IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MAN 2 JAKARTA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : M. Fadhil Mu’ammar NIM. 11150110000149 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM
2013 PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM DI MAN 2 JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
M. Fadhil Mu’ammar
NIM. 11150110000149
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
M. Fadhil Mu’ammar (NIM: 11150110000149). Implementasi Pendekatan
Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di MAN 2 Jakarta.
Pada Kurikulum 2013 digunakan pendekatan saintifik untuk mengasah
keterampilan siswa dalam memahami materi. Selain itu siswa juga diajarkan
tentang pentingnya pembelajaran elaborasi dan kerjasama. Implementasi
pendekatan saintifik yang dilaksanakan di MAN 2 Jakarta adalah Sejarah
Kebudayaan Islam. Karena Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendekatan saintifik
kurikulum 2013 pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang mencakup
pada aspek perencanaan, pelaksanaan pembelajaran dan kendala serta solusi
didalamnya. Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
analisis deskriptif. Penelitian ini merupakan kegiatan studi lapangan,
mengumpulkan data melalui kegiatan observasi. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Penelitian hanya dilakukan di kelas X dan XI MAN 2 Jakarta.
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan mereduksi data, triangulasi data,
penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan saintifik kurikulum 2013 di MAN 2 Jakarta sudah
berjalan cukup baik. Implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 dilakukan
dengan langkah-langkah, diantaranya yaitu: 1) Mengamati, 2) Menanya, 3)
Mengumpulkan, 4) Mengaosiasi/menalar, 5) Mengkomunikasikan. Solusi dari
kendala yang ada diantaranya: 1) Mengirim guru dalam kegiatan MGMP, 2) Guru
dapat melakukan tutor sejawat, 3) Meningkatkan minat membaca siswa, 4) Siswa
harus mempersiapkan diri sebelum belajar.
vii
ABSTRACT
M. Fadhil Mu'ammar (NIM: 11150110000149). Implementation Scientific
Approach of 2013 Curriculum in History of Islam in MAN 2 Jakarta.
The 2013 Curriculum used a scientific approach for hone student skills in
understanding material. Moreover, the student is taught about the importance of
elaboration and cooperation learning. Implementation scientific approach in
MAN 2 Jakarta is a History of Islam. Because History of Islam is a record
development travel human Muslim life from time to time of worship, muamalah,
moral and life system development or spread the doctrine of Islam based on faith.
This research aims to know the implementation scientific approach of the
2013 curriculum in History of Islam embrace planning aspect, learning execution
and obstacles and solution inside it. This research implemented at MAN 2
Jakarta. Methode used in this research is qualitative research with descriptive
analysis. This research is a field study, collection of data via observation. Only
research do 10th class and 11th class at MAN 2 Jakarta. The technique of data
collection is used data reduction, data triangulation, data display and drawing
conclusions and verification.
Research result shows that learning implementation with a scientific
approach of the 2013 curriculum at MAN 2 Jakarta already worked passably.
Implementation scientific approach of curriculum 2013 with steps, including: 1)
Observing, 2) Asking, 3) Gathering, 4) Associating, and 5) Communicating.
Solutions of existing problems between: 1) Send teacher of MGMP activities, 2)
Teacher do peer tutor, 3) upgrade interest read of a student, 4) students already
preparing my self before learning.
viii
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang paling utama, saya panjatkan puji serta syukur kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala karena berkat rahmat, hidayah serta kekuatan dari-Nya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam saya haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, semoga
sampai kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga hari akhir nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini begitu banyak hambatan
dan kesulitan sehingga tak lepas dari bimbingan dan arahan berbagai pihak yang
telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, MA, selaku rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
3. Bapak Drs. Abdul Haris, M.Ag, selaku Ketua Jurusan/Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA, selaku Dosen Penasihat Akademik, yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing saya
selama saya kuliah di kampus ini.
5. Bapak Ahmad Irfan Mufid, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
telah membimbing saya dalam proses pembuatan skripsi dari awal hingga
akhir.
6. Orang tua saya, Aba Faisal dan Mamah Hasunah yang selalu mendukung,
mendoakan, memberi motivasi serta memberi bantuan moril maupun
materil sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Abang saya Aziz Faisal Balfas dan Kedua Adik saya, Maulida Balfas dan
Muhammad Fadhlan Nawawi, yang telah memberi support dan semangat
dalam proses pembuatan skripsi ini.
8. Teman-teman perjuangan Pendidikan Agama Islam kelas A 2015 yang
telah menemani, memberikan dukungan, memberikan warna dalam
ix
kehidupan saya serta memberikan nasihat dalam proses perkuliahan saya
hingga saat ini.
9. Sahabat-sahabat teman seper-gamean dan perjuangan hidup selama di
Secara umum pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik
mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara
nyata dalam kehidupan masyarakat. Pada dasarnya sekolah sebagai suatu
lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-
macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan
berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai
kegiatan belajar.1
Pendidikan juga pada dasarnya merupakan instrumen
pengembangan potensi yang dimiliki manusia, diantaranya moral. Potensi
moral yang menjadikan manusia secara esensial dan eksistensial sebagai
makhluk religius (homo religious). Hal ini dapat dilihat dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) yang disebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab.2 Dengan demikian sasaran pendidikan
di Indonesia tidak saja menciptakan manusia yang cerdas secara
intelektual tetapi juga cerdas secara emosional dan spiritual, sehingga pada
hakekatnya tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai sesuai dengan
konsep dan ajaran Islam.
1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 3. 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2
Muatan upaya yang dibawa dalam proses pendidikan merupakan
proses yang terpadu dan komprehensif.3 Idealisasi agung dari proses
pendidikan tersebut membutuhkan beragam kreativitas dan inovasi dalam
pelaksanaannya, sehingga peserta didik bisa secara nyata mempunyai
kompetensi sebagaimana dicitakan. Seiring dengan perkembangan zaman
dengan ciri khas mengglobalnya dunia, maka kompetensi output
pendidikan tesebut akan berbenturan dengan berbagai kecenderungan yang
akan terjadi pada era global ini. Mochtar Buchari dalam Abuddin Nata
menyatakan bahwa pada era global akan ditemui setidaknya lima
kecenderungan yaitu :
1. Kecenderungan untuk berintegrasi dalam kehidupan ekonomi
2. Kecenderungan untuk fragmentasi dalam kehidupan politik
3. Ketergantungan interdependensi satu kelompok atau bahkan
negara satu dengan yang lain
4. Kecenderungan meningkatnya kemajuan iptek yang akan
mengubah situasi pasar kerja, dan
5. Kecenderungan semakin tergesernya kebudayaan dan tradisi
oleh tradisi baru yang akan membuat penjajahan baru dalam
kebudayaan.4
Beberapa kecenderungan yang terjadi pada era globalisasi tersebut
ternyata telah berimplikasi luas terhadap kemajuan dan perkembangan
kompetensi peserta didik terhadap materi pembelajaran yang diajarkan di
sekolahnya. Sayangnya, kompetensi output pendidikan (peserta didik) kita
justru belum menunjukkan kualitas yang memadahi untuk bisa bersanding
terlebih lagi berkompetensi di era global. Pada hampir setiap aspek
akademik, utamanya bidang matematika dan sains kompetensi peserta
3 Hendro Widodo, Revitalisasi Pendidikan Humanis Religius di Sekolah Dasar (Jurnal
Al-Bidayah, Vol. 5, No. 2, Desember 2013), h. 222. 4 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. V, 2012), h. 69-71.
3
didik negara kita dari tingkat dasar hingga menengah masih kalah dengan
peserta didik dari negara lain.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah selalu
berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Indonesia
dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan pada kurikulum yang ada.
Dalam dunia pendidikan, kurikulum bukanlah kata yang asing. Pendidikan
atau pembelajaran tidak lepas dari istilah ini, karena kurikulum adalah
salah satu komponen dari pembelajaran. Dengan adanya kurikulum, proses
belajar dan pembelajaran akan berjalan secara terstruktur dan tersistem
demi mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.5 Kurikulum
mempunyai peran penting dalam proses pendidikan. Dan seharusnya
berperan dan bersifat antisipatif dan adaptif terhadap perubahan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kurikulum dan pembelajaran
merupakan dua aspek penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya
membahas tentang apa dan bagaimana seharusnya pendidikan tersebut
dilaksanakan.6
Seiring dengan perubahan dan perkembangan kurikulum dari
waktu ke waktu seorang pendidik harus dapat memahami dan
mengimplementasikannya dengan baik. Agar sesuai dengan apa yang
diharapkan perlu adanya pembahasan tentang perkembangan kurikulum
dari Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004,
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan Kurikulum 2013.7
Selama 73 tahun, Indonesia telah melakukan perubahan kurikulum
sebanyak 11 kali, dengan dasar penyesuaian kultur masyarakat serta
perkembngan pendidikan dan teknologi dunia. Pada dasarnya, gagasan
5 Safitri Mardiana, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Sejarah di SMA
Negeri 1 Metro, Jurnal Historia, Vol. 5, No. 1, 2017. 6 Azkia Muharom Albantani, “Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Bahasa
Arab di Madrasah Ibtidaiyah” Arabiyat : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban
[Online], Vol.2, No.2, h. 179. 7 Murni Eva Marlina, “Kurikulum 2013 yang Berkarakter” JPIIS : Jurnal Pendidikan
Ilmu-ilmu Sosial [Online], Vol.5, No.2, 2013, h. 27-28.
