1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam usahatani, terdapat perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima. Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event Point) atau R/C ratio, dimana perhitungan-perhitungan itu digunakan agar orang yang melkukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau memenuhi target keuntungan yang diinginkan. Adapula pengorganisir dalam usahatani yaitu petani sendiri yang kemudian dibantu oleh keluarganya dan tenaga luar. Penggunaan tenaga luar dikhususkan pada kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga yang lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sedangkan yang diorganisir sendiri adalah faktor-faktor produksi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seorang
petani mengalokasikan sumber daya yang secara efektif dan efisien untuk
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani
dilakukan oleh petani guna untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya
seperti memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam usahatani, terdapat
perhitungan untuk memperoleh suatu keuntungan yang akan diterima.
Perhitungan tersebut seperti analisis biaya, pendapatan, BEP (Break Event
Point) atau R/C ratio, dimana perhitungan-perhitungan itu digunakan agar
orang yang melkukan usahatani mengetahui biaya-biaya apa saja yang
dikeluarkan untuk usahatani, apakah biaya-biaya tersebut melebihi atau
memenuhi target keuntungan yang diinginkan.
Adapula pengorganisir dalam usahatani yaitu petani sendiri yang
kemudian dibantu oleh keluarganya dan tenaga luar. Penggunaan tenaga
luar dikhususkan pada kegiatan atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga
yang lebih dari potensi tenaga kerja yang dimiliki petani sedangkan yang
diorganisir sendiri adalah faktor-faktor produksi yang dikuasai atau yang
dapat dikuasai. Kemudian, usahatani ini hanya dilaksanakan pada areal
sempit atau tidak begitu luas, hal ini dikarenakan terbatasnya faktor modal
dan kebanyakan petani sudah merasa puas apabila hasilnya sudah dapat
memenuhi kebutuhan keluarga sehingga didalam Ilmu Usahatani ini
analisis biaya dirasa cukup penting, karena setiap petani dapat menguasai
pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu
mengatur harga komoditi yang dijualnya atau memberi nilai kepada
komoditi tersebut.
Dalam praktikum ini, obyek praktikum kelompok kami adalah
usahatani cabai sehingga kami mengamati secara langsung kondisi
usahatani petani cabai di lapangan dengan melakukan interview dan akan
1
2
membahas data-data yang kami dapat pada bab pembahasan selanjutnya.
Sekedar pengenalan, bahwa cabai merupakan komoditi yang dapat
diperhitungkan oleh para petani. Usahatani cabai berperan dalam
pembangunan nasional Indonesia, walaupun dalam skala usaha rumah
tangga persatuan luas lahan yang kecil. Dalam kenyataannya di pasar,
petani hanya diposisikan sebagai price taker yang tidak dapat
mengendalikan harga di pasar. Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh
petani cabai adalah bagaimana mengefisienkan usahataninya semaksimal
mungkin.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Praktikum ilmu usahatani ini memiliki maksud untuk melatih
mahasiswa praktikum untuk dapat memperhitungkan besarnya
biaya dan keuntungan dari suatu usahatani.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum usahatani ini adalah :
1.2.2.1 Mengetahui besarnya biaya dan pendapatan dari usahatani
cabai besar di Kecamatan Ngargoyoso.
1.2.2.2 Menganalisis efesiensi dan kemanfaatan dari usahatani
cabai besar dengan analisis “R/C” ratio dan “B/C” ratio.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman
Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu
komoditas penting yang dikenal sebagai penyedap dan pelengkap menu
masakan khas Indonesia. Kebutuhan akan cabai merah semakin meningkat
sejalan dengan semakin beragamnya jenis dan menu masakan yang
menggunakan cabai merah serta juga karena semakin tingginya ekspor
komoditas non-migas. Cabai merah pada dasawarsa terakhir ini merupakan
komoditas unggulan di antara 18 jenis sayuran komersial yang
dibudidayakan di Indonesia walaupun harga cabai merah tersebut selalu
mengalami fluktuasi harga yang tajam, namun minat petani untuk
membudidayakan tetap tinggi (Barus, 2006).
Kendala yang sering dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman
cabai ialah gangguan hama dan penyakit. Salah satu kelompok serangga
yang merupakan hama penting bagi tanaman cabai adalah lalat buah.
