Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika merupakan salah satu negara yang mencoba menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM). Menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh hukum demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Baehr, 1998:88). Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1776 menyebutkan bahwa kehidupan, kebebasan, dan meraih kebahagian adalah hak semua orang dan tidak dapat dihilangkan. Sepuluh amandemen pertama Undang-Undang Dasar negara Amerika Serikat disebut Bill of Rights atau Undang-Undang Hak yang mencakup sejumlah hak asasi manusia paling pokok (Baehr, 1998:88). 1
35

Ilmu Komunikasi. Semiotika

Feb 21, 2023

Download

Documents

Ria Wulandari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ilmu Komunikasi. Semiotika

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Amerika merupakan salah satu negara yang mencoba

menjunjung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM). Menurut

Undang-Undang No.39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak

yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya

yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh

hukum demi kehormatan serta perlindungan harkat dan

martabat manusia (Baehr, 1998:88).

Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat tahun 1776

menyebutkan bahwa kehidupan, kebebasan, dan meraih

kebahagian adalah hak semua orang dan tidak dapat

dihilangkan. Sepuluh amandemen pertama Undang-Undang

Dasar negara Amerika Serikat disebut Bill of Rights atau

Undang-Undang Hak yang mencakup sejumlah hak asasi manusia

paling pokok (Baehr, 1998:88).

1

Page 2: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang

merumuskan hak-hak dasar, seperti hak atas hidup,

kebebasan, dan hak atas kepemilikan terlihat jelas dalam.

Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan

Declaration Of Independence Of The United States . Revolusi Amerika

dengan Declaration of Independence tanggal 4 juli 1776, suatu

deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh

13 negara bagian, merupakan pula piagam hak-hak asasi

manusia karena mengandung pernyataan ''Bahwa sesungguhnya

semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta"

(Gunawan, 1993: 77-81).

Decalarations of Independence di Amerika Serikat ingin

mewujudkan Amerika sebagai negara yang memberi

perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam

konstitusinya. Kendatipun demikian pelanggaran HAM masih

sering terjadi, tercermin dari masih adanya diskriminasi

terhadap wanita, kekerasan, pelecehan seksual, dan

eksploitasi anak.

2

Page 3: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Salah satu contoh pelanggaran hak asasi manusia yang

kemudian diangkat menjadi film “Changeling” adalah kasus

pembunuhan massal yang dikenal sebagai Chiken Coop Murders

Wineville . Kasus tersebut menjadi pusat perhatian rakyat

Amerika Serikat pada tahun 1928. Kasus ini bermula ketika

pada tanggal l2 Februari 1928, Deputi County Sheriff Los

Angeles Police Departement (LAPD) menemukan sebuah karung goni

berisi tubuh tanpa kepala di sebuah parit La Puente, LA

county California. Tersangka pembunuhan tersebut bernama

Gordon Stewart Northcot yang telah membunuh sebanyak 20

anak laki-laki.

(http://id.shvoong.com/entertainment/movies/1999933-

changeling-true-story/, diakses pada tanggal 24 Desember

2011).

Pada tahun 1920- an LAPD dikenal dengan sebutan

departemen yang korup terkenal dengan kebrutalannya.

Banyak publik tidak percaya pada departemen tersebut tetapi

tidak berani untuk melawannya. Kesatuan Kepolisian Los

Angeles pada awalnya hanya dibentuk oleh beberapa

sukarelawan untuk menjamin dan menjaga setiap penduduk Los

3

Page 4: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Angeles agar menghormati hak asasi manusia masing-masing

individu, golongan serta memberikan perlindungan terhadap

masyarakat dari tindak kejahatan di kota tersebut.

Departemen ini dibuat pada tahun 1853 dengan nama Los

Angeles Ranger. Awalnya mereka mendirikan departemen suka

rela yang membantu polisi setempat atau biasa disebut

polisi daerah. Mereka sukses menjaga kota Los Angeles,

tetapi lambat laun mereka menjadi terkenal dengan

kekerasan, perjudian, dan berperilaku tidak baik dan

meresahkan masyarakat. Setelah perang dunia II semua

personil dikerahkan untuk membantu militer. Pada tahun 1926

akhirnya kesatuan itu dibuat lebih professional dan otonomi

(berdiri sendiri) dengan nama Los Angeles Police Departement

(http://id.wikipedia.org/wiki/ Los Angeles Police Departemant.

Diakses pada tanggal 24 Desember 2011).

Film merupakan salah satu media komunikasi yang

menjadi penyalur ispirasi dan aspirasi masyarakat. Kisah

penculikan dan pembunuhan anak yang dikenal dengan Chiken

Coop Murders Wineville diangkat kedalam sebuah film berjudul

“Changeling” . Film tersebut mengedepankan isu tentang

4

Page 5: Ilmu Komunikasi. Semiotika

pelanggaran HAM dan kisah tentang perjuangan seorang ibu

dalam pencarian anaknya yang hilang.