4
pengembangan kurikulum yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk
mencapai kebaikan, tanpa adanya niat untuk memberatkan pendidik
maupun peserta didik.8
Salah satu komponen yang sering dijadikan faktor penyebab
menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum. Kritikan cukup tajam
terhadap kurikulum antara lain yaitu kurikulum terlalu padat, tidak sesuai
kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak, merepotkan guru, dan
sebagainya.9 Salah satu kompenen pendidikan yang belum lama
diperbaharui dan dikembangkan adalah kurikulum, yang kemudian lebih
dikenal dengan Kurikulum 2013. Sebuah kurikulum ideal yang diharapkan
mampu menghasilkan insan Indonesia yang berkompetensi produktif,
kreatif dan inovatif melalui sikap, pengetahuan, keterampilan yang
terintegrasi.10 Oleh karena itu dilakukan inovasi melalui penerapan
Kurikulum 2013, yaitu kurikulum sebagai rujukan pengalaman belajar
yang diarahkan bagi tercapainya penguasaan kompetensi.
Demi terlaksananya pendidikan yang efektif, aktif dan
menyenangkan pemerintah menerapkan kurikulum baru yang dipercaya
dapat mengantarkan pendidikan nasional ke arah yang lebih baik.
Kurikulum 2013 terlahir sebagai pembaharu yang dipercaya dapat
menjawab tantangan zaman di masa yang akan datang. Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada
8 Muhamad Rizal Aziz, “Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran FIKIH Kelas 8 di MTs. Al-Husna Lebak Bulus Jakarta Selatan” Skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Jakarta, 2018), h. 3-4. 9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 2. 10 Ahmad Salim, “Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PA) di Madrasah”, Jurnal Cendikia, Vol. 12, No. 1, Juni 2014.
5
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dan peradaban
dunia.11
Semenjak diberlakukannya Kurikulum 2013 ini mendapat sorotan
dari berbagai pihak sehingga terjadi pro dan kontra. Diantara yang
dipersoalkan adalah kesiapan sekolah dan para guru, sarana dan fasilitas
yang belum mendukung, besarnya dana yang dikeluarkan yaitu sekitar 2,5
Triliun, kurang optimalnya sosialisasi kepada seluruh pelaksana
dilapangan membuat para guru masih banyak yang kebingungan terhadap
Kurikulum 2013 ini.12 Peserta dituntut berperan aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran. Disamping itu guru sebagai pendidik bertugas
mendampingi dan melakukan penilaian secara teliti dengan perhatian
secara mendalam sebagai bentuk evaluasi terhadap proses pembelajaran,
selanjutnya dituangkan dalam bentuk laporan hasil belajar siswa yang
terperinci dan mendetail terkait hasil belajar siswa. Proses pembelajaran
sebagai penentu keberhasilan dunia pendidikan, tentu menjadi pusat
perhatian dari berbagai sudut pelaku pendidikan.13
Pemerintah menganggap Kurikulum 2013 ini lebih berat dari
kurikulum-kurikulum sebelumnya. Guru sebagai ujung tombak
implementasi Kurikulum 2013, sedangkan guru yang tidak professional
hanya dilatih beberapa bulan saja untuk mengubah pelajaran sesuai dengan
Kurikulum 2013. Selain penguatan dan pendampingan terhadap guru,
siswa juga membutuhkan penguatan dan pendampingan dalam
mengembangkan sikap dan karakter siswa yang ditekankan dalam
Kurikulum 2013.
Berdasarkan Permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa pembelajaran
pada Kurikulum 2013 menggunakan saintifik atau pendekatan keilmuan,
11 Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 201, h.4. 12 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 35-37. 13 Muhamad Rizal Aziz, op.cit. h. 4.
6
Student Centered Active Learning, siswa berperan aktif dalam mencari dan
mengolah informasi ketika pembelajaran berlangsung. Kurikulum 2013
pada dasarnya bertujuan agar siswa mengikuti pembelajaran secara aktif
serta mengembangkan cara berpikir siswa secara ilmiah, sehingga siswa
dapat membentuk pemahaman sendiri dan dipahami secara mendalam oleh
siswa tersebut. Konstuktivisme¸ siswa membentuk pemahaman tersendiri,
mengadopsi dari kejadian sekitar menarik kesimpulan secara mandiri,
sehingga penguatan terhadap materi lebih natural dan dapat dipahami oleh
siswa sendiri. Peserta didik secara mandiri mengamati bahan ajar dengan
menggunakan indra baik membaca, melihat, mendengar, bahkan dengan
mengingat kembali kejadian atau pelajaran yang pernah diterima melalui
metode pembelajaran aktif. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menuntut
perubahan pola pelaksanaan kegiatan pembelajaran dari teaching centered
Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses berpikir secara
ilmiah mengambil pelajaran dari lingkungan secara riil, peserta didik akan
secara aktif mencari informasi, membentuk cara belajar serta menarik
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan lebih logis, aplikatif dan
mudah dipahami. Pada prosesnya, pendekatan saintifik/ilmiah menerapkan
teknik investigasi terhadap objek pembelajaran secara mandiri, sehingga
peserta didik dapat menarik kesimpulan, dengan teori sebagai penguat
hasil pembelajarannya. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena
unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan
simpulan umum.15
Lulusan-lulusan yang cerdas, kreatif dan memiliki sikap yang baik
sangat ditentukan oleh proses pendidikan yang dilaluinya, maka
pemerintah mengeluarkan aturan terbaru yang mengatur tentang standar
14 E. Mulyasa, Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Rosdakarya, 2014),
h. 48. 15 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Diklat Guru: Konsep Pendekatan Saintifik,
h. 3.
7
proses dan menengah dengan terbitnya Permendikbud nomor 65 tahun
2013. Melalui Permendikbud ini, pemerintah menegaskan bahwa proses
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah
menggunakan pendekatan scientific (scientific approach) sehingga
diharapkan peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran yang mempelajari
tentang perkembangan peradaban Islam di masa lampau yang diajarkan
jenjang pendidikan yang bernafaskan Islam, mulai dari Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Dengan
mempelajari sejarah maka seseorang akan mengetahui segala sesuatu yang
terjadi di masa lampau yang banyak mengandung pelajaran yang
bermanfaat untuk kehidupan. Apalagi Sejarah Kebudayaan Islam, siswa
dapat mengetahui peranan dan sumbangan Islam bagi kehidupan umat
manusia.
Dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dengan adanya
Kurikulum 2013 diharapkan siswa akan merubah pandangan terhadap
mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terkesan hafalan menjadi
pembelajaran yang menarik. Dan siswa juga diharapkan dapat mengambil
hikmah dari suatu peristiwa yang nantinya akan menginspirasi siswa untuk
selalu bersikap positif dan juga sesuai dengan kompetensi inti Kurikulum
2013 yang mengedepankan aspek religius.16
Permasalahan yang muncul pada pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam adalah siswa yang mengalami kejenuhan saat proses
belajar-mengajar berlangsung, suasana belajar yang kurang
menyenangkan, dan kelelahan akibat mencatat rangkuman terlalu banyak.
Siswa hanya mendengarkan ceramah guru saja, tanpa ada keaktifan,
kreatifitas dan inovasi yang berasal dari siswa. Kegiatan belajar mengajar
16 Nur Hidayati, dkk., “Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Berdasarkan Kurikulum 2013 di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar”, Skripsi Pendidikan
Sejarah FKIP UNS, Solo, 2015, h.146.
8
khususnya proses belajar mengajar SKI. Hal ini yang menyebabkan siswa
tidak fokus dan tidak memahami apa yang guru jelaskan.
Selain itu, tingkat kecerdasaran yang berbeda antar siswa
merupakan salah satu problem dalam pembelajaran SKI. Perbedaan tingkat
kecerdasan antara satu peserta didik dengan yang lain yang akan
menimbulkan permasalahan bagi peserta didik yang mampu dengan yang
tidak mampu sehingga akan sulit bagi pendidik menerapkan tujuan
intruksional khusus.17
Kondisi pembelajaran SKI di MI NU Tarsyidut Thullab Kudus
Kelas V Singocandi Kudus dalam kegiatan belajar-mengajar diarahkan
kepada terwujudnya proses belajar tuntas (mastery learning). Sedangkan
strategi pembelajaran diarahkan untuk dapat memacu siswa aktif dan
kreatif sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum terpadu (Integrated
Currriculum) antara Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
(Kurikulum 2013), Kurikulum Departemen Agama, Kurikulum Lokal dan
Kurikulum Sekolah. Sedangkan untuk metode belajar yang digunakan
adalah metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.18
Berbeda dengan yang terjadi di MA Negeri Karanganyar,
implementasi pendekatan saintifik yang terjadi di sekolah tersebut tidak
berjalan mulus. Banyak kendala yang dihadapi seperti minimnya tingkat
pemahaman istilah asing bagi peserta didik. Tidak semua murid langsung
menerima dengan mudah materi yang diberikan oleh guru terutama untuk
kata istilah karena kekurangannya dalam membaca. Muhammad Ihsan
selaku guru di sekolah tersebut mengatakan, “Pemahaman siswa
mengetahui berdasarkan poin bisa, akan tetapi tidak memahami ceritanya,
17 Rasyid, Abdul. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Tsanawiyah Al-Khairaat Pakuli Kabupaten Sigi. Journal of Pedagogy. Vol. 1, No. 1, 2018, h. 24. 18 Tsariy dan Zuhaida. Penerapan Startegi Planted Questions (Pertanyaan Rekayasa)
dalam Meningkatkan Keberanian Siswa Bertanya Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di MI NU Tasryidut Thullab Singocandi Tahun Pelajaran 2015/2016, Tesis pada
STAIN Kudus, 2017.
