IMPLEMENTASI CYBER-LAW Disusun Oleh: Nama : Ardiant Yosa Hastaka NIM : A11.2012.07102 Progdi : TI – S1 UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
IMPLEMENTASI
CYBER-LAW
Disusun Oleh:
Nama : Ardiant Yosa Hastaka
NIM : A11.2012.07102
Progdi : TI – S1
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
PENDAHULUAN
Dunia maya, dua kata itu sekarang bisa dibilang salah
satu kebutuhan pokok manusia teknologi di dunia. Terkadang
waktu hanya dihabiskan untuk melakukan apapun yang bisa
dilakukan di dunia maya. Seperti layanan sosial yang masih
bertahan hingga sekarang, yaitu Facebook dan Twitter.
Layanan sosial yang menghubungkan personal dengan
personal lain, membangun relasi jarak jauh adalah layanan yang
sangat dicari saat-saat ini. Tetapi dengan banyaknya member
atau pengguna, banyak juga orang yang menyalahgunakan layanan
publik yang digandrungi banyak orang ini. Seperti hacking,
cracking, pelecehan, pencemaran nama, baik dan lain-lain
tergantung penyalahgunaan layanan ini. Dan alasan
penyalahgunaannya pun terkadang kurang masuk akal. Beberapa
contohnya seperti penyebaran gambar-gambar tidah senonoh
(porno) pacarnya perempuan karena putus hubungan, balas dendam
dengan orang yang sangat dibenci, dan beberapa kasus yang
terjadi didasari karena ingin pamer skill yang dikuasai.
Meskipun alasan yang sepele tersebut, akibat yang diterima
korban tidak tanggung-tanggung, beberapa kejadian pelecehan
dan pencvemaran nama baik diakhiri dengan bunuh dirinya korban
peleceran dan pencemaran nama baiknya. Selain karena beberapa
faktor tersebut, ada pula pembentukan organisasi hacker dan
cracker yang setiap beroperasi selalu mendapankan hasil yang
besar. Salah satu organisasi terbesar di dunia adalah
Anonymous, yaitu kumpulan hacker dan cracker dari seluruh
dunia yang beroperasi di setiap negara. Setiap beroperasi,
organisasi ini seperti tidak terlacak selalu mendapan ‘ikan’
yang besar, seperti dokumen rahasia kenegaraan atau aliansi
negara (CIA dan FBI), ribuan akun dunia maya (Facebook,
Twitter, .dll), dan website-website penting milik negara.
Keamanan yang ditingkankan juga tidak berpengaruh untuk
mencegah operasi para Anonymous, karena dari dasarnya para
hacker adalah orang yang sangat jenius dalam bidang teknologi
jaringan. Anonymous yang bergerak di Indonesia biasa disebut
AnonOpsIndo. Sampai sekarang pun masih ada dan selalu
bertambah anggota yang bergabung.
Nyatanya, dampak-dampak negatif dari adanya internet
bukan membuat seseorang menjadi berhati-hati dengan
penggunaannya. Tetapi penasaran dan mencoba untuk merasakan
sensasi jika menjadi seperti mereka. Tanpa berfikir akibat
yang diterima korban dan pelaku.
Untuk mencegah Cyber Crime ini bertambah parah, maka
dibuatlah hukum yang digunakan untuk dunia maya yaitu Cyber
Law. Cyber Law ini meliputi hak cipta, merek dagang,
fitnah/penistaan, hacking, virus, akses Ilegal, privasi,
kewajiban pidana, isu prosedural (Yurisdiksi, Investigasi,
Bukti, dll), kontrak elektronik, pornografi, perampokan,
perlindungan konsumen dan lain-lain. Dan sampai sekarang,
dengan adanya Cyber Law, kejahatan-kejahatan dari lamer hacker
(seseorang yang baru belajar menjadi seorang hacker) mulai
berkurang dan akan lebih diketatkan untuk para elite hacker
(hacker ahli atau sebuah organisasi). Meski hingga sekarang
Cyber Law tidak mempan untuk hacker jenis ini.
