-
i
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN
RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN HIPERTENSI
DI RSUD OGAN ILIR
TAHUN 2018
Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi
Salah
Satu Persyaratan memperoleh gelar Ali Madya Keperawatan
OLEH
HENDRIYANI
NIM. PO. 71.20.1.17.105. RPL
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
-
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya tulis Ilmiah oleh Hendriyani NIMPO. 71.20.1.17.105
RPLdenganjudul”Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan Rasa
Nyaman
Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018”telah
diperiksa dan
disetujui untuk diujikan.
Palembang, 2018
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Ns. Lukman, S.kep., MM., M.Kep SumitroAdi Putra, S.Kep, Ns,
M.Kes
-
LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis Ilmiah oleh Hendriyani dengan judul” Implementasi
Keperawatan
Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD
Ogan
Ilir Tahun 2018” telah dipertahankan didepan dewan pengujipada
bulan Juli 2018
Dewan Penguji
Penguji Ketua Penguji Anggota 1 Penguji Anggota II
............................. ..................................
................................
Mengetahui
Kepala Prodi DIII Keperawatan
Ns. Lukman, S. Kep, MM. M. Kep
NIP. 197254321 199603 1 001
-
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas
karunia dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah. Penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes
Kemenkes Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari
berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini, sangatlah
sulit bagi saya
untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih
Kepada :
1. Ibu Drg. Hj. Nur Adiba Hanum, Kes Selaku Direktur
Politeknik
Kesehatan Palembang.
2. Bapak H. Budi Santoso, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kom selaku
Ketua
Jurusan Keperawatan Palembang Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palembang.
3. Ns. Lukman, S. Kep, MM, M. Kep Selaku Kepala Prodi DIII
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.
4. Ns. Lukman, S.kep., MM., M.Kep selaku Pembimbing I yang
telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.
5. Sumitro Adi Putra, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing II yang
telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.
6. Drs. H.M. Nasir A.Hamid, S.Pd, M.Kes Selaku Penguji
Utama.
7. Sulaiman, S.Pd, M.Pd Selaku Penguji Kedua.
8. H. Aguscik, S.Kep, Ns, M.Kes Selaku Penguji Ketiga.
9. Suami Tercinta dan Anak – Anak tersayang yang memberikan
bantuan
dan semangat baik materi maupun moral.
10. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan
dukungan
material maupun moral.
11. Puskesmas Payaraman Kecamatan Parayaman Kabupaten Ogan Ilir
yang
telah membantu selama proses Karya Tulis Ilmiah ini.
-
12. Sahabat – sahabat angkatan I RPL yang telah berjuang bersama
dan
saling mendukung serta saling berbagi informasi dalam
menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada
penulis,
mendapat balasana dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar
Karya Tulis
Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pengembangan
ilmu
keperawatan.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Palembang, 2018
Penulis
-
vi
ABSTRAK
Hendriyani, 2018. Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan
Rasa
Nyaman Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Ogan Ilir Tahun
2018. Program Diploma III Keperawatan, Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing (I) : Ns. Lukman,
S.kep., MM., M.Kep. Pembimbing (II) :Sumitro Adi Putra,
S.Kep,
Ns, M.Kes
Latar belakang penelitian ini dikarenakan sampai saat ini,
hipertensi masih
merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak,
hipertensi
merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan
primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi
yang
tinggi, yaitu, sebesar 25,8%,. Disamping itu, pengontrolan
hipertensi belum
ada meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Tujuan
Umum dari
penelitian ini adalah penulis dapat memperoleh gambaran yang
nyata
tentang penerapan Implementasi Keperawatan pada Pasien
Hipertensi
Primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018.Sedangkan Tujuan Khusus
dari
penelitian ini adalah Untuk mendapatkan gambaran tentang
Pengkajian
pada Pasien Hipertensi Primer di RSUD Ogan Ilir, Untuk
mendapatkan
gambaran tentang Diagnosa Keperawatan Pasien Hipertensi primer
di
RSUD Ogan Ilir, Untuk mendapatkan gambaran tentang Rencana
Keperawatan pada Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir,
Untuk
mendapatkan gambaran tentang Tindakan Keperawatan pada
Pasien
Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir, Untuk mendapatkan
gambaran
tentang tindakan yang telah dilakukan Pasien Hipertensi primer
di RSUD
Ogan Ilir. Metodelogi Studi kasus pada penelitian ini yaitu
deskriptif dalam
bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi implementasi keperawatan
pada
pasien hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018.
Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intevensi keperawatan,
implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Hasil penelitian yang
didapat
Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. “N” dan Tn.
“A”
dengan penyakit hipertensi selama 3 hari (dari tanggal 02 Juli
2018-04 Juli
2018 jam 10.00 WIB dan jam 16.30 WIB ) di Ruang Penyakit
Dalam
Wanita dan Ruang Penyakit dalam Laki-laki RSUD Ogan Ilir, maka
pada
bab ini penulis mengemukakan pembahasannya. Kesimpulan yang
didapat
dari penelitian ini mulai dari pengkajian sampai evaluasi dapat
dilaksanakan
selama 3 hari.
Kata Kunci : Hypertensi, Gangguan rasa nyaman
-
ABSTRACT
Hendriyani, 2018. Implementation of Nursing With Impaired
Pain
Comfortable Pain In Hypertension Patients In Hospital Ogan
Ilir
Year 2018. Diploma Program III Nursing, Department of
Nursing
Poltekkes Kemenkes Palembang. Advisor (I): Ns. Lukman,
S.kep.,
MM., M.Kep. Counselor (II): Sumitro Adi Putra, S.Kep, Ns,
M.Kes
The background of this research is because until now,
hypertension is still a
big challenge in Indonesia. Imagine, hypertension is a condition
often found
in primary health care. It is a health problem with a high
prevalence of
25.8%. In addition, control of hypertension does not yet exist
although
effective medicines are widely available. General Purpose of
this research is
writer can get real picture about applying of Implementation of
Nursing at
Primary Hypertension Patient at RSUD Ogan Ilir Year
2018.Sedangkan
Special Purpose of this research is To get description about
Assessment on
Primary Hypertension Patient in RSUD Ogan Ilir, To get
description of
Nursing Diagnosis of Patients Primary Hypertension at RSUD Ogan
Ilir To
get an overview of Nursing Plans in Primary Hypertension
Patients at Ogan
Ilir General Hospital, To get an overview of Nursing Actions on
Primary
Hypertension Patients at Ogan Ilir Hospital, To get an overview
of the
actions that have been done Primary Hypertension Patient at RSUD
Ogan
Ilir. Methods The case study in this study is descriptive in the
form of case
studies to explore the implementation of nursing in primary
hypertension
patients in RSUD Ogan Ilir Year 2018. The approach used is the
approach
of nursing care which includes assessment, nursing diagnoses,
nursing
introsence, nursing implementation, and nursing evaluation . The
results
obtained by the author has done nursing care on Ny. "N" and Mr.
"A" with
hypertension for 3 days (from 02 July 2018-04 July 2018 at 10.00
am and
16.30 pm) at the Women's Hospital and Infectious Diseases Room
in Ogan
Ilir General Hospital, so in this chapter the authors put
forward the
discussion . The conclusions from this study ranging from
assessment to
evaluation can be implemented for 3 days.
Keywords: Hypertension, Impaired sense of comfort
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN SAMPUL
............................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN
.................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
..................................................................
iii
KATA PENGANTAR
.............................................................................
iv
ABSTRAK
..............................................................................................
v
ABSTRACT
............................................................................................
vi
DAFTAR ISI
...........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR
...............................................................................
ix
DAFTAR TABEL
...................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
........................................................................
1
1.1 Latar belakang
...................................................................................
1
1.2 Ruang Lingkup Penelitian
..................................................................
3
1.3
Tujuan................................................................................................
3
1.4 Manfaat Penulisan
..............................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
..............................................................
5
2.1 Konsep Dasar Hipertensi
....................................................................
5
2.2 Konsep Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi
.......................... 17
BAB III METODELOGI STUDI KASUS
............................................... 34
3.1 Rancangan Studi Kasus
......................................................................
34
3.2 Kerangka Konsep
...............................................................................
34
3.3 Definisi Istilah
...................................................................................
34
3.4 Subyek Studi Kasus
...........................................................................
35
3.5 Fokus Studi Kasus
..............................................................................
35
3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus
......................................................... 36
3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
......................................... 36
3.8 Analisis dan Penyajian Data
...............................................................
36
3.9 Etika Studi Kasus
...............................................................................
37
-
BAB IVHASIL
PENELITIAN.................................................................
38
12.1 Profil RSUD Ogan Ilir
......................................................................
38
12.2 Hasil
.................................................................................................