Serangan hama ini menyebabkan kerugian yang cukup besar, baik secara
kuantitas maupun kualitas. Luas serangan lalat buah di Indonesia mencapai
4.790 ha dengan kerugian mencapai 21,99 miliar rupiah (Patty, 2012).
Budi daya cabai merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
agribisnis cabai. Dengan budi daya yang tepat, diharapkan hasil yang
dicapai akan maksimal. Komoditas cabai yang memiliki keunggulan dan
keistimewaan secara genetik dan ketahanan terhadap perubahan lingkungan
perlu didukung oleh teknik budidaya yang baik untuk mencapai hasil yang
maksimal (Harpenas dan Dermawan, 2010).
Bibit cabai dipersemaian yang telah berumur 15-17 hari atau telah
memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah ditanam di lahan. Semprot bibit
dengan fungisida atau insektisida selama 1 sampai 3 hari sebelum dipindah
tanamkan untuk mencegah serangan jamur dan hama sesaat setelah dipindah
tanam. Penanaman sebaiknya dilakukan di sore hari atau pada saat cuaca
3
4
tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan
media tidak pecah dan langsung dimasukkan pada lubang tanam
(Devy, 2010).
Keberadaan organisme pengganggu tanaman dapat menyebabkan
penurunan mutu dan jumlah buah, selanjutnya dapat pula menurunkan
pendapatan akibat kalah kompetisi harga. Hal ini, dapat diatasi dengan
pengendalian OPT baik secara mekanis, fisis, kimiawi, maupun
menggunakan tanaman antagonis. Tanaman kenikir, tembakau, dan
sebagainya diyakini dapat menghalau jenis hama baik ulat maupun serangga
(STTP, 2010).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Ilmu Usahatani
Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja,
dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya.
Usahatani merupakan cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor-
faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha
tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Usahatani
adalah pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak
dalam menentukan, mengorganisasikan serta mengkoordinasikan
penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan efisien
sehingga memberikan pendapatan maksimal (Suratiyah, 2006).
Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara
petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga
kerja, modal, teknologi, pupuk, benih, dan pestisida) dengan
efektif, efisien, dan kontinyu untuk menghasilkan produksi yang
tinggi sehingga pendapatan usahataninya meningkat. Kenyataan di
lapang menunjukkan, umumnya petani menanam dan
mengusahakan berbagai jenis tanaman, ternak, dan usaha lainnya
dalam suatu kesatuan usaha rumah tangga untuk mengurangi risiko
5
serangan penyakit serta kegagalan panen. Sebagian besar lahan
yang dikuasai dimanfaatkan untuk tanaman pangan dalam upaya
memenuhi kebutuhan keluarga. Tipe usahatani atau usaha pertanian
merupakan pengelompokkan usahatani berdasarkan jenis
komoditas pertanian yang diusahakan, misalnya usahatani tanaman
pangan, perkebunan, hortikultura, perikanan, peternakan, dan
kehutanan (Suratiyah, 2008).
Jenis usaha yang terpenting atau utama dan bernilai tinggi
biasanya diusahakan atau ditanam di dekat tempat tinggal,
sedangkan yang kurang penting atau nilainya rendah diusahakan
pada lahan yang jauh dari rumah. Dengan demikian, karakteristik
yang umum dijumpai adalah setiap petani selalu melakukan usaha
tani campuran, terlepas dari luas pemilikan lahan, lokasi, atau
kepadatan penduduk. Hal ini menunjukkan konsistensi dari kedua
tujuan berusaha tani, yaitu memaksimalkan keuntungan atau
meminimalkan risiko (Soedjana, 2007).
Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien
dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil
maksimal. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan
sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya, dan dapat
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut
mengeluarkan output yang melebihi input. Sumber daya itu adalah
lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen (Shinta, 2012).
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara
efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang
tinggi pada waktu tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau
mempelajari bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien
dan efektif pada suatu usaha pertanian agar diperoleh hasil
6
maksimal. Sumber daya itu adalah lahan, tenaga kerja, modal dan
manajemen. Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai
usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang
meningkat.
2. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat
hidup yang rendah.
3. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang
subsisten.
4. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan
pelayanan lainnya.