Naskah “Changeling” ditulis oleh J. Michael Straczynski

setelah melakukan penelitian dokumen selama enam bulan

mengenai kasus tersebut. Naskah dibeli oleh Howards Imagine

Entertainment and Universal Pictures untuk di aplikasikan

kedalam sebuah film.

Clint Eastwood’s salah satu sutradara terkenal

tertarik untuk menggambarkan kisah nyata tersebut. Clint

Eastwood’s yang memiliki nama lahir Clinton Eastwood’s Jr.

lahir di San Francisco, California Amerika pada 31 Mei 1930.

Ia dikenal sebagai sutradara, aktor, komposer, penulis dan

produser. Clint Eastwood’s mengawali karirnya dengan

membintangi film Tarantula, Francis In The Navy.

Film Unforgiven pada tahun 1992 dimana dirinya menjadi

aktor sekaligus sutradaranya, sehingga mengantarkan film

tersebut memenangkan kategori Best Picture, Best Director dan

nominasi Best Actor dari Academy Award (Oscar). Begitupun

filmnya Million Dollar Baby tahun 2004, juga meraih Best Picture,

Best Director dan nominasi Best Actor dari Academy Award (Oscar).

5

Page 6: Ilmu Komunikasi. Semiotika

(http://www.imdb.com/name/nm0000142/biography.html,

diakses pada tanggal 24 Desember 2011).

Film “Changeling” pertama kali diputar di Festival Film

Cannes yang ke-61 pada tanggal 20 Mei 2008. Secara global

film tersebut meraih keuntungan hingga US$ 113 juta Dollar.

Film yang menjadi nominasi dalam tiga Academy Award dan

delapan kategori dalam BAFTA Award. Film “Changeling”

mengeksplorasi tema humanisme seperti diskriminasi

terhadap hak perempuan, korupsi politik, kejahatan pada

anak, dan reaksi terhadap tindak kekerasan.

Tokoh utama film “Changeling” diperankan oleh Angelina

Jolie sebagai Christine Collins. Christine Collins adalah

seorang ibu tunggal (single parent) yang memiliki seorang anak

bernama Walter Collins. Drama pada film “Changeling” bermula

dari laporan Christine ke kantor polisi bahwa Walter

menghilang dari rumahnya. Pihak kepolisian LAPD berusaha

menemukan Walter Collins karena kasus hilangnya Walter

sudah menjadi sorotan publik.

Berita hilangnya Walter tersebut disiarkan oleh

Pastur dari gereja St. Paul’s Presbyterian yang bernama

6

Page 7: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Gustav Briegleb. Gustav Briegleb adalah seorang pastur

ternama yang dikenal kritis dan menentang keras kebrutalan

dari LAPD melalui ceramah-ceramahnya yang langsung

disiarkan lewat radio lokal KGF.

Melalui kasus Christine, kepolisian ingin mengangkat

citranya kembali yang selama ini dianggap buruk oleh

masyarakat dengan ditemukannya kembali anak tersebut.

Namun usaha tersebut terancam gagal karena ternyata telah

terjadi kesalahan dalam kasus Christine. Anak yang

ditemukannya ternyata bukanlah Walter, walaupun anak

tersebut mengaku bernama Walter Collins. Kapten Jones yang

menangani kasus menganggap Christine masih shock atas

kehilangan anaknya selama lima bulan. Sehingga, ia tidak

mengenali anaknya lagi dan dianggap hanya ingin

meninggalkan tanggung jawabnya untuk mengurus anaknya

kembali.

Tuduhan tersebut hanya sebagai alasan karena polisi

tidak ingin mengakui kesalahnya akan kasus tersebut yang

dapat mempermalukan citra Kepolisian. Akhirnya Christine

dinyatakan mengalami depresi berat sehinnga ia dijebloskan

7

Page 8: Ilmu Komunikasi. Semiotika

kerumah sakit jiwa. Tindakan ini adalah upaya pihak

kepolisian untuk mementahkan pernyatan-pernyataan

Christine sebelumnya yang menentang kepolisian Los

Angeles.

Terungkap kasus pembunuhan masal secara tidak

sengaja, saat seorang petugas polisi ditugaskan untuk

menangkap seorang pemuda disebuah pertanin untuk

dideportasi, pemuda tersebut mengugkapkan bahwa ia menjadi

kaki tangan atas penculikan dan pembunuhan terhadap 20 anak

berumur 9-10 tahun dipertanian tersebut dan salah satu

korbannya adalah Walter Collins.