9
kata istilah dalam sejarah kebudayaan islam juga kurang dipahami oleh
siswa, mencari data terlalu over karena pemahaman siswa yang masih
minim”.19
Selain itu, motivasi dan minat belajar siswa masih
rendah,”Terkadang motivasi belajar siswa masih rendah, dan itu yang
menjadi permasalahan selama ini, mau model seperti apapun ketika
keinginan siswa untuk berkembang tidak ada ya semua akan menjadi tidak
ada hasilnya. Dalam pembelajaran bagaimanapun ketika siswa sudah tidak
mempunyai motivasi dan minat belajar maka dengan cara apapun materi
yang diberikan sukar untuk dicerna oleh murid itu sendiri.20
Tekanan waktu bagi guru yang membuat guru harus
menyampaikan materi dengan singkat. Karena tuntutan guru harus
menyelesaikan silabus dan RPP dalam waktu satu semester.21
Model pembelajaran merupakan suatu cara yang sistematis dalam
mengidentifikasi, mengembangkan dan mengevaluasi seperangkat materi
dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu
membuat desain/pm. Dalam mengembangkan RPP, seorang guru harus
menggunakan model pembelajaran yang dianggap cocok untuk
dikembangkan seperti halnya model pembelajaran inkuiri.22
Model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik
seperti disebutkan dalam Lampiran Permendikbud RI Nomor 103 Tahun
2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
19 Wisnu Fachrudin, “Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Negeri Karanganyar”, Skripsi pada IAIN Salatiga, Salatiga, 2017, h 51. 20 Ibid. h.52. 21 Ibid., h. 54. 22 I Gede Arnawa Riana, dkk., Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Untuk
Implementasi Kurikulum 2013 di SD Negeri 3 Banjar Jawa Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran
2015/2016. e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi Pendidikan,
Vol. 5, No. 2, 2016, h. 1.
10
Menengah adalah discovery learning, project-based learning, dan inquiry
learning.23
Studi kasus di MIN Tanggul Wetan Jember yang menggunakan
model pembelajaran adalah model inquiry learning. Hal ini terlihat ketika
pelaksanaan model inkuiri menggunakan metode diskusi, pengamatan,
eksplorasi, percobaan, tanya jawab, penugasan dan ceramah. Guru
menggunakan media visual (gambar). Terlihat pada saat observasi metode-
metode tersebut mengaktifkan siswa dalam kegiatan saintifik. Selain itu
penggunaan media visual tersebut dapat mendukung siswa aktif dalam
kegiatan saintifik.24
Evaluasi dari penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
SKI dalam hal perencanaan diperlukan adanya pelatihan mendalam bagi
guru terkait penyusunan RPP. Pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik masih dirasa kurang optimal dikarenakan siswa perlu
penyelesaian dengan kurikulum K-13 dan kurangnya media
pembelajaran.25
Salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan dengan
pendekatan saintifik adalah kemampuan guru dalam mengolah
pembelajaran dan penentuan metode yang digunakan. Oleh karena itu,
kegiatan proses belajar mengajar selain dikembangkan secara sistematis,
efektif dan efisien juga perlu variasi kegiatan sebagai alternative untuk
menumbuh kembangkan motivasi dan aktivitas peserta didik dalam
mengajar. Pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan
pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
23 Permendikbud RI No. 103 Tahun 2014, hlm. 4. 24 Asih Nurwahyuni, “Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MIN Tanggul Wetan Jember”, Tesis pada Pascasarjana UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang, 2017, h. 147. 25 Ibid., h. 156.
11
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa.26
Dalam jurnal karya Andiana, dkk., pada hasil observasi
pendahuluan di SDN 03 Sintang dan SDN 23 Sintang, guru masih sebagai
penyampai informasi atau penyampaian materinya masih satu arah, kurang
mengaitkan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari peserta didik,
pembelajaran hanya mengutamakan ingatan dan hafalan, sedangkan
peserta didik lebih baik duduk diam, dan cenderung memperlihatkan dan
mendengarkan penjelasan guru. Dengan menerapkan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran tematik guru dapat menghidupkan pembelajaran,
menghidupkan motivasi peserta didik, dan dapat memberikan ruang yang
cukup untuk peserta didik dalam mengembangkan kemampuannya.27
Berbagai permasalahan dalam pembelajaran yang dialami oleh
guru sebagai fasilitator dan murid sebagai subjek perlu dicarikan solusi
dan tentunya solusi yang diterapkan tergantung pada situasi dan kondisi
yang berbeda-beda di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan model
pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendekatan
saintifik dalam mengatasi permasalahn itu. Seperti halnya model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang
penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi peneyelidikan, dan
membuka dialog.28 Masalah yang diangkat biasanya menyangkut
kehidupan nyata di lingkungan peserta didik, ada yang bersifat kasus nyata
yang terjadi di masyarakat dan atau bersifat hopetik yaitu dipilih dan
26 For Andiana, dkk., “Strategi Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Tematik Di Sekolah Negeri Kota Sintang”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa,
Vol. 7, No. 4, 2018, h. 2. 27 Ibid. 28 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Akasara, 2015), hal. 127.
12
direkayasa agar dapat memenuhi tujuan dan kriteria pendidikan.29
Penerapan pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning dapat
mempengaruhi meningkatnya hasil belajar siswa dari aspek kognitif.
Begitu pun dengan minat belajar siswa, terjadi peningkatan dari sebelum
pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui Problem Based
Learning pada kategori rendah, dan setelah diberikan pembelajaran
pendekatan saintifik melalui Problem Based Learning berada pada
kategori tinggi.30
Salah satu sekolah yang mengalami berbagai permasalahan diatas
adalah Madrasah Aliyah Negeri 2 Jakarta. Sekolah tersebut menerapkan
pendekatan saintifik Kurikulum 2013 secara bertahap, dimulai dari kelas X
pada tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini berdasarkan pengalaman penulis
ketika masih duduk di bangku sekolah tersebut, yang saat itu penulis kelas
XII. Masih terdapat kendala dalam pelaksanaan pembelajaran SKI yang
menerapkan kurikulum 2013, karena masih baru diterapkan di sekolah
tersebut.
Setelah menguraikan beberapa permasalahan tersebut, dalam
pembahasan proposal skripsi ini penulis mencoba untuk menjelaskan
mengenai “Implementasi Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013 Pada
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 2 Jakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut,
maka penulis mengidentifikasi adanya beberapa permasalahan yang
terjadi, diantaranya sebagai berikut :
1. Salah satu komponen yang sering dijadikan faktor penyebab
menurunnya mutu pendidikan adalah kurikulum.
29 Ahmad Yani dan Mamat Ruhimat, Teori dan Implementasi Pembelajaran Saintifik
Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2018), hal. 71. 30 Loviga, dkk., “Implementasi Pendekatan Saintifik Melalui Problem Based Learning
Terhadap Minat Dan Prestasi Belajar Matematika”, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, Vol. 3, No. 1, Maret 2018, h. 18.
13
2. Kritikan tajam terhadap kurikulum karena kurikulum terlalu padat,
tidak sesuai kebutuhan anak, terlalu memberatkan anak,
merepotkan guru, dan sebagainya
3. Guru kurang kreatif dan menarik dalam menyampaikan
pembelajaran SKI di MAN 2 Jakarta
C. Fokus Masalah
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis berusaha
memfokuskan terhadap implementasi pendekatan saintifik yang terdapat
dalam Kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di Madrasah Aliyah
Negeri 2 Jakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
dalam penelitian ini diantaranya :
1. Bagaimana implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada
mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta ?”.
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi pendekatan
saintifik kurikulum 2013 pada mata pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang di atas, maka tujuan penelitian ini
2. Mendeksripsikan apa saja faktor pendukung dan penghambat
implementasi pendekatan saintifik kurikulum 2013 pada mata
pelajaran SKI di MAN 2 Jakarta
F. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis
14
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan terkait proses
pembelajaran yang baik dan efektif, sehingga proses pembelajaran
dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi untuk
berbagai pihak untuk mengembangkan kembali proses
pembelajaran yang bermutu dan tepat sasaran.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kurikulum 2013
a. Pengertian Kurikulum 2013
Menurut Undang-undang No. 20 tahun 2013 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19 bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Hidayat berpendapat bahwa “Orientasi Kurikulum 2013 adalah
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap
(attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).1 Hal ini
sesuai dengan Sisdiknas pasal 35 tentang kompetensi lulusan yang
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan.
Pendapat berbeda tentang Kurikulum 2013 dipaparkan oleh
Kurniasih dan Sani bahwa, “Kurikulum akan secara terus menerus
mengalami perubahan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan
zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan
peserta didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.2
b. Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga
negara yang beriman, produktif, kreatif dan inovatif dan afektif serta
1 Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), h.
113. 2 Intan Kurniash dan Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, (Jakarta: Kata
Pena, 2014), h.3.
