ii IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA SKRIPSI Oleh IMAL ALIMAH AKMAL NIM 105710217815 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUANAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020
107
Embed
IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI … · Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui E-Warung di Kecamatan Pallangga
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
IMPLEMENTASI PENYALURAN BANTUAN PANGAN NON TUNAI
(BPNT) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN
PALLANGGA KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Oleh
IMAL ALIMAH AKMAL
NIM 105710217815
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUANAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan
indahtanpa tujuan, harapan serta tantangan. Meski terasa berat, namun manisnya
hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik, meski harus
memerlukanpengorbanan.
Kupersembahkan karya kecil ini, untuk cahaya hidup, yang senantiasa ada saat
sukamaupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu
tercinta) yang selalu memanjatkan doa kepada putri Mu tercinta dalam setiapsujudnya.
Terima kasih untuk semuanya.
Motto Hidup
“Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tapi tuntut
dirimu karena menunda adabmu kepada Allah”
(Ibnu Atha’illah As-Sakandari)
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya. Tiada daya dan upaya serta
kekuatan yang penulis miliki untuk dapat menyelesaikan skripsi ini selain atas limpahan karunia
dan anugerah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada junjungan ilahi robbi,
Nabi Besar Muhammad SAW yang senantiasa kita nantikan syafa’atnya fiddini waddunnya ilal
akhiroh. Peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul
“Implementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dalam Rangka Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Pra Sejahtera di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa”.
Peneliti menyadari bahwa sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, karena
hal ini tidak lepas dari keterbatasan, kemampuan dan ilmu pengetahuan yang peneliti miliki.
Segala saran dan kritik yang bersifat membangun peneliti harapkan dengan senang hati,
sehingga dapat bermanfaat dan berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di
masa yang akan datang. Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
pengarahan, serta kerendahan hati. Untuk ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini terutama
kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim Nanda, S.E., M.M sebagai Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Bapak Ismail Rasulong, S.E., M.M sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
3. Ibu H. Naidah, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
viii
4. Bapak Asdar, SE., M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan
Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
5. Ibu Asriati, SE., M.Si sebagi Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
6. Bapak Drs. H. Sanusi A.M, SE., M.Si Sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan serta petunjuk sehingga tersusunnya Skripsi ini.
7. Bapak A. Nur Achsanuddin UA, SE., M.Si, Sebagai Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan serta petunjuk sampai tersusunnya Skripsi ini.
8. Seleuruh Dosen pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan pengetahuan
kepada peneliti selama masa perkuliahan.
9. Untuk Ibu dan Bapak tercinta yang selalu berada disamping peneliti dan selalu memberikan
dukungannya dan selalu mendo’akan peneliti setiap saat.
10. Untuk teman-teman IMM FEBIS Universitas Muhammadiyah Makassar dan teman-teman
HMJ EP yang telah memberikan semangat, memotivasi dan mengisi hari-hariku dengan
penuh canda tawa dan selalu membutaku rindu saat masa perkuliah.
11. Serta semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Peneliti ucapakan terima
kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga amal baik yang telah diberikan kepada peneliti
mendapat limpahan yang setimpal dari Allah SWT dan senantiasa skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi semua pihak.
Akhirnya kata peneliti berharap agar skripsi ini dapat membawa kemaslahatan bagi
semua umat. Amin
Makassar, 25 Agustus 2019
PenelitI
ix
ABSTRAK
IMAL ALIMAH AKMAL, 2019. Implementasi Penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pra Sejahtera di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurrusan Ekonomi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar, dibibimbing oleh Pembimbing I Bapak H. Sanusi A.M dan Pembimbing II bapak A. Nur Achsanuddin UA.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) melalui E-Warung di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada KPM setiap bulannya sebesar Rp. 110.000,- melalui Mekanisme akun Elektronik yang digunakan hanya untuk membeli pangan di e-Warung/ pedagang bahan pangan yang bekerja sama dengan Bank Himbara. Pelaksana program ini adalah Menteri Sosial RI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui teknik wawancara dan dokumentasi.
.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuan kebijakan belum tercapai secara maksimal karena terdapat masalah pada mesin EDC sehingga dapat menghambat penyaluran bantuan. Karakteristik agen pelaksana masih ada yang bersikap tidak ramah dan tidak melaksanaka aturan yang ada sehingga tidak menerapkan sikap pelayanan publik yang baik. Dengan ini saran yang dapat diberikan adalah Perlu adanya koordinasi yang baik oleh pihak pelaksana sehingga tidak akan terjadi ketidakvalidan data. Perlu adanya tanggapan yang cepat oleh petugas tekait dalam menangani masalah fasilitas mesin EDC. Perlu adanya evalusi terkait implementor yang tidak dapat menerapkan sikap pelayanan publik yang baik. Perlu adanya pendampingan yang lebih mengenai kondisi sosial yang kurang mendukung dengan diadakannya program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Perlu adanya transparansi dan pangawasan yang lebih ketat agar tidak terjadi penyimpangan.
Kata Kunci: Impelementasi, Bantuan Pangan Non Tunai
x
ABSTRACT
IMAL ALIMAH AKMAL, 2019. Implementation Of Distribution Of Non Cash Food Assistance (BPNT) In Order To Increase Prosperity Of Prosperous People Prosperity In Pallangga District, Gowa District, Thesis of the Faculty of Economics and Business Economic Development Judgment Muhammadiyah University of Makassar, guided by Supervisor I Mr. H. Sanusi A.M and Advisor II Mr. A. Nur Achsanuddin UA.
This study aims to describe the Implementation of Non-Cash Food Assistance (BPNT)
through E-Warung in Pallangga District, Gowa Regency. Non-Cash Food Aid is food aid from the government given to KPM every month in the amount of Rp. 110,000, - through the Electronic account mechanism that is used only to buy food at e-Warung / food merchants who work together with Himbara Bank. The executor of this program is the Indonesian Minister of Social Affairs. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data collected through interview and documentation techniques.
The results of the study indicate that the policy objectives have not been reached to the fullest because there are problems with the EDC machine so that it can hamper the distribution of aid. Characteristics of implementing agencies are still some who are not friendly and do not implement the existing rules so that they do not apply good public service attitude. With this advice that can be given is the need for good coordination by the implementer so that data will not be invalidated. There needs to be a quick response by the relevant staff in dealing with EDC machine facility problems. There needs to be an evaluation related to the implementor who cannot implement good public service attitude. There needs to be more assistance regarding social conditions that are less supportive with the holding of the Non-Cash Food Assistance (BPNT) program. Transparency and stricter supervision are needed to avoid irregularities. Keywords: Impelementation, Non-Cash Food Assistance
Tabel 4.6 Sarana Olahraga di Kecamatan Pallangga ............................................................ 55
Tabel 4.7 Jumlah KPM di Kabupaten Gowa ........................................................................... 62
Tabel 4.8 KPM BPNT Kecamatan Pallangga tingkat Desa/Kelurahan .................................. 64
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Teori George C Edward III ....................................................................... 23
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................................. 37
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Pallngga .................................................................................... 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi oleh seluruh pemerintahan
yang ada di dunia ini. Kemiskinan adalah kurangnya kesejahteraan. Pendapat
konvensional mengaitkan kesejahteraan terutama dengan kepemilikan barang, sehingga
masyarakat miskin diartikan sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan atau
konsumsi yang memadai untuk membuat mereka berada diatas ambang minimal kategori
sejahtera. Kemiskinan juga dapat dikaitkan dengan suatu jenis konsumsi tertentu. Sebagai
contoh, suatu masyarakat dapat saja dikatakan miskin karena tidak memiliki tempat tinggal,
kekurangan pangan, atau memiliki kondisi kesehatan yang buruk.
Kemiskinan merupakan persoalan yang multidimensional yang tidak saja melibatkan
faktor ekonomi, tetapi juga sosial, budaya, dan politik. Seseorang atau keluarga miskin bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu sama lain, seperti mengalami
kecacatan, memiliki pendidikan rendah, tidak memiliki modal atau keterampilan untuk
berusaha, tidak tersedianya lapangan kerja, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
tidak adanya jaminan sosial (pensiun, kesehatan, kematian), atau hidup dilokasi terpencil
dengan sumberdaya alam dan infrastruktur yang terbatas.
Masalah kemiskinan dianggap sebagai salah satu hal penghambat proses
pembangunan sebuah negara. Salah satu negara yang masih dibelit oleh masalah sosial
ini adalah Indonesia. Angka kemiskinan ditingkat masyarakat masih cukup tinggi meskipun
oleh lembaga statistik negara, selalu dinyatakan bahwa setiap tahun angka kemiskinan
cenderung menurun.
Persentase penduduk miskin berdasarkan data (Badan Pusat Statistik, 2018) adalah
sebagai berikut :
2
1. Pada bulan maret 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 25,95 juta orang
(9,82 persen), berkurang sebesar 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi
September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
2. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26
persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018. Sementara itu, persentase
penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen,
turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.
3. Selama periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah
perkotaan turun sebanyak 128,2 ribu orang (dari 10,27 juta orang pada September
2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018), sementara di daerah perdesaan
turun sebanyak 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi
15,81 juta orang pada Maret 2018).
4. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2018
tercatat sebesar 73,48 persen. Angka ini naik dibandingkan kondisi September 2017,
yaitu sebesar 73,35 persen.
5. Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di
perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras,
daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir. Sedangkan komoditi nonmakanan yang
berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan
adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi.
Tampak ada kesepakatan di dunia untuk mengusahakan agar semua orang dapat
memperoleh cukup pangan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia mewujudkan
kepeduliannya terhadap masalah ketidakcukupan kebutuhan masyarakat yang secara
3
khusus dituangkan dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2016 tentang Bantuan Pengembangan Sarana Usaha Melelui Elektronik Warung pada
Pasal 1 ayat (1) sebagai berikut:
“Penanganan Fakir miskin adalah upaya yang terarah. Terpadu dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam bentuk kebijakan, program, serta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara.” Peraturan menteri diatas kemudian diciptakannya sebuah inovasi program bantuan
yang bernama Bantuan Pangan Non Tunai. Bantuan Pangan Non Tunai adalah bantuan
sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah yang diberikan kepada Keluarga
Penerima Manfaat setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan
hanya untuk membeli bahan pangan di pedagang bahan pangan E-Warung yang
bekerjasama dengan Bank (Pedoman Pelaksanaan BPNT).
Program BPNT adalah bantuan pangan yang disalurkan secara non tunai dari
pemerintah kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) setiap bulan, melalui mekanisme
akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli bahan pangan di tempat yang telah
bekerjasama dengan Bank Himbara. Program BPNT diselenggarakan oleh pemerintah,
dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi, ketepatan sasaran penyaluran
bantuan sosial serta mendorong keuangan inklusif. Untuk mendukung pelaksanaan
Program BPNT, maka Presiden Republik Indonesia telah menetapkan Perpres RI Nomor
63 Tahun 2017, tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai.
Presiden sangat mengapresiasi program BPNT, karena mampu mengurangi beban
pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan, memberikan gizi yang
seimbang kepada peserta KPM, meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan
bantuan pangan serta mendorong kearah pembangunan yang berkelanjutan.
Program BPNT merupakan program pengganti dari Program Beras Sejahtera
(RASTRA) yang memiliki beberapa permasalahan. Dalam (PSKK, 2017), dijelaskan bahwa
4
pergantian program Rastra menjadi BPNT, dikarenakan dalam pelaksanaan program
Rastra terdapat beberapa permasalahan yang cukup kompleks yaitu : Pertama, dapat
dilihat dari indikator tepat sasaran, yang dimana masih ditemukan Exclusion Error dan
Inclusion Error yang tinggi. Exclusion error misalnya, masih terdapat rumah tangga yang
seharusnya menerima Rastra, akan tetapi tidak terdaftar menjadi penerima Rastra,
sehingga masyarakat tidak mendapat bantuan sosial Rastra tersebut. Sementara, Inclusion
Error sebaliknya, yaitu terdapat rumah tangga yang tidak berhak untuk menerima Rastra,
justru menerima bantuan tersebut. Kedua, indikator tepat jumlah masih banyak terdapat
Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) yang hanya menerima 4-6 kg per-
bulan dari yang 4 seharusnya sebanyak 15 kg per-bulan. Selain itu, RTS-PM juga harus
membayar bahan pangan (terutama beras) lebih mahal dari yang seharusnya, yaitu Rp
1.600 per-kg. Ketiga, untuk indikator tepat waktu masih sering terjadi keterlambatan dalam
pendistribusian bahan pangan, yang dimana pendistribusian tersebut seharusnya dilakukan
setiap bulan.
Melihat dari permasalahan-permasalahan dari Program RASTRA tersebut, maka
pada tahun 2016 hingga 2017, pemerintah mulai melakukan perubahan terkait skema
Program Rastra, menjadi Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Setiap Keluarga
Penerima Manfaat (KPM), mendapatkan bantuan sosial sebesar Rp 110.000 ribu, yang
ditransfer setiap bulannnya melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) elektronik. Dengan
adanya KKS, peserta KPM dapat membeli kebutuhan bahan pangan seperti (beras, gula,
tepung, minyak goreng, dan lain-lain), melalui agen yang tersedia di beberapa lokasi
tertentu.
Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang melaksanakan. Program
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kabupaten Gowa berada di Provinsi Sulawesi Selatan
yang beribukota di Sungguminasa. Kabupaten Gowa berbatasan dengan Kota Makassar,
Kabupaten Takalar, Kabupaten Sinjai dan juga berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto.
Kecamatan Pallangga adalah Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa
yang melaksanakan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kecamatan Pallangga
terdiri dari 13 Desa dan 3 Kelurahan. Kecamatan Pallangga merupakan salah satu
Kecamatan yang mempunyai jumlah keluarga miskin yang paling banyak di bandingkan
dengan jumlah penduduk miskin di kecamatan lainnya yang berada di Kabupaten Gowa.
Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Pallangga mulai dilaksanakan sejak tahun 2018.
Pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai di Kelurahan Pallangga sudah mulai berjalan
sejak tahun lalu. Dengan adanya Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Pallangga
diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia yaitu pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial pada kelompok masyarakat
miskin. Dari penjelasan tersebut, peneliti tertarik untuk lebih lanjut meneliti mengenai
Implementasi Bantuan Pangan Non Tunai beserta faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
B. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Kabupaten Gowa ?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT) di Kecamatan Pallangga Kabupaten Kabupaten Gowa ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan
6
Pallangga Kabupaten Kabupaten Gowa
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga Kabupaten Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan ma mpu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan khususnya di
bidang pekerjaan sosial serta dapat menjadi bahan evaluasi terhadap program
pemerintah dalam mengembangkan kebijakan program berikutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan
lingkungan sekitar mengenai implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) serta
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kebijakan Publik
1. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan tindakan yang dilakukan ataupun tidak dilakukan
oleh pemerintah baik itu lembaga atau badan pemerintahan yang ditujukan untuk
kepentingan masyarakat atau publik dengan menggunakan program-program atau
bentuk upaya-upaya lainnya. Bila melihat konsep dari kebijakan publik tersebut,
kebijakan memiliki makna atau arti yang luas tergantung bagaimana melihat atau
mendeskripsikannya, beberapa ahli mendefinisikan bahwa kebijakan publik berupa
serangkaian tindakan atau kegiatan, maupun keputusan yang dilakukan pemerintah
atau mendeskripsikannya dengan cara yang berbeda-beda.
Perbedaan deskripsi dari kebijakan publik ini dapat dilihat dari bagaimana para
ahli mendefinisikan kebijakan publik itu sendiri, seperti halnya Richard Rose yang
menyatakan kebijakan publik merupakan serangkaian tindakan yang sedikit banyak
berhubungan beserta konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan
dari pada sebagai suatu keputusan tersendiri, hingga Thomas R dye mendefinisikan
kebijakan publik sebagai apapaun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau untuk
tidak dilakukan (Nawawi, 2009:8).
Perbedaan deskripsi dari definisi atau deskripsi dari kebijakan publik menurut
Rose maupun Dye diatas merupakan suatu suatu bukti dimana setiap pakar atau ahli
dalam menjelaskan kebijakan publik memiliki perbedaan. Definisi dari kebijakan publik
yang dinyatakan oleh kedua ahli diatas bisa dikatakan sebagai suatu tindakan atau
serangkaian tindakan yang dipilih untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah
dan memiliki konsekuensi pada mereka yang terlibat, hanya saja dalam hal ini melihat
8
bagaimana Rose maupun Dye sebagaimana dikutip dalam buku (Nawawi, 2009:8).