Derita Christine didalam rumah sakit jiwa berakhir

setelah Pendeta Gustav dan jemaatnya berdemo ke kantor

kepolisian Los Angeles. Gustav menekan pihak rumah sakit

dan kepolisian untuk segera membebaskan Christine karena

apa yang ditemukan polisi di La Puente dimungkinkan

berkaitan dengan kasus hilangnya Walter Collins putra dari

Christine Collins. Northcot ditangkap dalam pelariannya

dirumah adik perempuannya di Los Angeles, kemudian Northcot

di dakwa bersalah dan menjalani hukuman gantung.

8

Page 9: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Terbongkarnya kasus pembunuhan Walter Collins adalah

merupakan titik balik perubahan dan pembenahan kepolisian

Los Angeles setelah diberhentikannya beberapa pimpinan

kepolisian Los Angeles yang korup

(http://id.shvoong.com/entertainment/movies/1999933-

changeling-true-story/, diakses pada tanggal 24 Desember

2011).

Nilai-nilai pelanggaran hak asasi terhadap wanita

didasarkan pada sikap LAPD yang memaksakan kehendaknya

dengan menggunakan kekuatan departemennya. LAPD tidak

menerapkan klausul kebebasan berpendapat melindungi

masyarakat dalam Amandemen Pertama. Penggambaran

pelanggaran HAM tersebut tidak hanya melalui ungkapan yang

ditampilkan melalui dialog saja, tetapi juga tergambarkan

dari beberapa adegan di dalam film “Changeling” .

Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk

mengangkat film “Changeling” menjadi kajian yang disebabkan

oleh beberapa hal, antara lain ketertarikan pada

pelanggaran hak asasi terhadap wanita yang digambarkan ke

dalam adegan-adegan di film “Changeling” yang memunculkan

9

Page 10: Ilmu Komunikasi. Semiotika

banyak tanda dan simbol. Merujuk pada fenomena tersebut

peneliti ingin mengetahui seperti apa makna pelanggaran hak

asasi manusia yang terdapat dalam film “Changeling” karya

Clint Eastwood’s dalam pendekatan semiotika.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil suatu

rumusan masalah yaitu, “Bagaimanakah Makna dan Tanda yang

Menggambarkan Pelanggaran Hak Asasi Manusia Terhadap

Wanita dalam Film Changeling?”

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui tanda-tanda penggambaran

pelanggaran hak asasi manusia terhadap wanita yang

dilakukan oleh Departemen kepolisian LAPD dalam film

“Changeling”.

b. Untuk mengetahi makna yang ingin disampaikan film

“Changeling” kepada penontonnya.

10

Page 11: Ilmu Komunikasi. Semiotika

1.4 Manfaat penelitian

a. Manfaat Akademis

Diharapkan penelitian ini dapat diambil

manfaatnya untuk perkembangan studi semiotika

khususnya dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia

terhadap wanita.

b. Manfaat Praktis

1. Untuk memberikan informasi bahwa Hak Asasi Manusia

perlu dijunjung tinggi oleh setiap Negara dan

masyarakatnya.

2. Diharapkan tidak ada lagi pelanggaran hak asasi

manusia terhadap wanita.

3. Bagi masyarakat luas, penelitian ini diharapkan

bisa memberikan pemahaman tentang makna yang

terdapat dalam sebuah film.

4. Memberi wacana baru tentang pentingnya peran

kritik, saran dan pesan dalam suatu karya film bagi

dunia perfilman di Indonesia.

11

Page 12: Ilmu Komunikasi. Semiotika

1.5 Kerangka Pemikiran

1.5.1 Teori Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk

mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita

pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di

tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika, atau dalam istilah Barthes adalah semiologi yang

pada dasarnya ingin mempelajari bagaimana manusia (humanity)

memakai hal-hal (things). Memberi makna dalam hal ini tidak

dapat dicampurkan dengan mengkomunikasikan (Barthes dalam

Sobur, 2003:15).

Menurut pandangan Saussure, tanda merupakan

menifestasi kongkret dari citra bunyi dan sering

diidentifikasi dengan citra bunyi itu sebagai penanda. Jadi

penanda dan petanda merupakan unsur mentalistik. Dengan

kata lain, di dalam tanda terungkap citra bunyi ataupun

konsep sebagai dua komponen yang tidak dapat dipisahkan.

Adalah pengikut Saussure, yaitu Roland Barthes yang pertama

kali menyusun model sistematik untuk menganalisis gagasan

interaktif yang dikemukakan oleh Saussur. Inti teori

12

Page 13: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Barthes adalah gagasan tentang dua tatanan pertandaan (order

of signification) yaitu denotasi dan konotasi (Sobur,2003:32-

34).

