang telah merasakan manfaat dan keuntungan dari program ini
dengan terus meningkatkan jumlah populasi sapi dan menurunkan
prevalensi penyakit sapi.
Berdasarkan uraian dan hasil wawancara dengan informan di atas
menunjukkan bahwa perilaku kelompok sasaran telah memperoleh
manfaat dari implementasi program baik secara advokasi, pemeliharaan,
simulasi dan partisipatif. Advokasi yang diterapkan untuk meningkatkan
gairah dan kreativitas antara penyuluh dan peternak untuk bersama-sama
meningkatkan populasi ternal melalui inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi. Pemeliharaan diterapkan dengan memberdayakan
kelompok peternak yang bertujuan mengembangkan dan memperkuat
kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan
yang berlangsung secara dinamis. Demikian pula dengan simulasi dan
partisipatif, para peternak tergabung dalam kelompok peternak sebagai
perilaku simulasi dan partisipatif untuk pengembangan kelembagaan yang
mewadahi para peternak dalam setiap program pemerintah.
C. Pembahasan
Pembahasan penelitian dibahas berdasarkan rumusan penelitian untuk
menemukan jawaban secara ilmiah sebagai berikut:
1. Perilaku Antar Organisasi
Kebijakan pemerintah dalam implementasi program inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi
menjadi penting dan perlu di dalam meningaktkan produktivitas ternak
sapi di Kabupaten Pinrang. Ini merupakan kebijakan pemerintah
khususnya pada Dinas Peternakan yang melibatkan perilaku antar
organisasi untuk secara bersama-sama menunjukkan sikap dan tindakan
untuk mendukung dan menindaklanjuti bahwa program ini bertujuan untuk
meningkatkan produksi ternak sapi dan menurunkan prevalensi penyakit
pada sapi.
Mewujudkan perilaku antar organisasi dibutuhkan perbaikan atau
pengautan struktur organisasi dari masing-masing instansi terkait. Pihak-
pihak yang terkait dalam implementasi program ini antara lain Dinas
Peternakan, Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan dan perusahaan BUMN
dari lembaga stakeholder lainnya termasuk kelompok peternak untuk
saling mendukung dalam memperkuat kebijakan secara struktural terhadap
pengimplementasian program ini.
Selain itu juga meningkatkan kegiatan kerjasama antar organisasi,
khususnya kerjasama yang dilakukan secara organisasi, unit kerja
organisasi dan kerjasama pengembangan peternakan sapi. Upaya-upaya
dalam mengembangkan perilaku antar organisasi dapat dilakukan dengan
melakukan tukar informasi dan data tentang perkembangan produksi
ternak sapi, dan hal-hal yang berkaitan dengan prevalensi penyakit sapi
untuk dapat ditangani secara bersama-sama. Kerjasama perilaku antar
organisasi sangat membantu di dalam meningkatkan hasil kerja dan kinerja
untuk produksi ternak sapi yang ada di Kabupaten Pinrang.
Upaya dalam mengimplementasikan program kebijakan
pemerintah di bidang peternakan, maka perilaku antar organisasi yang
ditunjukkan yaitu dengan mengembangkan berbagai kepentingan yang
terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi yang
secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan produksi dan
prevalensi ternak sapi. Masing-masing pihak antar organisasi memiliki
kepentingan untuk memberikan jaminan tersedianya produksi ternak sapi
sepanjang tahun dan peningkatan produksi yang terus meningkat dan
meminimalkan tingkat prevalensi penyakit sapi yang menurun.
Implementasi perialku antar organisasi di bidang peternakan sapi
juga dilakukan antar organisasi untuk tindakan pencapaian tujuan
organisasi. Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut yaitu
masing-masing organisasi berupaya mengambil bagian dalam
penyelarasan sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk menindaklanjuti
peningkatan produksi ternak sapi dan senantiasa mensinkronisasikan dan
mengintegrasikan kegiatan organisasinya dalam rangka meningkatkan
produksi ternak sapi.
Penerapan implementasi perilaku antar organisasi ini sejalan
dengan teori Winter (2010) implementasi diaktualisasikan melalui
pengembangan perilaku antar organisasi dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi sesuai pencapaian kinerja yang dihasilkan. Teori ini
mengindikasikan pentingnya perilaku antar organisasi dalam kebijakan
pemerintah termasuk yang berkaitan dengan implementasi program
inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi.
