Top Banner
Ilmu Keperawatan Home Kumpulan Skripsi dan KTI Anda pengunjung yang ke: Join This Site Join On Twitter Hamster Join On Facebook Feed ILMU OBAT ANALGETIK BERDASARKAN FARMAKOLOGI Obat analgetik atau bahasa simpelnya adalah obat penghilang atau setidaknya mengurangi rasa nyeri pada tubuh. Dalam perkembangan ilmu Farmakologi (enaknya ditambahin kata ilmu walaupun sebenarnya istilah farmakologi sudah mencakup ilmu) obat analgetik ini terbagi pada dua kategori besar yakni Obat Analgetik Narkotik dan Obat Analgetik Non-Narkotik. Indikasi: Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi yaitu:
46

Ilmu Keperawatan.docx

Oct 22, 2015

Download

Documents

cweet_ichigo
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ilmu Keperawatan.docx

Ilmu Keperawatan Home Kumpulan Skripsi dan KTI

Anda pengunjung yang ke:

Join This Site

Join On Twitter

Hamster

Join On Facebook

Feed

ILMU OBAT ANALGETIK BERDASARKAN FARMAKOLOGI

Obat analgetik atau bahasa simpelnya adalah obat penghilang atau setidaknya mengurangi

rasa nyeri pada tubuh. Dalam perkembangan ilmu Farmakologi (enaknya ditambahin kata ilmu

walaupun sebenarnya istilah farmakologi sudah mencakup ilmu) obat analgetik ini terbagi pada

dua kategori besar yakni Obat Analgetik Narkotik dan Obat Analgetik Non-Narkotik.

Indikasi:

Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-antipiretik sangat dibatasi

yaitu:

- Nyeri akut hebat sesudah luka atau pembedahan.

- Nyeri karena tumor atau kolik.

- Nyeri hebat akut atau kronik bila analgesik lain tidak menolong.

- Demam tinggi yang tidak bisa diatasi antipiretik lain.

Page 2: Ilmu Keperawatan.docx

Memilih Obat Analgetika tanpa Resep

Obat analgetik adalah obat penghilang nyeri yang banyak digunakan untuk mengatasi sakit

kepala, demam,dan nyeri ringan. Obat-obat ini mudah diperoleh tanpa resep.Jika digunakan

dalam waktu singkat, obat-obat ini umumnya aman dan efektif. Tapi dengan banyaknya macam

obat analgetik yang tersedia di pasaran, harus dipilih obat yang optimal untuk pasien dalam

keadaan tertentu. Pemilihan tersebut harus mempertimbangkan keadaan pasien, penyakit dan

obat lain yang diminum dalam waktu bersamaan, keamanan, efisiensi, harga, dan tak ketinggalan

respons tubuh pasien terhadap terapi. Sebelum memilih obat penghilang nyeri yang tepat,

sebaiknya diketahui dulu apa yang disebut nyeri dan macam nyeri yang dapat disembuhkan

dengan analgetika.

Berdasarkan lokasi asalnya, nyeri dapat dikatagorikan menjadi beberapa kelas yaitu: nyeri

somatik, viseral, dan neuropatik. Nyeri somatik adalah nyeri yang berlokasi di sekitar otot atau

kulit, umumnya berada di permukaan tubuh. Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi di dalam

rongga dada atau rongga perut. Sedangkan nyeri neuropatik terjadi pada saluran saraf sensorik.

Kondisi yang menyebabkan nyeri viseral antara lain adalah iskemia (kekurangan darah) pada

organ atau jaringan tubuh (seperti pada penyakit angina ectoris/serangan jantung), kejang otot

perut, regangan fisik suatu organ, regangan pada usus, dan sebagainya yang semuanya terjadi di

dalam rongga perut atau dada. Tidak seperti nyeri somatik, nyeri viseral ini umumnya tidak dapat

dirasakan secara tepat lokasinya, kadang terasa seperti di berbagai tempat pada kulit atau otot,

tapi sebenarnya berada di dalam rongga badan.

Obat analgetika tanpa resep biasanya digunakan untuk nyeri akut dan sering juga digunakan

untuk terapi tambahan pada penyakit-penyakit kronik yang diikuti rasa nyeri. Namun belum

terbukti babhwa obat ini bisa menyembuhkan nyeri neuropatik.

Ada tiga kelas analgetik tanpa resep yang saat ini tersedia di pasaran, yaitu: golongan

parasetamol, golongan salisilat meliputi aspirin/asetilsalisilat, atrium salisilat, magnesium

salisilat, cholin salisilat; dan golongan turunan asam propionat seperti ibuprofen, naproxen, dan

ketoprofen.

Karena memiliki sifat farmakologis yang mirip, golongan salisilat dan turunan asam propionat

digolongkan sebagai obat anti inflamasi non-steroid (AINS). Obat-obat ini tersedia dalam

berbagai merek, termasuk sebagai obat generik, dan sering dikombinasikan dengan obat atau

bahan tambahan seperti kafein. Obat-obat ini juga banyak dijumpai dalam komposisi obat-obat

Page 3: Ilmu Keperawatan.docx

batuk, pilek dan flu.

Obat-obat AINS memiliki sifat analgetika (penghilang nyeri), antipiretika (turun panas), dan

antiinflamasi (anti bengkak/radang). Dengan dosis yang berbeda, dapat diperoleh efek yang

berbeda. Dosis untuk efek analgetika biasanya lebih rendah dibanding untuk antiinflamasi.

Perbandingan keampuhan

Obat-obat AINS juga lebih efektif untuk nyeri yang berkaitan dengan inflamasi (seperti nyeri

gigi, nyeri akibat sengatan matahari, dan gangguan rematik) jika digunakan dalam dosis untuk

antiinflamasi dosis. Parasetamol bahkan tidak memiliki efek antiinflamasi, hanya analgetika dan

antipiretik.

Ada beberapa kondisi kesehatan yang harus diperhatikan dalam pemilihan obat

analgetika, antara lain:

Gangguan ginjal.

Prostaglandin berperan dalam fungsi ginjal dan sistem darah. Risiko yang mungkin

terjadi adalah terjadinya gangguan elektrolit, kegagalan ginjal akut, gagal ginjal kronis, dan

nephropati. Risiko ini lebih banyak dijumpai pada penggunaan obat AINS nonsalisilat yang

lama. Pasien dengan gangguan ginjal sangat dianjurkan untuk berhati-hati dalam penggunaan

analgetika ini.

Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).

Penggunaan obat AINS dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan kontrol tekanan

darah pada pasien berpenyakit kardiovaskuler. Meskipun aspirin dosis rendah (50-325 mg per

hari) kini direkomendasikan untuk beberapa penyakit kardiovaskuler (iskemia akibat stroke,

infark jantung, dll), diperlukan pemantauan yang ketat dari dokter atau apoteker.