Tanda merupakan istilah yang sangat penting, yang

terdiri atas penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda

mewakili elemen bentuk dan isi, sementara petanda mewakili

elemen konsep atau makna. Keduanya merupakan kesatuan yang

tak dapat dipisahkan sebagaimana layaknya dua bidang pada

sekeping mata uang. Kesatuan antara penanda dan petanda

itulah yang disebut sebagai tanda. Pengaturan makna atas

sebuah tanda dimungkinkan oleh adanya konvensi sosial di

kalangan komunitas bahasa. Suatu kata mempunyai makna

tertentu karena adanya kesepakatan bersama dalam komunitas

bahasa (Sobur, 2001: 114).

Film adalah bidang kajian yang amat relevan bagi

analisis struktural atau semiotika. Seperti dikemukakan

oleh Van Zoest, film pada umumnya dibangun dengan banyak

tanda (sign). Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda

yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang

diharapkan. Hal terpenting dalam film adalah gambar dan

13

Page 14: Ilmu Komunikasi. Semiotika

suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan suara-suara

lain yang serentak mengiringi gambar-gambar) dan musik film

(Zoest, 1992: 10).

Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting dalam

studi semiotik, yakni:

1. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-

tanda itu terkait dengan manusia yangmenggunakannya.

2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara atau berbagai kode

dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk

mentransmisikannya.3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini

pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan

dan bentuknya sendiri (Fiske, 2007: 105).

Sementara istilah semiotika yang dimunculkan oleh

filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Pierce,

mengandung pernyataan bahwa dasar dari semiotika adalah

konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem

komunikasi yang tersusun atas tanda-tanda, melainkan dunia

itu sendiri terdiri atas tanda-tanda, karena jika tidak

begitu, manusia tidak bisa menjalin hubungan dengan

realitas (Kurniawan, 2001: 53).

14

Page 15: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Dalam Charles Sanders Pierce menegaskan bahwa tanda

berkaitan dengan obyek yang menyerupainya, keberadaannya

memiliki hubungan sebab dan akibat dengan tanda-tanda. Ia

menggunakan icon untuk kesamaannya, indeks untuk hubungan

sebab-akibat dan simbol untuk asosiasi konvensional. Tanda

sendiri memiliki dua entitas yaitu signifier dan signified.

Signifier (tanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang

bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan

pada yang ditulis atau dibaca. Signified (makna) adalah gambar

mental yakni pikiran atau konsep mental dari bahasa.

Hubungan antara keduanya bersifat arbitrer (berubah-ubah)

sesuai dengan kesepakatan (Sobur, 2003: 32-34).

Semiotik untuk studi media massa ternyata tidak hanya

terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga bisa

sebagai metode analisis. Menurut Pierce, salah satu bentuk

tanda adalah kata. Objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.

Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk suatu tanda. Isi teori

segitiga makna adalah persoalan begaimana makna muncul dari

15

Page 16: Ilmu Komunikasi. Semiotika

sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu

berkomunikasi (Sobur, 2001: 115)

Sign

Interpretant Object

Gambar 1.1 Elemen Makna Pierce

Sumber : Sobur, Analisis Teks Media , 2001: 115

Menurut Van Zoest ada tiga ciri tanda, yaitu tanda

harus dapat diamati agar dapat berfungsi sebagai tanda,

tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain atau bersifat

representatif, dan tanda bersifat interpretatif. Jadi, ada

tiga unsur yang menbentuk tanda, tanda yang dapat ditangkap

oleh indera, yang ditunjuknya dan yang ada dibenak si

penerima.

16

Page 17: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Secara sederhana, ketiga hal itu dapat digambarkan

menjadi segitiga tanda (Zoest, 1992: 48).

Denotarium

Ground Interpretant

Gambar 1.2 Segitiga Tanda dari Pierce

Sumber : Ratmanto, Pesan: Tinjauan Bahasa, semiotika, dan

Hermeneutika , 2004: 31

Tanda tidak dapat dilepaskan dari segitiga tanda ini.

Artinya, bila berbicara tanda, maka akan selalu dibahas

segitiga tanda. Ground adalah latar belakang tanda, yang

dapat berupa bahasa atau konteks sosial. Interpretant adalah

pengalaman subjektif yang dialami oleh tiap orang yang

17

Page 18: Ilmu Komunikasi. Semiotika

berbeda dari suatu individu ke individu lain, dan merupakan

wilayah dunia subjektif individu.

Dalam kaitan tanda dengan denotatum , Pierce juga

menyebutkan ada tiga hal. Denotatum bagi Pierce sering

disebut sebagai objek. Denotatum tidak selalu harus sesuatu

yang konkret, dapat juga sesuatu yang abstrak. Denotatum

dapat berupa sesuatu yang ada, pernah ada atau mungkin ada

(Ratmanto, 2004: 32).

