Top Banner
IMPLEMENTASI O-Score MODEL UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) SKRIPSI Disusun untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya MAI SOVI TRISWIDJANTI 135030207111070 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS KONSENTRASI KEUANGAN MALANG 2017
166

IMPLEMENTASI O-Score MODEL UNTUK MEMPREDIKSI ...repository.ub.ac.id/2914/1/Mai Sovi Triswidjanti.pdf4.11 Kondisi Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk Periode 2011-2015 80 4.12

Jan 31, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • IMPLEMENTASI O-Score MODEL UNTUK

    MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS

    PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garmen yang

    Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

    SKRIPSI

    Disusun untuk Menempuh Ujian Sarjana

    Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    MAI SOVI TRISWIDJANTI

    135030207111070

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

    KONSENTRASI KEUANGAN

    MALANG

    2017

  • i

    MOTTO

    MAN JADDA WAJADA

    ( siapa bersungguh-sungguh pasti berhasil )

    MAN SHABARA ZHAFIRA

    ( siapa yang bersabar pasti beruntung )

    MAN SARA ALA DARBIWASHALA

    ( siapa menapaki jalan-Nya akan sampai ke tujuan )

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    RINGKASAN

    Mai Sovi Triswidjanti, 2017, Implementasi O-Score Model untuk

    Memprediksi Financial Distress Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur

    Sub Sektor Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

    2011-2015), Nila Firdausi Nuzula, S.Sos., M.Si., Ph.D, 217 hal + xv.

    Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesulitan keuangan

    (financial distress) perusahaan dari hasil perhitungan O-Score Ohlson. Prosedur

    penilaian financial distress dalam penelitian ini menggunakan rumus O-Score

    Model yang telah dipublikasikan oleh Ohlson pada tahun 1980 yang

    menggunakan metode statistik bernama conditional logit. Terdapat tujuh variabel

    sebagai dasar perhitungan yaitu total assets, GNP price level index, Total

    liabilitas, Liabilitas lancar, Aset lancar, Pendapatan bersih, Arus kas dari kegiatan

    operasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

    metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tekstil dan

    garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Teknik

    pemilihan sampel yaitu dengan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria-

    kriteria yang telah ditentukan, diperoleh tiga belas perusahaan yang dijadikan

    sampel penelitian. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan

    tahunan dan laporan keuangan perusahaan yang telah di audit dan diperoleh dari

    BEI untuk perusahaan manufaktur sub sektor tekstil dan garmen tahun 2011-2015

    dan data gnp yang diperoleh dari badan pusat statistik.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhitungan O-Score Model yang

    diterapkan untuk memperoleh nilai O-Score yang digunakan sebagai tolak ukur

    prediksi financial distress sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan Ohlson.

    Hasil prediksi menyatakan bahwa terdapat satu perusahaan yang mengalami

    financial distress, sembilan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan

    tiga perusahaan dalam kondisi tidak stabil selama tahun 2011-2015. Variabel X5,

    X6, X8, X3, X9 dan X1 berkontribusi secara signifikan dalam perhitungan O-Score

    Model dan analisis financial distress.

    Kata kunci: O-Score Model, Ohlson, Financial Distress

  • vi

    SUMMARY

    Mai Sovi Triswidjanti, 2017, Implementation of O-Score Model to Predict

    Company’s Financial Distress ( Study on Manufacturing Company Sub Sector

    Textile and Garment Listed in Indonesian Stock Exchange Period 2011-2015),

    Nila Firdausi Nuzula, S.Sos., M.Si., Ph.D, 217 pages + xv.

    This research supposed to assess company’s financial distress from the

    calculation of O-Score Ohlson. Procedure for assessment of financial distress in

    this study using the formula O-Score Model that has been published by Ohlson in

    1980 that uses statistical methods named conditionals logit. In O-Score Model

    formula have seven variable that are total assets, gross national product price

    level index, total liabilities, current liabilities, current assets, net income, cash

    flow from operation. This research applied descriptive research which use

    quantitative method. Population in this reserach are Textile and Garment

    Companies that listed in Indonesian Stock Exchange period 2011-2015. Sampling

    technique in this research use puposive sampling. According to the criteria

    obtained thirhteen companies as research sample. Type of data use secondary

    data that are audited annual report and audited financial report obtained from

    IDX for manufacturing company sub sector textile and garment companies period

    2011-2015 and also GNP that obtained from central bureau of statistic.

    The results of this research show that the calculation of applied O-Score

    Model to obtain the value of O-Score which is used as a benchmark prediction of

    financial distress corresponding to the classification that have been determined by

    Ohlson. The result show that there are one companies suffers financial distress,

    nine companies in safe financial condition and three companies in unstabil

    condition within period 2011-2015. Variable X5, X6, X8, X3, X9 dan X1 have

    significant contribution in O-score model calculation and financial distress

    analysis.

    Keyword: O-Score Model, Ohlson, Financial Distress

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya,

    sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi O-

    Score Model untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan (Studi Pada

    Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir

    yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

    Ilmu Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    Malang.

    Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti tidak jarang

    mengalami berbagai kendala dengan proses yang panjang dalam penyelesaiannya.

    Namun, kendala tersebut dapat terselesaikan dengan adanya bantuan, bimbingan,

    dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS, selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya.

    2. Ibu Prof. Dr. Dra. Endang Siti Astuti, M.Si selaku Ketua Jurusan

    Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

    3. Bapak Muhammad Iqbal, S.Sos., M.IB., DBA, selaku Sekretaris Jurusan

    Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas

    Brawijaya.

  • viii

    4. Bapak Dr. Wilopo, M.AB., selaku Ketua Program Studi Administrasi

    Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya.

    5. Ibu Nila Firdausi Nuzula, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang dengan

    sabar telah membimbing, memberikan arahan, dan bersedia meluangkan

    waktu sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

    6. Seluruh dosen pengajar Administrasi Bisnis yang telah memberikan ilmu

    yang bermanfaat selama perkuliahan.

    7. Ibunda Wahyu Wijayati, ayahanda Sutrisno dan adik Sandra Tali’a

    Triswidjanti yang telah meberikan dukungan moril maupun materiil,

    motivasi, doa, kasih sayang dan semangat yang luar biasa bagi peneliti

    selama ini. Gelar ini merupakan wujud amanah dan sedikit persembahan

    yang peniliti berikan kepada kedua orang tua.

    8. Sahabatku Azizah Ajeng Tristiana yang selalu memberikan motivasi dan

    mendengarkan keluh kesah peneliti selama ini.

    9. Valeria Pramudita Suwandari dan Gagas Septian Nur Fikri yang telah

    memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi selama ini.

    10. Keluarga siluet (Lizza Faradipta, Miati Kusuma Wardani dan Chintya

    Chrismatin) , keluarga kedua di malang sejak maba yang selalu mendoakan

    dan memberikan semangat.

    11. Terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan

    satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini

  • ix

    Peneliti menyadari baik dalam penulisan, penyusunan, dan penyajian materi

    dalam skripsi ini. Peneliti berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca

    atas segala kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

    berbagai pihak yang membutuhkan

    Malang, 15 Juni 2017

    Peneliti

  • x

    DAFTAR ISI

    MOTTO .......................................................................................................... i

    TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ............................................................ ii

    TANDA PENGESAHAN ............................................................................... iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................... iv

    RINGKASAN ................................................................................................. v

    SUMMARY ...................................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

    BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

    A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8 D. Kontribusi Penelitian ...................................................................... 8 E. Sistematika Pembahasan ................................................................ 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 10

    A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10 B. Laporan Keuangan ......................................................................... 15

    1. Pengertian Laporan Keuangan ................................................. 15 2. Tujuan Laporan Keuangan ....................................................... 16 3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ............................. 17 4. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan........................................... 18 5. Pengguna Laporan Keuangan................................................... 19

    C. Analisis Laporan Keuangan ........................................................... 20 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ................................... 20 2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan .................... 21 3. Tahapan Analisis Laporan Keuangan ...................................... 21 4. Metode Analisis Laporan Keuangan ........................................ 22 5. Teknik Analisis Laporan Keuangan ......................................... 22

    D. Financial Distress .......................................................................... 23 1. Pengertian Financial Distress .................................................. 23 2. Penyebab Financial Distress .................................................... 25 3. Manfaat Prediksi Financial Distress ........................................ 25

    E. Model Prediksi Financial Distress................................................. 26 1. Model Altman (Z-Score) .......................................................... 26

  • xi

    2. Model Springate (S-Score) ....................................................... 29 3. Model Zmijewski (X-Score) ..................................................... 30 4. Model Ohlson (O-Score) .......................................................... 31

    BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 34

    A. Jenis Penelitian ............................................................................... 34 B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 34 C. Variabel Penelitian ......................................................................... 35

    1. O-Score Model ......................................................................... 35 2. Prediksi Financial Distress ...................................................... 37

    D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 37 1. Populasi .................................................................................... 37 2. Sampel ...................................................................................... 38

    E. Sumber Data ................................................................................... 40 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41 G. Teknik Analisis Data ...................................................................... 41

    1. Menghitung O-Score ................................................................ 42 2. Mengidentifikasi Financial Distress ........................................ 44

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 45

    A. Gambaran Umum Perusahaan ....................................................... 45 B. Penyajian Data ............................................................................... 56 C. Analisis Data .................................................................................. 87