Mendefinisikan kebijakan publik masih bisa dikatakan cakupannya masih cukup luas.
Dalam mendefinisikan kebijakan publik Rose tidak menegaskan bahwa pada kebijakan
mengandung unsur tujuan didalamnya yakni seperti yang diketahui bahwa setiap
kebijakan dilakukan agar tercapainya suatu tujuan tertentu, begitu pula dengan apa
yang dinyatakan Dye yakni apa yang tidak dilakukan pemerintah juga merupakan
suatu kebijakan publik yang pemaknaannya masih kurang jelas.
Ahli lain seperti halnya W.I. Jenkins sebagaimana dikutip dalam buku (Wahab,
2014:15), berpendapat bahwa kebijakan publik merupakan sebuah keputusan, beliau
mendefiniskan kebijakan publik sebagai serangkaian keputusan yang saling berkaitan
yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekelompok aktor, berkenaan dengan
tujuan yang telah dipilih beserta cara untuk mencapainya dalam suatu situasi.
Keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas
kewenangan kekuasaan dari aktor tersebut.
Berdasarkan pemaknaan menurut W.I. Jenkins sebagaimana dikutip dalam buku
(Wahab, 2014:15) tersebut bisa terlihat bahwa beliau melihat kebijakan publik sebagai
suatu keputusan lalu memiliki tujuan dan cara dalam mencapai tujuan, tetapi bila
melihat lebih dalam seyogyanya suatu kebijakan publik yang dilakukan aktor dalam hal
ini pemerintah nantinya akan melaksanakan keputusannya secara nyata, dan karena
bentuk dari kebijakan publik yang bisa dikatakan variatif, bisa saja keputusan atau
sekedar ucapan yang dilakukan aktor ini bisa saja hanya menjadi sekedar konsep
dengan cara-cara tersendiri tetapi akhirnya tidak dilaksanakan atau tidak ditindak
lanjuti karena hambatan-hambatan tertentu.
Pemahaman yang dideskripsikan W.I. Jenkins sebagaimana dikutip dalam buku
(Wahab 2014:15) diatas kita bisa menemukan bahwa suatu kebijakan publik selain
9
mengandung unsur tujuan juga keputusan atau kebijakan yang diusulkan oleh aktor
dalam hal ini memiliki ruang lingkup tertentu atau pada situasi tertentu.
Memaknai apa yang dinyatakan beberapa pendapat ahli tersebut diatas,
ditemukan bahwa dalam kebijakan publik terdapat unsur tujuan, dampak, ataupun
aktor yakni pemerintah yang memiliki kewenangan, dan kebijakan publik ini dibuat
untuk menyelesaikan permasalahan pada ruang lingkup tertentu. Bila melihat dari
setiap perbedaan penjelasan tentang kebijakan publik menurut para ahli diatas,
walaupun berbeda tidak ada yang bisa dikatakan salah, hanya saja pada setiap
pemaknaan akan kebijakan publik ini ada beberapa yang dikatakan masih luas
sehingga perlu pengambilan konsep yang tepat.
Selanjutnya, menurut Carl J Federick sebagaimana dikutip dalam buku
(Agustino, 2008:7), mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan
yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-
kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.
Berangkat dari penjelasan dari beberapa ahli diatas kita bisa memahami
bahwasannya dalam sebuah kebijakan, pemerintah selaku yang memiliki kewenangan
dituntut bisa memberikan kebijakan-kebijakan dengan tujuan yang pasti dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga nantinya memberikan dampak yang
baik pada masyarakat.
2. Tahap-Tahap Kebijakan
Secara umum kebijakan terdiri dari formulasi, implementasi dan evaluasi.
Menurut pandangan beberapa pakar politik tentang kebijakan publik, kebijakan
dijelaskan dengan tahapan-tahapan yang berbeda-beda tapi dengan inti yang sama
yakni didalamnya mencakup ketiga pokok proses kebijakan yakni formulasi,
10
implementasi dan evaluasi. Menurut (Winarno, 2008:23), mangatakan bahwa proses
kebijakan publik sangat kompleks dan rumit, karena itu beberapa ahli membagi proses
penyusunan kebijakan publik menjadi beberapa tahap dengan tujuan pembagian ini
ialah untuk memudahkan dalam mengkaji kebijakan publik.
James Anderson sebagaimana dikutip dalam buku (Nawawi, 2009:15-16),
membagi proses kebijakan publik menjadi empat yakni yang terdiri dari Formulasi
Masalah, Formulasi Kebijakan, Penentuan Kebijakan, Implementasi, dan Evaluasi
Kebijakan.
Formulasi masalah yakni sebagai tahapan pertama dalam proses kebijakan
publik menurut Anderson sebagaimana dikutip dalam buku (Nawawi, 2009b:15-16),
formulasi masalah ialah untuk mengetahui apa masalah yang dihadapi dan kenapa
masalah tersebut menjadi prioritas dalam agenda pemerintah. Tahap yang kedua yakni
formulasi kebijakan merupakan tahapan dimana pemerintah sebagai pelaku kebijakan
mengembangkan pilihan atau alternatif dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapi, yang selanjutnya diikuti tahap proses penentuan kebijakan yakni tentang
bagaimana alternatif ditetapkan, kriteria yang harus dipenuhi, siapa yang akan
melaksanakan kebijakan tersebut, bagaimana proses dalam melaksanakan kebijakan
dan tentang apa isi kebijakan yang telah ditetapkan. Tahap Selanjutnya yakni
Implementasi berisi tentang siapa saja yang terlibat dalam implementasi kebijakan, apa
yang mereka kerjakan dan apa dampak dari kebijakan tersebut. Evaluasi kebijakan
sebagai tahapan terakhir dalam proses kebijakan publik menurut Anderson
sebagaimana dikutip dalam buku (Nawawi, 2009:15-16), ialah tentang bagaimana
tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan tersebut diukur, lalu siapa yang
menegevaluasi kebijakan, apa konsekuensi dari adanya evaluasi kebijkan tersebut dan
adakah tuntutan untuk melakukan perubahan atau pembatalan pada kebijakan atau
secara sederhana bisa dikatakan kegiatan penilaian kebijakan.
11
Tahap selanjutnya yakni Implementasi berisi tentang siapa saja yang terlibat
dalam implementasi kebijakan, apa yang mereka kerjakan dan apa dampak dari
kebijakan tersebut. Evaluasi kebijakan sebagai tahapan terakhir dalam proses
kebijakan publik menurut Anderson sebagaimana dikutip dalam buku (Nawawi,
2009d:15-16), ialah tentang bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan
tersebut diukur, lalu siapa yang menegevaluasi kebijakan, apa konsekuensi dari
adanya evaluasi kebijkan tersebut dan adakah tuntutan untuk melakukan perubahan
atau pembatalan pada kebijakan atau secara sederhana bisa dikatakan kegiatan
penilaian kebijakan.
Kebijakan publik sendiri terdiri dari beberapa bentuk dan memiliki sifat yang
hierarkis, dimana ada kebijakan yang lebih tinggi dan diikuti oleh kebijakan-kebijakan
lain dibawahnya. Seperti yang diketahui bersama bahwa pemerintahan kita masih
bersifat kontinental yang dimana suatu kebijakan bisa dikatakan sama dengan hukum
meskipun tidak semua kebijakan yang diformalkan identik dengan hukum. Dengan kata
lain jika pemerintah pusat mengeluarkan suatu bentuk kebijakan berupa perundang-
undangan, undang-undang tersebut nantinya akan diikuti oleh kebijakan-kebijakan lain
yang ada ditimgkatan yang lebih rendah, yakni seperti halnya peraturan daerah
provinsi maupun peraturan yang ada diwilayah kabupaten atau kota tanpa
mengesampingkan adanya inovasi-inovasi yang dilakukan daerah.
3. Bentuk Kebijakan Publik
Kita sudah mengetahui bersama bahwa kebijakan publik dibuat oleh lembaga
publik atau seseorang yang memiliki otoritas dalam hal ini secara umum adalah
pemerintah. Kebijakan publik tersebut adalah keputusan yang dibuat setelah adanya
isu atau permasalahan pada masayarakat dengan isu-isu atau problem tertentu.
Menurut (Nugroho, 2014:136), dijelaskan bahwa public policy secara generik terdapat
empat bentuk kebijakan publik yakni; a) Kebijakan formal; b) Kebiasaan umum
12
lembaga lembaga publik yang sudah diterima bersama (konvensi); c) Pernyataan
pejabat publik dalam forum publik; d) Perilaku pejabat publik.
Selanjutnya menurut (Nugroho, 2014:137), menjelaskan bahwa kebijakan formal
ialah keputusan-keputusan yang dikodifikasikan atau disusun secara tertulis dan
disahkan atau diformalkan agar dapat berlaku. Seperti yang pernah dijelaskan
sebelumnya tidak semua kebijakan publik yang sudah diformalkan identik dengan
hukum, meskipun suatu kebijakan masih bersifat hierrarkis. Kebijakan formal seperti
gambaran yang diatas dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni; a) perundang-
undangan b) hukum; c) egulasi.
Perundang-undangan merupakan bentuk kebijakan publik yang berkenaan
dengan usahausaha pembangunan, baik yang berkenaan dengan Negara maupun
masyarakat. Perundangundangan bisanya bersifat menggerakkan, jadi dalam hal ini
perundang-undangan bersifat mendinamiskan, mengantisipasi, dan memberi ruang
bagi inovasi. Seperti yang telah dijelaskan, indonesia masih menganut system
kontinental, hal ini bisa terlihat dan dibuktikan dari kebijakan tentang perundang-
undangan berupa Undang-Undang No. 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan
perudang-undangan, UU ini mengatur jenis dan hirarki peraturan perundang-undangan
sebagai berikut :
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. TAP MPR
c. UU/Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Provinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/kota
13
Kebijakan publik formal yang kedua adalah hukum, hukum merupakan aturan
yang bersifat membatasi dan melarang dengan tujuannya adalah untuk menciptakan
ketertiban publik. Terakhir, bentuk dari kebijakan publik formal adalah regulasi, dimana
regulasi berkenaan dengan alokasi aset dan kekuasaan Negara oleh pemerintah
sebagai wakil lembaga Negara kepada pihak non pemerintah, termasuk didalamnya
lembaga bisnis dan nirlaba.
Bentuk kedua dari kebijakan publik adalah konvensi atau kebiasaan atau
kesepakatan umum. Kebijakan ini biasanya ditumbuhkan dari proses manajemen
organisasi publik yakni upacara rutin, SOP-SOP tidak tertulis, maupun tertulis tetapi
tidak diformalkan. Menurut (Nugroho, 2014:146), menjelaskan bahwa ada beberapa
konvensi yang ditumbuhkan dari aktor organisasi publik, sebagai contoh pidato
presiden tanggal 16 agustus, selain itu ada konvensi yang ditumbuhkan dari publik
sendiri yakni selamatan pada 17 agustus, selamatan atas kejadian yang berkenaan
dengan kelembagaan publik.
Bentuk yang ketiga dan keempat adalah pernyataan pejabat publik dan perilaku
pejabat publik. Bentuk ketiga yakni pernyataan pejabat publik di depan publik.
Pernyataan pejabat publik harus dan selalu mewakili lembaga publik yang diwakili atau
dipimnnya, jadi dalam hal ini, pejabat publik memang dituntut bijaksana dalam
mengemukakan pernyataanpernyataannya. Bentuk yang terakhr yakni perilaku pejabat
publik dan memang yang menjadi paling jarang diangkat sebagi isu kebijakan publik,
tapi perlu diketahui dalam praktek setiap perilaku dari pejabat publik akan ditiru oleh
rakyatnya. Sebagai contoh perilaku korupsi yang dilakukan oleh kepala daerah akan
mengembangkan perilaku korup di daerahnya karena korupsi dianggap sebagai
kebijakan publik secara konvensi.
4. Jenis Kebijakan Publik
14
Diketahui bersama bahwa suatu kebijakan publik dikodifikasi setelah adanya isu
atau permasalahan yang terjadi pada ruang lingkup atau masayarakat dan wilayah
tertentu. Dari hal tersebut setiap isu memerlukan respon kebijakan tertentu. Berangkat
dari hal tersebut kebijakan publik memiliki beberapa jenis. Menurut Anderson
sebagaimana dikutip dalam buku (Nugroho, 2014:150), mempromosikan lima jenis
kebijakan publik yaitu :
a. Constituent
Kebijakan constituent difahami sebagai kebijakan formal dan tegas yang
memperhatikan pembentukan struktur pemerintahan, dengan pembentukan
peraturan atau prosedur dalam memimpin pemerintahan, dengan peraturan yang
menyalurkan kewenangan dan yuridiksi baik itu untuk saat ini ataupun utntuk
pembuatan kebijakan kedepannya yang akan dibuat. Melihat hal tersebut, jenis
kebijakan ini merupakan jenis kebijakan yang membuktikan keberadaan dari suatu
Negara, yang termasuk diddalamnya adalah kebijakan tentang keamanan Negara.
b. Distributive
Kebijakan ini berkenaan dengan alokasi layanan atau manfaat untuk segmen atau
kelompok masyarakat tertentu dari suatu populasi. Sebagai contoh yang termasuk
dalam kebijakan distributive adalah kebijakan pembangunan irigasi oleh
pemerintahn untuk kelompok petani.
c. Regulatory
Kebijakan regulatory yang maksudnya adalah kebijakan yang memaksakan
batasan atau larangan perilaku tertentu bagi individu ataupun kelompok seperti
contohnya yakni kebijakan dalam mengatasi konflik yang terjadi dalam kelompok.
15
d. Self regulatory
Kebijakan self regulatory yang maknanya agak mirip dengan regulatory hanya saja
perbedaannya kebijakan ini dirumuskan atau dibuat oleh pelakunya sendiri, seperti
halnya tentang praktek dokter bagi mereka yang menjadi anggota dokter
professional dan banyak lagi lainnya yang dimana kebijakan ini untuk membatasi
perilaku dari pelakunya sendiri.
e. Redistributive
Kebijakan redistributive yang dimana kebijakan publik ini berkenaan dengan upaya
pemerintah untuk memberikan pemindahan alokasi kesejahteraan, kekayaan, atau
hak-hak dari kelompok tertentu di masyarakat, yaitu kelompok kaya atau bisa
dikatakan sejahtera, ke kelompok lain, yaitu kelompok miskin atau berkekurangan.
Berdasarkan jenis-jenis yang telah disebutkan kita bisa menyimpulkan bahwa
setiap bentuk kebijakan juga memiliki tujuan sendiri didalamnya, tanpa tujuan yang
jelas tentu saja suatu kebijakan publik tidak akan terlaksana dengan baik.
5. Tujuan Kebijakan Publik
Unsur tujuan dari suatu kebijakan merupakan hal penting dalam kebijakan,
seperti halnya yang dinyatakan Hogerwerf sebagaimana dikutip dalam buku (Alie,
2012:17), bahwasannya kebijakan publik ialah usaha untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Sebagaimana definisi kebijakan publik yang dinyatakan, dalam konsep
tersebut terdapat kandungan usnsur tujuan didalamnya yang dimana tujuan tersebut
tentu untuk mendapatkan kebaikan bersama dan kesejahteraan masyarakatnya.
Menurut Hogewerf sebagaimana dikutip dalam buku (Alie, 2012:17),
menegaskan bahwa pada umumnya tujuan kebijakan adalah untuk; a) memelihara
ketertiban umum (Negara sebagai stabilisator); b) melancarkan perkembangan
masyarakat dalam berbagai hal (Negara sebagai koordinator); c) memperuntukkan dan
membagi berbagai materi (Negara sebagai pembagi alokasi).
16
Berdasarkan penjabaran yang dikemukakan oleh Hogwerf sebagaimana dikutip
dalam buku (Alie, 2012:17) diatas sudah jelas adanya bahwa setiap tujuan dari
pembuatan kebijakan publik harus pro rakyat atau demi kepentingan publik (publik
interest). Setelah adanya tujuan yang jelas dalam kebijakan diharapakan
pelaksanaannya nanti juga selaras dengan apa yang dikehendaki sehingga
memberikan dampak yang diharapkan.
