Top Banner
1 IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK (Studi di Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Untuk Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Pemerintahan Oleh : RIRIN AGUSTIANA DEWI SIP.152063 Pembimbing : Dr.Rahmi Hidayanti,S.Ag.,M.HI Yudi Armansyah,M.Hum KONSENTRASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 1441 H /2019
70

IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

Nov 08, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

1

IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2014

TENTANG PENANGGULANGAN KORBAN PASUNG PSIKOTIK

(Studi di Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Guna Untuk Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Pemerintahan

Oleh :

RIRIN AGUSTIANA DEWI

SIP.152063

Pembimbing :

Dr.Rahmi Hidayanti,S.Ag.,M.HI

Yudi Armansyah,M.Hum

KONSENTRASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAERAH

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1441 H /2019

Page 2: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

2

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan tanggung jawab pemerintah

terhadap keberadaan korban pasung psikotik (ODGJ). Sebagai tujuan

antaranya adalah untuk mengetahui perhatian pemerintah terhadap orang

yang mengalami gangguan jiwa psikotik supaya mereka bia mendapatkan

hak mereka untuk memperoleh pelayanan kesehatan jiwa dan diperlakukan

sebagaimana manusia normal lainnya. Skripsi ini menggunakan pendekatan

kualitatif dan metode deskriptif. Pengumpulan data diperoleh melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan

bahwa Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014 Tentang

Penanggualngan Pasung Psikotik belum terimplementasikan dengan baik

sesuai dengan sesuai apa yang diatur didalamnya. Perlu adanya upaya yang

lebih keras dalam penjalanan fungsi atas peran yang tertera dalam pergub

penanggulangan pasung. Dan berdasarkan penelitian yang dilakukan

diperoleh hasil dan kesimpulan yaitu. Pemerintah mengantarkan Korban

Pasung Psikotik ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi untuk melakukan

pengobatan dan rehabilitas sampai pulih lalu mengantarkan pulang kepada

keluarganya.

Kata Kunci : ODGJ Psikotik, Regulasi

Page 3: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

3

Page 4: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

4

Page 5: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang

berjudul: Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014

Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik ( Studi d Dinas Sosial Kabupaten

Tanjung Jabung Timur ).

Kemudian tidak luput pula sholawat Beriring salam kepada Nabi Besar

Muhammad SAW, yang telah memberi kita petunjuk dari alam kebodohan menuju alam

yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini, terang bukan

karna lampu yang menyinari dan bukan pula karna bulan dan matahari akan tetapi

terangnya karna ilmu pengetahuan serta iman dan Islam.

Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap perkembangan Ilmu

pemerintahan dan memenuhi sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu (S.I) pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pada kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati

penulis sampaikan hasil penelitian yang penulis upayakan secara maksimal dengan

segenap keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki sebagai manusia biasa namun

berbekal pengetahuan yang ada serta arahan dan bimbingan,juga petunjuk dari Ibu Dr.

Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, selaku pembimbing I, Bapak Yudi Armansyah,S.HUM

selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu ditengah kesibukan beliau yang luar

biasa untuk memberi bimbingan dengan sabar, saran, dan kritik yang membangun,

menebarkan keceriaan serta optimisme kepada penulis dan akan selalu penulis ingat.

Untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, penulis telah berusaha dengan

semaksimal mungkin untuk kesempurnaan skripsi ini, namun karena keterbatasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga masih terdapat kejanggalan dan

kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Rektor UIN STS Jambi

2. Bapak Dr. A.A. Miftah, M.Ag Dekan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Bapak H.Hermanto Harun, Lc.,M.HI.,Ph.D Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 6: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

6

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, Wakil Dekan ll Fakultas Syariah UIN

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag.,M.HI Wakil Dekan lll dan Kerjasama Fakultas Syariah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Mustiah, RH, S.Ag., M.Sy Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Ibu Tri Endah Karya, S.IP.,M Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag.,M.HI, Pembimbing l

9. Bapak Yudi Armansyah,S.Hum,pembimbing II

10. Bapak / Ibu Dosen, Karyawan dan Karyawati Fakultas Syari’ah UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi.

11. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2015 semua pihak

yang telah banyak membantu baik moril maupun materil sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Sepenuhnya hanya dapat memanjatkan do’a yang sebanyak-banyaknya kepada

kehadirat Allah SWT, semoga jasa-jasa itu menjadi ‘amal Jariyah bagi mereka semuanya

dan mendapakan ridho Allah SWT.

Demikian semoga Allah SWT senantiasa memberi hidayah-Nya kepada kita

semua. Amiin Yarobbal ‘alamiiin.

Jambi, september 2019

Penulis

Ririn Agustiana Dewi

NIM: SIP.152063

Page 7: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

7

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITASI SKRIPSI .................................................

............................................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................................

............................................................................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. v

MOTTO ...............................................................................................................

............................................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................ v

............................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .........................................................................................

............................................................................................................................... vii

i

DAFTAR ISI ........................................................................................................

............................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

....................................................................................................... ...

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 7

C. Batasan Masalah

....................................................................................................... ...

7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

....................................................................................................... ...

8

E. Kerangka Teori .............................................................................. 9

Page 8: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

8

F. Tinjauan

Pustaka…………………………………………………..18

BAB II METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian .......................................................................... …

....................................................................................................... 20

B. Jenis Dan Sumber Data

....................................................................................................... …

.21

C. InstrumenPengumpulan Data

....................................................................................................... …

.23

D. Sistematika Penulisan

……………………………………………….27

E. Jadwal

Penelitian……………………………………………………..28

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Terbentuknya Dinas

Sosial………………………………..30

B. Visi ................................................................................................

....................................................................................................... 30

C. Misi…………………………………………………………………

30

D. Tugas Pokok dan

Wewenang………………………………………31

E. Struktur

Organisasi………………………………………………….32

F. Letak Geografis Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung

Timur………………………………………………………………..

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun

2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik(Orang

Dengan Gangguan

Jiwa)………………………………………………………40

B. Kendala dan Upaya Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Dalam Mengatasi Korban Pasung

Psikotik…………………………..49

Page 9: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

9

C. Efektifitas Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

dalam Mengatasi Korban Pasung

Psikotik…………………………..55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................

....................................................................................................... 57

B. Saran ..............................................................................................

....................................................................................................... 58

C. Kata

Penutup………………………………………………………60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 10: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

10

BAB I

PEND AHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Undang-undang dasar 1945 pasal 34 ayat 1 dikatakan bahwa

“fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. 1Lebih lanjut

dikatakan pada ayat 2 “negara mengembangkan sistem jaminan sosial sosial

bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.2 Hubungan Undang-undang

Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1 dengan Judul Skripsi Implementasi Peraturan

Gubernur Provinsi Jambi No 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan

Korban pasung psikotik yaitu bahwa Negara menjamin setiap orang hidup

sejahtera lahir dan batin serta memperoleh pelayanan kesehatan yang

merupakan amanat Undang-undang Dasar 1945.

Artinya Negara wajib untuk mengurusi tiap tiap warga Negara nya untuk

mendapat hak hak mereka berupa hak hidup, hak mendapatkan kehidupan

yang layak, hak mendapat perlindungan yang sebagainya. siapapun berhak

memperjuangkan hak nya, termasuk orang gila atau orang dengan gangguan

jiwa atau yang dikenal oleh ahli kesehatan dengan sebutan ODGJ, sekalipun

ia tidak menyadari keeksistensianya di dunia nyata namun Negara tetap harus

memberikan apa yang harus diberikan. Negara juga menjamin tidak ada

1 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1 2 Pasal 34 ayat (2)

Page 11: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

11

pelanggaran terhadap hak hak individu. Agama islam pun menempatkan

manusia sebagai mhluk yang memiliki.3

Pengertian psikotik menurut kartini psikotik adalah suatu

penyakit/gangguan mental yang ditandai oleh gangguan mental emosional,

Disorientasi waktu dan ruang, disorientasi pikiran serta kepribadian dan

disertai dengan delusi dan halusinasi. sedangkan menurut sundari psikotik

adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu

menilai kenyataan yang terjadi misalnya terdapat, halusinasi, atau prilaku

kacau atau aneh.4

Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari

kerusakan fungsi pelaku atau psikologis yang secara umum diukur dari dari

beberapa konsep norma norma dihubungkan dengan penyakit menimbulkan

respon yang terbatas antara individu dengan lingkunganya. Berdasarkan UU

no 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menerangkan bahwa pemerintah

memberikan perlindungan dan menjamin pelayanan kesehatan jiwa bagi

orang dengan masalah kejiwaan dan orang dengan gangguan jiwa

berdasarkan hak asasi manusia.5

Dalam undang undang nomor 18 tahun 2014 bahwa Negara menjamin

setiap orang hidup sejahtera lahir dan batin serta memperoleh pelayanan

kesehatan yang merupakan amanat undang-undang Negara republic

Indonesia tahun 1995. Pengaturan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa

dalam peraturan perundang undangan saat ini belum diatur secara

3 Suryawasita, Asas Keadilan Sosial,Yogyakarta Karsinus ( 1989 ) 4 Kartini (200;02),gangguan jiwa 5 Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2014, ( Tentang Kesehatan Jiwa )

Page 12: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

12

komprehensif sehingga perlu diatur secara khusus dalam satu undang-undang.

Pada undang –undang No 18 Pasal 1 Tahun 2014 menjelaskan bahwa

kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik mental spiritual, dan kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekenan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi

untuk komunitasnya.6

Penanggulangan pasung adalah upaya yang terdiri dari aspek pencegahan,

peningkatan kesehatan pelayanan kesehatan penderita gangguan jiwa, deteksi

dan keterlibatan secara dini, pengobtan, rehabilitasi dan pemberdayaan baik

yang berlangsung disektor kesehatan maupun non kesehatan. Bebas pasung

adalah merawat dan memberdayakan penderita gangguan jiwa dari

pemasungan. Dengan masih banyak terjadinya pemasungan, diindonesia,

sebenarnya bagaimana pengaturan mengenai pemasungan terhadap orang

dengan gangguan jiwa diindonesia. Pemasungan terhadap orang gangguan

kejiwaan itu bertentangan dengan undang-undang dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945; pasal 28 G ayat 2 ‘’setiap orang bebas dari penyiksaan

atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak

memperoleh suaka politik dari Negara lain’’.7

Sehingga upaya pemerintah untuk menangani gangguan jiwa atau

penanggulangan korban pasung psikotik tersebut adalah dengan

menerbitkanya Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No 48 Tahunn 2014

Tentang Penanggualngan Korban Pasung Psikotik. Dengan tujuan agar

6 Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2014 (Tentang Kesehatan Jiwa) 7 Ketentuan Pasal 28 G ayat 2 tersebut menyatakan pemasungan merupakan salah satu

bentuk penyiksaan karena orang yang dipasung dirampas kebebasanya.