Diabetes melitus.

Pasien diabetes umumnya termasuk kelompok yang berisiko tinggi terhadap efek

samping penggunaan obat AINS, karena mereka mempunyai toleransi terhadap nyeri yang lebih

rendah dibandingkan orang normal, sehingga mereka umumnya membutuhkan analgetika lebih

banyak. Karena pasien diabetes umumnya juga berisiko tinggi terhadap penyakit ginjal fase

terminal, penggunaan obat analgetika harus hati-hati dan dimonitor oleh dokter atau petugas

kesehatan lainnya.

Gangguan saluran pencernaan.

Page 4: Ilmu Keperawatan.docx

Obat-obat AINS dapat menyebabkan komplikasi saluran pencernaan seperti dispepsia,

radang lambung, luka lambung, perdarahan lambung dan secara sistemik dengan penghambatan

sintesis protaglandin. Radang lambung adalah efek lokal yang dapat terjadi pada dosis rendah,

sedangkan perlukaan lambung biasanya terjadi akibat penghambatan prostaglandin secara

sistemik dan sering kali tanpa gejala sebelumnya.

Pasien yang berisiko tinggi terhadap komplikasi serius saluran cerna akibat AINS (seperti

luka lambung, perdarahan,).

adalah mereka yang punya riwayat gangguan lambung, yang berusia lebih dari 60 tahun,

dan mereka yang menggunakan secara bersamaan obat-obat lain seperti kortikosteroid,

antikoagulan dan nikotin. Faktor risiko tambahan antara lain adalah jika menggunakan aspirin

dan obat AINS lainnya dalam kombinasi, dan menggunakan aspirin dan obat AINS lainnya

dengan alkohol. Parasetamol merupakan pilihan yang paling aman untuk pasien dengan

gangguan saluran cerna.

Penyakit hati.

Walaupun relatif tidak banyak terjadi, efek samping pada hati berkisar dari ringan sampai

fatal dapat ditemui pada penggunaan analgetika. Salisilat bisa menyebabkan keracunan akut jika

konsentrasi obat dalam darah tinggi, terutama jika pasien telah memiliki gangguan fungsi hati

(seperti pada hepatitis) atau demam rematik. Pada peminum alkohol berat, risiko terjadinya

keracunan hati bisa meningkat dengan pemakaian parasetamol yang berlebihan.

Asma.

Kira-kira 20% pasien asma berpotensi terhadap risiko reaksi alergi (hipersensitif) setelah

penggunaan aspirin. Pasien yang mempunyai riwayat polip hidung atau rinitis, gatal-gatal, dan

alergi lain terhadap aspirin sebaiknya menghindari penggunaan obat tersebut. Natrium salisilat

dan parasetamol merupakan alternatif yang baik.

Gangguan penggumpalan darah.

Pasien dengan gangguan penggumpalan darah seperti hemofilia, trombositopenia, uremia dan

sirosis harus menghindari pemakaian obat AINS. Mereka yang berusia lanjut dan yang

mengkonsumsi alkohol secara reguler dan minum obat antikoagulan bisa mengalami pendarahan

yang lebih lama, karena itu harus berhati-hati dalam menggunakan obat AINS.Di antara semua

produk obat AINS, salisilat nonasetil merupakan pilihan karena tidak memiliki efek yang besar

Page 5: Ilmu Keperawatan.docx

terhadap fungsi platelet. Namun, parasetamol umumnya masih merupakan pilihan yang aman

untuk kondisi pasien dengan gangguan penggumpalan darah.

Kelebihan asam urat.

Banyak pasien rematik/gout menggunakan analgetik untuk menghilangkan nyeri. Salisilat pada

dosis harian sebesar 1-2 gram menghambat pengeluaran asam urat melalui ginjal dan akibatnya

meningkatkan konsentrasi urat pada plasma darah yang dapat memperparah kondisi. Pada bayi

dan anak-anak, keamanan dan efektifitas obat analgetika tergantung pada dosis yang tepat.

Idealnya, dosis dihitung berdasarkan pada berat badan, dan obat harus diberikan dengan cara

yang tepat agar semua obat bisa terminum, karena anak kecil umumnya sulit untuk anak sesuai

dengan umurnya.

Bahaya Obat Analgetik dan Antipiretik

Untuk mengatasi demam dan nyeri digunakan obat yang dikenal dengan analgetik dan

antipiretik. Obat Analgetik dan Antipiretik  memiliki mekanisme kerja yang sama. Para ahli

menggolongkannya dalam satu kelompok obat, karena memiliki fungsi yang sama hanya saja

susunanya berbeda. Mekanisme kerja obat analgetik dan antiperetik adalah untuk menghambat

kerja enzim siklookcygenasi (COX), Enzim yang berperan dalam mengubah asam arakhidonat

menjadi prostaglandin.

Efek Samping

Gangguan Saluran Cerna.

Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan melindungi saluran

cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan

cairan(mukus) sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam

lambung yang bisa merusak.

Gangguan Hati( hepar).

Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk penderita

gangguan hati disarankan mengganti dengan obat lain.

Gangguan Ginjal.

Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena

prostaglandin berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan

homeostasis.

Reaksi Alergi.

Page 6: Ilmu Keperawatan.docx

Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa rinitis

vasomotor, asma bronkial hingga mengakibatkan syok.

Saran Penggunaan

     Perhatikan zat aktif obat

     Waspadai jika sedang menggunakan obat lain.

     Penderita penyakit maag, gangguan hati dan gangguan ginjal sebaiknya berkonsultasi dengan

dokter

     Perhatikan Lama Penggunaan

Analgetik Kuat dan Lemah

Analgetik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf secara selektif.

Digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetik bekerja

dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Berdasarkan mekanisme kerja pada

tingkat molekul, analgetik dibagi menjadi dua golongan yaitu analgetik narkotik dan analgetik

non-narkotik

1. Analgetik Narkotik

Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin.

Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama

digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang

ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Obat

Analgetik Narkotik ini biasanya khusus digunakan untuk mengahalau rasa nyeri hebat, seperti

pada kasus patah tulang dan penyakit kanker kronis.

Aktivitas analgetik narkotik jauh lebih besar dibandingkan golongan analgetik non-narkotik,

sehingga disebut juga analgetik kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euphoria

sehingga banyak disalahgunakan. Pemberian obat secara terus-menerus menimbulkan

ketergantungan fisik dan mental atau kecanduan, dan efek ini terjadi secara cepat. Penghentian

pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom abstinence atau gejala withdrawal.

Sedangkan kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.

Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel

dalam otak dan spinal cord. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euphoria dan rasa

mengantuk.Berdasarkan struktur kimianya, analgetik narkotik dibagi menjadi 4 kelompok :

Page 7: Ilmu Keperawatan.docx

1. TurunanMorfin

Contoh : morfin, kodein, dan heroin. Kodein memiliki efek analgetik yang lebih rendah daripada

morfin, namun mempunyai efek antibatuk yang kuat, dan tidak menyebabkan kecanduan.

Sedangkan heroin memiliki efek analgetik dan euphoria yang lebih tinggi daripada morfin,

sehingga sering disalahgunakan. Heroin menyebabkan kecanduan dan digolongkan ke dalam

obat terlarang.

Codein (kodein)

Golongan Sediaan Penyakit/indikasi Alasan penggunaan

Penghilang nyeri

golongan opioid

(analgesik opioid)

Tablet: 30 mg

(fosfat)

Penghilang nyeri

opioid potensi rendah

untuk nyeri rignan

samapi sedang

Indikasi:

Nyeri ringan sampai sedang

Kontraindikasi :

Depresi napas, penyakit paru obstruktif, serangan asma akut

Perhatian :

Gangguan hati dan ginjal; ketergantungan; kehamilan; menyusui; overdosis

Kehamilan dan meyusui :

Kehamilan :

     Trimester 3 : menekan pernapasan neonates; efek putus obat pada neonates dengan ibu yang

tergantung obat; risiko henti kerja lambung dan aspirasi pneumonia pada ibu selama persalinan

Menyusui :

     Jumlah terlalu sedikit untuk berbahaya; namun ibu memiliki keberagaman dalam memetabolisme

codein- risiko overdosis morfin pada bayi

Interaksi : opioid analgesik

Alkohol Meningkatkan efek hipotensif dan sedasi saat opioid analgesik

diberikan bersama alkohol

Antibakterial Kadar alfentanil dalam darah ditingkatkan oleh eritromisin;

Page 8: Ilmu Keperawatan.docx

hindari premedikasi dengan opioid anlagesik disarankan oleh

pabrik ciprofloxacin, mengurangi kadar ciprofloxacin dalam

darah saat ciprofloxacin sebagai antibiotik profilaksis;

rifampicin meingkatkan metabolism metadon, mengurangi efek

Antikoagulan Tramadol meningkatkan efek antikoagulan koumarin;

dextropropoxyphene mungkin meningkatkan efek antikoagulan

koumarin

Antidepresan Kadar konsentrasi metadon dalam darah mungkin ditingkatkan

fluvoxamin; mungkin meningkatkan efek serotoninergik saat

petidin atau tramadol diberikan dengan duloxetine; mungkin

eksitasi atau depresi system saraf pusat-SSP (hipertensi atau

hipotensi) saat opioid alanlgesik diberikan dengan MAOI,

hindari penggunaan bersama dan 2 minggu setelah berhenti

MAOI; eksitasi atau depresi SSP (hipertensi atau hipotensi) saat

petidin diberikan dengan MAOI, hindari penggunaan bersama

dan 2 minggu setelah berhenti MAOI; mungkin eksitasi SSP

atau depresi (hipertensi atau hipotensi) saat opioid analgesik

diberikan dengan meclobemide; mungkin eksitasi SSP atau

depresi (hipertensi atau hipotensi) saat dextrometorphan atau

petidin  diberikan dengan meclobemide, hindari penggunaan

bersama; menignkatkan risiko toksisitas SSP saat tramadol

diberikan dengan SSRI atau trisiklik; efek sedasi mungkin

meningkat saat analgesik opioid diberikan dengan trisiklik

Antiepilepsi Kadar metadon dalam darah diturunkan oleh carbamazepin;

dextropropoxyphen meningkatkan efek carbamazepin; efek

tramadol diturunkan oleh carbamazepin; fenitoin meningkatkan

metabolism metadon, mengurangi efek dan risiko reaksi putus

obat

Antijamur Ketokonazol menghambat metabolism buprenorphin, kurangi

dosis buprenorphin; metabolism fentanil dihambat oleh

flukonazol, risiko depresi napas lebih lama atau lebih lambat

Page 9: Ilmu Keperawatan.docx

muncul; kadar fentanil dalam darah mungkin ditingkatkan oleh

flukonazol dan itrakonazol; vorikonazol meningkatkan kadar

alfentanil dan metadon dalam darah, pertimbangkan

menurunkan dosis alfentanil dan metadon

Antihistamin Efek sedasi mungkin meningkat saat analgesik opioid diberikan

dengan antihistamin sedative

Antipsikotik Meningkatkan efek sedasi dan hipotensi saat analgesik opioid

diberikan dengan antipsikotik; meningkatkan risiko kejang saat

tramadol diberikan dengan antipsikotik

Antiviral Kadar metadon mungkin diturunkan oleh abacavir dan

nevirapin; kadar metadon dalam darah diturunkan oleh

efavirenz, fosemprenavir, melfinavir, dan ritonavir; ritonavir

meningkatkan kadar dextropropoxyphen, ririko toksisitas hindari

penggunaan bersama; kadar buprenorphin dalam darah mungkin

ditingkatkan oleh ritonavir;kadar petidin dalam darah dikurangi

oleh ritonavir, tetapi kadar metabolit toksik petidin dalam darah

meningkat, hindari penggunaan bersamaan; ritonavir mungkin

mengurangi kadar morfin dalam darah, meningkatkan kadar

fentanil dalam darah; metadon mungkin meningkatkan kadar

zidovudin dalam darah

Ansiolitik dan

hipnotik

mengingkatkan efek sedasi saat analgesik opioid diberikan

dengan ansiolitik dan hipnotik

Atomoxetine Meningkatkan risiko aritmia ventricular saat metadon diberikan

dengan atomoxetine; mungkin meningkatkan risiko kejang saat

tramadol diberikan dengan atomoxetine

Penyekat beta Morfin mungkin meningkatkan kadar esmolol dalam darah

Penyekat kanal

kalsium

Metabolism alfentanil dihambat oleh diltiazem, risiko depresi

napas lebih lama atau terlambat untuk muncul

Domperidone Analgesik opioid melawan efek domperidon pada kerja saluran

cerna

Dopaminergik Risiko toksisitas SSP saat petidin diberikan dengan rasagiline,

Page 10: Ilmu Keperawatan.docx

hindari petidin 2 minggu setelah rasagiline; hindari penggunaan

bersama dextrometorphan dengan rasagiline; hiperpireksia dan

toksisitas SSP dilaporkan saat petidin diberikan dengan

selegiline, hindari penggunaan bersama; perhatian dengan

tramadol disarankan pabrik selegiline

5HT3 antagonis Efek tramadol mungkin dilawan oleh ondansetron

Memantine Meningkatkan risiko toksisitas SSP saat dextrometorphan

diberikan dengan memantine (pabrik memantine menyarankan

penghindaran pemakaian bersama)