Cyber Law yang sekarang terlihat jelas berjalan adalah
pemblokiran situs-situs yang meliputi Pornografi, hak-hak
cipta, rahasia, dan proxy (meliputi internet protocol dan port
diluar Internet Service Provider atau dikenal dengan ISP),
sudah dilaksanakan oleh ISP local, misalnya Telkom, Axix, XL,
dan lainya yang membentuk relasi dengan ‘nawala project’.
HUKUM / CYBERLAW YANG BERLAKU DI INDONESIA
Di Indonesia sendiri sudah ada Undang-undang yang mengatur
dunia maya. Yaitu UU ITE.
Sejarah Cyber Law Indonesia (UU ITE)
UU ITE mulai dirancang pada bulan maret 2003 oleh
kementerian Negara Komunikasi dan Informasi (KOMINFO),
pada mulanya RUU ITE diberi nama Undang-undang
Informasi Komunikasi dan Transaksi Elektronik oleh
Departemen Perhubungan, Departemen Perindustrian,
Departemen Perdagangan, serta bekerja sama dengan Tim
dari universitas yang ada di Indonesia yaitu
Universitas Padjajaran (Unpad), Institut Teknologi
Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI).
Pada tanggal 5 September 2005 secara resmi presiden
Susilo Bangbang Yudhoyono menyampaikan RUU ITE kepada
DPR melalui surat No.R/70/Pres/9/2005. Dan menunjuk
Dr.Sofyan A Djalil (Menteri Komunikasi dan Informatika)
dan Mohammad Andi Mattalata (Menteri Hukum dan Hak
Azasi Manusia) sebagai wakil pemerintah dalam
pembahasan bersama dengan DPR RI.
Dalam rangka pembahasan RUU ITE Departerment
Komunikasi dan Informsi membentuk Tim Antar Departemen
(TAD). Melalui Keputusan Menteri Komunikasi dan
Informatika No. 83/KEP/M.KOMINFO/10/2005 tanggal 24
Oktober 2005 yang kemudian disempurnakan dengan
Keputusan Menteri No. 10/KEP/M.Kominfo/01/2007 tanggal
23 Januari 2007. Bank Indonesia masuk dalam Tim Antar
Departemen (TAD) sebagai Pengarah (Gubernur Bank
Indonesia), Nara Sumber (Deputi Gubernur yang
membidangi Sistem Pembayaran), sekaligus merangkap
sebagai anggota bersama-sama dengan instansi/departemen
terkait.
Tugas Tim Antar Departemen antara lain adalah
menyiapkan bahan, referensi, dan tanggapan dalam
pelaksanaan pembahasan RUU ITE, dan mengikuti
pembahasan RUU ITE di DPR RI. Dewan Perwakilam Rakyat
(DPR) merespon surat Presiden No.R/70/Pres/9/2005. Dan
membentuk Panitia Khusus (Pansus) RUU ITE yang
beranggotakan 50 orang dari 10 (sepuluh) Fraksi di DPR
RI. Dalam rangka menyusun Daftar Inventaris Masalah
(DIM) atas draft RUU ITE yang disampaikan Pemerintah
tersebut, Pansus RUU ITE menyelenggarakan 13 kali Rapat
Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan berbagai pihak,
antara lain perbankan, Lembaga Sandi Negara, operator
telekomunikasi, aparat penegak hukum dan kalangan
akademisi. Akhirnya pada bulan Desember 2006 Pansus DPR
RI menetapkan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM)
sebanyak 287 DIM RUU ITE yang berasal dari 10 Fraksi
yang tergabung dalam Pansus RUU ITE DPR RI.