16
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia.3
Dalam hal ini, pengembangan kurikulum 2013 difokuskan pada
pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat di demonstrasikan peserta
didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara
konseptual. Selain itu peserta didik menumbuhkan keberanian dalam
dirinya dan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu
masalah.
c. Prinsip-prinsip Kurikulum 2013
1) Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata
pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen
sistem terpadu
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenerannya multi dimensi
7) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskill) dan keterampilan mental (softskill)
8) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat
9) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
3 Dokumen Salinan Lampiran Permendikbud No.69 tahun 2013
17
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas siswa
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
10) Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat
11) Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas
12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
13) Pengakuan atas perbedaan individu dan latar belakang budaya
bangsa.4
d. Konsep Kurikulum 2013
Konsep kurikulum yang dipaparkan oleh Kemendikbud adalah
keseimbangan antara hardskill dan softskill, dimulai dari Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar
Penilaian.5
Dalam penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum, terdapat
perbedaan sesuai dengan konsep kurikulum. Berikut adalah tabelnya.6
Tabel 2.1 Perbedaan Konsep Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar Kompetensi Lulusan
diturunkan dari Standar Isi
Standar Kompetensi
Lulusan diturunkan dari
kebutuhan
2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan
Tujuan Mata Pelajaran (Standar
Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran)
yang dirinci menjadi Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran
Standar Isi diturunkan
dari Standar Kompetensi
Lulusan melalui
Kompetensi Inti yang
bebas mata pelajaran
3 Pemisahan antara mata pelajaran
pembentuk sikap, pembentukan
keterampilan, dan pembentuk
Semua mata pelajaran
harus berkontribusi
terhadap pembentukan
4 Dokumen Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, h. 8-10. 5 Dokumen Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, 14 Januari 2014, h. 26. 6 Ibid, h. 28.
18
pengalaman sikap, keterampilan, dan
pengetahuan
4 Kompetensi diturunkan dari mata
pelajaran
Mata pelajaran
diturunkan dari
kompetensi yang ingin
dicapai
5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang
lain, seperti sekumpulan mata
pelajaran terpisah
Semua mata pelajaran
diikat oleh kompetensi
inti (tiap kelas)
2. Pendekatan Saintifik
a. Pengertian Pendekatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan artinya 1)
proses, cara, perbuatan mendekati, 2) usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti,
metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian.7
Pendekatan juga bisa diartikan konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana
metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.8
Dari paparan diatas, pendekatan bisa berarti cara-cara atau konsep
yang melatari untuk melakukan kegiatan dalam komponen-komponen
yang sudah disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
Pendekatan (approach), menurut T. Raka Joni, menunjukkan cara
umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga
berdampak. Ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu
di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan
menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-hijaun dan seterusnya.9
Menurut uraian diatas, hal ini berarti bahwa pendekatan itu
bagaimana individu menunjukkan point of view atau sudut pandang yang
7 Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indoensia (KBBI), diakses pada tanggal 13 Februari
2019. 8 Hamruni, Strategi Pembelajaran, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), h. 6. 9 Raka Joni, Strategi Belajar Mengajar: Acuan Konseptual Pengelolaan Kegiatan Belajar
Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1991), h. 43.
19
digunakannya. Hasil yang didapat tergantung cara sudut pandang yang
dipakai dan ini bersifat relatif.
Istilah pendekatan ini juga digunakan oleh Fred Percival dan Henry
Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada
lembaga/guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.10
Pembelajaran yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan
merupakan sistem pembelajaran konvensional dimana hampir semua
kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan staf lembaga
pendidikan (sekolah). Karakteristik pendekatan yang berorientasi pada
guru bahwa proses belajar mengajar atau proses komunikasi berlangsung
di dalam kelas dengan metode ceramah secara tatap muka.
Sedangkan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik
merupaka sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik
dan guru hanya fasilitator selama pembelajaran. Karakteristik pendekatan
ini menggunakan berbagai macam sumber belajar, media, metode, media
dan strategi secara bergantian sehingga selama proses pembelajaran
peserta didik berpartisipasi aktif.
b. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik diperkenalkan pertama kali dalam dunia
pendidikan di Amerika sejak akhir abad ke-1, sebagai penekanan pada
metode laboratorium formalistik yang mengaruh pada fakta-fakta.11
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode
saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau
observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau
mengumpulkan data. Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan
pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.12
10 Fred Percival dan Henry Ellington, Teknologi Pendidikan, diterjemahkan oleh
Sudjarwo S, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 20. 11 Ika dan Laila, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar Teori dan
Praktik, (Yogyakarta: Deepbulish, 2015), h. 1. 12 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 50-51.
20
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi
menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi dan bukan hanya diberi tahu.13
Pendekatan saintifik dapat disebut pendekatan ilmiah. Pendekatan
pembelajaran ilmiah (scientific learning) merupakan bagian dari
pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang
melandasi penerapan metode ilmiah. Proses pembelajaran dapat
dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Karena itu kurikulum 2013
mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan
pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Dalam
pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan
lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Metode ilmiah umumnya
menempatkan feomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk
kemudian merumuskan simpulan umum.14
Jadi pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data (menalar),
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan kesimpulan kepada orang
lain.
13 Kemendikbud, Pendekatan, Jenis dan Metode Pendidikan, (Jakarta: T.P. 2013), h. 208. 14 Rista Arivida, “Pendekatan Saintifik Dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Perspektif Al-Qur’an”, Skripsi pada UIN Surabaya, (Surabaya: Surabaya, 2016), h. 28.
21
c. Tujuan Pendekatan Saintifik
Dalam konsep atau gagasan yang dibuat, pasti terdapat cara-cara
yang digunakan agar mempermudah dalam proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Dan dalam suatu kegiatan pembelajaran mempunyai
tujuan tersendiri, khusunya tujuan pendekatan saintifik yang menjadi
landasan bagi guru dalam proses pembelajaran.
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
diantaranya adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan
sesuatu masalah secara sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya
dalam menulis artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.15
Berdasarkan penjelasan tersebut, hasil yang didapat dari
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah peningkatan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi insan yang baik dan
memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak dari
peserta didik yang meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
d. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik
Beberapa pendekatan pembelajaran tidak lepas dari pendirian atau
prinsip yang menjadi landasan pendekatan tersebut agar tidak
menghilangkan esensinya. Dalam hal ini, pendekatan saintifik mempunyai
berfikir induktif serta deduktif dan menyimpulkan. Peserta
didik pun di bina untuk memiliki keterampilan agar dapat
menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang diterimanya
pada hal-hal atau masalah yang baru dihadapinya.27
4) Mencoba (Experimentif)
Dalam Permendikbud Nomor 81a tahun 2013, aktivitas
mencoba yaitu dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang
dilakukan melalui ekperimen, membaca sumber lain selain
buku teks, mengamati objek/kajian/aktivitas wawancara dengan
narasumber, dan sebagainya.28 Kegiatan mencari informasi
dilaksanakan dengan cara memberi soal/tugas kepada peserta
didik untuk dipecahkan tepat waktu sesuai dengan waktu yang
diberikan. Belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik
akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki
fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan.29
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam memiiki banyak
sumber referensi, seperti al-Qur’an, Hadits, buku-buku sejarah,
internet, karya ilmiha, bahkan dengan melalui wawancara
dengan beberapa sejarawan. Peserta didik bisa mencari
informasi melalui berbagai media, baik cetak maupun
elektronik.
5) Mengkomunikasikan (Communication)
Pada tahapan ini, peserta didik sudah mendapat informasi
baru hasil analisa peserta didik dan waktunya untuk
menyajikan informasi atau data kepada khalayak ramai atau
teman-temannya. Dalam kegiatan menyaji ini terjadi
27 Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 108. 28 Ibid, h. 57. 29 Hosnan, op.cit, h. 62.
28
komunikasi, atau dalam tahap ini bisa disebut
mengkomunikasikan.
Dalam rangka kegiatan mengkomunikasikan, pendidik
diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari. Hasil tersebut
disampaikan dikelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.30 Peserta
didik diharapkan udah dapat mempresentasikan hasil
temuannya untuk kemudian ditampilkan di depan khalayak
ramai sehingga rasa berani dan percaya dirinya dapat lebih
terasah. Peserta didik yang lain pun dapat memberikan
komentar, saran atau perbaikan mengenai apa yang di
presentasikan oleh rekannya.
Kegiatan mengomunikasikan tidak selalu harus berbentuk
lisan, presentasi, melainkan dapat berbentuk memajang produk
kerja, mempraktekkan hasil temuan, disesuaikan dengan
metode pembelajaran yang digunakan. Lampiran
Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
menyebutkan bahwa aktivitas mengomunikasikan dilakukan
melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan
menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan
secara lisan. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilian
oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok
peserta didik tersebut.31
Berdasarkan paparan diatas, peserta didik diharapkan
mampu untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat
30 Daryanto, Op.Cit. h. 80. 31 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta:
Arruz Media, 2015), h. 80.
29
dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.32
f. Tinjauan Kritis Terhadap Pelaksanaan Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013
Banyak terjadi problem saat menerapkan Kurikulum 2013, mulai
dari awal terbentuknya sampai saat ini. Dibawah ini mungkin hanya
sebagian kecil masalah yang terjadi saat kurikulum 2013 dicoba untuk
diimplementasikan:
Pertama, problem pemahaman. Kurikulum 2013 menawarkan
konsep tematik intergratif, sebelumnya per mata pelajaran atau parsial.
Sementara pengalaman guru selama berpuluh tahun adalah mengajar
secara parsial. Tidak mudah bagi guru untuk shifting paradigm dari parsial
menjadi tematik integrative. Diakui atau tidak, model kurikulum
integrative cocok untuk sekolah-sekolah maju dan guru-gurunya
berkualitas, tapi bila diterapkan pada masyarakat Indonesia dari Merauke
sampai Sabang, belum tentu cocok. Boleh jadi, sebagian besar masyarakat
kita, terutama yang tinggal di pelosok daerah lebih tepat menggunakan
kurikulum parsial. Karena kurangnya pemahaman guru terhadap konsep
tematik integratif disebabkan tidak adanya pelatihan kompetensi guru
sebelum hal itu dilaksanakan.
Shifting paradigm adalah kemampuan mengembangkan pola,
model atau contoh33 berpikir yang sama untuk mendefinisikan
pengetahuan-pengetahuannya, dan menstrukturkannya sebagai ilmu
pengetahuan yang diterima dan diyakini sebagai “yang normal dan yang
paling benar”, untuk kemudian didayagunakan sebagai penunjang
kehidupan yang dipandangnya “paling normal dan paling benar” pula.
