1 IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AVICENNA CINERE Oleh : Muqorobin* Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi dibutuhkan strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalah menerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dapat merangsang sikap kritis dan kreatifitas siswa dalam memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat pada siswa dan tidak text book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi dan Prestasi Belajar. *)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Pembelajaran sosiologi adalah sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial
37
Embed
Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA
KELAS X SMA AVICENNA CINERE
Oleh : Muqorobin*
Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologidibutuhkan strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalahmenerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dapat merangsang sikapkritis dan kreatifitas siswa dalam memecahkan permasalahan dunia nyatayang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pelaksanaanpembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat pada siswa dan tidaktext book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui prosespembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasismasalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannyamenunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswamelalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi danPrestasi Belajar. *)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial. Pembelajaran sosiologi adalah sebagai
suatu proses yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi
kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial
yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis
dan aplikatif pelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk
mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial
2
siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk dan
dinamis.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam proses
pembelajaran ilmu sosial termasuk sosiologi siswa
terlihat kurang antusias, daya kreativitasnya rendah, dan
siswa bersikap acuh tak acuh. Rendahnya prestasi siswa
disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah
secara komprehensif dalam pembelajaran sosiologi. Selain
itu, pembelajaran sosiologi siswa belum menunjukkan
bermaknaan, sehingga tingkat pengertian dan pemahaman
siswa tentang konsep sosial sangat lemah. Hal lain yang
menjadi faktor adalah ketika guru dalam pembelajaran di
kelas tidak mengaitkan dengan skema dan struktur tingkat
pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan
mengkonstruksi sendiri ide-ide sosiologi sebagai ilmu
yang abstrak menjadi ilmu yang kongkrit.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA
Avicenna Cinere, masih sering terjadi dan sebagian besar
melalui interaksi belajar mengajar satu arah. Berdasarkan
hasil observasi, metode dan pendekatan pembelajaran yang
selama ini digunakan guru adalah metode ceramah, yang
minim melibatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran
di kelas. Dalam konteks ini fungsi dan peranan guru
menjadi dominan dan terpusat, sedangkan dilain pihak
3
siswa hanya berperan sebagai pendengar dan seperti benda
kosong yang dijejali informasi oleh guru.
Dengan demikian, tidak heran kalau kemudian proses
pembelajaran yang berjalan terkesan monoton, sempit,
terkungkung oleh area informasi yang terbatas, statis,
kaku, dan tertinggal. Informasi yang ada dalam
pembelajaran menjadi sekedar bahan hafalan dan bersifat
harus serta hampa yang sulit untuk dimengerti oleh siswa.
Disitulah materi pembelajaran seolah menjadi sesuatu yang
parsial dengan kehidupan nyata yang ada disekeliling
siswa.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sosiologi
di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep
sosiologi dengan pengalaman kehidupan anak sehari-hari.
Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep sosiologi
yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau
pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu
pendekatan pembelajaran sosiologi yang berorientasi pada
kontekstualisasi dan penerapan pengalaman kehidupan
sehari-hari adalah pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning).
Pembelajaran berbasis masalah bermaksud untuk
memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa
untuk mencari konsep dan penyelesaian masalah yang
terkait dengan materi yang diajarkan guru di sekolah.
Karena pada dasarnya sosiologi bertujuan agar siswa
4
memahami konsep sosial yang abstrak dan keterkaitannya
dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan
tentang lingkungan sosial sekitar untuk mengembangkan
pengetahuan tentang dinamika sosial, mampu menerapkan
berbagai konsep sosiologi untuk menjelaskan dan
memecahkan gejala sosial yang ada. Menurut William dan
Shelagh dalam Yasa pembelajaran berbasis masalah
bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi
siswa, karena pendekatan ini siswa belajar menggunakan
sebuah proses interpretatif untuk menilai,
mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui,
mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang mereka
telah kumpulkan (Putu Yasa : 2002).
Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
masalah, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi
dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai
motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam seluruh proses
pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan
dengan konsep yang dibelajarkan.
Rumusan Masalah
1. Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL)
pada pelajaran sosiologi dengan menggunakan media
massa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
5
2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis masalah
dengan menggunakan media massa pada pembelajaran
sosiologi?
Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui
proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan dampaknya dalam peningkatan kualitas
pembelajaran. Manfaat dari penelitian ini adalah secara
teoritis dapat dijadikan sebagai kajian dalam menelaah
pengetahuan mengenai model pembelajaran berbasis masalah
dan memberikan landasan dalam memecahkan masalah belajar
bagi siswa. Sedangkan manfaat praktisnya adalah 1) bagi
guru, mengembangkan kualitas guru dalam kegiatan
pembelajaran; 2) bagi siswa, memberikan ruang kepada
siswa untuk melakukan perubahan sekaligus menilai
kebiasaan mereka belajar di sekolah; 3) bagi sekolah,
hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi positif
pada sekolah dalam rangka meningkatkan proses dan
prestasi belajar pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
Kajian Pustaka
Pembelajaran Sosiologi
Belajar adalah suatu proses untuk pengenalan dan
pengakuan mengenai suatu fenomena sesuai dengan struktur
6
alamiah yang ditanamkan secara utuh ke dalam diri peserta
didik. Secara psikologis, belajar dapat diartikan sebagai
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari
hasil interaksinya dengan lingkungan (Slameto: 2003).
Terkait dengan pendapat itu, Abin Syamsuddin Makmun
mengatakan bahwa di kalangan ahli psikologi terdapat
keragaman dalam mendifinisikan makna belajar. Namun,
secara eksplisit dan implisit dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau
pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman
tertentu (Abin S.M : 2003). Pendapat lain, menurut
Robert. M. Gagne dalam buku The Condition of Learning seperti
dikutip Adrian dikatakan : Learning is a change in human
disposition or capacity, wich persist over a period time, and wich is not simply
ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang
terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan
saja (Adrian : 2006).
Berdasarkan dari pendapat tersebut pengertian
belajar adalah sebagai upaya sadar untuk mendapatkan
perubahan. Sedangkan pembelajaran sosiologi adalah suatu
proses pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan
kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-
konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,
struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan
7
konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial (BSNP :
2006). Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran
sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan sikap kepekaan
sosial siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk
sebagai fenomena kehidupan.
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar
tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran
berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah
(Nurhadi : 2004).
Menurut Sudarman mendefinisikan pembelajaran
berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran
yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara
berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial
dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman :
2005).
Sedangkan menurut Ibrahim dikatakan pembelajaran
berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya
pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada
ana. Identifikasi masalah berupa prestasi belajar KD I sampai dengan hasil UTS Ganjil dan proses pembelajaran siswa yang kurang memuaskan.
b. Menganalisis penyebab masalah dan menetapkan solusi yangakan dilakukan
c. Menyiapkan perangkat pembelajaran
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa berbasis media visual
e. Menyusun lembar
a. Merangkum dan elaborasi hasil refleksisiklus I
b. Menetapkan solusi kegiatan pembelajaran
c. Menyiapkan perangkatpembelajaran
d. Menyusun Lembar Kerja Siswa berbasis media massa
e. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru
f. menyusun instrumen evaluasi tes siklus II
Refleksi Pelaksan
Pengamata
Perencana
Siklus 2
12
observasi aktivitas siswa dan guru
f. menyusun instrumenevaluasi tes siklus I
Pelaksanaan
TindakanKelas
a. Pendahuluan ; Salam, penyiapan kondisi fisik, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan modelpembelajaran yang akandilakukan dan apersepsi.
b. Kegiatan Inti ; -Pengembangan materi; melalui cuplikan filmdan artikel.
-Penerapan model PBL melalui beberapa tahap:(1)Pembagian kelompok
diskusi melalui undian.
(2)Menyampaikan permasalah sosial yang terkait dengannilai dan norma sosial melalui media visual.
(3)Mengajukan pertanyaan untuk memberikan tanggapan.
(4)Menyusun kesimpulan bersama melalui dinamika kelompok
(5)Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
(6)Post Test siklus I-Menganalisis dan mengevaluasi hasil
a. Pendahuluan ; Salam, penyiapan kondisifisik, guru menyampaikantujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi.
b. Kegiatan Inti ; -Pengembangan materi; melaui artikel berbasiswacana argumetatif.
-Penerapan model PBL melalui beberapa tahap :(1)Penunjukan ketua
kelompok dan juru bicara.
(2)Menyampaikan permasalah sosial yang terkait dengan perilaku sosial yang bertentangan dengan nilai melalui media massa.
(3)Membuka kerja kelompok melalui diskursif wacana argumenatif.
(4)Menyusun kesimpulan bersama hasil diskusi.