Page 13: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

13

penderita ganggun jiwa itu tidak harus dipasung melainkan harus diberikan

pengobatan yang layak. Tetapi meskipun peraturan tersebut sudah dibuat oleh

pemerintah namun penulis masih menemukan kejanggalan terhadap peraturan

tersebut.

Pada kenyataannya kebijakan atau peraturan tersebut tidak berjalan sesuai

dengan semestinya. Karena penerapan pelaksanaan peraturan ini hanya untuk

Daerah Kota Jambi saja dan di Kabupaten atau di Kecamatan belum

menerapkan peraturan Gubernur No 48 Tahun 2014 tentang penanggulangan

pasung psikotik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan atau

sosialisasi pihak pemerintah sehingga tujuan yang sangat baik ini belum bisa

tercapai. Seharus nya pemerintah harus turun langsung kekabupaten atau desa

untuk mensosialisasikan peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun

2014 tentang penanggulangan pasung psikotik agar masyarakat tau dan

paham tentang peraturan yang dibuat tersebut.

Pada tahun 2015 sampai tahun 2017 sudah ada 10 orang yang mengalami

gangguan jiwa. Penderita gangguan jiwa yang menjadi korban pemasungan

dibebaskan oleh pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur mereka

kemudian direhabilitasi dirumah sakit jiwa Kota Jambi. Mereka harus

dilepaskan dari pemasungan serta mendapatkan perawatan yang layak.

Penderita gangguan jiwa yang dibebaskan dari pemasungan dan rata-rata

kondisi fisik korban ini sangat memprihatinkan, sebab mereka hidup dengan

keterbatasan fasilitas.

Page 14: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

14

Permasalahan pasung sangat kompleks dan membutuhkan penanganan dan

observasi sehingga penanganan mulai proses penyembuhan penyakit sampai

tahap rehabilitas sangat dibutuhkan. Sebab utama pemasungan pasien

berpenyakit mental sebagian besar terjadi karena kemiskinan dan

ketidaktahuan. Permasungan umumnya terjadi di daerah pedesaan dengan

kelas ekonomi mayoritas menengah bawah.

Pasung bukan masalah sederhana, terjadi karena berbagai masalah yang

berkaitan dengan menghadirkan tantangan yang kompleks unntuk

mengatasinya, pertama akibat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan

jiwa yang rendah dan bahkan keliru. Ini terlihat dari proses pemasungan yang

dilakukan dengan sadar oleh keluarganya , masyarakat kadang aparat desa.

Yang namanya penyakit bagi banyak orang hanyalah adanya keluhan serta

tanda kelainan secara fisik yang bisa dilihat, baik melalui pemeriksaan dokter

maupun pemeriksaan laboraturium.

Alasaan terjadinya pemasungan juga bisa diakibatkan karena rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat, sekaligus rendahnya pengetahuan dan

kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa, mengakibatkan masih

tingginya stigma disemua lapisan masyarakat, termasuk kepada professional

kesehatan dan pemegang kebijakan. Kesenjangan ekonomi dan mobilitas

yang rendah juga memicu peningkatan prevalansi gangguan jiwa di

Indonesia.

Bukan cuma karena takut, pihak keluarga gangguan jiwa juga khawatir

mereka akan melukai diri sendiri atau orang disekitarnya. Selain itu juga ada

Page 15: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

15

factor rasa malu pihak keluarga memilih mengurung atau memasung

penderita gangguan jiwa ini karena malu dengan lingkungan sekitar. Akibat

dipasung, kondisi korban pasung bukan hanya parah secara mental, secara

fisik mereka juga sangat lemah.

Diindonesia Pemerintah India Belanda juga telah melakukan pemraktekan

perawatan tanpa pengekangan di RSJ ( Rumah Sakit Jiwa ). Sayangnya

ditengah masyarakat praktek pembebasan ini sulit dilakukan dan Pemasungan

ODGJ ( Orang Dengan Gangguan Jiwa ) sulit dicegah. Akses masyarakat ke

RSJ (Rumah Sakit Jiwa) saat ini sangat terbatas karena perawatan

dipergunakan hanya untuk bangsa eropa dan peribumu yang dekat dengan

kekuasaan maka tidak heran beberapa tempat praktek pemasungan seperti

Budaya dalam mengatasi ODGJ ( Orang Dengan Gagguan Jiwa) yang

berperilaku menyimpang dan sulit dikendalikan.

Pemasungan yang secara klasik dengan cara mengikat kedua kaki

penderita dengan balok kayu, dilakukan dengan beberapa ritual dengan tujuan

untuk mengobati penderita. Tidak heran, meski praktek ini secara khusus

sudah dilarang melaluai SK Mentri dalam negeri tahun 1977 (PEM.29/6/15),

sebagai implementasi dari UU Kesehatan jiwa tahun 1966 yang mengatakan

bahwa semua ODGJ harus mendapat perawatan dan pengobatan yang sesuai,

pasung tetap ada hingga kini.8

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan yang telah penulis

kemukakan diatas sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam

8 SK Menteri Dalam Negeri Tahun 1977 (PEM.29/6/15) Implemtasi dari UU Kesehatan

Jiwa yang mengatakan bahwa semua ODGJ harus mendapat Perawatan dan Pengobtan.

Page 16: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

16

bentuk skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi

Jambi Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung

Psikotik”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan maka

untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas, yang

menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten, maka penulis memberikan

batasan masalah ini hanya membahas mengenai Implementasi Peraturan

Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan

Korban Pasung Psikotik di Provinsi Jambi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian batasan masalah yang yang telah penulis paparkan kan

diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut;

1. Bagaimana Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48

Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik (Orang

Dengan Gangguan Jiwa) ?

2. Apa kendala dan Upaya Dinas Sosial dalam mengatasi Korban Pasung

Psikotik Ditanjung Jabung Timur?

3. Bagaimana Efektifitas Kinerja Dias Sosial dalam mengatasi Korban

Pasung Psikotik?

Page 17: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

17

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui mengapa penerapan Peraturan Gubernur Provinsi

Jambi No 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung

Psikotik di Kabupaten Tanjung Jabung Timur belum terlaksana

sebagaimana mestinya

b. Menjamin Korban Pasung Agar Mendapatkan pengobatan dan

rehabilitas yang maksimal sehingga pasien korban pasung pulih dan

kembali ketengah keluarga/masyarakat.

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai Salah Satu Persyaratan Utuk mendapatkan Gelar Sarjana

Setrata satu ( S1) di Fakultas Syariah UIN Sulthan Thaha Saifuddin

jambi .

b. Dan hasil peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pemerintah /masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan daerah

lainya.

c. Agar penerapan dan pelaksanaan Peraturan Gubernur Provinsi Jambi

No 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik

berjalan dengan baik.

Page 18: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

18

E. Kerangka Teori

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.

Implementasi merupkan suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah

dianggap sempurna. Secara umum dikatakan bahwa implentasi

adalah bukan sekedar aktivitas, Tetapi suatu kegiatan yang

terencana yang dilakukan secara sungguh sungguh berdasarkan

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.9

Menurut Carl Frederic, sebagaimana dikutip oleh didik

Fakhtur Rohman dkk, kebijakan adalah serangkaian tindakan atau

kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau

pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat

beberapa hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-

kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna

mengatasinya mencapai tujuan yang dimaksud. Kebijakan dibuat

terutama untuk mengakomodasi kepentingan banyak orang.

Implementasi kebijakan merupakan salah aspek terpenting

dari keseluruhan proses kebijakan.implementasi merupakan

wujud nyata dari suatu kebijakan, karena pada tahap ini suatu

kebijakan tidak hanya dilihat sebagai suatu produk , melainkan

9 E-jurnal.unisfat.ac.id.diakses melalui internet pada 10 desember 2018 pukul 10.00 wib

Page 19: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

19

sebuah tahap awal dari suatu proses. bagaimana pelaksanaan

kebijakan tersebut dan dampak positif atau negative yang

diterima sebagai konsekuensi dilaksanakannya suatu kebijakan

juga merupakan rangkaian proses yang mesti diperhatikan sebagai

akibat munculnya suatu kebijakan.

Implentasi kebijakan adalah tindakan –tindakan yang

mencakup usaha usaha untuk mengubah keputusan menjadi

tindakan operational dalam kurun waktu tertentu ataupun dalam

rangka melanjutkan usaha untuk mencapai perubahan yang

ditetapkan oleh pembuat kebijakan. implementasi kebijakan

dapat dijadikan sebagai salah satu indicator keberhasilan

penerapan suatu kebijakan. Implementasi kebijakan juga dapat

digunakan untuk mengukur kepatuhan sasaran kebijakan baik itu

perorang, kelompok, maupun organisasi sasaran merupakan

factor penting yang menentukan keberhasilan implementasi

kebijakan.10

2. Pengertian kebijakan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kebijakan diartikan

sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan

dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan

dan cara bertindak ( tentang pemerintah organisasi) pernyataan

10 Sahya Anggara. Ilmu Administrasi Negara.(Bandung;CV pustaka setia ,2012) hal:530

Page 20: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

20

cita-cita, tujuan prinsip dan garis pedoman untuk manajemen

dalam mencapai usaha dalam sasaran.

Carl J Federick sebagaimana dikutip leo agustino

mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan /kegiatan

yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan

(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan–kesempatanterhadap

pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam rangka mencapai

tujuan tertentu.pendapat ini juga menunjukan bahwa ide

kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan

merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan,karna

bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang

sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan dalam

beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Berdasarkan dari pendapat ahli tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau

kegiatan yang sengaja dilakukan atau tidak dilakukan seseorang,

suatu kelompok atau pemerintah yang didalam nya terdapat unsur

keputusan berupa upaya pemilihan berbagai alternative yang ada

guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.