Perpindahan shift (pergeseran) adalah suatu persepsi transformatif. Konsep
shifting paradigm membuka kesadaran bersama bahwa para pengkaji ilmu
32 Daryanto, Op.Cit. h. 80. 33 Joyce M. Hawkins, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, Edisi 3, Cet. II, (Malaysia: Fajar
Bakti Sdn Bhd., 2002), h. 280.
30
pengetahuan itu tak akan selamanya mungkin bekerja dalam suatu suasana
“objektivitas” yang mapan, yang bertindak tak lebih kurang hanya sebagai
penerus yang berjalan dalam suatu alur progesi yang linier belaka.34
Adanya Shifting paradigm menurut Thomas Kuhn, disebabkan oleh
adanya shift (pergeseran) biasanya signifikan determinan dengan kriteria
legitimasi antara masalah dan solusi yang dimunculkan.35
Kedua, problem pada penyiapan guru. Para penyusun kurikulum
2013 pada saat rapat membahas masalah implementasi selalu
mengingatkan bahwa hanya guru yang terlatih yang berhak melaksanakan
kurikulum 2013. Tapi faktanya, belum semua guru mengikuti pelatihan
kurikulum 2013 dan mereka yang telah mengikuti pun tidak selalu
memahami kurikulumnya. Bila konsisten pada pedoman yang dibuat
sendiri oleh para penyusun kurikulum 2013, maka kurikulum 2013
memang belum dapat diterapkan pada semua sekolah karena tidak semua
guru sudah mengikuti pelatihan. Bila memaksakan kurikulum 2013
diterapkan di seluruh wilayah Indonesia, maka berarti mereka tidak
konsisten dengan aturan yang mereka buat sendiri.
Menurut Faridah Alawiyah,36 beberapa program persiapan sudah
dilakukan pemerintah, namun masih terdapat beberapa kendala sehingga
belum semua guru memiliki kompetensi yang memadai untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013. Disinilah DPR RI berperan untuk
mendorong Pemerintah meningkatkan kinerjanya dalam mempersiapkan
guru. Program yang telah diluncurkan Pemerintah seperti pelatihan khusus
dan klinik konsultasi pembelajaran sudah diluncurkan untuk
34 Nurkhalis, “Konstruksi Teori Paradigma Thomas S. Kuhn”, Jurnal Ilmiah Islam
Futura, UIN Ar-Raniriy, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniriy, 2012), Vol. IX, No. 2, h. 85. 35 Thomas Khun, The Structure of Scientific Resolutions, (Chicago: University of Chicago
Press, 1970), Edisi 2, h. 169. 36 Seorang peneliti muda studi Pendidikan pada Bidang Kesejahteraan Sosial di Pusat
Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI
31
mengembangkan kompetensi guru. Pemerintah harus melakukan evaluasi
secara teratur untuk meningkatkan kualitas guru.37
Dalam rangka penyiapan guru, setiap guru wajib memiliki kriteria
empat standar kompetensi. Terlebih saat ini di Indonesia banyak guru yang
sudah memiliki sertifikat sertifikasi, artinya mereka sudah lulus sebagai
seorang guru professional yang tentunya empat kompetensi guru tersebut
harus selalu dilaksanakan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini diperkuat
dengan Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru yang berisi macam-macam kompetensi
yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik/guru diantaranya kompetensi
pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan
kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut harus terintegrasi dalam
kinerja guru.
Ketiga, penjurusan di SMA yang dimulai sejak semester awal pada
saat anak masuk ke SMA akan menimbulkan persoalan teknis di lapangan.
Banyak anak yang memilih jurusan sering tidak didasarkan pada
kemampuan, tetapi keinginan. Akhirnya, ditengah jalan terpaksa harus
pindah ke jurusan yang sesuai dengan kemampuan dan minat. Kurikulum
2013 mengakomodasi kemungkinan pindah jurusan tersebut, tapi ini
sesungguhnya merepotkan sekolah terutama dalam kaitannya
memepersiapkan ruang dan guru, sehingga muncul usulan agar penjurusan
itu dilakukan mulai semester 2 di kelas 1.
Dalam menepatkan individu pada program peminatan/penjurusan
harus benar-benar disesuaikan pada 3 hal pokok yang disebutkan dalam
lampiran Permendikbud yaitu minat, bakat dan kemampuan akademik.
Selain itu, indikator lain yang dikemukakan oleh Ruslan A Gani mengenai
kesesuaian suatu jurusan dengan diri siswa meliputi :38
1. Prestasi belajar
37 Faridah Alawiyah, “Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013”, Jurnal Info
Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. VI, No. 15, 2014, h. 9-12. 38 Ruslan A Gani, Bimbingan Penjurusan, Cet. ke IV, (Bandung: Angkasa, 1986), h. 20.
32
Hasil belajar dari kemampuan akademik siswa selama di jenjang
sebelumnya
2. Pengukuran tes psikologis
Tes ini digunakan untuk mengetahui secara tertulis ukuran bakat
siswa dan tingkat ketertarikan siswa pada bidang tertentu yang
dilakukan oleh lembaga psikotes.
Dengan menerapkan 3 indikator tersebut secara benar dalam
penempatan siswa, kecil kemungkinan terjadi kesalahan atau
ketidaksesuaian pada program peminatan. Dengan tingkat kemungkinan
yang sangat kecil atau rendah tersebut, maka siswa akan merasa cocok dan
pas pada program peminatan yang ditempatkan, sehingga siswa secara
otomatis merasa semangat, senang dan termotivasi selama mengikuti
proses pembelajaran.39
Keempat, beban guru terhadap proses administrasi penilaian. Hal
itu mengingat penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dideskripsikan satu per satu. Bila hanya mengajar satu kelas dengan
jumlah murid maksimal 40 murid, seperti guru SD, mungkin itu masih
menjangkau. Tapi bila mengajar per bidang studi dan murid yang diajar
mencapai di atas 200 orang, apalagi 400 orang, tentu saja penilaian
deskriptif tersebut amat membebani guru. Tidak mungkin hafal satu per
satu, sehingga tidak mungkin membuat deskripsi penilaian secara akurat,
akhirnya asal-asalan. Banyak guru sekarang mengeluhkan, kalau tidak
mungkin tugasnya akan selesai bila hanya dikerjakan di sekolah saja,
terpaksa dirumah pun harus lembur.40
Menurut Retnawati, salah satu aspek yang menjadi hambatan
implementasi kurikulum 2013 adalah sistem penilaian yang rumit dan
perlu waktu yang lama untuk menyusun laporannya. Hambatan terbesar
39 Khalifatur Rosyida, “Hubungan Kesesuaian Program Peminatan Dengan Motivasi
Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 16 Surabaya” Skripsi pada UIN Sunan Ampel Surabaya,
Surabaya, 2015, h. 22-23. 40http://darmaningtyas.blogspot.com/2014/12/tinjauan-kiritis-terhadap-kurikulum-
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai
tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun eksternal.
Disamping itu, didalam menghadapi tuntutan perkembangan zaman, dirasa
perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan penguatan tata kelola
kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Dan hal pembelajaran
yang tidak kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses
pembelajaran dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin
kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.42
3. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
a. Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam Pada Madrasah Aliyah
Sejarah memiliki dua dimensi yang saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan, yaitu peristiwa dan ilmu. Dua hal ini menjadi bahan utama
yang dipisahkan, yaitu peristiwa dan ilmu. Bahan atau materi sejarah yang
dipelajari siswa dan pembelajaran sejarah seharusnya menguraikan suatu
peristiwa sejarah tidak saja mengungkapkan pengetahuan tentang apa,
siapa, dan di mana tetapi lebih ditujukan mangetahui mengapa dan
bagaimana peristiwa itu terjadi, alasan-alasan apa yang mendasari suatu
peristiwa. Artinya, siswa tidak dijadikan oleh guru atau kurikulum untuk
menjadi bank pengetahuan sejarah saja, tapi mereka juga dibimbing untuk
melakukan studi sejarah sesuai dengan kemampuannya yang dimiliki.43
Peristiwa dan ilmu dihadirkan secara simultan kepada siswa.
Kemampuan siswa dalam bidang ajar sejarah kebudayaan Islam tidak
diukur melalui kapasitasnya menghafal fakta-fakta sejarah. Lebih dari itu,
berpikir sejarah atau historis yang meliputi penguasaan terhdap materi,
cara kerja sejarah, kemampuan untuk mengambil pelajaran darinya, dan
mempraktikkannya dalam kehidupan keseharian mereka itu yang dijadikan
sebagai tolak ukur menilai kemampuannya. Contoh, inquiry sebagai cara
42 Ibid. 43Andi Prastowo, Pembelajaran Konstruktivistik-Scientific Untuk Pendidikan Agama Di
Sekolah/Madrasah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), hal. 382.
35
berpikir sejarah bisa diterapkan pada saat pembelajaran sejarah sekaligus
membimbing siswa untuk menguasai keterampilan itu. Selain metode
inquiry, metode lainnya yang sesuai dengan karakteristik metode-metode
dalam ilmu sejarah yaitu pembelajaran berbasis masalah (problem based
learning) dan pembelajaran kontekstual.44
Dalam kurikulum, ada yang namanya struktur kurikulum. Pada
struktur kurikulum ini terdiri atas Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD). Kompetensi Inti kurikulum adalah pengikat berbagai
kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horizontal antar mata
pelajaran. KI meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik
yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui KI, integrasi vertical
berbagai kompetensi dasar (KD) pada kelas yang berbeda dapat dijaga.45
Rumusan Kompetensi Inti dalam buku menggunakan notasi: 1) KI-1 untuk
Kompetensi Inti sikap spiritual, 2) KI-2 untuk Kompetensi Inti sikap
sosial, 3) KI-3 untuk Kompetensi Inti pengetahuan (pemahaman konsep),
4) KI-4 untuk Kompetensi Inti keterampilan. Urutan tersebut mengacu
pada UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003.