6. Implementasi kebijakan
Salah satu tahapan penting dalam kebijakan yakni implementasi kebijakan,
setelah formulasi dan perumusan maka kebijakan yang telah ditetapkan akan
dieksekusi dalam tahap implementasi. Pada tahap ini, suatu kebijakan seringkali
menemukan berbagai kendala. Rumusan-rumusan yang telah ditetapkan secara
terencana dapat saja berbeda di lapangan. Hal ini disebabkan berbagai faktor yang
sering mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Kebijakan yang telah melewati tahap-
tahap pemilihan masalah tidak serta merta berhasil dalam implementasi. Dalam rangka
mengupayakan keberhasilan dalam implementasi kebijakan, maka kendala-kendala
yang dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi sedini mungkin. Implementasi
kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai
tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Menurut (Nugroho, 2011:618), Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu
langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi
kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
Rangkaian implementasi kebijakan dapat diamati dengan jelas yaitu dimulai dari
program, ke proyek dan ke kegiatan. Model tersebut mengadaptasi mekanisme yang
lazim dalam manajemen, khususnya manajemen sektor publik. Kebijakan diturunkan
berupa program program yang kemudian diturunkan menjadi proyek-proyek, dan
17
akhirnya berwujud pada kegiatankegiatan, baik yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat maupun kerjasama pemerintah dengan masyarakat.
Menurut George C. Edwards III sebagaimana dikutip dalam buku (Nugroho,
2014:503) menjelaskan bahwa ada empat variabel yang berpengaruh terhadap
keberhasilan atau kegagalan sebuah implementasi kebijakan. Empat faktor tersebut
adalah faktor komunikasi (communication), sumber-sumber (resources),
kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku - tingkah laku (dispotitions), serta
serta struktur birokrasi (bureaucratic stucture). Model implementasi kebijakan yang
dikembangkan oleh George C Edward III disebut dengan Direct and Indirec inpac on
Implementation. Yang mana dalam pendekatan yang diterjemahkan oleh Edward III,
terdapat empat aspek yang sangat mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, yaitu aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi,
apabila aspek-aspek tersebut dapat bersinergi dengan baik maka akan memberikan
peluang yang besar bagi tercapainya keberhasilan implementasi kebijakan publik.
Menurut George C Edward III sebagaimana dikutip dalam buku (Subarsono,
2005:89) aspek yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
a. Komunikasi
Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses komunikasi kebijakan, yakni
transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Faktor pertama yang mendukung
implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang
mengimplementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah
dibuat dan suatu perintah 17 untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua
yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-
petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana
kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung
implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin
18
berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan
jelas.
b. Sumber Daya
Sumber-sumber penting yang mendukung implementasi kebijakan meliputi staf
yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas
mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan
pelayanan publik.
c. Disposisi
Pengertian disposisi menurut Edward III dikatakan sebagai “kemauan, keinginan
dan kecenderungan para pelaku kebijakan untuk melaksanakan kebijakan secara
sungguh-sungguh sehingga apa yang menjadi tujuan kebijakan dapat diwujudkan.
Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensikonsekuensi penting
bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik
terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan,
kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang
diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.
d. Struktur Birokrasi
Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu kebijakan cukup dan
para pelaksana (implementors) mengetahui apa dan bagaimana cara
melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk melakukannya, namun Edward
III menyatakan bahwa “implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif
karena ketidakefisienan struktur birokrasi”. Struktur birokasi ini menurut Edward III
mencakup aspek-aspek seperti struktur birokrasi, pembagian kewenangan,
hubungan antara unit-unit organisasi dan sebagainya.
19
Sumber: George C Edward III dalam Subarsono 2005
Gambar 2.1
Model Implementasi George Edward III
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Jadi implementasi
merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh berbagai aktor sehingga
mengetahui mudah atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan, dan pada akhirnya
akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan-tujuan atau sasaran-
sasaran kebijakan itu sendiri .
Selanjutnya, pada penelitian ini penulis akan menggunakan teori implementasi
menurut George C Edward III karena dengan menggunakan teori tersebut akan
menjawab tujuan penelitian ini, yaitu: Pertama, mendeskripsikan implementasi
Sumber Daya
Struktur Birokrasi
Disposisi
Komunikasi
Implementasi
20
penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Pallangga Kabuapten Gowa.
Kedua, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Bantuan Pangan
Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga Kabupaten Kabupaten Gowa.
B. Konsep Kesejahteraan Masyarakat
1. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat
Kesejahteraan masyarakat adalah suatu kondisi yang memperlihatkan tentang
keadaan kehidupan masyarakat yang dapat dilihat dari standar kehidupan masyarakat
tersebut (Badrudin, 2012:146). Kesejahteraan dapat diartikan sebagai kecukupan
pemenuhan kebutuhan, orang yang merasa sejahtera apabila ia merasa senang, tidak
kurang suatu apapun dalam batas yang mungkin dicapainya, jiwanya tentram dan
batinnya terpelihara, ia merasa keadilan ada dalam hidupnya, ia terlepas dari
kemiskinan yang menyiksa dan terhindar dari bahaya kemiskinan yang mengancam
(Abbas, 2008:126).
Pengertian kesejahteraan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat (1) sebagai berikut :
“kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga mampu melaksanakan fungsi sosialnya.” Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa kesejahteraan
merupakan peningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga terpenuhi kebutuhan dasar
dan menjadikan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Sebuah keluarga yang dapat memenuhi indikator-indikator yang ada Maka
keluarga tersebut dapat dikatakan keluarga yang sejahtera. Indikator-indikator yang
digunakan untuk mencapai taraf keluarga sejahtera. Menurut (BKKBN, 2011) membagi
indikator kesejahteraan kedalam 5 (lima) tahapan tingkat kesejahteraan keluarga yaitu:
21
a. Tahap Pra Sejahtera
Keluarga pra sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal, seperti kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan,
kesehatan, dan keluarga berencana.
b. Tahap Sejahtera I
Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik
minimum secara minimal tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial dan
psikologis seperti kebutuhan pendidikan, interaksi dalam keluarga, interaksi
dengan lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang menjamin kehidupan yang
layak. Secara opersional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu
indikator sebagai berkut: (1) Melaksanakan ibadah agama dan kepercayaan
masing-masing; (2) Paling kurang satu kali dalam seminggu makan
daging/ikan/telur; (3) Memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam satu
tahun; (4) Luas lantai rumah 8M2 untuk setiap penghuni rumah; (5) Tiga bulan
terkahir keluarga dalam keadaan sehat; (6) Ada anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan; (7) Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun
bisa baca tulis latin; (8) Pasangan usia subur dengan 2 atau lebih menggunakan
alat kontrasepsi.
c. Tahap Sejahtera II
Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu indikator
berikut: a) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama; b) Sebagian
penghasialan keluarga ditabung dalam bentuk uang maupun barang; c) Makan
bersama paling kurang satu kali dalam seminggu untuk berkomunikasi; d)
Mengikuti kegiatan masyarakat e) Memperoleh informasi dari surat kabar, radio,
TV dan majalah.
22
d. Tahap sejahtera III
Secara operasional mereka tampak tidak mampu memenuhi salah satu indikator
yaitu : (1) memberikan sumbangan materil secara teratur; (2) Aktif sebagai
pengurus organisasi kemasyarakatan.
e. Tahap sejahtera III plus
Keluarga sejahtera III plus merupakan keluarga yang dapat memnuhi semua
indikator dari krluarga para sejahtera, sejahtera I, sejahtera II, dan sejahtera III.
C. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
1. Pengertian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Menurut (Kementrian Sosial, 2017) menjelaskan bahwa Bantuan Pangan Non
Tunai (BPNT) adalah bantuan pangan dari pemerintah yang diberikan kepada KPM
setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk
membeli pangan di e-Warong Kube PKH/pedagang bahan pangan yang bekerjasama
dengan Bank Himbara. Tujuan Program BPNT untuk mengurangi beban pengeluaran
serta memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM secara tepat sasaran dan
tepat waktu.
Program BPNT merupakan program pengganti dari Program Beras Sejahtera
(Rastra) yang memiliki beberapa permasalahan. Dalam (PSKK UGM, 2017),
menjelaskan bahwa pergantian Program RASTRA menjadi Program BPNT,
dikarenakan dalam pelaksanaan program Rastra terdapat beberapa permasalahan
yang cukup kompleks yaitu :
a. Indikator Tepat Sasaran
Masih ditemukannya Exclusion Error dan Inclusion Error yang tinggi. Exclusion
error misalnya, masih terdapat rumah tangga yang seharusnya menerima Rastra,
akan tetapi tidak terdaftar menjadi penerima RASTRA, sehingga masyarakat tidak
23
mendapat bantuan sosial Rastra tersebut. Sementara, Inclusion Error sebaliknya,
yaitu terdapat rumah tangga yang tidak berhak untuk menerima Rastra, justru
menerima bantuan tersebut.
b. Indikator Tepat Jumlah
Masih banyak terdapat Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM)
yang hanya menerima 4-6 kg per-bulan dari yang 4 seharusnya sebanyak 15 kg
per-bulan. Selain itu, RTS-PM juga harus membayar bahan pangan (terutama
beras) lebih mahal dari yang seharusnya, yaitu Rp 1.600 per-kg. Ketiga, untuk
indikator tepat waktu masih sering terjadi keterlambatan dalam pendistribusian
bahan pangan, yang dimana pendistribusian tersebut seharusnya dilakukan setiap
bulan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Bantuan Pangan Non
Tunai atau (BPNT) adalah bantuan sosial pangan yang diberikan oleh pemerintah
sebagai pengganti program Rastra/Raskin yang disalurkan secara non-tunai atau
menggunakan kartu elektronik yang diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) setiap bulannya, yang digunakan hanya untuk membeli bahan kebutuhan pokok
seperti beras dan gula. Pencairan dana bantuan sosial dapat dilakukan di eWarong
atau agen yang telah bekerjasama dengan Bank Himbara.
2. Indikator Program Bantuan Pangan Non Tunai
Efektivitas program BPNT dapat diukur menggunakan beberapa indikator yaitu
sebagai berikut :
a. Tepat Sasaran
Upaya dalam melakukan penyaluran bantuan program BPNT, harus diberikan
kepada peserta KPM sesuai dengan data yang ada, sehingga mengurangi
kesalahan dalam pelaksanaan program.
24
b. Tepat Jumlah
Upaya dalam menyalurkan bantuan sosial, diperlukan kesesuaian jumlah bahan
pangan yang telah ditentukan, dengan pelaksanaannya dilapangan, sehingga
kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
c. Tepat Waktu
Upaya dalam pendistribusian bahan pangan, harus diberikan dengan tepat waktu,
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, sehingga proses penyaluran bansos
dapat berjalan dengan efektif.
d. Tepat Kualitas
Upaya dalam mendukung kesehatan peserta penerima manfaat, bahan pangan
yang diberikan harus memiliki standar kualitas yang baik.
e. Tepat Administrasi.
Upaya dalam pelayanan proses administrasi bahan pangan, harus dilaksanakan
sesuai dengan prosedure yang telah ditentukan, sehingga proses administrasi
dalam penyaluran bantuan dapat berjalan lebih efisien.
Upaya meningkatkan efektivitas dan ketepatan sasaran penyaluran bantuan
sosial serta untuk mendorong keuangan inklusif, Presiden Republik Indonesia (RI)
memberikan arahan agar bantuan sosial dan subsidi disalurkan secara non tunai
(RATAS, 26 April 2016).
Secara spesifik Presiden RI pada Rapat Kabinet Terbatas (Ratas) tentang
Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi tanggal 16 Maret
2016 memberikan arahan bahwa mulai Tahun Anggaran 2017 penyaluran manfaat
Raskin agar dilakukan melalui kupon elektronik (E-Voucher) sehingga dapat tepat
sasaran dan lebih mudah dipantau (RATAS, 16 maret 2016).
3. Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Tujuan Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)adalah sebagai berikut:
25
a. Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian kebutuhan
pangan;
b. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM;
c. Meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi
KPM;
d. Memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi
kebutuhan pangan;
e. Mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/ SDGs).
4. Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
Manfaat Program Bantuan Pangan Non Tunai adalah sebagai berikut:
a. Meningkatnya ketahanan pangan ditingkat KPM sekaligus sebagai mekanisme
perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan;
b. Meningkatnya transaksi non tunai dalam agenda Gerakan Nasional Non Tunai
(GNNT );
c. Meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan ekonomi yang sejalan dengan Strategi Nasional
Keuangan Inklusif (SNKI);
d. Meningkatnya efisiensi penyaluran bantuan sosial;
e. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi di daerah, terutama usaha mikro dan kecil di
bidang perdagangan.
Besaran Bantuan Pangan Non Tunai adalah Rp.110.000,-/ K P M / bulan.
Bantuan tersebut tidak dapat diambil tunai, dan hanya dapat ditukarkan dengan beras
dan/atau telur di e- warong. Pagu Penerima Bantuan Pangan Kota merupakan jumlah
KPM Bantuan Pangan Non Tunai di setiap kota. Pagu Bantuan Pangan Non Tunai
untuk setiap kota ditetapkan oleh Menteri Sosial pada waktu penetapan pagu provinsi.
26
D. Tinjauan Empiris
Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti sebagai referensi dan acuan untuk
menyusun penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Tahun Hasil
1 Tondi Ramadhan Efektivitas Program
BPNT Terhadap
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
Kecamatan Tampan
Pekanbaru
2018 Hasil dari penelitian ini
menunujukkan bahwa
variabel Efektivitas
Program BPNT
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
2 Mayang Shahira
Junaidi
Perbandingan
Kepuasan Penerima
Bantuan Pangan Non
Tunai Dan Penerima
RASTRA di
Cakungkabupaten,
Jakarta Timur
2017 Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Nilai kepuasan
konsumen BPNT lebih
tinggi dibandingkan
kepuasan konsumen
RASTRA.
3 Benny Rachman,
Adang Agustian ,
Efektivitas dan
Perspektif
2018 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
27
dan Wahyudi Pelaksanaan Program
Beras Sejahtera
(RASTRA) dan
Bantuan Pangan Non-
Tunai (BPNT)
variabel efektivitas dan
perspektif pelaksanaan
BPNT mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap ketepatan
sasaran penerimaan
bantuan pangan yang
diberikan pemerintah
kepada KPM. Variabel
efektivitas dan
perspektif pelaksanaan
Rastra mempunyai
pengaruh negatif
terhadap ketepatan
sasaran penerimaan
bantuan pangan yang
diberikan pemerintah
kepada KPM.
4 Reinaldy Luthfi
Fuady dan Agus
Maman Abadi
Penentuan
Penerimaan Bantuan
Pangan Non Tunai
(BPNT) Dengan
Menggunakan Fuzzy
Multiple Atribute
Descission Making
2017 Hasil penelitian
menunujukkan bahwa
dengan penentuan
penerima BPNT melalui
Fuzzy Multiple Atribute
Descission Making
berpengaruh signifikan
28
terhadap ketepatan
penentuan KPM.
5 Ika Surya
Kharismawati
Implementasi Bantuan
Pangan Non-Tunai
(BPNT) Melalui E-
Warung Di Kelurahan
Sidosermo
Kecamatan Wonocolo
Kota Surabaya
2018 Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa
variabel implementasi
berpengaruh signifikan
terhadap ketepatan
sasaran bantuan sosial
dalam meminimaliir
tingkat kemiskinan di
Kelurahan Sidosermo
Kecamatan Wonocolo
Kota Surabaya.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan alur pemikiran dari penulis sendiri atau juga mengambil
dan suatu teori yang dianggap relevan dengan fokus/judul penelitian dalam upaya
menjawab masalah-masalah yang ada dirumusan penelitian tersebut. Dalam penelitian ini,
penulis meneliti mengenai implementasi penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa. Dalam upaya menjawab rumusan masalah dalam
penelitian ini penulis mengambil teori dan model implementasi kebijakan dari George C
Edward III disebut dengan Direct and Indirec inpac on Implementation. Dalam pendekatan
yang diterjemahkan oleh Edward III, terdapat empat aspek yang sangat mempengaruhi
keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi dan
struktur birokrasi. Untuk mengukur keberhasilan implementasi program BPNT.