    1. O-Score Model ......................................................................... 87 2. Financial Distress .................................................................... 131

    D. Intepretasi Hasil Penelitian ............................................................ 135

    BAB V PENUTUP .......................................................................................... 142

    A. Kesimpulan .................................................................................... 142 B. Saran ............................................................................................... 143 C. Keterbatsan Penelitian .................................................................... 145

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 146

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Judul Halaman

    2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 13

    2.2 Matriks Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan 24

    3.1 Populasi Industri Manufaktur Sub sektor Tekstil dan

    Garmen

    38

    3.2 Teknik Purposive Sampling 39

    4.1 Kondisi Keuangan Polychem Indonesia Tbk Periode 2011-

    2015

    57

    4.2 Kondisi Keuangan PT Argo Pantes Tbk Periode 2011-2015 60

    4.3 Kondisi Keuangan PT Eratex Djaja Tbk Periode 2011-2015 62

    4.4 Kondisi Keuangan PT Ever Shine Tex Tbk Periode 2011-

    2015

    65

    4.5 Kondisi Keuangan PT Panasia Indo Resources Tbk Periode

    2011-2015

    67

    4.6 Kondisi Keuangan Indo Rama Synthhetic Tbk Periode

    2011-2015

    69

    4.7 Kondisi Keuangan Apac Citra Centertex Tbk Periode 201-

    2015

    71

    4.8 Kondisi Keuangan Pan Brothers Tbk Periode 2011-2015 74

    4.9 Kondisi Keuangan Asia Pasific Fibers Tbk Periode 2011-

    2015

    76

    4.10 Kondisi Keuangan Ricky Putra Globalindo Tbk Periode

    2011-2015

    78

    4.11 Kondisi Keuangan PT Sunson Textile Manufacturer Tbk

    Periode 2011-2015

    80

    4.12 Kondisi Keuangan PT Tifico Fiber Indonesia Tbk Periode

    2011-2015

    82

    4.13 Kondisi Keuangan PT Nusantara Inti Corpora Tbk Periode

    2011-2015

    85

    4.14 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Polychem

    Indonesia Tbk Periode 2011-2015

    87

    4.15 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Argo Pantes

    Tbk Periode 2011-2015

    90

    4.16 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Eratex Djaja

    Tbk Periode 2011-2015

    93

    4.17 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Ever Shine Tex

    Tbk Periode 2011-2015

    96

    4.18 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Panasia Indo

    Resources Tbk Periode 2011-2015

    99

    4.19 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Indo Rama

    Synthetic Tbk Periode 2011-2015

    102

  • xiii

    Tabel Judul Halaman

    4.20 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Apac Citra

    Centertex Tbk Periode 2011-2015

    105

    4.21 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Pan Brothers Tbk

    Periode 2011-2015

    108

    4.22 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Asia Pasific Fibers

    Tbk Periode 2011-2015

    112

    4.23 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada Ricky Putra

    Globalindo Tbk Periode 2011-2015

    115

    4.24 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Sunson Textile

    Manufacturer Tbk Periode 2011-2015

    118

    4.25 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Tifico Fiber

    Indonesia Tbk Periode 2011-2015

    120

    4.26 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan pada PT Nusantara Inti

    Corpora Tbk Periode 2011-2015

    124

    4.27 Ringkasan Perhitungan P (O-Score) Perusahaan Sampel 131

    4.28 Ringkasan Klasifikasi Perusahaan Berdasarkan P (O-Score) 135

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Judul Halaman

    1.1 Mekanisme Transmisi Dampak Krisis Global ke

    Indonesia

    2

  • 217

    Rincian 2010 2011 2012 2013 2014* 2015**

    Produk Domestik Bruto (miliar rupiah) 6 864 133,1 7 831 726,0 8 615 704,5 9 546 134,0 10 565 817,3 11 540 789,8

    Produk Domestik Bruto per kapita (ribu rupiah) 28 778,2 32 363,7 35 105,2 38 365,9 41 900,4 45 176,2

    Produk Nasional Bruto (miliar rupiah) 6 681 362,2 7 614 833,3 8 372 511,5 9 260 807,8 10 211 343,1 11 154 531,9

    Produk Nasional Bruto per kapita (ribu rupiah) 28 011,9 31 467,5 34 114,3 37 219,2 40 494,7 43 664,2

    Pendapatan Nasional (miliar rupiah) 5 172 926,0 5 967 173,9 6 510 395,3 7 188 558,5 7 907 963,2 8 430 122,9

    Pendapatan Nasional per kapita (ribu rupiah) 21 687,7 24 658,7 26 527,0 28 890,8 31 360,3 32 999,5

    Jumlah penduduk pertengahan tahun 1 (juta orang) 238,5 242,0 245,4 248,8 252,2 255,5

    Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan Pendapatan per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2015

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    CURICULUM VITAE

    I. Identitas Diri

    1. Nama : Mai Sovi Triswidjanti

    2. Tempat, Tanggal Lahir : Gresik, 04 Mei 1995

    3. Alamat : Jl. Taman Enggano Dalam 4 No.22

    Perumahan Gresik Kota Baru

    4. Agama : Islam

    5. No. Telepon : 082-144-718-480

    6. Email : [email protected]

    II. Pendidikan Formal

    No. Tingkat Tahun

    1 TK Islam Bhakti 5 Gresik, Jawa Timur 1999 – 2001

    2 Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama 1 Trate Gresik, Jawa Timur 2001 – 2007

    3 Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Gresik, Jawa Timur 2007 – 2010

    4 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kebomas Gresik, Jawa Timur 2010 – 2013

    5 Universitas Brawijaya, Fakultas Ilmu Administrasi, Program Studi

    Administrasi Bisnis, Malang Jawa Timur 2013 – Sekarang

    III. Pendidikan Non Formal

    Kursus / Pelatihan

    No. Keterangan Tempat Instansi Tahun

    1 English Fisrt Malang English First 2013-2015

    2 Praktek Kerja Lapangan

    (Magang)

    Surabaya Kantor Pusat PT Pelabuhan

    Indonesia III (Persero)

    2016

    IV. Pengalaman Organisasi

    No. Keterangan Tahun

    1. Staff of Fund and Business Administration English Club FIA UB 2014- 2015

  • No. Keterangan Tahun

    2. Staff of Public Relationship Administation English Club FIA UB 2015 - 2016

    3. Bendahara Umum 2 Administation Music Club FIA UB 2015 - 2016

    4. Bendahara Umum 1 Administration Music Club FIA UB 2016 - 2017

    Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

    Malang, 15 Juni 2017

    Mai Sovi Triswidjanti

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Salah satu bank terbesar Perancis BNP Paribas mengumumkan pembekuan

    beberapa sekuritas yang terkait dengan kredit perumahan berisiko tinggi Amerika

    Serikat (subprime mortgage) pada Agustus 2007. Pembekuan ini menyebabkan

    kriris keuangan global dan memicu gejolak di pasar finansial di seluruh dunia.

    Intensitas krisis meningkat pada triwulan III-2008. Seiring dengan kebangkrutan

    bank investasi terbesar Amerika Serikat (AS) Lehman Brothers, yang diikuti oleh

    kesulitan keuangan di sejumlah lembaga keuangan berskala besar di AS, Eropa dan

    Jepang. Krisis keuangan dunia tersebut berdampak ke perekonomian Indonesia

    yang ditandai dengan adanya gejolak di pasar modal dan pasar uang

    (www.bi.go.id).

    Dampak krisis global ke perekonomian Indonesia pada dasarnya melewati dua

    jalur, yaitu jalur finansial dan jalur perdagangan. Dampak melalui jalur finansial

    terjadi pada bank atau lembaga keuangan. Dampak melalui jalur perdagangan telah

    mengakibatkan menurunnya kinerja pembayaran Indonesia. Gambar 1.1

    merupakan mekanisme transmisi dampak krisis global ke Indonesia

    (www.bi.go.id).

    http://www.bi.go.id/

  • 2

    Gambar 1.1 Mekanisme Transmisi Dampak Krisis Global ke Indonesia

    Sumber: Bank Indonesia (www.bi.go.id), 2016

    Dampak krisis keuangan global ke Indonesia lebih banyak ditransmisikan

    melalui jalur perdagangan atau makro ekonomi dibandingkan jalur finansial.

    Dampak rambatan melalui jalur perdagangan berpotensi sangat signifikan dalam

    mempengaruhi perekonomian nasional. Dampak krisis melalui jalur perdagangan

    yang cukup signifikannya ini tidak terlepas dari karakteristik ekspor Indonesia yang

    didominasi oleh komoditas primer dan negara tujuan ekspor yang kurang

    terdiversifikasi. Negara tujuan utama ekspor Indonesia cenderung terkonsentrasi

  • 3

    pada sejumlah negara, dimana lebih dari separuh pangsa ekspor tertuju pada empat

    sampai lima negara saja. Selama tahun 2000-2007, mitra dagang utama Indonesia

    meliputi Jepang, AS, Singapura, Korea, dan China. Meskipun demikian, terdapat

    kecenderungan pergeseran dominasi, dimana mitra dagang teratas yaitu Jepang dan

    AS memiliki pangsa yang mulai menurun dalam empat tahun terakhir

    (www.bi.go.id).