Tanggal 24 Januari 2007 sampai dengan 6 Juni 2007
pansus DPR RI dengan pemerintah yang diwakili oleh
Dr.Sofyan A Djalil (Menteri Komunikasi dan Informatika)
dan Mohammad Andi Mattalata (Menteri Hukum dan Hak
Azasi Manusia) membahas DIM RUU ITE.
Tanggal 29 Juni 2007 sampai dengan 31 Januari 2008
pembahasan RUU ITE dalam tahapan pembentukan dunia
kerja (panja).sedangkan pembahasan RUU ITE tahap Tim
Perumus (Timus) dan Tim Sinkronisasi (Timsin) yang
berlangsung sejak tanggal 13 Februari 2008 sampai
dengan 13 Maret 2008. 18 Maret 2008 merupakan naskah
akhir UU ITE dibawa ke tingkat II sebagai pengambilan
keputusan.25 Maret 2008, 10 Fraksi menyetujui RUU ITE
ditetapkan menjadi Undang-Undang. Selanjutnya Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani naskah UU ITE
menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan
dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 58 Tahun 2008 dan
Tambahan Lembaran Negara.
Dengan diresmikanya Undang-Undang ITE yang ada maka
dampak akibat kejahatan kajahatan yang terjadi di dunia ITE
akan berkurang karena setiap tindakan seseorang yang
dilakukanya akan diawasi langsung oleh UU ITE,
Dengan adanya UU ITE tidak dapat semenah menah dalam
menulis, mengUpload dan sebagainya dengan sembarangan karena
jika seseorang tidak terima dengan tulisan kita yg bersifat
menjelekan atau apapun kita dapat dikenakan UU pencamaran nama
baik, dak kita dapat dikenakan sanksi yang sesuai dengan UU
ITE baik sanksi pidana maupun perdata.
Dan untuk lebih jelas tentang UU ITE, ada beberapa inti
peraturan
Bab IV Passal (27-31) UU ITE tentang cybercrime di Indonesia :
Dilarang Melakukan tindakan Assusila, Perjudian,
Penghinaan, Pemerasan (Passal 27).
Dilarang Melakukan tindakan penipuan tentang informasi,
dan menebar tindakan yang menyebabkan
permusuhan,menyebarkan kesesatan, dan berita bohong
(Passal 28).
Dilarang Melakukan Ancaman kekerasan terhadap pelaku
internet lain (Passal 29).
Dilarang Melakukan penyalahgunaan akses komputer pihak
lain secara ilegal dan tindakan merugikan lain (Passal
30).
Dilarang Melakukan tindakan Penyadapan dan perubahan dan
penghilangan informasi pihak lain secara ilegal (Passal
31).
IMPLEMENTASI CYBERLAW DI INDONESIA (CONTOH KASUS DANPEMBAHASAN)
Pelaksanaan UU ITE di Indonesia mulai dilaksanakan
setelah undang-undangnya dikeluarkan. Diawali dengan
pemblokiran situs-situ yang menyebarkan hal pornografi, hak-
hak cipta, privasi dan lain-lain yang merugikan.
Berikut ini kasus yang terjadi di awal tahun 2013,
tepatnya akhir Januari.
Sebagai bentuk protes terhadap penangkapan Wildan
Yani, para hacker ramai-ramai meretas situs pemerintahan
sejak Selasa (29/01) malam hingga Rabu (30/01). Wildan
Yani adalah hacker peretas situs presidensby.info. Wildan
diancam pidana penjara 6 – 12 tahun.
Serangan serempak itu akan dibahas secara khusus
dalam rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri
Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Rabu
(30/01).
Ketua Komisi I DPR RI Agus Gumiwang menegaskan
bahwa kasus itu akan diangkat oleh Komisi I dalam raker
dengan Menkominfo. Menurut Agus, kasus itu bisa
mengganggu martabat dan kedaulatan bangsa. Apalagi jika
muncul persepsi bahwa pemerintah kalah dalam perang
cyber (cyber war).