29
Kemiskinan banyak terjadi pada kantong-kantong kemiskinan atau wilayah tertentu
yang tersebar didesa pada umumnya dan dimungkinkan terjadi di kota metropolitan seperti
sebagian kelompok masyarakat yang tersisihkan dari dunia kemewahan kota.
Tanggungjawab kemiskinan bukan hanya menjadi tanggungjawab satu kementerian, sektor
atau bidang tertentu sehingga pemerintah membuat kebijakan dan program yang berpihak
pada orang miskin. Dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan, pemerintah
khususnya Dinas Sosial mempunyai banyak program yang bermuara kepada masyarakat
miskin, salah satunya adalah program Bantuan pangan Non Tunai (BPNT). Misi Bantuan
pangan Non Tunai (BPNT). Program BPNT mengupayakan mengurangi beban
pengeluaran serta memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) secara tepat sasaran dan tepat waktu.
Terwujudnya misi dari program BPNT dapat memutus mata rantai kemiskinan.
Kebijakan dan misi yang baik ada kalanya tidak sesuai dengan cita-cita atau harapan yang
akan dicapai kadang justru memiskinkan masyrakat secara struktural, hal demikian dapat
terjadi pada kebijakan pemerintah yang tidak tepat sasaran, seperti yang dapat terungkap
bahwa ada kecendrungan masyrakat miskin yang mendapat bantuan non tunai untuk
memenuhi kebutuhan pokok, justru digunakan untuk memenuhi keinginan seperti membeli
rokok. Hal ini dikarenakan program penanggulangan kemiskinan perlu penanganannya
yang komprenshif terpadu, sinergi, dan berkelanjutan. Belum optimalnya peningkatan
kualitas pelayanan kebutuhan dasar, perumahan, kesehatan, pendidikan, dan pangan.
Agar penelitian ini dapat dipahami dengan mudah, maka kerangka pikir digambarkan
seperti gambar dibawah ini :
31
30
Gambar 2.2
Kerangka Pikir
Dinas Sosial, Tenaga
Kerja & Transmigrasi
Kabupaten Gowa
Program Bantuan
Pangan Non Tunai
(BPNT)
Keluarga Penerima
Manfaat (KPM)
Meningkatkan
Kesejahteraan KPM
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Menurut (Emzir, 2012:3), penelitian deskriptif kualitatif adalah data-data
yang diperoleh dan dihimpun dari informan baik lisan maupun verbatim dikumpulkan dan
disajikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Penelitian ini bersifat penelitian lapangan dimana
peneliti terjun ke lapangan dengan melakukan observasi secara langsung dengan
melakukan wawancara terhadap narasumber.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah fakor-faktor yang mempengaruhi
implementasi penyaluran BPNT di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
C. Lokasi, Waktu, dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan lokasi
penelitian merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan
ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehingga
mempermudah penulis dalam penelitian. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan
Pallangga Kabupaten Gowa.
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang digunakan pada saat melakukan meneliti.
Adapun waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah mulai pada tanggal 01 Juli 2019
hingga 29 Agustus 2019.
32
32
Situs Penenelitian yang dimaksud adalah suatu tempat dimana peneliti menangkap
keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti untuk memperoleh data atau informasi yang
diperlukan.
D. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Menurut (Sugiyono, 2009:225), sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data,misalnya lewat orang lain atau atau lewat dokumen
(Sugiyono, 2009:225).
E. Pengumpulan Data
Menurut (Sugiyono, 2008:62), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Metode Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Menurut (Sukandarrumidi, 2012:69), Observasi adalah pengamatan dan
pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam
observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal
observer dan obyek yang diobservasi yang dikenal sebagai observee. Jenis teknik
observasi yang digunakan peneliti yaitu observasi non partisipan yaitu peneliti berada
diluar subjek yang diamati dan tidak ikut di dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh subjek penelitian. Peneliti akan melakukan observasi dengan melihat beberapa
realitas yang berkaitan dengan Implementasi Program Keluarga Harapan di
Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa.
33
2. Wawancara
Menurut (Herdiansyah, 2013:27), Wawancara adalah proses interaksi yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih, dimana kedua pihak yang terlibat
(pewawancara/interviewer dan terwawancara/interviewer) memiliki hak yang sama
dalam bertanya dan menjawab. Wawanacara yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah masyarakat yang terdaftar sebagai KPM program BPNT, tokoh masyarakat,
dan pemerintah setempat yang mengimplementasikan program BPNT di Kecamatan
Pallangaa. Dari wawancara yang dilakukan dibuatlah catatan lapangan. Catatan
lapangan merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Yin
(2011:159) dalam bukunya yang berjudul Qualitative Research from Start to Finish
mengungkapkan :
“Selain mengamati dan mewawancarai, sumber umum ketiga dari catatan
lapangan berasal dari bahan tertulis.”
Hal ini menunjukkan bahwa selain mengamati dan mewawancarai, sumber
catatan lapangan ketiga datang dari bahan tertulis. Penelitian kualitatif mengandalkan
pengamatan dan wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Pada waktu
berada di lapangan dia membuat catatan, setelah pulang kerumah atau tempat tinggal
barulah menyusun catatan lapangan. Menurut Moleong (2014: 208) catatan yang
dibuat di lapangan sangat berbeda dengan catatan lapangan. Catatan itu berupa
coretan seperlunya yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-
pokok isi pembucaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiogram,
diagram, dan lain-lain.
3. Penelitian kepustakaan
Penelitian Kepustakaan salah satunya bertujuan untuk mengumpulkan data dan
informasi denga bantuan bermacam-macam material yang terdapat diruangan
Upaya dalam meniingkatkan kesejahteraan sosial, Kecamatan Pallangga juga
memiliki TKSK untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Palangga.. Kecamatan
Pallangga adalahsalah satu kecamatan di Kabupaten Gowa yang memiliki wilayah
yang luas dengan 16 desa/kelurahan. TKSK Kecamatan Pallangga dalam
menjalankan tugas dan fungsinya di 16 Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan
Pallangga membentuk Tenaga Kesejahteraan, dalam halini adalah Agen/Pendamping
Keluarga Pemnerima Manfaat (KPM) di setiap desa/kelurahan agar mudah
mengkordinir peserta yang ada di Kecamatan Pallangga.
51
C. Deskripsi Kepesertaan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga
Peserta/penerima Manfaat Bantuan Pangan Non Tunai adalah Keluarga, yang
selanjutnya disebut Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BantuanPangan Non Tunai. Pada
tahun 2017, KPM adalah penduduk dengankondisi sosial ekonomi 25% terendah di daerah
pelaksanaan.Sumber data KPM Bantuan Pangan Non Tunai adalah Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin, selanjutnya disebut DT-PFM, yang merupakan hasil
Pemutakhiran Basis Data Terpadu di tahun 2015. DT-PFM dikelola oleh Kelompok Kerja
Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, selanjutnya disebut Pokja
Data, yang dibentukmelalui Surat Keputusan Menteri Sosial No. 284/HUK/2016 tanggal 21
September 2016. Pokja Data terdiri dari Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia
dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Kementerian PPN/Bappenas (Bappenas), Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri), Kementerian Sosial (Kemensos), Badan Pusat Statistik
(BPS), dan Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Daftar Penerima Manfaat (DPM) Bantuan Pangan Non Tunai 2017 ditetapkan oleh
Menteri Sosial. KPM Bantuan Pangan Non Tunai 2017 adalah keluarga yang namanya
termasuk di dalam DPM.DPM diserahkan kepada Bank Penyalur dan Pemerintah
Daeraholeh Kementerian Sosial. Bank Penyalur kemudian membukakanRumah Rekening
berdasarkan DPM. Rumah Rekening akan berubahmenjadi Akun Elektronik Bantuan
Pangan setelah proses pendaftaranpeserta selesai. Apabila KPM yang namanya terdaftar
dalam DPM telah memiliki rekening untuk penyaluranprogram Bantuan Sosial lain, maka
rekening tersebut dapat digunakan untuk menerima Program Bantuan Pangan Non
Tunai.Untuk setiap KPM, DPM memuat informasi nama kepala keluarga, nama pasangan
kepala keluarga, nama anggota keluarga lainnya, alamat tinggal keluarga, nomor induk
kependudukan (NIK) (jika ada) dan kode unik keluarga.
52
Selanjutnya dalam rangka meningkatkan efektivitas ketepatan sasaran bantuan
sosial, Kecamatan Pallangga juga menjadi salah-satu wilayah pelaksanaan Program BPNT
di Kabupaten Gowa. Berikut tabel jumlah KPM per kecamatan di Kabupaten Gowa :
Tabel 4.7
Jumlah KPM di Kabupaten Gowa
No Kecamatan Jumlah KPM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
17
18
Pattalassang
Bontomarannu
Bontonompo
Bajeng Barat
Bontolempangan
Parangloe
Parigi
Tompo Bulu
Tinggimoncong
Manuju
Botonompo Selatan
Bungaya
Tombolo Pao
Pallangga
Biringbulu
Barombong
Somba Opu
Bajeng
395
554
1304
601
509
458
211
968
351
547
1241
499
768
2034
693
938
1132
1541
Jumlah 14744
Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Gowa 2019
Berdasarkan tabel diatas, kecamatan yang ada di Kabupaten Gowa dengan tingkat
KPM yang tinggi adalah Kecamatan Pallangga dengan jumlah KPM sebanyak 2034 orang.
Sedangkan, kecamatan dengan tingkat KPM terendah adalah Kecamatan Parigi dengan
jumlah KPM sebanyak 211 orang. Dilihat dari pernyataan tersebut, implementasi bantuan
53
sosial di Kecamatan Pallangga harus benar-benar di efektifkan, dengan alasan masih
banyaknya masyarakat miskin di Kecamatan Pallangga. Program BPNT merupakan salah-
satu program dalam penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Dalam hal ini, Kecamatan
Pallangga dalam meminimalisir tingkat kemiskinan di tengah-tengah masyarakatnya juga
ikut serta dalam proses pengimplementasian program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Keikutsertaan Kecamatan Pallangga dalam melakasanakan program Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) yang didasari dengan banyaknya jumlah masyarakat miskin
merupakan sebuah bentuk keprihatian pemerintah baik dari pemerintah setempat,
pemerintah darerah, maupun pemerintah privinsi Sulawes Selatanterhadap banyaknya
masyarakat yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dalam kehidupanya sehari-
hari. Dengan jumlah KPM sebanyak 2034 orang, pemerintah Kecamatan Pallangga
berkorndinasi dengan Tim Kordinasi Bansos Kabupaten Gowa untuk melakukan
penyaluran Kartu KKS dengan 2 tahap agar semua KPM mendapatkan tersebut.
Kecamatan Pallangga merupakan salah-satu kecamatan di Kabupaten Gowa dengan
wilayah yang luas. Adapun jumlah desa/kelurahan di Kecamatan Pallangga adalah
sebanyak 16 desa/kelurahan, seluruhnya mendapatkan Bantuan Pangan Non Tunai
(BPNT).Berikut tabel jumlah penerima BPNT per desa/kelurahan di Kecamatan Pallangga :
54
Tabel 4.8
KPM BPNT Kecamatan Pallangga tingkat Desa/Kelurahan
No Desa/Kelurahan Jumlah KPM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
Je’netallasa
Tetebatu
Pallangga
Bungaejaya
Panakkukaang
Julukanaya
Julubori
Julu’pamai
Bontoramba
Kampili
Toddotoa
Parang Banoa
Pangkabinanga
Bontoala
Manggali
Taeng
165
102
113
40
141
159
204
95
86
144
80
101
111
171
73
249
Jumlah 2034
Sumber: TKSK Kecamatan Pallangga 2019
Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa Desa/Kelurahan Taeng merupakan
desa terbanyak yang mendapatkan BPNT dengan jumlah 249 KPM. Sedangkan
Desa/Kelurahan yang paling sedikit mendapatkan BPNT adalah Kelurahan Manggali
dengan jumlah 73 KPM.
D. Deskripsi Implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga
Proses pendistribusian Kartu Kombo Di kecamatan Pallangga telah dilaksanakan
sejak bulan oktober tahun 2018 oleh BNI sebagai Bank Penyalur yang ditunjuk oleh di
Mentri Sosial di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros. Kartu Kombo adalah kartu yang
55
memiliki dua fungsi yakni dibagian depan sebagai Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan
bagian belakang sebagai kartu ATM, kartu ini disertai buku rekening dandigunakan untuk
pencairan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) pada saat KPM datang ke e-Warong.
Selanjutnya, untuk pencarian saldo yang ada di rekening setiap KPM dilakukan di e-
Warong yang ditetapkan oleh bank penyalur (BNI). e-Warong adalah Elektronik Warung
Gotong Royong yang dibentuk oleh kelompok usaha bersama (Kube) Program Keluarga
Harapan (PKH). e-Warong merupakan suatu bentuk usaha ekonomi produktif KPM. Bank
Penyalur (BNI)mengindentifikasi agen bank, pedagang, dan/pihak lain untuk menjadi e-
Warong penyalur BPNT. Penetapan e-Warong sepenuhnya merupakan wewenang Bank
Penyalur (BNI) dengan mempertimbngkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Adapun
kriteria-kriteria yang harus dipenuhi agar dapat menjadi e-Warong adalah sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan, reputasi, kredibilitas, dan integritas di wilayah operasionalnya
yang dibuktikan denganlulus proses uji tuntas sesuai dengan kebijakan dan prosedur
Bank Penyalur (BNI).
2. Memiliki sumber penghasilan utama yang berasal dari kegiatan usaha yang sedang
berjalan dengan lokasi usaha tetap dan/atau kegiatan tetap lainnya
3. Memiliki jaringan informasi dan kerjasama antar agen/toko dengan pemasok/distributor
bahan pangan yangtersedia di pasar untuk memastikan ketersediaan stok bahan
pangan bagi pembelian oleh KPM.
4. Menjual beras dan/atau telur sesuai harga pasar.
5. Dapat melayani KPM dan Non KPM dengan menggunakan infrastruktur perbankan.
6. Memiliki komitmen yang tinggi dalam pelayanan khusus bagi KPM Lansia (Lanjut Usia)
dan KPMDisabilitas
Berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh Bank Penyalur (BNI) untuk
menetapkan sebuah e-Warong, ini membuktikan bahwa implementasi Program BPNT akan
berjalan lancar dan mudah dipantau oleh pihak Bank Penyalur (BNI) agar tidak terjadi hal-
56
hal yang dapat menghambat penyaluran Program BPNT. Adapun jumlah e-Warong yang
dipersiapkan untuk proses penyaluran Program BPNT di Kecamatan Pallangga sebanyak
16 unit, jumlah e-Warong tersebut ditetapkan berdasarkan jumlah desa/kelurahan yang ada
di Kecamatan Pallangga. E-Warong merupakan toko/pedagang yang direkomendasikan
oleh Pemerintah Desa dan ditetapkan olegh BNI dan sebagai tempat transaksi penyaluran
Program BPNT. Seseorang yang memiliki dan mengelola sebuah e-Warong disebut
sebagai Agen Bank, dalam hal ini adalah Agen BNI 46
Selain itu,untuk tugas dan fungsi TKSK dan Pendamping BPNT disetiap
desa/kelurahan adalah memberikan sosialisasi kepada kepada KPM mengenai Program
BPNT dan menyiapkan data KPM, serta mengkoordinasikan tempat dan waktu pencairan
BPNT kepada KPM setiap bulannya agar pelaksanaan penyaluran dapat berjalan sesuai
dengan tujuan dari Program BPNT.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Sosialisasi dan Komunikasi dalam Implementasi Program BPNT di Kecamatan
Pallangga
Sosialisasi dan komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam
penyampaian suatu kebijakan, oleh karena itu kebijakan yang akan disampaikan harus
dipahami dengan baik oleh pelaksananya. Dengan demikian kebijakan tersebutdapat
dikomunikasikan dan disebarkan dengan jelas, akurat dan konsisten sertatidak
menimbulkan kontradiksi.
