Top Banner
1 IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X SMA AVICENNA CINERE Oleh : Muqorobin* Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologi dibutuhkan strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalah menerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dapat merangsang sikap kritis dan kreatifitas siswa dalam memecahkan permasalahan dunia nyata yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat pada siswa dan tidak text book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi dan Prestasi Belajar. *)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Pembelajaran sosiologi adalah sebagai suatu proses yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial
37

Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

Mar 05, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

1

IMPEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MASSA UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

KELAS X SMA AVICENNA CINERE

Oleh : Muqorobin*

Abstrak : Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran sosiologidibutuhkan strategi pembelajaran kreatif. Salah satu upaya adalahmenerapkan pembelajaran berbasis masalah yang dapat merangsang sikapkritis dan kreatifitas siswa dalam memecahkan permasalahan dunia nyatayang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar. Pelaksanaanpembelajaran berbasis masalah cenderung berpusat pada siswa dan tidaktext book oriented. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui prosespembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berbasismasalah yang dapat meningkatkan prestasi siswa. Kesimpulannyamenunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan daya nalar siswamelalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Sosiologi danPrestasi Belajar. *)Muqorobin adalah guru mata pelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Sosiologi merupakan bagian dari mata pelajaran ilmu

pengetahuan sosial. Pembelajaran sosiologi adalah sebagai

suatu proses yang dimaksudkan untuk memberikan kompetensi

kepada siswa dalam memahami konsep-konsep dasar sosial

yang terdapat dimasyarakat. Selain itu, secara praktis

dan aplikatif pelajaran sosiologi juga dimaksudkan untuk

mengembangkan dan meningkatkan sikap kepekaan sosial

Page 2: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

2

siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk dan

dinamis.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam proses

pembelajaran ilmu sosial termasuk sosiologi siswa

terlihat kurang antusias, daya kreativitasnya rendah, dan

siswa bersikap acuh tak acuh. Rendahnya prestasi siswa

disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah

secara komprehensif dalam pembelajaran sosiologi. Selain

itu, pembelajaran sosiologi siswa belum menunjukkan

bermaknaan, sehingga tingkat pengertian dan pemahaman

siswa tentang konsep sosial sangat lemah. Hal lain yang

menjadi faktor adalah ketika guru dalam pembelajaran di

kelas tidak mengaitkan dengan skema dan struktur tingkat

pemahaman yang telah dimiliki oleh siswa dan siswa kurang

diberikan kesempatan untuk menemukan kembali dan

mengkonstruksi sendiri ide-ide sosiologi sebagai ilmu

yang abstrak menjadi ilmu yang kongkrit.

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di SMA

Avicenna Cinere, masih sering terjadi dan sebagian besar

melalui interaksi belajar mengajar satu arah. Berdasarkan

hasil observasi, metode dan pendekatan pembelajaran yang

selama ini digunakan guru adalah metode ceramah, yang

minim melibatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran

di kelas. Dalam konteks ini fungsi dan peranan guru

menjadi dominan dan terpusat, sedangkan dilain pihak

Page 3: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

3

siswa hanya berperan sebagai pendengar dan seperti benda

kosong yang dijejali informasi oleh guru.

Dengan demikian, tidak heran kalau kemudian proses

pembelajaran yang berjalan terkesan monoton, sempit,

terkungkung oleh area informasi yang terbatas, statis,

kaku, dan tertinggal. Informasi yang ada dalam

pembelajaran menjadi sekedar bahan hafalan dan bersifat

harus serta hampa yang sulit untuk dimengerti oleh siswa.

Disitulah materi pembelajaran seolah menjadi sesuatu yang

parsial dengan kehidupan nyata yang ada disekeliling

siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran sosiologi

di kelas ditekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep

sosiologi dengan pengalaman kehidupan anak sehari-hari.

Selain itu, perlu menerapkan kembali konsep sosiologi

yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari atau

pada bidang lain sangat penting dilakukan. Salah satu

pendekatan pembelajaran sosiologi yang berorientasi pada

kontekstualisasi dan penerapan pengalaman kehidupan

sehari-hari adalah pembelajaran berbasis masalah (problem

based learning).

Pembelajaran berbasis masalah bermaksud untuk

memberikan ruang gerak berpikir yang bebas kepada siswa

untuk mencari konsep dan penyelesaian masalah yang

terkait dengan materi yang diajarkan guru di sekolah.

Karena pada dasarnya sosiologi bertujuan agar siswa

Page 4: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

4

memahami konsep sosial yang abstrak dan keterkaitannya

dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan

tentang lingkungan sosial sekitar untuk mengembangkan

pengetahuan tentang dinamika sosial, mampu menerapkan

berbagai konsep sosiologi untuk menjelaskan dan

memecahkan gejala sosial yang ada. Menurut William dan

Shelagh dalam Yasa pembelajaran berbasis masalah

bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan motivasi

siswa, karena pendekatan ini siswa belajar menggunakan

sebuah proses interpretatif untuk menilai,

mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui,

mengumpulkan informasi-informasi dan secara kolaborasi

mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang mereka

telah kumpulkan (Putu Yasa : 2002).

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi

dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai

motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar

dapat terlibat secara aktif dalam seluruh proses

pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan

dengan konsep yang dibelajarkan.

Rumusan Masalah

1. Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning (PBL)

pada pelajaran sosiologi dengan menggunakan media

massa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

Page 5: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

5

2. Bagaimana implementasi pembelajaran berbasis masalah

dengan menggunakan media massa pada pembelajaran

sosiologi?

Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui

proses pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model

Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dan dampaknya dalam peningkatan kualitas

pembelajaran. Manfaat dari penelitian ini adalah secara

teoritis dapat dijadikan sebagai kajian dalam menelaah

pengetahuan mengenai model pembelajaran berbasis masalah

dan memberikan landasan dalam memecahkan masalah belajar

bagi siswa. Sedangkan manfaat praktisnya adalah 1) bagi

guru, mengembangkan kualitas guru dalam kegiatan

pembelajaran; 2) bagi siswa, memberikan ruang kepada

siswa untuk melakukan perubahan sekaligus menilai

kebiasaan mereka belajar di sekolah; 3) bagi sekolah,

hasil penelitian ini akan memberikan konstribusi positif

pada sekolah dalam rangka meningkatkan proses dan

prestasi belajar pada khususnya dan sekolah pada umumnya.

Kajian Pustaka

Pembelajaran Sosiologi

Belajar adalah suatu proses untuk pengenalan dan

pengakuan mengenai suatu fenomena sesuai dengan struktur

Page 6: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

6

alamiah yang ditanamkan secara utuh ke dalam diri peserta

didik. Secara psikologis, belajar dapat diartikan sebagai

suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara sadar dari

hasil interaksinya dengan lingkungan (Slameto: 2003).

Terkait dengan pendapat itu, Abin Syamsuddin Makmun

mengatakan bahwa di kalangan ahli psikologi terdapat

keragaman dalam mendifinisikan makna belajar. Namun,

secara eksplisit dan implisit dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses perubahan prilaku atau

pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman

tertentu (Abin S.M : 2003). Pendapat lain, menurut

Robert. M. Gagne dalam buku The Condition of Learning seperti

dikutip Adrian dikatakan : Learning is a change in human

disposition or capacity, wich persist over a period time, and wich is not simply

ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang

terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara

terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh pertumbuhan

saja (Adrian : 2006).

Berdasarkan dari pendapat tersebut pengertian

belajar adalah sebagai upaya sadar untuk mendapatkan

perubahan. Sedangkan pembelajaran sosiologi adalah suatu

proses pendidikan yang dimaksudkan untuk memberikan

kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-

konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial,

struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan

Page 7: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

7

konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial (BSNP :

2006). Selain itu, secara praktis dan aplikatif pelajaran

sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan sikap kepekaan

sosial siswa terhadap lingkungan sosial yang majemuk

sebagai fenomena kehidupan.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu

pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia

nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar

tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran

berbasis masalah digunakan untuk merangsang berfikir

tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah

(Nurhadi : 2004).

Menurut Sudarman mendefinisikan pembelajaran

berbasis masalah sebagai suatu pendekatan pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara

berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta

untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial

dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman :

2005).

Sedangkan menurut Ibrahim dikatakan pembelajaran

berbasis masalah adalah pembelajaran yang ciri utamanya

pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada

Page 8: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

8

keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik,

kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga

(Ibrahim, dkk : 2000). Sedangkan Ismail menyatakan bahwa

model pembelajaran menyajikan masalah autentik dan

bermakna sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan dan

menemukan sendiri (Ismail : 2004).

Dari pendapat di atas, dapat diketahui bahwa

pembelajaran berbasis masalah memiliki model pembelajaran

yang bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata

sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih

dan meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan

menyelesaikan masalah, serta mendapat pengetahuan konsep-

konsep penting.

Prestasi Belajar Sosiologi

Prestasi belajar adalah suatu istilah yang digunakan

untuk menunjuk sesuatu yang dicapai seseorang setelah

melakukan suatu usaha. Bila dikaitkan dengan belajar

berarti prestasi menunjuk sesuatu yang dicapai oleh

seseorang yang belajar dalam waktu tertentu. Prestasi

belajar dapat dilihat dari terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam

bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.

Menurut Howard Kingsley seperti dikutip Nana Sudjana

yang membagi tiga macam prestasi belajar, yakni : (1)

keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan

pengajaran, (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing

Page 9: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

9

golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam

kurikulum (Nana Sudjana : 1989). Soedijarto menyatakan

bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang

dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar

mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan

(Soedijarto : 1993). Sedangkan Joyce dan Showers,

menyatakan bahwa prestasi dalam pengajaran pada

hakikatnya adalah membantu siswa memperoleh informasi,

ide, keterampilan, nilai, cara berpikir, sarana

mengekspresikan dirinya, dan cara-cara relajar bagaimana

belajar (Pedoman Jartas SMA).

Berpijak pada pendapat diatas, dapatlah diketahui

bahwa prestasi belajar pada umunya diartikan sebagai

hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses

kegiatan belajar-mengajar, hasil itu berbentuk kemampuan

dan perubahan tingkah laku baik yang bersifat positif

maupun negatif dalam bidang sosiologi.

Metodologi Penelitian

Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Avicenna Cinere,

yang beralamatkan di Jl. Flamboyan Blok.F Cinere Depok

Jawa Barat. Waktu dari Bulan Januari – Maret 2014.

Subyek Penelitian

1. Siswa, dalam hal ini siswa kelas X yang berjumlah 22

siswa terdiri dari siswa 12 laki-laki dan 10 siswa

perempuan. Pengambilan subjek penelitian didasarkan

Page 10: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

Siklus 1

10

dari hasil observasi awal di mana proses belajar siswa

belum optimal, ditandai dengan banyak siswa yang pasif

dalam proses pembelajaran dan hasil kurang memuaskan

pada semester I.

2. Guru yang dalam hal ini adalah peneliti yang melakukan

pembelajaran sosiologi di SMA Avicenna Cinere, yang

diteliti adalah cara guru dalam melakukan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

melalui media massa.

3. Pengamat dalam hal ini adalah guru mata pelajaran

serumpun dan lainnya yang mengamati berlangsungnya

proses pembelajaran.

Rancangan Penelitian

Pendekatan penelitian tindakan kelas ini yang

digunakan adalah metode tindakan secara kolaboratif atau

Collaborative Classroom Action Research (CCAR), dengan guru patner

di kelas X SMA Avicenna Cinere yang berperan sebagai

kolaborator. Dalam proses penelitian direncanakan terdiri

dari dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua kali

tatap muka dan siklus kedua terdiri dari satu tatap muka.