    Sektor-sektor yang paling terkena imbas krisis keuangan global adalah

    sektor yang mengandalkan permintaan eksternal, seperti industri manufaktur,

    pertanian, dan pertambangan. Ketiga sektor ini menyumbang lebih dari 50% PDB

    dan menyerap lebih dari 60% tenaga kerja nasional. Dampak krisis keuangan global

    pada ketiga sektor ini mengakibatkan peningkatan pemutusan hubungan tenaga

    kerja. Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi

    (Depnakertrans) sampai dengan akhir Desember 2008, jumlah pekerja yang

    dirumahkan telah mencapai sekitar 10.306 orang. Angka ini diperkirakan akan terus

    meningkat sejalan dengan belum adanya tanda-tanda perbaikan perekonomian

    dunia (www.bi.go.id).

    Berdasarkan hasil pemantauan Bank Indonesia, terlihat bahwa industri-

    industri manufaktur juga terkena dampak krisis dengan tingkat keparahan yang

    bervariasi antar industri. Industri tekstil, garmen, dan alas kaki, serta elektronik dan

    otomotif tekena dampak krisis yang paling parah. Dampak negatif dari krisis

    keuangan global 2008-2009 industri tekstil dan garmen diperkirakan mengalami

    penurunan tingkat produksi sebanyak 10% (www.smeru.or.id).

    http://www.smeru.or.id/

  • 4

    Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia sangat rentan terhadap

    krisis keuangan global 2008-2009 karena sebagian besar produk tekstil Indonesia

    diekspor ke AS dan Uni Eropa. Melemahnya daya beli negara-negara tersebut akan

    menurunkan ekspor TPT yang kemudian berimbas pada penurunan kapasitas

    produksi dan pengurangan tenaga kerja industri. Peran industri TPT dalam

    perekonomian Indonesia cukup besar, yaitu memberikan kontribusi sekitar 3,5%

    terhadap total nilai ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2008-2009 dan sekaligus

    merupakan industri padat karya yang mampu menyerap lebih dari satu juta tenaga

    kerja (www.smeru.or.id).

    Pusat-pusat industri tekstil dan garmen di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

    Banten diberitakan telah mengalami dampak dari krisis keuangan global 2008-

    2009. Dampak tersebut terlihat dari menurunnya permintaan produk dan

    meningkatnya harga input di 40-an industri tekstil dan garmen di Bandung dan

    Cimahi yang menyebabkan banyak sekali karyawan yang dirumahkan. Di

    Purwakarta lebih dari 6.000 karyawan berpotensi mengalami pemutusan hubungan

    kerja (PHK) karena sebuah perusahaan di AS membatalkan kontraknya yang

    bernilai dua juta dollar Amerika. Keadaan serupa juga terjadi di industri tekstil dan

    garmen di Jawa Tengah (Solo, Kendal, Semarang dan Boyolali), 400.000 karyawan

    di industri tersebut diperkirakan juga akan mengalami PHK akibat dibatalkannya

    pemesanan dari AS, Eropa Barat, Korea Selatan dan Turki (www.smeru.or.id).

    Dampak krisis keuangan global 2008-2009 yang terjadi pada industri tekstil

    dan garmen yaitu penurunan produksi, kenaikan harga input hingga terjadinya PHK

    di beberapa perusahaan tekstil dan garmen, secara tidak langsung menggambarkan

  • 5

    adanya kesulitan keuangan (financial distress). Menurut Platt dan Platt (2002: 185)

    financial distress didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang

    terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dapat

    dikenali lebih awal sebelum terjadi dengan menggunakan suatu model sistem

    peringatan dini (early warning system). Ketidaksiapan perusahaan dalam

    memprediksi financial distress menyebabkan perusahaan akan mengalami

    kebangkrutan.

    Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui melalui laporan keuangan. Laporan

    keuangan tidak dapat menunjukkan keadaan keuangan perusahaan jika tidak

    dilakukan kegiatan pengolahan laporan keuangan, dalam hal ini adalah analisis

    laporan keuangan. Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan

    perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu,

    saat ini, dan masa depan (Syamsuddin, 2009:37).

    Model prediksi financial distress sebagai sistem peringatan dini (early warning

    system) perlu untuk dilakukan, karena dapat digunakan oleh perusahaan dalam

    melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menangani kondisi krisis keuangan.

    Beberapa peneliti telah mengembangkan model prediksi untuk membantu calon

    investor dan kreditor dalam memilih perusahaan tempat menaruh dana agar tidak

    terjebak dalam masalah financial distress. Model-model tersebut antara lain

    dikemukakan oleh Altman, Ohlson dan Zmijewski (Kumar dan Kumar, 2012).

    Salah satu model prediksi financial distress yang dapat digunakan adalah O-

    Score Model. Model ini dikemukakan oleh James A. Ohlson pada tahun 1980 dalam

    jurnalnya yang berjudul “Financial Ratio dan The Probabilistic Prediction of

  • 6

    Bankruptcy”. Ohlson melakukan beberapa modifikasi di dalam studinya

    dibandingkan dengan penelitan-penelitian sebelumnya. Ohlson menggunakan

    metode statistik bernama conditional logit, karena Ohlson berpendapat bahwa

    metode tersebut dapat menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada

    metode Multivariate Discriminant Analysis (MDA) yang digunakan oleh Altman

    dan Springate. Ohlson menggunakan data dari tahun 1970-1976 dan memperoleh

    sampel sebanyak 105 perusahaan yang bangkrut, serta 2.058 perusahaan yang tidak

    bangkrut selama periode tersebut.

    Model yang dibangun oleh Ohlson pada tahun 1980 memiliki sembilan

    variabel independen yang terdiri dari beberapa rasio keuangan yaitu rasio leverage,

    likuiditas dan profitabilitas. Sembilan variabel independen yang digunakan adalah

    Log(total assets/GNP price-level index) (X1), Total liabilities divided by total assets

    (X2), Working capital divided by total assets (X3), Current liabilities divided by

    current assets (X4), Net income divided by total assets (X5), Cash flow from

    operations divided by total liabilities (X6), One if net income was negative for the

    last two years, zero otherwise (X7), One if total liabilities exceeds total assets, zero

    otherwise (X8), dan pendapatan bersih tahun sekarang dikurangi pendapatan bersih

    tahun sebelumnya terhadap pendapatan bersih tahun sekarang ditambah pendapatan

    bersih tahun sebelumnya (X9). Hasil perhitungan dari O-Score Model tidak dapat

    menggambarkan kemunginan financial distress. Namun, dapat berubah menjadi

    kemungkinan financial distress menggunakan transformasi logistik. Ohlson

    menyatakan bahwa model ini memiliki nilai cut-off point optimal pada nilai 0,50.

    Maksud dari nilai cut-off tersebut adalah apabila perusahaan memiliki nilai di atas

  • 7

    0,50 maka perusahaan diprediksi dalam kondisi distress. Sebaliknya, apabila nilai

    cut-off di bawah 0,50 maka perusahaan diprediksi tidak dalam kondisi distress.

    O-Score Model merupakan model prediksi financial distress dengan tingkat

    akurasi yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang

    dilakukan oleh Khunthong (1997) (dalam Lawrence et al, 2015) yang menyatakan

    bahwa model Ohlson memberikan klasifikasi kebenaran dalam memprediksi

    financial distress sebesar 96% dan Kumar dan Kumar (2012) menyatakan bahwa

    model Ohlson merupakan model prediksi financial distress yang paling baik,

    karena model Ohlson memiliki tingkat korelasi yang tinggi terhadap analisis

    tradisional dibandingkan dengan model Altman yang memiliki tingkat korelasi

    yang rendah.

    Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik

    melakukan penelitian dengan judul yaitu “Implementasi O-Score Model untuk

    Memprediksi Financial Distress Perusahaan (Studi Pada Perusahaan

    Manufaktur Sub Sektor Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia Periode 2011-2015)”.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan yang

    dapat dirumuskan adalah bagaimana pengimplementasian O-Score Model untuk

    memprediksi potensi financial distress perusahaan manufaktur sub sektor tekstil

    dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015?

  • 8

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah yang telah di atas, maka tujuan penelitian

    adalah mengetahui pengimplementasian O-Score Model untuk memprediksi

    potensi financial distress perusahaan manufaktur sub sektor tekstil dan garmen

    yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.

    D. Kontribusi Penelitian

    1. Kontribusi Akademis

    Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung teori maupun hasil penelitian

    terdahulu mengenai topik yang sama serta memberikan wawasan baru yang akan

    mendukung perkembangan teori mengenai financial distress perusahaan. Hasil

    penelitian diharapkan pula dapat menambah wawasan mengenai

    pengimplementasian O-Score Model untuk memprediksi potensi financial distress

    perusahaan.

    2. Kontribusi Praktis

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan (seperti investor dan kreditor) untuk mengetahui kondisi

    keuangan suatu perusahaan sehingga membantu dalam pengambilan keputusan

    investasi dan pemberian kredit.

    E. Sistematika Pembahasan

    Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang

    merupakan rangkaian berurutan dengan rincian sebagai berikut :

  • 9

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisi tentang uraian pendahuluan penelitian yang terdiri dari latar

    belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan

    sistematika pembahasan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini berisi tentang uraian landasan teori penelitian yang terdiri dari

    laporan keuangan, analisis laporan keuangan, financial distress, dan

    model prediksi financial distress.