(Soekartawi, 2006).
2.2.2 Peneriman Usahatani
Penerimaan atau pendapatan kotor dapat diartikan sebagai
nilai produk total dalam jangka waktu tertentu baik yang
dipasarkan maupun tidak. Penerimaan usahatani terdiri dari hasil
penjualan produksi pertanian, produksi yang dikonsumsi dan
kenaikan nilai invertaris. Penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jualnya
(G. A. J. Rumagit, 2011).
Penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima dari
penjualan produknya kepada pedagang atau langsung kepada
konsumen. Penerimaan yang didapat petani berbeda-beda
tergantung harga yang ada di pasar. Harga yang tinggi di pasar
akan membuat penerimaan petani menjadi tinggi, dan sebaliknya
harga yang rendah di pasar akan membuat penerimaan petani
menjadi lebih rendah (Hussain, 2004).
Penerimaan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu
penerimaan kotor dan penerimaan bersih. Penerimaan kotor adalah
penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi usahatani
7
yang diperoleh dari hasil perkalian jumlah produksi dengan harga
jualnya. Dapat ditulis dengan rumus:
Tri = Yi .Pyi
Dimana Tri adalah penerimaan kotor, Yi adalah produksi
yang diperoleh dalam suatu usahatani, Pyi adalah harga Y
(A. Khazanani, 2011).
Penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima tanpa
melihat dari mana sumbernya, dengan besar tidak selalu sama
untuk setiap kurun atau jangka waktu tertentu. Kesimpulan dari
definisi diatas adalah bahwa penerimaan tidak lain adalah uang
yang diterima melalui proses produksi dan dinilai dengan uang
sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Berdasarkan pengertian
tersebut diatas, maka penerimaan dijelaskan bahwa Total Revenue
(TR) adalah jumlah total yang diterima o leh penjual. Jenis – jenis
penerimaan:
1. Penerimaan total ( TR ) : Hasil yang diterima perusahaan dari
penjualan produk.
TR = Q . P
2. Penerimaan Rata- rata ( AR ) : Penerimaan untuk tiap – tiap
satuan produksi yang dijual.
AR = TR / Q = Q.P / Q = P
3. Penerimaan Batas ( MR ) : tambahan penerimaan karena
penjualan satu kesatuan tambahan ( ekstra ) barang atau
tambahan karena penjualan satu kesatuan terakhir.
MR =ATR / AQ
(Syafril, 2000)
Dalam Ilmu Ekonomi, secara tidak langsung hasil yang
diharapkan akan diterima pada waktu panen (penerimaan atau
revenue) dibandingkan dengan seluruh biaya yang harus
dikeluarkan (pengorbanan atau cost) oleh petani. Memperoleh
tambahan keuntungan melalui pendekatan profit maximization
8
dengan memperbesar total penerimaan. Perbedaan besarnya
penerimaan usahatani dengan biaya termasuk kendala sosial
ekonomi yang menyebabkan terjadinya senjang produktivitas
kedua dari hasil-hasil eksperimen dan potensial suatu usahatani
(Rita Hanafie, 2010).
2.2.3 Biaya Usahatani
Fungsi biaya menggambarkan hubungan antara besarnya
biaya dengan tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan menjadi
biaya tetap (FC = fixed cost), yaitu biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi besarnya produksi, dan biaya variable (VC = variable
cost) yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi. Seperti pada fungsi produksi, pada biaya ini dikenal
konsep biaya marjinal (MC = marginal cost) yaitu perubahan biaya
per kesatuan perubahan produksi, dan biaya rata-rata (AC =
Average cost) yaitu biaya per keatuan produksi. Disamping itu
dikenal pula istilah biaya variabel marjinal (MVC = marginal
variable cost) yang akan sama dengan MC, biaya tetap marjinal
(MFC = marginal fixed cost) yang sama dengan nol, rata-rata biaya
variabel (AVC = average variable cost) dan rata-rata biaya tetap
(AFC = average fixed cost). Keuntungan terbesar dicapai pada saat
MC sama dengan harga produksi dengan asumsi pasar adalah pasar
persaingan sempurna (Suratiyah, 2006).
Biaya usahatani adalah merupakan nilai penggunaan faktor-
faktor produksi, yang besarnya mempengaruhi peendapatan petani.