41
12.3 Pemeriksaan Fisik
.............................................................................
46
12.4 Analisa Data
.....................................................................................
35
12.5 Diagnosa Keperawatan
......................................................................
58
12.6 Intervensi
..........................................................................................
59
12.7 Implementasi
....................................................................................
61
12.8 Evaluasi
............................................................................................
62
BAB V PEMBAHASAN
.........................................................................
64
5.1 Pengkajian
........................................................................................
64
5.2 Diagnosa Keperawatan
......................................................................
64
5.3 Intervensi Keperawatan
.....................................................................
65
5.4 Implementasi
....................................................................................
65
5.5 Evaluasi
............................................................................................
69
BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN
................................................... 71
6.1 Kesimpulan
........................................................................................
71
6.2 Saran
..................................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi
.................................................................
5
Gambar 2.2 Etiologi
................................................................................
9
Gambar 2.3 Etiologi
.................................................................................
10
Gambar 2.4 Patofisiologi
.........................................................................
10
-
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian
.................................................... 41
-
xii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Afikri
NIM : PO. 71.20.1.17.082
Progaram studi : Diploma DIII Keperawatan
Institusi : Poltekkes Kemenkes Palembang
Menyatakan dengan sebernarnya bahwa karya tulis Ilmiah yang saya
tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan
merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai hasil atau
pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya
tulis Ilmiah ini hasil
jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Palembang, 2018
Pembuat Pernyataan
AFIKRI
Mengetahui
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Hj. Jawiah, S. Pd, M. Kes Rehana, S. Pd, S. Kep, M. Kes
-
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH
NAMA PEMBIMBING :
NIM/NPM :
NAMA PEMBIMBING : ( UTAMA/PENDAMPING)
NO TANGGAL REKOMENDASI
PEMBIMBING
PARAF
PENDAMPING
Mengetahui
Kepala Prodi DIII Keperawatan
Ns. Lukman, S. Kep, MM. M. Kep
NIP. 197254321 199603 1 001
-
xiv
PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN
(PSP)
1. Kami adalah penelitian berasal dari
institusi/jurusan/program
studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk
berpartisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudulImplementasi
Keperawatan Pada Anak Demam Typhoid Dengan Hyperthermi Di
RSUD Ogan Ilir Tahun 2018
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalahMampu
melakukan
Implementasi Keperawatan Pada Anak Demam Typhoid Dengan
Hyperthermi Di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018 yang dapat memberi
manfaat sebagai sumber informasi bagi Rumah Sakit dalam
memberikan
pelayanan kesehatan khususnya dalam melaksanakan implementasi
pada
anak Anak Demam Typhoid Dengan Hyperthermi penelitian ini
akan
berlangsung selama 1 bulan
3. Produser penggambilan bahan data dengan cara wawancara
terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung
lebih
kurang 15-20menit.Cara ini mungkin penyababkan ketidak
nyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini
kepentingan
pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan .
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada
penelitian
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan
asuhan/tindakan yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang
saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehungan dengan
penelitiaini,silakan
menghubungi penelitian pada nomor Hp. 0812 7143 4152
PENELITI
AFIKRI
-
INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya
telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai
penelitian yang
akan dilakukan oleh Afikri dengan judulImplementasi Keperawatan
Pada Anak
Demam Typhoid Dengan Hyperthermi Di RSUD Ogan Ilir Tahun
2018.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipan pada penelitian
ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya
menginginkan
mengundurkan diri,maka saya dapat mengundurkan waktu-waktu tanpa
sanksi
apapun.
.................., 2018
Saksi Yang Memberikan
Persetujuan
_______________ ________________
..................................... 2018
Peneliti
AFIKRI
-
xvi
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak,
syaraf, kerusakan hati, dan ginjal sehingga membutuhkan biaya
pengobatan
yang tidak sedikit. Hal ini merupakan beban yang besar bagi
keluarga,
masyarakat maupun Negara. Hepertensi merupakan masalah kesehatan
global
yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat factor
yang
mempengaruhi jumlah hipertensi seperti ras, umur, obesitas,
asupan garam
yang tinggi dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga
(Ardiansyah,
2012 ).
Menurut laporan Wold Health Organization (WHO) batasan
normal
tekanan darah adalah 140-190 mmHg. Sedangkan seseorang
dinyatakan
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 160-95
mmHg. Tekanan
darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline
hypertension
(garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan
usia dan
jenis kelamin. Pada tahun 2012, sedikitnya sejumlah 839 juta
kasus hipertensi
diperkirakan menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29%
dari total
penduduk dunia, dimana penderita hipertensi lebih banyak terjadi
pada wanita
(30%) dibanding laki-laki (29%) sekitar 80% kenaikan kasus
hipertensi terjadi
terutama di negara-negara berkembang (Udjianti, 2011).
Menurut National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun
2010-2012
adalah sekitar 35-50%. Dari data NHNES III, terdapat 58-65 juta
orang
menderita hipertensi dan terjadi peningkatan menjadi 15 juta
orang yang
menderita hipertensi (Triyanto, 2014).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar
di
Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang
sering ditemukan
pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah
kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi, yaitu, sebesar 25,8%,. Disamping
itu,
pengontrolan hipertensi belum ada meskipun obat-obatan yang
efektif banyak
tersedia (Riskesdas, 2013).
-
2
Di Indonesia sebagai Negara berkembang penderita hipertensi
meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran
pada umur ≥ 18 tahun terbesar 25,8%. Angka tertingi di Bangka
Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan selatan (30,8%), Kalimantan timur
(29,6%) dan
jawa barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui
kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang
diagnosis
tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.
Jadi, ada 0,1
persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan
darah
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen,
cakupan
tenaga kesehatan hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus
hipertensi
di masyarakat tidak terdiagnosis. Jadi, frevalensi hipertensi di
Indonesia
sebesar 26,5 %. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi
pada kelompok
pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak berkerja, kemungkinan
akibat
ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Pada analisis
hipertensi terbatas
pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi
nasional
sebesar 5.3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%, perdesaan
(5,6%)
lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). Prevalensi hipertensi pada
perempuan
cenderung lebih tinggi dapi pada laki-laki (Riskesdas,
2013).
Di Provinsi Sumatera Selatan didapatkan data penderita
hipertensi
melalui Medical Record RSUD Ogan Ilir selama 3 tahun terakhir
yaitu ditahun
2015 yang menderita hipertensi berjumlah 10 orang, di tahun 2016
terjadi
penurunan penderita yang mengalami hipertensi 8 orang, sedangkan
di tahun
2017 angka penderita hipertensi meningkat menjadi 13 orang.
Ini
menunjukkan angka penyakit hipertensi di Sumatera Selatan dari
tahun 2016
sampai tahun 2017 terjadi peningkatan, sedangkan ditahun 2018
dari bulan
Januari sampai bulan Maret penderita hipertensi mencapai 5 orang
(Medical
Record RSUD Ogan Ilir, 2018).
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
waktu
lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). Banyak
pasien
hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya
terus
meningkat (Wijaya,2013).
-
3
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan fungsi perawat,
perawat dapat membantu mengurangi angka kesakitan dan angka
kematian
akibat komplikasi pada penyakit hipertensi yaitu dengan
melakukan 3 tahap
upaya antara lain sebagai berikut :
1. Tahap primer dengan memberikan penyuluhan tentang cara
pencegahan
penyakit hipertensi dan perilaku yang dapat menjadi faktor
pencetus
hipertensi.
2. Tahap sekunder dengan memberikan pengobatan melalui deteksi
dini
(Early Detection) atau mendeteksi lebih awal penyakit
hipertensi.
3. Tahap tersier dengan memberikan perawatan yang
menggunakan
pendekatan proses perawatan, tahap ini difokuskan pada
rehabilitasi yaitu
memelihara agar tidak terjadi kekambuahn dengan cara memberi
penyuluhan tentang perawatan klien hipertensi di rumah
(Triyanto, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun
laporan
asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi di RSUD Ogan
Ilir Tahun
2018.
