IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBIASAAN MAPEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam Oleh : IDA ASMARA NIM: 073111080 FAKKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
81
Embed
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBIASAAN MAPEL …library.walisongo.ac.id/digilib/...gdl-idaasmara0-5255-1-skripsi-a.pdf · arti seimbang dengan kehidupan sehari-harinya. ... dan aspek
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBIASAAN MAPEL
TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK
CUT NYA’ DIEN SEMARANG.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam
Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
IDA ASMARA
NIM: 073111080
FAKKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ida Asmara
NIM : 073111080
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk
sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2011
Saya yang menyatakan,
Ida Asmara
NIM.073111080
iii
PENGESAHAN
Naskah skripsi ini dengan:
Judul : Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok
PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Nama : Ida Asmara
NIM : 073111080
Jurusan ; Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
dan kebudayaan Islam. Materi pelajaran yang banyak dengan alokasi waktu yang
dirasa kurang cukup untuk menyampaikan sebuah submateri pelajaran PAI kerap
kali menimbulkan masalah dalam proses belajar mengajar apalagi didukung
dengan kondisi siswa yang sangat ramai serta pengunaan metode pembelajaran
yang kurang tepat, sehingga tidak memungkinkan terciptanya proses transfer ilmu
dari guru ke peserta didik dengan baik.
Melihat kendala pembelajaran PAI seperti itu maka pihak satuan
pendidikan SMK Cut Nya’ Dien Semarang mengambil kebijakan dengan cara
menambah jam pelajaran PAI selama 1x45 menit dalam satu minggu, dengan
memasukkan jam tambahan tersebut ke dalam mata pelajaran muatan lokal
(mulok) PAI. Kurikulum mulok PAI ini memberikan kejelasan maksud, arah,
serta tujuan yang ingin dicapai oleh para guru yang mengajarkan mata pelajaran
mulok PAI ini disaat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas.
Tujuan mulok PAI ini diharapkan yang pertama untuk mempermudah guru
dalam proses menyampaikan materi pelajaran PAI, serta peserta didik diharapkan
memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, berkepribadian, punya jati diri,
mandiri, bisa mengamalkan dan menerapkan secara langsung ilmu agama yang
didapat dalam kehidupan sehari-hari. 1
1 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hlm. 78.
2
Menyampaikan suatu materi pembelajaran yang baik agar diterima peserta
didik tidak terlepas dari metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan
bagian dari komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan,
guru, peserta didik, media, lingkungan dan evaluasi. Dalam kata lain proses
pembelajaran di kata sulit mencapai hasil manakala guru tidak menggunakan
metode yang tepat sesuai karakteristik bidang studi masing-masing. Oleh karena
itu guru harus mengetahui dan memahami berbagai metode pengajaran. Guru
yang tidak mengetahui dan memahami aneka ragam metode pengajaran akan
menjadikan siswa cepat bosan, mengantuk, dan bahkan siswa tidak mudah
memahami pelajaran yan disampaikan oleh guru.2 Dalam pembelajaran PAI di
sekolah selama ini para guru lebih menggunakan metode verbalistik, yaitu
ceramah dan tanya jawab. Hal ini tidak berarti bahwa metode ceramah tidak baik,
melainkan pada suatu saat siswa akan menjadi bosan bila guru berbicara terus
sedangkan para siswa duduk diam mendengarkan. Selain itu kadang ada pokok
bahasan yang memang kurang tepat untuk disampaikan melalui metode ceramah
dan lebih efektif melalui metode lain.3
Kebutuhan mengenai permasalahan keagamaan semakin komplek seiring
perkembangan zaman. Karena itu guru PAI harus tanggap, seorang guru harus
tepat dan efektif dalam menyampaikan materi pelajaran PAI. Untuk menciptakan
siswa yang berkualitas dan mampu menghadapi perkembangan zaman maka
kebutuhan pembaharuan dalam metode merupakan suatu keharusan. Kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari proses dan dari segi hasil. Dari segi proses
pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-
tidaknya sebagian besar (75 %) peserta didik secara aktif, baik fisik, mental
maupun sosial dalam poses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan
belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri
sendiri. Sedang dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan yang positif dari peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya
2 . Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2007), Cet. I, hlm.55.
3 Sri Anitah Iryawan dan Noorhadi Th., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), cet. Ke-5, hlm.124
3
sebagian besar (75 %).7 Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan
bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa
maupun guru itu sendiri.4
Dewasa ini banyak sekali konsep dan pendekatan yang terus bermunculan
dan diterapkan dalam pembelajaran berbagai bidang mata pelajaran. Diantaranya
metode ceramah, driil, tanya jawab, inquiri, discovery, belajar tuntas, problem
solving dan sebagainya.
Dalam pembelajaran pendidikan agama, terdapat tiga komponen utama
yang saling berpengaruh yaitu; kondisi pembelajaran PAI, metode pembelajaran
agama dan hasil pendidikan agama.5 Kondisi pembelajaran PAI adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil
pembelajaran PAI. Jadi metode dalam pembelajaran PAI disesuaikan dengan
kondisi dan tujuan yang hendak dicapai oleh pembelajaran itu sendiri. Harus
diketahui bahwa keberhasilan suatu penyampaian tergantung pada ketepatan
dalam pemilihan metode. Dalam arti bahwa dalam kegiatan pembelajaran harus
ada kesesuaian antara tujuan, pokok bahasan dengan metode, situasi dan kondisi
(siswa maupun sekolah) serta kepribadian guru yang membawakan pelajaran.
Jika di lihat dari materi yang ada, pelajaran PAI bersifat komplek,
sehingga metode yang diterapkan pun bisa beragam sesuai kebutuhan dan tujuan
yang ingin dicapai. Salah satunya bila ditinjau dari aspek tujuannya yang
mengarah pada ranah kognitif, afektif, psikomotorik metode yang bisa digunakan
untuk memperdalam kejelasan arti dari materi dan peserta didik berperan atau
terlibat langsung adalah dengan menggunakan Model pembudayaan/tsaqofah yang
memadukan berbagai macam metode pembelajaran.
SMK Cut Nya’ Dien Semarang merupakan lembaga pendidikan kejuruan
menengah di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah dan terletak di
jalan Wolter Monginsidi No. 99, Kecamatan Genuk, adalah salah satu dari
sekolah-sekolah yang ada di seluruh kota Semarang yang mengembangkan materi
4 Depdikbud, Dedaktik Metodik Umum, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar, 1996),
hlm.40. 5 Muhaimin, et. al, Paragdima, hlm. 146.
4
pembelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi mata pelajaran tersendiri yang
termasuk kedalam mata pelajaran muatan lokal PAI yaitu dengan menerapkan
model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI. Pemilihan tempat penelitian ini
dilakukan di sekolah SMK Cut Nya’ Dien Semarang karena sekolah tersebut
menerapkan pembudayaan Islami pada peserta didik serta pemberian nama pada
mata pelajaran mulok PAI yang unik yaitu disebut dengan mapel tsaqofah.6
Proses penelitiannya difokuskan pada kelas XII karena dirasa peserta didik kelas
XII sudah mengerti dan sudah menerapkan serta mempraktikan pembudayaan
Islami pada kehidupan sehari-harinya. Karena peserta didik kelas XII sudah
menerima pembelajaran tsaqofah sejak dari kelas X sampai Kelas XII.
Model tsaqofah ini untuk mempersiapkan peserta didik agar mereka
memiliki wawasan yang mantap tentang agama dan lingkungannya serta sikap dan
perilaku sesuai dengan ajaran agama serta memiliki akhlak terpuji, bersedia
melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas sosial, dan
kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan
setempat. Adapun kegiatan tsaqofah ini meliputi pembacaan Asmaul Husna, doa
belajar, syahadat, sholawat nariyah, doa Syeikh Abdul Qodir Jailani, sholat
berjamaah, materi dari guru, dan lain-lain.7
Dan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang metode tsaqofah itu muncul karena
peserta didik hanya mampu untuk memahami dan menghafal materi yang
diajarkan, belum mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, belum adanya kemandirian dalam diri anak. Oleh karena itu perlu
adanya metode pembudayaan/tsaqofah sebagai metode yang efektif dalam
mengubah kebudayaan tercela menjadi kebudayaan-kebudayaan yang mulia,
sehingga anak didik akan mempunyai akhlak yang mulia.
Namun di SMK Cut Nya’ Dien Semarang selain membudayakan kegiatan
seperti berdo’a dan sholat berjama’ah sebagaimana kegiatan di atas, juga ada
beberapa kegiatan yang dibudayakan yang pelaksanaannya menurut hemat penulis
6 Observasi langsung di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Senin, 17 Agustus 2010
7 Observasi langsung di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Senin, 17 Agustus 2010
5
berbeda dengan SMA atau SMK lainnya. Dengan ini penulis memberanikan diri
untuk mengadakan penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI MODEL
TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN MULOK PAI DI SMK CUT
NYA’ DIEN SEMARANG”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di
SMK Cut Nya’ Dien Semarang?
2. Apakah kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah dalam
pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok
PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dan apakah kelebihan dan kekurangan dari
implementasi model tsaqofah tersebut dalam pembelajaran mulok PAI di SMK
Cut Nya’ Dien Semarang.
2. Manfaat penelitian
a. Secara praktis
1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran mulok
PAI.
2) Sebagai motivator dalam meningkatkan kualitas pembelajaran mulok
PAI.
b. Secara teoritis
1) Untuk menambah pengetahuan dalam bidang pendidikan.
2) Sebagai media penelitian pembelajaran dalam berkarya ilmiah.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Untuk memperjelas gambaran tentang alur serta menghindari duplikasi tentang
skripsi ini, berikut ini merupakan beberapa literatur yang relevan yang berkaitan dengan
pembahasan skripsi yang penulis susun.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sulistyorini (063111017). Mahasiswi
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2010 yang berjudul ”Implementasi Metode
Pembiasaan Dalam Menginternalisasikan Nilai-nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini
di TKAT Birrul Walidain Demaan Kudus”, di dalamnya membahas tentang dimana
implementasi dari metode pembiasaan ini anak dibiasakan untuk berakhlak mulia dan
membiasakan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ainun Ni’mah (3104298). Mahasiswi
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 2009 yang berjudul ”Implementasi Metode
Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam di SDIT Harapan Bunda Pedurungan
Semarang”, didalamnya membahas tentang dimana implementasi dari metode
pembiasaan ini siswa dibiasakan untuk berpikir dan bersikap sesuai dengan ajaran agama
Islam dengan baik dan benar.8
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatonah (3301401147). Mahasiswi
Fakultas Tarbiyyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2006 yang berjudul ”Model
Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Bidang Muatan Lokal Pendidikan Agama
Islam di SMK N 1 Magelang”, di dalamnya membahas mengenai model pembelajaran
sistem ganda pada muatan lokal PAI sehingga siswa dituntut untuk mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam.9
8 Ainun Ni’mah, Implementasi Metode Pembiasaan Pada Pendidikan Agama Islam di
SDIT Harapan Bunda Pedurungan Semarang, (Semarang:Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,2009)
9 Siti Fatonah, Model Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pada Bidang Muatan Lokal Pendidikan Agama Islam di SMK N 1 Magelang, ( Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2006)
7
Penelitian ini merupakan penelaahan kembali terhadap penelitian yang sudah ada,
yaitu sama-sama membahas tentang penerapan metode pembiasaan/ model pembudayaan
dalam pembelajaran PAI, akan tetapi penelitian yang sudah ada hanya memaparkan
strateginya saja tanpa memandang kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
tersebut. Akhirnya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan pembahasan
tentang “Implementasi Model Tsaqofah Dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut
Nya’ Dien Semarang”, yang di dalamnya memaparkan tentang penerapan dan kelebihan
serta kelemahan dari model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI.