Berdasarkan Pedoman Umum BPNT Tahun 2018 bahwa sosialisasi dan
komunikasi Program BPNT dirancang untuk terjadinya proses komunikasi, aliran
informasi, dan pembelajaran pada berbagai pelaksana di pusat dan daerah, kalangan
media, LSM, akademisi dan masyarakat, termasuk Peserta/KPM BPNT, terutama di
daerah yang sedang menjalankan Program BPNT. Tersosialisasikannya BPNT kepada
57
semua pihak, baik yang terkait langsung maupun tidak langsung, merupakan kunci
kesuksesan BPNT. Untuk itu disusun strategi komunikasi dan sosialisasi BPNT yang
komprehensif. Strategi komunikasi dan sosialisasi ini tidak hanya memfokuskan pada
aspek implementasi dan keberhasilan pelaksanaan program BPNT, tetapi juga aspek
pengembangan kebijakan, khususnya dalam membangunan dukungan dan komitmen
untuk melembagakan Pogram BPNT dalam bentuk Sistem Jaminan Sosial.
Berikut pandangan pemahaman mengenai Program BPNT yang dikethaui oleh
informan yang mewakili semua stakeholders pelaksanaan BPNT di Kecamatan
Pallangga. Komunikasi/Sosialisasi mengenai Program BPNT yang disosialisasikan
oleh Tim Kordinasi Bantuan Sosial Kabupaten/Kota di Kecamatan Pallangga sudah
dilaksanakan, berikut kutipan wawancara dengan Bapak Drs. Muh. Dahlan Sekertaris
Camat Kecamatan Pallangga, yang mengkatakan bahwa sosialisai telah dilaksanakan
tentang Program BPNT kepada masyarakat :
”Mmm.. Iya pernah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat” (Wawancara 09
Juli 2019).
Sama dengan pandangan Pegawai lainnya yakni Firman, SH. Ia merupakan
Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Pallangga. Menurutnya, BPNT telah
disosialisasikan kepada masyarakat dan dihadiri pihak kelurahan/desa dan TIKOR
Bansos, berikut kutipan wawancaranya:
“Sosialisasi Program ini Pernah dilakukan kepada masyarakat, dan dihadiri pihak
lurah/desa, dan Tim Kordinasi Bantuan Sosial” (Wawancara 09 Juli 2019).
Pandangan tersebut diatas dibenarkan oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial
Kecamatan (TKSK) Kecamatan Pallangga yakni Syamsu Alam, S.Sos.
Menurutnya,sebelum penggantian Rastra menjadi BPNT dilakukan sosialisasi dan
diikuti oleh pihak kecamatan dan pihak lainnya. Berikut Wawancaranya :
58
“Jadi Sebelum berakhir Rastra itu dan sebelum masuk BPNT, itu ada sosialisasi dulu, seperti apa model BPNT, apa itu BPNT, itu disosialisasikan dengan mengundang camat kemudian dari kepolisian, kemudian dari lurah dan desa, kemudian teman-teman peyuluh sosial kecamatan dan TKSK di 18 kecamatan, kita diundang semua untuk menerima sosialisasi yang dilaksanakan dan disampaikan oleh Kementrian Sosial dan sosialisasinya itu di Hotel Santika makassar”. (Wawancara 05 Juli 2019) Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa untuk penyampaian pencairan Bantuan
Pangan Non Tunai (BPNT) itu dilakukan pada saat tanggal sekian ketika saldo sudah
masuk di rekening KPM, penyampaian ini mulai dari Bank Penyalur kepada Dinas
Sosial, kemudian Dinas Sosial Menyampaikan kepada TKSK, selanjutnya kepada
Agen. Berikut Wawancaranya yang dilakukan kepada Syamsu Alam, S.Sos sebagai
TKSK sekaligus pendamping BPNT di Kecamatan Pallangga :
”Nanti pada saat tanggal sekian ketika saldonya sudah masuk di Kartu KKS nya, di Kartu ATM nya itu, maka diinformasikan kepada seluruh KPM untuk datang di Agen yang telah ditentukan. Dan penyampainnya itu pertama memang menyurat ya, pihak BNI menyurat ke TIKOR Kabupaten dalam hal ini adalah Dinas Sosial, Dinas Sosial menyampaikan kepada teman-teman TKSK kemudian ke Agen. Biasanya Agen juga lebih cepat karena Agen punya mesin EDC. Justru Agen juga sekarang biasa heran karena masyarakat lebih cepat tau, ohh sudah ada saldo yang masuk. Mereka juga kalaupun hari ini rekeningnya sudah masuk saldonya itu hari juga kalau dia mau gesek atau belanja di e-Warong ya itu bisa dia belanjakan” Pandangan tersebut diatas juga dibenarkan oleh salah satu Agen di Kecamatan
Pallangga yakni Syamsiah, ia merupakan Agen BNI di Desa Je’netallasa. Menurutnya
sosialisasi tentang Program BPNT kepada Agen dan masyarakat itu dilakukan oleh
pendamping BPNT. Berikut kutipan wawancaranya :
“Saya tau Bantuan BPNT ini dari pemdamping, pendamping nya itu Dg. Naba
sama Pak Arif dari pendamping PKH” (Wawancara 10 Juli 2019).
Pengetahuan tentang Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) itu sudah
dipahami oleh masyarakat. Mereka mengatakan bahwa sosialisasi telah dilaksanakan
di tingkat pemerintahan kemudian setelah itu di sosialisasikan juga kepada Agen dan
KPM di setiap desa yang ada Kecamatan Pallangga. Mengenai sosialisasi Program
59
BPNT juga diungkapkan Sitti Rosniah, Ia merupakan salah satu Staf Desa
Je’netallasa. Menurutnya sosialisasi tentang Program BPNT sudah dilakukan oleh
Pendamping BPNT. Berikut wawanacara yang dillakukan kepada Sitti Rosniah sebagai
Staf Desa Je’netallasa :
“Penyampaian tentang BPNT ini dilakukan sama pendamping.
Penyampaiannya itu dilakukan sama Dg. Naba karena dia pendampingnya.
(Wawanacara 10 Juli 2019).
Pengetahuan mengenai program BPNT ini juga diungkapkan oleh salah satu
Keluarga Penerima Manfaat (KPM), Syamsiati sebagai KPM BPNT di Desa
Je’netallasa mengatakan bahwa dirinya mengetahui Program BPNT ini dari pihak
pelaksana yang mendampingi setiap kelompok KPM, berikut kutipan wawancaranya:
“kan ada semacam ketua. Kita didata dari rumah ke rumah. Kita dikasi tau
memang, kan ada pemberitahuan dari ketua masing-masing kelompok”. (Wawancara
10 Juli 2019).
Pandangan diatas sama halnya dengan yang diungkapkan oleh salah satu KPM
BPNT di Desa Kampili yakni Kasmawati. Menurutnya informasi yang didapatkannya
mengenai program BPNT ini dari pemdamping BPNT, katanya pendamping tersebut
mendatangi KPM untuk memberitahukan tentang Program BPNT. Berikut kutipan
wawancara yang dilakukan kepada Kasmawati :
“Ee.. langsung kesini itu petugas Dg. Naba pendamping BPNT, nakasi tauki”.
(Wawancara 10 Juli 2019)
Pengetahuan tentang Progam BPNT ini juga diungkapkan oleh salah satu Agen
di Kecamatan Pallangga yaitu Syamsinah, ia merupakan Agen BNI di Desa Kampili.
Menurutnya pengetahuan yang ia dapatkan tentang Program BPNT ini pada saat ia
direkomendasikan oleh Pemerintah Desa sebagai Agen di Desa Kampili. Berikut
kutipan wawancaranya :
60
“pertamanya itukan ada rekomendasi dari desa, itu apa namanya untuk saya sebagai Agennya, ada rekomendasi dari desa saya sebagai Agen untuk disampaikan ke ini. Komunikasinya bagus, kan pertama koordinasi itu dari kecamatan, nanti kalau sudah masuk saldonya itu nanti kita cek saldonya itu. Kalau sudah masuk saldonya kita hubungi KPM baru kita laporkan jadwalkan bilang tanggal sekian. Pandangan tersebut diatas dibenarkan oleh Aparat Keamanan yakni Sudarta, ia
merupakan anggota TNI AD yang menjalankan tugas sebagai Bintara Pembina Desa
(BABINSA). Menurutnya sosialisasi Program BPNT itu ada di tingkat kecamatan,
namun ia dapatkan pengetahuan tentang Program BPNT ini dari pemerintah desa
karena katanya batas BABINSA itu hanya di tingkat Desa. Berikut kutipan wawancara
yang dilakukan kepada Sudarta Sebagai BABINSA :
“Kalau pada saat sosialisasi itu di kecamatan, batasnya BABINSA itu tugasnya
itu di desa, jadi saya taunya dari desa”. (Wawancara 10 Juli 2019”. (Wawancara 10 Juli
2019)
Berdasakan uraian di atas mengenai pengetahuan dan sosialisasi Program
BPNT yang dilakukan oleh Tm Kordinasi Bantuan Sosial Kecamatan Pallangga, sudah
dilakukan kepada pihak yang terkait dalam hal ini adalah Pemerintah Kecamatan dan
Desa, Agen dan KPM sebagai penerima bantuan Sosial. Untuk hal tersebut, Program
BPNT sudah diketahui secara menyeluruh oleh semua stakeholders masyarakat
Kecamatan Pallangga.
F. Sumber daya dalam Implementasi BPNT di Kecamatan Pallangga
Implementasi suatu kebijakan akan bergantung pada kondisi sumber daya itu sendiri,
meskipun perintah-perintah implementasi diteruskan (ditransmisikan) secara cermat, jelas
dan konsisten, apabila memiliki kekurangan sumber-sumber yang diperlukan oleh
pelaksana untuk menjalankan kebijakan, maka akan menimbulkan masalah dalam proses
Implementasi.Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) merupakan bantuan sosial
yang bertujuan mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan sebagian
61
kebutuhan pangan. Memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM. Meningkatkan
ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi KPM. Dilihat dari tujuan
Program BPNT tersebut tentunya akan mudah dicapai dengan maksimalnya peran dan
fungsi dari sumber daya yang dibutuhkan.
Sumber daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur
tertentu dalam kehidupan.Sumber daya tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga non-
fisik.Sumber daya dalam proses implementasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sangat
penting karena meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang
pelaksanaan Bantuan Pangan Non Tunai di Kecamatan Pallangga. Dalam proses
implementasi Program BPNT , Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan subjek dari
proses Implementasi ini. Adapun yang dimaksud sebagai SDM dalam hal ini adalah Tim
Kordinasi Bantuan Sosial (TIKOR BANSOS) dari tingkat pusat hingga tingkat kecamatan,
Pendampng BPNT, Agen BNI 46 dan pemerintah setempat yang terkait dengan Program
BPNT. Selanjutnya, Sumber Daya lainnya yang mendukung proses berjalannya
Implementasi program BPNT, dalam hal ini yang dimaksud adalah fasilitas/alat yang
digunakan pada saat penyaluran Program BPNT, adapun fasilitas atau alat yang digunakan
yakni e-Warong, Kartu Kombo (KKS dan kartu ATM) dan mesin EDC.
Adapun uraian mengenaisumber daya dalam mendukung proses penyaluran BPNT
di Kecamatan Pallangga. TKSK dan Pendamping BPNTsebagai SDM dalam melakukan
tugasnya harus melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan
baik dan bebrapa fasilitas sebagai sumber daya pendukung untuk kebutuhan pada saat
penyaluran harus tersedia dan dapat digunakan dengan baik pula. Berikut koordinasi yang
dilakukan dengan Pejabat Kecamatan Pallanggasudah dilakukan dengan baik dan sudah
difasilitasi. Hal tersebut terungkap dari informan Drs. Muh. Dahlan, Sekertaris Camat
Pallangga, berikut kutipan wawancaranya:
62
“fasilitas transaksi itu sudah ada di desa-desa, dan disitu saya lihat ada penjual minyak goreng, beras dan telur, dan disitu juga digesek kartu ATM masyarakat, dan ada kordinator, ada babinsanya dan kepala desanya disitu. Untuk keluhan masyarakat itu mereka pergi konsultasi, apakah terlambat dicairkan pasti mereka konsultasi dan tetap kontrol dengan pendampingnya”. (Wawancara 09 Juli 2019) Mengenai unsur sumber daya juga diungkapkan, Syamsu Alam S.Sos sebagai TKSK
sekaligus Pendamping BPNT. Ia mengatakan bahwa e-warong adalah ujung tombak dari
pelaksanaan BPNT, dan setiap Agen/e-Warong ini mendapatkan mesin EDC. Kemudian ia
sedikit menambahkan masalah sumber daya fasiIitas yang biasa dikeluhkan pada saat
penyaluran baik itu dari keluhan para Agen maupun dari KPM. Ia mengungjapkan bahwa
Kendala yang sering terjadi itu adalah hilangnya signal di beberapa desa/kelurahan di
Kecamatan Pallangga dan biasa terjadi mesin EDC yang eror. Berikut wawancaranya :
“Ujung tombak dari pelaksanaan dari BPNT adalah agen/e-Warong. Proses perekrutan Agen/e-Warong itu ada persyaratan tersendiri pertama dia harus punya usaha, punya toko misalnya, punya kios apa dan sebagainya, harus punya surat keterangan usaha dari desa kemudian harus punya NPWP, harus punya rekening dibank BNI. Setelah diproses itu maka sudah resmi menjadi agen penyalur BPNT tentunya didasari dengan verifikasi dari camat dan disimpulkan kepada bank Himbara dalam hal ini adalah pihak BNI. Dari proses yang terjadi itu pihak Agen ini tentunya sudah apa namanya sudah memenuhi persyaratan ya maka mereka sudah dianggap layak sebagai agen yang di survey langsung oleh pihak Bank BNI. Agen itu mendapatkan beberapa fasilitas, pertama dia dapat mesin EDC, yang kemudian ee.. mesin EDC ini adalah perangkat utama dalam hal proses penyaluran. Saya pikir untuk ee.. apa proses pelaksana ya seperti itu. Jadi ketika ketika Agen sudah mantap dilapangan, sudah bagus semua pendukungnya sudah lengkap maksudnya pendukung yang kami maksud itu adalah ketersediaan bahan, misal ketersediaan beras cukupkah, bagaimana kualitas berasnya, bagaimana kualitas telur, berapa anggota yang mau transaksi, itu harus di cek, kesiapan mesin EDC, apa tidak mengalami error atau bagaimana. Itu yang sering terjadi, salah satu hambatan teman-teman didataran itu adalah signal tidak mampu, disini saja di Pallangga ini kan ada bebrapa Agen di desa yang sangat tidak terlalu bagus jaringannya sehingga pada saat itu ya terkadang baru berapa dia gesek error lagi, hilang jaringan lagi, kemudian ee.. terkendala juga dengan beberapa kartu yang masih apa ya masih rusak, PIN nya error juga, dan baru kalu pin error, yang bersangkutan harus datang ke Bank, tidak bisa lagi di wakili oleh TKSK, tidak bisa di wakili oleh siapapun juga, dia sendiri yang datang ke Bank perbaiki. Jadi begini apa SDM Pendamping, SDM Agen, jadi teman-teman pendamping dilapangan dalam hal ini TKSK yang satu Kecamatan satu kementrian sosial itukan mereka sudah direkrut sejak tahun 2009, jadi mereka sudah mempunyai kemampuan dalam menganalisa, dalam mengatasi setiap persoalan dilapangan khususnya menganalisa data secara komvalid. Jadi kalau teman-teman TKSK sudah tidak diragukan lagi, kalau pendamping juga sudah tidak diragukan lagi dalam hal melakukan verifikasi data dilapangan kerena disetiap desa itu TKSK punya kader didesa itu, jadi satu saja kader ee.. sianu namanya si ini
63
ini, kalau kadernya bilang oo tidak ada namanya itu ya kartu itu dikembalikan lagi, jadi begitu modelnya. (Wawancara 05 Juli 2019) Berdasarkan pandangan TKSK Pallangga diatas telah dijelaskan begaimana peran
dan fungsi Sumber Daya dalam proses Implementasi Penyaluran Program BPNT, baik itu
mengenai pembentukan e-Warong maupun masalah yang di dapat pada saat proses
penyaluran. Pandangan TKSK tersebut sama halnya dengan yang diungkapkan oleh
Haminah, ia merupakan Agen BNI di Desa Bontoramba. Menurutnya untuk fasilitas yang
digunakan pada saat penyaluran itu sudah ada dan disediakan oleh BNI, fasilitasnya
berupa mesin EDC dan kartu ATM/KKS, selanjutnya ia menambahkan tentang masalah
yang didapat pada saat penyalran, yang seringkali menjadi kendala adalah hilangnya
jaringan pada mesin EDC pada saat penyaluran dan ada beberapa kartu ATM KPM yang
harus diganti. Mengenai proses pendampingan, menurut Agen tersebut proses
pendampingan semua berjalan dengan baik, komunikasi lancar, dan arahan yang diberikan
pendamping sudah jelas. Berikut kutipan wawancaranya :
“Mesin EDC itu dikasi sama BNI dan mendukung sekali, kalau kendala itu kalaupun ada kendala jelek jaringan, kartunya kaya begitu. Biasanya jelek jaringan, kartunya mau diganti. Setiap penyaluran pasti ada pendamping yang jelaskan dulu sebelum penyalurannya, dijelaskan bagaimana ininya. Kalau keluhan di pendamping itu tidak ada”. (Wawancara 10 Juli 2019)
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Haminah diatas, Agen BNI di Desa
Je’netallasa yakni Syamsiah. Ia mengungkapkan bahwa untuk fasilitas itu ada kendala
pada mesin EDC yang dimana biasa terjadi errorpada saat penyaluran dan ada beberapa
kartu ATM/KKS dari KPM belum masuk saldonya. Kemudian ia melanjutkan mengenai
proses pendampingan, menurutnya proses pendampingan sudah bagus oleh Tim Kordinasi
Bansos. Berikut kutipan wawancaranya
“Itu ji saja biasa itu mesin EDC error, KPM tidak masuk saldo bagiannya toh. Kalo
pendampinganya bagus bae. (Wawancara 10 Juli 2019).