Sedangkan Kompetensi Dasar adalah kompetensi setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti.
Kompetensi dasar merupakan konten atau kompetensi yang terdiri atas
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi
inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan
dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta
ciri dari suatu mata pelajaran, mengingat standar kompetensi lulusan harus
dicapai pada kahir jenjang. Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang telah dirumuskan untuk jenjang satuan pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah, Mdarasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dan
44 Ibid. hal. 385. 45 Dokumen Lampiran PMA 165 tahun 2014, Kementerian Agama Republik Indonesia, h.
3.
36
Madarasah Aliyah Kejuruan (MAK) dipergunakan untuk merumuskan
Kompetensi Dasar (KD).46
Dibawah ini merupakan capaian kompetensi inti (KI) pada
Madrasah Aliyah (MA).
Tabel 2.2 Capaian KI dan KD Pada Tingkat MA
Kompetensi Inti Kelas
X
Kompetensi Inti Kelas
XI
Kompetensi Inti Kelas
XII
1. Menghayati dan
mengamalkan
ajaran agama yang
dianutnya
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang
dianutnya
1. Menghayati dan
mengamalkan ajaran
agama yang
dianutnya
2. Menghayati dan
mengamalkan
perilaku jujur,
disiplin,
tanggungjawab,
peduli (gotong
royong, kerjasama,
toleran, damai),
santun, responsive dan
pro-aktif dan
menunjukkan seikap
sebagai bagian dari
solusi atas berbagai
permasalahan dalam
interaksi secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam serta
dalam menempatkan
diri sebagai cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia.
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai), santun,
responsive dan pro-aktif
dan menunjukkan
seikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam
interaksi secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam serta
dalam menempatkan
diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan
dunia.
2. Menghayati dan
mengamalkan perilaku
jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli
(gotong royong,
kerjasama, toleran,
damai), santun,
responsive dan pro-
aktif dan menunjukkan
seikap sebagai bagian
dari solusi atas
berbagai permasalahan
dalam interaksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam serta dalam
menempatkan diri
sebagai cerminan
bangsa dalam
pergaulan dunia.
46 Ibid.
37
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual,
procedural
beradasarkan rasa
ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya dan
humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian serta
menerapkan
pengetahuan
procedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, procedural
beradasarkan rasa
ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian serta
menerapkan
pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
3. Memahami,
menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, procedural
beradasarkan rasa
ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya
dan humaniora dengan
wawasan
kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian serta
menerapkan
pengetahuan
procedural pada
bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk memecahkan
masalah
4. Mengolah, menalar
dan menyaji dalam
ranah konkret dan
ranah abstrak terkait
dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara
mandiri, dan mampu
menggunakan metode
sesuai kaidah
keilmuan.
4. Mengolah, menalar
dan menyaji dalam
ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri,
bertindak secara efektif
dan kreatif, serta
mampu menggunakan
metode sesuai kaidah
keilmuan.
4. Mengolah, menalar
dan menyaji dan
mencipta dalam ranah
konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan dari
yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri
serta bertindak secara
efektif dan kreatif,
mampu menggunakan
metode sesuai kaidah
keilmuan.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten
kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten mata pelajaran
dalam kurikulum, distribusi konten mata pelajaran dalam semester atau
38
tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per minggu
untuk setiap peserta didik. Struktur kurikulum merupakan aplikasi konsep
pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban
belajar dalam sistme pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem
belajar yang digunakan adalah sistem semester sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan
jam pelajaran per semester.47
Struktur kurikulum sebagai gambaran mengenai penerapan prinsip
kurikulum mengenai posisi seorang peserta didik dalam menyelesaikan
pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Lebih lanjut,
struktur kurikulum menggambarkan posisi belajar seorang peserta didik
yaitu apakah mereka harus menyelesaikan seluruh mata pelajaran yang
tercantum dalam struktur, ataukah kurikulum memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menentukan berbagai pilihan sesuai minat dan
kemampuannya.
Struktur kurikulum Madrasah Aliyah terdiri atas: Kelompok mata
pelajaran wajib yang diikuti oleh peserta didik Madrasah Aliyah.
Kelompok mata pelajaran peminatan harus diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya. Mata pelajaran pilihan lintas
minat, untuk tingkat Madrasah Aliyah Peminatan ilmu-ilmu Keagamaan
dapat menambah dengan mata pelajaran kelompok peminatan ilmu-ilmu
alam, sosial ataupun bahasa, demikian juga berlaku untuk peminatan
Matematika dan Bahasa. Adapun struktur kurikulum Madrasah Aliyah
sebagai berikut:48
Struktur Kurikulum 2013
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam Madrasah Aliyah
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
X XI XII
47 Menteri Agama Republik Indonesia, Peraturan Menteri Agama No. 912 tahun 2013
tentang Kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,
hal. 23. 48 Ibid.
39
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Bahasa Arab 4 2 2
5 Matematika 4 4 4
6 Sejarah Indonesia 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya 2 2 2
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3 3 3
3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
6 4 4
Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 51 51 51
Struktur Kurikulum 2013
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Madrasah Aliyah
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
40
2 Pedidikan Pancasila dan Kewarga negaraan
2
2
2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Bahasa Arab 4 2 2
5 Matematika 4 4 4
6 Sejarah Indonesia 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya 2 2 2
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3
3
3
3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
6
4
4
Jumlah Alokasi Waktu PerMinggu 51 51 51
Struktur Kurikulum 2013
Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya Madrasah Aliyah
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Bahasa Arab 4 2 2
5 Matematika 4 4 4
41
6 Sejarah Indonesia 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2 2 2
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya 2 2 2
2
Pendidikan Jasmani, Olahraga Kesehatan
dan
3
3
3
3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
6
4
4
Jumlah Alokasi Waktu PerMinggu 51 51 51
Struktur Kurikulum
Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan Madrasah Aliyah
MATA PELAJARAN
ALOKASI WAKTU
PER MINGGU
X XI XII
Kelompok A (Wajib)
1 Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur’an Hadis 2 2 2
b. Akidah Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2 2 2
3 Bahasa Indonesia 4 4 4
4 Bahasa Arab 4 2 2
5 Matematika 4 4 4
6 Sejarah Indonesia 2 2 2
7 Bahasa Inggris 2 2 2
42
Kelompok B (Wajib)
1 Seni Budaya 2 2 2
2 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
3 3 3
3 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah Jam Kelompok A dan B Per Minggu
33 31 31
Kelompok C (Peminatan)
Peminatan Ilmu-ilmu Keagamaan
1 Tafsir - Ilmu Tafsir 2 3 3
2 Hadis - Ilmu Hadis 2 3 3
3 Fikih - Ushul Fikih 2 3 3
4 Ilmu Kalam 2 2 2
5 Akhlak 2 2 2
6 Bahasa Arab 2 3 3
Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman
Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat
6
4
4
Jumlah Alokasi Waktu PerMinggu 51 51 51
Struktur kelompok mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Bahasa Arab dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1) Al-Qur’an Hadis, 2)
Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan 5)
Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling
terkait dan melengkapi.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,
bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.49
Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu mata pelajaran yang
menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi
Muhammad SAW pada periode Makkah dan periode Madinah,
kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai
49 Lampiran SK Dirjen No. 2676 tahun 2013 tentang Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hal. 44.
43
perkembangan Islam periode klasik (zaman keemas an) pada tahun 650 M
– 1250 M, abad pertengahan (1250 M – 1800 M), dan masa modern (1800
M – sekarang), serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia.50
Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nila-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.51
b. Tujuan Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Aliyah terkandung dalam KMA 165 tahun 2014 bahwa peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam
yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
2) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa
kini, dan masa depan.
3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di
masa lampau.
5) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena
50 Ibid., hal. 58. 51 Ibid.
44
sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
c. Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai
pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira
(mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.52
Dalam metode saintifik, tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah
memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah
dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari
oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang
belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan
siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan.53
Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses
pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning
experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses
pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang
dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode
saintifik ditujukan untuk terkonstuksinya konsep, hukum atau prinsip oleh
52 Gupita, dkk., Makalah Pendekatan Saintifik, Malang: Universitas Negeri Malang, hal.
13 53 Ibid. hal. 14.