3. Evaluasi

Dari segi bahasa evaluasi bersasal dari kata bahasa inggris

‘’evaluation” yang dapat diartikan memberikan penilaian istilah

Page 21: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

21

evaluasi mempunyai arti yang berhubungan masing masing

menunjuk pada aplikasi beberapa nilai terhadap hasil kebijakan

dan program.dalam arti yang lebih spesifik evaluasi berkenaan

dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil

kebijakan. ketika hasil kebijakan pada kenyataanya, mempunyai

nilai hal ini dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut telah

mencapai tingkat kinerja yang bermakna yang berarti bahwa

masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi.11

James P.Lester dan Joseph Strewart menjelaskan, bahwa

evaluasi kebijakan kebijakan ditunjukan untuk melihat sebagian

sebagian kegagalan suatu kebijakan atau untuk mengetahui

apakah kebijakan public telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat

menghasilkan dampak yang diinginkan. Sehingga evaluasi

kebijakan memiliki tugas untuk menentukan konsekuensi-

konsekuensi apa yang ditimbulkaan oleh suatu kebijakan dengan

cara menggambarkan dampak dan menilai keberhasilan atau

kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.12 Sedangkan Anderson (2004) memandang evaluasi

sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai dari

beberapa kegiatan yang direncanakan untuk ,endukung

tercapainya tujuan.13

11 William n.Dunn.Pengatar analisis kebijakan public.(Yogyakarta) 12 Firyal Akbar dan Widya Kurniati. Studi Evaluasi kebijakan 13 Ibid,Ha:15

Page 22: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

22

Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa evaluasi

adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka

melihat implementasi dari sebuah kebijakan kemudian melakukan

sebuah penilaian terhadap jalanya suatu kebijakan ,apakah

kebijakan tersebut sudah terealisasi dengan baik belum adapun

tujuan dari evaluasi ini untuk mengukur tingkat efesiensi suatu

kebijakan.

4. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa dapat diartikan sebagai bentuk gangguan dan

kacuan fungsi mental (kesehatan mental), disebabkan oleh

kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi

kejiwaan/mental terhadap stimuli (tunggal) eksternal dan

ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau

gangguan struktur padaa satu bagian satu organ, atau sistem

kejiwaan. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa pada

pasal 1 ayat 3, yang dinamakan orang dengan gangguan jiwa

adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, prilaku

dan prasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala

dan/atau perubahan prilaku yang bermakna, serta dapat

menimbulkan penderita dan hambatan dalam menjalankan fungsi

Page 23: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

23

orang sebagai manusia.14Adapun peyebab dari gangguan jiwa

disebabkan oleh 2 hal yaitu :

a. Gangguan jiwa yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada

anggota tubuh, misalnya otak,sentral saraf, atau hilangnya

kemampuan berbagai kelenjar saraf-saraf atau anggota fisik

lainya untuk menjalankan tugasnya. Hal ini disebabkan oleh

karena adanya keracunan minuman keras obat-obatan

perangsang atau narkotik.

b. Disebabkan oleh gangguan-gangguan jiwa yang telah

berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya oleh suatu

penyelesaian secara wajar.

5. Definisi Pasung

Pasung adalah suatau tindakan memasang sebuah balok

kayu pada tangan/kaki seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan

pada suatu tempat tersendiri didalam rumah ataupun dihutan.

Pemasungan bisa diartikan sebagai segala tindakan yang dapat

mengakibatkan kehilangan kebebasan seseorang akibat tindakan

pengekangan fisik walaupun telah ada larangan terhadap

pemasungan. Pasung umumnya dikenal sebagai balok kayu yang

diikat kepada sasaran pasung. Pemasungan adalah segala tindakan

pengikatan dan pengekangan fisik yang dapat mengakibat

14 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kasehatan Jiwa [serial online]

http;//binfar.kemkes.go.id/wpdmact=proces

Page 24: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

24

kehilangan kebebasan Orang Dengan Gangguan Jiwa

(Kementrian Kesehatan, RI 2001).15

a. Penyebab pasung

Pemasungan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan

oleh keluarga yang dipengaruhi beberapa factor diantaranya,

factor internal keluarga yaitu terbatasnya informasi dan

pengetahuan tentang gangguan jiwa yang menyebabkan

keluarga dan masyarakat melakukan pemasungan, factor

eksternal keluarga yaitu kesulitan mengakses sarana pelayanan

kesehatan oleh keluarga dan dukungan oleh lingkungan sosial

(masyarakat). Penyebab lain pemasungan juga dapat berupa

kondisi ODGJ (Orang dengan gngguan jiiwa) parah, berat, atau

mengamuk membahayakan orang lain.

b. Dampak pasung

Pemasungan pada ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa)

akan berdampak negative, baik dampak fisik,psikologis dan

sosial. Dampak fisik yang ditimbulkan yaitu , kondisi kaki

akan mengecil, otot dari pinggul kekaki mengecil karena lama

tidak digunakan.

6. Definisi psikotik

Gangguan jiwa psikotik merupakan gangguan jiwa yang

dapat ditandai dengan hilangnya kemampuan dalam menilai

15 KEMENKES RI 2001

Page 25: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

25

realitas, Psikosis (gangguan jiwa) diartikan sebagai kedaan jiwa

yang tidak mampu menentukan realitas. Selain episode gangguan

jiwa orang tersebut tidak menyadari yang dialami orang lain.

Psikosis adalah istilah medis yang merujuk pada keadan mental

yang terganggu oleh delusi atau halusinasi. Delusi adalah

kesalahpahaman atau pandangan yang salah terhadap suatu hal,

sementara halusinasi adalah peresepsi kuat atas peristiwa yang

dilihat atau didengar tetapi sebenarnya tidak ada.

7. Masalah Sosial

Masalah sosial adalah suatu masalah yang berhubungan

dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.

Menurut soetomo, masalah sosial merupakan suatu kondisi yang

tidak diinginkan terjadi oleh sebagaian besar oleh warga

masyarakat. Masalah sosial dikatakan maslahh karena

menyangkut tata kelakuan yang bersifat immoral berlawanan

dengan hukum yang bersifat merusak. Masalah sosial tidak akan

mungkin ditelah tanpa mempertimbangkan ukuran-ukuran

masyarakat mengenai apa yangdianggap baik dan apa yang

dianggap buruk. Suatu gejala dapat dissebut sebagai sosial dapat

diukur melalui;

a. Tidak adanya kesesuaian antara nilai sosial dan tindak sosial

b. Sumber dari permasalahan sosial merupakan akibat dari

suatau masalah sosial dimasyarakat

Page 26: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

26

c. Adanya pihak yang menetapkan suatu gejala sosial

tergantung dari karakteristik masyarakat

d. Perhatian masyarakat dan masalah sosial

8. Menuju Indonesia Bebas Pasung

Pasung , yang didefinisikan secara longgar sebagai semua

bentuk pengengkangan fisik, sejak lama telah ada diberbagai

belahan dunia sebagai upaya masyarakat untuk membebaskan diri

dari gangguan dan sikap yang sulitdiatur dari orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ).16 Pasung oleh masyarakat tradisional

sering dianggap sebagaia upaya pengobatan. Didaeraah Yoruba,

Nigeria ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa) dipasung dalam

beberapa minggu oleh para penyembuh (dukun pengobatan

tradisional), sebelum dibiarkan bebas dan mengikutin pengobatan

selanjutnya. Bahkan dalam sejarahnya, pada perawatan rumah

sakit jiwa (RSJ) pengikatan secara fisik bnyak dilakukan sebagai

pengontrol perilaku penderita.praktik keliru dirsj ini kemudian

berhenti setelah philippe pinel dan William tuke pada akhir abad

ke 18 yang melepaskan rantai penderitaan dan memulai

pengobatan yang lebih memenusiakan penderita.

Di indonesia pemerintah india belanda juga telah melakukan

pemraktekan perawatan tanpa pengekangan di RSJ. Sayangya

ditengah masyarakat praktek pembebasan ini sulit dilakukan dan

16 Subandi, M,A.(2013).Dimensi Keluarga pasien psikotik dijawa..JURNAL Psikologi

Page 27: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

27

pemasungan ODGJ sulit dicegah. Akses masyarakat ke RSJ saat

ini sangat terbatas karena perawatan dipergunakan hanya untuk

bangsa eropa dan peribumi yang dekat dengan kekuasaan maka

tidak heran dibeberapa tempat praktek pemasungan seperti

budaya dalam mengatasi ODGJ (Orang dengan gangguan jiwa)

yang berperilaku menyimpang dan sulit dikendalikan.

Intruksi Mendagri ini tidak mendapat perhatian yang

sungguh-sunguh, pelaksanaannya masih jauh dari sempurna,

hingga akhirnya setelah bertahun-tahun kini instruksi tersebut

dilupakan. Saat ini, semakin disadari bahwa masalah pemasungan

adalah masalah luarbiasa komplek sehingga penanggulangannya

harus menyeluruh dan melibatkan banyak sektor.

E. Tinjaun Pustaka

Pertama, Peneliti yang pernah dilakukan oleh Uswatun Asiah Mahasiswa

Fakultas Syariah Jurusan Ilmu pemerintahan Universittas Islam Negeri

Sulthan Thaha Syaefudin Jambi yang berjudul’’Tanggung Jawab Pemerintah

Terhadap Orang Gila dijalanan ‘’. Peneliti ini membahas tentang keberadaan

orang gangguan jiwa yang ada dijalanan. Peneliti ini menggunakan metode

penelitian kualitatif.17 Masalah yang peneliti angkat yaitu tentang keberadaan

orang gangguan jiwa yang berkeliaran dijalan di Kota Jambi.

17 Uswatun Asiah, ‘’Keberadaan orang gangguan jiwa yang ada dijalanan’’ Skripsi

Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaefudin Jambi,2014

Page 28: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

28

Kedua, Peneliti yang dilakukan oleh Adelia Tiara Ulfa Mahasiswa

Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya yang berjudul,

Implementasi Program Administrasi Terpadu Manajemen Pasung

(Dikecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo) Skripsi ini membahas tentang

menjalankan program administrasi terpadu manajemen pemasungan. peneliti

ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.18

Ketiga, Pebri Yanasari Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga yang berjudul,

Implementasi Peraturan Gubernur DIY Nomor 81 Tahun 2014 Tentang

penanggulangan Pasung bagi ODGJ. Peliti ini membahasa tentang perturan

gubernur yang kualitas belum memadai untuk pengobatan ODGJ. Peneliti ini

menggunakan metode penelitian kualitatif.19

18 Adelia Tiara Ulfa, ‘’Implementasi Program Administrasi Terpadu Manajemen Pasung’’

Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Uiniversitas Negeri Surabaya,2016 19 Pebri Yanasari, Implementasi Peraturan Gubernur DIY Nomor 81 Tahun 2014 Tentang

penanggulangan Pasung bagi ODGJ’’ Skripsi mahasiswa Pascasarjan UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta,2017

Page 29: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

29

BAB II

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang

mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Sedangkan metodologi adalah

suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi

metodologi penelitian merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Dalam penelitian

ini menggunnakan metode kualitatif, yaitu penelitian dengan ciri

menggunakan seting alami, bersifat deskriptif, menekankan pada proses,

menggunakan pendekatan induktif dan memberikan perhatian kepada makna.