1.2 Ruang Lingkup Penulisan
Penulis membatasi penulisan dibidang ilmu Keperawatan pada
Implementasi Keperawatan Pasien dengan Hipertensi di Rumah Sakit
Umum
Daerah Ogan Ilir pada bulan Juli tahun 2018.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang
penerapan
Implementasi Keperawatan pada Pasien Hipertensi Primer di RSUD
Ogan
Ilir Tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang Pengkajian pada Pasien
Hipertensi Primer di RSUD Ogan Ilir
-
4
2. Untuk mendapatkan gambaran tentang Diagnosa Keperawatan
Pasien
Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir
3. Untuk mendapatkan gambaran tentang Rencana Keperawatan
pada
Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir
4. Untuk mendapatkan gambaran tentang Tindakan Keperawatan
pada
Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir
5. Untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang telah
dilakukan
Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir
1.4 Manfaat Studi Kasus
1.4.1 Manfaat Bagi Pasien / Keluarga
Dapat menegtahui tentang hipertensi secara umum, pengertian,
gejala serta
dapat melakukan pencegahan sedini mungkin sebelum terjadinya
komplikasi yang lebih lanjut dan jika sudah pulang dari Rumah
Sakit
pasien rajin kontrol ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
1.4.2 Manfaat bagi perkembangan IPTEK Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi
dalam
pengembangan IPTEK dan sebagai referensi mahasiswa /
mahasiswi
Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya keperawatan
penyakit
dalam.
1.4.3 Bagi Lahan Penelitian “ RSUD Ogan Ilir “
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi informasi bagi RSUD
Ogan
Ilir dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
hipertensi.
-
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna
dalam dimensi psikospiritual, lingkungan dan sosial ( Tim Pokja
SDKI
DPP PPNI, 2016).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus
lebih dari satu periode. Hipertensi menambah beban kerja jantung
dan
arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung
dan
pembuluh darah (Udjianti, 2010).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan
angka kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (mortalitas).
Tekanan
Darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap
denyut
jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang
sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah
yang
kembali kejantung (Trianto, 2014).
Menurut laporan Word Health Organization (WHO), batas
tekanan darah yang masih diatas normal adalah 130/85 mmHg,
sedangkan
bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batas
tekanan
darah dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.
Sebetulnya
batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi masih
belum
jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan
tingkat tingginya
tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit
jantung
dan pembuluh darah.
2.1.2 Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler
Darah bergerak melalui jaringan arteri dan vena yang sangat
luas. Darah
memasuki semua jaringan tubuh, menyediakan oksigen dan
substansi
-
6
untuk nutrisi dan membuang sisa pembakaran. Darah
terus-menerus
dipompa jantung, mengalir melalui semua pembuluh darah di tubuh
dalam
satu menit melalui dua jalur berbeda yaitu sirkulasi pulmonal
dan
sistematik. Sistem kardiovaskuler terdiri dari dua jalur berbeda
yaitu aliran
darah pulmonal meliputi arteri dan vena pulmonalis dan
kapiler.Ventrikulus kanan jantung memompa darah ke paru-paru
dimana
darah mengikat oksigen dan melepas karbon monoksida.Aliran
darah
sistemik meliputi semua pembulu darah di tubuh termasuk aorta
dan vena
cava. Darah dialirkan dari ventrikulus kiri dan bersirkulasi
dalam semua
jaringan kecuali paru-paru (Wibowo, 2006). Adapun sistem
sirkulasi dapat
dibagi :
a. Sirkulasi Sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris.Darah di atrium
kiri
kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup
atrio
ventrikel (AV) semua katup jantung membuka ketika tekanan
dalam
ruang jantung atau pembuluh yang ada dibawah.Aliran darah
keluar
dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot yang
disebut
aorta darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta kemudian
disalurkan
keseluruh tubuh sirkulasi sistemik.
b. Sirkulasi Jantung dan Paru-paru
Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui
katup
trikuspidalis. Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir
melewati
katup pulmonaris dan kedalam arteri pulmanoris. Arteri
pulmanoris ini
dibagi menjadi kanan dan kiri yang masing-masing mengalir
melalui
sebelah kanan dan sebelah kiri. Di paru-paru arteri pulmanoris
ini
bercabang lagi menjadi arteriol dan kemudian kapiler. Setiap
kapiler
memberi satuan pernafasan melalui sebuah alveolus
(Ardiansyah,
2012).
Proses peredaran darah dipengaruhi oleh kecepatan darah,
luas
penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang
terdapat
pada jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah adalah kekuatan
yang
digunakan oleh darah yang bersikulasi pada dinding-dinding
dari
-
7
pembulu-pembuluh darah, dan merupakan satu dari tanda-tanda
vital yang
utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung,
kecepatan
pernafasan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung
yang
memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh
arteri-arteri pada
aliran darah (Muhammad, 2010). Tekanan darah terbagi menjadi
:
a. Tekanan Sistol
Tekanan darah tertinggi selama satu siklus jantung, merupakan
tekanan
yang dialami pembuluh darah saat jantung berdenyut /
memompakan
darah keluar jantung. Pada orang dewasa normal tekanan
sistol
berkisar 120 mmHg.
b. Tekanan Diastol
Tekanan darah terendah selama satu siklus jantung, suatu tekanan
di
dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang
dewasa
tekanan diastol berkisar 80 mmHg.
c. Tekanan nadi
Selisih antara tekanan sistol dan diastol.
2.1.3 Etiologi Hipertensi
Menurut Semeltzer dan Bare (2000) penyebab terjadinya hipertensi
ada
dua, yaitu :
a. Hipertensi Esensial atau Primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih
belum
dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong
hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi
sekunder.
Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler,
gagal
ginjal dan penyakit lainnya. Genetik dan ras bagian yang
menjadi
penyebab hipertensi primer, termasuk juga faktor lain
diantaranya
adalah stres, pengaruh alkohol, merokok, lingkungan, demografi
dan
gaya hidup.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya
dapat
diketahui, (Triyanto, 2014) antara lain :
-
8
1) Kelainan pembuluh darah ginjal
2) Gangguan kelenjer tiroid
3) Penyakit kelenjer adrenal
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi pada klien menurut dejoint national
committee on
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Tabel : 2.1.4 Klasifikasi Hipertensi ( Ardiansyah,2012)
Kategori Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
(Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi Maligna)
210 mmHg atau
lebih
120 mmHg atau
lebih
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri terjadi melalui
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga lebih
banyak
mengalirkan cairan pada setiap detiknya, arteri besar
kehilangan
kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang
pada saat jantung memompa dara melalui arteri tersebut. Tekanan
darah
juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi.(Triyanto.
2014).
Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian curah
jantung
dengan total tahanan perifer, curah jantung diperoleh dari
perkalian antara
-
9
volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung dengan denyut
jantung.
Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sisitem syaraf
otonom dan
sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam
mempertahankan tekanan darah antara lain system barolesseptor
arteri,
pengaturan volume cairan tubuh, system rennim angiotensim, auto
regulasi
vaskuler (Ardiyansyah, 2012).
Pengerasan arteri atau Arterosklerosis ditandai oleh
penimbunan
lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi
volume
aliran darah kejaringan.Karena sel-sel arteri tertimbun lemak
yang
kemudian membentuk flak, maka terjadi penyempitan pada arteri
dan
penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur
tekanan darah
lalu mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambatan
aliran
darah menyebabkan jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan
dalam bentuk hipertropi ventrikel kiri dan gangguan fungsi
diastolik
karena gangguan relaksasi ventrikel kiri yang disusul oleh
dilatasi
ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah
dalam
sirkulasi.
Darah mengandung angioensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru
angiotensin I
diubaha menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki
peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi
utama :
a. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon anti diuretik
(ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmotalitas dan volume
urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang di
ekskresikan
keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan
tinggi
osmotalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan
ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian
intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya
meningkatkan
tekanan darah.
-
10
b. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan
penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler,
aldosteron
akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara me
reabsorpsinya
dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada
gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah
(Ardiansyah,2012).
2.1.6 Pathway
Skema 2.1.6. Pathway
( Sumber : Smelzer dan Bare, 2002 : 2009 )
Otak Ginjal Retina Koroner
Jantung
Hipertensi
Resistensi
Pemb. Drh
ke Otak
Suplai O2
ke otak
Tek.
Pembuluh
Drh Otak
Nyeri
Kepala
Gang. rasa
nyaman
Nyeri
Kesadaran
Resiko
Injuri
Vasokonstrik
si pemb. drh
ginjal
Blood flow
Respon
KAA
Rangsang
aldosteron
Retensi NA
Gang.
Keseimbangan
cairan
Oedema
Spasmus
Arteriole
Diplopia
Resiko Injuri
Infark Miocard
Nyeri dada
-
11
2.1.7 Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan
retina,
seperti perdarahan ekspudat (kumpulan cairan), penyempitan
pembulu
darah. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun.Bila ada gejala yaitu adanya
kerusakan
vaskuler.Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai
nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan
pembulu
darah otak dapat menimbulkan struk dan serangan iskemik (Wijaya
dan
putrid, 2013).
Menurut crowin (dalam wijaya dan putrid, 2013) menyebutkan
bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakarnia.
2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina yang diakibatkan
oleh
hipertensi.