Metoclopramide Analgesik opioid melawan efek metoclopramide pada efek

saluran cerna

Obat untuk ulkus Metabolism analgesik opioid dihambat oleh cimetidine,

mengingkatkan kadar dalam darah

Dosis :

Nyeri ringan sampai sedang, per oral, DEWASA 30-60 mg tiap 4 jam bila perlu,

maksimal 240mg/hari; ANAK 1-12 tahun, 0.5-1 mg/kg tiap 4-6 jam bila perlu; maksimal 240 mg

sehari

Cara pelarutan dan pemberian :

Efek yang tidak diinginkan :

Konstipasi bis menyulitkan pada penggunaan jangka panjang; pusing, mual, muntah;

kesulitan BAK; spasme ureter atau saluran empedu; mulut kering, sakit kepala, berkeringat,

pelebaran pembuluh darah di wajah; pada dosis terapi, kodein lebih rendah kemungkinan

darpada morfin untuk menyebabkan toleransi, ketergantungan, euphoria, sedasi atau efek yang

tidak diinginkan lainnya

 Kodein suatu golongan opium alam yang banyak digunakan di Amerika Serikat. Nama

lain obat satu ini adalah methylmorphine. Dinamakan seperti itu karena kodein diperoleh dari

morfin yang melalui proses metilasi.

ternyata kodein merupakan prodrug. Berdasarkan apoteker di saluran pencernaan kodein akan

diubah menjadi bentuk aktifnya, yaitu morfin (5-10%) dan sisanya akan menjadi bentuk bebas

atau terkonjugasi dan membentuk kodein-6-glukoronida (70%), norkodeina (10%), hidromorfona

(1%). Kodein merangsang reseptor dalam SSP maka dapat menekan refleks batuk.

Page 11: Ilmu Keperawatan.docx

Sediaan yang dijual di pasaran dalam bentuk tablet dan cairan. Data dari

medicatheraphy.com bahwa dosis untuk obat batuk untuk dewasa 10-20 mg PO tiap 4-6 jam

(maksimum 120 mg / hari).Untuk anak-anak (6-12 tahun): 5-10 mg PO tiap 4-6 jam (maksimum

60 mg / hari). Sedangkan anak-anak (2-6 tahun): 2,5-5 mg PO tiap 4-6

jam(maksimum30mg/hari).

Alkaloid yang tersebar luas ini umumnya sering dikombinasi dengan obat-obat lainnya. Kodein

sebagai penawar rasa sakit dapat digabung dengan aspirin atau asetominophen (Tylenol).

Sedangkan kodein cair sebagai penawar sakit batuk (antitussif) menggunakan Robitussin AC,

cheracol, dan elixer terpen hidrat .

efek samping, yaitu euforia, gatal, mual, muntah, mengantuk, mulut kering, miosis, hipotensi

ortostatik, retensi urin, depresi dan sembelit . Serta bagi beberapa orang yang alergi dapat

menyebabkan ruam.asalkan pemakaian sesuai dengan dosis yang dianjurkan dan tidak digunakan

dalam jangka waktu yang panjang, maka kodein tidak akan berbahaya.

Obat Valium Punya Cara Kerja yang Sama

dengan Heroin

Geneva, Peneliti berhasil mengetahui cara kerja valium dalam otak. Valium, zat kimia

yang biasa dipakai sebagai obat penenang ternyata punya cara kerja yang sama dengan heroin

atau morfin pada otak. Itulah yang menyebabkan orang yang mengonsumsi obat ini menjadi

ketergantungan.

Diazpam atau yang lebih dikenal sebagai valium akan meningkatkan level hormon dopamin di

otak, sama halnya dengan obat-obatan yang bikin kecanduan. Penemuan yang dipublikasikan

dalam Journal Nature ini membantu menjelaskan mengapa beberapa orang selalu ingin

mengonsumsi obat itu lagi dan lagi.

Diazepam adalah obat yang dibuat oleh perusahaan farmasi asal Swiss, yaitu Hoffmann-La

Roche pada tahun 1963. Diazepam yang masih berada dalam satu grup dengan obat

benzodiazepines menjadi obat yang populer di kalangan pecandu karena dianggap sebagai heroin

yang murah.

Dr Christian Luscher dan rekannya dari University of Geneva mengatakan, sebuah zat kimia

Page 12: Ilmu Keperawatan.docx

yang disebut GABA (gamma aminobutyric acid) akan diproduksi dalam otak ketika seseorang

mengonsumsi obat diazepam (valium). Zat tersebut akan meningkatkan level hormon dopamin

dalam otak dan membuat seseorang merasa lebih tenang dan nyaman.

Hal itu juga yang terjadi pada para pecandu heroin atau morfinNamun efek kecanduan tersebut

tergantung kemampuan mengikat reseptor GABA yang disebut dengan subunit. Jadi beberapa

obat dari golongan benzodiazepines lainnya yang tidak mengikat reseptor itu tidak akan

membuat kecanduan.

Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam, penghentian diazepam secara

tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual, muntah, rasa melayang,

berkeringat, cemas, atau lelah).

Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap

dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

Diazepam (valium) paling banyak digunakan untuk mengobati penyakit insomnia, gelisah,

kejang-kejang dan lainnya. Meski demikian, baik benzodiazepines yang ada saat ini dan

benzodiazepines baru akan sama-sama memiliki efek candu. Oleh karena itu obat baru tanpa efek

candu perlu dikembangkan lagi.

Obat Diazepam (Valium)

Diazepam adalah obat anti cemas dari golongan benzodiazepin, satu golongan dengan

alprazolam (Xanax), klonazepam, lorazepam, flurazepam, dll.

Diazepam dan benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma

aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh

sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat aktifitas di otak. Diyakini bahwa

aktifitas otak yang berlebihan dapat menyebabkan kecemasan dan gangguan jiwa lainnya.

Diazepam tidak boleh dijual bebas, tetapi harus melalui resep dokter.

Efek samping diazepam yang paling sering adalah mengantuk, lelah, dan ataksia

(kehilangan keseimbangan). Walaupun jarang, diazepam dapat menyebabkan reaksi

paradoksikal, kejang otot, kurang tidur, dan mudah tersinggung. Bingung, depresi, gangguan

berbicara, dan penglihatan ganda juga merupakan efek yang jarang dari diazepam.