Adapaun rancangan penelitian tindakan kelas ini dapat

dilihat dalam bagan berikut ini (Suharsimi Arikunto,

dkk : 2008) :

Perencana

Refleks Pelaksan

Pengamatan

Page 11: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

11

Siklus berikutnya (jika dibutuhkan) Gambar 1. Ringkasan rancangan penelitian

Prosedur Penelitian

1. Persiapan meliput; identifikasi masalah, penentuan

solusi, penyiapan instrumen pembelajaran dan

penyusunan lembar observasi.

2. Langkah-langkah penelitian

Setiap siklus dalam penelitian ini mencakup empat

langkah, yaitu :

Tabel .1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Kegiatan Siklus I Siklus IIPerencana

ana. Identifikasi masalah berupa prestasi belajar KD I sampai dengan hasil UTS Ganjil dan proses pembelajaran siswa yang kurang memuaskan.

b. Menganalisis penyebab masalah dan menetapkan solusi yangakan dilakukan

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran

d. Menyusun Lembar Kerja Siswa berbasis media visual

e. Menyusun lembar

a. Merangkum dan elaborasi hasil refleksisiklus I

b. Menetapkan solusi kegiatan pembelajaran

c. Menyiapkan perangkatpembelajaran

d. Menyusun Lembar Kerja Siswa berbasis media massa

e. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru

f. menyusun instrumen evaluasi tes siklus II

Refleksi Pelaksan

Pengamata

Perencana

Siklus 2

Page 12: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

12

observasi aktivitas siswa dan guru

f. menyusun instrumenevaluasi tes siklus I

Pelaksanaan

TindakanKelas

a. Pendahuluan ; Salam, penyiapan kondisi fisik, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menginformasikan modelpembelajaran yang akandilakukan dan apersepsi.

b. Kegiatan Inti ; -Pengembangan materi; melalui cuplikan filmdan artikel.

-Penerapan model PBL melalui beberapa tahap:(1)Pembagian kelompok

diskusi melalui undian.

(2)Menyampaikan permasalah sosial yang terkait dengannilai dan norma sosial melalui media visual.

(3)Mengajukan pertanyaan untuk memberikan tanggapan.

(4)Menyusun kesimpulan bersama melalui dinamika kelompok

(5)Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

(6)Post Test siklus I-Menganalisis dan mengevaluasi hasil

a. Pendahuluan ; Salam, penyiapan kondisifisik, guru menyampaikantujuan pembelajaran, motivasi dan apersepsi.

b. Kegiatan Inti ; -Pengembangan materi; melaui artikel berbasiswacana argumetatif.

-Penerapan model PBL melalui beberapa tahap :(1)Penunjukan ketua

kelompok dan juru bicara.

(2)Menyampaikan permasalah sosial yang terkait dengan perilaku sosial yang bertentangan dengan nilai melalui media massa.

(3)Membuka kerja kelompok melalui diskursif wacana argumenatif.

(4)Menyusun kesimpulan bersama hasil diskusi.

(5)Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

(6)Post Test siklus II-Evaluasi hasil diskusi.

c. Penutup ; Merumuskan hasil diskusidan merangkum materi pembelajaran

Page 13: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

13

diskusi.c. Penutup ; Guru membimbing siswa untuk merangkum materipelajaran

Pengamatan

Pengamatan kegiatan pembelajaran mencatat :a. kegiatan yang terkait dengan pembelajaran

b. pola interaksic. memformulasikan gagasan tertulis

d. menyampaikan argumentasi

e. merangkum materi diakhir pelajaran

Pengamatan dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan gurumitra terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar mengajarmelalui lembar observasi.

Pengamatan kegiatan pembelajaran mencatat :a. kegiatan yang terkait dengan pembelajaran

b. pola interaksic. memformulasikan gagasan tertulis

d. menyampaikan argumentasi

e. merangkum materi diakhir pelajaran

Pengamatan dalam kegiatan pembelajaran dilakukan secara kolaboratif dengan guru mitra terhadap pelaksanaan jalannya proses belajar mengajar melalui lembar observasi.

Refleksi

Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II.

Pada tahap analisis guru mengadakan evaluasi terhadap proses pembelajaran, kemudian direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

Data dan Cara Pengambilan Data

1. Sumber Data meliputi; Sumber data adalah siswa dan

guru.

Page 14: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

14

2. Jenis Data meliputi; aktivitas siswa dalam

pembelajaran, kinerja guru dalam menerapkan pola

pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian tindakan kelas (action research) ini adalah

metode dokumentasi, observasi dan tes hasil belajar.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan

analisis-deskriptif dengan membandingkan hasil belajar

sebelum tindakan dengan hasil belajar setelah tindakan.

Data dihitung dengan menggunakan bantuan software

komputer excel.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Siklus I Pertemuan ke-1

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana

pembelajaran siklus I pertemuan ke-1 dengan materi nilai-

nilai sosial dengan menggunakan metode ceramah, pemutaran

film, diskusi, dan tanya jawab, lembar kerja siswa dan

lembar pengamatan kegiatan siswa dan guru yang akan

menunjang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran berbasis masalah. Lembar pengamatan

digunakan untuk menilai aktivitas pembelajaran yang

Page 15: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

15

dilakukan siswa. Selain itu guru (obsever) juga

menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru (peneliti)

dalam melaksanakan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Pertemuan pertama, pada pertemuan ke-1 tahap

pelaksanaan ini guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi

fisik siswa dengan mengabsen siswa, menyiapkan buku dan

meteri pelajaran, pemberian motivasi dengan mengangkat

seorang tokoh bidang fisika bernama Stephen Hawkins dan

dilanjutkan membentuk kelompok. Pembentukan kelompok

yaitu dengan membagi siswa dalam satu kelas menjadi 4

kelompok melalui sistem undian. Pada saat pembagian

kelompok kondisi tetap kondusif dan terkontrol. Guru

kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran serta

menginformasikan model pembelajaran yang akan dilakukan.