3. Ayunan langkah kaki yang tidak mantap karena kerusakan
susunan
saraf pusat.
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan
kapiler.
Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya
gejala
pada hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru
disadari
setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung.
Gejala lain
yang sering ditemukan adalah sakit kepala, pusing atau migren,
marah,
telinga berdengung, rasa berat di kepala bagian belakang dan
leher, pusing
atau dan mata berkunang-kunang. Gejala ini akibat komplikasi
hipertensi
seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala payah
jantung
dan gejala lain akibat fungsi ginjal (Wijayaningsih, 2013).
2.1.8 Faktor Resiko Hipertensi
Beberapa Faktor Resiko Hipertensi dapat dijelaskan sebagai
berikut :
-
12
1. Faktor Genetik
Pada 70-80% kasus hipertensi didapatkan riwayat hipertensi
didalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang
tua
maka dugaan hipertensi esensial akan lebih besar. Hipertensi
juga banyak
dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila
salah
satunya menderita hipertensi.Oleh karena itu faktor genetik
sangat
berperan dalam terjadinya hipertensi (Triyanto, 2014).
2. Jenis Kelamin dan Usia
Laki-laki yang berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause
beresiko
tinggi untuk mengalami hipertensi (Udjianti, 2010).
3. Obesitas
Penimbunan lemak berlebihan dalam tubuh dapat mengakibatkan
meningkatnya volume plasma, penyempitan pembulu darah dan
memacu
jantung memompa darah lebih cepat, dan tekanan darah meningkat
(D.
Tilong, 2014).
4. Stres
Stres dapat memicu meningkatnya hormone adrenalin dalam tubuh
yang
berpotensi mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat,
dan
tekanan darah meningkat (D.Tilong, 2014).
5. Stres lingkungan
Hubungan antara stres dan hipertensi melalui aktifitas saraf
simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi
tinggi.Hal
tersebut belum terbukati secara pasti. Selama terjadi rasa takut
ataupun
stres, tekanan arteri semakin meningkat mencapai setinggi 2 kali
normal
dalam waktu beberapa detik (Triyanto, 2014).
2.1.9 Komplikasi Hipertensi
1. Stroke
Dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau
akibat
embolus yang terlepas dari pembulu non otak. Stroke dapat
terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdari otak
mengalami
-
13
hipertrofi dan menebal,sehingga aliran darah ke daerah-daerah
yang
diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-arteri otak yang
mengalami
arterosklorosis dapat melemah, sehingga meningkatkan
kemungkinan
terbentuknya aneurisma (Ardiansyah, 2012).
2. Infark Miokard
Menurut crowin (dalam triyanto,2014) infark miokard dapat
terjadi
apabila arteri koroner yang arteroskleorosis tidak dapat
menyuplay
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus
yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Karena
terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka
kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
yang
menyebabkan infark.
3. Gagal Ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan
tinggi akibat kapiler-kapiler, glumerolus. Dengan rusaknya
glomerolus,
darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron
akan
terganggu dan dapat terlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan
rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, hal ini
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik
(Triyanto, 2014).
4. Jantung
Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya
kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru-paru,
kaki dan jaringan lain disebut edema. Cairan didalam
paru-paru
mengakibatkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai
menyebabkan
pembengkakan pada kaki (Triyanto, 2014).
2.1.10 Pencegahan Hipertensi
Ada beberapa hal yang dilakukan agar terhindar dari penyakit
hipertensi
dengan melakukan pencegahan-pencegahan dan menghindari
faktor
resikonya sebagai berikut :
-
14
1. Tahap Primer
Pencegahan primer adalah upaya pencegah berkembangnya factor
resiko, tujuannya untuk mengurangi insiden penyakit
hipertensi
dengan cara mengendalikan factor-faktor resiko agar tidak
terjadi
penyakit hipertensi. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan
primer
antara lain :
a) Mengatur Pola Makan Yang Baik
b) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal dan merubah
kebiasaan
makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam dan perlunya
meningkatkan buah dan sayuran.Tujuan diet rendah garam untuk
menurunkan tekanan darah dan mencegah edema dan penyakit
jantung (Triyanto, 2014).
c) Perubahan Gaya Hidup (Triyanto, 2014).
1) Olahraga yang teratur, penderita hipertensi melakukan
olahraga seperti senam aerobic
2) Menghentikan rokok atau berhenti merokok
3) Membatasi konsumsi alkhol
4) Mengurangi kelebihan berat badan
2. Tahap Sekunder
Upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi akibat
serangan ulang atau untuk mencegah menjadi berat terhadap
timbulnya
gejala-gejala klinis melaluai deteksi dini (early detection).
Pencegahan
ini ditunjukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat-
akibat yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis dini
(Triyanto,
2014).
3. Tahap Tersier
Penatalaksanaan tahap tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi
yang lebih berat. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan
penyakit kearah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk,
dengan
tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien (Triyanto, 2014).
-
15
2.1.11 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit untuk
menilai apakah ada indikator faktor resiko seperti anemia
(Udjianti, 2011),
2. Pemeriksaan Kimia Darah (Udjianti, 2011).
a. Pemeriksaan kreatinin
b. Pemeriksaan serum glukosa
c. Pemeriksaan kadar kolestrol
d. Kadar serum aldosteron
e. Pemeriksaan asam uran
f. Pemeriksaan tiroid
g. Rontgen Dada
3. Dapat penunjukan obstruksi klasifikasi pada areah kutup
jantung dan
melihat apakah ada pembesaran jantung (Ardiansyah, 2012).
4. CT-Scan
5. Mengkaji tumor serebral, ensefalopati (penyakit pada otak),
dan
feokkromositoma (Ardiyansyah, 2012).
6. Elektrokardiografi (EKG)
Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan
gangguan
kondusi (Ardiyansyah, 2012).
2.1.12 Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologi terdiri
dari
berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yaitu:
a. Mempertahankan Berat Badan Ideal
b. Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan diet
rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein dan jika
berhasil
menurunkan berat badan 2,5 Kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan 5 mmHg (Rahmaliayah, 2007)
c. Batasi Konsumsi Alkohol
-
16
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan
darah.
Bagi peminum berat mempunyai resiko tekanan hipertensi 4
kali
lebih besar dari pada mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol
(Wijaya dan putrid, 2013).
d. Olahraga Aerobik
Penderita hipertensi esensial tidak perluh membatasi
aktifitasnya
selama tekanan darahnya terkendali (Ardiyansyah, 2012).
e. Menghindari Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko komlikasi pada pasien
hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke (Triyanto,
2014).
f. Mengurangi Asupan Sodium
Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium
yang cukup (Ardiyansyah, 2012).
2. Penatalaksanaan Farmakologi
Terapi penderita terhadap penderita hipertensi dilakukan
dengan
pemberian obat-obatan seperti berikut :
a. Golongan Deuretik
Diuretic thiazide biasanya merupakan obat pertama yang
diberikan
untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal
membuang
garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh
tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah (triyanto, 2014).
b. Penghambat Adrenergik
Penghambat adrenergic merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari
alfa-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat
efek
sistem saraf simpati. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf
yang
dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan
cara
meninggalkan tekanan darah (Triyanto, 2014).
c. ACE-inhibitor
Angitensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan
penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri
(Triyanto,
2014).
-
17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi
2.2.1 Pengkajian
a. Wawancara
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data
dari
pasien, orang terdekat dan keluarganya melalui percakapan. Data
tersebut
dapat berupa identitas pasien dan identitas penanggung jawab
(Doenges,
Moorhouse dan Geissler, 1999). Identitas atau biodata pasien
terdiri dari :
nama atau inisial pasien, umur, alamat dan telepon jika ada,
pekerjaan dan
pendidikan pasien, komposisi keluarga yang terdiri atas nama
atau inisial,
jenis kelamin, umur, hubungan dengan pasien, agama, pendidikan,
dan
genogram (Wijaya dan Putri, 2013).
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasanya disarankan oleh pasien adalah
fatigue,
nyeri di bagian leher, penglihatan kabur, sakit kepala/pusing,
lemah, dan
sulit bernafas (Udjianti,2011).
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (Head to toe) untuk melihat data objektif
pasien dari
riwayat keperawatan pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan 4
teknik,
yaitu:
1) Inspeksi yaitu melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui
pengamatan seperti: mengamati pernafasan pasien.
2) Palpasi yaitu dengan menggunakan indera peraba melalui tangan
dan
jari_jari seperti memeriksa denyut nadi, denyut jantung dan
pemeriksaan tekanan darah.
3) Perkusi yaitu pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian
permukaan
tutbuh menghasilkan suara.