64
Tanggapan mengenai fasilitas juga di ungkapkan oleh Agen BNI di Desa Julkanaya,
Muhammad Yasin. Ia mengungkapkan bahwa fasilitas yang digunakan adalah mesin EDC
yang difasilitasi oleh BNI dan adapun kendala dari fasilitas tersebut adalah hilangnya
jaringan pada Mesin EDC tersebut . Selanjutnya ia mengkapkan bahwa untuk proses
pendampingan semua berjalan dengan baik dan selalu memantau proses penyaluran.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Sejauh ini sudah maksimal dengan adanya bantuan dari pihak BNI iyakan, melalui memfasilitasi kita dengan Mesin EDC itu. Adapun kendala di Mesin EDC itu misalkan kalo ada ya biasanya kita terkendala dengan jaringan. Kalau sejauh ini kami liat pihak TKSK sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
Mengenai sumber daya pandangan salah satu KPM Desa Je’netallasa yakni
Syamsiati Dg Bungen. Pandangan dari Syamsiati Dg. Bungen sedikit berbeda, menurutnya
pada saat penyaluran itu sering terjadi antri. Berikut wawancaranya :
“Masalahnya iya begini mengantri cuman mengantri, harus sabar menunggu antrian karena banyak yang inikan. Kalau pendampingan itu karena kalau saya pribadi nda pernah ada keluhan karena setiap ada begini ada memang kita diinformasikan dari ketua masing-masing jadi nda ada kendala untuk itu, kemudian juga kita teman sesama teman disampaikan juga kalau ada pemberitahuan. (Wawancara 10 Juli 2019)
Kesimpulan dari uraian wawancara informan di atas, menggambarkan bahwa untuk
fasilitas untuk program BPNT sudah namun belum maksimal debgan alasan hampir setiap
Agen biasanya mengalami kendala pada mesin EDC dan kendala pada kartu ATM/KKS
masyrakat yang menjadi KPM.Untuk proses Koordinasi/pendampingan sudah dilakukan
oleh oleh TIKOR BANSOS/Pendamping BPNT. Pendamping BPNT sudah melaksanakan
tugas dan fungsinya dilapangan dengan baik, baik itu dalam proses verifikasi data,
sosialisasi, pendampingan maupun pemantauan pada saat proses penyaluran BPNT
dilakasanakan di setiap desa yang ada di Kecamatan Pallangga.
65
G. Deskripsi Sikap (Disposisi) Pihak Pelaksana dan Pemerintah setempat dalam proses
penyaluran BPNT
Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan-hambatanyang nyata
terhadap implementasi kebijakan bila personel yang ada tidakmelaksanakan kebijakan
yang diinginkan. Karena itu, pelaksana kebijakanharuslah orang-orang yang memiliki
dedikasi pada kebijakan yang telahditetapkan. Maksimal atau tidaknya sebuah kebijakan
implementasi itu juga ditentukan oleh sikap pelaksana dan pemerintah setempat, adanya
sebuah dukungan yang diberikan oleh pemerintah ataupun tingkat kemauan yang tinggi
yang dimiliki oleh pihak pelaksana itu akan membantu memaksimalkan proses berjalannya
sebuah implementasi.
Proses penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) sangat dibutuhkan pelayanan
yang baik dan sikap yang ramah dari pihak pelaksana kepada Keluarga Penerima Manfaat
(KPM) dalam hal ini adalah masyarakat miskin yang menjadi peserta dalam program
BPNT. Untuk sebuah program bantuan sosial, masyarakat tentunya akan mengadukan
keluhan ataupun kendalanya kepada kepada pihak pelakasana dan pemerintah setempat
agar dicarikan solusi kepada mereka.
Kecamatan Pallangga merupakan kecamatan di Kabupaten Gowa yang jumlah
Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program BPNT terbanyak dengan jumlah 2034.
Dengan jumlah KPM yang banyak tentunya dibutuhkan tingkat kemauan yang tinggi pula
dari pihak pelaksana dalam melayani masyarakat tersebut.
Berikut akan diuraikan bagaimanasikap pemerintah dan pelaksana dalam proses
penyaluran BPNT di Kecamatan Palangga.. Pemerintah setempat dan pihak pelaksana
dalam implementasi program ini harus memberikan dukungan dan memberikan pelayanan
baik. Berikut koordinasi yang dilakukan dengan pemerintah setempat dan para pelaksana
yang turut memantau proses penyaluran BPNT tersebut. Hal tersebut terungkap dari
66
informan Firman, SH, Seksi Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Pallangga, berikut
kutipan wawancaranya:
“Dulukan bukan berupa bantuan pangan, dulukan masih Rastra jadi transaksi pembayarannya itu disini dulu, tapi sekarang sudah berubah Pangan masing-masing ada warung tiap desa. Aa.. jadi kita cuma kadang turun mengontrol apakah sudah tersalurkan. Jadi setiap yang dibutuhkan itu dalam hal penyaluran atau apakah itu misalnya selalu dipersiapkan ada. Kalau dia mau adakan pertemuan, ada aula dibelakang. Ada e-Warong disitu ada badan koordinator, ada kepala desanya, semua yang mereka butuhkan kita ladeni, sarana dan prasarananya itu kita siapkan, apakah itu sosialisai atau yang lainnya.” (Wawancara 09 Juli 2019) Diungkapkan juga oleh TKSK Pallangga, Syamsu Alam, S.Sos. Menurutnya
Pemerintah kecamatan dan Tim Kordinasi Bansos tingkat kecamatan berfungsi sebagai tim
koordinasi di tingkat kecamatan dan sebagai Social Controldalam penyaluran bantuan
sosial dan semua aktivitas yang dapat menunjang berjalannya penyaluran bantuan sosial.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Iya jadi di Kecamatan itu berfungsi sebagai Tim Koordniasi, selain sebagai Tim Koordinasi di kecamatan dia juga berfungsi sebagai Social Control yah Social Control dalam penyaluran bantuan, artinya setiap kecamatan itu kalau kita pertama itukan sudah membantu kita dalam hal verifikasi, dalam hal penyaluran KKS, dalam hal menginstruksikan kepada menyesuaikan kepada TIKOR tingkat desa bahwa hari ini ada penyaluran hari ini jurusan ini dan sebagainya. Inilah bahagian dari kerja-kerja kecamatan dalam membantu mengatur, begitun desa sebenarnya hampir sama yang dikerjakan di desa juga, mereka mengkonfirmasi kepada semua aparatnya, kepala lingkungannya, tetapi yang paling bagus adalah pelaksanaan di tingkat dusun karena kalau di tingkat dusun agak kecil sedikit dan bisa langsung didapat anunya responnya ya”. (Wawancara 05 Juli 2019) Mengenai disposisi, pandangan diatas sama halnya dengan yang diungkapkan oleh
salah satu Staf Desa di Desa Je’netallasa, Sitti Rosniah. Menurutnya dukungan dari
pemerintah desa itu sudah diberikan kepada masyarakat karena pemerintah desa lebih tau
kondisi masyarakatnya dibanding dengan para Agen. Berikut kutipan wawanacaranya :
“Kan Agen yang menangani ini tapi pemerintah membantu seperti saya, sayakan pemerintah desa saya mendampingi supaya kalau ada masalah bisa dikasi solusi, yang menerima itu adalah masyarakat kita. Agenkan tidak kenal dengan masyarakat mereka bukan orang-orang dari pemerintah jadi tidak kenal bahwa ini benar masyarakat dari desa ini.” (Wawancara 10 Juli 2019)”
67
Pandangan mengenai disposisi/dukungan dari pelaksana tidak hanya di ungkapkan
oleh Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, dan TKSK Pallangga tapi juga
diungkapkan oleh TNI-AD, Moh. Jasir. Ia merupakan Binatara Pembina Desa (BABINSA) di
Desa Toddotoa. Menurutnya dukungan untuk pemerintah setempat itu sudah ada setiap
proses penyaluran dan bentuk dukungannya itu seperti ikut meninjau dilapangan pada saat
proses penyaluran BPNT. Berikut kutipan wawancaranya :
“Untuk aparat desa disetiap ada pembagian pasti aparat desa juga turun meninjau disetiap penyaluran. Disini juga saya sebagai pihak keamanan, semua aman-aman saja disini, semua ikut antri.” (Wawancara 11 Juli 2019) Berdasarkan pandangan dari pihak pelaksana dan Pemerintah setempat diatas itu
menunjukkan bahwa dukungan ataupun sikap dari pelaksana dan pemerintah sudah
direalisasikan dengan baikpada saat penyaluran BPNT, bakk itu dalam bentuk
pemantauan, memberikan sarana sosialisasi maupun memberikan keamanan kepada
KPM. Dan pandangan tersebut diatas juga diakui oleh masyarakat yang menjadi KPM
yakni Ummi, ia merukan KPM dari Desa Parangbanoa. Menurutnya pemerintah juga ikut
turun memantau pada saat penyaluran BPNT. Berikut kutipan wawancaranya :
“Itu BINMAS sama Dg. Naba biasa datang duduk-duduk disini sama pak lurah juga
biasa ada dan dia bilang bersyukurko kau yang dapat bantuan dari pemerintah”.
(Wawancara 11 Juli 2019)
Ungkapan yang sama juga diungkapkan oleh Asri, ia merupakan KPM dari Desa
Toddotoa. Menurutnya pemerintah setempat juga turut hadir dalam proses penyaluran
BPNT dan pemerintah tersebut melakukan pemantauan terhadap pelaksana dan
masyarakat penerima bantuan. Berikut kutipan wawancaranya :
“Pak Desa biasa tong datang itu lihat-lihat, memantau itu anu penyaluran”.
(Wawanacara 11 Juli 2019)
Mencermati gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dukungan atapun sikap dari
pihak pelaksana dan pemerintah setempat sudah direalisasikan dengan baik kepada
68
masyarakat. Dukungan dari Pelaksana atapun Pemerintah itu sudah dirasakan oleh KPM
yang ada di Kecamatan Pallangga. Dalam proses penyaluran BPNT semua pihak ikut serta
dalam memantau berjalannya proses penyaluran tersebut, tidak hanya dari Tim Koordniasi
Bansos dan Pemerintah setempat saja tetapi juga dari TNI-AD dalam hal ini adalah
BABINSA dan juga dari pihak Kepolisian yakni BINMAS. Dukungan dari semua pihak
tersebut itu menunujukkan bahwa mereka membantu masyarakat miskin untuk
meningkatkan kualitas kehidupannya.
H. Deskripsi Struktur Birokrasi dalam Proses Implementasi Program BPNT di
Kecamatan Pallangga
Struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi kebijakan.Aspek struktur
birokrasi mencakup dua hal yang penting, pertama adalah mekanisme dan struktur
organisasi pelaksana sendiri.Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan
melalui standar operating prosedur (SOP) yang dicantumkan dalamguideline
program/kebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis,
tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan menjadi acuan dalam
bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksanapun sejauh mungkin
menghindari hal yang berbelit, panjang dan komplek.Struktur organisasi pelaksana harus
dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam program
secara cepat.
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur
birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan
biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi
setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng
dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi
69
yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan
menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Adapun pada proses implementasi penyaluran BPNT di Kecamatan Pallangga,
semua pihak ikut serta dalam memantau berjalannya penyaluran tersebut baik dari pihak
pemerintah setempat, tim koordinasi tingkat kecamatan maupun dari aparat keamanan.
Semua pihak tersebut menjalankan tugasnya masing-masing berdasarkan aturan yang ada
dan saling menjalin komunikasi terkait proses penyaluran BPNT di Kecamatan Pallangga.
Seperti halnya yang dikatakan informan pejabat Kecamatan Pallangga, Firman, SH, Seksi
Pemberdayaan Masyarakat. Ia mengungkapkan bahwa semua pihak baik dari pihak
pelaksana, pemerintah setempat maupun pihak lainnya yang terkait telah melaksanakan
wewenangnya berdasarkan aturan yang telah ada, dengan alasan Camat sebagai
Pemerintah yang bertanggung jawab di Kecamatan Pallangga terus memantau proses
berjalannya Program yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Berikut
kutipan wawancaranya :
“Saya kira untuk ini sudah sesuai dengan aturan dari pemerintah pusat, ya untuk bagaimana teknisnya ini, tentunya dia tidak boleh ini keluar dari aturan-aturan yang ada, jadi kalau dia macam-macam ya. Kan Pak Camat sebagai kepala wilayah ya pasti memantau. Baru-baru ini yang ada beredar bahwa ada yang memanfaatkan untuk politik dipanggil semua untuk diklarifikasi, jangan sampai bantuan ini digunakan untuk politik. Jadi ya kalo sudah dijelaskan dia macam-macam ya pasti berurusan denga hukum, baru itukan selalu bergiliran ada kordinator kepengawasannnya itu yang mengawasi jadi kalo ada apa-apa ya dia lapor kepada pihak kecamatan.”
Penuturan mengenai struktur birokrasi dalam implementasi BPNT ini juga
diungkapkan oleh Agen BNI di Desa Kampili, Syamsinah. Ia mengungkapkan bahwa ada
sedikit kendala pada struktur birokrasi pelaksana Program BPNT. Dengan alasan bahwa
ada segelintir Agen yang menyalah gunakan tugasnya dalam pendampingan KPM BPNT
pada saat proses penyaluran. Berikut kutipan wawancaranya :
“Masing-masing desa itukan harusnya sama kita di e-Warongnya tapi terkadang ada juga masyarakat yang anu yang pergi dari kita. Padahal bukan Agen yang dia
70
datangi, yang dia datangi itu disuruh sama kordinator kecamatan pendamping PKH. Maksudnya kan itu pembagian disinikan harusnya itu disinikan di e-Warong dia belanja tapi ini malah dia ke kordinator kecamatan itu pendamping padahalkan dia itu bukan anu bukan e-Warong, yang kordinator kecamatan itu pendamping PKH. Mala kita sudah dipertemukan di POLSEK tapi dia masih bertindak begini, itu juga yang kita keluhkan itu karena dia bukan e-Warong kenapa selalu KPM itu kesana. Kan kita masing-masiing desa sudah punya e-Warong yang direkomendasikan oleh Kepala Desa. Itu yang kita keluhkan itu, terus terang itu kita keluhkan di Pallangga, yang tingkah lakunya ini si Koordinator Pemdamping PKH itu karena dia bukan e-Warong kenapa dia itu panggil masyarakat kesana untuk mengambil anu itukan nda bisa aturannya juga ada mala kita jugakan sudah dipertemukan di POLSEK tapi dia masih betindak begini, cuman itu yang kita kendalakan selama ini untuk para Agen. Hal senada juga diungkapkan oleh TKSK Pallangga Syamsu Alam, S.Sos.