Kemudian guru melakukan apersepsi, yaitu dengan

menyajikan masalah yang berkaitan dengan pentingnya nilai

dalam pembangunan bangsa dan meminta siswa memberikan

pendapat terhadap masalah tersebut.

Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan materi

nilai sosial yang meliputi pengertian, jenis-jenis nilai,

bentuk nilai, ciri-ciri dan fungsi nilai. Kemudian guru

memberikan contoh permasalahan yaitu model penanaman

nilai melalui cuplikan film To win attention dan Kenakalan

Remaja Metropolitan. Setelah itu dilanjutkan dengan

pembelajaran berbasis masalah yang dimulai dari

Page 16: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

16

mengorientasikan siswa pada pokok masalah. Dalam hal ini

guru menyajikan worksheet dan tiap kelompok mengerjakan

permasalahan yang sama tersebut.

Setelah itu guru meminta siswa untuk belajar

berkelompok dan dilanjutkan pembagian tugas anggotanya

serta meminta siswa menyajikan hasil diskusinya diatas

worksheet yang telah disediakan. Guru memberi batasan

waktu dengan dua kali putaran musik Kitaro. Selama proses

diskusi berlangsung guru membantu siswa dalam

pembelajaran. Dalam hal ini guru meminta dan mengarahkan

siswa untuk menyelesaikan masalah, mendorong siswa untuk

berdiskusi antar teman dalam satu kelompok.

Setelah diskusi kelompok selesai dilaksanakan,

dilanjutkan dengan mengembangkan dan mempresentasikan

hasil pemecahan masalah. Dalam hal ini guru memilih

secara acak kelompok yang ditugasi untuk mempresentasikan

hasil diskusinya, guru juga memberi kesempatan pada

kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok

lainnya. Dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi

sebagian besar siswa ikut terlibat aktif dalam memberikan

umpan balik dari penyaji. Setelah siswa selesai

menyajikan hasil diskusinya kegiatan pembelajaran

dilanjutkan dengan menganalisis dan memberi penguatan

dalam proses pemecahan masalah serta merangkum materi

pembelajaran.

Page 17: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

17

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Tabel. 1 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran

No Jawaban F %1 Sangat Baik 13 59.092 Baik 3 13.643 Cukup 4 18.184 Kurang 2 9.09

22 100 2) Lembar Observasi Guru

Pada siklus I pertemuan ke-1 guru dalam

mengangkat topik masalah sudah cukup baik, karena guru

menyajikan masalah secara kontekstual yang kehidupan

nyata, yaitu pola pendidikan orang tua dan pengaruhnya

pada perilaku remaja. Selain itu dalam memotivasi dan

membimbing siswa untuk memecahkan masalah juga sudah

baik, karena guru selalu bergerak mengontrol kegiatan

diskusi kelompok, meskipun demikian masih terdapat

beberapa siswa yang ngobrol sendiri dan memainkan

handphone saat diskusi berlangsung.

Dalam mengelola pembelajaran masuk dalam kategori

cukup baik karena guru dapat membimbing siswa

mengorganisasi tugas-tugas dan berbagi tugas dalam

kelompok. Dalam membantu siswa untuk belajar sudah baik,

guru meminta siswa untuk mengerjakan worksheet. Namun

demikian guru belum mampu mengefektifkan kegiatan

Page 18: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

18

pembelajaran siswa secara keseluruhan, akibatnya ada

beberapa siswa yang kurang terlayani dengan baik.

Dalam mengembangkan presentasi hasil karya masuk

dalam kategori baik dan atraktif. Guru meminta siswa

untuk mempresentasikan hasil karya dengan menunjuk dua

perwakilan dari salah satu kelompok untuk

mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas kemudian

dilakukan tanya jawab. Guru juga membantu dan mengarahkan

siswa yang mengalami hambatan dalam penyajian hasil

karya, dengan cara memperjelas akar permasalahan yang

menjadi perdebatan. Selain itu, guru juga memberi

kesempatan siswa lain untuk menanggapi hasil diskusi.

Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah yaitu

mulai dari merumuskan masalah, menganalisis masalah,

menyelesaikan, kemudian menyimpulkannya dalam kategori

baik. Begitu juga dengan kegiatan review materi

pembelajaran guru melakukan tanya jawab secara lisan dan

sebagai besar siswa mampu menjawab dengan baik. Secara

keseluruhan aktivitas guru dalam siklus I pertemuan ke-I

masuk dalam kategori baik. Namun, pemanfaatan waktu

pembelajaran belum berjalan secara efektif, terlihat

ketika pembelajaran selesai siswa masih melakukan

kegiatan pembelajaran. Berikut gambaran tabelnya:

Tabel. 2 Skor kinerja guru dalam pembelajaran

No Area Informasi KegiatanSkor

< 6

7 -

13 -

19 -

Page 19: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

19

1 Memotivasi siswa       21 2 Memunculkan topik masalah       20 

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran      2

3

04 Mengembangkan materi pembelajaran      23

5 Merangkum materi pembelajaran        23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan        2

2Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19– 24 = Sangat Baik

2. Siklus I Pertemuan ke-2

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana

pembelajaran siklus I pertemuan ke-2 yang meliputi,

tujuan pembelajaran, indikator hasil belajar, sumber dan

bahan, instrumen tes dan kegiatan belajar mengajar,

dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi. Tes

evaluasi siklus I dibuat untuk mengetahui tingkat

pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

Tes berupa soal pilihan ganda dan uraian berjumlah 15

soal. Selain itu, guru menyiapkan lembar pengamatan

aktivitas siswa dan guru yang akan menunjang pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model PBL.

b. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan guru terlebih dahulu

menyiapkan kondisi fisik siswa dengan mengucapkan salam,

Page 20: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

20

mengabsen siswa dan menyiapkan buku pelajaran dan

pengkondisian kelompok. Guru kemudian menyampaikan tujuan

pembelajaran serta menginformasikan pembelajaran yang

akan dilakukan. Kemudian guru melakukan motivasi dengan

mengangkat seorang tokoh muda bernama Marisol Valles

Garcia, yang memiliki keberanian dan ketulusan dalam

menjalankan pekerjaannya yang berat sebagai polisi. Guru

melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingatkan kembali

materi minggu sebelumnya dan mengkaitkannya dengan materi

hari ini serta mengkontektualisasi dengan kehidupan

nyata.

Pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi hasil

diskusi pada kelompok lain yang belum menyajikan hasil

karya pada pertemuan ke-1. Guru juga memberi kesempatan

pada kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi

kelompok lainnya. Setelah presentasi diskusi selesai,

dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil

pemecahan masalah melalui perumusan kesimpulan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan pelaksanaan evaluasi

tes hasil belajar yang diawali dengan mengingatkan materi

nilai sosial. Guru mengatur setting tempat duduk secara

klasikal. Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal

secara mandiri dan jujur. Kemudian dilanjutkan guru

membagikan soal tes pada siswa, evaluasi dilaksanakan

selama 45 menit. Dalam pelaksanaan evaluasi tes guru

melalukan pengawasan dan penguatan pada siswa tetap jujur

Page 21: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

21

dan mengerjakan soal semampunya serta memberikan

pemahaman terhadap soal yang kurang bias mereka pahami.

Setelah siswa selesai mengerjakan soal, kegiatan

pembelajaran dilanjutkan dengan pengumpulan hasil tes.

Kemudian guru menutup pelajaran dengan menyampaikan

rencana pembembelajaran pada pertemuan berikutnya.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Tabel. 3 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran siklus I

term II

No Jawaban F %1 Sangat Baik 11 57.892 Baik 8 42.113 Cukup 0 04 Kurang 0 0

20*) 100*) terdapat dua siswa yang tidak hadir karena ijin dan

sakit

2) Hasil tes pembelajaran

Pada siklus I nilai rata-rata siswa mencapai 76

dengan ketuntasan secara klasikal adalah 79 %.

Perbandingan nilai hasil belajar sebelum (KD ke-I) dan

setelah siklus I dapat dilihat dalam tabel sebagai

berikut :

Page 22: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

22

Tabel. 4 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar

siswa siklus I term II

No Area Informasi Pra Siklus Post Siklus I1 Ketuntasan 51% 87%2 Daya Serap 69 76

3) Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus I pertemuan ke-2 guru dalam memunculkan

kembali topik masalah sudah cukup baik, karena guru

menyajikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata

seperti fenomena nilai-nilai sosial masyarakat disekitar

Gunung Merapi, sehingga siswa menjadi antusias untuk

mengikuti pembelajaran.

Dalam mengorganisir kegiatan pembelajaran siswa

masuk dalam kategori cukup baik karena guru sudah mampu

membimbing siswa mengorganisasi kegiatan presentasi hasil

dikusi serta menjadikan kegiatan diskusi berlangsung

interaktif dalam memecahkan masalah, hal ini terjadi

hampir pada seluruh siswa.

Dalam meminta siswa melaksanakan evaluasi tes hasil

belajar dalam kategori baik, karena guru mampu memotivasi

dan meyakinkan siswa untuk mandiri dan konsisten dalam

mengerjakan soal. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan

tes yang berjalan kondusif serta hasil tes kognitif yang

mengalami peningkatan baik ketuntasan maupun daya serap.

Dalam memantau kerja siswa saat evaluasi tes masuk

dalam kategori baik, dalam hal ini guru berkeliling

memantau jalannya evaluasi tes hasil belajar. Namun dalam

Page 23: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

23

memberi batas waktu pelaksanaan tes sangat kurang,

sehingga sebagian siswa terburu-buru dan tidak selesai

dalam mengerjakan soal tes. Aktivitas guru pada siklus I

pertemuan ke-2 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel. 5 Skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus I

term II

No Area Informasi KegiatanSkor

< 6

7 -

13 -

19 -

1 Memotivasi siswa       222 Memunculkan topik masalah       23

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran    1

94 Mengembangkan materi pembelajaran     235 Merangkum materi pembelajaran       23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan       21

Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 –24 = Sangat Baik

d. Refleksi

Analisis terhadap kegiatan pembelajaran pada siklus

I ini didasari pada observasi selama kegiatan

pembelajaran yang meliputi kemampuan mengeksplor

permasalahan, argumentasi, daya nalar dan pembelajaran

yang berbasis masalah. Skor penilaian diberikan pada tiap

Page 24: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

24

pertemuan, yang juga instrumen itu dijadikan bahan untuk

menganalisis proses dan hasil pembelajaran pada siklus I.

Sedangkan kesimpulan dapat dilihat pada beberapa

kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan tersebut meliput : (1) siswa menyimak dan

mencatat informasi yang diberikan guru, (2) siswa dapat

melakukan formulasi masalah dari identifikasi sampai

penyelesaian, (3) siswa antusias dan interaktif dalam

pembelajaran, (4) guru melakukan pengelolaan pembelajaran

secara optimal, (5) pembelajaran berjalan dengan

kebermaknaan.

Kelemahannya meliputi : (1) masih ada sebagian siswa

yang tidak konsentrasi dalam menyimak penjelasan guru,

(2) sebagian kerja kelompok belum optimal dengan rasio

3 : 1, (3) pelaksanaan diskusi kadang tidak terkontrol

(out of context), (4) guru tidak memberikan batasan dan acuan

secara tegas dalam pelaksanaan presentasi hasil diskusi,

(5) efesiensi waktu yang belum optimal.