B. Pembelajaran Mulok PAI
1. Pengertian Pembelajaran Mulok PAI
Di sini penulis perlu mendefinisikan maksud belajar dan pembelajaran agar
perbedaan keduanya dapat diketahui, baik secara teoritis dan praktisnya. Pembelajaran
mempunyai arti yang sangat berbeda.
Setiap manusia wajib mencari ilmu (belajar), karena dengan ilmu manusia akan
mendapat tempat yang mulia di mata Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Q.S. al-Mujadalah/58: 11 yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. al-Mujadalah/58: 11)10
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang yang berilmu akan ditinggikan
derajatnya. Ini berarti bahwa orang yang berilmu mempunyai kelebihan. Wahyu yang
10 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta
Media, 2005), hlm. 543.
8
pertama kali turun yang menjelaskan tentang kewajiban mencari ilmu (belajar) yaitu Q.S.
al-‘Alaq/96 : 1 yang berbunyi sebagai berikut:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan” (Q.S. al-‘Alaq/96:
1)11
Pada ayat pertama dalam surat al ‘Alaq di atas terdapat kata iqra’. Iqra’ artinya
sejarah, diri sendiri yang tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata
tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan kegiatan
belajar. Bahwa belajar merupakan aktifitas yang dapat memberikan kebaikan kepada
manusia. 12
Pengertian belajar menurut Morris L. Bigge seperti yang dikutip Max Darsono
dkk adalah perubahan yang menetap dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan
secara genetis. Selanjutnya Morris menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada
pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi, atau campuran dari semuanya secara
sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.13
Menurut para ahli belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman (learning is defined as the modification orstrengthening of behavior through
experiencing). Berdasarkan pengertian ini belajar merupakan suatu proses kegiatan dan
bukan suatu hasil atau tujuan. Sejalan dengan hal tersebut ada pula tafsiran lain tentang
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan.14
Dibandingkan dengan pengertian pertama, maka tujuan belajar itu prinsipnya
sama, yakni perubahan tingkah laku, hanya berbeda cara atau usaha pencapaiannya.
11 Departemen , Al Qur’an, hlm. 597. 12 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2008), hlm.30-31. 13 Max Darsono, dkk., Belajar dan Pembelajaran, (Semarang: CV. IKIP Semarang Press,
2000), hlm. 2 14Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.. 36-
37
9
Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di
dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar.
Seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan belajar jika terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya
tersebut masih lemah. Juga bisa diketahui melalui pengetahuan seseorang yang mulanya
tidak tahu menjadi tahu.
Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah
unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang
sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya sedangkan sikap dalam rohaninya tidak
dapat kita lihat. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan
tampak pada setiap perubahan pada aspek–aspek tersebut. Adapun aspek – aspek tersebut
adalah : pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional,
hubungan sosial, jasmani, budi pekerti dan sikap.15 Seseorang telah melakukan perbuatan
belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek
tingkah laku tersebut.
Pembelajaran, seperti yang didefinisikan Oemar Hamalik adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, internal material fasilitas
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.16
Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga perpustakaan. Material, meliputi buku – buku, papan tulis dan
kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri
dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal
dan model penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Menurut Mulyasa pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan individu.17
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana
membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh kemauannya sendiri
untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan
15 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.. 30 16 Oemar Hamalik, Kurikulum, hlm. 57 17 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Konsep, Karakteristik dan
Implementasi),(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 100.
10
peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang
terkandung dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik
isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung dalam kurikulum. Selanjutnya
dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai
dengan kondisi yang ada agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses
pembelajaran sehingga belajar terwujud dalam peserta didik.18
Pembelajaran menurut Gesalt adalah usaha guru untuk memberi materi
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikanya
(mengaturnya) menjadi suatu pola Gesalt (pola makna). Bantuan guru diperlukan untuk
mengaktualkan potensi, mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.19
Proses belajar yang disertai dengan pembelajaran akan lebih efektif dan terarah.
Agar pembelajaran lebih terarah proses pembelajaran terdiri dari beberapa komponen
diantaranya yang satu dengan yang lain saling berinteraksi, komponen tersebut adalah
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, model dan strategi pembelajaran,
media dan evaluasi. Semua hal tersebut merupakan satu komponen agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Pembelajaran tidak hanya terbatas dalam ruang saja, belajar dapat dilakukan
dimana saja, sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku,
pembudayaan dan pembiasaan yang baik, belajar di kelas atau di sekolah, karena
diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan,
untuk membelajarkan peserta didik.
Definisi diatas terkandung makna bahwa peserta didik tidak dilihat sebagai obyek
yang pasif, tetapi lebih dilihat sebagai subyek yang sedang belajar atau mengembangkan
potensinya. Setiap proses pembelajaran, membelajarkan merupakan suatu kegiatan yang
memerlukan keterampilan profesional yang harus dikerjakan atau dimiliki oleh guru
karena proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang disengaja diciptakan dengan
tujuan untuk merubah sikap dan perilaku anak serta meningkatkan pengetahuan dari tidak
tahu menjadi tahu.
Kurikulum pembelajaran PAI termasuk kurikulum nasional. Materi pelajarannya
yang banyak kerap kali menimbulkan masalah ditambah dengan alokasi waktu yang tidak
cukup untuk menyampaikan submateri pelajaran PAI dengan demikian dibuatlah mata
pelajaran baru yang menginduk pada kurikulum pembelajaran PAI yang disebut mulok
PAI.
Muatan Lokal atau mulok merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah, yang materinya tidak sesuai jika digabungkan dengan materi mata pelajaran lain
dan atau materinya terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.20
Pendidikan menurut Sir God Frey Thomson dalam A Modern Philosophy of
Education dijelaskan bahwa “by education means thein fluence of environment upon the
individual to produce a permanent change in his habits behavior, thought, and attitude.
Yang dimaksud dengan pendidikan adalah hasil pengaruh lingkungan terhadap individu
untuk menghasilkan perubahan yang bersifat permanen di dalam kebiasaan, tingkah laku,
pemikiran dan sikap.21
Pengertian Pendidikan agama Islam dapat didefinisikan sebagai berikut:
a. Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan
agama islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan / atau latihan dengan
memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan
antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.22
b. Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran
manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam, dengan
maksud merealisasikan tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat.23
Berdasarkan pengertian pembelajaran mulok PAI tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran mulok PAI adalah proses penyampaian materi atau
pengalaman nilai ajaran Islam sebagaimana tersusun secara sistematis dalam ilmu-
ilmu keislaman kepada peserta didik yang beragama Islam agar kelak mereka
menjadi manusia yang bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam yang disesuaikan
dengan adat dan tradisi keislaman di daerah setempat.
20 Badan Standar Nasional Pendidikan, ( Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah : 2006.) hlm.10. 21 Sir God Frey Thomson, A Modern Philosophy of Education, (London: 1957), hlm.19 22 Muhaimin, Paradigma, hlm. 7. 23 Abdurrahman an-Nahlawi, “Ushulut Tarbiyatul Isamiyah wa Asalibuha”, terj. Herry
Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metod Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung : CV. Diponegoro, 1989), hlm. 49.
12
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Dari berbagai macam definisi belajar, dapat dituliskan berbagai macam prinsip-
prinsip belajar :
a. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yangdipelajarinya.24
Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta
kondisi fisik sudah cukup matang untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan
rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk dapat mengikuti
kegiatan belajar.
b. Memiliki kesiapan
Kesiapan merupakan hal yang dalam melakukan kegiatan belajar, yaitu
mempunyai kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik
meliputi kesiapan tenaga yang cukup, kesehatan yang baik. Kesiapan mental berupa
kesiapan minat, motivasi yang baik untuk melakukan kegiatan belajar.
c. Memahami tujuan
Orang yang mempelajari sesuatu harus memahami apa tujuan yang akan
diperoleh dan apa kegunaannya. Prinsip ini tidak kalah penting agar proses belajar
yang dilakukan cepat selesai dan berhasil dengan baik karena belajar tanpa adanya
tujuan akan menimbulkan kebingungan.
d. Memiliki kesungguhan
Kesungguhan harus tertanam dalam diri siswa, karena jika belajar tanpa
memiliki kesungguhan hasilnya tidak akan maksimal atau kurang memuaskan. Tapi
ketika siswa belajar dengan bersungguh-sungguh maka hasil yang dicapai akan
maksimal dan penggunaan waktu akan lebih efektif.
e. Ulangan dan latihan
Prinsip ini penting karena sesuatu yang di pelajari perlu diulang agar meresap
dalam otak, sehingga dapat dikuasai dengan maksimal dan sulit dilupakan.
Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan.25
24 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), hlm.51. 25 M. Dalyono, Psikologi, hlm.54.
13
Dalam bukunya Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi
PAIKEM disebutkan prinsip-prinsip belajar yang berbeda dari yang diatas. Adapun
prinsip-prinsip belajar yaitu :
a. Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar
memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.
2) Kontinu atau berkisinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap
7) Betujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
b. Belajar merupakan proses.
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
Belajar adalah proses sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar
merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.
c. Belajar merupakan bentuk pengalaman.
Pengalaman-pengalamam pada dasarnya adalah hasil dari interaksi peserta
didik dengan lingkungannya. 26
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Belajar merupakan hal yang kompleks. Apabila ini dikaitkan dengan hasil belajar
siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor– faktor yang
mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari
luar dan faktor instrumen.
Faktor dari dalam yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dari
siswa yang sedang belajar. Faktor-fakor ini meliputi:
a. Fisiologis, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. Anak
yang segar jasmaninya akan lebih mudah proses belajarnya. Anak-anak yang tidak
26 Agus Supriyono, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hlm.4-5.
14
kekurangan gizi, kondisi panca indra yang baik akan memudahkan anak dalam proses
belajar.
b. Psikologis, yaitu beberapa faktor psikologis utama yang dapa tmempengaruhi proses
dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat,minat, motivasi, emosi dan kemampuan
kognitif.
Faktor dari luar yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor-faktor ini meliputi :
a. Lingkungan alami
Lingkungan alami yaitu faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar misalnya
keadaan udara, cuaca, waktu, tempat atau gedungnya, alat-alat yang dipakai untuk
belajar seperti alat-alat pelajaran.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial di sini adalah manusia atau sesama manusia,baik manusia itu ada
ataupun tidak langsung hadir. Kehadiran orang lain pada waktu sedang belajar, sering
kali mengganggu aktivitas belajar.
Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang
sesuai dengan hasil yang diharapkan. Faktor instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur
program, sarana dan prasarana, serta guru.27
4. Teori Belajar
Ada banyak teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip-prinsip sendiri
tentang belajar yang mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan
pembelajaran.