4) Auskultasi yaitu pemeriksaan dengan cara mendengar bagian
tubuh
tertentu
d. Data Pengkajian Fisik
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : kelemahan, letih dan nafas pendek.
-
18
Tanda : frekuensi denyut jantung meningkat, perubahan irama
jantung dan takipnea.
2) Sirkulasi
Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner,
penyakit katup jantung atau stroke, serta berkeringat
banayak.
Tanda :
a) Kenaikan tekanan darah
b) Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu
c) Nadi meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi
radialis,
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada
beberapa
area seperti srteri poplitea, posterior tibia
d) Denyut apical bergeser dan atau kuat angkat
e) Denyut jantung : takikardia, distrimia
f) Murmur : dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi
katup
g) Vascular bruid : terdengar diats karotis, vemoral, atau
epigastrium ( arteri stenosis ), distensi vena jugular (
kongesti
vena ).
h) Perifer : suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian
kapiller
lambat ( > 2 detik ), sianosis, diaphoresis atau flushing
pheochromocytoma )
3) Integritas Ego
Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, deprsesi, rasa
marah
kronis ( mengindikasikan gangguan cerebral ).
Tanda : kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis,
otot wajah
tegang terutama disekitar mata, menarik nafas panjang dan
peningkatan
pola bicara.
4) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
Tanda : produksi urine < 50 ml / jam atau oliguri.
5) Makanan
-
19
Gejala : riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak, tinggi garam
dan
tinggi kalori. Selain itu, melaporkan mual, muntah, perubahan
berat badan,
dan riwayat pemakaian diuretic
Tanda : berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
distensi
vena jugularis dan glikosuria ( riwayat DM ).
6) Neurosensori
Gejala : keluhan pusing, sakit kepala berdenyut disuboksipital,
episode
mati rasa atau kelumpuhan salah satu sisi badan, gangguan
penglihatan (
diplopia, penglihatan kabur ), episode epitaksis.
Tanda : perubahan status mental meliputi kesadaran, orientasi,
isi dan pola
pembicaraan, efek yang tidak tepat,
7) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.
8) Perubahan retina optic : pemeriksaan retina dapat ditemukan
penyempitan
atau skelerosis arteri, edema atau papiladema ( aksudat atau
hemoragi)
tergantung derajat dan lamanya hipertensi.
9) Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : melaporkan angina, nyeri intermiten pada
paha-claudicaton
(indikasi arterisklerosis pada ekstremitas bawah), sakit kepalah
hebat di
opsipital, nyeri atau terabahmassadiapdomen.
10) Pernafasan
Gejala : mengeluh sesak nafas saat beraktivitas, takipnea,
ortophnea,
dyfpnea nocturnal proximal, batuk dengan atau tanpa skutum,
riwayat
merokok
Tanda : sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar
nafas
tambahan (ronkhi, rales, wheezing).
11) Keamanan
Kelelahan atau gejala : gangguan keordinasi atau cara berjalan
episode
parestesia unilateral transsien, pengguanaan
kontrasepsioral.
12) Pembelajaran / penyuluhan
Gejala : faktor-faktor resiko keluarga ( hipertensi,
aterosklerosis, penyakit
jantung, diabetes mellitus penyakit ginjal, penggunaan pil KB
atau hormon
lain ).
-
20
Pertimbangan : dokter menunjukkan retara lamanya dirawat.
Rencana pengulangan : bantuan dengan pemantauan diri TD,
perubahan
dalam terapi obat.
( Sumber : doenges, moorhouse dan gaessler 1999 : padilah, 2013
).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan doenges, morhos dan gessler, pemeriksaan diagnostic
yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Kimia darah
a. Blood Urea Nitrogen ( BUN )
BUN mengukur tingkat nitrogen darah.Nitrogen adalah hasil
buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air
seni.Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan
berprotein tinggi, dehidrasi atau gagal ginjal atau jantung.
Pada BUN nilai batas normal : 8-20 mmol / L.
Kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perpusi
atau fallfenal.
Pada kreatinin nilai batas normal : 0.5-1.5 mg /L.
b. Semua glukosa : hiperglikemiaa ( diabetes mellitus adalah
pencetus hipertensi ) akibat dari peningkatan kadar
katekolamin.
Nilai normal serum glukosa : 74-106 mg/dL
c. Kadar kolestrol atau triglesireda : peningkatan kadar
mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
Nilai batas normal pada kolestrol :
-
21
2. Elektrolit
a. Serum potassium atau kalium (hipokalimia mengindikasikan
adanya adanya aldosteronisme atau efek samping terapi
diuretik.
b. Serum kalsium bila meningkat berkontrubusi terhadap
hipertensi.
3. Urine
a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine
mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.
b. Urine VMA (catecholamine metabolite) : peningkatan kadar
mengindikasikan adanya pheochromacytoma.
c. Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan
hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi
pituitary,
sindrom cusing’s : kadar rennin juga meningkat.
4. Radiologi
a. Intra venous pyelografi (IVP) : mengindikasikan penyebab
hipertensi seperti renal pharencymal disease, urolithiasis,
benign
prostate hyperplasia (BPH).
b. Rontgen toraks :menilai adanya klafikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
5. EKS : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain,
gangguan
konduksi atau distrimia.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada klien den gan
hipertensi
antara lain :
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan
peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miokard,
hipertropi/regiditas ventricular (doenges, moorhouse dan
geissler, 1999).
Rasional : hipertensi mengacu pada peningkatan tekanan darah
sistemik
yang menaikkan resistensi terhadap pemompaan darah dari
ventrikel kiri
ke aorta. Akibatnya, beban kerja jantung bertambah.Sebagai
mekanisme
kompensasinya, terjadinya hipertrofi ventrikel kiri untuk
meningkatkan
-
22
kekuatan kontraksi.Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi dilantasi
atau payah
jantung atau gagal jantung (Rahmalia, 2007).
2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan resitensi
pembuluh darah
otak dan peningkatan peningkatan vascular serbal (Doenges
Moorhouse
dan Geissler, 1999).
Rasional : nyeri akut merupakan nyeri yang tiba-tiba atau
perlahan dari
intesitas ringan sampai beratdengan akhir yang dapat
diantisipasi dan
durasinya kurang dari 6 bulan. Nyeri kepala timbul karena
adanya
peningkatan curah jantung dan resitensi vascular sehingga
tekanan darah
akan meningkat.
3. Ketidakseimbangan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh)
berhubungan
dengan kelebihan asupan makanan, pola gaya hidup, kebiasaan
(Doenges,
Moorhouse dan Geissler, 1999).
Rasional : factor resiko hipertensi adalah genetic, usia, jenis
kelalmin,
merokok, stress, kurang olahraga, alcohol, konsentrasi garam,
obesitas.
Factor ini menyebabkan tekanan darah meningkat, kemudian terjadi
reflek
control sirkulasi yang meningkatkan tekanan arteri sistemik
yang
menimbulakan peningkatan beban jantung.Aliran darah makin
cepat
keseluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi
kebutuhan
(NANDA, 2013).
4. Intolarensi aktifitas berhubungan dengan energy yang
dihasilkan menurun,
kelemahan umum, ketidak keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan
oksigen (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999).
Rasional: jantung harus memompah secara kuat dan
menghasilakan
tekanan lebih besar untuk mendorongkan darah melintasi pembuluh
darah
yang menyempit pada peningkatan total periperial resistence.
Keadaan ini
disebut peningkatan afterload jantung yang berkaitan dengan
p-eningkatan
tekenan diastolic.Peningkatan afterload yang berlangsung
lama,
menyebabkan vertikel harus mampu memompah darah lebih keras
untuk
memenuhi kebutuhan tersebut (Ardiansyah, 2011).
-
23
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/ daya ingat,
misinterprestasi
informasi, keterbatasan koknitif (Doenges, Moorhouse dan
Geissler,1999).
Rasional : factor resiko stress pada hipertensi yang
menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang akan menjadi perubahan
situasi.
Perubahan situasi akan membawah informasi yang minim sehingga
terjadi
defesiensi pengetahuan (NANDA, 2013).
2.2.3 Rencana Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan
peningkatan abterload, pasokontriksi, iskemia miokard,
hipertropi/regiditas pentricular.
Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.
Kriteria hasil : tekanan drah dalam batas normal, irama jantung
dan
denyut jantung stabil dalam rentang normal pasien.
Tabel 2.2.3.1
Intervensi Keperawatan
No Intervensi Rasional
1 Monitor tekanan darah, ukur
pada kedua ekstremitas baik
lengan maupun kaki pada awal
evaluasi. Gunakan ukuran
manset dan cara pengukuran
yang cepat.
Perbandingan dari tekanan darah
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang masalah vascular.