Metode kualitatif digunakan dengan cara melakukan pengumpulan data primer

secara langsung dilapangan dengan cara mewawancarai seluruh pelaku utama

dalam proses kebijakan secara mendalam ,dilakukan pengecekan antara

narasumber, dan dilakukan observasi langsung interaksi para pelaku dalam

kehidupan.20

20 Sayuti Una,(ED), Pedoman penulisan Skripsi ( Edisi Revisi),(Jambi ,Syariah)press, 2012),

hlm251

Page 30: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

30

1. Jenis Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang berasal dari sumber asli atau

pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk file-file. Data ini harus

dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu

orang yang kita jadikan sebagai sasaran untuk mendapatkan sebuah

informasi.21 Adapun subjek/responden dalam penilitian ini adalah

Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Jambi dan warga di Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh orang yang

melakukan penelitian dari data yang sudah ada sebelumnya, data ini

juga sebagai data peenunjang sumber utama untuk melengkapi sumber

data primer. Data sekunder ini dapat diperoleh melalui, buku, jurnal,

artikel, media masa, browsing internet, dan juga dokumentasi pribadi.22

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana

data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah orang

(Narasumber). Posisi narasumber sangat penting karena ia sebagai

21 Tim penyusun, pedeman penulian skripsi, cet ke -2 (jambi: syariah press, 2014) 22 Sayuti Una , (Pedoman Penulisan Skripsi(Edisi Revisi), Cet Ke 2 (Jambi : Syariah Press Dan

Fakultas Syariah UIN STS Jambi,2014), Hlm 34

Page 31: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

31

pemberi informasi.23 Sumber data dalam penelitian ini adalah orang

(narasumber) dan sebagai tambahan materi dan bahan yang berkaitan

dengan Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No 48 Tahun

2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik di Kabupaten

Tanjung Jabung Tinur.

3. Unit Analisi

Unit analisis merupakan sesuatu yang berkaitan dengan focus yang

diteliti. Unit analisis merupakan suatu peneliti yang dapat berupa benda,

individu, kelompok, wilayah, dan waktu tertentu sesuai dengan focus

penelitiannya.

Untuk hal ini ada satu metode yang nantinya akan digunakan yaitu

purposive sampling.24 Purposive sampling adalah sebuah teknik

penentuan sempel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel

yang diperlukan. Metode Purposive sampling ini mengarahkan untuk

meminta informasi kepada ketua atau anggota yang dapat memberikan

informasi yang akurat mengenai data yang akan diwawancarai nanti.

Titik focus yang akan diwawancarai yaitu Kepala Dinas Sosial dan

keluarga korban pasung.

23 Amirul Hadi dan Haryono, metodologi penelitian pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia,

1998), hlm 122 24 Ibid, hlm 48

Page 32: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

32

4. Instrumen Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah pengatan dalam suatu objek yang diteliti baik

secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

Nasution (1998) menyatakan bahwa obsevasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan . para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan

data yaitu, faktamengenai dunia pernyataan yang diperoleh

observasi.

Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis

mengguanakan metode observasi yaitu dengan mengamati, mencari

data dari beberapa fakta yang ada hubunganya dengan permasalahan

tersebut. Observasi penelitian ini ditunjukan untuk mengetaahui dan

mempperoleh data dengan melakukan pengamatan dalam

implementasi dan evaluasi kebijakan .

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi

verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh

informasi. Dalam wawancara pertanyaan dan jawaban diberikan

secara verbal. Hubungan antara penginterview dan yang diinterview

bersifat sementara, yaitu berlangsung dalang jangka waktu tertentu

dan kemudian diakhiri.25

25 Moehar Daniel, metode penelitian sosial,(Jakarta:Sinar Grafika Offset,2005),hlm.143.

Page 33: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

33

Wawancara ini dilakukan untuk memahami informasi secara

detail dan mendalam dari informan sehubungan dengan focus yang

diteliti. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan peneliti dengan cara tanya jawab sambil bertatapan muka

antara pewawancara dengan informan atau yang diwawancarai.

Peneliti menggunakan wawancara terbuka agar yang diwawancarai

tau bahwa mereka sedang diwawancarai dan tahu serta maksut dan

tujuan penenliti mengadakan wawancara. Selain itu peneliti

menggunakan metode wawancara tidak terstruktur. adapun yang

akan menjadi sasaran wawancara adalah;

1. Kepala Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

2. Staf dan pegawai Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

3. Keluarga korban pasung di desa teluk dawan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur.

Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh

data secara jelas dan akurat mengenai peran Dinas Sosial Kabupaten

Tanjung Jabung Timur dalam meningkatkan kesehatan jiwa

masyarakat.

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah tehnik yang digunakan peneliti dalam

melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-

dokumen dari sumber yang terpercaya. Data yang diperoleh nantinya

Page 34: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

34

akan berupa dokumen yang berupa gambar, tulisan ataupun dalam

bentuk dokumen.26

5. Teknis Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman didalam buku sugiyono

mengemukakan bahwa ‘’aktifitas dalam analisi data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas. Terdapat 3 teknis dalam analisis data kualitatif reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.27

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses berfikir yang memerlukan

kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan yang tinggi.

Bagi peneliti yang masih baru,dalam melakukan reduksi data dapat

mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli.

Reduksi data dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan

membuat ringkasan, menulis memo, membuat gugus-gugus dan

sebagainya dengan menyisihkan data atau informasi yang tidak

relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok memfokuskan pada hal-hal yang penting adapun data yang

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

26 Burhan Bunging, Penelitian Kualitatif,(Jakarta:Prenada Media Group,2007),hlm.129. 27 Sugiyono, Metode Kualitatif Dan RNB (bandung: alfabeta, 2013), hlm. 137.

Page 35: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

35

b. Penyajian Data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah data

display atau menyajikan data dalam penelitian kualitatif penyajian

data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antara kategori dan sejenisnya. Dalam hal itu miles and huberman

menyatakan ‘’the most frequent form of display data for qualitative

research data ini the past has been narrative text’’.yang paling sering

digunakan untuk penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan text yang bersifat narrative.

c. Penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan salah satu daari teknik analisis

data kualitatif. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat

sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang

kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Teknik analisis data yang ada didalam penelitian ini

dilaksanakan dengan tiga teknik yaitu mereduksi data yang akan

diperoleh dari hasil wawancara yang telah direkam kemudian

ditranskipkan dengan tujuan untuk dapat memudahkan peneliti

dalam memilah-milah data untuk dianalisis.

Page 36: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

36

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini,penulis mencantumkan sistematika penelitian

guna mempermudah bagi pembaca diantaranya sebagai berikut:28

BAB I : pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang , rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan peneliti, kerangka teori,

dan tentang tinjauan pustaka.

BAB II : Metode penelitian, bab ini membahas tentang pendekatan

peneitian, jenis dan sumber data,tehnik pengumpulan data, Tehnik

analisis data, sistematika penulisan dan jadwa meneliti.

BAB III : Gambaran umum lokasi Penelitian, bab ini memuat sejarah

terbentuknya dan letak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten

Tanjung Jabung Timur, Visi Misi dan program Dinas Sosial Dan

Tenaga Kerja Kabupaten Tanjab Timur. Tugas pokok dan fungsi Dinas

Sosial dan tenaga kerja Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sarana dan

program Struktur Organisasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten

Tanjung Jabung Timur.

BAB IV : Pembahasan Dan Hasil Penelitian, memuat penjelasan isi dari

penulisan skripsi yang membahas tentang Implementasi Peraturan

Gubernur Provinsi Jambi Tentang Penanggulangan Korban Pasung

Psikotik.

BAB V : Penutup, dalam penulisan skripsi ini terdiri dari kesimpulan

hasil penulisan skripsi,saran-saran dari hasil peneliti.

28 Sayuti Una, pedoman penulisan skripsi edisi revisi, (Jambi: Syari’ah press IAIN STS 2014),

hlm 69

Page 37: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

37

H. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian ini disusun untuk menjadi pedoman ketika

penelitian dilaksanakan. Dengan adanya jadwal penelitian akan mudah

mempersiapkan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksnakan

nantinya.

Table 1: Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2018/2019

Desember Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan judul X x

x x

2

Pembuatan

proposal

x x x x x x

,

3

Perbaikan

proposal dan

seminar

x

X

x

4 Surat izin riset

5

Pengumpulan

data

6

Pengolahan data

dan analisis data

7

Pembuatan

laporan

Page 38: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

38

8

Bimbingan dan

perbaikan

9

Agenda dan

ujian skripsi

10

Perbaikan dan

penjilidan

Page 39: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

39

BAB III

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Terbentuknya Dinas Sosial

Dinas sosial Kabupaten Tanjab Timur merupakan organisasi perangkat

Daerah yang terbentuk sejak januari 2017. Dinas Sosial telah diatur dengan

peraturan yang ada yaitu peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur

nomor 6 tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah

dan Peraturan Bupati Tanjung Jabung Timur nomor 31 tahun2016 tentang

Kedudukan, susunan Organisasi, tugas dan fungsi serta tata kerja Perangkat

Daerah.29

B. Visi

Terwujudnya Kesejahteraan Sosial Masyarakat yang Bermartabat,

kesetaraan dan Keadilan gender menuju Tanjung Jabung Timur

Merakyat.30

C. Misi

1. Meningkatkan peran serta masyarakat melalui sumber Kesejahteraan

Sosial ( PSKS) yang mandiri.

2. Meningkatkan kesejahteraan Sosial masyarakat melalui pemberdayaan

rehabilitas, perlindungan ddan jaminan Sosial.

29 Dokumen Sejarah Dins Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur. 30 Dokumen Visi Misi Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 40: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

40

3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana serta kualitas sumber

daya Aparatur

D. Tugas Pokok Dan Wewenang

Dinas sosial melaksanakan urusan pemerintahan daerah

berdasarkan asas otonom dan daerah pembantu.

