MAKALAH INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Negara Dosen Pengampu: H. Deni Nuryadi, SH., MH. MUHAMMAD IQBAL KAMIL 1441173300266
MAKALAH INDONESIA SEBAGAI NEGARA HUKUM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Negara
Dosen Pengampu: H. Deni Nuryadi, SH., MH.
MUHAMMAD IQBAL KAMIL
1441173300266
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA
KARAWANG
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan .................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Negara Hukum ......................................................... 4
B. Tujuan Hukum ...................................................................... 10
C. Hubungan Indonesia sebagai Negara Hukum dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia ......................... 17
D. Sejarah Perkembangan Hukum Indonesia ........................... 18
E. Hubungan Cita-Cita Sosial Masyarakat dengan Undang-undang
21
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 24
B. Saran .................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 disebutkan
bahwa: “negara Indonesia adalah negara hukum.” Ketentuan pasal
tersebut merupakan landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum, hukum ditempatkan sebagai satu-
satunya aturan main dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara (supremacy of law). Sebelum dilakukan perubahan terhadap
UUD 1945, landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang
berdasar atas hukum, tercantum dalam pembukaan dan batang tubuh
UUD 1945 sebelum perubahan. Selain itu, pernyataan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum juga dapat dilihat dalam penjelasan UUD
1945 sebelum perubahan. Dalam penjelasan UUD 1945 sebelum
perubahan dinyatakan ada tujuh kunci pokok sistem pemerintahan negara
Indonesia, yaitu:
1. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat)
dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (maachtstaat).
2. Sistem konstitusionil.
3. Kekuasaan tertinggi ada di tangan Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR).
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintahan negara tertinggi di
bawah MPR.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden dan tidak
bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan point pertama dari penjelasan tersebut, maka jelaslah
bahwa hukum merupakan tatanan kehidupan nasional baik dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan dan keamanan. Selain
UUD 1945 sebelum perubahan dan sesudah perubahan, dalam sejarah
ketatanegaraan Republik Indonesia, pernah berlaku beberapa macam
konstitusi, mulai dari Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat. Dari berbagai macam konstitusi
yang pernah berlaku tersebut, dapat ditarik suatu benang merah, bahwa
Indonesia tetap sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, dan
sampai sekarang pada saat berlakunya UUD 1945 hasil perubahan ke-4,
juga tetap dinyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum
sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) yang telah disebutkan di
atas.
Oleh karena itu, sebagai upaya nyata demi kelestarian nilai-nilai
luhur pancasila, perlu ditanamkan dan perlu ada pemahaman kepada
generasi penerus bangsa, salah satunya lewat pendidikan ilmu negara
untuk mahasiswa di semester awal. Atas dasar realita inilah penulis
merasa tertarik untuk membahasnya dalam bentuk makalah dengan judul
“PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA INDONESIA”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud negara hukum?
2. Apa tujuan hukum?
3. Apa hubungan Indonesia sebagai negara hukum dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia?
4. Bagaimana sejarah perkembangan hukum di Indonesia?
5. Apa hubungan cita-cita sosial masyarakat dengan undang-undang?
C. Tujuan
1. Pembaca mengetahui definisi negara hukum.
2. Pembaca mengetahui tujuan hukum.
3. Pembaca mengetahui hubungan Indonesia sebagai negara hukum
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
4. Pembaca mengetahui sejarah perkembangan hukum di Indonesia.
5. Pembaca mengetahui hubungan cita-cita sosial masyarakat
dengan undang-undang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Negara Hukum
Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang
menjamin keadilan kepada warga negaranya yang mana keadilan tersebut
merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga
Negara dan sifat keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap
manusia agar dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara
harus dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur
dalam negara hukum, yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah
dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan
suatu norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah; kedua:
norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara
formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.
Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan
mengapa negara menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya
berdasarkan hukum :
1. Demi kepastian hukum
2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan
kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan
dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum,
tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan
kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan kebenaran,
maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.