Hipertensi disklasifikasikan pada orang
dewasa sebagai peningkatan tekanan
diastolic sampai 130 mmHg. Hasil
pengukuran diastolik diatas 130 mmHg
terjadi peningkatan tekanan darah
menjadi hipertensi malikna. Hipertensi
sisitolik merupakan faktor resiko
dalam penyakit serebrovaskular dan
penyakit iskemik jantung apabila
tekanan diastolik 90-115 mmHg.
-
24
2. 2. Catat kualitas denyutan
sentral dan perifer.
Denyutan karotis, jugularis, radialis,
dan femorasil mungkin teramati atau
terpalpasi. Denyut pada tungkai
menurun, mencerminkan efek dari
vasonkontriksi dan kongesti vena.
3. Auskultasi suara nafas dan
bunyi jantung.
Umumnya terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, adanya krakles dapat
mengindikasikan kongesti paru
skunder terhadap terjadinya gagal
jantung kronik.
4. Observasi warna kulit,
kelembaban, suhu kulit, dan
waktu pengisian kembali
kapiler.
Adanya kepucatan, dingin, kulit
lembab, dan waktu Pengisian kapiler
lambat karena berkaitan dengan
vasokontriksi atau dekonpentasi atau
penurunan curah jantung.
5. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman. Batasi
jumlah pengunjung.
Lingkungan nyaman dan pembatasan
aktipitas dan menurunkan rangsang
simpatis, dan meningkatkan relaksasi
6. Pertahankan pembatasan
aktipitas, buat jadwal terapi
yang tidak mengganggu massa
istrahat klien dan bantu klien
melakukan aktifitas atau
perawatan diri sesuai
kebutuhan.
Menurunkan stress dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalan penyakit.
7. Berikan diet rendah garam dan
pembatasan cairan.
Diet renda garam dan pembatasan
cairan mencegah peningkatan volume
cairan ekstraseluler yang dapat
meningkatkan tekanan darah dan
menurunkan beban kerja jantung
-
25
8. Berikan obat sesuai indikasi,
Contoh :
Diuretic thiyazid
(chlorothiazide) diuretic loop
(purosenide), asam
ethacrynic potassium -
sparing deuretik (
spironolocate) penghambat
simpatis atau β bloker
(pronolol, metropolol)
vasodilator (monoxidil)
ganglion bloodker
(buanedtidine) ACE inhibitor
(captropil).
Diuretic thiazid (Chlorothiazid) untuk
menurunkan volume cairan
ekstraseluler dan mengurangi volume
darah. Diuretic loop (purosenide) untuk
menghambat resopsi natrium plorida
dan membuang kelebihan cairan
potassium – sparing diuretic
(spironolocate) sebagai penghambat
kompetitip aldesteron yang mencegah
hypokalemia. Penghambat simpatis β
bloker (propranolol, metropolo) untuk
menghambat sistesimpatis,
menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Pasodilator (monoxidil)
menurunkan tahanan perifer
ganglionblodker (guannepidine)
menurunkan denyut jantung dan
vasodalitasi ACE inhibitor (captropil)
menurunkan tahanan priper (Triyanto,
2014).
(Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).
2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan resistensi
pembulu
darah otak dan peningkatan tekanan vascular serebral.
Tujuan : mengurangi nyeri hilang atau terkontrol
Kriteria hasil : nyeri bekurang atau hilang dengan flasma
terkontrol
ditandai dengan wajah tenang, pasien tampak rilaks dan tekanan
darah
dengan batas normal.
Tabel. 2.2.3.2
Intervensi Keperawatan
1. Kaji skala nyeri dan intesitas
nyeri, kegelisaan
Mengetahui seberapa nyeri yang
dirasakan dan rencana tindakan
-
26
selanjutnya. Nyeri hilang timbul
secara tiba-tiba dapat mencetuskan
kegelisaan dan kekuatan
2. Pembandingan dari tekanan darah Pembandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang masalah vascular
3. Mempertahankan tirah baring/bed
rest selama fase akut dan
lingkungan yang tentang
Bedret adekuat meminimalkan
stimulasi dan meningkat relaksi,
membantu merelaksasikan otot, dan
menurunkan kecemasan
4. Berikan tindakan nonfarmakologi
untuk mengurangi sakit kepala
seperti masase punggung dan
leher, teknik relaksasi, distraksi,
dan aktifitas waktu senggang.
Tindakan yang menurunkan tekanan
vascular serbal dan yang
memperlambat respon simpatis
efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komplikasinya
5. Kurangi aktifitas yang merangsang
aktifitas vasokntriksi/ simpatis
yang makin memperberat sakit
kepal seperti mengedan saat BAB
Aktifitas yangf meningkatkan
vasokontriksi/simpatis menyebabkan
sakit kepala karena adanya
peningkatan tekanan vascular serbal.
Aktifitas yang memperberat sakit
kepala seperti pengedan saat BAB
(sakit kepala bisa terjadi akibat
reaksi dari pengedan yang terlalu kuat
waktu sembelit yang disebabkan
peningkatan tekanan dalam perut
hingga kekepala
6. Kalaborasi dalam pemberian obat
sesuai indikasi.
Obat anti hipetensi menurunkan atau
mengontrol tekanan membantu
menurunkan rangsangan simpatis
seperti beta-blockers seperti capoten
(captopril merupakan obat untuk
-
27
mengontrol tekanan darah melalui
proses memperlambat kerja jantung
dan memperlebar (vasodilatasi)
pembuluh darah. Analgesic
menurunkan atau mengontrol nyeri
kepala dan menurunkan rangsang
system saraf simpatis
(Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).
3. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan
dengan
meningkatnya tekanan sitemik darah.
Tujuan : intake nutrisi kebutuhan tubuh yang seimbang.
Kreteria hasil : berat badan dalam batas normal atau ideal,
mampu
mmengubah pola makan, melakukan olahraga yang tepat
Tabel.2.2.3.3
Intervensi Keperawatan
1. Bantu klien memahami hubungan
antara hipetensi antara hipetensi
dan obesitas
Kegemukan atau obesitas adalah
resiko tambahan pada tekanan darah
tinggi karena disproporsi antara
kapasitas aorta dan peningkatan curah
jantung berkaitan dengan
peningkatan massa tubuh
2. Diskusikan manfaat penurunan
asupan kalori dan pembatasan
asupan garam, lemak, serta gula
dan kalori melatih cara memutus
halusinasi secara berharap.
Kesalahan kebiasaan makan
menunjang terjadinya arterosklerosis
dan kegemukan yang merupakan
predisposisi untuk hipertensi dan
komplikasinya. Kelebihan masukan
garam memperbanyak volume cairan
intravascular dan dapat merusak
ginjal, yang lebih memperparah
hipertensi
3. Pertimbangan kemauan klien Pengaturan berat badan dapat
-
28
untuk menurunkan berat badan.
mencegah obesitas dan
komplikasinya
4. Review asupan kalori harian dan
pilihan diet
Mengidentifikasi
kekuatan/kelemahan dalam program
diet terakhir. Membantu dalam
menentukan kebutuhan individu
untuk menyesuaikan
5. Perhitungan penurunan berat
badan realitas bersama klien,
misalnya 0,5 kg perminggu
Penurunan asupan kalori seseorang
sebanyak 500 kalori perhari secara
teori dapat menurunkan berat badan
yang lambat mengindikasi kehilangan
lemak melalui kerja otot dengan cara
mengubah pola makan
6. Dorong klien untuk
mempertahankan masukan
makanan yang seimbang.
Memberikan data dasar tentang
nutrisi yang adekuat dan seimbang.
Mengontrol emosi saat makan dan
membantu untuk memfokuskan
perhatian pada factor mana klien
dapat mengontrol perubahan
7. Anjuran klien menghindari
konsumsi makanan dengan kadar
lemak jenuh/ lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim) dan
mengandung kolesterol (sperti
daging berlemak, udang)
Mengindari makanan tinggi lemak
jenuh dan kolestrol penting dalam
mencegah perkembangan
aterogenesis (penyumbatan pembuluh
darah sebagai salah satu factor
pemicu meningkatnya tekanan
darah). Konsumsi lemak jenuh dapat
meningkatkan kadar kolestrol dalam
darah.
Kaloborasi untuk merujuk ke ahli
gizi/ahli diet sesuai indikasi.
Memberikan konseling dan bantuan
dengan memenuhi kebutuhan diet.
Diet yang tepat dapat mencegah
-
29
serangan ulang hipertasi dan
komplikasinya
(Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan energi yang
dihasilkan
menurun, kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai
dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan : Mampu beraktifitas secara mandiri
Kriterian hasil : Berpartisipasi dalam aktifitas, tekanan darah,
nadi dan
respirasi dalam batas normal.