    BAB III: METODE PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang uraian metode penelitian yang terdiri dari jenis

    penelitian, lokasi penelitian, variabel, populasi dan sampel, sumber data,

    teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

    BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang penjabaran mengenai pengolahan dan analisis data

    yang didapatkan selama melakukan penelitian. Melalui pengolahan

    metode data tertentu yang kemudian diperoleh hasil analisis data tersebut.

    BAB V: PENUTUP

    Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil yang

    telah dilakukan selama proses penelitian.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Penelitian Terdahulu

    1. Hartoyo (2013), melakukan penelitian dengan menggunakan analisis

    diskriminan pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

    tahun 2010-2011. Hasil penelitian ini, memberikan suatu bukti yang nyata

    mengenai bagaimana variabel independen yaitu rasio WC/TA, rasio RE/TA,

    rasio EBIT/TA, rasio MVE/BVD dan rasio S/TA dapat mengklasifikasikan

    perusahaan yang mengalami financial distress dan non-financial distress

    melalui analisis diskriminan. Semua variabel independen berpengaruh

    terhadap kondisi perusahaan. Rasio RE/TA merupakan variabel yang paling

    berpengaruh signifikan diantara kelima rasio yang digunakan dalam model

    diskriminan. Rasio yang memiliki pengaruh positif terhadap kondisi

    perusahaan, semakin mengalami kenaikan maka kemungkinan mengalami

    financial distrees semakin kecil. Perusahaan dengan hutang yang lebih besar

    berkecenderungan akan mengalami financial distress lebih awal daripada

    perusahaan yang memiliki hutang lebih sedikit. Akan tetapi perusahaan

    yang mengalami financial distress lebih awal akan mempunyai waktu yang

    cukup banyak dalam menyelesaikan secara reorganisasi. Perusahaan dengan

    hutang yang rendah akan mengalami financial distress belakangan dan

    dalam kejadian

  • 11

    banyak dipaksa akan untuk likuidasi. Financial distress sebaiknya

    digunakan sebagai langkah preventif oleh manajemen dan pengelolaan

    keuangan perusahaan. Apabila perusahaan diprediksi financial distress,

    maka manajemen harus menyiapkan langkah-lagkah penyelamatan

    perusahaan.

    2. Safura (2015), melakukan penelitian Implementasi Altman’s Z-Score Model

    Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan Multinasional yang

    dilakukan pada sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di BEI. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui pengimplementasian Altman’s Z-

    Score Model untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan

    multinasional sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia Periode 2011-2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

    dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis

    data berupa perhitungan Z-Score menggunakan rumus Altman’s Z-Score

    Model untuk perusahaan manufaktur yang telah go public. Altman

    mengkombinasikan lima jenis rasio, yaitu modal kerja terhadap total aktiva

    (X1), laba ditahan terhadap total aktiva (X2), EBIT terhadap total aktiva

    (X3), nilai pasar saham terhadap nilai buku total hutang (X4), dan penjualan

    terhadap total aktiva (X5). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama

    periode 2011 hingga 2014 terdapat tiga perusahaan yang selalu berada

    dalam zona berpotensi bangkrut selama empat tahun berturut-turut yaitu PT

    CENTEX Tbk, PT Eratex DjajaTbk, dan PT Unitex Tbk. Di sisi lain, PT

    TIFICO Tbk berada pada zona aman di tahun 2011, 2012, dan 2014 serta

  • 12

    berada pada zona rawan di tahun 2013. Apabila ditinjau dari hasil penelitian

    maka perusahaan yang telah diprediksi berpotensi bangkrut harus segera

    memperbaiki kondisi keuangannya dengan meningkatkan penjualan dan

    nilai pasar saham serta memperkecil total hutang perusahaan.

    3. Novitasari (2016), melakukan penelitian model multiple discriminant

    analysis altman (Z-score) untuk memprediksi financial distress yang

    dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Tujuan dari

    penelitian tersebut untuk mengetahui perusahaan yang tergolong financial

    distress dengan menggunakan model Z-Score. Penelitian tersebut

    merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan laporan keuangan

    sebagai alat analisis tanpa menghindari kemungkinan penggunaan angka-

    angka sebagai data kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah working

    capital to total assets ratio (X1), retained earning to total assets ratio (X2),

    earning before interest and tax to total assets ratio (X3), dan book value of

    equity to liabilities. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari

    perhitungan penerapan model Multiple Discriminant Altman (Z-Score)

    terdapat 13 perusahaan yang mengalami kondisi financial distress yang

    berpotensi pada kebangkrutan. 4 perusahaan yang tergolong kondisi rawan

    atau pada posisi grey area, dan hanya 2 perusahaan yang mengalami kondisi

    non-financial distress dan dikatakan sehat.

    4. Nugroho (2016), melakukan penelitian tentang penggunaan analisis Z-Score

    Altman untuk menilai tingkat financial distress yang bertujuan untuk

    menilai tingkat kesulitan keuangan perusahaan dari hasil perhitungan Z-

  • 13

    score Altman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

    menggunakan metode kuantitatif. Variabel yang digunakan sebagai dasar

    perhitungan yaitu aset lancar, hutang lancar, total aset, total liabilitas, total

    ekuitas, EBIT, dan laba ditahan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan

    bahwa perhitungan model Z-score diterapkan untuk memperoleh nilai Z

    yang digunakan sebagai tolak ukur prediksi financial distress sesuai dengan

    klasifikasi Altman. Hasil prediksi menyatakan bahwa perusahaan yang

    mengalami financial distress terdapat empat perusahaan dan memiliki

    kondisi keuangan sehat terdapat dua perusahaan. variabel hutang lancar,

    laba ditahan, dan total liabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap

    perhitungan Z-score dan analisis financial distress.

    Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

    Nama

    Peneliti

    Variabel

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    Hartoyo (2013) Variabel independen

    yaitu rasio WC/TA,

    Rasio RE/TA, rasio

    EBIT/TA, rasio

    MVE/BVD dan rasio

    S/TA.

    Rasio RE/TA merupakan

    variabel yang paling

    berpengaruh diantara

    kelima rasio lainnya .

    Rasio yang memiliki

    pengaruh positif terhadap

    kondisi perusahaan ,

    semakin mengalami

    kenaikan maka

    kemungkinan mengalami

    financial distress semakin

    kecil.

    Safura (2015) Variabel yang digunakan

    modal kerja terhadap

    total aktiva (X1), laba

    ditahan terhadap total

    aktiva (X2), EBIT

    terhadap total aktiva

    (X3), nilai pasar saham

    terhadap nilai buku total

    hutang (X4), dan

    Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa

    selama periode 2011

    hingga 2014 terdapat tiga

    perusahaan yang selalu

    berada dalam zona

    berpotensi bangkrut

    selama empat tahun

    berturut-turut yaitu PT

  • 14

    Nama

    Peneliti

    Variabel

    Penelitian

    Hasil

    Penelitian

    penjualan terhadap total

    aktiva (X5)

    CENTEX Tbk, PT Eratex

    DjajaTbk, dan PT Unitex

    Tbk. Di sisi lain, PT

    TIFICO Tbk berada pada

    zona aman di tahun 2011,

    2012, dan 2014 serta

    berada pada zona rawan di

    tahun 2013.

    Novitasari

    (2016)

    Variabel yang digunakan

    adalah working capital to

    total assets ratio (X1),

    retained earning to total

    assets ratio (X2), earning

    before interest and tax to

    total assets ratio (X3),

    dan book value of equity

    to liabilities.

    Menunjukkan bahwa dari

    perhitungan penerapan

    model Multiple

    Discriminant Altman (Z-

    score) terdapat 13

    perusahaan yang

    mengalami kondisi

    financial distress yang

    berpotensi pada

    kebangkrutan. Empat

    perusahaan yang tergolong

    kondisi rawan atau pada

    posisi grey area, dan

    hanya 2 perusahaan yang

    mengalami kondisi non-

    financial distress dan

    dikatakan sehat.

    Nugroho (2016)

    Variabel yang digunakan

    sebagai dasar

    perhitungan yaitu aset

    lancar, hutang lancar,

    total aset, total liabilitas,

    total ekuitas, EBIT, dan

    laba ditahan.

    Hasil prediksi menyatakan

    bahwa perusahaan yang

    mengalami financial

    distress terdapat empat

    perusahaan dan memiliki

    kondisi keuangan sehat

    terdapat dua perusahaan.

    variabel hutang lancar,

    laba ditahan, dan total

    liabilitas berpengaruh

    secara signifikan terhadap

    perhitungan Z-score dan

    analisis financial distress.

    Sumber: Data diolah 2016.

  • 15

    Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa

    perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah model prediksi

    yang digunakan. Pada penelitian terdahulu lebih banyak menggunakan model

    prediksi dari Altman, sedangkan penelitian ini menggunakan model prediksi dari

    Ohlson.

    B. Laporan Keuangan

    1. Pengertian Laporan Keuangan

    Laporan keuangan merupakan hal penting dalam perusahaan. Laporan

    keuangan digunakan sebagai alat penilaian kinerja keuangan perusahaan.

    Baridwan (2008: 17) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan

    ringkasan dari suatu proses pencatatan dan ringkasan dari transaksi-transaksi

    keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Hasil dari proses

    akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

    keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

    berkepentingan dengan dana atau aktivitas perusahaan disebut dengan laporan

    keuangan (Munawir, 2012: 2).

    Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi)

    yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak berkepentingan

    yang membutuhkan dan menggunakan laporan keuangan tersebut mulai dari

    pemilik perusahaan, kreditor, investor, manajer, dan pemimpin perusahaan.

    Pihak yang sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan

    adalah pemilik perusahaan, karena dengan laporan tersebut pemilik dapat

    menilai keberhasilan manajemen dalam mengatur perusahaan. Dengan

  • 16

    demikian laporan keuangan diperlukan untuk menilai hasil-hasil yang telah

    dicapai perusahaan serta memperkirakan hal-hal yang akan dicapai pada masa

    yang akan datang.

    Berdasarkan pengertian dari para ahli disimpulkan bahwa laporan keuangan

    adalah proses akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk membuat

    keputusan ekonomi bagi pihak yang berkepentingan dengan dana atau aktivitas

    perusahaan.

    2. Tujuan Laporan Keuangan

    Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan pasti memiliki tujuan

    tertentu. Pada dasarnya tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi

    kepentingan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Hanafi

    (2015: 27) menyatakan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui

    kondisi perusahaan dari informasi hasil ringkasan kegiatan dalam jangka waktu

    tertentu.

    Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009: 3) tujuan laporan keuangan

    adalah sebagai berikut:

    a. Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang

    bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

    ekonomi.

    b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun dengan demikian, laporan keuangan tidak

    menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam

    mengambil keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan

    pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu dan tidak diwajibkan untuk

    menyediakan informasi non-keuangan.

    c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

    telah dipercayakan kepadanya.

  • 17

    Disimpulkan dengan adanya laporan keuangan suatu perusahan maka dapat

    diketahui kondisi perusahaan secara menyeluruh. Laporan keuangan tidak

    hanya sekedar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami

    mengenai posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan

    melakukan analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim

    dilakukan.

    3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

    Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus

    dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Penyusunan laporan keuangan

    harus berdasarkan sifat dari laporan keuangan itu sendiri. Ikatan Akuntansi

    Indonesia (2009: 5) menyatakan laporan keuangan harus terdapat empat

    karakteristik kualitatif pokok yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan

    dapat dibandingkan.

    a. Dapat Dipahami

    Informasi dalam laporan keuangan sebaiknya mudah untuk dipahami

    pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pegetahuan yang memadai

    mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk

    mempelajari informasi yang berkembang.

    b. Relevan

    Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi

    keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi

    peristiwa pada masa lalu, masa kini, dan masa depan.

  • 18

    c. Keandalan

    Informasi memiliki kualitas yang tepat apabila bebas dari pengertian yang

    menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya

    sebagai penyajian yang tulus dari yang seharusnya disajikan.

    d. Dapat dibandingkan

    Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar

    periode untuk mengidentifikasi tren posisi dan kinerja keuangan. Pemakai

    juga harus dapat membandingkan laporan keuangan antar perusahaan

    untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta posisi keuangan secara

    relatif.

    4. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

    Laporan keuangan memberikan banyak informasi yang berguna bagi

    investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah,

    masyarakat dan manajemen perusahaan. Oleh karena itu, pihak-pihak tersebut

    harus mengetahui terlebih dahulu bentuk-bentuk laporan keuangan. Munawir

    (2010: 13) menyatakan laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi

    neraca, laporan rugi/laba, laporan laba yang ditahan.

    a. Neraca

    Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai

    posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Untuk dapat

    menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca

    mempunyai tiga unsur laporan yaitu aktiva, kewajiban dan ekuitas.

  • 19

    b. Laporan rugi/Laba

    Laporan rugi/laba adalah laporan keuangan yang memberikan informasi

    mengenai penghasilan, biaya, dan rugi laba yang diperoleh suatu

    perusahaan selama periode tertentu.

    c. Laporan laba yang ditahan

    Laporan laba yang ditahan adalah laporan keuangan yang memberikan

    informasi adanya laporan rugi/laba yang muncul pada waktu tertentu.

    5. Pengguna Laporan Keuangan

    Pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi

    kepentingan berbagai pihak, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan.

    pihak yang paling berkepentingan tentunya pemilik usaha dan manajemen itu

    sendiri. Sementara, pihak luar adalah mereka yang memiliki hubungan

    langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan. Menurut Ikatan

    Akuntansi Indonesia (2009: 2) ada beberapa pihak-pihak pengguna laporan

    keuangan, antara lain:

    a. Investor sebagai penanam modal berkepentingan dengan resiko yang melekat, serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan.

    Informasi keuangan digunakan sebagai informasi untuk membantu

    menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi

    tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang

    memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam

    membayar deviden;

    b. Karyawan berkepentingan dalam memperoleh informasi mengenai stabilitas, profitabilitas perusahaan, dan informasi keuangan yang

    digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan

    balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja;

    c. Pemberi pinjaman berkepentingan menggunakan data keuangan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan tersebut dalam membayar kembali

    hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo;

  • 20

    d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya berkepentingan terhadap informasi keuangan untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar

    pada saat jatuh tempo;

    e. Pelanggan berkepentingan terhadap informasi mengenai keberlangsungan aktivitas perusahaan terutama jika ada perjanjian jangka panjang dengan

    perusahaan;

    f. Pemerintah dan berbagai lembaga yang terkait membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak, dan

    sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya;

    g. Masyarakat berkepentingan atas informasi guna membantu masyarakat menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir

    kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

    C. Analisis Laporan Keuangan

    1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

    Analisis laporan keuangan merupakan suatu kegiatan mengolah hingga

    menginterpretasikan data laporan keuangan suatu perusahaan pada periode

    tertentu. Data laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan apabila data diperbandingkan pada dua periode atau lebih dan

    dianalisa lebih lanjut. Hasil analisis laporan keuangan sangat bergantung pada

    informasi yang tercantum dan mencerminkan kondisi keuangan perusahaan

    sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam membuat keputusan atau

    kebijaksanaan perusahaan. Menurut Syamsuddin (2009: 37), analisis laporan

    keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan rasio-rasio

    untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan

    kemungkinan di masa depan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan

    merupakan kegiatan yang membutuhkan interpretasi yang mendalam guna

    memberikan informasi yang tepat bagi para pengguna laporan keuangan

    perusahaan.

  • 21

    2. Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Kasmir (2010: 68) ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai

    pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan

    bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah:

    a. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah

    dicapai untuk beberapa periode;

    b. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan;

    c. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki; d. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

    dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan

    saat ini;

    e. Untuk melakukan penilaian kinerja manjemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal;

    f. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

    3. Tahapan Analisis Laporan Keuangan

    Langkah-langkah atau prosedur dalam analisis laporan keuangan diperlukan

    sebelum dilakukannya analisis laporan keuangan. Langkah-langkah tersebut

    diperlukan agar urutan proses analisis mudah dilakukan. Menurut Kasmir

    (2010: 69) langkah atau prosedur yang dilakukan dalam analisis laporan

    keuangan adalah:

    a. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode;

    b. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus tertentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara

    cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar tepat;

    c. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cermat;

    d. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat;

    e. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan; f. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan analisis

    tersebut.

  • 22

    4. Metode Analisis Laporan Keuangan

    Menurut Kasmir (2010: 69) terdapat dua macam metode analisis laporan

    keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut:

    a. Analisis Vertikal (Statis) Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu

    periode laporan keuangan saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada

    dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode

    saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak

    diketahui

    b. Analisis Horizontal (Dinamis) Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan

    membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil

    analisis ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode yang satu

    ke periode yang lain.

    5. Teknik Analisis Laporan keuangan

    Menurut Kasmir (2010: 70) jenis-jenis teknik analisis laporan keuangan

    yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

    a. Analisis perbandingan antara laporan keuangan Analisis ini dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih

    dari satu periode. Dari analisis ini dapat diketahui perubahan-perubahan

    yang terjadi. Perubahan yang terjadi dapat berupa kenaikan atau

    penurunan dari masing-masing komponen analisis;

    b. Analisis tren atau tendensi Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat

    apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik, turun atau tetap, serta

    seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam persentase;

    c. Analisis persentase per komponen Analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang

    ada dalam suatu laporan keuangan, baik yang ada di nerca maupun laporan

    laba rugi;

    d. Analisis sumber dan penggunaan dana Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana

    perusahaan dan penggunaan dana dalam suatu periode. Analisis ini juga

    untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal

    kerja perusahaan dalam suatu periode;

    e. Analisis sumber dan penggunaan kas Analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber kas perusahaan

    dan penggunaan uang kas dalam suatu periode. Selain itu, juga untuk

  • 23

    mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode

    tertentu;

    f. Analisis rasio Analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada

    dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca

    dan laporan laba rugi;

    g. Analisis kredit Analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit

    dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank. Dalam analisis ini

    digunakan beberapa cara alat analisis yang digunakan;

    h. Analisis laba kotor Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode

    ke satu periode. Kemudian juga untuk mengetahui sebab-sebab

    berubahnya laba kotor tersebut antara periode;

    i. Analisis titik pulang pokok (break even point) Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan

    produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan

    analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai

    tingkat penjualan.