B. Tujuan Hukum
Di dalam ilmu hukum disebutkan bahwa tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban dan keadilan. Dalam membahas masalah tujuan
hukum, banyak pendapat dikemukakan oleh para sarjana. Namun
demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan hukum adalah
sesuatu yang ingin dicapai oleh hukum. Menurut L.J. Van Apeldoorn,
tujuan hukum adalah untuk memepertahankan ketertiban masyarakat.
Dalam mempertahankan ketertiban tersebut hukum harus secara
seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam
masyarakat. Mengenai kepentingan-kepentingan yang ada dalam
masyarakat ini, Roscoe Pond membedakan antara kepentingan pribadi,
kepentingan publik, dan kepentingan sosial. Apabila pandangan Van
Apeldoorn dikaitkan dengan pandangan Roscoe Pond tersebut, berarti
dalam mempertahankan ketertiban masyarakat, hukum harus mampu
menyeimbangkan kepentingan-kepentingan pribadi, publik, dan sosial.
Pengaturan yang didalamnya terdapat keseimbangan antara kepentingan-
kepentingan tersebut oleh Van Apeldoorn dikatakan sebagai pengaturan
yang adil.
Keadilan menurut Ulpianus adalah Justitia est perpetua et constans
voluntas jus suum cuique tribuendi yang kalau diterjemahkan secara
bebas keadilan adalah suatu keinginan yang terus menerus dan tetap
untuk memberikan kepada orang apa yang menjadi haknya. Ini berarti
keadilan bahwa keadilan harus senantiasa mempertimbangkan
kepentingan yang terlibat di dalamnya.
C. Hubungan Indonesia Sebagai Negara Hukum dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia sebagai jantung
dan jiwa Negara. Undang-undang dasar suatu Negara memberi tahu
kepada kita tentang apa maksud membentuk Negara, bagaimana cita-
citanya dengan bernegara itu, apa yang ingin dilakukannya, serta asas-
asas kehidupan yang terdapat di dalamnya. Dengan undang-undang
dasar itu suatu Negara sebagai komunitas memiliiki tujuan yang jelas dan
akan memandu menuju apa yang dicita-citakan. Undang-undang dasar
juga sangat penting bagi penyelenggaraan hukum suatu Negara, oleh
karena pada saat-saat tertentu hukum perlu melihat kepada panduan
yang diberikan oleh undang-undang dasarnya. Misalnya, pada saat
hukum mengalami kebuntuan dan tidak tahu ke mana harus melangkah.
D. Sejarah Perkembangan Hukum Indonesia
Pada waktu pedagang Belanda mulai mengadaakan kontak dengan
bangsa Indonesia, maka mereka berhadapan dengan negara-negara
pedalaman. Negara-negara kelautan seperti Sriwijaya dan Majapahit pada
saat pertemuan itu telah menjadi sejarah. Kerajaan-kerajaan pedalaman
ini disebut juga kerajaan darat atau kerajaan agraris. Bagian-bagian yang
membentuk kerajaan tersebut berupa desa-desa yang penduduknya
menggantungkan hidupnya pada usaha persawahan. Keadaan kerajaan
darat atau agraris tersebut secara singkat dapat dilukiskan seebagai
berikut. Yang disebut sebagai kerajaan disini adalah pusat-pusat
kekuasaan agraris yang karena kekuatannya kemudian mampu
menaklukkan pusat-pusat yang lain sehingga semakin lama menjadi
semakin besar.