Tabel.2.2.3.4
Intervensi Keperawatan
1 Kaji respon klien terhadap
aktifitas, keletihan dan kelemahan
yang berlebihan, pusing.
Menyebutkan parameter membantu
dalam mengkaji repons fisiologis
terhadap stress aktivitas dan apabila
ada merupakan indicator dari
kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktifitas
2 Anjurkan klien menggunakan
teknik penghematan energy/tenaga
saat beraktivitas, seperti mandi,
duduk saat menyisir rambut atau
menggosok gigi, melakukan
aktifitas secara perlahan.
Teknik menghemat energy
mengurangi penggunaan energy dan
membantu keseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
3 Berikan dorongan untuk
melakukan aktifitas/perawatan diri
secara tertahap dan berikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Kemajuan aktifitas bertahap
mencegah peningkatan kerja jantung
secar tiba-tiba memberikan bantuan
sebatas kebutuhan akan mendorong
klien melakukan aktifitas secara
mandiri
(Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).
-
30
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/daya ingat,
misinterprestasi informasi, keterbatasan kognitif.
Tujuan : pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan
pengobatan
baik/paham.
Kriteria hasil : klien memahami proses penyakit, mampu
mengidentifikasi efek samping obat dan komplikasi, dan
mempertahankan tekanan dalam rentang normal.
Tabel.2.2.3.5
Intervensi Keperawatan
Kaji kesepian klien dan keluarga
untuk belajar
Kesalahan konsep dan menyangkal
diagnose karena perasaan sejahtera
yang sudah lama mempengaruhi
klien/orang terdekat untuk mempelajari
penyakit dan prognosis
Diskusikan defenisi batasan
tekanan darah normal. Jelaskan
hipertensi dan efeknya terhadap
jantung, pembuluh darah, ginjal
dan otak.
Memberikan dasar untuk pemahaman
tentang peningkatan tekanan darah dan
mengklarifikasi istilah menis yang
sering digunakan. Pemahaman tekanan
darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala
adalah untuk memungkinkan klien
melanjutkan pengobatan walaupun
klien merasa sehat
Hindari mengatakan tekanan
darah “normal” tetapi gunakan
“terkontrol dengan baik” saat
menggambarkan tekanan darah
klien dalam rentang yang
diharapkan.
Karena pengobatan untuk hipertensi
adalah sepanjang kehidupan, maka
dengan mengatakan “tekontrol dengan
baik” akan membantu klien untuk
memahami kebutuhan untuk
melanjutkan pengobatan/meditasi
Bantu klien dalam
mengidentifikasi factor resiko
Faktor-faktor resiko ini telah
menunjang hubungan dalam
-
31
kardiovascular yang dapat
diubah (obesitas ; pola diet
tinggi lemak jenuh dan
kolesterol, merokok, asupan
alcohol, dan gaya hidup penuh
stress.
menunjang hipertensi, penyakit
kardiovaskular serta ginjal
5. Pecahkan masalah bersama klien
untuk mengindentifikasi
perubahan gaya hidup tepat yang
dapat menurunkan factor-faktor
resiko.
Faktor-faktor resiko dapat
meningkatkan proses penyakit
memperburuk gejala. Dengan
mengubah perilaku yang biasa atau
memberikan rasa aman dapat
menyusahkan dukungan, pertunjukan
dan empati dapat meningkatkan
keberhasilan klien dalam
menyelesaikan tugas ini
(Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan
(tindakan keperawan ) yang telah direncanakan. Dalam tahap ini
perawat
harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan
prosedur
tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat
perkembangan
pasien, dalam tahan pelaksanaan, terdapat dua tindakan yaitu
tindakan
mandiri dan tindakan kolaborasi.Implementasi tindakan
keperawatan
dibedakan menjadi tiga kategori. Antara lain :
1. Independent adalah suatu kegitan yang dilaksanakan oleh
perawatan
tanpa pertunjukan dari dokter atau tenaga kesehatan lain.
Tindakan ini antara lain :
a. Mengkaji klien atau keluarga melalui riwat keperawatan
dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
-
32
b. Merumuskan diagnose keperawan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan
c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk
mempertahankan
atau memulihkan kesehatan klien.
d. Megevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
dan
medis.
2. Interdependent adalah suatu kegiatan yang memerlukan
kerjasama
dari tenaga kesehatan lain.
3. Dependent adalah berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis atau instruksi dan tenaga medis.
Pada tahap implementasi ini juga mendokumentasi tindakan
keperawatan. (Handayaningsih, 2009 ;Asmadi 2008)
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi, evaluasi merupakan tahap terakhir proses
keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi, perawat harus
memiliki
pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap
interventasi keperawatan, kemampuan menggambarkan
menghubungkan
tindakan keperawatan pada criteria hasil. Tahan evaluassi ini
terjadi dari
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi terbagi menjadi dua
jenis,
antara lain :
1. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas keperawatan dan
hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai
keefektifan tindakan keperawatan yang telah di laksanakan.
Perumusan evaluasi ini meliputi empat komponen yang dikenal
dengan istilah SOAP, yaitu :
a. Subjektif adalah data yang berupa keluhan klien.
b. Objektif adalah data hasil pemeriksaan.
c. Analisis data adalah pembandingan data dengan teori.
-
33
d. Perencanaan adalah rencana tindak lanjut yang akan
dilanjutkan.
2. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan semua
aktifitas
proses keperawatan selesai di lakukan. Evaluasi ini bertujuan
untuk
menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah
diberikan.Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah
melakukan wawancara pada akhir layanan dan menanyakan respon
klien dan keluarga atau orang terdekat klien dalam pelayanan
keperawatan. (Handayaningsih, 2009 ;Asmati, 2008).
-
34
BAB III
METODELOGI STUDI KASUS
3.1 Rancangan Studi Kasus
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
deskriptif
dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi implementasi
keperawatan
pada pasien hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018.
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang
meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, intevensi keperawatan,
implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
3.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penulisan Asuhan Keperawatan Hipertensi ini
meliputi proses siklus berkelanjutan mulai dari pengkajian,
Diagnosa
Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.
Bagan 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
Implementasi
3.3 Definisi Istilah
1. Kaji Skala Nyeri
Kaji Skala Nyeri Adalah suatu tindakan untuk mengetahui
tingkat
kesakitan / Nyeri yang sedang diderita oleh seseorang yang
mana
hasilnya dapat membantu kita dalam membedakan tingkat beratnya
suatu
penyakit sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis yang
akurat,
mengintervensikan pengobatan yang tepat, dan menilai efektifitas
terapi
yang diberikan ( bangsalsehat.blogspot.com)
1. Kaji Skala Nyeri
2. Nafas Dalam
3. Tirah Baring
4. Masage
5. Kurangi Aktifitas
6. Kolaborasi Minum Obat
Gangguan Rasa
Nyaman Nyeri pada
pasien Hipertensi
-
35
2. Nafas Dalam
Nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam
hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara
melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
dan
bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga
dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi
darah
(Smeltzer & Bare, 2002).
3. Tirah Baring
Tirah baring (bahasa Inggris: bed rest) adalah perawatan
kedokteran yang
melibatkan berbaringnya pasien di tempat tidur untuk suatu
jangka yang
sinambung. Perawatan ini diperlakukan untuk suatu penyakit atau
kondisi
medis tertentu ( wikipedia.org )
4. Massage
Massage adalah seni gerak tangan yang bertujuan untuk
mendapatkan
kesenangan dan memelihara kesehatan jasmani ( Olahragamo.com
)
5. Kurangi Aktifitas
Kurangi aktifitas adalah mengurangi kegiatan sehari-hari yang
dilakukan
secara rutin
6. Kolaborasi Minum Obat
Kolaborasi minum obat adalah kerjasama dengan tim kesehatan
lainnya
untuk memberikan terapi.
3.4 Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus yang digunakan dalam penelitian keperawatan
ini adalah
individu dengan kasus yang diteliti secara rinci dan mendalam.
adapun
subyek yang diteliti berjumlah dua orang pasien dengan kasus dan
masalah
keperawatan yang sama yaitu pasien hipertensi primer.
3.5 Fokus Studi Kasus
Fokus penelitian pada studi kasus ini adalah implementasi
keperawatan pada
pasien hipertensi primer.
-
36
3.6 Tempat Dan Waktu Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Ogan Ilir. Waktu penelitian
ini telah
dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2018 – 04 Juli 2018.
3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Tehnik Pengumpulan data
Instrumen atau alat pengumpulan data pada studi kasus ini
menggunkan
format pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan
yang
berlaku.