Teori– teori pembelajaran menurut Sukmadinata bersumber dari teori atau aliran
aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologis teori disiplin
mental, behaviorisme dan kognitif gestalt field.
a. Teori belajar disiplin mental
Menurut rumpun psikologi ini peserta didik memiliki kemampuan, atau
potensi tertentu. Pembiasaan adalah pengembangan dari kekuatan–kekuatan potensi
tersebut. Tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
27 Ummul Murtafiah Hasan , “Belajar dan Motivasinya”, dalam
http://heritl.blogspot.com/2007/12/belajar-dan-motivasinya.html, diakses 10 April 2011.
15
b. Teori belajar behaviorisme
Rumpun teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku
atau tingkah laku yang dapat diamati. Tingkah laku yang baik diperoleh dari
pembiasaan yang baik.
c. Teori belajar kognitif gestalt field
Rumpun ketiga adalah kognitif gestalt field. Kalau rumpun bahviorisme
bersifat molekular (menekankan tingkah laku atau perilaku), maka rumpun ini
bersifat molar atau bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif,
dikembangkan oleh para ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan
behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan peserta didik adalah mengetahui.28
5. Pembelajaran PAI
a. Unsur-unsur Pembelajaran PAI
Pembelajaran menurut D. Sudjana S adalah upaya yang sistematik dan
disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan tersebut terjadi interaksi edukatif antara
dua pihak yaitu antara peserta didik yang melakukan kegiatan belajar dengan
pendidik yang melakukan kegiatan membelajarkan.29
Definisi Pendidikan Agama Islam anggapan sementara yang masih dijumpai
dewasa ini masih rancu dengan pengertian pendidikan Islam. Agar lebih jelas dalam
memahami pendidikan Islam dan pendidikan agama Islam maka secara berurutan
akan dikemukakan tentang pengertian pendidikan Islam baru kemudian mengarah
pada pengertian pendidikan agama Islam.
Pendidikan agama Islam adalah lebih mengarahkan hal yang kongkrit dan
operasional, yaitu usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Pengertian pendidikan menurut Islam sangat komplek, mengingat begitu
kompleksnya risalah Islamiyah sebagai materi, dan dilihat dari aspek waktu
pelaksanaan pendidikan Islam tidak terikat pada pendidikan sekolah. Sebenarnya
yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada pada dirinya
28 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), hlm. 107. 29 D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah
Production, 2001), hlm. 8.
16
menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma-norma
Islam.30
Pengertian di atas jelas sekali bahwa pendidikan agama Islam dalam
pelaksanaannya lebih menekankan pada hal-hal yang konkrit dan operasional seperti
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaranajaran agama (ibadah) dalam
kehidupan sehari-hari bagi peserta didik.
Bila dikaitkan dengan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam formal
maka yang disebut dengan pendidikan agama Islam hanya terbatas pada bidang-
bidang studi agama. Seperti Alquran hadis, fiqh, tafsir dan lainnya. Bidang studi
tersebut di sekolah umum (SMU dan SMP) dijadikan satu dalam bidang
studi/pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PAI
a. Tujuan
Tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam,
sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.31
Tujuan pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi yaitu untuk
mendidik warga negara mu’min dan masyarakat muslim agar dapat merealisasikan
ubudiyah kepada Allah dan menanamkan pada anak untuk saling menolong, bahu-
membahu atau mencintai sesama.32
Tujuan pendidikan agama Islam menurut Chabib Thoha yaitu, untuk
mencapai hidup muslim, yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai
makhluk Allah SWT, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi manusia
yang berakhlak mulia dan beribadah kepadanya.33
Tujuan ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Adz- Dzaariyaat
ayat 56 :
عبدون ات (وما خلقت الجن واالنس اال ل )56: الذار
30 Achmadi, Bahan Kuliah Pendidikan Agama Islam, (Semarang: Aditiya Media dan
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembahKu “ 34 (Q.S.adz-Dzaariyaat/51:56)
Harapan dari terlaksananya pembelajaran PAI siswa dapat tumbuh dan
berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, beribadah dan takwa kepada
Allah. Selain itu dengan pendidikan agama Islam diharapkan mampu menciptakan
hubungan yang harmonis antara sesama manusia baik yang seagama (sesama
muslim) ataupun yang tidak seagama, serta dalam berbangsa dan bernegara
sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan.
b. Ruang lingkup dan Materi Pelajaran PAI
Dalam GBPP PAI dijelaskan bahwa ruang lingkup PAI meliputi
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara :
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
2) Hubungan manusia dengan sesama manusia
3) Hubungan manusia dengan dirinya
4) Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan35
Adapun ruang lingkup materi pelajaran pendidikan agama Islam meliputi
tujuh unsur pokok yaitu Alquran dan hadis, keimanan, syari’ah, ibadah, muamalah,
akhlak dan tarikh.
Alquran merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan sumber
akidah, syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga berada pada tiap unsur
tersebut.36
Keimanan atau akidah merupakan akar atau pokok agama. Iman berarti
percaya. Pengajaran keimanan berarti belajar mengajar tentang berbagai aspek
kepercayaan. Ajaran pokok pengajaran keimanan meliputi rukun iman yang enam,
yaitu percaya pada Allah, rasul, malaikat, kitab, hari akhir dan qodho’ qodar.
Syari’ah merupakan sistem norma atau aturan yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan makhluk lain. Dalam hubungannya
dengan tuhan diatur dalam ibadah dan hubungan dengan sesama manusia diatur dalam
muamalah.
34 Soenarjo, (eds.), Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Intermasa ,1985), hlm. 862. 35 Marasuddin Siregar “Pengelolaan Pengajaran : Suatu Dinamika Profesi Keguruan”,
dalam Chabib Thoha (eds.), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998), hlm. 183.
36 Muhaimin., Paradigma., hlm. 80.
18
Ibadah merupakan bentuk pengabdian yang ditujukan kepada Allah yang
diawali dengan niat. Bentuk pengabdiannya seperti sholat, zakat, puasa, bersedekah,
membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan lain-lain. Sedangkan muamalah
merupakan aspek yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, contohnya jual
beli.
Unsur pokok akhlak merupakan aspek hidup atau kepribadian hidup manusia,
dalam arti hubungan dengan Tuhan dan manusia lain menjadi sikap hidup pribadi
manusia. Akhlak merupakan bentuk batin seseorang. Dan dilihat dari segi nilai bentuk
batin ada yang baik dan jahat ada yang terpuji dan tercela.37
Unsur yang lain yaitu tarikh (sejarah kebudayaan) Islam. Tarikh merupakan
sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam dari
masa ke masa dalam usaha bersyari’ah (beribadah dan muamalah) dan berakhlak serta
dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh aqidah.
Pada tingkat sekolah dasar, pembelajaran PAI ditekankan pada unsur pokok
Alquran, keimanan, ibadah dan akhlak. Sedangkan pada tingkat pertama dan
menengah, selain empat unsur di atas maka unsur syari’ah dan tarikh dimasukkan
pula.
C. Model Tsaqofah
1. Pengertian “Tsaqofah”
Secara teknis, tsaqofah merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui model
pemberitahuan (al-ikhbâr), penyampaian transmisional (at-talaqqi), dan penyimpulan dari
pemikiran (istinbâth) serta pembiasaan. Contohnya adalah sejarah, bahasa, hukum,
filsafat, al-Qur’an hadis, fikih dan segala pengetahuan non-eksperimental lainnya. Model
tsaqofah ini kebanyakan orang menyebutnya dengan model pembiasaan.
Model merupakan suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan serta teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan
dari suatu materi tertentu.
37 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hlm. 68.
19
Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan, maka model memiliki arti prosedur
yang dipergunakan seorang pendidik dalam melaksanakan tugas kependidikannya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.38
Dengan demikian setiap pendidik dan tenaga kependidikan haruslah mengerti
mengenai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini sangat dianjurkan sebab tujuan itulah
yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah dalam menjalankan fungsinya sebagai
guru. Disamping menjadi sasaran dan menjadi pengarah, tujuan pendidikan dan
pengajaran juga berfungsi sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentu alat-alat (termasuk
metode) yang akan digunakan dalam mengajarnya.39
Menurut ustadz Ngirfani, S.PdI selaku guru pengampu mata pelajaran mulok PAI
menjelaskan bahwa model tsaqofah merupakan model pelaksanaan mata pelajaran
muatan lokal di SMK Cut Nya’ Dien Semarang dimana perencanaan dan pelaksanaan
Pendidikan Agama Islam diwujudkan melalui metode pembiasaan yang mana Aqidah
Islamiyyah merupakan sebab dalam pembahasannya sehingga peserta didik akan
membudayakan atau membiasakan dengan sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-
hari.
Model pembiasaan itu sendiri menurut para ahi pendidikan sebagai berikut:
a. Menurut Abdullah Nasih ‘Ulwan, “model pembiasaan adalah cara atau upaya praktis
dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak.40
b. Menurut Ramayulis, “model pembiasaan merupakan cara untuk menciptakan suatu
kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi peserta didik.41
c. Menurut Armai Arief, “model pembiasaan suatu cara yang dapat dilakukan untuk
membiasakan peserta didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan
ajaran agama Islam.42
Menurut Dr. Ahmad Tafsir, pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,
walau ada kritik untuk menyadari model ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk
menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, pembiasaan ini harus
mengarah pada pembiasaan yang baik. Perlu disadari oleh guru yang mengajar berulang-
38 Al-rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Histories, Teoritis dan Praktis, Filsafat
Pendidikan Islam, ( Ciputat : Ciputat Press, 2005), hlm.65-66 39 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Solo : Ramdhani, 1993 ), hlm.70 40 Abdullah Nasih ‘Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur
Hakim, Pendidikan Anak Menurut Islam, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992 ), hlm. 60 41 Ramayulis, Metodologi, hlm.110
20
ulang, sekalipun hanya dilakukan main-main akan mempengaruhi peserta didik untuk
membiasakan perilaku itu.43 Dengan model tsaqofah ini dimaksudkan bahwa seorang guru
dapat mengarahkan serta mempengaruhi siswa dalam membiasakan perilaku terpuji
menurut ajaran Islam secara terus menerus.
Dan akhlak itu sendiri menurut imam ghazali sebagaimana yang termaktub dalam
kitab Ihya’ Ulum Ad-Din :
سرمن ولة و ا تصدراال فعال بس ئة فى النفس راسخة عن ª فالخلق عبا رة عن
رحاجة الى فكر ورؤي 44.ةغ
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
Adapun dalam terjemahan dalam bahasa inggris oleh Constantine K Zurayk yang
berjudul “The Refinement Of Character” yaitu “ This state is two kind. One kinds is
natural and originates in the tempherament. The other kinds is that which is acquirid by
habit and self training”.45 Artinya keadaan ini ada dua macam yang pertama adalah
sifatnya alamiah dan berasal dari emosi (keadaan jiwa) dan yang kedua adalah di
pengaruhi oleh kebiasaan dan latihan diri sendiri.
Inti model tsaqofah ini sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu
yang dilaksanakan atau diucapkan oleh seseorang. Misalnya peserta didik dibiasakan
membaca asmaul khusna sebelum proses pembelajaran dimulai agar ilmu yang didapat
bermanfaat dan bisa diserap oleh peserta didik dengan baik. Hampir semua ahli
pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya
pendidikan.
Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Islam
memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembelajaran yang baik, maka semua
yang baik diubah menjadi kebiasaan.46
43 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 1992), Cet. I, hlm. 144-145 44 Abu Hamid Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, (Beirut : Dar Al-Kutub,
1989), Jilid III, hlm. 58 45 Constantine K Zurayk, The Refinement Of Characte, (Beirut : American University,
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara
dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview
guide (panduan wawancara)
Wawancara ini dilakukan untuk menggali data yang berkaitan dengan
pelaksanaan model tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Metode ini digunakan
untuk mendukung metode observasi dan dokumentasi dalam menggali data dan meminta
pertimbangan serta masukan dari berbagai pihak. Adapun responden yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan pendidikan sebagai fokus penelitian, yaitu Bapak Syamsul
Bari,S.Pd. selaku kepala sekolah SMK Cut Nya’ Dien Semarang, Bapak Nur Huda S.Pd.I
selaku guru mata pelajaran PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang, dan Bapak Irfani,
S.Ag. selaku guru pemegang pembelajaran tsaqofah sekarang ini, serta Bapak
Muhammad Suparjo, S.Ag. selaku waka kesiswaan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu metode pencarian data dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, transkip, dokumen, gambar
(foto) dan sebagainya.69
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data-data pelaksanaan
model tsaqofah yang tidak diperoleh dari data-data wawancara atau observasi serta
mengabadikannya bisa dalam bentuk gambar foto. Metode ini digunakan untuk
melengkapi metode pengumpulan data yang pertama dan kedua. Metode dokumentasi ini
berupa foto-foto pelaksanaan model tsaqofah, recording, buku-buku dan lain sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data nerupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti
tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.70
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tehnik deskriptif analitik, yaitu
69. Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta:Gajah Mada
Uneversity Press,1998), hlm.133
70. Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta:Rake Saras, 1996), Ed. III,
hlm.104
32
data yang diperoleh tidak dianalisa menggunakan rumus statistika, namun data tersebut
dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita yang ada di
lapangan. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam
bentuk uraian naratif. Uraian pemaparan harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu
kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga
urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya.71
Jadi analisis ini peneliti gunakan untuk menganalisa tentang implementasi model
tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
71. Nana Sudjana,dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:Sinar
Baru, 1989), hlm.197-198
33
BAB IV
IMPLEMENTASI MODEL TSAQOFAH DALAM PEMBELAJARAN
MULOK PAI DI SMK CUT NYA’ DIEN SEMARANG
A. Gambaran Umum SMK Cut Nya’ Dien Semarang
1. Tinjauan Historis
SMK Cut Nya’ Dien beralamatkan di Jl. Wolter Monginsidi No. 99
Kecamatan Genuk berdekatan dengan SMAN 10, MAN 2, SMKN 1, SMA Sultan
Agung 2, SMK Kanisius, SMK Thomas Aquino, dan MAS Genuk Kota
Semarang. Lokasinya tidak jauh dari Terminal Terboyo sehingga terdapat
kemudahan transportasi untuk menuju ke sekolah ini.
SMK Cut Nya’ Dien Kota Semarang adalah lembaga pendidikan kejuruan
menengah di bawah Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah. Yayasan Al
Mukarromah sejak tahun pendiriannya sampai sekarang telah mengelola sekolah
dari tingkat kanak-kanak sampai sekolah menengah umum dan kejuruan, dimana
setiap jajaran sekolah yang dinaunginya secara umum memiliki kekhasan watak
dan warna Islam.
Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah Kota Semarang berdiri tahun
1995 dan disahkan sebagai badan hukum oleh Notaris Mustari Sawilin, SH, pada
tanggal 24 Nopember 1995. Pada kesempatan itu, di hadapan notaris Mustari
Sawilin, SH disertai oleh keempat orang yang merupakan petinggi dari Yayasan
Pendidikan Islam Al Mukarromah, antara lain H. DA. Junus Ismail, Sumiharto
Saputro, Ikhsanuddin, dan H. Ashari.
Belum berselang satu tahun, SMK Cut Nya’ Dien Kota Semarang telah
memperoleh pengesahan dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah. Empat tahun kemudian, yaitu di tahun
1999/2000 status telah berubah menjadi diakui, dan pada tahun 2004/2005
berstatus terakreditasi A, berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Sekolah
Nasional tertanggal 31 Maret 2005.
Tanah yang dipakai untuk menyelenggarakan proses pendidikan tersebut
adalah tanah wakaf dengan akta notaris tertanggal 28 Maret 1986 dengan akte no.
34
133 tahun 1996. Tanah tersebut ditempati untuk beberapa sarana dengan perincian
luas bangunan 1224 m2, luas kebun 2500 m2, luas lapangan olahraga 500 m2,
luas tanah kosong 2196 m2 rencana tanah kosong ini akan dibangun gedung baru
untuk penambahan kelas pada jurusan tata busana.
Bangunan SMK Cut Nya’ Dien menghadap ke utara dan membentuk huruf
U. Bangunan tersebut memiliki spesifikasi sebagai dinding tembok, atap dengan
genting biasa lengkap dengan ternitnya, lantai terbuat dari keramik dengan warna
putih, gedung sekolah berlantai tiga. Saat observasi berlangsung halaman
belakang sekolah dalam tahap pembangunan gedung dan lapangan olahraga baru.
Pusat kegiatan SMK Cut Nya’ Dien terletak di bangunan berlantai tiganya karena
di sinilah proses belajar mengajar berlangsung. Lantai yang pertama terdapat
ruang guru, ruang BK, ruang TU, ruang kelas X (TB 1,TB 2,AD),kelas
XII(KU1,KU2,TN,TB 1,TB 2), XI(TB) dan laboratorium Tata Busana. Lantai
kedua terdapat perpustakaan, ruang kelas XII (AD 1, AD 2), kelas XI (TN,AD1
dan AD2),2 laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa. Lantai ketiga
terdapat laboratorium (Akuntansi, Administrasi, dan Manajemen Bisnis), ruang
kelas X ( KU 1, KU 2, dan TN), XI(KU 1,dan KU 2). Denah SMK Cut Nya’ Dien
secara umum dapat dilihat di lampiran 1.72
2. Visi dan Misi
Yayasan Pendidikan Islam Al Mukarromah yang mengelola SMK Cut
Nya’ Dien Semarang mempunyai visi mewujudkan lembaga pendidikan dan
pelatihan untuk membentuk manusia yang cerdas, terampil, berwawasan luas serta
berakhlakul karimah. Untuk mencapai visi tersebut dengan cara mengembangkan
sistem pendidikan menengah kejuruan yang daptif, fleksibel, dan berwawasan
global, mengembangkan iklim belajar yang berakar pada norma dan nilai budaya
bangsa Indonesia yang agamis serta membekali siswa agar berkompetensi dan
mampu mengembangkan dirinya dalam era globalisasi. Lebih jelasnya lihat pada
daftar lampiran 2.
3. Keadaan Peserta didik, Guru, dan Karyawan
72 Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang
35
a. Keadaan Peserta Didik
Dari 19 kelas yang ada dengan jumlah siswa sebanyak 622 orang
dengan rincian 97 siswa putra dan 525 siswa putri. Kondisi mereka jauh
berbeda dengan sekolah-sekolah lain pada umumnya. Dari sekian banyak
karakter siswa yang ada, tampak sekali bahwa sebagian besar dari mereka
susah diatur. Meskipun di antara mereka ada yang memiliki prestasi yang
menonjol baik dari segi akademis maupun non akademis.
Hal tersebut mungkin karena mereka berasal dari latar belakang
keluarga yang hampir sama, yaitu dari golongan ekonomi menengah ke
bawah, jadi orientasi mereka masuk ke SMK pada akhirnya adalah untuk
membantu ekonomi keluarga. Sudah umum bahwa siswa SMK dididik untuk
siap kerja setelah lulus. Dan juga kondisi geografis dan lokasi tempat tinggal
mereka. Siswa SMK Cut Nya’ sebagian besar bermukim tidak jauh dari
sekolah. SMK Cut Nya’ Dien terletak di Semarang Utara. Wilayah yang
cukup panas apalagi Genuk maupun Demak merupakan wilayah pesisir.
b. Keadaan Guru dan Tenaga Administrasi
Guru merupakan salah satu faktor utama dalam kegiatan atau proses
belajar mengajar. Apalagi tenaga administrasi yang sangat dibutuhkan oleh
sekolah, karena dengan tenaga mereka roda organisasi sekolah akan berjalan
lancar. Maka dari itu kompetensi perlu ada dalam diri guru dan tenaga
adminitrasi. Guru dan tenaga administrasi yang dimiliki SMK Cut Nya’ Dien
sebanyak 38 orang. Terdiri atas 30 orang guru tetap dan tidak tetap serta
terdapat 8 orang tenaga administrasi. Daftar guru dan tenaga administrasi
dapat dilihat di lampiran no 3. 73
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen integral yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh
73 Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang
36
informasi keefektifan proses pembelajaran dan hasil dari kegiatan pembelajaran
yan telah di sampaikan.74
Proses evaluasi di SMK Cut Nya’ Dien dilakukan melalui pengamatan
secara kontinyu, setiap saat siswa akan melakukan kegiatan belajar untuk dilihat
kemampuannya. Misalnya kedisiplinan siswa dalam mengikuti upacara yang
diadakan pada setiap awal bulan, kebiasaan siswa untuk berdo’a setiap masuk
kelas, dan kediplinan mereka dalam melaksanakan sholat.
Selain itu guru juga mengadakan wawancara dengan orang tua akan
perilaku anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Apakah apa yang
diajarkan dan dibiasakan di sekolah juga di lakukan di rumah dalam kehidupan
mereka sehari-hari atau sama sekali tidak di amalkan dalam kehidupan.
B. Materi Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
Kurikulum merupakan seperangkat dan pengaturan mengenai isi bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan
aktivitas belajar mengajar.
Kurikulum dipandang program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya, kedudukan
kurikulum dalam aktivitas belajar mengajar sangat krusial. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19.
Dalam hal ini, SMK Cut Nya’ Dien Semarang menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di mana dalam pelaksanaannya dalam
pembelajaran diserasikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini juga sesuai
dengan perkembangan kurikulum di dunia pendidikan kita. KTSP tersebut disusun
berdasarkan Standar Kompetensi yang telah ditentukan oleh Departemen
pendidikan Nasional, berdasarkan kompetensi guru dan peserta didik dalam
mengembangkan ilmu (pelajaran).
Adapun deskripsi tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), terkait dengan unsur-unsur pokok dalam Pendidikan
Agama Islam (PAI) tersebut, adalah sebagai berikut75 :
74 Dimyati dan Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 2006), hlm.
190.
37
1. Aqidah
Aqidah atau keimanan merupakan salah satu unsur wajib dalam kurikulum
PAI. Pada tingkat SMK, unsur pokok keimanan, penekanan diberikan pada
peningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam
Asmaul Husna dan Meningkatkan keimanan kepada Malaikat. Adapun deskripsi
tentang materi keimanan dalam pelajaran PAI adalah sebagai berikut:
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi aqidah lebih kepada pemahaman
tentang asma’ul husna mulai dari menjelaskan, memahami dan mempraktikan
perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul
Husna.
Pada semester kedua/genap materi aqidah menjelaskan tentang
pemahaman untuk mengetahui dan menyakini sifat-sifat malaikat Allah SWT.
b. Kelas XI
Pada semester pertama/ganjil materi aqidah tentang meningkatkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah yaitu menjelaskan tanda –tanda beriman,
menjelaskan contohberiman serta menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan seharihari.
