BAB I PENDAHULUAN Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ternak dan tanaman. Oleh karena itu, kita harus mengontrol dan mengendalikan lingkungan itu sendiri untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak atau tanaman. Iklim yang dapat dikendalikan hanya iklim mikro sedang iklim makro tidak bisa dikendalikan. Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2 yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro. Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, suhu tanah, dan kecepatan udara. Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan produktivitas ternak atau tanaman yang dipelihara. Oleh karena itu, kita harus bisa mengendalikan iklim mikro tersebut dengan cara mengetahui alat ukur meteorologi dan alat ukur iklim mikro, sehingga dapat mengetahui keadaan 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan ternak dan tanaman. Oleh karena itu, kita harus
mengontrol dan mengendalikan lingkungan itu sendiri untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas ternak atau tanaman.
Iklim yang dapat dikendalikan hanya iklim mikro sedang iklim makro tidak
bisa dikendalikan.
Lingkungan ternak sangat penting dipelajari karena sangat
perbengaruh terhadap produksi dan produktivitas ternak sesuai dengan
rumus P=G+E+GE. Produksi dipengaruhi oleh genetik, environment, dan
interaksi antara keduanya. Environment atau lingkungan dibagi menjadi 2
yaitu makro dan mikro, tetapi disini hanya dipelajari lingkungan mikro.
Lingkungan mikro adalah kondisi disekeliling ternak yang berpengaruh
secar langsung atau tidak langsung terhadap tubuh ternak.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi produktivitas ternak adalah
suhu, kelembaban, intensitas cahaya, suhu tanah, dan kecepatan udara.
Faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan atau menurunkan produktivitas
ternak atau tanaman yang dipelihara. Oleh karena itu, kita harus bisa
mengendalikan iklim mikro tersebut dengan cara mengetahui alat ukur
meteorologi dan alat ukur iklim mikro, sehingga dapat mengetahui
keadaan lingkungan mikro agar kita dapat mengaturnya sesuai dengan
kondisi yang nyaman untuk ternak.
Praktikum Ilmu Lingkungan Ternak bertujuan untuk mengetahui alat-
alat untuk mengukur iklim mikro, serta mempelajari iklim mikro yang
merupakan hal terpenting dalam penentuan kerja status fisiologi dari
ternak terutama pada produktivitasnya sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengelolaan ternak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor Lingkungan Terhadap Produktivitas Ternak
Produktivitas ternak dicerminkan oleh penampilannya
(performance), sedangkan penampilan ternak merupakan manifestasi
pengaruh genetik dan lingkungan ternak secara bersama. Penampilan
ternak dalam setiap waktu adalah perpaduan dari sifat genetik dan
lingkungan yang diterimanya. Ternak dengan sifat genetik baik tidak akan
mengekspresikan potensi genetiknya tanpa didukung oleh lingkungan
yang menunjang. Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk
penampilan, lingkungan berpengaruh lebih besar dari pada sifat genetik
ternak (Amrin, 2011).
Pengaruh lingkungan yang tidak baik pada ternak akan
mengakibatkan perubahan status fisiologis, yang disebut stres atau
cekaman. Stres banyak sekali penyebabnya, salah satunya adalah
lingkungan, yang timbul dari beberapa faktor yaitu teknik peternakan, iklim
atau cuaca, kandang makanan, antimetabolit, tingkah laku ternak, serta
berbagai interaksi seperti: antara makanan dengan lingkungan, antara
cuaca dengan lingkungan, dan antara genetik dengan lingkungan
(Sihombing et al., 2000).
Iklim tropis yang panas serta lembab, merupakan masalah
lingkungan yang dapat bersifat nutrisional, manajerial, dan klimatologis.
Interaksi antara ketiga faktor tersebut akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan reproduksi ternak. Faktor klimatologis merupakan unsur
yang paling menonjol diantara ketiga faktor tersebut karena keadaan iklim
tropis yang panas dan kelembaban relatif tinggi akhirnya berpengaruh
terhadap tata laksana pemeliharaan dan manajemen pemberian pakan
(Murtidjo, 1990).