(5)Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
(6)Post Test siklus II-Evaluasi hasil diskusi.
c. Penutup ; Merumuskan hasil diskusidan merangkum materi pembelajaran
13
diskusi.c. Penutup ; Guru membimbing siswa untuk merangkum materipelajaran
Pengamatan
Pengamatan kegiatan pembelajaran mencatat :a. kegiatan yang terkait dengan pembelajaran
b. pola interaksic. memformulasikan gagasan tertulis
d. menyampaikan argumentasi
e. merangkum materi diakhir pelajaran
Pengamatan dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan gurumitra terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar mengajarmelalui lembar observasi.
Pengamatan kegiatan pembelajaran mencatat :a. kegiatan yang terkait dengan pembelajaran
b. pola interaksic. memformulasikan gagasan tertulis
d. menyampaikan argumentasi
e. merangkum materi diakhir pelajaran
Pengamatan dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar mengajar melalui lembar observasi.
Refleksi
Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II.
Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.
Data dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data meliputi; Sumber data adalah siswa dan
guru.
14
2. Jenis Data meliputi; aktivitas siswa dalam
pembelajaran, kinerja guru dalam menerapkan pola
pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian tindakan kelas (action research) ini adalah
metode dokumentasi, observasi dan tes hasil belajar.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan
analisis-deskriptif dengan membandingkan hasil belajar
sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan.
Data dihitung dengan menggunakan bantuan software
komputer excel.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Siklus I Pertemuan ke-1
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana
pembelajaran siklus I pertemuan ke-1 dengan materi nilai-
nilai sosial dengan menggunakan metode ceramah, pemutaran
film, diskusi, dan tanya jawab, lembar kerja siswa dan
lembar pengamatan kegiatan siswa dan guru yang akan
menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah. Lembar pengamatan
digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran yang
15
dilakukan siswa. Selain itu guru (obsever) juga
menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru (peneliti)
dalam melaksanakan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pertemuan pertama, pada pertemuan ke-1 tahap
pelaksanaan ini guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi
fisik siswa dengan mengabsen siswa, menyiapkan buku dan
meteri pelajaran, pemberian motivasi dengan mengangkat
seorang tokoh bidang fisika bernama Stephen Hawkins dan
dilanjutkan membentuk kelompok. Pembentukan kelompok
yaitu dengan membagi siswa dalam satu kelas menjadi 4
kelompok melalui sistem undian. Pada saat pembagian
kelompok kondisi tetap kondusif dan terkontrol. Guru
kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta
menginformasikan model pembelajaran yang akan dilakukan.
Kemudian guru melakukan apersepsi, yaitu dengan
menyajikan masalah yang berkaitan dengan pentingnya nilai
dalam pembangunan bangsa dan meminta siswa memberikan
pendapat terhadap masalah tersebut.
Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan materi
nilai sosial yang meliputi pengertian, jenis-jenis nilai,
bentuk nilai, ciri-ciri dan fungsi nilai. Kemudian guru
memberikan contoh permasalahan yaitu model penanaman
nilai melalui cuplikan film To win attention dan Kenakalan
Remaja Metropolitan. Setelah itu dilanjutkan dengan
pembelajaran berbasis masalah yang dimulai dari
16
mengorientasikan siswa pada pokok masalah. Dalam hal ini
guru menyajikan worksheet dan tiap kelompok mengerjakan
permasalahan yang sama tersebut.
Setelah itu guru meminta siswa untuk belajar
berkelompok dan dilanjutkan pembagian tugas anggotanya
serta meminta siswa menyajikan hasil diskusinya diatas
worksheet yang telah disediakan. Guru memberi batasan
waktu dengan dua kali putaran musik Kitaro. Selama proses
diskusi berlangsung guru membantu siswa dalam
pembelajaran. Dalam hal ini guru meminta dan mengarahkan
siswa untuk menyelesaikan masalah, mendorong siswa untuk
berdiskusi antar teman dalam satu kelompok.
Setelah diskusi kelompok selesai dilaksanakan,
dilanjutkan dengan mengembangkan dan mempresentasikan
hasil pemecahan masalah. Dalam hal ini guru memilih
secara acak kelompok yang ditugasi untuk mempresentasikan
hasil diskusinya, guru juga memberi kesempatan pada
kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok
lainnya. Dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi
sebagian besar siswa ikut terlibat aktif dalam memberikan
umpan balik dari penyaji. Setelah siswa selesai
menyajikan hasil diskusinya kegiatan pembelajaran
dilanjutkan dengan menganalisis dan memberi penguatan
dalam proses pemecahan masalah serta merangkum materi
pembelajaran.