45
siswa dengan bantuan dari guru melalui langkah-langkah kegiatan yang
diberikan di muka.54
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama,
validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh
siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.55
Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 menyatakan bahwa
pendekatan yang digunakan saat proses pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifk. Langkah-langkah saintifik dijelaskan dalam seperti
dalam tabel berikut dibawah ini:
Tabel 2.7 Langkah-langkah Saintifik
Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014
Langkah
Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
Mengamati
(observing)
Mengamati dengan
indra (membaca,
mendengar,
menyimak, melihat,
menonton dan
sebagainya) dengan
atau tanpa alat
Perhatian pada waktu
mengamati suatu objek/
membaca suatu tulisan/
mendengar suatu
penjelasan, catatan yang
dibuat tentang yang diamati,
kesabaran, waktu (on task)
yang digunakan untuk
mengamati
Menanya
(questioning)
Membuat dan
mengajukan
pertanyaan, tanya
jawab, berdiskusi
tentang informasi
yang belum
dipahami, informasi
tambahan yang ingin
diketahui, atau
sebagai klarifikasi
Jenis, kualitas dan jumlah
pertanyaan yang diajukan
peserta didik (pertanyaan
faktual, konseptual,
procedural, dan hipotetik)
Mengumpulkan
informasi/ mencoba
(experimenting)
Mengeksplorasi,
mencoba,
berdiskusi,
mendemonstrasikan,
meniru bentuk/
Jumlah dan kualitas sumber
yang dikaji/digunakan,
kelengkapan informasi,
validitas informasi yang
dikumpulkan, dan
54 Ibid. 55 Ibid.
46
gerak, melakukan
eksperimen,
membaca sumber
lain selain buku
teks, mengumpulkan
data dari narasumber
melalui angket,
wawancara dan
modifikasi/
menambahi/
mengembangkan
instrument/ alat yang
digunakan untuk
mengumpulkan data.
Menalar/
mengasosiasi
(associating)
Mengolah infromasi
yang sudah
dikumpulkan,
menganalisis data
dalam bentuk
membuat kategori,
mengasosiasi atau
menghubungkan
fenomena/informasi
yang terkait dalam
rangka menemukan
suatu pola, dan
menyimpulkan.
Mengembangkan
interpretasi, argumentasi
dan kesimpulan mengenai
keterkaitan informasi dari
dua fakta/konsep,
interpretasi argumentasi dan
kesimpulan mengenai
keterkaitan lebih dari dua
fakta/konsep/teori,
menyintesis dan
argumentasi serta
kesimpulan keterkaitan
antarberbagai jenis
fakta/konspe/teori/pendapat;
mengembangkan
interpretasi, struktur baru
argumentasi, dan
kesimpulan yang
menunjukkan hubungan
fakta/komsep/teori dai dua
sumber atau lebih yang
tidak bertentangan;
mengembangkan
interpretasi, struktur baru,
argumentasi dan
kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang
berbeda dari berbagai jenis
sumber.
Mengkomunikasikan
(communication)
Menyajikan laporan
dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik;
menyusun laporan
tertulis; dan
menyajikan laporan
Menyajikan hasil kajian
(dari mengamati sampai
menalar) dalam bentuk
tulisan, grafis, media
elektronik, multi media dan
lain-lain.
47
meliputi proses,
hasil dan
kesimpulan secara
lisan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Skripsi dari Muhammad Rizal Aziz, mahasiswa Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Implementasi Pendeketan Saintifk Kurikulum 2013 Pada Mata
Pelajaran FIKIH Kelas 8 di MTs Al-Husna Lebak Bulus Jakarta
Selatan”. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif
dengan teknik pengumpulan data berupa observasi untuk
mengetahui implementasi pendekatan saintifik pada kegiatan
pembelajaran, wawancara guru mata pelajaran dan peserta didik
sebagai narasumber berbagai informasi dan studi dokumentasi
sebagai data pendukung kegiatan penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendekatan saintifik telah
dilaksanakan dengan baik dan dikemas secara sederhana, tetapi
belum memenuhi kriteria dan prinsip pendekatan saintifik
sepenuhnya. Sekolah tersebut memiliki fasilitas yang baik untuk
mendukung kegiatan pembelajaran kurikulum 2013, hal ini
menjadi faktor pendukung dalam mengimplementasikan
pendekatan saintifik. Beberapa kendala atau hambatan yang
dihadapi guru adalah peserta didik yang kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan rendahnya pemahaman guru terkait
pembelajaran kurikulum 2013. Guru mengaggap pelatihan yang
diberikan oleh pemerintah kurang efektif sehingga perlu diadakan
pelatihan khusus yang lebih efektif sehingga pembelajaran
kurikulum 2013 dapat dipahami dengan baik. Hal ini merupakan
salah satu solusi terbaik dalam menghadapi permasalahan ini.
48
2. Skripsi dari Irma Surya Wardani, mahasiswi Universitas Islam
Negeri Raden Intan Lampung, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Agama Islam yang berjudul “Impelementasi
Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti di SMA Negeri 1 Sukoharjo Kabupaten
Pringsewu”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif/deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti tersebut adalah: 1) Implementasi
Kurikulum 2013 pada mata pelajran PAI agar dapat memperoleh
hasil yang optimal maka guru harus bisa menjadi motivator peserta
didik dengan baik dan bisa membawa dan mengarahkan potensi
peserta didik tersebut. 2) keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013
melalui usaha-usaha kepala sekolah dan guru PAI yang dapat
mendorong sekolah untuk dapat mencapai visi, misi, dan
tujuannya. 3) Dalam upaya mengatasi hambatan, sekolah telah
berusaha meningkatkan kapasitas professional dan kompetensi
dengan berbagai pelatihan dan peningkatan keahlian dalam
mengajar serta memberikan akhlak dan budi pekerti yang baik bagi
peserta didik melalui Pendidikan Agama Islam.
3. Skripsi dari Ahmad Fiqih Ahsani Zaim, mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, Program Studi Pendidikan Agama Islam yang berjudul
“Implementasi Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto”.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menganalisa
bagaimana proses pembelajaran pendekatan saintifik pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X-1 di SMA Negeri 1
Sooko Mojokerto. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1)
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMA Negeri 1 Sooko Mojokerto telah berjalan
dengan baik, hal ini dapat dilihat bahwa guru melaksanakan proses
49
pembelajaran melalui langkah-langkah pembelajaran pendekatan
saintifk. 2) Hambatan dalam mengimplementasikan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA
Negeri 1 Sooko Mojokerto adalah minimnya sumber-sumber dan
media pembelajaran, latar belakang peserta didik yang tidak sama,
faktor usia guru, beberapa guru yang sudah berusia senja lemah
dalam mengoperasikan komputer.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2
Jakarta yang beralamat di Jl. Penganten Ali No. 112 Kecamatan Ciracas
Kota Jakarta Timur. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dirinci
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian
NO JENIS
KEGIATAN
BULAN
Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Observasi awal
2 Bimbingan
dengan dosen
3 Pembuatan
instrumen
pertanyaan
4 Pengajuan surat
izin penelitian
5 Wawancara dan
pengambilan data
lapangan
6 Pengolahan dan
analisis data
7 Melaporkan hasil
penelitian
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis
deskriptif. Penelitian ini merupakan kegiatan studi lapangan,
mengumpulkan data melalui kegiatan pengamatan atau observasi dengan
51
instrument yang telah disusun sesuai data yang dibutuhkan sebagai alat
bantu peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk deskripsi.
Penelitian dilaksanakan dengan metode kualitatif yaitu
menafsirkan fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistic dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada.56
Metode analisis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan
menggambarkan keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian
dilakukan analisis dengan teknik analisa kualitatif.57
C. Sumber Data
Adapun jenis data dalam penelitian ini yaitu, data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang berupa teks hasil wawancara dan
diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang dijadikan
sampel dalam penelitian. Sedangkan data sekunder adalah data yang
berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh oleh peneliti
dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data sekunder bisa
berupa data dalam bentuk teks, gambar dan suara.58
Dalam penelitian ini, sumber data primer yaitu kepala madrasah,
wakil kepala kurikulum, dan guru mata pelajaran SKI. Sedangkan untuk
sumber data sekunder yaitu RPP SKI, profil dan sejarah MAN 2 Jakarta,
visi misi, data guru dan siswa, serta data sarana dan prasarana madrasah.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini di gunakan sebagai panduan wawancara
dan panduan angket, namun peneliti tidak menentukan urutan pertanyaan
yang ketat, pertanyaan akan dikembangkan sesuai dengan jawaban yang di
berikan subjek peneliti.
1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2009), Cet. XXXIX, h. 6. 2 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan,(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008), h. 157. 3 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, h. 210.
52
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara
Aspek Dimensi Sub Dimensi
Implementasi
Pendekatan Saintifik
Kurikulum 2013 Pada
Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan
Islam di MAN 2
Jakarta
Tahap
Perencanaan
Pembelajaran
Kesesuaian RPP dengan
pendekatan saintifik
Pemahaman Guru
Upaya Peningkatan
Kompetensi
Tahap
Implementasi
Pembelajaran
Kegiatan Mengamati
Kegiatan Menanya
Kegiatan Mencoba
Kegiatan Menalar
Kegiatan Menyaji
Tahap
Evaluasi
Pembelajaran
Bentuk Penilaian
Penilaian Sikap
Penilaian Keterampilan
Penilaian Pengetahuan
E. Teknik Pengumpulan Data
Sebelum penulis kumpulkan data-data, alangkah baiknya penulis
memilah jenis data. Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif yang
terdiri dari data primer dan sekunder mengenai implementasi pendekatan
saintifk pada kurikulum 2013.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam tindakan, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka penelitian tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.59
Teknik pengumpulan data ini terdiri dari pengumpulan data, observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi.
1. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengamati dan mencari
informasi mengenai pendekatan saintifik dalam pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Observasi atau
4 Lexy J. Meoleong, op. cit., h. 6.
53
pengamatan juga bisa berarti teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung.60 Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasar data, yakni fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Observasi yang digunakan adalah observasi yang tak berstruktur
(unstructured observation). Observasi tak berstruktur adalah observasi
yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti
tentang apa yang diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunakan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-
rambu.61
2. Wawancara
Wawancara didefinisikan sebegai diskusi antara dua orang atau
lebih dengan tujuan tertentu. Wawancara dalam penelitian kualitatif
umumnya dimaksudkan untuk mendalami dan lebih mendalami suatu
kejadian dan atau kegiatan subjek penelitian.62 Pada teknik ini, peneliti
menggunakan metode wawancara untuk menggali informasi lebih dalam
mengenai implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran SKI di
MAN 2 Jakarta. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara
mendalam (In-Depth Interview). Menurut Bogdan dan Taylor, wawancara
mendalam adalah wawancara antara peneliti dengan informan yang
dilakukan berulang-ulang yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman
mengenai perspektif informan terhadap kondisi kehidupannya,
pengalaman-pengalaman, serta situasi yang dihadapi.