Biaya dalam usahatani merupakan jumlah komponen biaya tetap
(fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya produksi bisa
juga dikelompokan menjadi biaya eksplisit dan implisit. Biaya
implisit ialah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani
selama proses produksi, misalnya biaya tenaga kerja dalam
keluarga. Sedang biaya eksplisit ialah biaya yang secara nyata
9
dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, misalnya biaya
pengadaan sarana produksi (Satyarini, 2009).
Biaya tetap usahatani (fixed cost) umumnya terdiri dari
biaya sewa lahan dan biaya penyusutan. Biaya rata-rata penyusutan
alat dihitung dengan membandingkan nilai pembelian dikurangi
dengan nilai sisa, kemudian dibagi dengan umur teknisnya.
Kemudian, untuk biaya tidak tetap usahatani (variable cost) yang
digunakan dalam usahatani cabai merah keriting meliputi : biaya
bibit (benih), biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja
(Hidayah, 2014).
Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan petani pada
saat memulai usahanya dan yang akan dikeluarkan kembali pada
saat atau usia ekonomis investasi tersebut telah habis. Termasuk
dalam biaya investasi adalah tanah, bangunan, mesin, bibit ternak,
dan peralatan tidak habis pakai. Biaya tetap adalah biaya produksi
yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak dipengaruhi
oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya
biaya kandang, peralatan, perbaikan, depresiasi, dan upah manajer.
Biaya operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-
ubah sesuai dengan perubahan produksi, seperti biaya pakan
konsentrat, hijauan, mineral, obat-obatan, serta tenaga pemelihara
atau buruh. Total nilai penjualan biasanya dihitung setiap tahun dan
untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar. Cara seperti
ini dilakukan di negara yang sudah maju dan digunakan juga untuk
mengelompokkan skala usaha kecil, menengah, dan besar. Skala
usaha juga dapat diukur dengan melihat luas areal yang diusahakan
oleh petani atau satuan ternak yang dimiliki peternak. Dalam sistem
usaha yang terintegrasi, kombinasi komponen usaha tani tersebut
menentukan besarnya usaha (Soedjana Tjeppy D, 2007).
10
Selain dengan menggunakan biaya tetap dan biaya tidak
tetap dalam menghitung total biaya usahatani, kita juga dapat
menggunakan biaya eksplisit dan implisit untuk menghitung total
biaya usahatani. Biaya eksplisit yaitu pengeluaran-pengeluaran
pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang untuk
memperoleh faktor-faktor produksi. Sedangkan biaya implisit yaitu
taksiran pengeluaran atas faktor-faktor produksi yang dimiliki
produsen itu sendiri, seperti pada modal sendiri yang digunakan,
lahan yang dimiliki untuk kegunaan produksi dan sebagainya
(Noorlatifah et al, 2012).
2.2.4 Keuntungan Usahatani
Keuntungan adalah suatu ukuran balas jasa terhadap faktor-
faktor produksi yang ikut dalam proses produksi. Pengukuran
pendapatan untuk tiap-tiap jenis faktor produksi yang ikut dalam
usahatani tergantung pada tujuannya. Pada akhirnya para petani
dari setiap usahataninya mengharapkan pendapatan yang disebut
pendapatan usahatani. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara
total revenue(TR) dengan total cost(TC) atau dapat dituliskan
dengan rumus sebagai berikut :
Pd= TR-TC
Pd= Income (Pendapatan)
TR= Total Revenue (Total Penerimaan)
TC= Total Cost (Total Biaya)
(Soekarwati, 2006)
Besarnya keuntungan yang diperoleh maka harus ada
keseimbangan antara penerimaan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR –
TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan). TR adalah Total
Revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan).
TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC
adalah total cost atau total biaya-biaya. Namun sebelum
11
menggunakan alat analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan
pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddie, 2011).
Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari
penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama
masa produksi. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung
hasil bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut
dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut dengan
hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2005).