Dinas sosial dimaksud pada Peraturan Bupati nomor: 31 tahun

2016 tentang struktur organisasi Dinas Sosial Kabupaten Tanjung

Jabung Timur menyelenggarakan fungsi.31

1. Perumusan kebijakan teknis, administrasi, dan operasional pelaksanaan

Pelayanan dibidang Rehabilitas Sosial, Pemberdayaan Sosial, bidang

Perlindungan dan Pemberdayaan Jaminan Sosial.

2. Penyelenggaraan pelayanan teknis operasional dibidang Rehabilitasi

Sosial, bidang Perlindungan Pemberdayaan Jaminan Sosial.

3. Penyelenggaraan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dukungan

aministrasi, dan kerja sama kepada seluruh unsur satuan organisasi

dilingkungan Dinas.

4. Pembinaan, bimbingan teknis dan supervise atas pelaksaan urusan

Dinas Sosial.

5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas dilingkungan Dinas Sosial.

6. Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang fungsinya.

31 Dokumen di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 41: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

41

Dinas Sosial memiliki tugas pokok termasuk dalam merencanakan,

mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan di bidang Sosial sesuai

dengan kebijakan pemerintah daerah.32

Adapun fungsi lain yang dilaksanakan Dinas Sosial antara lain:

a. Memberikan akses yang lebih besar kepada kelompok masyarakat

miskin,daerah terpencil/konflik serta penyandang gangguan

kejiwaan dan cacat untuk mengikuti rehabilitas, pengetahuan,

pendidikan, ketrampilan’

b. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar kesejahteraan

sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial.

c. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan manajemen

pelayanan kesejahteraan sosial

d. Mengembangkan dan menserasikan kebijakan untuk penanganan

masalah-masalah strategis yang menyangkut masalah kesejahteraan

sosial.

e. Peningkatan peran organisasi kemasyarakatan untuk kegiatan sosial

kemasyarakatan

E. Struktur organisasi

Tabel II: Struktur Organisasi

No Nama Jabatan NIP

1. H.Muhamad Ridwan,S.IP Kepala Dinas 197212071292031004

32 Dokumen Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2016

Page 42: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

42

2. Abdul Azis,S.KM.,M,P.H Sekertaris 197712152001015004

3. Hj. Elya Kasubag

umum dan

Kepegawaian

196910261992032012

4. Dian Maelestari,SE Kasubag Aset

dan

Keuangan

198005092006042007

5. Ayu Yuliana Tasya Putri Seksi,Politik,

Hukum,Sosia

l

198407262010012017

Tabel III.

Kelompok Jabatan Fungsional:

NO NAMA JABATAN NIP

1. Herman Firdaus,S,K.M Jaminan

Pelindungan

Sosial

1978112420005011004

2. Dedy Junaidi,BA Rehabilitasi

Sosial

196706211986031003

3. Herlizanti.S.,K,M. Rehabilitasi

Sosial

Lanjut Usia

196909241990022001

4. Jaipatul Aswar,S.KM Rehabilitas

Sosial

Penyandang

Disabilitas

196411181987031004

5. Husaini,S.PD.I Jaminan

Sosial

Keluarga

dan Fakir

Miskin

198209202009011007

6. Irpaidi,A.Ks Seksi

Korban

Bencana

Sosial Orang

Terlantar

197608162011011003

Page 43: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

43

dan Korban

Perdagangan

Anak

.

F. Letak Geografis Kantor Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung

Timur

1. Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Kabupaten Tanjung Jabung Timur terbentuk berdasarkan undang-

undang No. 54 Tahun 1999 dan undang-undang No. 14 Tahun 2000

dengan luas 5.445 Km2 atau 10,2 % dari luas wilayah provinsi Jambi,

namun sejalan dengan berlakunya undang-undang No. 27 Tahun 2007

tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, luas

wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur termasuk perairan dan 29

pulau kecil (11 di antaranya belum bernama) menjadi 13.102,25 Km2.

Disamping itu memiliki panjang pantai sekitar 191 km atau 90,5 %

dari panjang pantai provinsi Jambi.33

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang terletak di pantai timur

pulau Sumatra ini berbatasan langsung dengan Provinsi Kepulauan

Riau dan merupakan daerah hinterland segitiga pertumbuhan ekonomi

Singapura-Batam-Johor (SIBAJO).

Wilayah perairan laut kabupaten ini merupakan bagian dari alur

pelayaran kapal nasional dan internasional (ALKI I) dari utara

keselatan atau sebaliknya, sehingga dari sisi geografis daerah ini

sangat potensial untuk berkembang Kabupaten Tanjung Jabung Timur

33 Dokumen Sejarah Kabupaten TanJab Timur

Page 44: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

44

secara geografis terletak pada 0°53’ - 1°41’ LS dan 103°23 - 104°31

BT dengan luas 5.445 Km² dengan ketinggian Ibu kota-Ibu kota

Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkisar antara

1–5 m dpl. Kabupaten Tanjung Jabung Timur mempunyai luas wilayah

5.445 Km².34

2. Jarak Ibu kota ke Ibu kota lainnya

Jarak dari Muara Sabak yang merupakan Ibu Kota Kabupaten

Tanjung Jabung Timur ke beberapa Ibu Kota Kabupaten / Kota dalam

Provinsi Jambi:

Untuk Ibu Kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat ditempuh

melalui 3 (tiga) Jalur / Ruas Jalan yaitu:

Jalur Timur, melalui Ruas Jalan Jambi – Suak Kandis (134 Km)

Jalur Barat, melalui Ruas Jalan Jambi – Sengeti – Simpang Tuan

(122 Km)

Jalur Tengah (dalam persiapan), melalui Ruas Jalan Jambi – Jambi

Kecil – Rantau Karya / Zone V (37 Km)

3. Topografi

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang sebagian secara topografi,

seluruh kawasan mempunyai kelerengan antara 0 – 3 % (datar).

Kawasan ini dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan

syarat input drainase, yang berfungsi juga sebagai saluran irigasi

karena adanya pengaruh arus pasang. Berdasarkan hasil studi serta

34 Sejarah Kabupaten Tanjung Jabung Timur 2018

Page 45: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

45

pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya, semua elevasi di daerah

rawa-rawa sepanjang Sungai Batanghari dinyatakan dalam acuan

ketinggian yang sama, yaitu dalam meter di atas Project reference

Level (M + PRL). Acuan ketinggian di kawasan perencanaan diambil

dari ketinggian BM (Bench Mark) BK 63.35

4. Jenis Tanah

Penyebaran tanah di kawasan Kabupaten Tanjung Jabung Timur

secara makro pada umumnya adalah tanah yang selalu dipengaruhi

oleh air, yaitu tanah-tanah yang berumur muda dan tanah organik atau

tanah gambut. Beberapa jenis tanah yang terdapat di kawasan

perencanaan menurut Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1983),

yaitu: Aluvial Tionik, Aluvial Gleik, Aluvial Humik, Organosol Fibrik,

Organosol Saprik, Organosol Humik, dan Gleisol Humik.

Gambut terbentuk karena pengaruh iklim terutama curah hujan

yang merata sepanjang tahun dan topografi yang tidak merata sehingga

terbentuk daerah-daerah cekungan. Pada daerah cekungan dengan

genangan air terdapat longgokan bahan organik. Hal ini disebabkan

suasana yang langka oksigen menghambat oksidasi bahan organik oleh

jasad renik, sehingga proses hancurnya jaringan tanaman berlangsung

lebih lambat daripada proses tertimbunnya, dengan demikian

terbentuklah gambut, Sementara itu potensi gambut di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur tersebar di dua Kecamatan yaitu Kecamatan

35 Dokumen topografi Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Page 46: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

46

Mendahara dan Kecamatan Dendang. Dari hasil penyelidikan

diketahui bahwa kandungan kalori gambut berkisar antara 4000-5500

kalori/gram dengan tebal maksimum berkisar antara 5-13 meter.

Kandungan abu berkisar antara 2,13-4,19 persen, sedangkan

kandungan sulfur berkisar antara 0,27-0,63 persen.

Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai

berikut;

a. Berbak

b. Sadu

c. Nipah Panjang

d. Rantau Rasau

e. Dendang

f. Muara Sabak Timur

g. Muara Sabak Barat

h. Kuala Jambi

i. Geragai

j. Mendahara Ulu

k. Mendahara

Secara administrative Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdiri

dari 11 Kecamatan, 73 Desa dan 20 Kelurahan. Adapun nama-nama

Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah sebagai

berikut:

a. Kecamatan Muara Sabak Timur dengan Ibu Kota Muara Sabak Ilir

Page 47: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

47

b. Kecamatan Muara Sabak barat dengan Ibu Kota Nibung Putih

c. Kecamatan Kuala Jambi dengan Ibu Kota Kampung Laut

d. Kecamatan Dendang dengan Ibu Kota Rantau Indah

e. Kecamatan Mendahara dengan Ibu Kota Mendahara Ilir

f. Kecamatan Mendahara Ulu dengan Ibu Kota Pematang Rahim

g. Kecamatan Geragai dengan Ibu Kota Pandan Jaya

h. Kecamatan Rantau Rasau dengan Ibu Kota Bandar Jaya

i. Kecamatan Berbak dengan Ibu Kota Simpang

j. Kecamatan Nipah Panjang dengan Ibu Kota Nipah Panjang II

k. Kecamatan Sadu dengan Ibu Kota Sungai Lokan

5. Direktorat Kesehatan Jiwa menetapakan pasung sebagai masalah

serius penetapan ini atas beberapa landasan

a. Pasung adalah kasus nyata, mudah dijumpai dengan jumlah kasus

cukup tinggi

b. Menimbulkan dampak negative bagi penderita dan keluarga

c. Menyebar secara nasional tidak hanya dirasakan oleh daerah atau

Provinsi tertentu, atau oleh golongan tertentu

d. Sangat menyenytuh masalah kemanusiaan sehingga akan mampu

menarik perhatian masyarakat secara umum

e. Terkait dengan banyak sector sehingga banyak sector yang

berkepentingan mendukung program penanggulangan

f. Dapat segera meningkatkan kesadaran masyarakat dan pemerintah

secara keseluruhan terhadap masalah kesehatan jiwa

Page 48: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

48

g. Penanggulangan masalah ini akan langsung bermanfaat bagi

masyarakat

h. Penanggulangan pasung dipercaya akan meningkatkan perbaikan

pelayanan kesehatan jiwa secara keseluruhan

i. Masalah pasung sudah sering disorot oleh berbagai media

internasional yang tentu bila didiamkan dapat menimbulkan

pandangan negative terhadap Indonesia

Page 49: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

49

BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Peraturan Gubernur Provinsi Jambi N0 48 Tahun 2014