Menurutnya dalam proses penyaluran BPNT di Kecamatan Pallangga itu berdasarkan
Pedoman Umum Bantuan Pangan Non Tunai (PEDUM BPNT) yang dapat dijadikan
petunjuk dalam pengambilan tindakan. Berikut kutipan wawancaranya :
“Jadi program ini ya sebenarnya kan sudah dilaksanakan di tingkat kecamatan, ada
PEDUM ya isinya kan jelas untuk petunjuk”. (Wawancawa 05 Juli 2019)
Dilihat dari pernyataan TKSK Pallangga diatas yakni Syamsu Alam, S.Sos, itu dapat
disimpulkan bahwa semua struktur birokrasi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
apabila semua pihak pelaksana memahami dengan baik petunjuk yang ada di Pedoman
Umum BPNT. Selanjutnya ia membenarkan pernyataan dari Agen BNI Desa Kampili yakni
Syamsinah. Ia mengungkapkan bahwa kendala mengenai sruktur birokrasi itu hanya pada
Agen yang menyalahgunakan tugasnya sebagai pendamping KPM pada saat proses
penyaluran kutipan wawancaranya :
“Tanggal 10 itu sudah masuk anu saldonya, makanya setengah mati itu Agen. Karena kalau masyarakatmi sudah tau uuuh dende tiap hari datang di Agen tiap hari, kapan ini kapan ini tiap hari. Baru kalau sudah seperti itu pergi ditempat lain menggesek di desa lain itu yang disampaikan di Desa Kampili kemarin toh begitu modelnya, para dia-dia baku begini. Sudah adami OTT, sudah adami pendamping itu yang ditangkap kemarin persoalan dia menyalurkan itu beras dia pake mobil baru di ini. Bukan Agen begini bukan, dia sendiri yang bawa mobilnya disitu transaksi, dia kasi turun beras aii ditangkap”. (Wawancara 11 Juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, mengenai sruktur birokrasi dalam proses
penyaluran BPNT itu dapat disimpulkan bahwa ada sedikit kendala di beberapa desa, yaitu
71
kendala dengan adanya Agen yang melanggar aturan dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendamping KPM. Pendamping tersebut dalam melakukan pendampingan ia
mengarahkan KPM untuk mencairkan bantuannya kepada selain Agen yang telah
direkomendasikan oleh Pemerintah Desa dan Pihak BNI, ini membuktikan bahwa
pendamping tersebut telah melanggar aturan yang ada dan tidak mengikuti apa yang
tercantum pada Pedoman Umum BPNT.
I. Deskripsi Bentuk Implementasi Program BPNT di Kecamatan Pallangga
Program BPNT merupakan bantuan sosial yang disalurkan secara non tunai kepada
masyarakat penerima/KPM. Sistem baru penyaluran bantuan pangan ini diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non
Tunai. Bantuan sosial non tunai diberikan dalam rangka program penanggulangan
kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial,
rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar. Program ini juga diharapkan dapat mempermudah
masyarakat untuk menjangkau layanan keuangan formal di perbankan, sehingga
mempercepat program keuangan inklusif.
Penyaluran bantuan sosial secara non tunai kepada masyarakat dinilai lebih efisien,
tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, serta tepat administrasi. Kartu
elektronik yang dimaksud dapat digunakan untuk memperoleh beras, telur, dan bahan
pokok lainnya di pasar, warung, toko sesuai harga yang berlaku sehingga rakyat juga
memperoleh nutrisi yang lebih seimbang, tidak hanya karbohidrat, tetapi juga protein,
seperti telur.
Menurut Pedoman Umum BPNT 2018, peserta BPNT memiliki berbagai kewajiban
yang harus dipenuhi, BPNT terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan untuk
masyarakat miskin. Selain itu, penyaluran bantuan sosial non tunai juga dapat
membiasakan masyarakat untuk menabung karena pencairan dana bantuan dapat mereka
72
atur sendiri sesuai kebutuhan. Untuk menyalurkan bantuan sosial non tunai ini, diawali
dengan pendaftaran peserta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang dilakukan oleh
Kementerian Sosial (Kemensos).. Untuk jangka panjang, program BPNT diharapkan
mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas nutrisi,
dengan terpenuhinya gizi yang seimbang akan menciptakan generasi di masa depan yang
berkualitas dan mampu menjadi SDM yang dibutuhkan oleh negara.
Implementasi Program BPNTdiungkapkan oleh informan Pejabat Kecamatan
Pallangga dengan jelas. Karena sosialisasi tentang BPNT ini sudah disampaikan oleh Tim
Kordinasi Bansos Kecamatan Pallangga kepada semua pihak. Informan Firman, SH, Seksi
Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Pallangga, mengatakanbahwa bantuan tersebut
adalah berupa bantuan pangan seperti telur dan beras. Dan dengan bantuan ini pemerintah
dapat membantu mengurangi biaya hidup masyarakat miskin. Berikut kutipan
wawancaranya :
“Kalau itukan bantuan pangan berupa telur dan beras ya sembako sesuai dengan kebutuhannya. Jadi kalau dia cuman butuh beras atau telur saja kalau masi ada saldo nanti untuk yang lain dipanggil lagi. Kalau sebetulnya mau dibilang sejahtera dengan batuan itu belum, tapi setidaknya ada peningkatan, mengurangi biaya hidup itu salah satunya kalau dibilang mau sejahtera masih jauh, tapi setidaknya mengurangi biaya kebutuhan. Saya kira anu ini mau merubah ini ya mungkin tapi setidaknya biaya untuk beli ini bisa dipakai untuk kebutuhan yang lain ”. (Wawancara 09 Juli 2019) Pandangan yang dituturkan oleh Firman, SH diatas itu dibenarkan oleh pandangan
TKSK Pallangga, Syamsu Alam, S.Sos. Ia mengungkapkan bahwa Program BPNT ini
berupa beras dan telur yang sebelumnya diberikan uang sebesar 110.000 agar
dibelanjakan untuk kebutuhan pangan tersebut, dengan alasan karena tujuan dari Program
BPNT ini adalah pemenuhan gizi yang seimbang kepada masyarakat miskin/KPM.
Kemudian ia mengungkapkan bahwa dengan adanya Program BPNT ini, masyarakat
sangat berterima kasih karena dengan bantuan ini mereka mudah mendapatkan
kebutuhan pangan yang berkualitas. Berikut kutipan wawancaranya :
73
“BPNT ini sebenarnyakan bantuannya 110.000 ya, jadi karena tadi saya jelaskan bahwa tujuan dari BPNT ini adalah pemenuhan gizi seimbang sehingga bansos yang diterima itu berupa telur dan beras ya jadi mekanisme penyalurannya itu Agen berkordinasi dengan penyalur. Penyalur itu ya pebisnis, pedagang begitu. Tiba beras, kemudian kegiatannya ya kalau ada KPM yang datang dan lancar menggesek dia punya kartu dan saldo kartunya tidak apa-apa, tidak error, tidak apa dan lain sebagainya. Di KPM ini menerima bansos dengan bervariasi, misalnya ada yang minta 10 kilo beras, 10 kilo beras tentunya itu kalo telur cuma 5 sampai 6 butir. Kalo 5 telur yang agak besar itu, kalo telur yang kecil itu 6 butir tambah 10 liter beras itu, saldo yang 110.000. Tapikan namanya Agen mereka juga mau untung karena mereka itukan pebisnis. Mereka itu pebisnis jadi bisa dari beras 10 kilo, 5 butir telur, itu sudah sama dengan nominal 110.000 yang digesek dari yang masuk di rekeningnya. Ada juga yang 6 kilo, kalau 6 kilo itu, 6 kilo beras 10 rak telur eh 1 rak telur ya itu sama dengan bilangannya 110.000. Jadi dia kalau pilih beras 6 kilo otomatis telur itu 1 rak. Jadi kalau dia pilih 10 kilo, telur cuman 5-6 rak eh 5-6 butir bukan rak yah butir, Kecuali kalau 6 kilo. Dari hasil riset, kan sebelumnya ini ada juga dari Kementrian Sosial dalam hal ini Lembaga Riset Sosial, dia melakukan pemantauan dilapangan di berbagai keluarga KPM, ternyata KPM ini sangat-sangat berterimakasih sekali dengan ini. Beda dengan sebelumnya, ada Rastra, Raskin. Biasanya beras yang dari BULOG itu ya ada hitammi, baumi, busukmi. Sekarang ini tidak, beras barumi. Bagaimana tidak, penyalur adalah penyalur lokal. Mala ada Agen yang Agen sendiri punya beras. (Wawancara 05 Juli 2019) Gambaran dari hasil wawanacara diatas menunjukkan bahwa dengan adanya
Program BPNT, masyarakat mudah untuk mendapatkan bantuan pangan dan terbantu
dalam memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang. Mengenai dampak yang dirasakan
masyrakat dari adanya Program BPNT ini juga diungkapkan oleh Haminah, ia merupakan
Agen BNI dari Desa Bontoramba. Menurutnya bantuan yang diterima oleh KPM itu sudah
cukup dengan alasan sudah tidak ada yang protes, justru ada dari KPM yang mengatakan
bahwa bantuan yang diterima bulan lalu itu belum habis, tapi bantuan selanjutnya sudah
ada lagi. Berikut kutipan wawancaranya :
“Kalau untuk saat ini cukup karena selama ini nda ada yang protes, pasti dia selalu
bilang belum habis sudah datang lagi”. (Wawancara 10 Juli 2019)
Pandangan yang diungkapkan oleh diatas dibenarkan oleh Asri KPM dari Desa
Toddotoa. Ia mengungkapkan bahwa kami adalah masyarakat yang juga membeli beras
dan Program ini lumayan membantu dalam memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Berikut kutipan wawancaranya :
74
“Ya terbantumi juga, karena kita kan orang beli beras toh jadi terbantumi juga karena adami anunya setiap bulan. Lumayan karena ada bantuan toh, maksudnya bisa membantu, membantu krisis ekonomi toh heh”. (Wawancara 11 Juli 2019) Mengenai dampak yang dirasakan oleh KPM juga diungkapkan oleh Syamsiati Dg.
Bungen, ia merupakan KPM dari Desa Je’netallasa. Ia mengungkapkan bahwa dengan
Program BPNT ini masyarakat yang kurang mampu bisa terbantu dalam pemenuuhan
kebutuhan rumah tangga dan membantu kesejahteraan keluarga. Berikut kutipan
wawancaranya :
“Iya bisa membantu, membantu ini keringanan misalnya dalam masalah rumah
tangga begitu, iya alhamdulillah bisa membantu kesejahteraan keluarga”. (Wawancara 10
Juli 2019)
Berbeda dengan ungkapan salah-satu KPM dari Desa Parangbanoa, Ummi. Ia
mengungkapkan bahwa Program BPNT ini belum bisa memnuhi kebutuhan pangan bagi
KPM yang memiliki anak lebih dari orang. Berikut kutipan wawancaranya :
“Terpenuhi tapi tidak anu ini karena baru beras yang didapat belumpi bilang dapatki
PKH. karena 5 orangka berkeluarga jadi belum terpenuhi”. (Wawancara 11 Juli 2019)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Program BPNT
dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan bahan pangan yang dijadikan sebagai
kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-harinya. Selain memudahkan masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, Program BPNT ini juga memberikan peluang kepada
masyarakat untuk tetap hidup sehat karena tujuan dari Program BPNT adalah pemenuhan
gizi seimbang kepada KPM, dengan memberikan bantuan pangan berupa beras dan telur
yang berkualitas. Adapun bagi KPM yang merasa belum terbantu dengan Program BPNT
adalah mereka yang memiliki anggota keluarga yang lebih dari 4 orang.
J. Faktor Penghambat Implementasi PKH di Kecamatan Pallangga
Faktor penghambat dalam suatu proses implementasi kebijakan merupakan suatu
75
yang lazim terjadi dimana-mana, dan setiap program mempunyai masalah masing-masing,
sehingga penangananya pun biasanya dikembalikan kepada masing-masing aktor yang
membuat suatu program dalam merespon masalah- masalah yang muncul dalam proses
implementasi program. Program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) melalui Tim Kordinasi
program di setiap masing-masing daerah diberi mandat untuk melaksanakan program,
tentunya juga akan menemui masalah-masalah sehubungan dengan implementasi
program. Berikut diuraiakan faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam implementasi
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga.
Informan Syamsu Alam, S.Sos, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK)
Kecamatan Pallangga mengungkapkan, bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan Program BPNT di Kecamatan Pallangga. Diantaranya,
banyaknya saldo nol pada Kartu ATM KPM sehingga banyak dari mereka tidak dapat
menerima bantuan beras dan telur dari Program BPNT, ini disebabkan karena KPM tidak
mengambil kartu Kombo (KKS + Kartu ATM) pada saat penyaluran kartu tersebut di kantor
kecamatan, dengan alasan bahwa bantuan mereka sudah masuk semua di kartu KKS
Program Keluarga Harapan (PKH). Dan dari pihak bank penyalur (BNI) juga menganggap
bahwa masyarakat yang terdaftar sebagai KPM, tetapi tidak ada kartu yang tersedia untuk
masyarakat tersebut itu karena mereka merupakan masyarakat yang terdaftar sebagai
pemerima Program Keluarga Harapan (PKH). Hal tersebut terekam dalam kutipan
wawanacara berikut ini :
“Itu kesalahannya begini kan dua kartunya, dua namanya. Yang PKH nya ada, waktu di kantor camat dibagi dia tidak datang ambil. Aa.. ini Bank (BNI) mungkin menganggap bahwa disinimi semua, adami semua itu apanya, masuk semuami disini direkeningnya. Na itu tidak ada bisami, tidak adami mau ditarek. Jadi tidak bisami dianu”. (Wawancara 11 Juli 2019)
Kemudian TKSK Pallangga, Syamsu Alam, S.Sos melanjutkan bahwa kendala juga
ada dari mesin EDC, alat yang digunakan pada saat pencairan bantuan tesebut, masalah
pada mesin EDC itu disebabkan karena mengalami error dan hilangnya jaringan pada saat
76
penggesekan kartu ATM masyarakat penerima (KPM).. Hal tersebut terekam dalam kutipan
wawancara berikut ini:
“Mesin EDC ini adalah perangkat utama dalam hal proses penyaluran. Saya pikir untuk ee.. apa proses pelaksana ya seperti itu. Jadi ketika ketika Agen sudah mantap dilapangan, sudah bagus semua pendukungnya sudah lengkap maksudnya pendukung yang kami maksund itu adalah ketersediaan bahan, misal ketersediaan beras cukupkah, bagaimana kualitas berasnya, bagaimana kualitas telur, berapa anggota yang mau transaksi, itu harus di cek, kesiapan mesin EDC, apa tidak mengalami error atau bagaimana. Itu yang sering terjadi, salah satu hambatan teman-teman didataran itu adalah signal tidak mampu, disini saja di Pallangga ini kan ada bebrapa Agen di desa yang sangat tidak terlalu bagus jaringannya sehingga pada saat itu ya terkadang baru berapa dia gesek error lagi, hilang jaringan lagi, kemudian ee.. terkendala juga dengan beberapa kartu yang masih apa ya masih rusak, pinnya error juga, dan baru kalu pin error, yang bersangkutan harus datang ke Bank, tidak bisa lagi di wakili oleh TKSK, tidak bisa di wakili oleh siapapun juga, dia sendiri yang datang ke Bank perbaiki..” (Wawancara 05 Juli 2019) Kemudian masalah selanjutnya menurut Syamsu Alam, S.Sos adalah dari adanya
pendamping yang menjalankan tugasnya tidak sesuai aturan dalam proses pendampingan
kepada KPM BPNT pada saat pencairan bantuan tersebut. Berikut kutipan wawancaranya :
“Tanggal 10 itu sudah masuk anu saldonya, makanya setengah mati itu Agen. Karena kalau masyarakatmi sudah tau uuuh dende tiap hari datang di Agen tiap hari, kapan ini kapan ini tiap hari. Baru kalau sudah seperti itu pergi ditempat lain menggesek di desa lain itu yang disampaikan di Desa Kampili kemarin toh begitu modelnya, para dia-dia baku begini. Sudah adami OTT, sudah adami pendamping itu yang ditangkap kemarin persoalan dia menyalurkan itu beras dia pake mobil baru di ini. Bukan Agen begini bukan, dia sendiri yang bawa mobilnya disitu transaksi, dia kasi turun beras aii ditangkap”. (Wawancara 11 Juli 2019) Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh Syamsina, Agen BNI di Desa Kampili.