Perhitungan keuntungan suatu usahatani jelas berbeda
dengan bisnis lainnya. Usahatani kita mengenal adanya biaya
dibayarkan dan biaya diperhitungkan. Biaya dibayarkan adalah
semua biaya yang dikeluarkan selama proses usahatani sedangkan
Biaya diperhitungkan adalah semua biaya yang tidak dikeluarkan
tapi dihitung secara ekonomi. Usahatani yang termasuk ke dalam
biaya dibayarkan adalah pembelian bibit, pembelian peralatan,
pembelian pupuk, sewa lahan, biaya TKLK (Tenaga Kerja Dalam
Keluarga), serta biaya-biaya lain yang dikeluarkan selama proses
produksi. Biaya diperhitungkan adalah nilai penggunaan lahan
(seandainya lahan milik sendiri), TKDK (Tenaga Kerja Dalam
Keluarga) (Hasan, 2014).
Tujuan suatu usaha tani yang dilaksanakan oleh rumah
tangga petani mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
pengambilan keputusan dan tindakan yang akan diambil, maupun
terhadap pandangan rumah tangga akan keberlangsungan dan
kemampuannya dalam menerima berbagai pembaharuan, termasuk
teknologi pertanian. Usaha tani yang dilakukan oleh rumah tangga
petani umumnya mempunyai dua tujuan, yaitu mendapatkan
keuntungan yang maksimal atau untuk sekuriti (keamanan) dengan
cara meminimalkan risiko, termasuk keinginan untuk memiliki
persediaan pangan yang cukup untuk konsumsi rumah tangga dan
12
selebihnya untuk dijual. Untuk mencapai tujuan tersebut, petani
selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak secara tertulis
(Soedjana, 2007).
Petani selalu memperhitungkan untung ruginya walau tidak
secara tertulis. Ilmu ekonomi mengatakan bahwa petani
membandingkan antara hasil yang diharapkan akan diterima pada
waktu panen (penerimaan, revenue) dengan biaya (pengorbanan,
cost) yang harus dikeluarkan. Perbandingan tersebut mampu
menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian yang di dapat
petani. Petani mampu memutuskan komoditas apa yang
menguntungkan (Isaskar, 2014).
2.2.5 R/C dan B/C Rasio
R/C ratio adalah singkatan dari Revenue Cost Ratio
menurut (Soekarwati, 2006) untuk menganalisis kelayakan usaha
apakah usahatani ini memberikan keuntungan atau tidak, dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
A = R/C
R = Py . Y
TC = FC + VC
Dimana :
R = Penerimaan
TC = Biaya
Py = Harga output
Y = Output
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
Revenue Cost Ratio (R/C) merupakan ukuran perbandingan
antara penerimaan dengan biaya operasional. Revenue Cost Ratio
(R/C) dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Revenue
Cost Ratio (R/C) lebih dari satu maka usaha ini layak untuk
dijalankan. Rumus
13
Revenue Cost Ratio (R/C) : total penerimaan
total biaya produksi.
Dengan syarat:
R/C Rasio > 1 usaha tersebut menguntungkan
R/C Rasio = 1 usaha tersebut tidak untung dantidak rugi
R/C Rasio < 1 usaha tersebut tidak menguntungkan atau rugi
(Widya, 2013).
Berkaitan dengan usaha, Benefit-cost ratio dapat dikatakan
sebagai ratio perbandingan antara penerimaan yang diterima dengan
biaya yang dikeluarkan dalam usaha. Jika ratio menunjukan hasil nol
maka dapat dikatakan bahwa usaha tidak memberikan keuntungan
finansial. Demikian juga jika ratio menunjukan angka kurang dari 1
maka usaha yang dilakukan tidak memberikan keuntungan dari
kegiatan yang dilaksanakan (Giatman, 2006).
Menurut Thamrin et al (2006) metode Benefit Cost Ratio
merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau
pendapatan yang diperoleh dari investasi dengan nilai sekarang dari
pengeluaran (biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam
kurun waktu tertentu. Kriteria kelayakan apabila nilai BC Ratio > 1
dan dirumuskan dengan :
B/C ratio = (∑ Nilai Sekarang Penerimaan)
(∑ Nilai Sekarang Pengeluaran)
Kesimpulan yang dipakai dalam B/C ratio adalah :
a. B/C Ratio > 1 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan
(menguntungkan).
b. B/C Ratio = 1 : Usaha tersebut mengembalikan modal
persis sama dengan biaya yang dilakukan (impas).
c. B/C Ratio < 1 : Usaha tersebut ditolak karena tidak
menguntungkan.