Pierce membedakan tiga macam tanda menurut sifat hubungan

tanda dengan denotatumnya, yaitu :

1. Ikon, yaitu tanda yang ada sedemikian rupa sebagai kemungkinan tanpa tergantung pada adanya sebuah denotatum, tetapi dapat

dikaitkan dengannya atas dasar suatu persamaan yang secara potensial dimilikinya.

2. Indeks, yaitu sebuah tanda yang dalam corak tandanya tergantung dari adanya sebuah

denotatum . Dalam hal ini hubungan antara tanda dan denotatumnya adalah bersebelahan.

3. Simbol adalah tanda yang hubungan antara tanda dan denotatumnya ditentukan oleh suatu

peraturan yang berlaku umum. Secara umum, yang dimaksud dengan simbol adalah bahasa

(Ratmanto, 2004: 32-33).

Ada tiga hal menurut Pierce, dalam kaitan tanda dengan

interpretan -nya :

18

Page 19: Ilmu Komunikasi. Semiotika

1. Rheme . Tanda merupakan rheme bila dapat diinterpretasikan sebagai representasi dari

kemungkinan denotatum. 2. Dicisign . Tanda merupakan dicisign bila ia

menawarkan kepada interpretan -nya suatu hubungan yang benar. Artinya, ada kebenaran antara

tanda yang ditunjuk dengan keadaan yang dirujuk oleh tanda itu, terlepas dari cara

eksistensinya. 3. Argument , yaitu bila dalam hubungan interpretative

tanda itu tidak dianggap sebagai bagian dan suatu kelas (Ratmanto, 2004: 33).

Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks

semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure

meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan

melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier

(penanda) dan signified (petanda).

Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang

bermakna (aspek material), yakni apa yang dikayakan dan apa

yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental,

yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa.

Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental

tersebut dinamakan signification . Dengan kata lain signification

adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Sobur,

2001: 125).

19

Page 20: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Sign

Composed of

Signifier plus signified external

Reality (mental ofmeaning

(physical concept)

Existence

Of the sign)

Gambar 1.3 Elemen-elemen Makna Saussure

Sumber : Sobur, Analisis Teks Media , 2001:125

Roland Barthes merupakan orang yang pertama kali

menyusun model sistematik untuk menganalisis negoisasi dan

gagasan makna interaktif. Barthes secara khusus tidak

tertarik bukan pada apa makna berada, tetapi pada bagaimana

makna menjadi bermakna. Dalam Theory Order of Signification ini,

Barthes membagi dua tatanan bagaimana tanda itu bekerja.

Pada tatanan pertama, Barthes mengistilahkan dengan

istilah denotasi, yaitu konsep awal yang melekat pada tanda

20

Page 21: Ilmu Komunikasi. Semiotika

tertentu. Pada tatanan kedua, Barthes membedakannya

menjadi tiga cara kerja tanda yakni konotasi, mitos dan

simbolik.

1. Denotasi, tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda atau petanda di dalam tanda dan antara tanda

dengan refern -nya dalam realitas eksternal. Hal ini mengacu pada anggapan umum, makna jelaslah tentang

tanda.2. Konotasi, dipakai untuk menjelaskan salah satu cara

kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Konotasi menggambarkan interaksi yang berlangsung tantakala

tanda bertemu dengan perasaan atau emosi penggunaannya dan nilai-nilai kulturalnya. Ini

terjadi tatkala makna bergerak menuju subjektif atau setidaknya intersubjektif. Ini terjadi tatkala

intrpretan dipengaruhi sama banyaknya oleh penafsir dan objek atau tanda.

3. Mitos, Barthes menggunakan mitos sebagai seorang yang percaya, dalam artiannya yang orisinil. Mitos adalah

cerita yang digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami beberapa aspek dari

realitas atau alam. Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir dari suatu kebudayaan tentang sesuatu, cara

untuk mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Pengertian mitos disini tidaklah menunjuk pada

mitologi dalam pengertian sehari-hari, seperti halnya cerita-cerita tradisional, melainkan sebuah cara

pemaknaan atau dalam bahasa Barthes, disebut tipe wicara (Barthes,2004: 152).

Pada dasarnya semua hal dapat menjadi mitos, suatu

mitos timbul untuk sementara waktu dan tenggelam utuk waktu

yang lain karena digantikan oleh berbagai mitos lain. Mitos

21

Page 22: Ilmu Komunikasi. Semiotika

menjadi pegangan atas tanda-tanda yang hadir dan

menciptakan fungsinya sebagai penanda pada tingkatan lain.