Sistem perkandangan, adalah salah satu upaya manusia untuk
melindungi ternaknya dari pengaruh iklim yang negatif serta menciptakan
kondisi iklim mikro yang optimal bagi ternaknya.Mekanisme fisiologis
2
mengharuskan alokasi energi untuk kinerja produksi maupun reproduksi
dipakai untuk mempertahankan keseimbangan panas tubuh. Dengan
demikian, akan berdampak buruk yaitu penurunan produktivitas ternak.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
mengendalikan panas yang diterima dan peningkatan panas yang
terbuang oleh ternak, yaitu pemberian naungan atau atap dan pemilihan
bahan atap yang lebih efektif dalam menciptakan kondisi iklim mikro
kandang yang kondusif bagi ternak untuk berproduksi (Anonim, 2012)
Iklim Mikro
Dalam pengertian meteorologi atau ilmu mengenai cuaca, iklim mikro
didefinisikan sebagai kondisi atmosfir diatas suatu lokasi tertentu di
permukaan bumi, seringkali berhubungan dengan mahluk hidup seperti
tanaman dan serangga. Iklim mikro umumnya berlangsung dalam waktu
singkat (Anonim, 2008).
Ada empat unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produktivitas
ternak secara langsung, yaitu suhu, kelembaban udara, radiasi dan
kecepatan angin, sedangkan dua unsur lainnya yaitu evaporasi dan curah
hujan mempengaruhi produktivitas ternak secara tidak langsung. Interaksi
keempat unsur iklim mikro tersebut dapat menghasilkan suatu indeks
dengan pengaruh yang berbeda terhadap ternak (Yani dan Purwanto,
2006).
Suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap aktifitas organ-organ,
kegiatan merumput, pertumbuhan, dan reproduksi pada ternak. Suhu
lingkungan yang tinggi ternyata menurunkan nafsu makan serta
mengurangi konsumsi rumput dan sebaliknya kebutuhan akan air minum
bertambah. Bila hal ini berlangsung terus, akan menghambat
pertumbuhan dan menurunkan reproduksi ternak (Murtidjo, 1990)
Setiap daerah mempunyai iklim yang tidak seragam, masing-
masing dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat variable dan bersifat
tetap yaitu luas daerah, distribusi lahan dan air, tinggi tempat, tanah dan
3
topografi. Sedang yang bersifat variable yaitu aliran angin, curah hujan
dan vegetasi. Di samping itu interaksi faktor-faktor tersebut di atas
menyebabkan adanya mikro iklim yang spesifik pada daerah tertentu
(Williamson dan Payne, 1993).
Temperatur udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan
molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan
kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke
benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut.
Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda
yang bersuhu lebih tinggi (Anonim, 2012).
Untuk menjaga dan mempertahankan suhu tubuh terhadap suhu
lingkungan yang sangat bervariasi, hewan ternak harus mempunyai
balance thermal atau keseimbangan panas antara panas yang diproduksi
oleh tubuh atau panas yang didapat dari lingkungannya dengan panas
yang hilang kelingkungannya (Williamson dan Payne, 1993).
Suhu dikatakan sebagai derajat panas atau dingin yang di ukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Faktor-
faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi adalah: jumlah
radiasi yang di terima per tahun per hari per musim, pengaruh daratan
atau lautan, pengaruh ketinggian tempat, pengaruh angin secara tidak
langsung, pengaruh panas laten yaitu panas yang di simpan dalam
atmosfer, penutup tanah yaitu tanah yang di tutup vegetasi, tipe tanah
yaitu tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi, pengaruh sudut
datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat suhu yang
lebih panas dari pada yang datangnya miring. Pengaruh suhu terhadap
makhluk hidup adalah sangat besar sehingga pertumbuhannya benar-
benar seakan tergantung padanya, terutama dalam kegiatan-kegiatannya
(Kartasapoetra, 1993).