Semester dua /genap materi aqidah tantang meningkatkan keimanan
kepada Kitab-kitab Allah, yaitu ; menampilkan perilaku dan menerapkan
hikmah beriman kepada Kitab-kitabAllah
c. Kelas XII
Semester pertama materi aqidah tentang meningkatkan keimanan
kepada Hari Akhir yaitu : menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap Hari Akhir serta menerapkan hikmah beriman kepada hari
akahir.
Semester dua/ genap materi aqidah tentang meningkatkan keimanan
kepada Qadha’ dan Qadar yaitu : Menjelaskan tandatanda keimanan kepada
qadha’ dan qadar dan menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar.
75 Silabus mata pelajaran PAI SMK Cut Nya’ Dien Semarang kelas X, XI dan XII
38
2. Akhlak
Materi aklhak pada kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMK sama
dengan yang ada di SMA, ditekankan tidak hanya sebagai sekupulan aturan
tentang budi pekerti, akan tetapi akhlak sebagai kepribadian muslim. Oleh karena
itu, materi kurikulum selain membicarakan adab, maka yang lebih penting adalah
mengenai kualitas kepribadian yaitu sifa-sifat terpuji seperti husnudhon,
berperilaku sopan dan sebagainya.
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi akhlak menerangkan pembiasakan
Perilaku terpuji mulai dari pengertian husnuddzon, dan mempraktikkan sifat-
sifat husnuddzon dalam keseharian.
Sedangkan semseter dua/genap materi aklhlak masih pada pembahasan
perilaku terpuji dengan materi pengertian adab dalamn berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan atau menerrima tamu serta dapat memahami
sekaligus mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kelas XI
Semester pertama membiasakan berperilksu terpuji yaitu mejelaskan
pengertian, menampilkan contoh serta membiasakan perilaku bertaubat dan
raja’ dalam kehidupan sehari-hari.
Semester genap materi ini meningkatkan keimanan kepad kitab-kitab
Allah yaitu menampilkann perilaku yang mencerminkan iman kepada kitab-
kitab Allah serta menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kotab Allah.
c. Kelas XII
Semester pertama/ganjil materi akhlak tentang membiasakan perilaku
terpuji yaitu ; menjelaskan pengertian, menampilkan contoh serta
membiasakan perilaku adil, ridha, dan amal shaleh dalam kehidupan sehari-
hari.
Semester dua/genap materi akhlak tentang membiasakan perilaku
terpuji dan menghindari perilaku tercela yaitu: menjelaskan pengertian,
menampilkan contoh serta membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan
dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan pengertian, menjelaskan contoh
39
serta menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Fikih
Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk kepentingan
hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan oleh Nabi kita Muhammad
SAW, baik berkenaan dengan perbuatan lahir manusia yang disebut amaliah
praktis dan kemudian disusun menjadi ilmu fiqh. Adapun deskripsi tentang materi
syari’ah dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah sebagai berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi fiqih terkait dengan sumber
hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah yaitu tentang pengertian,
kedudukan dan fungsi Al Qur’an, Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
hukum Islam, sekaligus memahami dan mempraktikkan dalam kehidupannya.
Semester kedua/genap materi fiqih terkait dengan memahami hukum
Islam tentang zakat, haji dan wakaf yaitu menjelaskan, mencontohkan dan
menerapkan ketentuan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, haji
dan wakaf
b. Kelas XI
Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hokum Islam
tentang Mu’amalah yaitu ; menjelaskan asas-asas trnsaksi, memberikan contoh
dan menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Semester dua/genap materi fiqih tentang memahami khutbah, tabligh
dan dakwah yaitu ; menjelaskan pengertian, menjelasakan tata cara dan
memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah.
c. Kelas XII
Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hokum Islam
tentang Hukum Keluarga yaitu ; menjelaskan hukum,hikmah dan menjelaskan
ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia.
40
Semester dua /genap materi fiqih tentang memahami hokum Islam
tentang Waris yaitu : memnjelaskan ketentuan-ketentuan dan Menjelaskan
contoh pelaksanaan hukum waris
4. Al-Qur’an Hadis
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia,
khususnya umat Islam, dan merupakan sumber hukum Islam yang pertama. Oieh
karena itu, al-Qur’an ini perlu dimasukkan sebagai salah satu unsur pokok dalam
bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun materi dalam alqur’an
sebagaimana berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi alqur’an yaitu ; memahami ayat-
ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam beribadah seperti membaca dan
menulis QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5 serta mengartikan ayat-
ayat dan menampilkan perilkau ikhlas dalam beribadah.
Semester dua/ genap materi alqur’an yaitu ; Memahami ayat-ayat Al-
Qur’an tentang Demokrasi yang meliputi membaca dan menulis QS Ali
Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38 serta mengartikan ayat-ayat dan
menampilkan perilaku hidup demokratis.
b. Kelas XI
Semester pertama / ganjil materi al qur’an tentang memahami ayat-
ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan dan perintah menyantuni
kaum dhuafa yaitu terkait dengan membaca menulis,mengartikan serta
menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam
QS Al Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32 dan membaca, menjelaskan artiserta
menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti terkandung dalam QS
Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177.
Semester kedua /genap materi al qur’an tentang memahami ayat-ayat
Al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian lingkungan hidup yaitu ;
membaca, menjelaskan arti dan membiasakan perilaku menjaga kelestarian
lingkungan hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-
A’raf:56-58, dan QS Ash Shad: 27
41
c. Kelas XII
Semester pertama /ganjil materi al Qur’an tentang memahami ayat-
ayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi yaitu : membaca, menulis
menjelaskan arti dan membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung
dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29.
Semester dua / genap materi al qur’an tentang memahami ayat-ayat al
Quran tentang pengembangan IPTEK yaitu ; membaca, menjelaskan arti dan
melakukan pengembangan iptek seperti terkandung dalam QS Yunus: 101 dan
QS Al-Baqarah: 164
5. Sejarah Kebudayaan Islam
Tarikh merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama.
Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), tarikh merupakan salah satu materi atau unsur pokok dari kurikulum PAI
tersebut. Materi tarikh atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum PAI dengan
harapan sebagai pemberi petunjuk dan suri tauladan yang utama dari tingkah laku
manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosialnya.
Adapun materi tarikh dan kebudayaan islam sebagaimana berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ ganjil dan dua/genap materi tarikh dan
kebudayaan islam tentang memahami keteladanan Rasulullah dalam membina
umat periode Makkah yaitu ; menceritakan dan mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah
b. Kelas XI
Semester pertama/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam tentang
memahami perkembangan Islam pada abad pertengahan ( 1250 –1800) yaitu ;
menjelaskan dan menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada
abad pertengahan.
Sedangkan semester dua/genap materi tarikh dan kebudayaan islam
tentang memahami perkembangan Islam pada masa modern (1800 – sekarang)
yaitu : menjelaskan dan Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam
masa modern.
42
c. Kelas XII
Semester satu/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam tentang
memahami perkembangan Islam di Indonesia yaitu : menjelaskan
menampilkan contoh dan Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di
Indonesia.
Semester dua/genap materi tarikh dan kebudayaan islam tentang
memahami perkembangan Islam di dunia yaitu : menjelaskan, menampilkan
contoh dan mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia.
Adapun materi-materi yang yang dikembangkan dalam proses
pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang pada kelas X sampai
dengan kelas XII adalah mengacu pada kurikulum pembelajaran PAI yaitu
sebagai berikut :
1. Aqidah
Aqidah atau keimanan merupakan salah satu unsur wajib dalam kurikulum
mulok PAI. Unsur pokok keimanan, penekanan diberikan pada peningkatkan
keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna
dan Meningkatkan keimanan kepada Malaikat.
2. Akhlak
Materi akhlak ditekankan tidak hanya sebagai sekumpulan aturan tentang
budi pekerti, akan tetapi akhlak sebagai kepribadian muslim. Materi kurikulum
selain membicarakan adab, maka yang lebih penting adalah mengenai kualitas
kepribadian yaitu sifat-sifat terpuji seperti khusnudhon, berperilaku sopan dan
sebagainya.
3. Fikih
Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk kepentingan
hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan oleh nabi Muhammad saw,
baik berkenaan dengan perbuatan lahir manusia yang disebut amaliah praktis dan
kemudian disusun menjadi ilmu fiqh.
4. Alquran Hadis
Alquran merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi manusia,
khususnya umat Islam, dan merupakan sumber hukum Islam yang pertama.
43
Alquran ini perlu dimasukkan sebagai salah satu unsur pokok dalam bidang
mulok PAI.
5. Sejarah Kebudayaan Islam
Tarikh merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama.
Tarikh merupakan salah satu materi atau unsur pokok dari kurikulum PAI
tersebut. Materi tarikh atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum mulok PAI
dengan harapan sebagai pemberi petunjuk dan contoh yang baik yang utama dari
tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosialnya.76 Lebih jelasnya lihat pada lampiran 4 tentang materi
kurikulum mulok PAI.
Tujuan dari semua materi yang akan diajarkan ini tidak akan tercapai jika
tidak ada model yang sesuai dalam proses pembelajarannya, sehingga pelajaran
itu tidak sebatas peyampaian pada peserta didik tapi materi-materi yang diajarkan
itu dapat terekam dan di laksanakan dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
Perlu adanya model yang sesuai dengan materi yang akan di ajarkan yaitu model
tsaqofah.
Materi-materi yang dikembangkan diatas untuk materi pokoknya mengacu
pada Peraturan Menteri Agama no 2 tahun 2008 yang telah di tentukan, kemudian
di buat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Sedangkan untuk materi
tambahannya sebagaimana yang telah ada di kurikulum yang telah ditentukan oleh
komite sekolah dan guru-guru.77 RPP untuk lebih jelasnya lihat lampiran 5
C. Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK
Cut Nya’ Dien Semarang
1. Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI
Dalam proses belajar mengajar mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien
Semarang ini menggunakan model pembelajaran tsaqofah dengan pendekatan
pembiasaan. Pembelajaran melalui model tsaqofah ini tidak terbatas pada
76 Dokumen SMK Cut Nya’ Dien Semarang 77 Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011
44
penyampaian materi, tetapi lebih penting lagi pada daya rekam peserta didik
dalam ingatan sehingga materi itu dapat di terapkan dan di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian para guru dan kepala sekolah senantiasa berusaha
semaksimal mungkin melaksanakan kewajiban pendidikan kepada peserta didik
mereka, salah satunya berupa pembelajaran dengan pembiasaan dan
memperbanyak latihan. Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan tersebut
merupakan upaya untuk menginternalisasikan nilai-nilai budi pekerti yang baik
pada peserta didik
Maka disini peserta didik dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
secara biasa sehingga kegiatan-kegiatan tersebut mampu untuk membawa peserta
didik pada kebiasaan-kebiasaan yang positif dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Adapun kegiatan yang dibiasakan yaitu, membaca bacaan asmaul husna,
membaca doa belajar, membaca bacaan syahadat, membaca sholawat nariyyah,
membaca doa Syeikh Abdul Qodir Jailani, membaca ayat al-Qur’an beserta
artinya serta penjelasan oleh guru mengenai isi kandungan ayat yang telah dibaca.