Tentang Penanggulangan Korban Pasung Psikotik (Orang Dengan

Gangguan Jiwa)

Seseorang dianggap memiliki penyakit gangguan jiwa psikotik atau yang

sering kita sebut dalam kehidupan sehari hari adalah ‘’orang gila’’ jika seorang

individu menunjuk suatu tingkah laku yang berbeda tidak mengikuti aturan

yang berlaku, tidak pantas, mengganggu dan tidak dapat dimengerti dengan

kriteria biasa. Ketika melihat kehidupan orang yang berperilakuaneh yang

timbul dalm hati nurani adalah perasaan kasihan terhadap mereka, pasalnya

mereka jarang mendapat perhatian dari orang sekitar, bahkan mereka sendiri

tidak menyadari kehadiran diri mereka dibumi. ODGJ (Orang dengan

Gangguan Jiwa) Psikotik sering dianggap sampah masyarakat karena

keberadaannya cukup mengganggu, bahkan keluarga pun memasung penderita

agar tidak membuat resah masyarakat sekitar. Orang dengan gangguan jiwa

pada umumnya ingin merasakan kebebasan tanpa aturan, makanya kebanyakan

dari mereka berkeliaraan dan terkadang membua masalah sehingga keluarga

memilih untuk memasung korban padahal sebenarnya pasung tidak boleh

dilakukan tapi keluarga memilih memasung korban agar korban tidak membuat

masalah.

Page 50: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

50

Pada saat ini dana yang dialokasikan pemerintah Indonesia untuk

pelayaanan kesehatan jiwa masih sangat minim, dengan cenderung terfokus

pada fasilitas kesehatan tersier seperti rumah sakit jiwa. Namun hambatan

geografis dan stigma ‘’Gila’’ dimasyarakat menjadi hambatan bagi penderita

masalah dengan gangguan jiwa untuk berobat di RSJ, kecuali saat mereka

dalam kondisi akut.

Orang dengan gangguan jiwa adalah istilah resmi pada penyandang jiwa

berdasarkan undang-undang Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014. Orang

dengan gangguan jiwa khususnya penderita gangguan jiwa yang berat

psikotik, belum sepenuhnya mendapatkan perlakuan yang baik serta memenuhi

hak asasi manusia.36 Hasil survey kesehatan di daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Timur yaitu di Dusun Alamsyah Kecamatan Mendahara ulu terdapat

beberapa orang dengan gangguan jiwa. Terdapat 10 orang yang menderita

gangguan jiwa berat yang ada didusun alamsyah.

Tabel 4: Nama-nama penderita gangguan jiwa

No Nama Korban Umur Alamat

1. Heri 45 tahun Kecamatan Sabak Timur

2. Mr X/ Fauzi 30 tahun Kecamatan Mendahara Ulu

3. Mr X/ Isro 50 tahun Kecamatan Mendahara Ulu

4. Mr X/Tamitun 35 tahun Kecamatan Mendara Ulu

5. Mr X/ falid 56 tahun Kecamatan Mendahara Ulu

6. Mr X/ Rio 38 tahun Kecamatan Mendahara ulu

7. Sailah 40 tahun Kecamtan Mendahara Ulu

36 Undang-Undang Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014

Page 51: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

51

8. Suriati 55 tahun Kecamatan Mendara Ulu

9. Sarbani 60 tahun Kecamtan Mendara Ulu

10. Kaidir 40 tahun Kecamatan Mendahara Ulu

Tabel 5: Nama Pasien yang berada di RSJ Kota Jambi

NO NAMA PASIEN UMUR ALAMAT KETERANGAN

1. Suwarsih 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

2. Novita 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

3. Septia dera 44 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

4. Maritin 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

5. Budi rahman 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

6. Irawan 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

7. Jon 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

8. Sayuti 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

9. Dani 34 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

10. Ahmad 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

11. Herman 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

12. Irwan 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

13. Sairi 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

14. Maizan 44 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

15. Doni 35 DINSOS TANJAB N.BPJS

Page 52: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

52

TIMUR

16. Angga 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

17. Juminten 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

18. Zainudin 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

19. Suarto 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

20. Yahya 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

21. Warsono 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

22. M.nur 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

23. Jon 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

24. Minharno 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

25. Jail 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

26. Toi 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

27. Indramawan 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

28. Ngandiran 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

29. Mina 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

30. Noni 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

31. Budi rahma 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

32. Aziz 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

33. Warsono 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

34. Pernando 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

Page 53: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

53

35. Frengki 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

36. Rohman 56 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

37. Kasan 32 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

38. Irsad 29 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

39. Ananda 34 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

40. Yunas 25 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

41. Bani 33 DINSOS TANJAB

TIMUR

N.BPJS

42. Zaki 35 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

43. Mirda 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

44. Saiyah 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

45. Inaya 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

46. Burhan 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

47. Ilham 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

48. Gita 30 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

49. Siswoyo 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

50. Tukiman 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

51. Buno 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

52. Wanti 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

53. Gino 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

Page 54: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

54

54. Argo 50 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

55. Fanton 45 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

56. Subhando 40 DINSOS TANJAB

TIMUR

BPJS

Dengan masih adanya pemasungan yang ada daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Timur penulis melakukan wawancara dengan Kepala Dinas Sosial yaitu

Bapak H.Muhamad Ridwan,S.IP dan beliau menjelaskan bahwa

‘’Pemasungan dilakukan karena status ekonomi merupakan factor yang

paling dominan pada pemasungan yang dilakukan dalam keluarga ataupun

rumah tangga terhadap orang dengan gangguan jiwa berat. Alasan lain

yaitu kurang nya wawasan atau kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat

mengenai perarturan Gubernur Provinsi Jambi nomor 48 tahun 2014

tentang penanggulangan korban pasung’’.37

Dan penulis juga mewawncarai Kabid Rehabilitas Sosial yaitu Bapak

Dedy Junaidi,BA. Untuk mengetahui bagaimana cara agar implementasi

Peraturan Gubernur Jambi No 48 Tahun 2014 Tentang penanggulangan korban

pasung bisa teratasi;

‘’menurut saya agar peraturan ini bisa berjalan baik seharusya kami

mensosialisasikan lebih luas lagi kepada masyarakat agar masyarakat

memahami peraturan tersebut. lebih lanjut lagi Pemerintah dan Pemerintah

Daerah bertanggung jawab atas pemerataa.n penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat

termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan gangguang jiwa untuk

masyarakat miskin’’.38

37 Wawancara dengan bapak Muhamad Ridwan Selaku Kepala Dinas Sosial Kabupaten

Tanjung Jabung Timur pada tanggal 25 agustus 2019 38 Wawancara dengan Bapak Dedy Junaidi selaku Kabid Rehabilitas Sosial 25 agustus 2019

Page 55: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

55

Adapun kendala yang dihadapi Dinas Sosial dalam Implementasi atau

pelaksanaan Peraturan Gubernur Provinsi Jambi nomor 48 tahun 2014 tentang

Penanggulangan Korban Pasung Psikotik, penulis mewawancarai Bapak

Jaipatul Aswar,SKM. Seksi Rehabilitas Sosial Penyandang Disabilitas

menjelaskan;

‘’Peraturan Gubernur Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014 Tentang

Penanggulangan Korban Pasung Psikotik belum terimplementasikan

dengan baik sesuai apa yang diatur didalam nya. Perlu adanya upaya lebih

keras dalam penjalanan fungsi atas peran yang terteraa dalam pergub

penanggulangan pasung seperti keberfungsian tim prngarahan kesehatan

jiwa dengan lebih memperhatikan fungsi dan peranya dalam penanganan

orang dengan gangguan jiwa yang dipasung dan harus bekerja sama

dengan aparat yang terkait’’.39

Untuk mengatasi kendala yang dihadapin Dinas Sosial juga mengupayakan

atau mengatasin penerapan pelaksaan korban pasung psikotik disini penulis

mewawancarai Bapak Herman Firdaus, S.KM selaku Bidang Jaminan

Perlindungan Sosial beliau menjelaskan;

“ Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah harus terjun kemasyarakat

dan menjelaskan dengan sejelas jelas nya tentang Peraturan Gubernur

Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban

Pasung Psikotik, jadi masyarakat yang ada didesa tau tentang peraturan

tersebut, dan pemerintah juga harus mengadakan pengobatan gratis untuk

penderita gangguan jiwa psikotik’’.40

Masalah kesehatan jiwa sejajar dengan kesehatan yang lain, padahal

gangguan jiwa merupakan penyumbang utama terhadap beban penyakit dari

39 Wawancara dengan Bapak Jaipatul Aswar selaku Seksi Rehabilitas Sosial Penyandang

Disabilitas 25 agustus 2019

40 Wawancara dengan bapak Herman Firdaus selaku Bidang Jaminan Perlindungan Sosial 25

agustus 2019

Page 56: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

56

segi tahun hidup. Rendahnya perhatian pemerintah terlihat dari pembangunan

fasilitas kesehatan jiwa yang kurang, apalagi untuk Daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Timur masih minim tentang pemeriksaan orang gangguan jiwa

psikotik. Jadi korban atau seseorang yang mengalami gangguan jiwa psikotik

lebih baik dipasung karena keluarga korban kwatir nantinya korban akan

berkliaran dan membahayakan orang lain, bukan hanya itu alasan keluarga

korban memasung korban juga karna factor ekonomi.41

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memeihara agama,

akal, jasmani, harta dan keturunan bagi umat manusia. Diantara kelima unsur

tersebut yang berkaitan dengan kesehatan adalah jiwa, akal dan jasmani.