    D. Financial Distress

    1. Pengertian Financial Distress

    Financial distress merupakan suatu kondisi dimana perusahaan sedang

    menghadapi masalah kesulitan keuangan. Menurut Platt dan Platt (2002: 185)

    didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum

    terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress dapat dikenali

    lebih awal sebelum terjadi dengan menggunakan suatu model sistem

    peringatan dini (early warning sytem). Kondisi financial distress tergambar

    dari ketidakmampuan perusahaan atau tidak tersedianya dana untuk membayar

    kewajibannya yang telah jatuh tempo.

    Menurut Hanafi (2015: 638) financial distress merupakan kondisi kontinum

    yang bermula dari kesulitan keuangan ringan yaitu likuiditas, sampai pada

    kesulitan keuangan yang lebih serius yaitu insolvabel di mana perusahaan tidak

  • 24

    mampu membayar utang dikarenakan utang lebih besar dibandingkan aset.

    Untuk mendefinisikan financial distress dapat dilihat melalui matriks berikut

    ini.

    Tabel 2.2 Matriks Kesulitan Keuangan dan Kebangkrutan

    Tidak dalam Kesulitan

    Keuangan

    Dalam Kesulitan

    Keuangan

    Tidak Bangkrut I II

    Bangkrut III IV

    Sumber: Hanafi (2015: 638)

    Kondisi I Perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan dan dapat terus

    beroperasi.

    Kondisi II Perusahaan mengalami kesulitan keuangan, tetapi berhasil

    mengatasi masalah tersebut dan karena itu perusahaan tidak

    bangkrut. Contohnya, bank-bank di Indonesia pada krisis

    keuangan tahun 1997, mengalami kesulitan keuangan dan

    menuju bangkrut, tetapi beberapa bank melakukan merger agar

    tidak bangkrut.

    Kondisi III Perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, tetapi karena

    sesuatu hal, misalkan karena ingin mengatasi tekanan dari

    pekerja, maka perusahaan memutuskan untuk menyatakan

    bangkrut.

    Kondisi IV Perusahaan jelas mengalami kesulitan keuangan yang berat dan

    kemudian bangkrut.

    Jadi, dapat disimpulkan bahwa financial distress suatu tahap penurunan

    kondisi keuangan perusahaan yang merupakan salah satu penyebab awal

    terjadinya kebangkrutan. Financial distress dapat terjadi ketika perusahaan

  • 25

    mengalami situasi di mana arus kas operasional tidak mampu menutup

    kewajiban lancarnya.

    2. Penyebab Financial Distress

    Financial distress terjadi ketika perusahaan mengalami kesulitan keuangan

    yang dapat diakibatkan oleh berbagai akibat. Penyebab kesulitan keuangan

    menurut Brigham dan Daves (dalam Hidayat, 2013) adalah adanya serangkaian

    kesalahan yang terjadi di dalam perusahaan, pengambilan keputusan yang

    kurang tepat oleh manajer, dan kelemahan-kelemahan yang saling

    berhubungan yang dapat menyumbang baik secara langsung maupun tidak

    langsung terhadap manajemen perusahaan, serta penyebab yang lain adalah

    kurangnya upaya pengawasan terhadap kondisi keuangan sehingga

    penggunaan dana perusahaan kurang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Hal

    ini memberikan kesimpulan bahwa tidak ada jaminan perusahaan besar dapat

    terhindar dari masalah kesulitan keuangan, alasannya adalah karena financial

    distress berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan dimana setiap

    perusahaan pasti akan berurusan dengan keuangan untuk mencapai target laba

    dan kelangsungan hidup perusahaan.

    3. Manfaat Prediksi Financial Distress

    Informasi mengenai financial distress digunakan oleh pihak-pihak yang

    berkepentingan sebagai peringatan dini (warning) dari permasalahan yang

    terjadi. Sehingga perusahaan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dapat

    melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi kondisi terburuk

  • 26

    yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Platt dan Platt

    (dalam Dewi, 2014: 16) manfaat informasi financial distress adalah:

    1. Mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan.

    2. Mengambil tindakan merger atau take over agar perusahaan lebih mampu membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan baik.

    3. Memberikan tanda peringatan dini adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

    E. Model Prediksi Financial Distress

    Penelitian mengenai prediksi financial distress sudah banyak dilakukan. Dari

    sekian banyak model yang ada, peneliti akan menjelaskan beberapa model prediksi,

    yaitu model prediksi Altman (Z-Score), model prediksi Springate (S-Score) , model

    Zmijewski (X-Score), dan model prediksi Ohlson (O-Score).

    1. Model Altman (Z-Score)

    Salah satu cara untuk mengatasi keterbatasan rasio keuangan yaitu

    dikembangkannya model multivariate (Multiple Discriminant Analysis). Altman

    (1968) merupakan orang pertama yang berhasil menerapkan model Multiple

    Discriminant Analysis, sehingga model tersebut sering disebut Z-Score model

    Altman. Z-Score bukan hanya untuk memprediksi apakah sebuah perusahaan

    tersebut bangkrut atau tidak, tetapi juga untuk kemungkinan gagal bayar dari

    sebuah perusahaan di kemudian hari dengan alasan bahwa gagal bayar merupakan

    bagian dari financial distress yang memicu pada tanda-tanda awal dari

    kebangkrutan sebuah perusahaan. Dalam artikel Edward I. Alman (1968),

    menjelaskan mengenai perkembangan Z-Score.

  • 27

    a) Model Altman Pertama pada tahun 1968

    Z-Score merupakan salah satu metode populer yang digunakan untuk

    memprediksi kebangkrutan dalam dua tahun mendatang. Model Z-Score

    diciptakan pertama kali melalui penelitian yang dilakukan oleh Edward I.

    Altman tahun 1968. Metode ini diciptakan dengan menggunakan metode

    Multiple Discriminant Analysis. Dalam menyusun model Z, Altman mengambil

    sampel 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai

    1965 dan 33 perusahaan tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang

    sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun

    sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling

    memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori : likuiditas,

    profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan kinerja. Hasil studi Altman ternyata

    mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun

    sebelum kebangkrutan, untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan sebesar

    72%. Selain itu diketahui bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang rendah

    sangat berpotensi mengalami kebangkrutan. Formula Z yang diturunkan

    Altman adalah sebagai berikut :

    Sumber : Altman (1968: 594)

    Dimana :

    X1 = working capital / total asset

    X2 = retained earnings / total asset

    X3 = earning before interest and taxes / total asset

    X4 = market value of equity / book value of total debt

    X5 = sales/ total asset

    Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 +1,0X5

  • 28

    Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi Multiple Discriminant Analysis.

    Menurut Altman (1968), terdapat angka-angka cut off nilai Z yang menjelaskan

    apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak dimasa yang datang

    dan Altman membagi dalam tiga kategori, yaitu:

    a. Bila Z ≤ 1,8 , maka perusahaan masuk dalam area “Distress Zone”.

    b. Bila 1,8 < (nilai Z) < 2,99 , maka perusahaan dalam area “Grey Zone”. Pada

    kondisi ini perusahaan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat atau

    mengalami financial distress.

    c. Bila Z ≥ 2,99 , maka perusahaan dalam area “Safe Zone”.

    b) Model Altman Revisi pada tahun 1983

    Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi

    yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar

    model prediksinya tidak hanya digunakan pada perusahaan manufaktur yang go

    public saja melainkan juga dapat digunakan pada perusahaan di sektor swasta.

    Perubahan yang dilakukan adalah pada salah satu variabel, yaitu pembilang

    market value of equity pada X4 diganti menjadi book value of equity dengan

    alasan karena perusahaan private tidak mempunyai harga saham untuk

    ekuitasnya. Berikut ini model Altman revisi:

    Sumber : Hanafi (2015: 657)

    Dimana:

    X1 = working capital / total asset

    X2 = retained earnings / total asset

    X3 = earning before interest and taxes / total asset

    X4 = book value of equity / book value of total debt

    X5 = sales / total asset

    Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 +0,998X5

  • 29

    S-Score = 1,03A+ 3,07B + 0,66C + 0,4D

    Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut berdasarkan pada nilai Z-

    Score model Altman (1983) yaitu:

    a. Bila Z’ > 2,90 , maka perusahaan masuk dalam area “Safe Zone”.

    b. Bila 1,23 < (nilai Z’) < 2,90 , maka perusahaan dalam area “Grey Zone”.

    Pada kondisi ini perusahaan tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat

    atau mengalami financial distress.

    c. Bila Z’ < 1,23 , maka perusahaan dalam area “Distress Zone”. Pada kondisi

    ini perusahaan beresiko mengalami kebangkrutan.

    2. Model Springate (S-Score)

    Model ini dikembangkan oleh Springate pada tahun 1978 dengan

    menggunakan analisis multidiskriminan dengan menggunakan 40 perusahaan

    sebagai sampelnya. Gordon L.V Springate menemukan 4 rasio yang dapat

    digunakan dalam memprediksi adanya potensi (indikasi) kebangkrutan perusahaan.

    Keempat rasio tersebut adalah :

    1. Rasio modal kerja terhadap total aset.

    2. Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aset.

    3. Rasio laba sebelum pajak terhadap total liabilitas lancar.

    4. Rasio total penjualan terhadap total aset.

    Keempat rasio tersebut dikombinasikan dalam suatu formula yang dirumuskan

    Gordon L.V Springate yang selanjutnya dikenal dengan istilah metode Springate.