17
c. Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Tabel. 1 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran
No Jawaban F %1 Sangat Baik 13 59.092 Baik 3 13.643 Cukup 4 18.184 Kurang 2 9.09
22 100 2) Lembar Observasi Guru
Pada siklus I pertemuan ke-1 guru dalam
mengangkat topik masalah sudah cukup baik, karena guru
menyajikan masalah secara kontekstual yang kehidupan
nyata, yaitu pola pendidikan orang tua dan pengaruhnya
pada perilaku remaja. Selain itu dalam memotivasi dan
membimbing siswa untuk memecahkan masalah juga sudah
baik, karena guru selalu bergerak mengontrol kegiatan
diskusi kelompok, meskipun demikian masih terdapat
beberapa siswa yang ngobrol sendiri dan memainkan
handphone saat diskusi berlangsung.
Dalam mengelola pembelajaran masuk dalam kategori
cukup baik karena guru dapat membimbing siswa
mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas dalam
kelompok. Dalam membantu siswa untuk belajar sudah baik,
guru meminta siswa untuk mengerjakan worksheet. Namun
demikian guru belum mampu mengefektifkan kegiatan
18
pembelajaran siswa secara keseluruhan, akibatnya ada
beberapa siswa yang kurang terlayani dengan baik.
Dalam mengembangkan presentasi hasil karya masuk
dalam kategori baik dan atraktif. Guru meminta siswa
untuk mempresentasikan hasil karya dengan menunjuk dua
perwakilan dari salah satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas kemudian
dilakukan tanya jawab. Guru juga membantu dan mengarahkan
siswa yang mengalami hambatan dalam penyajian hasil
karya, dengan cara memperjelas akar permasalahan yang
menjadi perdebatan. Selain itu, guru juga memberi
kesempatan siswa lain untuk menanggapi hasil diskusi.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah yaitu
mulai dari merumuskan masalah, menganalisis masalah,
menyelesaikan, kemudian menyimpulkannya dalam kategori
baik. Begitu juga dengan kegiatan review materi
pembelajaran guru melakukan tanya jawab secara lisan dan
sebagai besar siswa mampu menjawab dengan baik. Secara
keseluruhan aktivitas guru dalam siklus I pertemuan ke-I
masuk dalam kategori baik. Namun, pemanfaatan waktu
pembelajaran belum berjalan secara efektif, terlihat
ketika pembelajaran selesai siswa masih melakukan
kegiatan pembelajaran. Berikut gambaran tabelnya:
Tabel. 2 Skor kinerja guru dalam pembelajaran
No Area Informasi KegiatanSkor
< 6
7 -
13 -
19 -
19
1 Memotivasi siswa 21 2 Memunculkan topik masalah 20
3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran 2
3
04 Mengembangkan materi pembelajaran 23
5 Merangkum materi pembelajaran 23
6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan 2
2Keterangan :
< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19– 24 = Sangat Baik
2. Siklus I Pertemuan ke-2
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana
pembelajaran siklus I pertemuan ke-2 yang meliputi,
tujuan pembelajaran, indikator hasil belajar, sumber dan
bahan, instrumen tes dan kegiatan belajar mengajar,
dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Tes
evaluasi siklus I dibuat untuk mengetahui tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
Tes berupa soal pilihan ganda dan uraian berjumlah 15
soal. Selain itu, guru menyiapkan lembar pengamatan
aktivitas siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model PBL.
b. Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan guru terlebih dahulu
menyiapkan kondisi fisik siswa dengan mengucapkan salam,
20
mengabsen siswa dan menyiapkan buku pelajaran dan
pengkondisian kelompok. Guru kemudian menyampaikan tujuan
pembelajaran serta menginformasikan pembelajaran yang
akan dilakukan. Kemudian guru melakukan motivasi dengan
mengangkat seorang tokoh muda bernama Marisol Valles
Garcia, yang memiliki keberanian dan ketulusan dalam
menjalankan pekerjaannya yang berat sebagai polisi. Guru
melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingatkan kembali
materi minggu sebelumnya dan mengkaitkannya dengan materi
hari ini serta mengkontektualisasi dengan kehidupan
nyata.
Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi hasil
diskusi pada kelompok lain yang belum menyajikan hasil
karya pada pertemuan ke-1. Guru juga memberi kesempatan
pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi
kelompok lainnya. Setelah presentasi diskusi selesai,
dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil
pemecahan masalah melalui perumusan kesimpulan.
Pembelajaran dilanjutkan dengan pelaksanaan evaluasi
tes hasil belajar yang diawali dengan mengingatkan materi
nilai sosial. Guru mengatur setting tempat duduk secara
klasikal. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal
secara mandiri dan jujur. Kemudian dilanjutkan guru
membagikan soal tes pada siswa, evaluasi dilaksanakan
selama 45 menit. Dalam pelaksanaan evaluasi tes guru
melalukan pengawasan dan penguatan pada siswa tetap jujur
21
dan mengerjakan soal semampunya serta memberikan
pemahaman terhadap soal yang kurang bias mereka pahami.
Setelah siswa selesai mengerjakan soal, kegiatan
pembelajaran dilanjutkan dengan pengumpulan hasil tes.
Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan
rencana pembembelajaran pada pertemuan berikutnya.
c. Pengamatan
1) Lembar Observasi Siswa
Tabel. 3 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I
term II
No Jawaban F %1 Sangat Baik 11 57.892 Baik 8 42.113 Cukup 0 04 Kurang 0 0
20*) 100*) terdapat dua siswa yang tidak hadir karena ijin dan
sakit
2) Hasil tes pembelajaran
Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76
dengan ketuntasan secara klasikal adalah 79 %.
Perbandingan nilai hasil belajar sebelum (KD ke-I) dan
setelah siklus I dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut :
22
Tabel. 4 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar
siswa siklus I term II
No Area Informasi Pra Siklus Post Siklus I1 Ketuntasan 51% 87%2 Daya Serap 69 76
3) Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pada siklus I pertemuan ke-2 guru dalam memunculkan
kembali topik masalah sudah cukup baik, karena guru
menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata
seperti fenomena nilai-nilai sosial masyarakat disekitar
Gunung Merapi, sehingga siswa menjadi antusias untuk
mengikuti pembelajaran.
Dalam mengorganisir kegiatan pembelajaran siswa
masuk dalam kategori cukup baik karena guru sudah mampu
membimbing siswa mengorganisasi kegiatan presentasi hasil
dikusi serta menjadikan kegiatan diskusi berlangsung
interaktif dalam memecahkan masalah, hal ini terjadi
hampir pada seluruh siswa.
Dalam meminta siswa melaksanakan evaluasi tes hasil
belajar dalam kategori baik, karena guru mampu memotivasi
dan meyakinkan siswa untuk mandiri dan konsisten dalam
mengerjakan soal. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan
tes yang berjalan kondusif serta hasil tes kognitif yang
mengalami peningkatan baik ketuntasan maupun daya serap.
Dalam memantau kerja siswa saat evaluasi tes masuk
dalam kategori baik, dalam hal ini guru berkeliling
memantau jalannya evaluasi tes hasil belajar. Namun dalam
23
memberi batas waktu pelaksanaan tes sangat kurang,
sehingga sebagian siswa terburu-buru dan tidak selesai
dalam mengerjakan soal tes. Aktivitas guru pada siklus I
pertemuan ke-2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel. 5 Skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus I
term II
No Area Informasi KegiatanSkor
< 6
7 -
13 -
19 -
1 Memotivasi siswa 222 Memunculkan topik masalah 23
3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran 1
94 Mengembangkan materi pembelajaran 235 Merangkum materi pembelajaran 23
6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan 21
Keterangan :
< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 –24 = Sangat Baik
d. Refleksi
Analisis terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus
I ini didasari pada observasi selama kegiatan
pembelajaran yang meliputi kemampuan mengeksplor
permasalahan, argumentasi, daya nalar dan pembelajaran
yang berbasis masalah. Skor penilaian diberikan pada tiap
24
pertemuan, yang juga instrumen itu dijadikan bahan untuk
menganalisis proses dan hasil pembelajaran pada siklus I.
Sedangkan kesimpulan dapat dilihat pada beberapa
kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan tersebut meliput : (1) siswa menyimak dan
mencatat informasi yang diberikan guru, (2) siswa dapat
melakukan formulasi masalah dari identifikasi sampai
penyelesaian, (3) siswa antusias dan interaktif dalam
pembelajaran, (4) guru melakukan pengelolaan pembelajaran
secara optimal, (5) pembelajaran berjalan dengan
kebermaknaan.