Anggota badan manusia pada hakekatnya adalah milik Allah yang

dianugerahkanya untuk dimanfaatkan dengan sebaik baiknya, bukan untuk

disalahgunakan. Sehingga islam mengajarkan kepada kita untuk mencegah

terjadinya stress, dengan cara melarang semua benda atau segala aktifitas yang

dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan daya fikir.42

Pemeliharaan akal sangat dipentingkan dalam islam, karena dengan

mempergunakan akalnya, manusia dapat berfikir tentang allah, alam semesta,

dan dirinya sendiri. Dengan menggunakan akalnya manusia dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan, dan teknologi. Oleh karena itu,

pemeliharaan akal menjadi salah satu dari tujuan hukum islam. Penggunaan

akal harus diarahkan pada hal-hal atau sesuatu yang bermanfaat bagi

kepentingan hidup manusia, bukan untuk merugikan kehidupan. Dan untuk

41 Irmasyah, Pandu Setiawan, Masa depan kesehatan jiwa diindosia, Negara 42 Irmansyah , Prasetyo Y, 2009. Human rights of person with mental ilnes in Indonesia.

Page 57: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

57

memelihara akal maka itullah islam melarang orang meminum setiap minuman

yang memabukan yang disebut dengan istilah khamar, dan menghukum setiap

perbuatan yang dapat merusak akal manusia.

Orang dengan gangguan jiwa psikotik yang dipasung seharusnya kita

rangkul dan kita beri pengobatan agar bisa sembuh seperti sediakala, bukanya

kita memasung orang gangguan jiwa psikotik karena hal seperti itu bukan

menyelesaikan masalah justru menambah masalah bahkan termasuk kedalam

pelanggaran HAM (Hak asasi manusia) dan dikenakan pidana bagi

pelanggarnya. Mereka yang memasung orang gangguan jiwa psikotik tidak

memikirkan bagaimana nasib korban dan keselamatan korban.43

Tidak ada yang bisa memastikan kondisi kejiwaaan dari orang gangguan

jiwa psikotik, terkadang mereka bahagia, sedih dan terkadang marah.

Marahnya orang dengan gangguan jiwa psikotik yang memiliki dampak yang

luar biasa bagi kehidupan masyarakat sekitar, karena ketia mereka marah

apopun bisa terjadi bahkan bisa menimbulkan korban jiwa. Sudah banyak yang

terjadi kasus terkait marah atau mengamuknya Orang Dengan gangguan jiwa

psikotik, mereka yang ngamuk bisa memukuli masyarakat.44

Untuk itu selain dibutuhkan masyarakat dan keluarga dalam menangani

korban pemasungan, juga dibutuhkan respon pemerintah agar para korban

pemasungan mampu memenuhi haknya seperti warga Negara lainya untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa sehinnga dapat hidup sehat dan mampu

berbaur kembali dalam kehidupan manusia normal lainya.

43 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2013

Page 58: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

58

B. Kendala dan Upaya Dinas Sosial Kabupten Tanjung Jabung Timur dalam

Mengatasi Korban Pasung Psikotik.

Dalam pelaksanaan kebijakan ini tentunya tedapat beberapa permasalahan

yang dialami oleh Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan juga pihak-pihak lain

yang terlibat dalam penanganan kesehatan jiwa ini. Kendala yang dialami

diantaranya masih minim nya kerja sama lintas sector. Yakni kerja sama antara

pihak Dina Kesehatan dan Dinas Sosial yang sampai sekarang belum terjalin.

Dinas sosial sebagai salah satu yang diharapkan dapat menyediakan tempat

rehabilitasi bagi mantan peenderita kesehatan jiwa Psikotik. Karena mengingat

proses penyembuhan bagi penderita kesehatan jiwa tidak hanya cukup dengan

obat saja.

Selain itu kurangnya tenaga medis yakni belum adanya dokter spesialis

yang menangani langsung masalah ini. keberadaan dokter spesialis gangguan

jiwa diperlukan keberadaannya, mengingat untuk mendiaknosa pasien lebih

lanjut tidak cukup dengan dokter umum saja dan juga tindakan pemasungan,

yang biasa dilakukan masyarakat menurutnya hal biasa. Tak jarang juga,

mereka yang mempunyai anggota keluarga dengan masalah kejiwaan sering

menutup diri dari lingkungan. Hal ini jelas mempersulit petugas untuk masuk

dan mendeteksi dini pasien tersebut padhal jelas tindakan itu melanggar hak

asasi manusia dibutuhkan pendidikan untuk kesehatan jiwa untuk masyarakat.

Kendala lain yang dirasa masih sering terjadi yakni pendapat masyarakat

tentang penderita kesehatan sakit jiwa yang sampai saat ini masih belum

berubah. Sedangkan dari pihak masyarakat sendiri mengatakan bahwa mereka

Page 59: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

59

tidak megalami kendala sama sekali hanya ada salah satu keluarga korban yang

sampai saat ini masih mengalami kendala dalam proses peyembuhan, anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.

Ini yang sampai sekarang masih dialami keluarga bapak budi yang tinggal

didesa petamit kecamatan mendahara tengah, adik kandung bapak budi yang

bernama sofyan itu tidak mau minum obat sehingga bapak sofyan sangat sulit

untuk sembuh, padahal obat tersebut sudah dicampur dengan air mineral tetapi

tetap saja obat tersebut tidak diminumnya.

Selain itu masyarakat menyatakan tidak ada kendala yang dialami selama

ini karena dari keluarga korban itu sendiri tidak mengetahui persoalan yang

dialami oleh pihak-pihak terkait dalam melakukan kebijakan ini.

1. Pasung dan masalah Kejiwaan Diindonesia

Secara nasional, isu kesehatan jiwa belum cukup untuk mendapatkan

perhatian pemangku kebijakan terkait, yang begitu beeragam dan tersebar

diberbagai instansi dalam unit-unit kecil, akibatnya, perhatian terhadap

instansi masalah kesehatan jiwa tidak besar, tenggelamnya dalam masalah

utama instansi induk. Dalam hierarki organisasi pemerintahan, tingkat

tertinggi dalam kesehatan jiwa ada di KEMENKES.

Agenda utama dari Kementrian Kesehatan hingga tahun 2015 memacu

pada target millennium develofmen gols (MDGs) yang tidak memberi

prioritas secara langsung pada prioritas kesehatan jiwa. Meski demikian

karena berada dalam tingkat tertinggi di organisasi pemerintahan sudah

sewajarnya Direktorat kesehatan jiwa menjadi leader dalam urusan

Page 60: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

60

kesehatan jiwa ditingkat nasional. Selain itu direktorat kesehatan jiwa

selama ini selalu di pimpin oleh psikeater dan sebagaian besar terdiri dari

professional kesehatan jiwa seperti psikiater, psikolog dan perawatan jiwa

sehingga memperkuat peran kepemimpinan dalam kesehatan jiwa

diindonesia. 45

Sementara di Kementrian Sosial terdapat unit yang terkait kesehatan

jiwa dengan eselon yang jauh lebih kecil, sehingga sulit untuk mengangkat

masalah kesehatan jiwa melalui instansi induknya. Di Kementrian terkait

lain, seperti Kementrian pendidikan dan Kementrian Pemberdayaan

Perempuan bahkan tidak dijumpai secara khusus kantor yang menangani

masalah kesehatan jiwa.

Masalah kesehatan jiwa yang begitu luas dan beragam ikut

mengamburkan focus perhatian. Umumnya orang memandang masalah

kesehatan jiwa hanya sebagai masalah sederhana saja. Sementara

pemasungan ODGJ Psikotik hanya dianggap masalah sosial saja. Karena

untuk untuk menciptakan upaya terobosan yang bersifat nasional,

dirasakan perlu merumuskan isu penting dan mendesak yang dapat

menarik perhatian dan meningkakan kesadaran seluruh pemangku

kebijakan.46

Dari berbagai masalah kesehatan jiwa, telah diindentifikasi beberapa

kasus seperti bunuh diri, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan

45 RI,B.P.K.D.P.2008 Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta: Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI 46 Suprapti Slamet,Dkk, Pengantar Psikologis Klinis ‘( Jakarta UI’Pres 2003),hlm 29

Page 61: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

61

didalam masyarakat setempat , serta masalah dimensia, penelantaran dan

pemasungan penderita gangguan jiwa psikotik.47

2. Masalah Kemanusiaan

Bagi korban, pasung mengakibatkan penderitaan yang luar biasa

baik secara fisik maupun emosional, bayangkan, hidup dengan kaki

terikat, bahkan samapi terpaku pada balok yang sangat besar jangan

untuk berjalan, berdiri dsn bergerakpun tidak bisa. Yang bisa

dilakukan adalah duduk dengan posisi lurus dan tidur hanya polisi

terlntang, tidak mungkin untuk miring atau tengkurap.48 Bentuk

pasung yang lebih ringan kaki penderita hanya dirantai yang

memungkinkan untuk berdiri dan berjalan meski hanya dengan radius

terbatas.

Penderita dikurung dalam ruang yang sangat sempit, yang hanya

memungkin korban duduk meringkuk dan rebahan. Bagai mahlik yang

nista, mereka dibiarkan diluar rumah dibuatkan gubuk seadanya

bahkan dibiarkan ditempat terbuka. Jelas korban tidak terlindungi dari

dinginya cuaca malam dari serangan nyamuk dan serangan lain,

mereka makan dan minum seadanya atas pemberian orang serta

berada ditempat yang sama sebagai tempat tidur dan peturasan (

tempat buang air kecil ).49 Fisik mereka menurun drastic bukan hanya

gizi buruk sekujur tubuh dipenuhi jamur atau radang kulit lainya.

Ditemukan otot-otot kaki sudah mengecil akibat tidak digunakan

47 Wahyu Cahyono, Merawat dan Mencegah Korban Pemasungan, Jakarta 2016 48 Disabilitas in Indonesia, Larangan Pemasungan. United Start Of Amerika 49 ibid

Page 62: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

62

sekian lama sehingga tidak mampu menompang tubuh sendiri

ketahanan mental mereka juga runtuh, sudah tidak merasakan lagi

sebagian dari kehidupan manusia sebagian dari mereka terus jatuh

dalam kondisi gangguan jiwayang semakin dalam.

Korban pasung merasakan dirinya sudah terbuang, dihukum,

dan disiksa dengan kejam. Dalam stu narasi laporan HRW salah

seorang mantan pasung mengatakan hidup dalam neraka. Jelas pasung

adalah masalah kemanusiaan, korban pelanggaran hak asasi yang

berat, diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi dan merendahkan

martabatnya sebagai manusia. Boleh dikatakan perlakuan terhadap

korban sangat tidak beradap. Jika melihat mereka yang dipasung,

nurani kita sebagai manusia akan sangat tersentuh.korban mendapat

hukuman tidak manusiawi tanpa melakukan keslahan apapun,

mendapatkan hukuman terberat tanpa proses pengadilan.