Mitos oleh karenanya bukanlah tanda yang tidak berdosa,

netral melainkan menjadi penanda untuk memainkan pesan-

pesan tertentu yang boleh jadi berbeda sama sekali dengan

makna asalnya. Kendati demikian, kandungan makna mitologis

tidaklah dinilai sebagai sesuatu yang salah (‘mitos’

diperlawankan dengan ‘kebenaran’). Praktik penandaan

seringkali memproduksi mitos.

Produksi mitos dalam teks membantu pembaca untuk

menggambarkan situasi sosial budaya, mungkin juga politik

yang ada disekelilingnya. Bagaimanapun mitos juga

mempunyai dimensi tambahan yang disebut naturalisasi.

Melaluinya sistem makna menjadi masuk akal dan diterima apa

adanya pada suatu masa dan mungkin tidak untuk masa yang

lain (Barthes, 2004: 153).

Pemikiran Barthes tentang mitos nampaknya masih

melanjutkan apa yang diandalkan Saussure tentang hubungan

bahasa dan makna atau antara penanda dan petanda. Tetapi

yang dilakukan Barthes sesungguhnya melampaui apa yang

22

Page 23: Ilmu Komunikasi. Semiotika

dilakukan Saussure. Bagi Barthes, mitos bermain pada

wilayah pertandaan tingkat kedua atau pada tingkat konotasi

bahasa. Jika Saussure mengatakan bahwa makna adalah apa

yang didenotasikan oleh tanda, Barthes menambah pengertian

ini menjadi makna pada tingkat konotasi. Konotasi bagi

Barthes justru mndenotasikan sesuatu hal yang ia nyatakan

sebagai mitos, dan mitos ini mempunyai konotasi terhadap

ideologi tertentu.

1.5.2. Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes merupakan salah satu penganut teori

semiotika Saussure yang berasal dari Perancis. Barthes

menyatakan bahwa semua obyek kultural dapat diolah secara

tekstual. Studi semiotika mengkaji signifikasi yang

terpisah dari isinya. Sehingga teks dalam arti yang luas

dapat diteliti, seperti sebuah berita, film, iklan, karya

sastra, bahkan fashion . Salah satu area penting yang dirambah

Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca

(the reader)

(Sobur, 2003: 68-69).

23

Page 24: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Barthes mengungkapkan bahwa tujuan dari semiotika

adalah menafsirkan tanda. Ia juga menjelaskan maksud dari

semiotika adalah untuk menerima semua sistem tanda, apapun

hakekatnya dan batasannya, baik gambar, isyarat badaniah,

suara musik, objek dan semua hal yang berhubungan dengan

hal-hal tersebut, yang membentuk kebiasaan atau hal lain

yang jika bukan berupa bahasa, paling tidak adalah suatu

sistem signifikasi, yaitu ada hubungan antara signifier dan

signified untuk memberi makna (Barthes, 2004 : 156).

Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda,

membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering

disebut sebagai sistem pemaknaan pada tataran ke-dua, yang

dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya.

Sistem ke-dua ini oleh Barthes disebut konotatif , yang di

dalam Mythologies -nya secara tegas ia bedakan dari denotatif

atau sistem pemaknaan tataran pertama. Dalam konsep

Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna

tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif

yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah

24

Page 25: Ilmu Komunikasi. Semiotika

sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan

semiotika dari Saussure yang hanya berhenti pada penandaan

dalam tataran denotatif (Sobur, 2003: 69).

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan

operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos” dan

berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran

bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode

tertentu. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki

beberapa penanda. Barthes menempatkan ideologi dengan

mitos karena, baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan

antara penanda denotasi dan petanda konotasi terjadi secara

termotivasi.Barthes memikirkan mitos sebagai mata rantai

dari konsep-konsep terkait. Mitos adalah cerita yang

digunakan suatu kebudayaan untuk menjelaskan atau memahami

beberapa aspek dari realitas atau alam (Sobur, 2003: 69).

Bagi Barthes, mitos merupakan cara berpikir suatu

kebudayaan tentang sesuatu cara untuk

mengkonseptualisasikan atau memahami sesuatu. Bila

konotasi merupakan pemaknaan tatanan kedua dari penanda,

25

Page 26: Ilmu Komunikasi. Semiotika

mitos merupakan pemaknaan tatanan kedua dari petanda

(Fiske, 2004:121).