4
Kelembaban
Kelembaban didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap
air di dalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada suhu
dan tekanan yang sama, atau perbandingan antara tekanan persial uap
air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang ada pada
temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan sebagai
kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air, jadi semakin
besar RH semakin kecil kemampuan udara tersebut untuk menyerap uap
air (Anonim, 2012).
Menurut Kartasapoetra (1993), yang di maksud dengan
kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara.
Kelembaban udara sangat berhubungnan erat dengan suhu udara dalam
mempengaruhi suhu tubuh seekor ternak. Suhu tubuh akan mengalami
perubahan apabila kelembaban udara yang di sebabkan oleh karena
adanya perubahan suhu udara.
Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat
menstimulasi curah hujan. Basarnya kelembaban di suatu tempat pada
suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan-perkembangan
dari organisme terutama jamur dari penyakit tumbuhan (Kartasapoetra,
1993).
Selain itu kelembaban dipengaruhi oleh adanya pohon-pohon
pelindung, terutama apabila pohon-pohonnya rapat. Adanya ramalan
cuaca mengakibatkan kita dapat dengan segera melakukan
penyemprotan dengan fungisida. Di daerah tropis yang kelembbannya
besar mengakibatkan masalah bagi tanaman terutama untuk hasil-hasil
sayuran, hasil ini akan cepat membusuk yang di sebabkan oleh RH tadi
(Kartasapoetra, 1993).
Tekanan udara
Menurut Anonim (2012), daerah yang banyak menerima panas
matahari, udaranya akan mengembang dan naik. Oleh karena itu, daerah
5
tersebut bertekanan udara rendah. Ditempat lain terdapat tekanan udara
tinggi sehingga terjadilah gerakan udara dari daerah bertekanan tinggi ke
daerah bertekanan udara rendah.
Kecepatan Angin
Angin merupakan gerakan atau perpindahan dari suatu masa udara
dari suatu tempat ke tempat lain secara horizontal. Masa udara yaitu
udara dalam ukuran yang sangat besar yang sangat mempunyai sifat fisik
(tenperatur dan kelembaban) yang seragam dalam arah yang horizontal.
Sifat masa udara di tentukan oleh : daerah atau tempat di mana masa
udara terjadi, jalan yang di lalui oleh masa udara, umur dari masa udara
(Kartasapoetra, 1993).
Gerakan dari angin biasanya berasal dari daerah yang bertekanan
tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin juga mempunyai arah
dan kecepatan. Arah angin biasanya dinyatakan dengan dari mana arah
angin itu datang. Kecepatan angin sering menimbulkan berbagai
kerusakan (Kartasapoetra, 1993).
Arah angin
Besarnya angin ditunjukkan dengan satuan derajat, 1o untuk angin
arah dari utara, 90o untuk angin arah dari timur, 180o untuk angin arah dari
selatan, 270o untuk angin arah dari barat (Anonim, 2012).
Status Faali
Ternak yang sehat memiliki parameter sebagai pedoman untuk
mengetahui organ-organ tubuh bekerja secara normal. Pengukuran
terhadap parameter fisiologi yang biasa dilakukan di lapangan tanpa alat-
alat laboratorium menurut Kasip (1995), adalah pengukuran respirasi,
detak jantung dan temperatur rektal.
Kasip (1995), menyatakan bahwa parameter fisiologis tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain aktivitas kerja, lama kerja
6
dan kondisi lingkungan termasuk temperatur lingkungan, kelembaban
udara, radiasi sinar matahari, dan kondisi kandang. beberapa unsur iklim
yang berpengaruh terhadap kondisi fisiologis ternak yaitu suhu, dan
kelembaban udara. Penyimpangan dari pedoman tersebut merupakan
petunjuk bahwa satu atau beberapa organ dari ternak tersebut bekerja
tidak normal.