2. Perilaku Birokrasi Level Bawah
Mengimplementasikan kebijakan pemerintah melalui program
pemerintah seperti program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi juga diterapkan oleh birokrasi level
bawah alam hal ini pihak penyuluh peternakan dan kelompok peternak
yang secara langsung maupun tidak langsung menerima program tersebut.
Keterlibatan birokrasi level bawah menjadi sangat penting dalam hal
koordinasi, penyuluhan, monitring dan evaluasi mengenai kegiatan
peternakan sapi yang ada di Kabupaten Pinrang.
Perilaku birokrasi level bawah harus diaktualisasikan melalui
koordinasi antar penyuluh dan kelompok peternak di dalam
mensosialisasikan kegaitan pembibitan dan perawatan ternak sapi melalui
pemeriksaan kebuntingan dan melakukan inseminasi buatan serta
mencegah berkembang biaknya prevalensi penyakit sapi. Koordinasi ini
penting dalam mengaktualisasikan program ini sampai kepada kepentingan
dan tujuan dari pemerintah mengadakan program kebijakan ini.
Wujud lain dari perilaku birokrasi level bawah dalam
mengimplementasikan program ini antara pihak penyuluh dan kelompok
peternak yaitu melakukan penyuluhan secara intensif dengan tujuan
memberikan pencerahan, pendampingan, bimbingan dan bantuan
mengenai peningkatan produksi peternakan sapi. Penyuluhan dilakukan
dalam rangka mengembangkan model penyuluhan sesuai dengan
kebutuhan di bidang peternakan dengan memberikan penyuluhan sesuai
ketepatan materi, metode dan media yang digunakan dalam memberikan
penyuluhan kepada peternak.
Selain itu perilaku level bawah dalam menerapkan implementasi
kebijakan pemerintah di bidang peternakan senantiasa melakukan
monitoring dan evaluasi yang berkaitan dengan perkembangan jumlah
akseptor ternak sapi yang telah dikawinkan, jumlah kebuntingan dari hasil
perkawinan dan tingkat kelahiran sapi yang selamat dalam suatu wilayah
tertentu dalam periode harian yang diamati oleh petugas penyuluh dan
kelompok peternak. Kegiatan monitoring dan evaluasi penting untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kebijakan pemerintah dalam
mengimplementasikan program tersebut dalam rangka meningkatkan
produksi ternak sapi dan pendapatan peternak.
Teori Winter (2010) perilaku birokrasi level bawah menjadi
penting dan diperlukan dalam implementasi kebijakan pemerintah
terhadap suatu program untuk diaktualisasikan dan ditindaklanjuti oleh
level bawah. Pada kebijakan pemerintah di bidang peternakan yang
menjadi level bawah adalah pihak penyuluh dan kelompok tani yang
membawa program pemerintah level antar organisasi sebagai penjembatan
untuk kelompok sasaran dalam hal ini peternak sapi.
3. Perilaku Kelompok Sasaran
Mengimplementasikan suatu program pemerintah sellau memiliki
sasaran yang ingin dicapai. Perilaku kelompok sasaran merupakan hal
terpenting dari suatu pengimplementasian kebijakan program pemerintah
di dalam aktualisasinya. Kelompok sasaran yang dimaksud adalah orang
yang melaksanakan dan mendapatkan tindakan atas implementasi
kebijakan yang harus dilakukan pemerintah untuk mewujudkan tujuannya.
Perilaku kelompok sasaran dalam hal ini adalah para peternak yang
diberikan bantuan, pendampingan dan penyuluhan yang berkaitan dengan
sikap dan tindakan di dalam melaksanakan implementasi progran inovasi
pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi
melalui kegiatan advokasi, pemeliharaan, simulasi dan partisipatif dalam
rangka meningkatkan produksi ternak.
Advokasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
penyuluh kepada kelompok sasaran dalam rangka memunculkan gairah
dan kreativitas bersama di dalam memelihara dan beternak sapi dengan
cara-cara yang inovatif melalui inseminasi buatan dan pencegahan
gangguan reproduksi sapi agar populasi ternak sapi meningkat. Advokasi
ini dilakukan secara intensif dengan berbagai program yang tepat sasaran
agar peternak terus bertahan dan berkelanjutan berkecimpung di bidang
peternakan sapi.