Untuk lebih jelasnya penulis menyertakana peta tanda

Roland Barthes :

Tabel 1.1. Peta Tanda Roland Barthes

1. SIGNIFIER(penanda)

2. SIGNIFIED(petanda)

3. DENOTATIVE (tanda denotativef)

4. CONOTATIVE SIGNIFIER (penanda konotatif)

5. CONOTATIF SIGNIFIED (petanda konotatif)

6. CONOTATIVE SIGN (tanda konotatif)

Sumber : Sobur, 2003: 69

Dari peta Barthes di atas terlihat tanda denotatif (3),

terdiri atas penandaa(1), dan petanda (2). Akan tetapi,

pada saat bersamaan tanda konotatif tidak sekedar memiliki

makna tambahan namun jugaa amengandung kedua bagian tandaa

denotatif ayang melandasi keberadaannya. Dari peta

tersebut operasionalisasi yang digunakan dalama

penelitian ini adalah signifier (penanda) adalah film

26

Page 27: Ilmu Komunikasi. Semiotika

“Changeling” dan signified (petanda) adalah pembentukan makna

dan image yang ada dalam film tersebut. (Sobur, 2003: 69).

Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes

membuat sebuah model sistematis dalam menganalis makna

dari tanda-tanda. Fokus bahasan Barthes lebih tertuju

kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap ( two order of

signification ) (Fiske, 2007:121).

Tatanan pertama tatanan kedua

Realitas tanda

kultur

bentuk

isi

27

Denotasi

Penanda

petanda mito

s

konotasi

Page 28: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Gambar 1.4 Dua Tatanan Pertandaan Barthes.

Sumber : Fiske, Cultural and Communication Studies . 2007: 122.

Gambar di atas menjelaskan signifikasi tahap pertama

merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified

(isi) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal.

Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling

nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan

untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini

menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu

dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai

dari kebudayaannya.

1.5.3. Teori Representasi

Gagasan tentang ide representasi menaruh perhatian

terhadap cara subyek didefinisikan berkaitan dengan apakah

subyek tersebut dan apakah yang bukan subyek tersebut.

Sebagai contoh, representasi kaum gay sebagai stereotip

dalam materi komedi berkonsentrasi pada aspek-aspek

penampilan dan perilaku yang dimaksudkan menjadikan mereka

28

Page 29: Ilmu Komunikasi. Semiotika

dapat dikenali, berbeda. Representasi dapat dilihat

sebagai menaruh perhatian terhadap perbedaan sosial untuk

menegakkan norma-norma sosial (Borton, 2012:140).

Representasi yang terdapat dalam media visual,

dikonstruksikan dari sudut pandang tertentu. Frasa “sudut

pandang” memiliki dua makna:

1. Sudut pandang yang merujuk pada pandangan harfiah dalam ruang angkasa, yaitu sudut pandang dari

penempatan kamera ketika mengambil gambar. Pandangan spasial menempatkan kita dalam hubungan

subyek dan mempengaruhi bagaimana kita memahaminya. Posisi kamera, yang dipilih oleh

fotografer atau pembuat film untuk suatu alasan, menjadi posisi penonton kita.

2. Pemahaman lainnya tentang “sudut pandang” berkaitan dengan pandangan intelektual dan kritis

yang diambil berkaitan dengan materi media.

Stuart Hall memandang bahwa, pandangan kritis

terhadap representasi dapat melalui tiga hal, yang dilihat

dari posisi viewer maupun creator . Terutama dalam hal ini

mengkritisi makna konotasi yang ada dibalik sebuah

representasi, yaitu:

a. Reflektif yakni pandangan tentang makna representasi dari realitas masyarakat sosial.

29

Page 30: Ilmu Komunikasi. Semiotika

b. Intensional, adalah sudut pandang dari creator tentang makna yang diharapkan dan terkandung

dalam representasi.c. Konstruktionis, menaruh perhatian terhadap

bagaimana representasi dibuat melalui bahasa, termasuk kode-kode visual (Burton, 2012: 140-

141).

Menurut Burton, representasi itu sangat ideologis.

Kita dapat mengajukan argumen bahwa makna tentang subyek-

subyek representasi adalah makna yang menyangkut, siapa

pemilik kekuasaan dan siapa yang tidak, bagaimana kekuasaan

tersebut diterapkan, nilai-nilai yang mendominasi cara

kita berfikir tentang masyarakat dan hubungan-hubungan

sosial. Burton memberikan contoh sebagai berikut,

representasi kaum yang cacat sebagai petarung yang berani

terhadap kesengasaraan dapat menimbulkan keanehan

terhadap posisi kaum yang cacat tersebut. Sebagai

permulaan, representasi tersebut tetap manruh perhatian

terhadap kecacatan, terhadap kaum abnormal bahkan terhadap

perbedaan.