Respirasi
Sistem respirasi adalah struktur-struktur yang terlibat dalam
pertukaran gas antara darah dengan lingkungan atau system eksternal.
Oleh karena itu, system respirasi biasa disebut dengan system pulmoner.
Respirasi menyangkut dua proses, yaitu pernafasan luar (eksternal
respiration) dan pernafasan dalam (internal respiration). Eksternal
respiration yaitu pertukaran udara yang terjadi di dalam paru-paru, antara
udara yang terkandung dalam kapiler-kapiler darah pulmonalis.
Sedangakan internal respiration adalah pertukaran udara yang terjadi
pada jaringan-jaringan (Frandson, 1992).
Frandson (1992), menyatakan bahwa respirasi mempunyai dua
fungsi utama yaitu untuk menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil
karbondioksida dari dalam darah. Sedang fungsi-fungsi yang bersifat
sekunder, meliputi membantu dalam regulasi keasaman cairan
ekstraseluler dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air
dan fonasi (pembentukan suara).
Perubahan temperatur tubuh dan frekuensi pernapasan dapat
dijadikan tolok ukur tinggi rendahnya toleransi panas seekor ternak.
Individu ternak yang mengalami kenaikan temperatur menjadi sangat
peka, frekuensi pernapasannya menjadi tinggi jika berada ditempat yang
panas (Murtidjo, 1990).
Ditambahkan pula oleh Frandson (1992), bahwa respirasi
dipengaruhi oleh temperatur, lingkungan, ukuran tubuh dan keadaan
bunting. Apabila temperatur udara tinggi, maka ternak akan berkurang
7
respirasinya. Sedangkan lingkungan berpengaruh jika ternak berada di
daerah perbukitan, maka pertukaran oksigen akan rendah yang
berpengaruh pada pengukuran/pengurangan respirasi ternak.
Pulsus
Pulsus atau gelembung pulsus merupakanm suatu gelembung
akibat naiknya tekanan sistol dari jantung yang kemudian menjalar
sepanjang arteri dan kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada
organ yang keras, misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan
jantung dalam memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima
darah ke dalam bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel
menuju ke jaringan dan selanjutnya kembali lagi (Frandson, 1992).
Kasip (1995), menyatakan bahwa keadaan denyut nadi
berperanan pula pada pengaturan temperatur tubuh agar tetap dalam
kisaran normal. Apabila temperatur lingkungan meningkat, maka jumlah
denyut nadi juga akan meningkat pula untuk memompa darah ke
permukaan tubuh dimana akan terjadi pembebasan panas untuk menjaga
supaya temperatur tubuh tetap normal.
Temperatur rektal
Temperatur inti yang ada di dalam tubuh bagian dalam dari suatu
tubuh ternak disebut sebagai temperatur tubuh. Ada beberapa faktor atau
kondisi yang dapat menjaga variasi temperatur normal pada tubuh anatara
lain: umur (age), jenis kalamin (sex), iklim atau cuaca, waktu dalam hari,
suhu lingkungan (environmemt terperatur), aktivitas atau kegiatan
(exercise), makan (eat), pencernaan dan minum air (drink water)
(Swenson, 1993).
Proses pembentukan panas di dalam tubuh ternak berlangsung
terus-menerus dan untuk menjaga temperatur tubuh agar tetap dalam
kisaran normal maka pembuangan panas ke lingkungan juga berlangsung
terus-menerus. Proses pembuangan panas ke lingkungan tergantung dari
8
temperatur lingkungan. Bila temperatur lingkungan rendah, maka tubuh
akan memproduksi panas dan panas yang dilepaskan ke lingkungan
terbatas (Kasip, 1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi temperatur rektal antara lain
adalah bangsa ternak, aktivitas dan kondisi kesehatan ternak serta kondisi
iklim lingkungan (Frandson, 1996). Menurut Swenson (1993), kisaran
normal temperatur rektal dari kelinci adalah 38,6 sampai 40,1oC,
sedangkan ayam adalah 40,6 sampai 43,0oC.