14
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
3.1 Populasi dan Sampel
Metode penentuan populasi dilakukan dengan sengaja (purpossive)
yaitu petani sawi di kecamatan Tawangmangu, dimana komoditi sawi
merupakan salah satu komoditi di kabupaten tersebut berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS). Metode pengambilan contoh atau sampling
dilakukan secara sengaja (purpossive sampling) sebanyak 35 sample. Pada
metode ini individu contoh (sample) diwawancarai bukan atas pertimbangan
sendiri melainkan atas petunjuk dan arahan penyuluh pertanian (PPL)
kecamatan, aparatur desa dan tokoh-tokoh desa.
I.2 Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul diolah dalam bentuk tabulasi dengan
Microsoft Excel. Analisis pertama adalah analisis keuntungan, yang diawali
dengan menghitung jumlah penerimaan dan pengeluaran usahatani.
Keuntungan usahatani yang diperhitungkan dalam analisis ini didasarkan
atas biaya eksplisit dan implisit, yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan
petani maupun yang tidak dikeluarkan dalam usahataninya. Rumus
menghitung keuntungan adalah sbb:
Keuntungan UT = penerimaan UT – biaya total UT
Analisis selanjutnya adalah analisis efisiensi dan kemanfaatan dari
usahatani yaitu dengan menghitung R/C ratio dan B/C ratio. Suatu usahatani
dikatakan efisien secara ekonomi apabila rasio output terhadap inputnya
menguntungkan. Adapun rumus umum dalam mendapatkan nilai R/C rasio
adalah sebagai berikut:
Revenue Cost Ratio (R/C) : keuntungan usahatani
Biaya total usahatani
Dengan syarat:
R/C Rasio > 1 usahatani tersebut layak dikembangkan
R/C Rasio = 1 usahatani impas
R/C Rasio < 1 usahatani tersebut tidak layak dikembangkan
1
15
Sedangkan B/C ratio diperhitungkan dengan rumus:
B/C ratio = (∑ Nilai Sekarang Penerimaan)
(∑ Nilai Sekarang Pengeluaran)
Kesimpulan yang dipakai dalam B/C ratio adalah :
a. B/C Ratio > 0 : Usaha tersebut boleh dilaksanakan
(menguntungkan).
b. B/C Ratio = 0 : Usaha tersebut mengembalikan modal
persis sama dengan biaya yang dilakukan (impas).
c. B/C Ratio < 0 : Usaha tersebut ditolak karena tidak
menguntungkan.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Sampel
4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur menjadikan salah satu bahan pertimbangan dalam
mengetahui kinerja usaha seseorang. Umur menjadikan pola pikir
dan daya kerja setiap orang bervariasi. Karakter responden juga
dapat dipengaruhi oleh umur, berikut ini adalah tabel mengenai
karakteristik responden di Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten
Karanganyar berdasarkan umur:
Tabel 1. Karakteristik Reponden Petani Cabai Merah Berdasarkan Umur di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Keuntungan usahatani yang diterima oleh para petani cabai
yang kami dapatkan dari 30 responden menunjukkan, untuk
penerimaan rata-rata per usaha tani petani cabai besar varietas super
sebesar Rp.15.864.500. Angka tersebut jika dikonversikan per 1
hektar menjadi sebesar Rp.48.340.573. Sedangkan biaya eksplisit
rata-rata per usahatani petani cabai besar varietas super sebesar
Rp.7.587.442. Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar
menjadi sebesar Rp.19.679.243. Untuk biaya implisit rata-rata per
usahatani petani cabai besar varietas super sebesar Rp. 4.093.631,30.
Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar menjadi sebesar
Rp.10.617.487,52. Keuntungan usahatani yang diterima oleh para
petani cabai besar varietas super sendiri sebesar Rp. Rp.6.865.594.
Angka tersebut jika dikonversikan per 1 hektar menjadi sebesar
Rp.17.637.586.