3.7.2 Metode Pengumpulan data
Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data
yang
digunakan :
a. Wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas klien,
keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu,
riwayat
penyakit keluarga, dll ) Sumber data berasal dari apsien,
keluarga dan
petugas kesehatan yang berkaitan dengan kasus ini
b. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA :
Inspeksi,
Palpasi, Perkusi dan Auskultasi ) pada sistem tubuh klien.
c. Studi dokumentasi ( hasil dari pemeriksaan diagnostik dengan
format
pengkajian ).
3.8 Analisis dan Penyajian data
3.8.1 Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk
mengolah
sebuah data menjadi informasi sehingga karekteristik data
tersebut
menjadi mudah untuk dipahami. Dalam studi kasus ini,terdapat dua
jenis
data yakni data subjektif dan data objektif. Data subjektif di
analisis
berdasarkan apa yan ditemukan peneliti pada klien, sedangkan
data
objektif di analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik
kemudian
dibandingkan dengan nilai normal.
-
37
3.8.2 Penyajian Data
Teknik menyajikan data merupakan cara bagaimana untuk
menyajikan
data sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk
studi
kasus ini,data disajikan secara narasi yang disertai dengan
ungkapan
verbal dari pasien sebagai data pendukungnya. Kerahasian dari
responden
dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.
3.9 Etika Studi Kasus
Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting
dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan
berhubung
langsung dengan manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan
penelitian.
Masalah etika yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut
:
1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)
informed consent merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti
dan
responden peneliti dengan memberi lembar persetujuan.
Informed
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian
serta
mengetahui dampaknya.
2. Anomity ( Tanpa Nama )
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang diberikan
jaminan
dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan
atau tidak mencantumkan nama responden dalam lembar alat ukur
dan
hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentialty ( Kerahasiaan )
Masalah keperawatan merupakan masalah etika dengan
memberikan
jaminan dalam kerahasian hasil penelitian ,baik informasi yang
telah
dikumpulkan dijamin kerahasianannya oleh peneliti,hanya
kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
-
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang proses keperawatan
pada Ny.
“N” dan “ Tn. A” yang menulis lakukan selama 3 hari dimulai
tanggal 02 Juli
2018 – 04 Juli 2018 dengan penyakit Hipertensi di Ruang Penyakit
Dalam RSUD
Ogan Ilir yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan: melalui
tahap-tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan , perencanaan dan evaluasi.
4.1 Profil RSUD Ogan Ilir
RSUD Ogan Ilir mulai beroperasi sejak januari 2013 , hal ini
berdasarkan
keputusan Bupati Ogan Ilir Nomor 155/KEP/KES/2013 tentang Izin
Operasonal
Sementara Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Ogan Ilir
pada
tanggal 30 April 2013. dan berdasarkan keputusan ini pula
ditetapkan bahwa
RSUD Ogan Ilir mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan.
Pada
Tanggal 13 Mei 2015 Izin Operasional tersebut diperbaharui dari
Izin Operasional
sementara menjadi izin operasional tetap yang didasarkan pada
Keputusan Bupati
Ogan Ilir Nomor 414/KEP/DINKES/2015 tentang Izin Operasional
Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Ogan Iliryang berlaku mulai 13 Mei
2015.
Pada tanggal 13 Mei 2015 RSUD Ogan Ilir mendapatkan
penetapan
sebagai Rumah Sakit Tipe D berdasarkan keputusan Bupati Ogan
Ilir Nomor
150/KEP/DINKES/2015 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum
Dearah
Kabupaten Ogan Ilir.
4.1.1 Visi dan Misi RSUD Ogan Ilir
Visi RSUD Kabupaten Ogan Ilir :
“Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Terbaik di Sumatera
Selatan”
misi dan tujuan RSUD Kabupaten Ogan Ilir :
Misi I
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
Tujuan
a) Meningkatkan Pelayanan Media Umum
-
39
b) Meningkatkan Pelayanan gawat darurat
c) Meningkatkan Pelayanan medik spesial dasar
d) Meningkatkan Pelayanan ICU
e) Meningkatkan Pelayanan medik spesial penunjang
f) Meningkatkan Pelayanan patologi klinik
g) Meningkatkan Pelayanan penunjang klinik
h) Meningkatkan Pelayanan penunjang non klinik
Misi II
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Tujuan
a) Meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan
b) meningkatkan manajemen SDM
c) meningkatkan efektif erja pegawai
Misi III
Meningkatkan sarana prasarana
Tujuan
a) Meningkatkan ketersediaan alat kesehatan
b) Meniungkatkan ketersediaan peralatan dan perlengkapan
kantor
c) pengadaan kendaraan operasional rumah sakit
d) pembangunan gedung rumah sakit
e) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
4.1.2 Fasilitas pelayanan
RSUD Ogan Ilir merupakan rumah sakit Daerah Khusus Kabupaten
Ogan Ilir sehingga memudahkan pelayanan kesehatan di daerah
kabupaten Ogan
Ilir dengan pelayanan :
1. Pelayanan Rawat Jalan/Poliklinik
Pelayanan rawat jalan RSUD Ogan Ilir dilakukan pada waktu pagi
dan
sore hari. Dengan pola pelayanan yang ditata dengan baik dan
dilaksanakan oleh tenaga spesialis dan sub spesialis yang
berpngalaman.
-
40
2. Pelayanan Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap RSUD Ogan Ilir memiliki 140 tempat
tidur
dengan kelas yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai
dengan
kebutuhan perawatan, mulai kelas VIP sampai kelas III.
3. Pelayanan Rawat Intensip
Pelayanan Rawat Intensip RSUD Ogan Ilir disediakan dan
diberikan
kepada pasien yang dalam keadaan sakit berat. Dikoordinir oleh
dokter
anastesi khusus intensif care. Pelayanan perawatan intensif
ini
merupakan intensif care unit tersier karena mampu memberikan
pelayanan tertinggi dan tunjangan hidup dalam jangka
panjang.
4. Pelayanan Bedah
Pelayanan Bedah sebagai sarana pelayanan terpadu untuk
tindakan
operatif terencana maupun darurat dan diagnostik. Instalasi
bedah
merupakan ruang operasi yang dilengkapi dengan peralatan
canggih
yang dilakukan dikamar operasi.
5. Pelayanan Bersalin
Pelayanan Rawat Inap RSUD Ogan Ilir, menata perawatan
kebidanan
ibu bersalin dengan memberikan pelayanan yang khusus kepada
wanita
dan ibu bersalin, kenyamanan dan ketentraman keluarga
senantiasa
terjaga.
4.1.3 Gambaran Umum Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD
Ogan
Ilir
Ruang Instalasi Rawat Inap RSUD Ogan Ilir merupakan bagian
dari
Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam yang menjadi tempat
perawatan bagi pesien
selama sakit. Dalam pelayanannya instalasi Rawat Inap Penyakit
Dalam melayani
semua pasien dengan kasus penyakit dalam (non bedah) termasuk
pasien dengan
hipertensi, biasanya lama rawat yang bervariasi hingga pasien
dinyatakan
diperbolehkan pulang/rawat jalan.
Klasifikasi ketenagaan perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam
RSUD Ogan Ilir diketuai oleh satu orang kepala ruangan, dengan
staf
-
41
keperawatan yang terbagi menjadi 3 yaitu TIM 1, TIM 2 dan 1 PJ
Shift, jadwal
dinas perawat dibagi dalam 3 shift yaitu shift pagi, sore dan
malam.
Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Ogan Ilir mempunyai 5
ruang
rawat inap dan 92 tenpat tidur pasien, dimana terdapat 4 tidur
dikelas I B dan II A,
11 tempat tidur dikelas II B dan III A, 62 tempat tidur dikelas
III B (Medical
Record RSUD Ogan Ilir, 2018).
4.2. Hasil
Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. “N” dan Tn.
“A”
dengan penyakit hipertensi selama 3 hari (dari tanggal 04 Juni
2018-06 Juni 2018
jam 10.00 WIB dan jam 16.30 WIB ) di Ruang Penyakit Dalam Wanita
dan
Ruang Penyakit dalam Laki-laki RSUD Ogan Ilir, maka pada bab ini
penulis
mengemukakan pembahasannya.
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara asuhan
keperawatan hipertensi secara teoritis dan tindakan keperawatan
yang langsung
diberikan pasien dilapangan,. Selain membahas kesenjangan diatas
penulis juga
akan mengemukakan beberapa masalah selama melaksanakan
asuhan
keperawatan serta pemecahannya.
Sesuai dengan tahapan proses keperawatan, maka penulis akan
mengemukakan pembahasan mulai dari pengkajian, pentuan diagnosa
perawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengumpalan data dimulai pada tanggal 02 Juli 2018 s.d 04 Juli
2018.
Secara teoritis, wawancara dilakukan secara langsung baik pada
klie