Dengan menampilkan struktur kerajaan di jawa, maka kita akan
dapat melihat susunan yang terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut :
1. Raja
2. Kepala Kawasan (Gubernur, Bupati/Walikota)
3. Kepala Desa
4. Rakyat
Susunan tersebut mencerminkan adanya dua macam ikatan, yaitu :
1. Ikatan Feodal
2. Ikatan Desa (rakyat kecil)
Dikotomi seperti sekarang ini kita jumpai juga dalam kehidupan
hukum masyarakat Indonesia masa itu .Sekalipun kedua lingkungan
tersebut disebut berdampingan, namun dalam kenyataannya bisa terdapat
jurang pemisah ,misalnya dalam bentuk pembiaran oleh pihak istana
terhadap penyelenggaraan hukum yang dilakukan di lingkungan
desa.Uraian ini dimulai dengan bertitik tolak dari apa yang kemudian oleh
zaman kolonial Belanda diperkenalkan sebagai hukum adat.Dari subtansi
yang diatur oleh hukum tersebut dicoba untuk dibuat suatu ikhtisar yang
dikelompokkan dalam masalah mengenai: (1) Subjek yang diatur dan (2)
Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pengaturan.
Kontak-kontak antara Indonesia dengan dunia barat merupakan
masa perhubungan yang di belakang hari menimbulkan persoalan sosial
dan kebudayaan yang besar yang mempunyai hubungan yang erat
dengan kehidupan hukum di negeri ini.
Kontak pertama dilakukan oleh para pedagang Belanda dalam
rangka operasi perdagangan mereka. Dalam keadaan tersebut, mereka
hanya mengikuti pola perbuatan dagang biasa, yaitu berusaha untuk
membeli secara murah dan menjualnya kembali di tempat lain denggan
harga mahal (Day, 1904:45)
Barat semakin melihat betapa produksi di jawa yang feodal itu
dijalankan secara tidak ekonomis berkat berkat pola feodalisme. Kalau
saja pola itu bisa dirombak maka diharapkan, tanah akan menjadi lebih
produktif. Dengan demikian, maka kritik terhadap penyelenggaraan
produksi pada waktu itu dapat diperinci sebagai berikut :
1. Potensi rakyat untuk menghasilkan bahan-bahan
perdaganganyang berupa hasil bumi bisa lebih diperbesar.
2. Potensi tersebut dihambat oleh cara pengelolaan produksi secara
feodal.
3. Rakyat harus dibebaskan dari tekanan feodalisme tersebut
sehingga dapat menikmati kebebasan dan kesejahteraan yang
lebih besar. Keadaan tersebut diharapkan akan meningkatkan
daya produksi rakyat.
4. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka
langkah-langkah yang kemudian diambil adalah :
5. Kekuasaan kaum bangsawan harus dibatasi.
6. Kesewenang-wenangan dan korupsi diberantas.
7. Menciptakan kebebasan dan kepastian hukum yang lebih besar
bagi rakyat.
Usaha untuk membebaskan rakyat dari beban dan hambatan
tersebut, pada zaman-antara yaitu zaman kekuasaan inggris, oleh raffles
dilakukan dengan mengintrodusir apa yang disebut sebagai landelijk
stelsel. Sistem ini ingin membebaskan rakyat dari kewajiban untuk
melakukan pekerjaan bagi kaum bangsawan dan menggantikannya
dengan sistem pajak.
Melalui proses regenerasi tersebut, maka beberapa segi tatanan
sosial masyarakat Indonesia asli dirombak menurut acuan Barat. Usaha
perombakan ini dibutuhkan untuk dapat menjadi penghubung dan
pengokoh hubungan-hubungan ekonomi yang baru antara kota-kota yang
bersifat Barat dengan wilayah-wilayah di luarnya. Bentuk-bentuk
regenerasi tersebut adalah sebagai berikut :
Suatu reorganisasi terhadap susunan hierarki masyarakat yang asli,
terutama sekali yang berupa pembinaan kelas-kelas pemuka masyarakat
yang kepentingan-kepentingannya (ekonomi, sosial, politik dan psikologis)
langsung dikaitkan pada bekerjanya pusat-pusat perkotaan kapitalis
secara sistematik. Dengan demikian, mereka ini merupakan wakil-wakil
pusat-pusat kapitalis tersebut.