Representasi terhadap kaum cacat tersebut juga

mempromosikan ide-ide tentang kemandirian (self sufficiency)

30

Page 31: Ilmu Komunikasi. Semiotika

yang besifat ideologis. Menurutnya, kita dapat beragumen

bahwa semua subyek representasi terutama yang menyangkut

stereotip dapat mempersonifikasikan wacana. Ide tentang

perempuan yang histeris mempersonifikasi tidak hanya

menganggap kegilaan dan juga menyajikan ide tentang hakekat

perempuan. Fungsi representasi adalah untuk mendukung ide-

ide tentang:

1. Perempuan-perempuan itu emosional melebihi emosipria.

2. Emosi dipertentangkan dengan logika, sedangkan pria lebih logis.

3. Kelebihan emosi tidak diharapkan apapun tingkat kelebihan tersebut.

4. Emosi adalah kelemahan, sehingga memandang bahwa wanita itu lemah dan pria itu kuat (Burton, 2012:

142-143)

Proses representasi melibatkan tiga elemen: pertama,

objek yang direpresentasikan. Kedua, adalah tanda sebagai

representasi itu sendiri. Ketiga , coding yakni seperangkat

aturan yang menentukan hubungan tanda dengan pokok

persoalan. Coding membatasi makna-makna yang mungkin muncul

dalam proses interpretasi tanda. Tanda dapat menghubungkan

objek yang telah ditentukan secara jelas. Dengan demikian

31

Page 32: Ilmu Komunikasi. Semiotika

representasi merupakan sebuah kedalaman makna, termasuk di

dalamnya terdapat identitas suatu kelompok tertentu pada

suatu tempat tertentu (Noviani, 2002: 62).

Film merupakan salah satu produk representasi

sosial. Film memberikan gambaran mengenai suatu realitas.

Sebagai refleksi dari realitas, film membentuk dan

menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode,

konvensi-konvensi dan ideologi dari kebudayaannya. Film

dibuat berdasarkan point of view dari kreator film. Film

merupakan seni dimana dunia direpresentasikan sebagaimana

yang diinginkan kreatornya (Sobur, 2009:127).

Film ikut mempresentasikan gambar realitas

masyarakat melalui sistem kode, mitos dan ideologi budaya

masyarakat secara spesifik, melalui film dapat diberikan

gambaran tentang masyarakat itu sendiri. Cerita yang

diangkat dalam sebuah film biasanya sangat dekat dengan

kenyataan sehari hari dimana cerita tersebut ditampilkan

agar penonton lebih peka dalam memahami berbagai persoalan

yang terjadi dan dapat menjadi aspirasi bagi penonton.

32

Page 33: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Melalui film ini diharapkan mampu membuka lebar-lebar mata

masyarakat. Karena film mengandung unsur hiburan sehingga

dalam penyampaian pesan dapat lebih mudah diterima oleh

masyarakat (Sobur, 2009: 127).

Representasi-representasi tersebut dituangkan

sedemikian rupa sehingga terlihat natural dan sistem-

sistem yang ada pada representasi adalah inti dari

ideologi-ideologi tertentu, film menuturkan ceritanya

dengan cara khusus. Kekhususan film adalah mediumnya, cara

pembuatannya dengan kamera dan pertunjukannya. “Sebuah

film pada dasarnya melibatkan bentuk-bentuk simbol visual

dan linguistik untuk mengkodekan pesan yang disampaikan”

(Sobur, 2009: 127).

Bahasa film mencakup kode-kode representasi yang

lebih halus, yang cukup dalam kompleksitas dari

penggambaran visual yang harfiah hingga simbol-simbol yang

paling abstrak dan arbiter serta metafora. Metafora visual

sering menyinggung objek-objek dan simbol-simbol dunia

nyata serta mengkonotasikan makna-makna sosial dan budaya.

33

Page 34: Ilmu Komunikasi. Semiotika

Tanda dan hubungan kemudian menjadi kata-kata kunci dalam

analisis semiotika. Bahasa dilucuti strukturnya dan

dianalisis dengan cara mempertalikan penggunaannya

beserta latar belakang penggunaan bahasa itu.

Usaha-usaha menggali makna teks harus dihubungkan

dengan aspek-aspek lain di luar bahasa itu sendiri atau

sering juga disebut sebagai konteks. Teks dan konteks

menjadi dua kata yang tak terpisahkan, keduanya membentuk

makna. Konteks menjadi penting dalam intratekstualitas dan

intertekstualitas. Intratekstualitas menunjuk pada tanda-

tanda lain dalam teks, sehingga produksi makna bergantung

pada bagaimana hubungan antar tanda dalam sebuah teks.

Sementara intertekstualitas menunjuk pada hubungan antar

teks alias teks yang satu dengan yang lain. Makna seringkali

tidak dapat dipahami kecuali dengan menghubungkan teks yang

satu dengan teks yang lain (Sobur, 200 9 :114).

34

Page 35: Ilmu Komunikasi. Semiotika

35