Diazepam dapat menyebabkan ketergantungan, terutama jika digunakan dalam dosis tinggi dan

dalam jangka waktu lama. Pada orang yang mempunyai ketergantungan terhadap diazepam,

penghentian diazepam secara tiba-tiba dapat menimbulkan sakau (sulit tidur, sakit kepala, mual,

Page 13: Ilmu Keperawatan.docx

muntah, rasa melayang, berkeringat, cemas, atau lelah). Bahkan pada kasus yang lebih berat,

dapat timbul kejang.

Oleh karena itu, setelah penggunaan yang lama, diazepam sebaiknya dihentikan secara bertahap,

dan sebaiknya di bawah pengawasan dokter.

2. TurunanMeperidin

Contoh : petidin dan loperamid. Petidin mempunyai efek analgetik antara morfin dan

kodein,sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena mempunyai efek analgetik

seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan. Sedangkan loperamid mempunyai

efek langsung terhadap otot longitudinal dan sirkular usus, sehingga digunakan sebagai

konstipan pada kasus diare akut dan kronis.

Penggunaan Antimotilitas (Loperamid ) pada Diare Akut Akibat Infeksi

Di Indonesia penyakit diare merupakan penyakit endemis dan tahunan yang biasa menyerang

ketika musim hujan tiba. Hal ini disebabkan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan

kebersihan lingkungan disekitarnya sehingga ketika ada salah satu warga terkena diare akan

menyebar ke warga yang lain.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24

jam, yang berlangsung kurang atau paling lama 15 hari. Definisi lain memakai kriteria frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa

disertai lendir dan darah. Diare terbagi menjadi 2 berdasarkan mula dan lamanya yaitu diare akut

dan diare kronik. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-90% air, pada diare airnya bisa

mencapai lebih dari 90%.

Diare akut adalah diare yang waktu terjadinya gejala tiba-tiba dan berlangsung singkat (<

48-72 jam) disebabkan oleh infeksi (virus dan bakteri), keracunan makanan atau obat, sedang

diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu (orang dewasa) sedangkan pada

bayi dan anak 2 minggu, merupakan fase lanjut dari diare akut. Bakteri penyebab diare antara

lain: Shigella, Salmonella, Campylobacter, Staphylococcus, V. cholerae serta E. Coli (ETEC dan

EIEC), sedangkan virus antara lain: Adenovirus dan Rotavirus.

Secara klinis diare akut karena infeksi dibagi menjadi 2 golongan.

Pertama, koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.

Page 14: Ilmu Keperawatan.docx

Kedua, disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

Pasien dengan diare akut akibat infeksi akan sering mengalami mual, muntah, nyeri perut, dan

demam. Kekurangan cairan akan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang

pipi menonjol, kulit menjadi keriput serta suara menjadi serak.

Obat ini tidak boleh diberikan pada anak di bawah usia 2 tahun, karena fungsi hatinya

belum berkembang dengan sempurna untuk dapat menguraikan obat ini, begitu pula untuk pasien

dengan penyakit hati hati disarankan tidak menggunakan obat ini.

Loperamide dapat dikombinasikan dengan antibiotika (amoksisilin, fluoroquinolon,

kotrimoksazol) untuk semua diare akibat infeksi bakteri atau virus kecuali infeksi Shigella,

Salmonella, dan kolitis pseudomembran karena akan memperburuk diare yang diakibatkan

bakteri enteroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dan epitel usus.

Disamping itu loperamide juga tidak berinteraksi dengan antibiotika-antibiotika tersebut.

Obat pilihan :

Nama generik : Loperamide HCl

Nama paten (Janssen-Cilag): Imodium

Nama dagang Indonesia : Alphamid (Alpharma), Amerol (Tempo), Antidia (Bernofarm),

Colidium (Solas), Diadium (Lapi), Imomed (Medikon), Imore

(Soho), Inamid (Nufarindo), Loremid (Meprofarm), Motilex

(Kalbe Farma), Normudal (Combiphar), Renamid (Fahrenheit).

Indikasi : untuk pengobatan diare akut dan diare kronik

Kontraindikasi : hipersensitivitas dengan loperamid, hambatan peristaltik, bayi

dan anak < 2 tahun, hindari penggunaan sebagai terapi utama

untuk disentri akut, ulseratif kolitis akut, bacterial enterocolitis

dan kolitis pseudomembran.

Bentuk sediaan : kaplet dan tablet salut selaput 2 mg.

Dosis dan aturan pakai : anak-anak : – diare akut maksimal 16 mg per hari

2-5 tahun (13-20 kg) : 1 mg 3 kali per hari

6-8 tahun (20-30 kg) : 2 mg 2 kali per hari

8-12 tahun (> 30 kg) : 2 mg 3 kali per hari

pemeliharaan : 0,1 mg/kg BB sesudah BAB

- diare kronis maksimal 4-12 mg per hari

Page 15: Ilmu Keperawatan.docx

< 5 tahun : 1 mg 4 kali per hari

> 5 tahun : 2 mg 4 kali per hari

pemeliharaan : 2 mg per hari sesudah BAB

dewasa : – diare akut, dosis awal 4 mg diikuti 2 mg

sesudah BAB maksimal 16 mg/hari,

- diare kronis dosis awal seperti diare akut

diikuti 4-8 mg/hari sesudah BAB maksimal

16 mg/hari.

Efek samping : nyeri abdominal (perut), mual, muntah, mulut kering,mengantuk, pusing, ruam kulit, dan

megakolon toksik.

Resiko khusus : pada pasien yang sedang hamil pada trimester pertama resikopenggunaan obat ini adalah

termasuk kategori C, di manapenelitian pada wanita (manusia) belum tersedia. Tidak

direkomedasikan untuk wanita menyusui karena loperamid dapat masuk ke jaringan payudara

(susu).Tidak boleh untuk pasien dengan kolitis ulserativ parah, karenamegakolon toksik dapat

terjadi.

Loperamid

nama dagang

- Amerol - Antidia - Colidium - Diadium

- Diasec - Imodium - Imomed - Imore

- Imosa - Inamid - Lexadium - Lodia

- Loremid - Motilex - Normotil - Normudal

- Opox - Oramide - Primodium - Renamid

- Xepare - Zeroform - Alphamid

dosis

Dosis dewasa :

Diare akut : dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap diare berikutnya sampai

dengan 5 hari; dosis lazim 6-8 mg per hari, maksimum 16 mg per hari. Bila diare akut tidak

sembuh / tidak ada perbaikan dalam waktu 2 hari,sebaiknya pemakaian obat dihentikan.

Diare kronis : dosis awal 4 mg per oral, dilanjutkan dengan 2 mg setiap diare hingga diare

terkendali, maksimum 16 mg per hari. Dosis rata-rata untuk pemeliharaan : titasi dosis sesuai

Page 16: Ilmu Keperawatan.docx

kebutuhan individu, dosis rata-rata per hari 4-8 mg per oral diminum sebagai dosis tunggal

ataupun terbagi, maksimum 16 mg per hari. Jika tidak ada perbaikan dalam waktu 10 hari

dengan pemberian 16 mg per hari, pemakaian obat dihentikan.