4.3.4. Perhitungan R/C Ratio dan B/C Ratio
4.3.4.1. Perhitungan R/C Ratio Per Ha
Ratio merupakan alat analisa untuk mengukur biaya
dari suatu produksi. R/C ratio penting untuk diketahui
dalam suatu usahatani. Kelayakan usahatani bisa kita
ketahui dengan menghitung R/C ratio. Usahatani cabai juga
membutuhkan perhitungan R/C ratio. Dibawah ini adalah
perhitungan R/C ratio usahatani cabai yang ada di
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
30
Tabel 10. Perhitungan R/C Ratio per Ha Usahatani Cabai Besar di Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar
Komponen Varietas Cabai Besar
Penerimaan Rp 47,646,051Keuntungan Rp 17,637,586 Biayaa. BiayaEksplisit Rp 19,492,000 b. Biaya Implisit Rp 10,516,465 Total Biaya Rp 30,008,465R/C atas biaya tunai (eksplisit) 2.44R/C atas biaya total 1.59
Sumber : hasil olahan data primer
Pada Tabel. 10 terdapat R/C atas biaya
tunai/eksplisit per hektar yang dikeluarkan petani cabai
besar sebesar 2.44, artinya setiap satu rupiah yang
dikeluarkan oleh petani memberikan penerimaan sebesar
2.44, karena R/C > 1 maka usahatani cabai besar ini. R/C
atas biaya total per hektar yang dikeluarkan petani cabai
besar sebesar 1,59. Dengan demikian jika biaya implisit
(biaya saprodi dari dalam, tenaga kerja dalam, penyusutan,
dan sewa lahan sendiri) diperhitungkan, nilai R/C akan
menjadi semakin kecil.
4.3..4.2 Perhitungan B/C Ratio per Ha
B/C ratio penting untuk diketahui dalam suatu
usahatani. B/C ratio kita gunakan untuk mengetahui
usahatani mana yang lebih layak dan memberikan
penerimaan yang lebih besar. Selain itu, kita juga dapat
mengetahui faktor produksi apa saja yang mempengaruhi
keuntungan usahatani. Dibawah ini adalah contoh
perhitungan B/C ratio usahatani cabai yang ada di
Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar.
31
B/C Ratio atas biaya tunai = Keuntunganusahatani
biayatunai usahatani (eksplisit )
B/C Ratio atas biaya tunai = R p 17.637 .596R p 19.492 .000
= 0,90
B/C Ratio atas biaya total = Keuntunganusahatanibiayatotal usahatani
B/C Ratio atas biaya tunai = Keuntunganusahatanibiayatotal usahatani
B/C Ratio atas biaya tunai = Rp 17.637 .596Rp30.008 .465
= 0,59
B/C ratio per hektar atas biaya tunai yang diterima
petani adalah 0.90, nilai B/C tersebut lebih dari 0 artinya
usahatani cabai besar lebih menguntungkan. Sama halnya
dengan B/C ratio per hektar atas biaya total juga lebih dari 0,
nilai B/C ratio per hektar atas biaya total yang diterima
petani adalah 0.59 yang artinya usahatani cabai besar ini
menguntungkan. Jika, faktor produksi dari dalam seperti
saprodi dari dalam, tenaga kerja dalam, penyusutan, serta
sewa lahan sendiri diperhitungkan, biaya total akan menjadi
lebih tinggi, sehingga B/C ratio semakin kecil, artinya
keuntungan petani semakin kecil. Usahatani cabai
menguntungkan karena harga jualnya yang tinggi dan biaya
yang dikeluarkan dalam usahatani lebih efisien.
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ilmu usahatani sawi di kecamatan
Tawangmangu Kabupaten Karanganyar adalah :
5.1.1. Pengeluaran biaya eksplisit rata-rata usahatani varietas cabai besar
yaitu sebesar Rp 19.492.000 dan biaya implisit rata-rata usahatani
varietas cabai besar adalah Rp 10.516.456 sehingga rata-rata
keuntungan usahatani cabai besar sebesar Rp 17.065.629.
5.1.2. Usahatani cabai besar sangat efisien dan layak untuk diusahakan
karena nilai R/C atas biaya tunai maupun biaya total usahatani cabai
besar lebih dari 1, yaitu untuk nilai R/C atas biaya tunai 2,44 dan
1,59 untuk nilai R/C atas biaya total cabai merah. Sedangkan, nilai
B/C ratio atas biaya tunai usahatani cabai merah adalah 0,90 dan nilai
B/C ratio atas biaya total usahatani cabai merah adalah 0,59.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ilmu usahatani di kecamatan Ngargoyoso
Kabupaten Karanganyar yaitu :
5.2.1 Sebaiknya co ass ikut serta dalam pendampingan pelaksanaan
praktikum
5.2.2 Daerah wawancara sebaiknya sudah dipilihkan co ass sesuai dengan
varietas yang sudah dipilihkan.