Kelemahannya meliputi : (1) masih ada sebagian siswa
yang tidak konsentrasi dalam menyimak penjelasan guru,
(2) sebagian kerja kelompok belum optimal dengan rasio
3 : 1, (3) pelaksanaan diskusi kadang tidak terkontrol
(out of context), (4) guru tidak memberikan batasan dan acuan
secara tegas dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi,
(5) efesiensi waktu yang belum optimal.
Sedangkan terkait penilaian proses dan hasil
pembelajaran sudah baik, hal itu dapat dilihat dari hasil
pengamatan dan hasil evaluasi tes. Misalnya pada hasil
tes kognitif 79% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai
rata-rata 76 hal ini menunjukan bahwa pembelajaran
dilihat secara hasil sudah mencapai target ketuntasan.
Adapun bagian-bagian pembelajaran yang perlu diperbaiki
adalah tingkat konsentrasi siswa, memperhatikan pelayanan
25
secara individual pada beberapa siswa yang bermasalah dan
merubah dinamika kelompok.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana
pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode ceramah,
case study berbasis wacana dari media massa, diskusi, dan
artikel dari media massa, instrumen evaluasi tes, lembar
kerja siswa dan aktifitas guru.
Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata model
pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata
tes pada tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I
rata-rata nilai tes mencapai 76, pada siklus II nilai
rata-rata siswa mencapai 78. Pada siklus I pertemuan ke-2
ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 79 %, dan
pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 86%. Hasil
belajar kognitif siswa pada siklus II memenuhi indikator
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu
32
sekurang-kurangnya 85 % dari keseluruhan siswa yang ada
di kelas tersebut memperoleh nilai 65 atau mencapai
ketuntasan 65%.
Hasil aktivitas belajar siswa yang masuk kategori
sangat baik pada siklus I pertemuan ke-1 ada 56% siswa,
baik 14,64%, cukup 12,18% dan kurang 8,09%. Pada siklus I
pertemuan ke-2 sangat baik ada 57,89% siswa, baik 42,11%
siswa, cukup dan kurang 0% siswa. Sedangkan pada siklus
II sangat baik ada 59% siswa, baik 36,36% siswa, cukup
4,45% siswa dan kurang 0%. Dengan demikian ketuntasan
aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang
ditetapkan dalam kriteria keruntasan minimal.
Hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa
pada siklus I belum mencapai indikator yang telah
ditetapkan, hal ini disebabkan siswa belum terpola dengan
pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran
berbasis masalah. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis
masalah belum dapat berlangsung secara optimal. Hal ini
disebabkan beberapa faktor seperti minimnya sarana
pembelajaran dan kurangnya ketelitian tim observer dalam
memberikan input. Selain itu siswa terkadang mengaalami
lost control dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran.
Pada siklus II guru melaksanakan perbaikan
pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada
pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan
meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran,
33
memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan,
mengaktifkan diskusi dalam kelompok, membimbing siswa
yang mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya,
dan juga memberi penguatan terhadap hasil pemecahan
masalah.
Pada siklus II masih ditemukan kendala-kendala pada
tingkat konsentrasi siswa yang masih kurang namun
frekuensinya kecil, hal ini terjadi karena siswa sudah
mulai terpola dengan model pembelajaran berbasis masalah.
Pada siklus II siswa sudah aktif dalam pembelajaran,
mereka mampu mengidentifikasi masalah, mengkonstruk
sebuah konsep dan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan
maupun lisan. Model pembelajaran seperti itulah yang
memberikan ruang secara terbuka bagi siswa untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan secara majemuk, bukan
sebaliknya pembelajaran yang menjejali ilmu pengetahuan
tanpa memperhatikan eksistensi utuh siswa (Amir Tengku
Ramly dan Erlin Trisyulianti : 2006).
Pelaksanaan yang dilakukan guru pada setiap siklus
yaitu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan membuka
dengan salam, mengabsen siswa, motivasi dan menyiapkan
buku pelajaran dan membentuk kelompok. Guru kemudian
menyampaikan tujuan proses dan tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan. Kemudian guru melakukan apersepsi, yaitu
dengan mengingatkan kembali materi minggu kemarin dan
mengkaitkannya dengan materi hari ini kemudian guru
34
menyajikan masalah yang berkaitan dengan nilai dan norma
sosial. Guru menyampaikan materi nilai dan norma sosial,
kemudian guru memberikan model pendidikan nilai orangg
tua, kenakalan remaja dan perilaku menyimpang yang
terjadi di masyarakat. Dalam hal ini guru menyajikan
lembar kerja siswa yang telah dibuat, tiap kelompok
mengerjakan permasalahan yang sama dan meminta siswa
mempelajari masalah tersebut.
Setiap hasil karya kelompok dipresentasikan didepan
kelas, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan terhadap hasil karya kelompok lainnya. Kegiatan
itu dilakukan hingga akhir yakni dengan merumuskan sebuah
kesimpulan dan merangkum materi yang terkait dengan pokok
bahasan pembelajaran. Peran aktif dan kreatif guru cukup
menentukan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
rangkaian pembelajaran dari perencanaan sampai dengan
evaluasi berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat
disimpulankan bahwa :
1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah pada pelajaran sosiologi materi
pembelajaran nilai dan norma sosial pada kelas X SMA
Avicenna Cinere meningkatkan hasil belajar siswa
35
secara signifikan. Rata-rata skor yang dicapai siswa
diakhir siklus II adalah 78 dengan ketuntasan belajar
secara klasikal sebesar 86 %.
2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan kreatifitas dan
sikap kritis siswa, hal itu terlihat dari skor
perolehan pada aktivitas belajar siswa yakni 59% siswa
kategori sangat baik, 36,36% siswa kategori baik,
4,45% siswa kategori cukup.
3. Guru antusias dan tertantang untuk melakukan
pembelajaran secara lebih baik.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian, maka saran yang diajukan
adalah:
1. Bagi guru, hendaknya menerapkan model pembelajaran
berbasis masalah secara kontinu dan terstruktur.
2. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah
sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dengan cara memodifikasi desain penelitian misalnya
dengan menggunakan eksperimen dan korelasi, dalam
proses belajar mengajar.
3. Pimpinan sekolah agar memfasilitasi dan mendorong
program pengembangan profesionalisme guru secara
serius dan kontinu seperti pemberdayaan program lesson
36
study, supervisi berkala dan evaluasi program
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Diaksesdari situs http://www.artikel.us.com/art05-65.html
Abin S.M . 2003. PsikologiKependidikan. Bandung : RemajaRosda Karya.
Andriani Dani. 2006. Pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPS-Ekonomipokok bahasan perusahaan dan badan usaha pada kelas VII SMPNegeri 4 Randudongkal. Skripsi - UNNES. Tidakditerbitkan.
Arikunto Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Bumi Aksara.
Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. 2006. StandarKompetensi, Kompetensi Dasar dan Standar Kelulusan (SK, KD,dan SKL) SMA Mata Pelajaran Sosiologi.
Belajar Tuntas,Diakses dari situshttp://www.jip.pdkjateng.go.id/data/PEDOMANSMA/JARTAS.doc
Ibrahim, Muslimin dan Muhamad Nur. 2000. PembelajaranBerdasarkan Masalah, Surabaya : Universitas NegeriSurabaya.
Ismail. 2004. Model-Model Pembelajaran: Materi Pelatihan TerintegrasiGuru Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta :Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakatra : Grasindo.
Puji Hidayati, Oktia Fajri. 2007. Studi Komparasi Hasil BelajarGeografi Antara Pembelajaran Berbasis Masalah DenganPembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu
Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun. Skripsi - UNNES.Tidak diterbitkan.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan danBermutu. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudarman. 2005. Problem Based Learning Suatu Model PembelajaranUntuk Mengembangkan dan Meningkatkan KemampuanMemecahkan Masalah”. Artikel Ilmiah FKIPUniversitas Mulawarman Samarinda.
Sudjana Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo, h. 45.
Tengku Ramly Amir dan Trisyulianti Erlin. 2006. PumpingTeacher : Memompa Teknik Pengajaran Menjadi Guru Kaya.Jakarta : Kawan Pustaka.
Yasa, Putu. 2002. “Belajar Berdasarkan Masalah (Problem BasedLearning) Dengan Pendekatan Kelompok Kooperatif SebagaiUpaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa Kelas IIISLTP Negeri 2 Singaraja”. Tesis: Program StudiPendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP Negeri SingarajaDesember 2002.