Menurut Agus, langkah penangkapan yang dilakukan
pihak kepolisian terhadap Wildan sudah tepat. Pemerintah
dan aparat penegak hukum diharapkan membongkar dan
menangkap jaringan peretas.
Diberitakan sebelumnya, Badan Reserse Kriminal
Polri menangkap Wildan Yani. Penangkapan Wildan memicu
reaksi dari kelompok hacker internasional terkemuka
Anonymous. Kelompok hacker itu menyatakan 'perang'
terhadap Pemerintah Republik Indonesia dengan
menumbangkan situs-situs berdomain '.go.id'.
Hingga saat ini, setidaknya sudah tujuh domain
dilumpuhkan dan sebagian di-deface tampilan berisi pesan
peringatan. Situs-situs yang sudah dilumpuhkan antara
lain beberapa sub domain di situs KPPU, BPS, KBRI
Tashkent, Kemenkumham, Depsos, dan Kemenparekraf, bahkan
Indonesia.go.id.
:: Dari kasus diatas, adalah salah satu keisengan dari
seorang hacker yang menyebabkan kerugian bagi dirinya sendiri.
Pelanggaran yang terdapat dalam kasus diatas adalah
pelanggaran UU ITE passal 30 dan 31 tentang akses illegal dan
penyadapan, perubahan informasi illegal, terlebih dari
seseorang yang terkemuka di Indonesia.
KESIMPULAN (PENDAPAT / ANALISIS KRITIS TENTANG IMPLEMENTASI
CYBERLAW)
Seperti yang sudah dituliskan di pendahuluan, dunia maya
adalah salah satu kebutuhan pokok manusia jaman sekarang. Dan
karena banyaknya pemakai dunia maya, kejahatan pun juga tidak
akan luput untuk berkelana mencari korban. Cyber Crime juga
tidak hanya didasari dari suatu maksud tertentu seperti dendam
dan masalah tetapi juga karena keisengan seseorang yang ahli
dalam hal jaringan komputer. Dan semakin hari orang yang mampu
memanipulasi jaringan komputer juga semakin banyak, sehingga
dibuatlah Cyber Law. Dan di Indonesia, Cyber Law berbentu
Undang-undang, yaitu UU ITE.
Pelaksanaan undang-undang ini menurut saya sudah bagus
untuk pembatasan informasi yang menyangkut pornografi, hak-hak
cipta, dan privasi. Tetapi tidak untuk penegasan hukumnya.
Yang terkadang dibuat-buat karena ingin merasa puas. Seperti
contoh, kasus yang saya tampilkan di atas adalah salah satu
kasus yang membuktikan bahwa hukum di Indonesia belum matang.
Memang untuk masalah hukum, Indonesia mempunyai undang-undnag
yang sangat banyak. Tapi hanya secuil yang bekerja. Selain itu
juga pemberian sanksi atau hukuman yang dirasa tidak cocok
untuk perbuatan yang dilakukan dan tidak berfikir akibat yang
terjadi karna kecerobohan oknum-oknum yang hanya mencari
kepuasan saja. Kasus diatas menyatakan bahwa seorang hacker
muda dapat membobol situs milik presiden Indonesia. Di
keterangan ini hanya membobol, tidak ‘mengubah parah’ website
milik orang nomor satu di Indonesia, dikenai hukuman penjara
6-12 tahun. Bila dibandingkan dengan kasus-kasus korupsi
besar-nesaran yang hanya 4,5 tahun beda jauh kerugian yang
diderita. Sistem yang seperti ini yang membuat pemerintah
Indonesia seperti mengejar kepuasan karena merasa menang. Dan
dari kasus ini juga oknum-oknum yang mencari kepuasan menerima
balasannya dari hacker-hacker Indonesia dan organisasi hacker
Internasional, Anonymous. Yang menyatakan perang terhadap
Jaringan di Indonesia, menyebabkan lebih dari 7 domain account
negara tidak aktif.