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
pedoman wawancara semi terstruktur. Pedoman wawancara dibuat dengan
mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pedoman wawancara
5 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. X, h. 220. 6 Sugiyono, 2015, h. 226. 7 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Kualitatif dan Tindakan,
(Bandung: Refika Aditama, 2014), h. 213.
54
(terlampir) digunakan untuk menggali informasi dari subyek penelitian di
MAN 2 Jakarta. Wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini agar
peneliti dapat menelusuri Implementasi Pendekatan Saintifik dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Informan yang direncanakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Guru Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam MAN 2
Jakarta
2. Waka Kurikulum
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan kegiatan pengumpulan data-data
tertulis sehingga dapat digunakan sebagai penguat dalam penyusunan dan
penyampaian informasi yang akan diberikan atau disajikan oleh penulis.
Studi dokumentasi merupakan sumber non manusia, sumber ini adalah
sumber yang cukup bermanfaat, merupakan sumber yang stabil dan akurat
sebagai cermin situasi/kondisi yang sebenarnya serta dapat dianalisis
secara berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan.63
Dalam penelitian ini data dokumentasi merupakan data-data yang
dibutuhkan oleh peneliti diantaranya struktur organisasi madrasah, proses
kegiatan belajar-mengajar, RPP SKI, dan kegiatan sekolah lainnya.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.64
8 Tim Penyusun Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.
bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif, dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak
di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural , dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak
secara efektif dan kreatif, mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan
B. KOMPETENSI DASAR DAN IPK
Kompetensi Dasar
Pengetahuan Keterampilan
3.1 Menganalisis sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
4.1 Menceritakan sejarah
pembaharuan atau
modernisasi Islam di
dunia
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1
Menjelaskan sejarah Pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
4.1.1
Menyajikan cerita
sejarah pembaharuan
atau modernisasi Islam
113
3.1.2
Menyimak penjelasan tentang sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
4.1.2 di dunia Memaparkan sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
C.Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu Menganalisis proses Menganalisis sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia, dan Menceritakan Menganalisis sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia, sinopsis Menganalisis sejarah sinopsis Menganalisis sejarah (Kecakapan hidup), (Kecakapan hidup), dengan berpikir kritis; kreatif; komunikatif; kolaboratif (4C) melalui kegiatan mencari/menemukan, kajian pustaka, diskusi, menyimak (Metode yg menghasilkan literasi) dengan disiplin dan penuh tanggung jawab, santun, serta membangun nilai-nilai toleransi dan kejujuran dalam merancang dialog maupun mengimplementasikan dialog (Karakter).
D.Materi Pembelajaran (**) Sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di
dunia
1.Fakta : Modernisasi
2.Konsep : Sejarah pembaharuan atau modernisasi Islam di dunia
* adanya sifat jumud
* persatuan umat islam mulai terpecah belah
* Terjadi kontak anatra dunia islam
* Renaisance dengan barat
3.Prinsip : Pembaharuan dan Modernisasi
4.Prosedur : Langkah- langkah pembaharuan atau modernisasi
Islam di dunia
Materi Metakognitif : * Memprediksi, dan menentukan Sejarah pembaharuan
atau modernisasi Islam di dunia.
E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Discovery Learning
Metode : ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan
F. Media, Alat dan Bahan Pembelajaran
LCD,
laptop
114
G. Sumber Belajar
Sumber Pembelajaran:
• Buku Pedoman Guru Mapel SKI MA, Kemenag RI
• Buku Pegangan Siswa Mapel SKI MA, Kemenag RI
• Al-Qur’an dan Terjemahanya
• Buku penunjang lainnya yang relevan
• Media cetak dan elektronik sesuai materi
• Lingkungan sekitar yang mendukung
H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 (@4 ×45 menit)
1. Pendahuluan
Membuka dengan salam dilanjutkan berdoa, peserta didik merespon
salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling mendoakan.
Mengkondisikan Peserta didik dengan suasana menyenangkan
melalui kegiatan bernyanyi bersama lagu “Buat Layang-Layang” agar
Peserta didik siap mengikuti pembelajaran
Apersepsi dengan cara diskusi kompetensi yang telah dipelajari pada
kelas 10 dan memberikan gambaran awal pada semua materi kelas 11
terutama materi teks prosedur. (Peserta didik merespon pertanyaan
dari guru berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya dan materi
yang akan dipelajari teks prosedur)
Peserta didik mendiskusikan informasi dengan proaktif tentang
keterkaitan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan kompetensi
yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik menerima informasi dan menyimak penjelasan metode
pembelajaran yang akan dilalui dalam pembelajaran teks prosedur ini
2. Kegiatan Inti a. Pemberian rangsangan
Guru menyampaikan garis besar/peta pembelajaran pembaharuan
dan modernisasi islam dunia
Peserta didik mengamati pembaharuan modernisasi dunia islam
Guru melakukan diskusi interaktif tentang informasi pada
pembaharuan dan modernisasi pernyataan-pernyataan umum pada
pembaharuan dan modernisasi islam di dunia
Peserta didik memberikan komentar terhadap informasi yang
terdapat pada pembaharuan modernisasi islam di dunia dan
pernyataan-pernyataan umumnya.
b. Identifikasi masalah
115
Peserta didik membentuk beberapa kelompok dan memberi nama
kelompok serta memilih ketua kelompoknya.
Guru membagikan tiap kelompok materi tentang pembaharuan dan
modernisasi islam dunia.
Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan
pembimbingan guru yang siap mengarahkan.
Peserta didik mengidentifikasi pembaharuan dan modernisasi
tersebut bersama kelompoknya.
c. Pengumpulan Data
Peserta didik mendiskusikan informasi yang terdapat dalam
pembaharuan atau modernisasi yang diberikan guru.
d. Pengolahan Data
Peserta didik menjelaskan pernyataan-pernyataan umum yang
terdapat dalam pembaharuan atau modernisasi tersebut dalam
kelompoknya.
Peserta didik bersama kelompoknya menentukan dan
menyimpulkan informasi dan pernyataan-pernyataan umum dalam
pembaharuan atau modernisasi yang diberikan guru.
e. Pembuktian
Tiap-tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Kelompok lain memberi komentar terhadap hasil diskusi yang
dipresentasikan
Setiap kelompok yang presentasi mencatat masukan-masukan dari
kelompok lain
Peserta didik berdialog interaktif tentang presentasi yang dilakukan
oleh kelompok dengan penguatan dari guru.
f. Penarikan Kesimpulan
Tiap-tiap kelompok menyempurnakan hasil presentasinya
berdasarkan masukan-masukan dari kelompok lain.
Setiap kelompok menyampaikan informasi dan pernyataan-
pernyataan umum pada pembaharuan atau modernisasi dunia islam
yang telah disepakati hasil diskusi bersama.
Peserta didik merumuskan pernyataan-pernyataan umum yang ada
pada pembaharuan atau modernisasi dunia islam secara lisan dan
tulis.
Peserta didik menyajikan pernyataan-pernyataan umum untuk
membuat sebuah pembaharuan dunia islam dalam kehidupan
sehari-hari dalam bentuk tulisan.
3. Kegiatan Penutup
Peserta didik saling memberikan umpan balik/refleksi hasil
pembelajaran yang telah
dicapai.
Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang dipelajari.
116
Peserta didik menyimak penjelasan kegiatan pada pertemuan
berikutnya dari guru.
Memberi salam
Menutup proses pembelajaran
Pertemuan 2 (4 × @ 45 menit)
1. Kegiatan Pendahuluan
Membuka dengan salam dilanjutkan berdoa
Mengkondisikan Peserta didik dengan suasana menyenangkan kembali
bernyanyi bersama lagu “ Buat Layang-Layang” agar Peserta didik
siap mengikuti pembelajaran
Apersepsi dengan cara diskusi hasil kesimpulan yang telah dilakukan
pada tugas pertemuan sebelumnya.
Peserta didik mendiskusikan informasi dengan proaktif tentang
keterkaitan pembelajaran yang telah dan akan dilaksanakan dengan
kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari.
Peserta didik memperhatikan informasi kegiatan pembelajaran yang
akan dilalui hari ini
2. Kegiatan Inti
a. Pemberian Rangsangan
Guru menyampaikan pembelajaran teks prosedur selanjutnya,
yaitu tahapan-tahapan dalam pembaharuan atau modernisasi dunia
islam.
Peserta didik mengamati berbagai contoh pembaharuan atau
modernisasi dunia islam terutama tahapan-tahapannya.
Guru melakukan diskusi interaktif tentang tahapan-tahapan dalam
pembaharuan atau modernisasi dunia islam .
Peserta didik memberikan komentar terhadap tahapan-tahapan
yang terdapat dalam pembaharuan atau dunia islam.
b. Identifikasi Masalah
Peserta didik kembali ke kelompok sebelumnya.
Guru meminta peserta didik mengamati pembaharuan atau dunia
islam. yang telah diberikan sebelumnya dalam kelompok.
Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok kecil dengan
pembimbingan guru yang siap mengarahkan.
Peserta didik mengidentifikasi tahapan-tahapan pembaharuan atau