3. Upaya yang dilakukan Dinas Sosial

Dinas Sosial dan Pemerintah Kabupaten Tanjab Timur

sudah melakukan upaya untuk mengatasi korban pasung yaitu

dengan cara mensosialisasikan tentang Peraturan Gubernur Jambi

Nomor 48 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Korban Pasung

Psikotik. Karena kurangnya wawasan bagi masyarakat yang ada

di Tanjab Timur maka pemerintah juga mendatangi keluarga

korban dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberi arahan

tentang peraturan yang sudah diterapkan. Diperlukan beberapa

Page 63: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

63

uapaya ekstra untuk mempercepat tercapainya Indonesia bebas

pasung yang secara bersamaan akan juga meningkatkan layanan

kesehatan jiwa secara umum.

Beberapa upaya ekstra yang perlu dilakukan misalnya;

pencanangan secara nasional oleh pemerintah setempat atau

pemimpin Negara (Presiden) sehingga dapat menimbulkan

kesadaran nasional dari semua istitusi Pemerintah maupun

masyarakat umum tentang perlunya perhatian pada masalah

kesehatan jiwa. Dan hal lain adalah perlunya penyediaan

anggaran yang memadai untuk program bebas pasung dan

kesehatan jiwa lainnya. Tentunya tanpa anggaran yang cukup,

sulit untuk menjalankan program dan mencapai tujuan

menghapus praktik pasung diindonesia dan menanggulangi

masalah kesehatan jiwa lainya.

Peneliti mewawancarai Kepala Dinas yaitu Bapak

H.Muhamad Ridwan,S.IP untuk menanyakan bagaimana upaya

Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur untuk mengatasi

penerapan atau pelaksanaan korban pasung psikotik;

‘’Upaya yang sudah dilakukan yaitu dengan memberikan nya

pengobatan gratis pada penderita gangguan jiwa psikotik agar

korban atau penderita itu bisa direhabilitasi dengan baik dan

sembuh seperti semula walaupun harus membutuhkan jangka

waktu yg cukup lama, dengan diadakanya pengobatan gratis juga

agar mempermudah bagi masyarakat yang kurang mampu.’’.50

50 Wawancara dengan bapak H.Muhamad Ridwan selaku Kepala Dinas pada tanggal 25

agustus 2019

Page 64: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

64

Proses penyembuhan gangguan jiwa psikotik membutuhkan

waktu yang sangat lama dan tidak hanya cukup dilaakukan

dengan pengobatan saja. Butuh waktu yang lama untuk

memulihkan kesehatan jiwa dan perlu dukungan kelurga untuk

membantu kesembuhan korban.

C. Efektifitas Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur

dalam Mengatasi Korban Pasung Psikotik

Kinerja Dinas Sosial Kabupaten Tanjung Jabung Timur menurut

saya belum berjalan dengan efektif karena minimnya kerja sama antara

lintas sector. Dinas Sosial juga kurang besosialisasi terhadap masyarakat

yang berada di daerah terpencil, dan masih kurang memadainya fasilitas

pengobatan bagi orang dengan gangguan jiwa psikotik, Pemerintah juga

harus terjun langsung kemasyarakat. Pada umumnya kinerja merupakan

suatu alat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi

kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinnerja sesuai

dengan target yang telah direncanakan.

Pengukuran kinerja merupakan alat yang bermanfaat dalam usaha

pencapaian tujuan, oleh karena itu pengukuran kinerja dapat dilakukan

suatu proses penilaian terhadap suatu tujuan yang sudah ditetapkan dan

pengukuran kinerja dapat memberikan penilaian yang objektif.

Ada beberapa strategi untuk menerapkan sistem kinerja yang tepat

dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan :

Page 65: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

65

1. Komunikasi mrupakan hal penting dalam penciptaan dan

pemeliharaan dalam sistem kinerja,komunukasi juga sebainya dari

berbagai arah dan sumber informasi data yang real.

2. Pengumpulan data dan pelaporan, pengukuran kinerja harus,

pengukuran kinerja harus tepat waktu mudah diimplementasi dan

didefinisikan secara jelas. Kecepatan adalah merupakan hal penting

dalam pengumpulan data

3. Menciptakab akuntabilitas kinerja, suatu instansi/unit kerja perlu

menetuukan siapa yang bertanggung jawab terhadap pengukuran

kinerja seseorang harus bertanggung jawab dalam mendapatkan

informasi yang diperlukan dan melaporkan secara tepat waktu.

Page 66: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa;

Peraturan Gubernur Provinsi Jambi No 48 Tahun 2014 Tentang

Penanggulangan Korban Pasung Psikotik belum terimplementasikan dengan

baik sesuai apa yang diatur didalam nya. Perlu adanya upaya lebih keras

dalam penjalanan fungsi atas peran yang terteraa dalam Pergub

Penanggulangan Pasung seperti keberfungsian tim prngarahan kesehatan jiwa

dengan lebih memperhatikan fungsi dan peranya dalam penanganan orang

dengan gangguan jiwa yang dipasung dan harus bekerja sama dengan aparat

yang terkait.

Agar Peraturan ini bisa berjalan baik seharusya Pemerintah

Mensosialisasikan lebih luas lagi kepada masyarakat agar masyarakat

memahami peraturan tersebut.lebih lanjut lagi Pemerintah dan Pemerintah

Daerah bertanggung jawab atas pemerataa.n penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat termasuk

pembiayaan pengobatan dan perawatan gangguang jiwa untuk masyarakat

miskin.Pemasungan dilakukan karena status ekonomi merupakan factor yang

paling dominan pada pemasungan yang dilakukan dalam keluarga ataupun

rumah tangga terhadap orang dengan gangguan jiwa berat. Alasan lain yaitu

Page 67: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

67

kurang nya wawasan atau kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat

mengenai perarturan Gubernur Provinsi Jambi nomor 48 tahun 2014 Tentang

penanggulangan korban pasung.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Pemerintah harus terjun kemasyarakat

dan menjelaskan dengan sejelas jelas nya tentang Peraturan Gubernur

Provinsi Jambi Nomor 48 Tahun 2014 tentang penanggulangan korban

pasung psikotik, jadi masyarakat yang ada didesa tau tentang peraturan

tersebut, dan pemerintah juga harus mengadakan pengobatan gratis untuk

penderita gangguan jiwa psikotik.

B. Saran

Pemerintah yang dalam hal ini Dinas Sosial dan Tenaga kerja seharusnya

mempunyai panti atau tempat penampungan ODGJ Psikotik yang sudah

direhabilitasi atau sudah sembuh lepas dari pemasungan dan memberikan

pembinaan atau pelatihan agar ketika mereka berbaur dengan masyarakat

mereka tidak lagi menjadi sampah, dan mampu menjalankan kehidupan

sebagaimana kehidupan orang normal lainya. Kita juga sebagai masyarakat

tidak bisa selalu menyalahkan pemerintah, kita harus tetap bersatu dan gotong

royong dalam menyelesaikan masalah sosial termasuk dalam menyelesaikan

masalah pemasungan terhadap ODGJ psikotik.

Kerjasama yang baik antara pemerintah masyarakat ataupun masyarakat

dengan masyarakat harus berjalan dengan baik jika menginginkan kehidupan

yang aman nyaman sejahtera. Pemerintah pun perlu memerlukan pendidikan

Page 68: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

68

terkait kesehatan jiwa kepada masyarakat agar mereka bisa mencegah dan

mengatasi masalah kejiwaan sejak dini.

C. Penutup

Ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Allah tuhan

semesta alam, yang telah senantiasa melimpahkan nikmat, rahmat, dan

karunia-Nya kepada penulis dan kita semua, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir karya ilmiah ini yang berbentuk skripsi sebagai

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana starata satu (S.I) pada

prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah, UIN STS Jambi. Shalawat serta

salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga,

sahabat, dan kita para pengikut sunnahnya sampai akhir zaman.

Setelah sekian lama penulis berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan

semaksimal mungkin mengeluarkan tenaga dan pikiran yang dikemukakan

dalam tugas akhir ini. Meskipun demikian penulis menyadari dalam penulisan

karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, karena penulis menyadari masih kurangnya pengetahuan

mengenai masalah ini serta keterbatasan kadar dan kemampuan dan

kelemahan penulis.

Maka dari itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya jika pada

penulisan, penjelasan, pemahaman, serta dalam analisis data yang diperoleh

penulis dan lain sebagainya terdapat kekeliruan dan kekhilafan yang tidak

sesuai dengan pembaca sekali lagi penulis mohon maaf. Untuk itu penulis

Page 69: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

69

mengharapkan saran dan kritik yang kontruktif atau membangun dari semua

pihak, khususnya para pembaca demi untuk penyempurnaan skripsi ini

dimasa yang akan datang.

Akhir kata tidak lupa juga penulis mengucapkan ribuan terima kasih

kepada yang terhormat selaku dosen pembimbing satu Ibu Rahmi

Hidayanti,S.Ag.,M.HI dan Bapak Yudi Armansyah,M.Hum selaku dosen

pembimbing dua, yang tidak pernah lelah memotivasi, membantu, dan

membimbing demi penyelesaian skripsi ini dari awal hingga akhir, semoga

Allah membalas kebaikan dan menjadi amal jariyah untuk Bapak dan Ibu.

Aamiin.

Semoga karya yang sederhana ini dapat memberikan mamfaat bagi

penulis khususnya, pembaca umunya dan menjadi bahan tambahan rujukan

khazanah keilmuan untuk penelitian dimasa yang akan datang. Kepada Allah

saya mohon ampun. Ihdinash-shiroothol-mustaqim. Aamiin.

Page 70: IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 48 …

70

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Diri

Nama : Ririn Agustiana Dewi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & Tanggal Lahir : Lambur 1, 13 Agustus 1997

Nim : SIP 152063

Fakultas : Syariah

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Alamat

Alamat Asal : Desa Lambur 1, Kecamatan Muara Sabak

Timur, Kabupaten Tanjab Timur

Alamat Sekarang : Kelurahan Selamat, Kec Telanai Pura, Kota

Jambi

No Telp/HP : 082255460088

Nama Ayah : M.Rohim

Nama Ibu : Hartini

Pendidikan Formal:

1. SD Negeri 101/X Lambur 1 : 2009

2. SMP Negeri 13 Tanjung Jabung Timur:2012

3. SMA Negeri 2 Tanjung Jabung Timur :2015