Dosis anak-anak :

Diare akut : usia 2-6 tahun (13–20 kg) : 1 mg per oral tiga kali sehari; usia 6–8 tahun (20–30

kg) : 2 mg per oral dua kali sehari; usia 8–12 tahun (> 30 kg) : 2 mg per oral tiga kali sehari.

Diare kronis : dosis terapeutik pada anak-anak belum ditetapkan / tidak diijinkan untuk diare

kronis pada anak-anak4, tetapi dosis 0,08-0,24 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis terbagi telah

digunakan.

Di Inggris, tidak diijinkan untuk digunakan pada anak-anak di bawah usia 4 tahun, sedangkan di

Amerika, tidak diijinkan pada anak-anak di bawah usia 2 tahun.

indikasi

Pengobatan simptomatik diare akut; terapi tambahan untuk rehidrasi dalam diare akut pada

dewasa dan anak-anak di atas 4 tahun; diare kronis khusus untuk dewasa.

kontraindikasi

Hipersensitivitas terhadap Loperamid. Nyeri abdominal tanpa adanya diare. Tidak boleh

diberikan pada kondisi dimana hambatan peristaltik harus dihindari, terutama pada kondisi ileus

atau konstipasi. Loperamid tidak boleh digunakan sebagai terapi utama pada kondisi:

(i) bacterial enterocolitis, yang antara lain disebabkan oleh organisme Salmonella, Shigella, dan

Camphylobacter;

(ii) disentri akut;

(iii) Ulcerative colitis akut;

(iv) Pseudomembranous colitis yang berhubungan dengan penggunaan antibiotik spektrum luas.

Bayi / anak-anak di bawah 2 tahun.

efek samping

Nyeri abdominal, mual, muntah, konstipasi, mulut kering, pusing, sakit kepala, reaksi kulit

seperti kemerahan dan gatal, rasa lelah (fatigue)

interaksi

Dengan Obat Lain :

Loperamid meningkatkan absorpsi gastrointestinal Desmopressin. Interaksi major : Saquinavir

(probable). Interaksi moderate : Gemfibrozil (established), Itraconazole (established).

Page 17: Ilmu Keperawatan.docx

Dengan Makanan :  -

mekanisme kerja

Loperamid merupakan turunan sintetis Pethidine yang dapat menghambat motilitas usus dan juga

mengurangi sekresi gastrointestinal.6 Loperamid diyakini bekerja dengan cara mengganggu

mekanisme kolinergik dan non kolinergik yang terlibat dalam refleks peristaltik, menurunkan

aktivitas otot circular dan longitudinal pada dinding usus.

bentuk sediaan

Kapsul 2 mg, Film Coated Tablet/Tablet 2 mg, Kaplet 2 mg

parameter monitoring

Perbaikan dalam konsistensi feses dan frekuensi defekasi. Pada terapi jangka panjang, perlu

ditentukan status cairan dan elektrolit secara periodik. Nyeri abdomen, mual, konstipasi.

Toksisitas SSP (Sistem Saraf Pusat) pada pasien dengan gangguan hati.

stabilitas penyimpanan

Disimpan pada suhu kamar, dalam wadah  tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Larutan oral

stabil pada pH 2,1-9,7. Disarankan agar larutan oral tidak dicampur dengan atau diencerkan

dengan pelarut / solven lainnya.

informasi pasien

Penggantian cairan dan elektrolit sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan, terutama pada kasus

diare berat. Pasien diminta untuk memeriksakan diri ke dokter jika selama 2 hari pemakaian

Loperamid masih mengalami diare atau gejala bertambah buruk, timbul demam, pembengkakan

perut.

3. TurunanMetadon

Contoh : metadon. Metadon mempunyai aktivitas analgetik 2 kali morfin dan 10 kali petidin.

Seperti petidin, metadon sering digunakan untuk pengobatan kecanduan morfin karena

mempunyai efek analgetik seperti morfin namun tidak menyebabkan ketergantungan.

Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi

tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada program

pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh pecandu dengan

obat lain yang lebih aman.

Efek Samping :

Page 18: Ilmu Keperawatan.docx

Walaupun metadon biasanya ditoleransi dengan baik, kadang klien mengalami efek samping:

• mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah

beberapa hari

sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu

• keringat: dapat muncul sebagai efek samping

• amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur

• libido: metadon dapat menurunkan gairah seksual

• kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran

Metadon Berinteraksi dengan Obat Lain.

Tetapi beberapa obat dapat mempengaruhi efek metadon. Jadi petugas klinik metadon

seharusnya selalu memantau penggunaan obat lain oleh kliennya. Bila setelah mulai memakai

obat lain klien mengalami sakaw atau sedasi, sebaiknya takaran metadon disesuaikan.

Sebaliknya, setelah obat tersebut dihentikan, takaran metadon harus disesuaikan lagi.

Garis Dasar

Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai untuk mengganti heroin. Terapi rumatan

metadon merupakan program harm reduction atau pengurangan dampak buruk penularan

HIV/AIDS melalui penggunaan narkotik suntik.

Karena ada interaksi antara metadon dengan beberapa obat yang dipakai oleh Odha (Orang

dengan HIV AIDs), petugas klinik metadon harus mengetahui bila klien mulai memakai obat

baru, atau berhenti memakainya, agar takaran metadon dapat disesuaikan bila dibutuhkan.

Obat Metadon

Asma

Air Bersih

Boraks berbahaya bila digunakan untuk makanan

SINONIM BORAKS : Natrium biborat, Natrium piroborat, Natrium tetraborat. Nama dipasaran

dikenal dengan nama pijer,Uyah Bleng (sunda), Bleng dan Air Ki. Warnanya putih dan larut

Page 19: Ilmu Keperawatan.docx

dalam air. Penggunaan boraks hanya untuk bahan solder,bahan pembersih, pengawet kayu, anti

septik kayu dan pengontrol kecoa

Formalin

Tujuannya untuk mengawetkan makanan agar tidak cepat basi. Makanan yang tidak terjual dapat

bertahan lebih lama sehingga kerugian yang fatal bisa dihindari. Namun entah disadari atau tidak

bahaya mengancam konsumen seperti muntah muntah sampai yang lebih fatal yaitu kematian.

Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang serius,

karena sampai dengan tahun 2008 angka kesakitan DBD terus meningkat.