Selain aktivitas advokasi, perilaku kelompok sasaran juga terus
ditingkatkan melalui kegiatan pemeliharaan dengan cara memberdayakan
kelompok atau masyarakat peternak melalui proses yang bertujuan
mengembangkan dan memperkuat potensi dalam memelihara ternak sapi
secara dinamis dan berkelanjutan. Aktivitas yang diperuntukkan bagi
kelompok sasaran ini penting di dalam memberikan stimulus dalam rangka
meningkatkan produksi peternakan sapi.
Termasuk perilaku kelompok sasaran yang perlu dibenahi dan
dikembangkan adalah memberikan simulasi dan partisipasi aktif kepada
setiap peternak untuk bergabung secara bersama-sama pada gabungan
kelompok peternak dalam rangka memperkuat kelembagaan dan
keberadaan yang mewadahi integritas peternak sapi untuk meningkatkan
produksinya. Kegiatan simulasi dan partisipasi ini memberikan manfaat
dan efek yang positif dalam kemandirian peternak untuk mampu
meningkatkan produksi ternak sapinya. Simulasi dan partisipasi ini
dilakukan agar seluruh peternak mampu memelihara dan beternak sapi
yang berorientasi pada peningkatan produksi.
Teori Winter (2010) wujud implementasi kelompok sasaran adalah
kegiatan yang berorientasi pada advokasi, pemberdayaan dan partisipasi.
Itulah sebabnya perilaku kelompok sasaran sangat menentukan tujuan
organisasi pemerintah dalam mengimplementasikan program atau kegiatan
pembangunan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Perilaku organisasi dan antar organisasi menentukan keberhasilan
implementasi melalui perbaikan/penguatan struktur organisasi, melakukan
kerjasama antar organisasi, mengembangkan berbagai kepentingan antar
organisasi dan tindakan untuk pencapaian tujuan organisasi dalam hal ini
pemerintah atas pelaksanaan program inovasi pelayanan berkelanjutan
inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.
2. Perilaku birokrasi level bawah mendukung implementasi program pada
tingkatan penyuluh penternakan untuk menerapkan koordinasi,
penyuluhan, monitoring dan evaluasi atas program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi di
Kabupaten Pinrang.
3. Perilaku kelompok sasaran menentukan keberhasilan program yang
ditujukan kepada kelompok peternak sapi sebagai sasaran penerima
manfaat sesuai advokasi, pemeliharaan, simulasi dan partisipatif dalam
penyelenggaraan program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi
buatan dan gangguan reproduksi sapi di Kabupaten Pinrang.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka saran yang
diberikan sebagai berikut:
1. Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Pinrang terus memberikan
dukungan atas program inovasi inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi secara berkelanjutan dengan memberikan penguatan
kelembagaan organisasi secara struktural dan fungsional sesuai tupoksi
pada masing-masing unit kerja.
2. Perlu upaya yang intensif dan kontinyu pada instansi level bawah dalam
hal ini tim penyuluh untuk mensosialisasikan program inovasi pelayanan
berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan reproduksi sapi sesuai
koordinasi, penyuluhan, serta monitoring dan evaluasi program kegiatan.
3. Para peternak terus mendukung kebijakan pemerintah atas pelaksanaan
program inovasi pelayanan berkelanjutan inseminasi buatan dan gangguan
reproduksi sapi, sehingga terus diterapkan untuk menghasilkan ternak
yang berkualitas dan peningkatan produksi daging setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Apter, Bresnick, 2017. Public Administration. London: ELBS and MacDonald
and Evans.
Aliency, Milton, 2014. The Element of Administration Development, Ithaca:
Cornell University Press.
Pratomosunu, S, 2015. Kebijakan Program Pemerintah Pemberdayaan
Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Djaenuddin, 2014. Pengembangan Kawasan Strategi yang Produktif. Jakarta:
PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Schnider, Goggin, and Ingram, Malcolm L, 2017. Implementation Theory and
Practice, Toward a Third Generation. USA: Scott, Foresman and
Company.
Bantex, Gareth R, 2015, Organizational Administration Theory: Text and Cases.
Addition Wesley Publishing Company, A & M University, Texas.
Garbin, Briyan, 2017. Autonomy in Concept and Theory of Public Policy.