Sedangkan terkait penilaian proses dan hasil

pembelajaran sudah baik, hal itu dapat dilihat dari hasil

pengamatan dan hasil evaluasi tes. Misalnya pada hasil

tes kognitif 79% dari keseluruhan siswa memperoleh nilai

rata-rata 76 hal ini menunjukan bahwa pembelajaran

dilihat secara hasil sudah mencapai target ketuntasan.

Adapun bagian-bagian pembelajaran yang perlu diperbaiki

adalah tingkat konsentrasi siswa, memperhatikan pelayanan

Page 25: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

25

secara individual pada beberapa siswa yang bermasalah dan

merubah dinamika kelompok.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan guru menyusun rencana

pembelajaran siklus II dengan menggunakan metode ceramah,

case study berbasis wacana dari media massa, diskusi, dan

tanya jawab, worksheet, instrumen evaluasi tes kognitif,

lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru yang akan

menunjang pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan pelaksanaan

evalusi tes dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman

pada ranah kognitif siswa.

b. Pelaksanaan

Guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi fisik siswa

dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan

buku pelajaran dan dinamika kelompok. Guru kemudian

menyampaikan tujuan pembelajaran serta menginformasikan

model pembelajaran yang akan dilakukan. Kemudian guru

melakukan apersepsi, dan dilanjutkan dengan menyajikan

masalah yang berkaitan dengan norma sosial. Pembelajaran

dilanjutkan dengan mempresentasikan materi tentang

hakikat norma-norma sosial.

Setelah itu dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis

masalah yang dimulai dari mengorientasikan siswa pada

masalah. Dalam hal ini guru menyajikan worksheet dengan

tema Aparat Juga Nikmati Bisnis Prostitusi, tiap kelompok

Page 26: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

26

mengerjakan dan mempelajari permasalahan yang sama.

Setelah itu guru mengorganisir siswa untuk belajar sesuai

dengan kelompoknya. Guru juga menjelaskan setting

pembelajaran yang akan dilakukan. Guru meminta perwakilan

salah satu dari anggota kelompok untuk menjadi panelis,

utusan kelompok dipilih berdasarkan tingkat keaktifan

siswa yang kurang. Selama proses diskusi berlangsung guru

membantu dan membimbing siswa dalam memberikan penguatan

argumentasi. Setelah diskusi selesai dilaksanakan,

dilanjutkan dengan mengembangkan dan menyajikan hasil

pemecahan masalah. Dalam hal ini guru memilih secara acak

setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya,

guru memberi kesempatan pada para penelis untuk

memberikan argumentasi, hal yang sama juga berlaku pada

kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi kelompok

lainnya.

Setelah siswa selesai menyajikan hasil diskusinya

kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu dengan

membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah dan

memberikan penguatan terhadap hasil pemecahan masalah.

c. Pengamatan

1) Lembar Observasi Siswa

Tabel. 6 Skor aktifitas siswa dalam pembelajaran

No Jawaban F %1 Sangat Baik 13 59.092 Baik 8 36.36

Page 27: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

27

3 Cukup 1 4.554 Kurang 0 0.00

22 100

2) Hasil tes pembelajaran

Pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 78

dengan ketuntasan secara klasikal adalah 86 %.

Perbandingan nilai hasil belajar sebelum (KD ke-I),

siklus I dan setelah siklus II dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel. 7 Skor tingkat ketuntasan dan daya serap belajar

siswa siklus II

No Area InformasiPra

SiklusPost

Siklus IPost

Siklus II1 Ketuntasan 51 82 862 Daya Serap 69 76 78

3) Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pada siklus II guru dalam memunculkan masalah sudah

amat baik, karena guru menyajikan masalah secara variatif

dan kontekstual, yaitu perilaku aparat dalam masyarakat

yang menyimpang, sehingga siswa menjadi tertarik untuk

mengikuti pembelajaran. Dalam memotivasi siswa untuk

memecahkan masalah masuk dalam kategori baik, hal ini

dapat dilihat dari dalam kegiatn pembelajaran, siswa

begitu antusias untuk memecahkan masalah yang diberikan

oleh guru.

Page 28: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

28

Dalam mengorganisir kegiatan pembelajaran siswa

masuk dalam kategori baik karena guru sudah mampu

membimbing siswa mengorganisasi kerjasama tim dalam

kelompok. Dalam memantau kerja kelompok siswa masuk dalam

kategori baik, dalam hal ini guru berkeliling memantau

jalannya diskusi pada tiap-tiap kelompok. Guru juga

mengarahkan siswa yang mengalami kesulitan, dengan cara

menanyai kesulitan tiap-tiap kelompok kemudian

mengarahkannya untuk menyelesaikan masalah.

Guru meminta dan mengarahkan siswa untuk

mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru

memberi kesempatan siswa lain dan penelis untuk

menanggapi hasil dalam kategori baik. Dalam memberi

penguatan terhadap hasil penyelesaian masalah masuk dalam

kategori baik, karena guru sangat antusias dan yakin

dalam memberi penguatan.

Dalam meminta siswa mengerjakan soal essai masuk

dalam kategori amat baik, karena guru mampu memotivasi

siswa, sehingga siswa mampu mengerjakan soal, demikian

halnya dalam penyusunan soal tes dibuat berdasarkan

dengan alokasi waktu. Aktivitas guru pada siklus II dapat

dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel. 8 Skor kinerja guru dalam pembelajaran siklus

II

No Area Informasi KegiatanSkor

< 6

7 -

13 -

19 -

Page 29: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

29

1 Memotivasi siswa       232 Memunculkan topik masalah       22

3 Mengelola dan mengorganisir pembelajaran     22

4 Mengembangkan materi pembelajaran     215 Merangkum materi pembelajaran       23

6 Mengevaluasi dan menganalisis permasalahan       23

Keterangan :