Proses ini juga meliputi suatu difusi nilai-nilai, norma-norma,
keyakinan-keyakinandan pranata-pranata sosial, secara kebudayaan dan
structural yang menyebabkan organisasi dari Negara-negara jajahan itu
mirip dengan pengorganisasian dari Negara-negara Barat,yang juga
disebut sebagai susunan yang modern.
Kemerdekaan Indonesia yang di proklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945 telah mengakhiri penjajahan Belanda atas
Indonesia.Secara politik,maka bangsa Indonesia kini memegang kendali
di tangannya. Semenjak saat tersebut maka muncullah suatu masyarakat
hukum yang bernama Negara Republik Indonesia, yaitu suatu masyarakat
hukum yang bernama Negara Republik Indonesia, yaitu suatu masyarakat
yang menetukan sendiri hukum yang berlaku di negeri ini. Adapun yang
kemudian berdiri pada tanggal tersebut adalah suatu badan atau
organisasi kekuasaan dan yang wilayahnya meliputi juga seluruh wilayah
bekas jajahan tersebut.
Keadaan serta gambaran sebagaimana diuraikan di atas
menimbulkan pertanyaan , “Hukum yang mana serta bagaimanah yang
kemudian ada sebagai akibat dari perubahan ketatanegaraan itu?”
Pada zaman penjajahan, hukum adat ini menempati suatu
kedudukan khusus, yaitu sebagai lambang dan wakil dari sistem hukum
Indonesia berhadapan dengan sistem hukum eropa. Tetapi, semenjak
kemerdekaan gambarannya sudah berubah. Perubahan di sini adalah
semenjak hukum adat tidak lagi mempunyai kedudukan yang otonom
berhadapan dengan suatu sistem hukum yang lain dan hukum adat tak
dapat pula dilihat sebagai mewakili sistem hukum Indonesia, semata-mata
oleh karena semenjak saat itu di dunia ini sudah lahir suatu Negara ,
masyarakat hukum dan tata hukum yang baru, yaitu : Indonesia. Hukum
adat itu sekarang sudah terlebur ke dalam Hukum Indonesia yang intinya
adalah Undang-Undang Dasar 1945.
E. Hubungan Cita-cita Sosial Masyarakat dengan Undang-undang
Hukum yang berlaku mengandung seperangkat sistem dan
subsistem yang holistik dalam kehidupan masyarakat .Hukum terkait
dengan kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, agama, dan ideologi
Negara.Melaksanakan hukum berarti meninggalkan semua yang dilarang
oleh pasal-pasal dalam undang-undang.Meninggalkan hukum juga berarti
melaksanakan yang dibenci oleh undang-undang. Untuk semua jenis
hukum dan undang-undang ,subtansi di dalam materi hukum adalah
sekumpulan perintah dan larangan. Hukum yang menjadi panutan
masyarakat merupakan cita-cita sosial yang tidak pernah berhenti dikejar
sampai akhir hayat manusia. Cita-cita sosial bersandar pada hukum
nasional yang berupa undang–undang.
Cita-cita sosial tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengharapkan keamanan dan ketentraman hidup tanpa batas
waktu.
2. Mengharapkan kemaslahatan hidup bagi diri dan orang lain.
3. Mengharapkan tegaknya keadilan,yang bersalah harus mendapat
hukuman yang setimpal dan yang tidak bersalah mendapat
perlindungan hukum yang baik dan benar.
4. Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum .Hukum tidak pilih
bulu atau memilih dan memilah dengan alasan berbeda bulu.
5. Saling mengontrol di dalam kehidupan masyarakat sehingga
tegaknya hukum dapat diwujudkan oleh masyarakat sendiri.
6. Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak
melebihi batas-batas hukum dan norma sosial.
7. Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab terhadap
masa depan kehidupan social dan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Cita-cita tertinggi dalam hukum adalah menegakkan keadilan,tetapi
yang menerapkan keadilan bukan teks-teks hukum, melainkan manusia
yang menerima sebutan hakim, pengacara, kuasa hukum, penegak
hukum, penguasa hukum, polisi, dan sebagainya.