Lebih jelasnya mengenai bacaan-bacaannya lihat pada lampiran 6.
2. Proses Pembelajaran Mulok PAI melalui Model Tsaqofa
Proses pembelajaran tsaqofah pada hari Rabu, tanggal 16 Februari 2011
sesuai dengan jadwal mata pelajaran semester genap di SMK Cut Nya’ Dien
Semarang tahun 2010/2011 di kelas XII KU2. Pelajaran tsaqofah ini di ampu oleh
guru mata pelajaran tsaqofah yaitu bapak Ngirfani, S.PdI dan di ikuti oleh 30
peserta didik yang kebanyakan didominasi peserta didik perempuan. Adapun
pelaksanaan pembelajaran tsaqofah dengan kode mata diklat Ts ini dimulai pada
jam ke IV yaitu pukul 09.15 WIB dan diakhiri dengan bunyi bel pada pukul 10.00
WIB. Adapun proses kegiatan pembelajarannya adalah :
a. Pra Kegiatan Belajar Mengajar
Pada pra kegiatan belajar mengajar ini sebelumnya guru mempersiapkan
RPP untuk materi yang akan dibahas pada pertemuan kali ini dari rumah. Bentuk
RPP untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran. Guru masuk ke kelas XII KU2
45
sambil mengucapkan salam “ Assalamu’alaikum” kemudian guru duduk di kursi
yang sudah disediakan sambil membuka buku absen dan menunjuk salah satu
peserta didik yang bernama Rizka Mardini yang kebetulan bertugas pada saat itu
untuk memimpin pembacaan asmaul husna, kemudian peserta didik yang lain
mengikuti membaca asmaul husna bersama-sama sehingga terdenggar alunan
syair asmaul husna dibaca dengan merdu.
Setelah asmaul husna selesai dibaca dilanjutkan dengan membaca
bersama-sama doa belajar kemudian sholawat nariyah, nadhoman doa syeikh
Abdul Qodir Jailani serta dilanjutkan dengan membaca ayat Alquran terusannya
kemarin yang telah dibaca sebelumnya, yaitu Q.S. Fushshilat/41: 41-42 beserta
arti terjemahannya. Kegiatan ini bertujuan agar siswa lancar dan mudah dalam
membaca Alquran dan mudah dalam menerima materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru. Setelah selesai membaca secara bersama-sama semua
bacaan dari asmaul husna sampai dengan membaca ayat suci Alquran guru
memeriksa kehadiran siswa, serta mengingatkan kembali mengenai materi
sebelumnya mengenai akhlak terpuji. Guru memotivasi siswa untuk
menyampaikan pentingnya akhlak terpuji pada kehidupan sehari-hari. Guru
menyampaikan materi yang akan dibahas pada hari ini mengenai sikap
menghormati dan menghargai agama lain. Alokasi waktu untuk pra kegiatan
belajar mengajar 15 menit.78
b. Inti Pembelajaran
Pada inti pembelajaran ini berisikan materi tsaqofah yang akan dibahas
pada hari ini mengenai membiasakan berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-
hari dalam menyikapi perayaan hari raya umat agama lain.
Dengan memadukan metode pembiasaan dikegiatan depan tadi dengan
metode diskusi kelompok guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil,
maksimal satu kelompok berisikan 5 murid, jadi terbentuklah 6 kelompok dalam
kelas XII KU2 itu, masing-masing kelompok menunjuk ketua dan sekretaris untuk
menjalankan diskusi pada kelompoknya, kelompok satu diketuai oleh Riska
78 Hasil Observasi tanggal 16 Februari 2011
46
Mardini, kelompok dua diketuai oleh Marini, kelompok tiga diketuai oleh Eko
Susilowati, kelompok empat diketuai oleh Siti Khomsatun, sedangkan kelompok
terakhir diketuain oleh Novalia. Kemudian guru memberikan soal pada siswa
untuk memecahkan masalah mengenai bagaimana cara menyikapi perayaan hari
raya agama lain dan perbedaan agama antar suku bangsa secara Indonesia Bineka
Tunggal Eka agar tidak terjadi kerusuhan seperti di Temanggung 2010 lalu.
Guru memastikan setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam
diskusi. Guru mempersilahkan siswa untuk membuat laporan dalam bentuk mini
laporan dan dipresentasikan dihari pertemuan berikutnya.
Guru melakukan penilaian pada peserta didik dengan melihat dari
keterlibatan peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam
proses pembelajaran, serta ketepatan untuk memecahkan masalah, kemampuan
untuk mengemukakan pendapat dan kemampuan untuk tanya jawab. Guru melihat
sejauh mana hasil yang telah dicapai dalam diskusi apakah siswa mampu
mengaplikasikan kedalam kehidupan nyata ataukah hanya mengerti sebatas teori
saja. Dari hasil diskusi pada hari ini banyak kelemahannya karena kurangnya
buku referensi dan bacaan siswa yang disediakan di perpustakaan SMK Cut Nya’
Dien Semarang membuat siswa kebingungan dalam hal mendiskusikan
permasalahannya. Alokasi waktu untuk kegiatan inti pembelajaran ini 20 menit.
c. Penutup
Guru melakukan klarifikasi, menyempurnakan kesimpulan dari siswa
dengan menampilkan dalil Alquran menghormati agama lain diperbolehkan
selama tata caranya tidak merubah akidah dan tidak mencampur adukan dengan
akidah agama lain, ini sesuai dengan dalil Alquran Q.S.al-Kafirun: 6
Berhubung bel sudah bunyi tepat pada pukul 10.00 pembelajaran tsaqofah
ini dicukupkan sampai disini, dengan ditutup oleh bapak Ngirfani, S.PdI dengan
kata “kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu’alaikum wr.wb” serentak siswa
menjawab salam dari bapak Ngirfani, S.PdI.79
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di SMK Cut Nya’ Dien yang di mulai
dari pra KBM ( Kegiatan Belajar mengajar ) sampai peserta didik pulang sekolah
79 Hasil Observasi tanggal 16 Februari 2011
47
yang dalam kesehariannya dilakukan dengan biasa dan konsisten inilah yan pada
akhirnya sebagai proses pembudayaan Islami pada peserta didik, dan
pembudayaan Islami ini dikatakan berhasil dalam menginternalisasikan nilai-nilai
akhlak mulia dengan melihat beberapa indikator di bawah ini :
1. Perilaku baik peserta didik itu tidak hanya di lakukan di sekolah namun juga
di lakukan di rumah. Ini juga yang didapat oleh guru sebagai hasil home visit
yang dilakukan pada setiap semester.
2. Peserta didik mampu cepat menghafal do’a-do’a karena do’a–do’a yang
diajarkan merupakan do’a sehari-hari yang diucapakan secara beulang-ulang
dan terbiasa.
3. Peserta didik mampu melaksanakan sholat sunah dhuha, sholat dhuhur secara
berjamaah, serta berpakaian rapi menutup aurat.80
4. Pengaruh hasil pembelajaran di sekolah yang menggunakan pendekatan
pembiasaan membawa dampak atau pengaruh yang besar pula ketika anak di
rumah, misalnya anak dapat berperilaku sopan santun, mandiri, mudah
diarahkan jika di rumah.81
Dari indikator diatas dapat di lihat bahwa pendekatan pembiasan berhasil
dalam menginternalisasikan akhlak mulia pada peserta didik, namun itu semua
tidak luput dari sebuah hambatan dalam proses penerapannya.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Model Tsaqofah
dalam Pembelajaran Mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
1. Faktor pendukung dalam implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran
mulok PAI
Implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di SMK Cut
Nya’ Dien Semarang ini dapat terlakasana dengan baik karena adanya faktor
pendukung, diantaranya :
a. Keluarga (khususnya orang tua) yang ikut berpartisipasi penuh dalam
memperhatikan anak untuk selalu melakukan pembiasaan di rumah maupun di
sekolah untuk mengimplementasikan pembiasaan yang baik. Keluarga yang
80 Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011. 81 Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
48
dimaksud disini adalah keluarga yang membantu pihak sekolah dalam
menginternalisasikan proses pembelajaran model tsaqofah mulia dengan
pembiasaan ketika anak di rumah.
b. Lingkungan. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku yang baik.
Misalkan lingkungan yang selalu mengedepankan pendidikan bagi anak sejak
dini dengan mengadakan adanya TPA atau TPQ. Rangsangan, motivasi dan
juga pemantauan dari guru secara intensif. Misalkan pemantauan guru dalam
setiap pelaksanaan kegiatan (ketika Sholat berjama’ah, makan, berdo’a,
wudhu’).82
2. Faktor penghambat dalam implementasi model tsaqofah dalam pembelajaran
mulok PAI
Selain itu penggunaan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di
SMK Cut Nya’ Dien Semarang juga mempunyai beberapa hambatan, yaitu:
a. Adanya kesulitan menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa
b. Ada kesulitan para siswa dalam mengubah kebiasaan mereka dari
pembelajaran yang dulunya hanya sekedar mendengar dan menerima
informasi (dengan metode ceramah) menjadi belajar dengan banyak berfikir
dan yang dulunya tidak terbiasa menjadi sebuah pembiasaan.
c. Banyak memerlukan sumber-sumber belajar lain, selain buku-buku pegangan
pelajaran PAI, yang kadang tidak ada di perpustakaan sekolah sehingga para
siswa kadang harus membeli atau meminjam di perpustakaan lain, yang
membutuhkan waktu lama dan membutuhkan biaya.
d. Ada diantara para siswa yang kesulitan memahami buku-buku ilmiah yang
belum mereka kuasai teori dan wacananya, padahal buku itu merupakan buku
penunjang untuk referensi pemecahan masalah.
82 Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
49
E. Analisis Implementasi Model Tsaqofah dalam Pembelajaran Mulok PAI
di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
Jika melihat kurikulum PAI sejak tahun 2008 kemarin yang telah berubah
dari kurikulum 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) disempurnakan
menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka penerapan model
tsaqofah sangat mendukung terhadap penguasaan kompetensi siswa dalam
pembelajaran bidang studi muatan lokal Pendidikan Agama Islam.
Pembelajaran efektif ditandai oleh sifatnya yang menekankan pada
pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran bukan sekedar memorasi
dan recall, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang
apa yang diajarkan (logos), tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa
yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan
dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh peserta didik (etos).
Pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah mampu
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menerapkan di
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini berupaya membiasakan peserta didik
untuk berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam
serta mampu mencapai tujuan pembelajaran. Pesrta didik di SMK Cut Nya’ Dien
mampu bersosialisasi kepada masyarakat yang berbeda agama dan dapat
memecahkan masalah yang ada dikehidupan mereka serta menerapkan kebiasaan
yang baik seperti yang telah diajarkan di sekolah kedalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip KTSP yaitu pembelajaran berpusat pada
peserta didik.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis
bagi peserta didik. Lebih dari itu, pembelajaran efektif menekankan pada
bagaimana agar peserta didik mampu belajar cara belajar (learning how to learn).
Melalui pembiasaan, pembelajaran di kelas menjadi sebuah aktifitas yang
menyenangkan peserta didik tidak merasa terbebani dan bosan dengan materi
yang diajarkan di SMK Cut Nya’ Dien Semarang.