    Model yang berhasil dikembangkan oleh Springate adalah:

    Sumber: Rajasekar et al (2014: 103)

  • 30

    Dimana:

    A = modal kerja / total aset

    B = laba sebelum bunga dan pajak / total aset

    C = laba sebelum pajak / hutang lancar

    D = penjualan / total aset

    Klasifikasi yang ditetapkan Springate adalah jika nilai S-Score > 0,862 maka

    perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang berpotensi sehat (tidak berpontensi

    bangkrut), sedangkan jika nilai S-Score < 0,862 maka perusahaan diprediksi

    sebagai perusahaan yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.

    3. Model Zmijewski (X-Score)

    Perluasan studi dalam prediksi kebangkrutan dilakukan oleh Zmijewski pada

    tahun 1983 dengan menambah validitas rasio keuangan sebagai alat deteksi

    kegagalan keuangan perusahaan. Zmijewski melakukan studi dengan menelaah

    ulang studi bidang kebangkrutan hasil riset sebelumnya selama dua puluh tahun.

    Beberapa rasio keuangan dipilih dari rasio–rasio keuangan penelitian terdahulu dan

    diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 3.573 perusahaan

    sehat selama tahun 1972 sampai dengan 1978, indikator F-test terhadap rasio–rasio

    kelompok, Rate of Return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage,

    trends, firm size, dan stock return volatility, menunjukkan adanya perbedaan yang

    signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Berikut ini adalah

    model yang dirumuskan oleh Zmijewski:

    Sumber: Sayari & Mugan (2016: 3)

    Dimana :

    ROA = Net Income / Total Assets

    FINL = Total Debt / Total Asset

    LIQ = Current Asset / Current Liabilities

    X-Score = -4,336 – 4,513(ROA) + 5,679(FINL) + 0,004(LIQ)

  • 31

    Klasifikasi perusahaan model Zmijewski ini didasarkan pada nilai cut off point

    sebesar 0 (nol). Apabila nilai X-Score dibawah cut off point, maka perusahaan

    berada pada kondisi yang sehat. Namun X-Score berada diatas cut off point maka

    perusahaan berada pada kondisi financial distress.

    4. Model Ohlson (O-Score)

    Prediksi kebangkrutan metode ini dikemukakan oleh James A. Ohlson pada

    tahun 1980 dalam jurnalnya yang berjudul “Financial Ratio dan The Probabilistic

    Prediction of Bankruptcy”. Pada tahun 1980 Ohlson terinspirasi oleh penelitian-

    penelitian sebelumnya yang juga melakukan studi mengenai financial distress.

    Namun, ada beberapa modifikasi yang Ohlson lakukan di dalam studinya

    dibandingkan dengan penelitan-penelitian sebelumnya. Ohlson menggunakan data

    dari tahun 1970-1976 dan memperoleh sampel sebanyak 105 perusahaan yang

    bangkrut, serta 2.058 perusahaan yang tidak bangkrut selama periode tersebut.

    Terlihat pada jumahnya, Ohlson tidak menggunakan teknik matched-pair sampling.

    Perbedaan lainnya juga terdapat pada sumber datanya, jika Altman pada tahun 1968

    dan Beaver pada tahun 1966 menggunakan sumber datanya dari Moody’s Manual,

    maka Ohlson mendapatkan datanya dari laporan keuangan yang diterbitkan untuk

    pajak.

    Pada tahun 1980 Ohlson menggunakan metode statistik bernama conditional

    logit, karena Ohlson berpendapat bahwa metode tersebut dapat menutupi

    kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode Multivariate Discriminant

    Analysis (MDA) yang digunakan oleh Altman dan Springate. Beberapa kekurangan

    yang terdapat pada metode MDA yaitu:

  • 32

    a. Terdapat kebutuhan pasti terhadap pengujian statistik dalam penelitian model

    prediksi sehingga menimbulkan adanya pembatasan ruang lingkup penelitian.

    b. Hasil perhitungan dengan menggunakan model analisis diskriminan

    mempunyai interpretasi yang sempit, karena berdasarkan pada aturan

    peringkat.

    c. Prosedur perbandingan yang digunakan menggunakan prosedur berdasarkan

    keinginan dari peneliti.

    Model yang dibangun oleh Ohlson pada tahun 1980 memiliki 9 variabel

    independen yang terdiri dari beberapa rasio keuangan yaitu rasio leverage,

    likuiditas dan profitabilitas. Model tersebut adalah:

    Sumber : Sayari&Mugan (2016: 3)

    Dimana:

    X1 (SIZE) = Log (Total Aset / GNP price level index)

    X2 (TLTA) = Total Hutang / Total Aset

    X3 (WCTA) = Modal Kerja / Total Aset

    X4 (CLCA) = Hutang Lancar / Aset Lancar

    X5 (OENEG) = Pendapatan Bersih / Total Aset

    X6 (NITA) = Arus Kas Dari Kegiatan Operasi / Total Hutang

    X7 (FUTL) = 1 jika pendapatan bersih dua tahun terakhir negatif dan 0

    untuk kondisi lainnya

    X8 (INTWO) = 1 jika total hutang > total aset dan 0 untuk kondisi lainnya

    X9 (CHIN) = (Nit-Nit-1)/( |Nit|+|Nit-1|), dimana Nit adalah pendapatan bersih

    Untuk periode tahun yang diteliti

    Hasil perhitungan dari O-Score Model tidak dapat menggambarkan

    kemunginan financial distress. Namun, dapat berubah menjadi kemungkinan

    financial distress menggunakan transformasi logistik yaitu:

    O-Score = -1,32−0,407𝑋1 + 6,03𝑋2 − 1,43𝑋3 + 0,0757𝑋4 − 2,37𝑋5 −1,83𝑋6 + 0,285𝑋7 − 1,72𝑋8 − 0,521𝑋9

  • 33

    EO-Score

    1+ EO-Score

    Sumber: Kumar&Kumar, 2012:79

    Dimana:

    E = exponent, dengan nilai 2,718282

    Ohlson menyatakan bahwa model ini memiliki nilai cut off point optimal pada

    nilai 0,50. Ohlson (1980) memilih nilai cut off tersebut karena dengan nilai tersebut

    jumlah error dapat diminimalisasi. Maksud dari nilai cut off tersebut adalah apabila

    perusahaan memiliki nilai P (O-Score) di atas 0,50 maka perusahaan diprediksi

    dalam kondisi distress. Sebaliknya, apabila nilai P (O-Score) di bawah 0,50 maka

    perusahaan diprediksi tidak dalam kondisi distress.

    Alasan peneliti menggunakan model Ohlson dalam memprediksi financial

    distress karena model Ohlson memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi. Hal ini

    dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khunthong (1997) (dalam

    Lawrence et al, 2015) yang menyatakan bahwa model Ohlson memberikan

    klasifikasi kebenaran dalam memprediksi financial distress sebesar 96% dan

    Kumar dan Kumar (2012) menyatakan bahwa model Ohlson merupakan model

    prediksi financial distress yang paling baik, karena model Ohlson memiliki tingkat

    korelasi yang tinggi terhadap analisis tradisional dibandingkan dengan model

    Altman yang memiliki tingkat korelasi yang rendah.

    P (O-Score) =

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

    pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011: 35) metode deskriptif

    dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih

    (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan atau

    menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain. Pada penelitian ini,

    tidak diperlukan uji hipotesis karena penelitian ini hanya perlu

    mengimplementasikan rumus dari Ohlson untuk memprediksi potensi financial

    distress perusahaan.

    B. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah tempat pengambilan data yang dilakukan peneliti.

    Penelitian ini dilakukan di website resmi Bursa Efek Indonesia yaitu

    www.idx.co.id karena tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian yang

    berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor tekstil dan garmen

    periode 2011-2015. Sedangkan data mengenai GNP price level index diperoleh

    dari situs resmi Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id. Melalui

    pertimbangan pemilihan tempat penelitian, bahwa data dan informasi yang

    disediakan oleh tempat tersebut terjamin tingkat keakuratannya.

    http://www.bps.go.id/

  • 35

    C. Variabel Penelitian

    Variabel merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

    peneliti sehingga dari variabel tersebut dapat diperoleh informasi yang

    dibutuhkan yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 38).

    Berikut ini merupakan yang menjadi variabel penelitian, yaitu:

    1. O-Score Model

    a) Log (total assets/GNP price-level index) (X1)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur ukuran perusahaan (firm size).

    Apabila nilai rasio X1 besar, maka kondisi perusahaan membaik. Rasio

    ini dihitung dengan membagi total aset dengan GNP price level index.

    GNP price level index dihitung dengan cara membagi nilai GNP pada

    tahun tertentu dengan GNP yang dijadikan tahun dasar. Dalam

    penelitian ini yang dijadikan sebagai tahun dasar adalah tahun 2010.

    b) Total liabilities divided by total assets (X2)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    membayar seluruh kewajiban. Apabila nilai rasio X2 kecil, maka kondisi

    perusahaan membaik.

    c) Working capital divided by total assets (X3)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

    mengelola modal kerja bersih dari total aset yang dimiliki. Apabila nilai

    rasio X3 besar, maka kondisi perusahaan membaik.