Keadilan sebagai cita-cita sosial dan tujuan hukum, tetapi ide tentang
keadilan tidak pernah objektif. Keadilan selalu bersifat subjektif, tidak
terkecuali dalam hukum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara Indonesia adalah Negara hukum, begitu yang dinyatakan
dalam UUD Negara Republik Indonesia 1945 pasal 1 ayat (3) yang
dirumuskan dalam amandemennya yang ketiga ,Agustus 2011 yang lalu.
Sehingga seharusnya seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat dan
bernegara harus berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya hukum
harus dijadikan panglima dalam penyelesaian masalah-masalah yang
berkenaan dengan individu ,masyarakat dan Negara.
Norma hukum bukanlah satu-satunya kaidah yang bersifat regulatif
(mengatur) terhadap manusia dalam hubungannya dengan sesama
manusia. Disamping norma hukum,ada norma sosial, kesusilaan dan
agama .Ketiga norma (kaedah) terakhir memiliki aturan sanksi yang lunak
jika dibandingkan dengan aturan sanksi pada norma hukum yang keras,
sebab hukum memiliki alat perlengkapan yaitu Negara.
Hukum dipandang sebagai sesuatu yang luas,besar , dan agung.
Hukum tidak dibuat tetapi hidup,tumbuh, dan berkembang bersama
masyarakat. Walaupun pada kenyataannya hukum merupakan produk
politik dimana hukum tergantung pada konfigurasi politik yang sedang
berlangsung seperti yang dikatakan oleh Mahfud MD, namun seharusnya
hukum harus tetap memuat nilai-nilai ideal yang harus dijunjung tinggi dan
ditegakkan oleh segenap elemen masyarakat.
Kepongahan hukum semakin nyata di Indonesia. Kasus suap yang
melanda mahkamah agung, Kasus Suyitno Landung dalam pemeriksaan
perkara pembobolan bank BNI,menjadi pertanda jatuhnya wibawa hukum
di mata masyarakat Indonesia. Kasus lain yang menggegerkan adalah
tertangkap basahnya Jaksa Urip Tri Gunawan (kasus BLBI) yang
kemudian seperti menghancurkan kewibawaan kejaksaan agung.
Salah satu yang memberikan kontribusi bagi kebobrokan moral
penegak hukum tersebut bisa jadi adalah pendidikan hukum. Pendidikan
hukum selama ini hanya menyentuh pada tataran teoritik belaka,
mengabaikan aspek moral. Sehingga dengan demikian Indonesia hanya
mencetak “tukang-tukang hukum” bukan sarjana hukum dalam pengertian
yang sebenarnya. Padahal semestinya pendidikan hukum kita bisa
menciptakan seorang ahli hukum yang berdedikasi dan bukan ahli hukum
yang “jualan hukum”.
Adapun yang ingin dimintakan perhatian di sini yaitu, hendaknya kita
juga meninjau perkembangan hukum di Indonesia semenjak penjajahan
sebagai pembelajaran untuk masa sekarang dan yang akan datang.
Terutama untuk menghadapi masalah yang sudah pernah terselesaikan di
masa lampau, seperti korupsi. Banyak hal yang harus dilakukan untuk
mencapai Tujuan dan cita-cita Indonesia sebagai Negara hukum agar
‘negara hukum’ tidak sekedar menjadi slogan kaku yang tidak bisa di
realisasikan.
Daftar Pustaka
Marzuki, Peter Mahmud. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
_____, 2010. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Moeljatno, dkk. 2008. Membangun Hukum Indonesia. Yogyakarta:
Kreasi Total Media.
Rahardjo, Satjipto. 2008. Negara Hukum yang Membahagiakan
Rakyatnya. Yogyakarta: Genta Press.
_____, 2009. Hukum dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Genta
Publishing.
Rato, Dominikus. 2009. Filsafat Hukum. Surabaya: Laksbang
Justitia.
Saebani, Beni Ahmad. 2009. Sosiologi Hukum. Bandung: CV
Pustaka Setia.