Menurutnya kendala pada proses penyaluran Program BPNT di kecamatan Pallangga
adalah adanya pendamping yang menyalahgunakan tugasnya sebagai pendamping,
mereka mengarahkan KPM untuk mencairkan bantuan pada selain Agen yang
drekomendasikan oleh Pemerintah Desa. Berikut kitipan wawancaranya :
“Masing-masing desa itukan harusnya sama kita di e-Warongnya tapi terkadang ada juga masyarakat yang anu yang pergi dari kita. Padahal bukan Agen yang dia datangi, yang dia datangi itu disuruh sama kordinator kecamatan pendamping PKH. Maksudnya kan itu pembagian disinikan harusnya itu disinikan di e-Warong dia belanja tapi ini malah dia ke kordinator kecamatan itu pendamping padahalkan dia itu bukan anu bukan e-Warong, yang kordinator kecamatan itu pendamping PKH. Mala kita sudah dipertemukan di POLSEK tapi dia masih bertindak begini, itu juga yang
77
kita keluhkan itu karena dia bukan e-Warong kenapa selalu KPM itu kesana. Kan kita masing-masiing desa sudah punya e-Warong yang direkomendasikan oleh Kepala Desa. Itu yang kita keluhkan itu, terus terang itu kita keluhkan di Pallangga, yang tingkah lakunya ini si Koordinator Pemdamping PKH itu karena dia bukan e-Warong kenapa dia itu panggil masyarakat kesana untuk mengambil anu itukan nda bisa aturannya juga ada mala kita jugakan sudah dipertemukan di POLSEK tapi dia masih betindak begini, cuman itu yang kita kendalakan selama ini untuk para Agen. (Wawancara 10 Juli 2019)
Selanjutnya, Kendala mengenai mesin EDC yang error pada saat transaksi juga
diungkapkan oleh Haminah , Agen BNI di Desa Bontoramba. Ia mengungkapkan bahwa
kendala dalam proses penyaluran Program BPNT adalah tidak mendukungnya jaringan
dan ada beberapa KPM yang harus diganti kartu ATM nya. Berikut kutipan wawancaranya :
“Kalau kendala itu kalaupun ada kendala jelek jaringan, kartunya kaya begitu.
Biasanya jelek jaringan, kartunya mau diganti”. (Wawancara 10 Juli 2019).
Adapun kendala lain pada saat penyaluran Program BPNT yang diungkapkan oleh
Syamsiati Dg. Bungen, KPM dari Desa Je’netallasa. Ia mengungkapkan bahwa pada saat
pencairan BPNT itu hanya terkendala pada antri yang panjang. Berikut kutipan
wawancaranya :
“Masalahnya iya begini mengantri cuman mengantri, harus sabar menunggu antrian
karena banyak yang inikan ..” (Wawancara 10 Juli 2019)
Berdasarkan gambaran di atas, bahwa ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat atau kendala dalam mengimplementasikan Program BPNT di Kecamatan
Pallangga. Pertama, seringnya terjadi error pada mesin EDC pada saat transaksi
penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan kendala tersebut dialami oleh hampit
seua Agen yang ada di Kecamatan Pallangga. Kedua, adanya beberapa KPM yang
memiliki kartu ATM dengan saldo Nol, sehingga KPM tersebut tidak dapat merasakan
manfaat dari Program BPNT. Ketiga, adanya Agen/pendamping yang menyalahgunakan
tugasnya dalam mendampinigi KPM pada saat penyaluran Program BPNT. Yang terakhir,
kendala yang dirasakan KPM adalah antri yang lama, kendala ini biasa terjadi di
78
Desa/Kelurahan yang memiliki KPM dengan jumlah yang banyak.
K. Faktor Pendukung Implementasi BPNT Kecamatan Pallangga
Adapun dalam proses mplementasi Program BPNT di Kecamatan Pallangga, selain
penghambat, tentunya ada juga yang menjadi pendukung, sehingga program tersebut
harus tetap berjalan dan dilaksanakan untuk direalisasikan dengan baik. Sesaui tujuan
umum dari Program BPNT yaitu Mengurangi beban pengeluaran KPM melalui pemenuhan
sebagian kebutuhan pangan, memberikan nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM,
meningkatkan ketepatan sasaran dan waktu penerimaan Bantuan Pangan bagi KPM,
memberikan lebih banyak pilihan dan kendali kepada KPM dalam memenuhi kebutuhan
pangan, dan mendorong pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Semangat untuk mengimplementasikan Program BPNT di Kecamatan Pallangga
tergambar dalam uraian dari pandangan wawancara dengan informan diantaranya
diungkapkan oleh informan Syamsu Alam, S.Sos,TKSK Pallangga. Menurutnya, salah satu
yang menjadi semangat dalam memperlancar Program BPNT adalah tingginya respon
masyarakat dalam menerima bantuan yang diberikan oleh pemerintah dan mudahnya
masyarakat penerima dikumpulkan pada saat akan dicairkan bantuan tersebut.. Berikut
penuturan kutipan wawancaranya:
“Tanggal 10 itu sudah masuk anu saldonya, makanya setengah mati itu Agen. Karena kalau masyarakatmi sudah tau uuuh dende tiap hari datang di Agen tiap hari, kapan ini kapan ini tiap hari ..” (Wawancara 11 Juli 2019) Sama halnya dengan yang diungkapkan informan Stamsu Alam, S.Sos diatas,
Muhammad Yasin, Agen BNI dari Desa Julukanaya. Menurutnya faktor yang mendukung
berjalannya Program BPNT ini adalah besarnya antusiasme masyarkat pada saat akan
dijadwalkannya proses penyaluran bantuan tersebut, bahkan banyak dari yang mereka
setiap hari datang bertanya mengenai jadwal penyaluran bantuan tersebut. Faktor
pendukung lain juga datang dari efektifnya kinerja TKSK dalam mendampingi Agen dan
79
KPM dalam proses pengimplementasian Program BPNT, serta adanya support dari
pemerintah setempat dan beberapa pihak lainnya yang ikut serta memantau proses
penyaluran Program BPNT ini. Berikut kutipan wawancaranya :
“Biasanyakan KPM lewat didepan Agen, setiap hari lewat itu kasian KPM yang butuh itu kadang bertanya sudah keluarkah tidak? Jadi pas ada seseorang yang lewat iya kan sudah keluar nanti dia tanya temannya. Dan juga setiap kita mau penyalurannya. Kalau menurut saya itu sangat jelas pendampingannya, karena kalau ada apa-apa misalkan kita penyaluran seperti ini yah ada warga yang ingin bertanya tentang seputaran BPNT ini apakah pak kapan lagi keluar ininya, ataukah hal-hal lain yang ditanyakan oleh ee.. warga ke pihak TKSK tersebut kalau dia datang pada saat kita penyaluran. Dia itu dia arahkan juga kampung semua aspirasi anu warga toh, ohh warga maunya begini. Kala kita sejauh ini pemerintah setempat itu sangat
mendukung bahkan sangat mengapresiasi dengan adanya Bantuan Pangan Non Tunai inikan, karena masyarakatnya sangat terbantu masyarakat miskin sangat terbantu. Dan bentuk pengapresiasiannya dengan adanya ini kan kalau dia ada kesempatan atau pas penyaluran kan kita kordinasi dengan Kades, Binmas, Babinsa, dan pasti kita kordinasi. Dan kalau itu tidak ada kepentingan mendadak atau perlu, dia datang kesini untuk menyaksikan warganya .. ” (Wawancara 11 Juli 2019) Pandangan Muhammad Yasin diatas dibenarkan oleh ungkapkan salah-satu KPM
dari Desa Je’netallasa, Syamsiati Dg. Bungen. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah
setempat dan beberapa pihak lainnya juga turun memantau pada saat penyaluran BPNT.
Berikut kutipan wawancaranya :
“Iya mendukung begitu, iya maksudnya memantau. Pantauan ini toh dari apakah ini
Binmasnya apa, semua ada kalau saat penerimaan beginikan”. (Wawancara 10 Juli 2019)
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ummi, KPM dari Desa Parangbanoa. Ia
mengungkapkan bahwa biasanya pemerintah setempat juga datang menyaksikan KPM
pada saat proses penyaluran Program BPNT. Berikut kutipan wawancaranya :
“Itu BINMAS sama Dg. Naba biasa datang duduk-duduk disini sama pak lurah juga
biasa ada dan dia bilang bersyukurko kau yang dapat bantuan dari pemerintah”.
(Wawancara 11 Juli 2019)
Begitu pun dengan ungkapan Asri, ia merupakan KPM dari Desa Toddotoa.
Menurutnya pemerintah setempat juga turut hadir dalam proses penyaluran BPNT dan
80
pemerintah tersebut melakukan pemantauan terhadap pelaksana dan masyarakat
penerima bantuan. Berikut kutipan wawancaranya :
“Pak Desa biasa tong datang itu lihat-lihat, memantau itu anu penyaluran”.
(Wawanacara 11 Juli 2019).
Gambaran dari ungkapan hasil wawancara di atas, menunjukan bahwa dorongan
untuk terus merealisasikan implementasi Program BPBT di Kecamatan Pallangga terus
dilakukan. Hal tersebut yang mendorong di antaranya semangat masayarakat penerima
BPNT atau KPM sangat antusias dalam menrima dana dari Program BPNT. Semangat juga
masih ada dari para pendamping yang masih bertahan untuk tetap mendampingi KPM.
Faktor pendukung pelaksanaan Program BPNT adalah dukungan finansial yang terus
mengalir pada saat pencairan dan mencukupi sehingga dapat menentukan kesuksesan
tujuan. Dalam pelaksanaan Porgam BPNT, proses pencairan merupakan hal terpenting
sebagai penentu keberhasilan. Disamping itu dalam proses pencairan menjadi hal penting
sehingga diperlukan pengelolaan maupun pengawasan yang baik agar dalam proses
pencairan sesuai dengan ketentuan.Oleh karena itu dengan anggaran yang cukup,
pelaksanaan program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) ini dapat berjalan dengan baik
dan pada akhirnya kualitas hidup KPM sebagai tujuan program dapat meningkat.
Berdasarkan fenomena yang diamati dan hasil wawancara kepada informan, selain
faktor di atas. Faktor yang mendukung proses implementasi kebijakan program ini di
Kecamatan wanasalam adalah adanya komitmen yang kuat antara pemerintah pusat dan
daerah untuk mensukseskan Program BPNT guna membantu pemenuhan gizi yang
seimbang kepada masyarakat miskin dan dapat memutus rantai kemiskinan di tingkat
masyarakat miskin.
81
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi pada pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Kecamatan Pallangga
sudah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan indikator
keberhasilan BPNT yakni tepat jumlah, harga, kualitas, sasaran, dan waktu yang sudah
sepenuhnya tercapai walaupun belum maksimal.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pada proses pengimplementasian Program BPNT itu
ada 2 yakni faktor penghambat dan faktor pendukung. Pertama, faktor penghambatnya
adalah pada fasilitas yang digunakan masuh sering tejadi seperti mesin EDC dan belum
masuknya saldo pada rekening kartu ATM/KKS dari bebrapa KPM disetiap
desa/kelurahan. Serta adanya beberapa pendamping yang melanggar meyalahgunakan
tugas dan fungsinya dalam mendampingi masyarakat pada saat penyaluran Program
BPNT yang dapat membuat KPM tidak dapat dikontrol oleh Tim Koridinasi
Bansos.Kedua, faktor pendukung implementasi program BPNT di Kecamatan Pallangga
adalah partisipasi tinggi oleh pemerintah setempat seperti aparat desa, BINMAS,
BABINSA, dan pihak lainnya serta tingkat antusiasme tinggi KPM terhadap Program
BPNT, ditunjang juga dengan wilayah geografis yang sangat strategis. Dan adanya
kinerja yang baik dari Tim Koordinasi dalam mengarahkan Agen dan KPM dalam proses
penyaluran BPNT.
82
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang direkomendasikan peneliti
sebagai bahan evaluasi dan masukan baik untuk pengembangan pengayaan teori
maupuan kebutuhan prkatis guna mendukung Program BPNT khusunya di Kecamatan
Pallangga adalah sebagai berikut:
1. Dalam aspek komunikasi khususnya transmisi harus ditingkatkan lagi pada sosialisasi
mengenai SOP dan juga pendampingan agar pesan-pesan kebijakan dapat
tersampaikan dengan jelas dan tepat.
2. Perlu ditingkatkan lagi pembinaan integritas yang diperuntukkan bagi aparatur dan pihak
di daerah untuk memperbaiki aspek SDM dan juga disposisi yang belum berjalan
dengan maksimal.
3. Perlu dilakukan evaluasi pada kinerja pendamping, agar terjadi perbaikan
pendampingan secara konsisiten. Perlu adanya pelatihan pemberdayaan kepada
pendamping agar lebih siap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping
yang professional. Sehingga bisa mengentaskan kemsikinan di masyarakat sesaui
tujuan program BPNT.
4. Proses monitoring dan evaluasi serta pertanggung jawaban Program BPNT diharapkan
dapat selalu ditingkatkan agar indikator-indikator keberhasilan dari program raskin dapat
tercapai, khususnya dalam implementasi program BPNT di Kecamatan Pallangga.
5. Selain itu, perlu juga dilibatkan pihak swasta guna mendukung sarana dan prasarana
dari dana-dana CSR (corporate resposnsiblity) agar terwujud kesatuan sebagai bentuk
kebersamaan dalam mengentaskan fenomena kemiskinan yang berkembang,
khususnya di Kecamatan Pallangga dan umumnya di Kabupaten Gowa serta Indonesia
secara luas.
83
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Anwar, 2008.Bunghatta dan Ekonomi Islam.Jakarta: Multi Press Indo.
Agustino, Leo,2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
Sukandarrumidi, 2012.Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wahab, S. A.,2014. Analisis Kebijakan. Jakarta:Bumi Aksara.
Winarno, Budi.,2008. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Medpress.
Yin, R. K., 2011.Qualitative Research from Strat to Finish.New York: The Guilford Press.
Badan Pusat Statistik, 2018. Jumlah Penduduk Miskin, 2017-2018, https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/07/16/1483/persentase-penduduk-miskin-maret-2018-turun-menjadi-9-82-persen.htmldiakses02 April 2019.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Indikator Kemiskinan,(Online)tersediadi:www.bkkbn.go.id/datadaninformasi/materidiakses 05April 2018.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Kementrian Sosal, 2017. Profil Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), https://www.kemsos.go.id/page/bantuan-pangan-non-tunaidiakses27 Maret 2019.
Kementrian Kordinator, 2018. Pedoman Pelaksanaan Umum Bantuan Pangan Non Tunai.http://tnp2k.go.id/download/67280171116%20Pedoman%20Umum%20BPNT%202018_Final_HighRes.pdfdiakses 12 April 2019.
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016,tentang Bantuan Pengembangan Sarana Usaha Melaui EWarung KUBE. www.wordlbank.orgdiakses 25 Maret 2019.
Peraruran presiden Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2017, tentangPenyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai.www.wordlbank.org diakses pada 25 Maret 2019.
Rapat Kabinet Terbatas,2016. Program Penanggulangan Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi.https://setkab.go.id/pengantar-presiden-joko-widodo-dalam-rapat-terbahas-mengenai-program-penanggulangan-kemiskinan-dan-persoalan-ketimpangan-ekonomi-rabu-16-maret-2016-pukul-16-00-wib-di-kantor-presiden/ diakses pada 01 April 2019.
UGM. PSKK,2017.Perubahan RASTRA Menjadi BPNT,https://cpps.ugm.ac.id/2017/10/19/skrt-2017-program-rastra-masih-hadapi-persoalan-ketidaktepatan/ diakses 02 April 2019.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun2009Tentang Kesejahteraan Sosial,Pasal 1 ayat (1).
Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.