  • 36

    d) Current liabilities divided by current assets (X4)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan aset

    lancar perusahaan telah dibiayai menggunakan hutang lancar. Apabila

    nilai rasio X4 kecil, maka kondisi perusahaan membaik.

    e) Net income divided by total assets (X5)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam menghasilkan

    profit dari total aset yang tersedia. Apabila nilai rasio X5 besar, maka

    kondisi perusahaan membaik.

    f) Cash flow from operations divided by total liabilities (X6)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan dalam membiayai

    total hutang dari arus kas operasi. Apabila nilai rasio X6 meningkat,

    maka kondisi perusahaan membaik.

    g) One if net income was negative for the last two years, zero otherwise

    (X7)

    Variabel dummy dinyatakan dalam angka 1 jika laba bersih dua tahun

    terakhir negatif, atau angka 0 jika terjadi kondisi lainnya.

    h) One if total liabilities exceeds total assets, zero otherwise (X8)

    Variabel dummy dinyatakan dalam angka 1 jika total hutang > total aset,

    atau angka 0 pada kondisi lainnya.

    i) (NIt – Nit-i)/( ⎸NIt⎸ + ⎸NIt-i⎸) (X9)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur perubahan laba bersih yang

    dihasilkan perusahaan pada periode tahun ke-t dan tahun sebelumnya (t-

    1).

  • 37

    j) O-Score

    Nilai yang dihasilkan dari perhitungan standart dikalikan dengan

    variabel-variabel keuangan.

    k) P (O-Score)

    Nilai yang dihasilkan dari perhitungan O-Score dengan menggunakan

    transformasi logistik yang bertujuan untuk memperlihatkan tingkat

    kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Dari hasil

    tersebut dapat diklasifikasikan dan diketahui prediksi tingkat financial

    distress perusahaan.

    2. Prediksi Financial Distress

    a. P (O-Score) > 0,50

    Menunjukkan perusahaan mengalami financial distress.

    b. P (O-Score) < 0,50

    Menunjukkan perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat

    dan tidak mempunyai permasalahan dengan financial distress.

    D. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

    yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

    peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

    2011: 80). Populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari

    objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,

    udara, gejala, nilai peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-

  • 38

    objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2008: 99). Populasi

    dalam penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur sub sektor tekstil

    dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015

    berjumlah 17 perusahaan sesuai tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Populasi Industri Sub Sektor Tekstil dan Garmen

    No Kode

    Saham

    Nama Emiten Terdaftar

    1 ADMG Polychem Indonesia Tbk 20-10-1993

    2 ARGO PT Argo Pantes Tbk 07-01-1991

    3 CNTB PT Century Textile Tbk 22-05-1979

    4 ERTX PT Eratex Djaya Tbk 21-08-1990

    5 ESTI Ever Shine Tex Tbk 13-10-1992

    6 HDTX PT Panasia Indo Resources Tbk 06-06-1990

    7 INDR Indo Rama Synthetic Tbk 03-08-1990

    8 MYTX Apac Citra Centertex Tbk 10-10-1989

    9 PBRX Pan Brothers Tbk 16-08-1990

    10 POLY Asia Pasific Fibers Tbk 12-03-1991

    11 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk 22-01-1998

    12 SRIL PT Sri Rejeki Isman Tbk 17-06-2013

    13 SSTM PT Sunson Textile Manufacturer Tbk 20-08-1997

    14 STAR PT Star Petrochem Tbk 13-07-2011

    15 TFCO PT Tifico Fiber Indonesia Tbk 26-02-1980

    16 TRIS PT Trisula International Tbk 28-06-2012

    17 UNIT PT Nusantara Inti Corpora Tbk 18-04-2002

    Sumber : Data diolah dari www.idx.co.id, 2016.

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

    populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

    mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat

    menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2011 : 81).

    Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah Non Probability

    Sampling. Menurut Sugiyono (2011: 84) Non Probability Sampling adalah

    teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau

  • 39

    kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih

    menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota,

    aksidental, purposive, jenuh, snowball.

    Teknik Non Probability Sampling yang digunakan dalam pengambilan

    sampel pada penelitian ini lebih menggunakan teknik purposive sampling.

    Menurut Sugiyono (2012: 85) purposive sampling adalah teknik penentuan

    sampel dengan pertimbangan tertentu. Sehingga data yang diperoleh lebih

    representatif dengan melakukan proses penelitian yang kompeten

    dibidangnya. Dalam penelitian ini, perusahaan yang menjadi sampel harus

    memenuhi kriteria yang telah ditetapkan yaitu :

    a) Perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar IPO di Bursa Efek

    Indonesia sebelum tahun 2011.

    b) Perusahaan secara terus menerus mempublikasikan laporan keuangan

    pada tahun 2011-2015.

    Tabel 3.2 Teknik Purposive Sampling

    No Kode

    Saham

    Terdaftar

    IPO

    Laporan Keuangan Terpilih

    Sebelum

    Tahun

    2011

    2011 2012 2013 2014 2015

    1 ADMG √ √ √ √ √ √ √

    2 ARGO √ √ √ √ √ √ √

    3 CNTB √ √ √ √ √ - -

    4 ERTX √ √ √ √ √ √ √

    5 ESTI √ √ √ √ √ √ √

    6 HDTX √ √ √ √ √ √ √

    7 INDR √ √ √ √ √ √ √

    8 MYTX √ √ √ √ √ √ √

    9 PBRX √ √ √ √ √ √ √

    10 POLY √ √ √ √ √ √ √

    11 RICY √ √ √ √ √ √ √

    12 SRIL - √ √ √ √ √ -

  • 40

    No Kode

    Saham

    Terdaftar

    IPO

    Laporan Keuangan Terpilih

    Sebelum

    Tahun

    2011

    2011 2012 2013 2014 2015

    13 SSTM √ √ √ √ √ √ √

    14 STAR - √ √ √ √ √ -

    15 TFCO √ √ √ √ √ √ √

    16 TRIS - √ √ √ √ √ -

    17 UNIT √ √ √ √ √ √ √

    Sumber : Data diolah dari www.idx.co.id, 2016.

    Berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan dalam memilih sampel,

    maka diperoleh hasil sampel sebanyak 13 perusahaan. Berikut daftar nama

    perusahaan tekstil dan garmen yang menjadi sampel penelitian :

    1. Polychem Indonesia Tbk (ADMG) 2. PT Argo Pantes Tbk (ARGO) 3. PT Eratex Djaya Tbk (ERTX) 4. Ever Shine Tex Tbk (ESTI) 5. PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) 6. Indo Rama Synthetic Tbk (INDR) 7. Apac Citra Centertex Tbk (MYTX) 8. Pan Brothers Tbk (PBRX) 9. Asia Pasific Fibers Tbk (POLY) 10. Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY) 11. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) 12. PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) 13. PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT)

    E. Sumber Data

    Sumber data dalam penelitian adalah data sekunder. Data dan sumber data

    sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder

    dari data yang dibutuhkan (Bungin, 2008: 122). Data sekunder adalah data yang

    diperoleh atau dikumpulkan oleh orang-orang yang melakukan penelitian dari

    sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2010: 19). Data sekunder tersebut

    adalah ringkasan kinerja keuangan perusahaan tercatat yang menjadi objek

  • 41

    penelitian selama periode 2011-2015. Data tersebut diakses melalui situs resmi

    Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id dan www.bps.go.id untuk

    mengetahui data gnp.

    F. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan bagian instrumen pengumpulan data

    yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. (Bungin, 2008: 123).

    Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

    karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2011:

    224). Kesalahan dalam memilih teknik pengumpulan data dapat berakibat fatal

    terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pada penelitian kuantitatif dikenal

    beberapa teknik pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi, dan

    dokumentasi (Bungin, 2008: 123).

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan

    data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial (Bungin, 2008: 144).

    Teknik dokumentasi dalam penelitian dilakukan dengan mencatat dan

    menelusuri data manufaktur sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia berupa ringkasan laporan keuangan neraca dan laba rugi

    pada tahun 2011-2015.

    G. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan kegiatan penyederhanaan data ke dalam bentuk

    yang mudah untuk dipahami, sehingga mudah untuk digunakan dalam

    http://www.idx.co.id/http://www.bps.go.id/

  • 42

    memecahkan suatu permasalahan. Pada penelitian ini, menggunakan analisa

    kuantitatif karena terdiri dari data-data kuantitatif yang terdapat angka-angka

    dalam laporan keuangan. Langkah-langkah yang digunakan dalam

    menganalisis data adalah sebagai berikut:

    1. Menghitung O-Score

    a) X1 (SIZE) : Log (total assets/GNP price-level index)

    Sumber : Ohlson (1980: 118-119)

    b) X2 (TLTA) : Total Liabilities to Total Assets

    Sumber : Ohlson (1980: 118-119)

    c) X3 (WCTA): Working Capital to Total Assets

    Sumber : Ohlson (1980: 118-119)

    d) X4 (CLCA) : Current Liabilities to Current Assets

    Sumber : Ohlson (1980: 118-119)

    e) X5 (NITA) : Net income divided by total assets

    Sumber : Ohlson (1980: 118-119)

    X1 = Log [𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

    𝐺𝑁𝑃 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝐿𝑒𝑣𝑒𝑙 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥]

    X2= Total Liabilities Total Assets

    X3 = Working Capital Total Assets

    X4 = Current Liabilities Current Assets

    X5 = Net Income Total Assets

  • 43

    EO-Score

    1+ EO-Scor