5.2.3 Petani diharapkan mampu mengoptimalkan biaya produksi seoptimal
mungkin sehingga usahatani yang dilakukan petani menjadi optimal
dan efisien.
32
33
DAFTAR PUSTAKA
A. Khazanani dan Nugroho 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung. Jurnal Ekonomi Pembangunan 5(1):1-32.
Admin. 2007. Usaha Tani, Pengertian dan Biaya di dalam Usaha Tani. https://www.idtesis.com. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2015 pada pukul 11.05.
Barus, Wan Arfiani. 2006. Pertumbuhan Dan Produksi Cabai (Capsicum Annum L.) Dengan Penggunaan Mulsa Dan Pemupukan Pk. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian Volume 4, Nomor 1 : 41-44.
Daniel, M. 2005. Pengantar Ekonomi Pertanian Untuk Perencanaan. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
G. A. J. Rumagit, O. Porajouw, R.Mirah 2011. Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Kanonang II Kecamatan Kawangkoan. ASE 7(2):22-28.
Giatman, M., 2006. Ekonomi Teknik. PT Praja Grasindo Persada. Jakarta.Hanafie, Rita 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: C.V ANDI
OFFSET.Harpenas, A dan R. Dermawan. 2010. Budidaya Cabai Unggul (Cabai Besar,
Cabai Keriting, Cabai Rawit, dan Paprika). Penebar Swadaya, Jakarta, 108 hlm
Hasan, Ikhlash. 2014. Membedakan pendapatan dan keuntungan dalam usahatani. http://www.kompasiana.com/ikhlash/membedakan-pendapatan-keuntungan-dalam-usahatani_54f68fdba33311d87c8b515c2014. diakses tanggal 18 Oktober 2015.
Hidayah, Abdul Kholik. 2014. Analisis Finansial Usahatani Cabai Merah Skala Petani Di Kota Samarinda (Studi Kasus Di Kelurahan Lempake Samarinda). Jurnal Agrifor Volume Xiii Nomor 1.
Hoddie, AH. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis Vol X (3). Universitas Hasanudin, Makassar.
Hussain, S. 2004. Textbook of Dental Materials. Jaypee. India. hal. 120.
Isaskar, Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani. Laboratorium Analisis dan Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.
Noorlatifah dan Hamdani. 2012. Struktur Biaya dan Penerimaan Usahatani Nanas Madu (Ananas sativus) di Kecamatan Basarang Kabupaten Kapuas. Jurnal Agribisnis Perdesaan. Volume 02.
Patty, J. A. 2012. Efektivitas Metil Eugenol Terhadap Penangkapan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada Pertanaman Cabai. Agrologia, Vol.1, No. 1, Hal. 69-75.
Rahim, A. dan Diah R. D. H. 2008. Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rizki, Devi. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah. Hal 13.Riyanti. 2014. Modul 1. Pendahuluan: Pengantar Usaha Tani. Laboratorium
Analisis dan Manajemen Agribisnis. Universitas Brawijaya, Malang.Satyarini, Triwara B. 2009. Analisis Usahatani Cabai di Lahan Pantai (Studi kasus
di Pantai Pandan Simo, Bantul, DIY) pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/MKP_A3.pdf. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015.
Shinta, Agustina. 2012. Ilmu Usaha Tani. http://shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/Ilmu-Usaha-Tani.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2015 Pukul 23.59 WIB
Soedjana, Tjeppy. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respons Petan Terhadap Faktor Risiko. Jurnal Litbang Pertanian Volume 2, Nomor 1: 1-5
Soedjana, Tjeppy. 2007. Sistem Usaha Tani Terintegrasi Tanaman-Ternak Sebagai Respon Petani Terhadap Faktor Resiko. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 26, No. 2, hal : 85.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta.Soekarwati. 2006. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers. Jakarta.