9
BAB III
MATERI DAN METODE
Materi
Acara I
Iklim Mikro. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah
wheater station, termometer ruangan dan hygrometer.
Status Faali. Materi yang digunakan dalam praktikum adalah
stetoskop, counter dan termometer batang. Serta probandus yang
digunakan adalah ayam jantan hitam, ayam jantan putih, ayam betina
Praktikum pengamatan arah angin hanya dilakukan di luar ruangan
dan awal pengamatan dilakukan pada pukul 11.28 dimana didapatkan
arah angin 2300 dan berakhir pada pukul 12.58 dengan arah angin 2500.
18
Menurut Anonim (2012), besarnya angin ditunjukkan dengan satuan
derajat, 10 untuk angin arah dari utara, 900 untuk angin arah dari timur,
1800 untuk angin arah dari selatan, 2700 untuk angin arah dari barat.
Letak kandang hendaknya tidak tertutup atau tidak terhalangi
bangunan, sehingga sinar matahari dapat menembus pelataran
kandang.Letak kandang sapi ini bisa dilakukan secara berkelompok di
tengah sawah atau kandang.Kandang juga sebaiknya dibuat menghadap
kearah timur agar sapi mendapatkan sinar matahari yang sehat. Selain itu
arah angin perlu diperhatikan agar bagian muka sapi tidak mendapat
kontak langsung dengan angin yang bertiup (Gayo, 1994).
Status Faali
Praktikum status faali ini bertujuan untuk membandingkan
pengaruh variable yang satu dengan laninnya. Variabel yang dgunakan
adalah suhu dan klelembaban di dalam dan diluar ruangan, warna bulu,
jenis kelamin dan diuji hubungannya dengan status faali yang meliputi
respirasi, pulsus dan temperatur rektal.
Respirasi
Respirasi adalah semua proses kimia maupun fisika dimana
organisme melakukan pertukaran udara dengan lingkungannya. Respirasi
menyangkut dua proses, yaitu respirasi eksteral dan respirasi internal.
Terjadinya pergerakan karbon dioksida ke dalam udara alveolar ini disebut
respirasi eksternal. Respirasi internal dapat terjadi apabila oksigen
berdifusi ke dalam darah. Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan
udara kedalam paru-paru (Frandson, 1992). Berikut hasil pengukuran
respirasi ayam dan kelinci yang ditunjukkan pada Tabel 6.
19
Tabel 6. Rata-rata respirasi ayam dan kelinci.Jenis ternak Warna bulu Jenis
kelaminRuangan
Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 33,96 34,33Ayam Putih Jantan 39,22 27,12Ayam Hitam Betina 43,6 41,33Ayam Putih Betina 38,6 27,6Kelinci Hitam Jantan 81,77 151,75Kelinci Putih Jantan 83,55 147,13Kelinci Hitam Betina 74,78 150,67Kelinci Putih Betina 80,66 153,1
Hasil praktikum pengukuran respirasi kelinci dan ayam diperoleh
data bahwa respirasi kelinci dan ayam memiliki hasil yang berbeda - beda.
Perbedaan frekuensi respirasi pada ternak yang berada didalam dan
diluar ruangan ini berkaitan dengan panas yang diterima tubuh. Kelinci
dan ayam yang berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar
matahari secara tidak langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci
dan ayam yang berada diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan
dari sinar matahari langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat
(Anonim, 2012). Menurut Smith (1990), Respirasi dipengaruhi beberapa
faktor yaitu, respon fisiologis akibat berubahnya temperatur lingkungan,
suhu tubuh, ukuran tubuh, dan keadaan bunting.
. Kisaran normal respirasi pada ayam adalah 23 kali/menit,
sedangkan pada kelinci 35-56 kali/menit (Frandson 1992). Berdasarkan
literatur tersebut dapat diketahui bahwa respirasi kelinci dan ayam berada
diatas kisaran normal. Menurut Smith (1990), Respirasi dipengaruhi
beberapa faktor yaitu, respon fisiologis akibat berubahnya temperatur
lingkungan, suhu tubuh, ukuran tubuh, dan keadaan bunting.
Pulsus
Pulsus merupakan suatu gelembung yang terbentuk akibat naiknya
tekanan systole dari jantung yang kemudian menjalar sepanjang arteri dan
kapiler. Pulsus dapat diketahui dengan meraba pada organ yang keras,
misalnya tulang. Pulsus terjadi karena adanya kegiatan jantung dalam
memompa darah ke seluruh jaringan. Jantung menerima dara ke dalam
20
bilik-bilik dan kemudian memompanya dari ventrikel menuju jaringan dan
selanjutnya kembali lagi ke jantung (Frandson, 1992). Hasil pengukuran
pulsus kelinci dan ayam ditunjukkan pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata pulsus ayam dan kelinci jantan.Jenis ternak Warna bulu Jenis
kelaminRuangan
Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 308,4 128,7Ayam Putih Jantan 309,4 137,33Ayam Hitam Betina 296,6 127,7Ayam Putih Betina 311,3 131,33Kelinci Hitam Jantan 143,22 75,8Kelinci Putih Jantan 131,33 72,33Kelinci Hitam Betina 120,33 79,1Kelinci Putih Betina 124,11 74,66
Hasil pengukuran pulsus pada kelinci dan ayam didapatkan hasil
bahwa di dalam ruangan memiliki hasil lebih tinggi daripada di luar
ruangan. Perbedaan frekuensi pulsus pada ternak yang berada didalam
dan diluar ruangan ini disebabkan oleh panas dari matahari yang
mengenai tubuh, dimana kelinci dan ayam yang berada di luar ruangan
langsung terkena matahari tanpa adanya peneduh. Kelinci dan ayam yang
berada di dalam ruangan terlindung, sehingga sinar matahari secara tidak
langsung mengenai tubuh ternak tersebut. Kelinci dan ayam yang berada
diluar ruangan tidak mendapatkan perlindungan dari sinar matahari
langsung, sehingga frekuensi respirasi lebih cepat (Anonim, 2012).
Menurut Inounu et al ( 1999) frekuensi respirasi dan frekuensi pulsus
sesunggunya terdapat korelatif pofitif, yang artinya bahwa setiap kali
peningkatan frekuensi respirasi maka frekuensi pulsus meningkat. Hal ini
dapat dilihat pada saat frekuensi respirasi meningkat, maka dapat
dipastikan aktivitas otot pada organ respirasi membutuhkan lebih banyak
suplai oksigen yang harus dipenuhi melalui peningkatan volume aliran
darah, dengan jalan peningkatan denyut jantung.
Berdasarkan data yang ada kisaran pulsus kelinci di luar ruangan
jauh di bawah normal. Kisaran pulsus ayam di luar ruangan juga dibawah
kisaran pulsus normal. Menurut Duke’s (1995), bahwa kisaran normal
pulsus pada kelinci adalah 120 sampai 140 kali/menit sedangkan Kisaran
21
normal pulsus ayam adalah 150 sampai 304 kali/menit. Perbedaan ini
disebabkan karena adanya pengaruh suhu lingkungan, bangsa atau
spesies maupun besar kecilnya ukuran tubuh (Swenson, 1997).
Temperatur Rektal
Temperatur tubuh adalah salah satu indikator fisiologi kondisi
kesehatan ternak. Angka temperatur ini didapatkan dari pengukuran
sistem temperatur rektal, karena dianggap pada temperatur rektal
perubahan suhunya belangsung terus menerus secara perlahan-lahan.
Ternak mempunyai daya tahan tubuh yang berbeda-beda terhadap
perubahan suhu lingkungan yang disebut toleransi panas. Terdapatnya
variasi temperatur ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan
temperatur tubuh, pulsus dan fertilitas (Frandson, 1992). Berdasarkan
hasil pengukuran temperatur rektal didapat data rata-rata ayam dan kelinci
yang ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata temperatur rektal ayam dan kelinci.Jenis ternak Warna bulu Jenis
kelaminRuangan
Dalam ruangan Luar ruanganAyam Hitam Jantan 40,92 41,55Ayam Putih Jantan 39,22 41Ayam Hitam Betina 41 41,9Ayam Putih Betina 38,67 41,47Kelinci Hitam Jantan 36,99 37,43Kelinci Putih Jantan 36,91 36,3Kelinci Hitam Betina 36,56 37,94Kelinci Putih Betina 36,42 38,57
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa temperatur rektal pada
ayam masih berada pada kisaran normal. Temperatur rektal kelinci
berdasarkan tabel diatas berada sedikit dibawah kisaran normal. Menurut
Swenson (1997), kisaran normal temperatur rektal kelinci adalh 30,6
sampai 40,1°C, sedangkan menurut Duke’s (1995), kisaran normal
temperatur rektal ayam adalah 40,3 sampai 43,6°C. Faktor-faktor yang
mempengaruhi temperatur tubuh antara lain bangsa ternak, aktivitas,
kondisi kesehatan ternak, dan kondisi lingkungan ternak (Frandson 1992).
Menurut Frandson (1992), Temperatur yang di atas atau di bawah kisaran
22
suhu tubuh normal menunjukkan adanya kelainan pada ternak atau ternak
dalam kondisi sedang dalam usaha beradaptasi dengan lingkungan
sekitar (suhu, lingkungan, kelembaban udara) (Frandson, 1992).
Cara yang paling mudah untuk mengetahui temperatur dalam tubuh
hewan adalah dengan mengukur temperatur rektal. Seperti yang
disebutkan Frandson, (1992) Indeks temperatur dalam tubuh hewan lebih
mudah didapat dengan cara memasukkan termometer rektal ke dalam
rektum, meskipun temperatur rektal tidak selalu menggambarkan rata-rata
terperatur dalam tubuh. Karena terperatur dalam tubuh mempunyai
equilibrium lebih lambat (Frandson, 1992). Cara mengetahui temperatur
tubuh selalu digunakan terperatur rektal karena paling dapat dipercaya
untuk menggambarkan rata-rata temperatur tubuh (Frandson, 1992).
Ternak yang mempunyai warna bulu yang berbeda memiliki
temperatur rektal yang berbeda pula. Kelinci jantan yang berwarna hitam
mempunyai temperatur rektal yang lebih tinggi daripada kelinci jantan
yang berwarna putih. Menurut Anonim (2012), warna hitam lebih banyak
menyerap panas dari pada warna putih. Penyerapan akan disalurkan
dalam proses metabolisme tubuh yang akan berhubungan dengan proses
fisiologis tubuh ternak tersebut.
23
Acara II
Iklim Mikro
Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat
terbatas, tetapi komponen iklim ini penting artinya bagi kehidupan
tumbuhan, hewan, dan manusia, karena kondisi udara dalam skala mikro
ini yang akan berkontak langsung dengan (dan mempengaruhi secara
langsung) makhuk-makhuk hidup tersebut. Iklim mikro yang diamati pada
saat praktikum dilakukan di dataran tinggi daerah Turen, kaliurang dan di
dataran rendah di daerah pantai Depok. Pengamatan yang dilakukan
meliputi suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara kecepatan angin
dan arah angin.
Suhu udara
Berdasarkan hasil pengukuran terhadap pengukuran suhu udara
didapatkan data hasil seperti yang disajikan dalam Tabel 9 serta grafik
dari hasil tersebut disajikan pada grafik 6.
Tabel 9. Hasil pengukuran suhu udaraNo waktu D.rendah
Tabel 26. Hasil uji perlakuan terhadap status faali kambing
Status faaliValues
JK T JK*TTemp. rektal 0.001 S 0.002 S 0.009S
Respirasi 0.002 S 0.000 S 0.000 S
Pulsus 0.952NS 0.585NS 0.505NS
Keterangan: * = interaksi perlakuan
S = signifikan
NS = non signifikan
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa adanya
pengaruh yang signifikan pada jenis kelamin, ketinggian tempat terhadap
temperatur rektal dan respirasi. Interaksi jenis kelamin dan ketinggian
tempat juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap respirasi dan
temperatur rektal.
39
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
iklim mikro yang penting bagi lingkungan ternak antara lain adalah curah
hujan, suhu udara, kecepatan angin, kelembaban udara, dan intensitas
penyinaran. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur iklim mikro yaitu
weather station dan hygrometer.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan pengukuran
terhadap status faali, dapat diketahui bahwa pengukuran di dalam
ruangan dan setelah dijemur serta pengukuran di dataran rendah maupun
dataran tinggi memberikan hasil yang berbeda. Faktor yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan ternak diantaranya adalah lingkungan
yang meliputi temperatur, kelembaban, dan ketinggian tempat.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Society of Indonesian Environmental journalist. Available at http://www.siej.or.id/?w=glossary&abj=i. Acces by 19 mei 2012
Anonim. 2012. Analisis Klimatologi. Available at http://mysimplebiz.info/tutorial. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Dasar-dasar lmu Klimatologi. Available at http://f4iz4l.blogspot//tutorial. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Kelembaban udara. Available at http://www.pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files.../13039-1-325714992571.doc. Accessed by 28 April 2012
Anonim. 2012. Ketinggian tempat. Available at http://www.oocities.org/h_artono/bantul/geografi.htm. Accessed by 28 April 2012
Anonim. 2012. Radiasi sinar matahari. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_Matahari. Accessed by 8 Mei 2012
Anonim. 2012. Suhu udara. Available at http://www.cuacajateng.com/suhuudara.htm Accessed by 28 April 2012
Batubara. 2010. Peramalan Kecepatan Angin Bulanan di Medan Berdasarkan Tekanan Udara dengan Fungsi Transfer. Universitas Sumatra Utara.
Dukes, H. 1995. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Company : Ithaca New York.
Frandson. R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Inounu, I., M. Martawidjaja., B. Tiesnamurti., dan E. Handiwirawan. 1999.Studi Fisiologis Domba Lokal dan Persilangannya dengan Domba Mouton Charollais dan ST. Chroix Pada Umur Muda. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Oktober Tahun 1999. ISBN 979-8308-29-8.
Kartasapoetra. 1993. Pengantar Iklim. Edisi Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Kasip, L.M. 1995. Kemampuan Kerja, Dinamika Fisiologis Dan Metabolit Darah Sapi Bali Betina Dalam Mengolah Lahan Pertanian Berdasarkan Lebar Mata Bajak. Tesis S2. Program Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.
Prawirowardoyo. S. 1996. Meteorologi. Penerbit ITB. Bandung
Reksohadiprodjo, S. 1995. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE. Yogyakarta.
Sihombing, Taguan. 2000. Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Siregar.Sori Basya.1997. Aspek Iklim Tropis Terhadap Kemampuan Berproduksi Susu Kambing Perah. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Smith, S. M. 1990. Peternakan Umum. CV. Yasaguna, Jakarta.
Swenson. M. O. 1997. Dukes Physiology of Domestic Animal. Second Edition. The English Language Book Society and Loghman Gropup Limited. English.
Swenson, M. J. dan Reece, W. O. 1993. Dukes’ Physiology of Domestic Animals. 11th edition. Comstok Publishing Associates a division of Cornell University Press. Ithaca.
Tjasjono. Bagong. 1999. Klimatologi Umum. Institut Teknologi Bandung. Bandung
Williamson, G dan W.J.A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.