< 6 = Kurang, 7 – 12 = Cukup, 13 – 18 = Baik, 19 –

24 = Sangat Baik

d. Refleksi

Analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran pada

siklus II menunjukkan kondisi pembelajaran yang baik dan

bermakna. Pandangan itu didasari pada observasi selama

kegiatan pembelajaran pada siklus II. Berikut ini

deskripsi kegiatan pembelajaran dengan model PBL pada

siklus II: (1) siswa dapat melakukan kegiatan

pembelajaran secara kolaboratif seperti merumuskan

masalah, menganalisis dan memberikan solusi, (2) siswa

saling berinteraksi, kerjasama dan dialog dalam diskusi,

(3) siswa mampu memformulasikan gagasan secara tertulis

maupun lisan, (4) guru sudah baik dalam memunculkan dan

mengembangkan masalah sebagai bahan diskusi, (5) guru

mengelola pembelajaran, memotivasi dan membimbing siswa

dalam berbagai tugas dan dinamika kelompok, (6) guru

sangat baik menganalisis dan mengevalusi proses

pembelajaran, (7) evaluasi hasil pembelajaran dilakukan

sesuai dengan prinsip penilaian.

Page 30: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

30

Secara empiris keseluruhan hasil pelaksanaan siklus

II adalah nilai rata-rata siswa pada tes evaluasi siklus

II sebesar 78 dengan ketuntasan belajar 86% , hal ini

menunjukkan bahwa dari aspek kognitif, ada 3 siswa yang

hasil belajarnya belum mencapai ketuntasan. Perubahan

peta kelas tersebut mengalami peningkatan positif

dibandingkan dengan evaluasi tes siklus I sekitar selisih

4%. Sedangkan dari aspek pengamatan aktivitas

pembelajaran siswa, sebanyak 95% (21 orang) sudah

mengikuti pembelajaran dengan baik dan 5% (1 orang)

dinyatakan cukup dalam keterlibatan pembelajaran. Hal ini

menunjukkan bahwa secara umum pada siklus II siswa sudah

memenuhi standar kompetensi pembelajaran yang meliputi

aspek kognitif (tes), motorik dan afektif

(non-tes/observasi). Peningkatan prestasi juga tampak

pada beberapa siswa yang tadinya kurang aktif ketika

diberikan peran lebih aktif untuk mengikuti pembelajaran.

Penelitian siklus II sudah sesuai dengan yang

diharapkan , maka tidak dilanjutkan untuk siklus

selanjutnya.

Pembahasan

Kegiatan pembelajaran akan berlangsung baik apabila

interaksi antara guru dan siswa berjalan dua arah.

Implementasi dari proses itu adalah guru menciptakan

kondusi pembelajaran yang dinamis, efektif dan kondusif.

Misalnya dalam proses pembelajaran, guru harus memilih

Page 31: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

31

metode, pendekatan, model dan strategi pembelajaran yang

tepat dan sesuai materi yang akan disampaikan sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Keberhasilan pembelajaran dapat diketahui dari prestasi

belajar hasil tes dan proses belajar siswa dikelas.

Oleh karena itu, proses pembelajaran menuntut

keaktifan siswa dan kreatifitas guru. Terkait dengan hal

itu, penelitian ini menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar pada

pelajaran sosiologi kelas X SMA Avicenna Cinere. Langkah

awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi pokok

permasalahan pada penelitian ini. Selanjutnya guru

mempersiapkan rencana pembelajaran, cuplikan film,

artikel dari media massa, instrumen evaluasi tes, lembar

kerja siswa dan aktifitas guru.

Berdasarkan hasil penelitian ini ternyata model

pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata

tes pada tiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I

rata-rata nilai tes mencapai 76, pada siklus II nilai

rata-rata siswa mencapai 78. Pada siklus I pertemuan ke-2

ketuntasan belajar secara klasikal mencapai 79 %, dan

pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 86%. Hasil

belajar kognitif siswa pada siklus II memenuhi indikator

yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, yaitu

Page 32: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

32

sekurang-kurangnya 85 % dari keseluruhan siswa yang ada

di kelas tersebut memperoleh nilai 65 atau mencapai

ketuntasan 65%.

Hasil aktivitas belajar siswa yang masuk kategori

sangat baik pada siklus I pertemuan ke-1 ada 56% siswa,

baik 14,64%, cukup 12,18% dan kurang 8,09%. Pada siklus I

pertemuan ke-2 sangat baik ada 57,89% siswa, baik 42,11%

siswa, cukup dan kurang 0% siswa. Sedangkan pada siklus

II sangat baik ada 59% siswa, baik 36,36% siswa, cukup

4,45% siswa dan kurang 0%. Dengan demikian ketuntasan

aktivitas belajar siswa sudah memenuhi indikator yang

ditetapkan dalam kriteria keruntasan minimal.

Hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa

pada siklus I belum mencapai indikator yang telah

ditetapkan, hal ini disebabkan siswa belum terpola dengan

pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran

berbasis masalah. Pelaksanaan model pembelajaran berbasis

masalah belum dapat berlangsung secara optimal. Hal ini

disebabkan beberapa faktor seperti minimnya sarana

pembelajaran dan kurangnya ketelitian tim observer dalam

memberikan input. Selain itu siswa terkadang mengaalami

lost control dalam pelaksanaan diskusi pembelajaran.

Pada siklus II guru melaksanakan perbaikan

pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

pada siklus I. Upaya yang dilakukan adalah dengan

meningkatkan aktivitas guru dalam pembelajaran,

Page 33: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

33

memotivasi siswa untuk memecahkan permasalahan,

mengaktifkan diskusi dalam kelompok, membimbing siswa

yang mengalami kesulitan dalam menyajikan hasil karya,

dan juga memberi penguatan terhadap hasil pemecahan

masalah.

Pada siklus II masih ditemukan kendala-kendala pada

tingkat konsentrasi siswa yang masih kurang namun

frekuensinya kecil, hal ini terjadi karena siswa sudah

mulai terpola dengan model pembelajaran berbasis masalah.