Tujuan yang diharapkan dari tujuan awal diadakannya tsaqofah yaitu
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis
50
Alquran serta memiliki akhlak dan berbudi pekerti yang baik sesuai perintah
ajaran agama Islam, serta memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dan dibenarkan
oleh agama, adat, tradisi maupun negara, sehingga benar-benar tertanam dalam
diri peserta didik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan
dikemudian hari. Penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok PAI di
SMK Cut Nya’ Dien 80% dikatakan berhasil dengan bukti sebagian besar peserta
didiknya mampu membaca Alquran dengan baik dan benar serta memiliki budi
pekerti yang baik, hormat dan tunduk kepada orang yang lebih tua kalu di
sekolahan yaitu guru walau ada sebagian yang belum lancar cara membacanya
dan masih bandel juga ada.
Di sinilah pentingnya penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran
mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang. Penerapan model tsaqofah dalam
pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang merupakan sebagai
alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Tsaqofah disebut
sebagai alat motivasi ekstrinsik karena secara tidak langsung mampu
mendongkrak kebiasaan siswa yang awalnya kurang baik menjadi lebih baik lagi
serta memberikan energi semangat belajar yang didapat dari manfaat bacaan yang
mereka baca setiap harinya di sekolah yaitu asmaul husna, doa-doa, dan ayat
Alquran yang mereka baca. Alat motivasi ekstrinsik adalah metode berfungsi
sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang,
selain itu untuk menjadikan siswa mahir berkinerja dalam memecahkan masalah
dan membiasakan kegiatan yang sesuai ajaran Islam.
Telah penulis uraikan pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui
model tsaqofah pada pembahasan sebelumnya. Ternyata dalam praktek, model
pembelajaran tsaqofah ini kurang dapat sepenuhnya diterapkan secara maksimal
seperti yang ditargetkan dalam tujuan pembelajaran. Menurut penulis hal ini
dikarenakan penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran yang diterapkan
dipelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan masih dalam perjalanan proses yang membutuhkan penyempurnaan.
Proses penerapan model tsaqofah kedalam pembelajaran mulok PAI
membutuhkan penyempurnaan dan perlu ditingkatkan lagi karena melihat
51
penerapannya belum berhasil 100% masih ada sebagian peserta didik yang belum
bisa membaca Alquran dan akhlaknya masih kurang baik, hal ini mengingat
KTSP baru berlaku secara intensi tahun 2008 kemarin.
Persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran mulok PAI
melalui model tsaqofah di SMK Cut Nya’ Dien Semarang guru PAI telah
berupaya maksimal. Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah guru
sebagai fasilitator harus benar-benar menguasai materi, dalam pembuatan RPP
belum menggunakan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Ada beberapa hal yang kurang dikuasai oleh guru, seperti saat siswa
menanyakan dalil dan pendapat ulama guru tidak siap, yang terjadi guru lebih
mengedepankan argumennya sendiri. Dari hal ini penulis menilai memang guru-
guru PAI kurang melakukan pengembangan pengetahuannya tentang agama dan
kurang mengikuti wacana-wacana aktual. Hal ini jelas menjadikan penerapan
model tsaqofah kurang maksimal mencapai tujuan pembelajaran.
Hal penting yang perlu diperhatikan guru dalam persiapan adalah siswa
agar dapat menguasai materi pelajaran secara komprehensif. Dalam arti siswa
benar-benar menguasai, memahami dan mengetahui implementasinya dalam
kehidupan, dalam pelaksanaanya penulis rasa belum komprehensif karena tingkat
keberhasilannya baru 80% belum mencapai maksimal. Guru perlu mengadakan
tindak lanjut penerapan tsaqofah ini apakah sudah diaplikasikan kedalam
kehidupan sehari-hari peserta didik apa belum. Materi pelajaran agama bukanlah
bersifat eksakta yang hanya cukup dihafalkan secara teori, tetapi bersifat amaliyah
yang dituntut untuk dilaksanakan dalam kehidupan.
Siswa-siswi di SMK Cut Nya’ Dien Semarang sangat heterogen tingkat
intelektualitasnya. Ada yang mempunyai penyerapan materi cepat tetapi ada juga
yang lamban. Para siswa SMK Cut Nya’ Dien juga berlatar belakang dari
sekolah-sekolah umum (Sekolah Menengah Pertama), bukan dari madrasah dan
pesantren sehingga pengetahuan keagamaan mereka terbatas.
Mereka mendapatkan pelajaran agama hanya dari bangku sekolah, guru-
guru ngaji di musholla/masjid atau dari privat dan orang tua. Pengalaman
keagamaan para siswa SMK Cut Nya’ Dien Semarang juga ikut mempengaruhi
52
pembentukan intelektualitas para siswa. Ada siswa yang lingkungan sosial dan
keluarganya memperhatikan pendidikan dan perilaku keagamaan mereka, tetapi
juga ada siswa yang lingkungan sosial dan keluarganya memang kurang
memperhatikan pendidikan dan perilaku keagamaan mereka.
Kondisi intelektualitas para siswa masih dikategorikan belum matang,
sebagaimana intelektualitas remaja umumnya, mereka masih dalam proses belajar
agama. Tetapi para siswa mempunyai antusias dalam mengikuti pembelajaran PAI
sehingga dari pihak sekolah menambahkan mata pelajaran mulok PAI untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang agama kepada siswa. Mereka juga
mempunyai pemikiran-pemikiran yang kritis terhadap masalah-masalah
keagamaan. Hal ini dilihat dari indikasi banyaknya siswa yang aktif bertanya pada
guru untuk mengetahui jawaban masalah mereka sehari-hari dalam permasalahan
keagamaan.
Kesiapan guru juga sangat berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran
mulok PAI. Guru di SMK Cut Nya’ Dien mempunyai pengalaman keagamaan
yang baik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut, karena guru PAI telah
sesuai dengan profesinya, yaitu Sarjana Pendidikan Agama Islam dari
lulusanFakultas Tarbiyah.
Ada beberapa hal yang perlu analisis dalam praktek pelaksanaan
pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah ini diantaranya sebagai berikut :
a. Menentukan masalah
Hal ini sangat penting, karena dengan menentukan dan penjelasan ini
siswa akan tahu batas-batas masalah yang harus didiskusikan sehingga tidak
keluar dari tema, hal ini juga penting untuk mengefektifkan alokasi waktu.
Menentukan masalah memang tidak mudah jika melihat keragaman
intelektualitas siswa. Tidak semua siswa mampu menangkap masalah dengan
benar. Jika ada masalah aktual kadang terlalu sulit untuk dipahami
intelektualitas siswa setingkat SMK, sehingga guru harus hati-hati dan banyak
berperan.
Makna aktual dalam penentuan masalah model tsaqofah menurut
penulis tidak mesti masalah tersebut sifatnya baru, tetapi bisa masalah lama
53
tetapi masalah tersebut masih berkembang dimasyarakat dan masih bisa
dijadikan bahasan tematik misalnya masalah tahlilan, ziarah kubur, dan tradisi
menjelang puasa.
Hal ini melihat tujuan penerapan tsaqofah tidak bermaksud mencari
jawaban hukum seperti ijtihad yang dilakukan ahli fiqh, tetapi bersifat melatih,
membiasakan, dan membudayakan serta mengembangkan kemampuan
berfikir kritis dan analitis bagi siswa dalam menghadapi situasi dan masalah,
mampu menyikapi dengan mengambil manfaat yang positif dari masalah
tersebut tanpa keluar dari koridor agama.
b. Sumber belajar
Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pembelajaran
antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar secara maksimal, baik guru
maupun oleh peserta didik. Kurikulum KTSP guru tidak lagi berperan sebagai
aktor atau aktris utama dalam kelas dalam proses pembelajaran, karena
pembelajaran dapat dilakukan dengan mendayagunakan aneka ragam sumber
belajar. Peserta didik juga dituntut tidak hanya mengandalkan diri sendiri dari
apa yang terjadi di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri
aneka ragam sumber belajar yang dibutuhkan.
Sumber belajar yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran yaitu:
1) Manusia, dalam hal ini guru. Kesiapan guru PAI sangat berpengaruh dalam
pelaksanaan dalam pembelajaran mulok PAI. Guru di SMK Cut Nya’ Dien
Semarang mempunyai pengalaman keagamaan yang baik untuk
melaksanakan pembelajaran tersebut, karena guru PAI telah sesuai dengan
profesinya yaitu sarjana pendidikan Islam lulusan dari Fakultas Tarbiyah.
2) Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran yang baik
bersifat khusus seperti film pendidikan, peta, buku, dan sebagainya maupun
bahan yang bersifat umum seperti film keluarga berencana bisa
dimanfaatkan untuk kepentingan belajar.
Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah di
SMK Cut Nya’ Dien Semarang secara kualitas buku-buku yang dipakai
dalam pembelajaran sudah memadai. Hal ini dibuktikan dengan pemakaian
54
buku-buku ilmiah sebagai referensi di luar buku panduan. Namun bila
ditinjau dari segi kuantitasnya buku-buku tersebut masih relatif sedikit jika
dibandingkan dengan jumlah siswa.
3) Lingkungan, yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat
berinteraksi dengan peserta didik, misalnya perpustakaan, ruangkelas,
laboratorium dan lain-lain. Di samping itu ada pula ruang dan tempat yang
tidak merupakan tempat belajar namun dapa tdimanfaatkan seperti tempat
beribadah (mussolla). Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI di SMK Cut
Nya’ Dien Semarang telah aktif menggunakan sumber belajar tersebut.
4) Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi atau memainkan
sumber-sumber lain. Alat dan peralatan untuk produksi misalnya, kamera
untuk produksi foto dan tape recorder untuk rekaman. Alat dan peralatan
yang digunakan untuk memainkan sumber lain misalnya, proyektor film,
pesawat TV, radio dan lain-lain.
Pelaksanaan pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah, alat-
alat tersebut bisa digunakan sesuai dengan kebutuhan, dalam
pelaksanaannya di SMK Cut Nya’ Dien Semarang alat dan peralatan
tersebut belum digunakan. Fasilitas yang dimiliki SMK Cut Nya’ Dien
Semarang sendiri sebenarnya dikategorikan lengkap, namun guru PAI
belum kreatif dalam penggunaan fasilitas yang dimiliki sekolah sebagai
sumber belajar dengan bukti banyak guru yang belum bisa atau belum tau
bagaimana cara mengoperasionalkan LCD proyektor atau laptop. Guru
PAI hendaknya belajar lebih kreatif menggunakan fasilitas yang dimiliki
sekolah sebagai sumber belajar. Prinsip pembelajaran bahwa apa yang ada
di lingkungan sekolah dan sekelilingnya bisa menjadi sumber belajar dan
alat belajar.
c. Guru
Guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan pembelajaran. Untuk memenuhi tuntutan guru yang berkualitas
diperlukan berbagai kemampuan mengajar, salah satunya adalah pengelolaan
kelas.
55
Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial
dalam pembelajaran. Di samping itu, dapat dilihat dari gairah dan semangat
mengajarnya serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru
dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu
menjadikan perubahan perilaku pada sebagian besar peserta didik ke arah
yang lebih baik.
Pembelajaran mulok PAI melalui model trsaqofah dapat melibatkan
siswa secara aktif. Karena model ini berupaya mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan kreatif. Selain itu model ini melatih siswa untuk
membiasakan hal-hal yang baik yang diajarkan dalam ajaran Islam serta siswa
terbiasa berdiskusi mengenai hal-hal yang baru untuk memecahkan masalah
kehidupan dan bekerja sama.