Jumlah kasus DBD perhari 374 kasus. Jumlah kemataian DBD cukup tinggi

dibanding angka kematian penyakit lain, pada tahun 2008 dilaporkan 1.170

orang meninggal karena DBD, setiap hari penderita meninggal karena DBD 3-4

orang.

Rabies

Rabies (Penyakit Anjing Gila) merupakan suatu penyakit endemic hampir diseluruh dunia

termasuk Indonesia. Penyakit Rabies di Indonesia ditemukan baik dikota, maupun di pedesaan

dengan sumber penularan utama anjing, kucing dan kera, hewan piaraan yang sangat erat

hubunhgannya dengan manusia. Penyakit ini sebenarnya merupakan penyakit hewan, tetapi

kadang kadang ditularkan pada manusia melalui gigitan binatang.

4. Turunan Lain-lain

Contoh : tramadol. Tramadol merupakan analgetik kuat dengan aktivitas 0,1 – 0,2 kali morfin.

Meskipun efeknya melalui reseptor opiat, tramadol tidak menyebabkan depresi pernapasan.

TRAMADOL

Indikasi :

TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang sedang hingga berat,

seperti tersebut di bawah ini:

Page 20: Ilmu Keperawatan.docx

- Nyeri akut dan kronik yang berat.

- Nyeri pasca bedah.

Kontra indikasi :

Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat yang mempengaruhi SSP

lainnya.Penderita yang mendapat pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO).

Penderita yang hipersensitif terhadap TRAMADOL.

Komposisi :

Tiap kapsul mengandung:

Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg

Cara kerja obat :

TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.

TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga

menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di samping itu TRAMADOL

menghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap

rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.

Efek samping :

Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek samping yang dapat terjadi:

mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah, sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan,

mulut kering dan sakit kepala.

Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai sekarang terbukti insidens

ketergantungan setelah penggunaan TRAMADOL, ringan.

Perhatian :

Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan intrakranial,

gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus; karena dapat

meningkatkan resiko kejang atau syok.

Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan

obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan. TRAMADOL tidak

boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun termasuk agonis opiat,

TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat pemberian morfin. TRAMADOL

sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar diperlukan.

0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).TRAMADOL dapat mengurangi

Page 21: Ilmu Keperawatan.docx

kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan mengemudikan kendaraan ataupun

mengoperasikan mesin.

Lama pengobatan :

Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu dokter

harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama daripada yang

diperlukan.

Interaksi obat :

Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja pada SSP (seperti:

tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek sedasinya.

Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat meningkatkan efek

analgesiknya.

Dosis :

Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan beratnya rasa sakit dan

respon klinis dari penderita.

Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:

Dosis tunggal: 1 kapsul.

Dosis perhari: hingga 8 kapsul.

Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1 kapsul TRAMADOL lagi,

setalah selang waktu 30 - 60 menit.

Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu dilakukan penyesuaian dosis.

Kemasan :

Dus isi 5 strip @ 10 kapsul.

Penyimpanan :

Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Jenis : kapsul

Produsen : PT Sanbe Farma

2. Obat Analgetik Non-Narkotik

Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah

Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat

Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa

Page 22: Ilmu Keperawatan.docx

berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat

kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan

efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis

Analgetik Narkotik).

Analgetik non-narkotik digunakan untuk mengurangi rasa sakit yang ringan sampai moderat,

sehingga sering disebut analgetik ringan. Analgetik non-narkotik bekerja menghambat enzim

siklooksigenase dalam rangka menekan sintesis prostaglandin yang berperan dalam stimulus

nyeri dan demam. Karena itu kebanyakan analgetik non-narkotik juga bekerja antipiretik.

Beberapa golongan analgetik non-narkotik antara lain sebagai berikut.

1.      Turunan Anilin dan Para-aminofenol. Contoh : asetaminofen (analgetik dan antipiretik)

PANADOL EKSTRA

      Indikasi :

Untuk meringankan sakit kepala: migraine (sakit kepala sebelah)

Kontra Indikasi:

Pada penderita yang hipersensiitif terhadap acetaminophen dan caffeine, pada penderita dengan

gangguan fungsi hati, reaksi sensitivitas jarang terjadi diawali dengan reaksi dermatologis seperti

urtikarea, eritema, atau erupsi.

Komposisi:

Setiap kaplet mengandung acetaminophen 400 mg dan caffein 65 mg

Cara Kerja Obat:

Acetaminophen berkhasiat analgesik, yang timbul karena efek depresi selektif terhadap alat

persepsi rasa sakit pada telamus dan hipotalamus disusunan saraf pusat. Aktifitas analgesiknya

sebading dengan acetosal.

Caffeine merupakan stimulansistem syaraf pusat yang dapat memperlihatkan sifat-sifat tertentu

seperti stimulasi jantung, diuretik, dan relaksasi otot polos.

Kombinasi acetaminophen-caffeine dapat meningkatkan efikasi analgesik.

Panadol Extra merupakan suatu produk non acetosal yang dirancang untuk memberikan efek

peredaan nyeri.

Page 23: Ilmu Keperawatan.docx

Efek Samping:

Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.

Perhatian:

      Panadol Extra jarang menghasilkan efek samping. Biasnya ditoleransi dengan baik oleh pasien

yang sensitif dengan acetosal.

      Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak.

      Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui menurut nasihat dokter.,/li>

Hentikan penggunaan obat ini bila rasa sakit menetap lebih dari 5 hari, harap konsultasi ke

dokter.

      Selama minum obat ini, minumlah sedikit mungkin cola yang mengandung caffein, (misal: kopi,

teh, cola), sebab caffein yang terlalu banyak mungkin menyebabkan gelisah, iritabilitas, sukar

tidur dan jantung berdebar.

      Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan, karena dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.

      Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.

Dosis dan Aturan Pakai:

Dosis yang dianjurkan adalah 1 - 2 kaplet ditelan dengan air, 3 atau 4 kali sehari bila gejala

membandel.

Jangan lebih dari 8 kaplet selama 24 jam.

Jangan diberikan pada anak-anak di bawah 12 tahun kecuali di bawah pengawasan dokter.

Penyimpanan:

Simpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang kering dan di bawah 30 derajat C.

Jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Glaxo Smith Kline

TEMPRA

Kandungan asetaminofen dalam beberapa jenis sediaan obat dan kekuatannya:

Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg, 125 mg, 300

mg, 600 mg

- Tablet kunyah : 80 mg

- Kekuatan normal : 325 mg

Page 24: Ilmu Keperawatan.docx

- Kekuatan ekstra : 500 mg

- Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh

- Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh

- Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL

Asetaminofen adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah

besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi dapat

menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu zat racun yang

dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak yang belum mencapai masa puber,

jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun, overdosis asetaminofen

bisa menyebakban kerusakan hati.

Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:

1.  Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampak gejala

2. Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati

tidak berfungsi secara normal

3. Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa

hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati

4. Stadium IV (setelah 5 hari) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.

Gejalanya lainnya yang mungkin ditemukan:

- berkeringat

- kejang

- nyeri atau pembengkakan di daerah lambung

- nyeri atau pembengkakan di perut bagian atas

- diare

- nafsu makan berkurang

- mual dan/atau muntah

- rewel

- koma.

Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi asetaminofen.

KERACUNAN ASETAMIFON

Lebih dari 100 jenis produk yang mengandung asetaminofen bisa dibeli secara bebas, tanpa resep

dokter. Sediaan untuk anak-anak tersedia dalam bentuk sirup, tablet dan kapsul.

Page 25: Ilmu Keperawatan.docx

- Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut: Tylenol

- Anacin-3

- Liquiprin

- Panadol

2.      Turunan 5-pirazolon. Contoh : metamizol (analgetik dan antipiretik)

3.      Turunan Asam Salisilat. Contoh : asetosal (analgetik, antipiretik, antiradang)

PARASETAMOL

Indikasi:

Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.

Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit

waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh

digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

Deskripsi:

Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik

Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan

efek sentral.

Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.

Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Indofarma

CARDIO ASPIRIN

Indikasi:

Mengurangi bahaya trombosis koroner lebih lanjut dalam masa pemulihan dan infark jantung

(profilaksis re-infark), mengurangi risiko kematian dan atau serangan MCI (infark miokard) pada

penderita dengan riwayat infark atau angina pektoris yang tidak stabil, pencegahan trombosis

(profilaksis re-oklusi) setelah aortocoronary bypass, mengurangi risiko serangan TIA (Transient

Ischemic Attack).

Page 26: Ilmu Keperawatan.docx

Kontra Indikasi:

Tablet Cardio Aspirin® salut enterik 100 mg tidak boleh diberikan pada penderita tukak

lambung maupun duodeni dan pada pasien dengan tendensi hemoragik yang patologis, penderita

hemofilia, penderita gangguan pendarahan lainnya dan penderita yang hipersensitif dengan

asetosal.

Komposisi:

Setiap tablet salut enterik Cardio Aspirin® mengandung 100 mg asam asetilsalisilat.

Cara Kerja:

Pencegahan agregasi platelet berdasarkan kerja biokimia asam asetilsalisilat yaitu penghambatan

ireversibel dari siklooksigenase di platelet dan penghambatan reversibel dari siklooksigenase di

dinding pembuluh darah.

Dosis:

Umumnya diberikan 1 tablet 100 mg/hari. Untuk mengurangi iritasi lambung sebaiknya diminum

sesudah makan, tablet ditelan dengan air.

Efek yang Tidak Diinginkan:

Nyeri lambung, rasa terbakar, mual, perdarahan gastrointestinal, reaksi hipersensitivitas

(serangan dyspnea, reaksi kulit), jarang terjadi; dapat terjadi berkurangnya trombosit

(trombositopenia), peningkatan kadar enzim hati yang reversibel pada penggunaan jangka lama

dan dosis tinggi.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Bayer Indonesia

ASPIRIN

Indikasi :

Untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing, sakit gigi, dan nyeri otot serta

menurunkan demam.

Kontra Indikasi:

Page 27: Ilmu Keperawatan.docx

Penderita tukak lambung dan peka terhadap derivat asam salisilat, penderita asma, dan alergi.

Penderita yang pernahatau sering mengalami pendarahan bawah kulit, penderita yang sedang

terapi dengan antikoagulan, penderita hemofolia dan trombositopenia

Deskripsi:

Aspirin menghambat pengaruh dan biosintesa dari pada zat-zat yang menimbulkan rasa nyeri dan

demam (prostaglandin). Daya kerja antipiretik dan analgetik dari pada Aspirin diperkuat oleh

pengaruh langsung terhadap susunan saraf pusat.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Bayer Indonesia

4.      Turunan 5-pirazolidindion. Contoh : fenilbutazon (analgetik dan antiradang)

5.      Turunan Asam N-arilantranilat. Contoh : asam mefenamat (analgetik dan antiradang)

ASAM MEFENAMAT

Indikasi:

Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan

sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot,

nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Kontra Indikasi:

N/A

Komposisi:

Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.

Dosis:

Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.

Dewasa dan anak di atas 14 tahun :

Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

Dismenore :

500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama

2-3 hari.

Page 28: Ilmu Keperawatan.docx

Menoragia :

500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau

sampai perdarahan berhenti.

Efek samping:

Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan

diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.

Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan

agranulositosis dan anemia hemolitik.

Kontraindikasi:

Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap

asam mefenamat.

Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran

cerna.

Interaksi Obat:

Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.

Cara Penyimpanan:

Simpan di tempat sejuk dan kering.

Kemasan:

Kotak isi 100

Jenis: Tablet

Produsen: PT Indofarma

6. Turunan Asam Arilasetat. Contoh : ibuprofen dan diklofenak (analgetik, antipiretik,

antiradang)

7. Turunan Oksikam. Contoh : piroksikam (analgetik, antipiretik, antiradang)

PARASETAMOL

Indikasi:

Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.

Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit

waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Kontra Indikasi:

Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh

Page 29: Ilmu Keperawatan.docx

digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

Deskripsi:

Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik

Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan

efek sentral.

Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.

Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.

Jenis: Tablet

Produsen: PT Indofarma

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

™Komentar Anda Bisa Membuat Perubahan™

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Kategori

Anatomi Fisiologi (11) Artikel Kesehatan (24) Astronomi (1) Info Kesehatan (10) Kategori Obat (3) Kebidanan (24) Kebutuhan Dasar Manusia (9) Kesehatan (9) Kesehatan Wanita (11) KESPRO Pria (13) Kumpulan ASKEB (1) Kumpulan Satuan Penyuluhan (1) Kumpulan Software (3) Manajemen (3) Penyakit dan Diagnosa (14) Penyakit Kelamin (1)

Page 30: Ilmu Keperawatan.docx

Penyakit Mata (1) Pertolongan pertama (1) Protap Pelayanan di Unit Gawat Darurat (UGD) (3) Seksualitas (3) SKRIPSI (1) Sterillisasi (3) Tanaman Obat dan Khasiat Buah (57) Video (3)

Entri Populer

Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan Manusia

Susunan Organ Tubuh Manusia Secara Lengkap

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SENSORI PERSEPSI : MATA

ILMU OBAT ANALGETIK BERDASARKAN FARMAKOLOGI Cairan Infus (Komposisi, Indikasi)

Blog Archive

TRAFFIC

Page 31: Ilmu Keperawatan.docx

Get paid to share your links!

Template by : Rq Baraik-template.blogspot.com