Pada siklus II siswa sudah aktif dalam pembelajaran,

mereka mampu mengidentifikasi masalah, mengkonstruk

sebuah konsep dan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan

maupun lisan. Model pembelajaran seperti itulah yang

memberikan ruang secara terbuka bagi siswa untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan secara majemuk, bukan

sebaliknya pembelajaran yang menjejali ilmu pengetahuan

tanpa memperhatikan eksistensi utuh siswa (Amir Tengku

Ramly dan Erlin Trisyulianti : 2006).

Pelaksanaan yang dilakukan guru pada setiap siklus

yaitu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan membuka

dengan salam, mengabsen siswa, motivasi dan menyiapkan

buku pelajaran dan membentuk kelompok. Guru kemudian

menyampaikan tujuan proses dan tujuan pembelajaran yang

akan dilakukan. Kemudian guru melakukan apersepsi, yaitu

dengan mengingatkan kembali materi minggu kemarin dan

mengkaitkannya dengan materi hari ini kemudian guru

Page 34: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

34

menyajikan masalah yang berkaitan dengan nilai dan norma

sosial. Guru menyampaikan materi nilai dan norma sosial,

kemudian guru memberikan model pendidikan nilai orangg

tua, kenakalan remaja dan perilaku menyimpang yang

terjadi di masyarakat. Dalam hal ini guru menyajikan

lembar kerja siswa yang telah dibuat, tiap kelompok

mengerjakan permasalahan yang sama dan meminta siswa

mempelajari masalah tersebut.

Setiap hasil karya kelompok dipresentasikan didepan

kelas, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan

tanggapan terhadap hasil karya kelompok lainnya. Kegiatan

itu dilakukan hingga akhir yakni dengan merumuskan sebuah

kesimpulan dan merangkum materi yang terkait dengan pokok

bahasan pembelajaran. Peran aktif dan kreatif guru cukup

menentukan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga

rangkaian pembelajaran dari perencanaan sampai dengan

evaluasi berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat

disimpulankan bahwa :

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah pada pelajaran sosiologi materi

pembelajaran nilai dan norma sosial pada kelas X SMA

Avicenna Cinere meningkatkan hasil belajar siswa

Page 35: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

35

secara signifikan. Rata-rata skor yang dicapai siswa

diakhir siklus II adalah 78 dengan ketuntasan belajar

secara klasikal sebesar 86 %.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah dapat meningkatkan kreatifitas dan

sikap kritis siswa, hal itu terlihat dari skor

perolehan pada aktivitas belajar siswa yakni 59% siswa

kategori sangat baik, 36,36% siswa kategori baik,

4,45% siswa kategori cukup.

3. Guru antusias dan tertantang untuk melakukan

pembelajaran secara lebih baik.

Saran

Berdasarkan temuan penelitian, maka saran yang diajukan

adalah:

1. Bagi guru, hendaknya menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah secara kontinu dan terstruktur.

2. Bagi peneliti, perlu diadakan penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan cara memodifikasi desain penelitian misalnya

dengan menggunakan eksperimen dan korelasi, dalam

proses belajar mengajar.

3. Pimpinan sekolah agar memfasilitasi dan mendorong

program pengembangan profesionalisme guru secara

serius dan kontinu seperti pemberdayaan program lesson

Page 36: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

36

study, supervisi berkala dan evaluasi program

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Diaksesdari situs http://www.artikel.us.com/art05-65.html

Abin S.M . 2003. PsikologiKependidikan. Bandung : RemajaRosda Karya.

Andriani Dani. 2006. Pembelajaran dengan menggunakan modelpembelajaran berbasis masalah pada pelajaran IPS-Ekonomipokok bahasan perusahaan dan badan usaha pada kelas VII SMPNegeri 4 Randudongkal. Skripsi - UNNES. Tidakditerbitkan.

Arikunto Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Bumi Aksara.

Badan Standarisasi Nasional Pendidikan. 2006. StandarKompetensi, Kompetensi Dasar dan Standar Kelulusan (SK, KD,dan SKL) SMA Mata Pelajaran Sosiologi.

Belajar Tuntas,Diakses dari situshttp://www.jip.pdkjateng.go.id/data/PEDOMANSMA/JARTAS.doc

Ibrahim, Muslimin dan Muhamad Nur. 2000. PembelajaranBerdasarkan Masalah, Surabaya : Universitas NegeriSurabaya.

Ismail. 2004. Model-Model Pembelajaran: Materi Pelatihan TerintegrasiGuru Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta :Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban.Jakatra : Grasindo.

Puji Hidayati, Oktia Fajri. 2007. Studi Komparasi Hasil BelajarGeografi Antara Pembelajaran Berbasis Masalah DenganPembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas XI Program Ilmu

Page 37: Implementasi PBL berbasis Media Massa (Bahan Makalah Seminar Nasional di PPPPTK Seni-Budaya Yogyakarya Februari 2015)

37

Sosial SMA Negeri 9 Semarang Tahun. Skripsi - UNNES.Tidak diterbitkan.

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soedijarto. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan danBermutu. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudarman. 2005. Problem Based Learning Suatu Model PembelajaranUntuk Mengembangkan dan Meningkatkan KemampuanMemecahkan Masalah”. Artikel Ilmiah FKIPUniversitas Mulawarman Samarinda.

Sudjana Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo, h. 45.

Tengku Ramly Amir dan Trisyulianti Erlin. 2006. PumpingTeacher : Memompa Teknik Pengajaran Menjadi Guru Kaya.Jakarta : Kawan Pustaka.

Yasa, Putu. 2002. “Belajar Berdasarkan Masalah (Problem BasedLearning) Dengan Pendekatan Kelompok Kooperatif SebagaiUpaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Fisika Siswa Kelas IIISLTP Negeri 2 Singaraja”. Tesis: Program StudiPendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam, IKIP Negeri SingarajaDesember 2002.