Guru PAI juga mempunyai antusias dan bergairah terhadap bahan,
kelasnya dan seluruh pengajarannya. Selain itu juga mempunyai kemampuan
berbicara dengan jelas dan komunikatif.
d. Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan upaya untuk membuat keputusan
tentang tingkat hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sistem
evaluasi yang tidak hanya pada ranah kognitif, akan tetapi pada afektif dan
psikomotorik yaitu melalui sikap dan perbuatan siswa. Dengan seringnya guru
melakukan evaluasi setelah melakukan pembelajaran mulok PAI melalui
model tsaqofah dengan mengunakan metode problem solving guru dapat
melihat kelebihan dan kekurangan siswa. Hal ini dapat dilihat saat guru
memberikan solusi atas beberapa keluhan dan kesulitan siswa dalam
pembelajaran PAI. Guru juga memahami tingkat kecerdasan siswanya, karena
saat pembelajaran mulok PAI melalui model tsaqofah selesai guru senantiasa
melakukan post tes dan pre test dipertemuan berikutnya.
Dari analisa di atas dapat diketahui bahwa pembelajaran mulok PAI
melalui model tsaqofah merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok
56
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Model ini melibatkan
siswa secara aktif dan merangsang kemampuan berpikir siswa.
F. Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Pembelajaran Mulok PAI
Melalui Model Tsaqofah
Telah penulis sebutkan dipembahasan sebelumnya, bahwa diantara
hambatan dalam pembelajaran mulok PAI adalah:
1. Adanya kesulitan menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai
dengan tingkat berpikir siswa
2. Ada kesulitan para siswa dalam mengubah kebiasaan mereka dari
pembelajaran yang dulunya hanya sekedar mendengar dan menerima
informasi (dengan metode ceramah) menjadi belajar dengan banyak berpikir
dan yang dulunya tidak terbiasa menjadi sebuah pembiasaan.
3. Banyak memerlukan sumber-sumber belajar lain, selain buku-buku pegangan
pelajaran PAI, yang kadang tidak ada di perpustakaan sekolah sehingga para
siswa kadang harus membeli atau meminjam di perpustakaan lain, yang
membutuhkan waktu lama dan membutuhkan biaya.
4. Ada diantara para siswa yang kesulitan memahami buku-buku ilmiah yang
belum mereka kuasai teori dan wacananya, padahal buku itu merupakan buku
penunjang untuk referensi pemecahan masalah.83
Dari beberapa kekurangan tersebut di atas maka semestinya guru
mengambil beberapa langkah yang memberikan solusi. Langkah-langkah tersebut
diantaranya adalah:
1. Guru hendaknya menetapkan beberapa referensi yang mudah dimengerti oleh
siswa dan mudah mendapatkannya,
2. Guru membantu siswa dalam menentukan masalah
3. Pembelajaran hendaknya lebih diefektifkan, dengan persiapan yang matang
dan alokasi waktu yang tepat.
83 Hasil Wawancara dengan Bapak Ngirfani, S.PdI.pada tanggal 7 Februari 2011.
57
4. Sekolah hendaknya mengembangkan perpustakaan dengan lebih memberi
tambahan buku-buku referensi penunjang, tidak hanya buku pelajaran.
5. Guru semestinya lebih banyak membaca dan mengembangkan materi PAI
yang relevan dengan kehidupan.
6. Guru seharusnya menambah pengalaman tentang PAI melalui media media
dan konsultasi tentang permasalahan yang dihadapi siswa dengan orang yang
berkompeten di bidangnya (ulama atau cendekiawan muslim).
Mengatasi hambatan pembelajaran mulok PAI diharapkan pembelajaran
lebih lancar dan efektif serta efisien. Selain itu Pelaksanaan pembelajaran mulok
PAI melalui model tsaqofah juga mempunyai beberapa aspek positif.
1. Dengan model tsaqofah akan menjadikan siswa terbiasa dengan pembiasaan
yang baik sesuai dengan ajaran Islam serta menghadapi dan memecahkan
masalah secara trampil bila menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari,
dalam menghadapi masalah sosial dan keagamaan, baik dalam keluarga dan
masyarakat. Pembelajaran untuk menghadapi masalah tersebut merupakan hal
yang sangat berguna bagi kehidupannya.
2. Metode ini dapat membuat pendidikan agama Islam di sekolah lebih relevan
dengan kehidupan. Melihat permasalahan-permasalahan keagamaan dalam
perkembangan zaman yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terus
bermunculan. Dengan penerapan model tsaqofah dalam pembelajaran mulok
PAI maka siswa diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan
tersebut.
3. Metode ini dapat merangsang siswa mengembangkan kemampuan
membiasakan, berpikir secara kreatif, menyeluruh dan demokratis, karena
siswa membiasakan serta mempraktekkannya secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari serta menyoroti permasalahan dari berbagai segi
pendapat dan kejadian dalam rangka mencari pemecahannya.
4. Metode ini dapat memupuk keimanan dan ketaqwaan serta menumbuhkan rasa
tanggung jawab pada peserta didik
58
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian bab-bab sebelumnya dapat penulis tarik beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1. Implementasi pendekatan pembiasaan mapel tsaqofah dalam pembelajaran
mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
Dimana implementasi pendekatan pembiasaan itu dilakukan secara terus
menerus dan konsisten setiap hari dan di mulai dari peserta didik masuk sekolah
sampai peserta didik pulang sekolah. Dan pendekatan ini sangat sesuai untuk
bentuk pembelajaran budaya Islami pada peserta didik, karena pada usia ini
peserta didik mempunyai sifat yang mudah meniru dan pembentukan jati yang
sebenarnya. Dengan melalui pembudayaan Islami ini akhlak peserta didik di SMK
Cut Nya’ Dien sudah mulai tertata sesuai dengan tujuan, visi, dan misi dari
sekolah tersebut.
2. Kelebihan dan kekurangan dari implementasi model tsaqofah dalam
pembelajaran mulok PAI di SMK Cut Nya’ Dien Semarang
Sebagai suatu model pembelajaran, model tsaqofah ini juga memiliki
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran tsaqofah
ini adalah :
d. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik.
e. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tapi juga
berhubungan dengan aspek batiniyah.
f. Pembiasaan dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam
pembentukan kepribadian peserta didik.
Sedangkan kelemahan dalam metode pembiasaan adalah :
c. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh
panutan yang baik bagi anak didik.
59
d. Membutuhkan pendidik yang dapat mengaplikasikan antar teori pembiasaan
dengan kenyataan-kenyataan atau praktek nilai-nilai yang disampaikan.84
B. Saran-Saran
Dari ringkasan temuan serta kesimpulan dari peneliti dan dengan segala
kerendahan hati, penulis akan mengajukan beberpa saran yang sekiranya dapat
dijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut adalah :
1. Pihak sekolah baik kepala sekolah, pendidik, pegawai, karyawan harus bisa
menjadi teladan bagi peserta didik dalam tindak lakunya, khususnya saat di
lingkungan sekolah, dan bisa menjadi orang tua sekaligus sahabat bagi peserta
didik.
2. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, pegawai dan karyawan) harus menjalin
komunikasi yang intens dengan keluarga peserta didik baik secara formal
maupun non formal.
3. Bagi guru pengampu mata pelajaran mulok PAI hendaknya menguasai
berbagai metode mengajar, sehingga materi akan mudah di pahami anak.
C. Kata Penutup
Demikianlah akhir dari tulisan ini dengan mengucapkan syukur
Alhamdulilah penulis memohon kepada Allah SWT. Mudah-mudahan tulisan ini
memberikan manfaat dan konstribusi positif bagi penulis maupun siapa saja yang
mau memetik ilmu maupun pengalaman dari penulisan skripsi ini.
“Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi
ini. Teriring do’a semoga setiap langkah kita dalm setiap perbuatan selalu
menuntun ke jalannya dan selalu mendapatkan ridhoNya. Amin.
84 Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, (Bandung : Angkasa Offset, 1990),
hlm. 160.
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Imam Mu’min Sa’addudin, Al_Akhlaqi Fil Islam, terj. Dadang Sobar Ali, Meneladani Akhlak Nabi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006, Cet. I.
Abdul, Muhammad Salam dan Abdul Sani, Musnad Ahmad Bin Hambal, Juz IV, Beirut: Dar al -Alamiah, 142 H. Al-rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Histories, Teoritis dan Praktis,
Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat : Ciputat Press, 2005.
Arief , Armai Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Cet. I, hlm. 110.
An-Nahlawi, Abdurrahman, “Ushulut Tarbiyatul Isamiyah wa Asalibuha”, terj. Herry Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung : CV. Diponegoro, 1989.
Badan Standar Nasional Pendidikan 2006, Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah .2006.
Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta:
Rineka Cipta, 2008. Budiningsih, AsriBelajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Burhanuddin, Tamyis, Akhlak Pesantren, Yogyakarta : Ittaqa Press, 2001. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008. Constantine K Zurayk, The Refinement Of Characte, Beirut : American
University, tth D Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al
Ma’arif, 1999), Cet. V. D. Sudjana S, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production,
2001. Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
61
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2005.
Frederick J. McDonald, Educational Psychology, San Francisco : Wads Worth
Publishing Company, 1959 God Frey Thomson, A Modern Philosophy of Education, London: 1957 Gulo, W, Stategi Belajar Mengajar, Jakarta: Grasindo,2002. Hamid, Abu Muhammad Al Ghazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, Beirut : Dar Al-Kutub, 1989, Jilid II Ismail, SM, Stratesgi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang:
RaSAIL, 2008, Cet,I. Lisnawaty Simanjuntak, dkk, Metode Mengajar Matematika, Jakarta: Rineka
Cipta, 1993. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2000, Cet.II. Malik Ibn Anas, Al-Muwatta’, Beirut: Ifa’ Jadidah, t.th. Ma’ruf, Farid, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang, 1995. Miarso, Yusuf hadi Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media,
2004. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
1993, Cet.IV. Muhajir, Noeng, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Saras, 1996, edisi III. Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan Pengembangan
Kurikulum Hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa 2003. Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. V. Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Misaka Galiza,
2003, Cet II.
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep Karakteristik dan Implementasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003, Cet. III.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al- Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, edisi II.
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Nasih, Abdullah, Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam Kaidah-Kaidah Dasar,
diterjemahkan oleh Ahmad Masykur Hakim, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 1992, Cet.I,
Nawawi, Haidar, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,1998.
Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 1995,Cet. I, Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia, 2005 Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
62
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006, Cet.3. Siregar, Marasuddin, “Pengelolaan Pengajaran : Suatu Dinamika Profesi
Keguruan”, dalam Chabib Thoha (eds.), PBM-PAI di Sekolah, Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 1998
Suardi, Edi, Pedagogik 2, Bandung : Angkasa,2005, Cet.2. Sudjana, Nana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algensinndo, 1996 Sudjana, Nana, dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:Sinar Baru,
1989. Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum, Bandung : Angkasa Offset, 1990 Supriyono, Agus, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, Cet. 2
Sukmadinata, Nana Syayodih, (2000), Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.
Soenarjo, (eds.), Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Intermasa ,1985. Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1992, Cet. I,
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang : RaSAIL, 2007. Cet I. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai