KATA PENGANTAR Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang MahaEsa, yang telah melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai sistem tropis. Terima Kasih kepada orang tua atas do’a dan dukungannya, selalu mendampingi dan penuh pengertian memberi semangat selama kami mengikuti pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis. Semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Amin. Jakarta, 5 Januari 2015 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT Tuhan Yang
MahaEsa, yang telah melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya, sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi nilai sistem tropis.
Terima Kasih kepada orang tua atas do’a dan dukungannya, selalu mendampingi dan
penuh pengertian memberi semangat selama kami mengikuti pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan laporan PBL modul 2 sistem kedokteran tropis. Semoga kebaikan dan bantuan
yang diberikan kepada kami mendapat balasan dari Allah Yang Maha Pemurah. Semoga Allah
SWT Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Penyayang selalu melimpahkan rahmat
dan karuniaNya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, 5 Januari 2015
Hormat Kami,
Kelompok IV
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….1
DAFTAR ISI………………………..…………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….……..3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………..3
1.2 Tujuan Instruksional Umum (TIU)……………………………………………………................…..4
1.3 Tujuan Instruksional Khusus (TIK)…………………………………………………..….............…..4
1.4 Metode pembelajaran…………………………………………………………………………………5
BAB II ANALIS MASALAH………………………………………………………………....….….6
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka.
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
periode tertentu. Apabila didapatkan penderita atau tersangka penderita Kejadian Luar
Biasa, Kepala Wilayah/Daerah wajib segera melaksanakan tindakan penanggulangan
seperlunya dengan bantuan Unit Kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi
wabah. Dengan pengertian di atas dikehendaki agar wabah dapat segera ditetapkan
apabila ditemukan suatu penyakit yang dapat menimbulkan wabah, walaupun penyakit
tersebut belum menjalar dan belum menimbulkan malapetaka yang besar dalam
masyarakat.
Adanya satu kasus tunggal penyakit menular ang sudah lama tidak ditemukan
atau adanya penyakit baru yang belum diketahui sebelumnya di suatu daerah memerlukan
laporan secepatnya disertai dengan penyelidikan epidemiologis. Apabila ditemukan
penderita kedua untuk jenis penyakit yang sama dan diperkirakan penyakit ini dapat
menimbulkan malapetaka, keadaan ini sudah cukup merupakan indikasi untuk
menetapkan daerah tersebut sebagai daerah wabah.
4
1.2 Tujuan Pembelajaran
TUJUAN PEMBELAJARAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan penanganan wabah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat secara terpadu, dengan menggunakan pendekatan ilmu kesehatan masyarakat, sehingga penyebar-luasan wabah dapat dicegah.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :1. Membuat rumusan masalah yang sedang dihadapi (dengan menghitung attack rate, case
fatality rate)2. Menjelaskan tentang penyelidikan wabah dan Upaya Penanggulangan Wabah3. Membuat rencana kerja operasional4. Menjelaskan tentang aspek klinis dari penyakit yang ada pada skenario : penyebab, gejala
klinis, diagnosis, pengobatan, cara penularan, pencegahan5. Menjelaskan tentang program pemerintah yang dilakukan di Puskesmas untuk mencegah
terjadinya dan mengurangi angka kematian karena penyakit ini di daerah binaannya.6. Melakukan koordinasi dengan Kepala Desa, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten,
Bupati/Kepala Daerah Tingkat II, Rumah Sakit, dan Sektor Terkait dengan melibatkan peran serta masyarakat.
7. Melakukan Upaya Penanggulangan Wabah8. Melakukan implementasi Rencana Kerja :
a. Melakukan kerjasama dengan semua unit kerja di puskesmasb. Melakukan kerjasama dengan Rumah Sakit Rujukanc. Melakukan kerjasama lintas sektorald. Melakukan kerjasama dengan masyarakat melalui PKK, dalam melakukan :
i. Pengobatan dan perawatan penderitaii. Menemukan penderita yang belum terdeteksi
iii. Upaya pencegahan meluasnya wabah dengan melakukan promosi kesehatan dan perbaikan lingkungan
9. Melakukan monitoring dan evaluasi Program Kerja10. Menggerakkan potensi masyarakat untuk revitalisasi posyandu dalam mencapai
Kecamatan Sehat.
5
1.3 Metode Pembelajaran
Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat, mahasiswa
diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada di dalam skenario, dengan mengikuti 7
langkah penyelesaian di bawah ini :
1. Klarifikasi istilah yang belum jelas dalam skenario, dan tentukan kata / kalimat kunci
2. Identifikasi problem dasar skenario, dengan membuat beberapa pertanyaan penting
3. Analisis problem tersebut dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas
4. Klasifikasikan jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas
5. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh mahasiswa atas kasus di dalam
skenario
6. Cari informasi tambahan tentang kasus di dalam skenario (dilakukan dengan belajar
mandiri)
7. Laporkan hasil diskusi dan sintesis informasi-informasi baru yang ditemukan
Bila dari hasil diskusi kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan untuk
sampai pada kesimpulan akhir maka langkah 6 dapat diulang dan selanjutnya dilakukan
lagi langkah 7. Kedua langkah di atas dapat di ulang-ulang di luar tutorial. Setelah
informasi yang diperlukan dirasa cukup, maka penyajian laporan dilakukan dalam bentuk
diskusi panel, di mana semua pakar duduk bersama untuk memberikan penjelasan
mengenai hal-hal yang belum jelas.
6
1.4 Skenario-4
WABAH DI PENGUNGSIAN
Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas Barito terletak di tepi sungai, sehingga pada musim hujan, setiap tahun selalu mengalami banjir. Biasanya penduduk mengungsi ke dataran yang lebih tinggi dengan membuat tenda-tenda penampungan. Wilayah kerja Puskesmas Barito meliputi 15 desa dengan jumlah penduduk 1987 orang. Daerah yang selalu dilanda banjir berpenduduk kira-kira 1465 orang dari 9 desa. Penduduk daerah ini umumnya bekerja dekat dungai, sehingga mereka tidak mau pindah dari daerah itu. Setiap kali setelah banjir surut, mereka akan kembali ke rumahnya lagi. Relokasi selalu ditentang keras oleh mereka. Masalah di pengungsian adalah kekurangan air, baik untuk diminum maupun untuk mandi dan mencuci pakaian. Luas tenda di tempat penampungan jauh lebih kecil dari kebutuhan ruang untuk semua pengungsi. Karena itulah, banjir selalu menimbulkan wabah muntah berak, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan dermatitis di lokasi penampungan para pengungsi. Tahun lalu, terhitung 6 balita meninggal dunia, 4 karena muntah berak dan 2 karena ISPA.Untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim hujan tahun yang akan datang, Kepala Puskesmas mulai membuat persiapan agar kejadian pada banjir tahun-tahun yang lalu tidak terulang kembali.
1.5 Kata sulit : -
1.6 Kata / Kalimat Kunci
1. Wilayah puskesmas terletak di tepi sungai.
2. Setiap tahun mengalami banjir.
3. Wilayah kerja Puskesmas Barito meliputi 15 desa dgn jum. penduduk 1987 orang.
4. Daerah yang selalu dilanda banjir berpenduduk kira-kira 1465 orang dari 9 desa.
5. Relokasi selalu ditentang keras oleh mereka. Masalah di pengungsian adalah
kekurangan air, baik untuk diminum maupun untuk mandi dan mencuci pakaian.
6. Luas tenda di tempat penampungan jauh lebih kecil dari kebutuhan ruang untuk
semua pengungsi.
7. Karena itulah, banjir selalu menimbulkan wabah muntah berak, Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan dermatitis di lokasi penampungan para pengungsi.
8. Tahun lalu, terhitung 6 balita meninggal dunia, 4 karena muntah berak dan 2
karena ISPA.
9. Untuk mengantisipasi datangnya banjir pada musim hujan tahun yang akan datang,
Kepala Puskesmas mulai membuat persiapan agar kejadian pada banjir tahun-tahun yang
lalu tidak terulang kembali.
7
1.7 Mind Map
8
1.8 Perta nyaan
1. Apakah kasus pada skenario dapat dikatakan wabah,jelaskan definisi wabah,klasifikasi
wabah dan Jelaskan perbedaan wabah!
2. Jelaskan definisi Attack rate dan berapakah Attack rate dan CFR dari skenario!
3. Jelaskan cara penanggulangan wabah!
4. Jelaskan program pemerintah yang dilakukan puskesmas untuk mecegah dan menangani
7. Sebutkan upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai kecamatan sehat!
8. Buatlah POA dalam penangan wabah!
9. Bagaimana cara melakukan kerjasama denga RS rujukan dalam pemberantasan wabah!
10. Apasajakah upaya pemberdayaan masyakat serta bagaimana menggerakan potensi
masyarakat untuk mencapai Revitalisasi posyandu dalam masyarakat sehat?
11. Jelaskan perilaku kesehatan menurut para ahli, Klasifikasi, bentuk perilaku kesehatan,serta
jenisnya!
9
BAB II
PEMBAHASAN
Nama:Surayya Ardillah(2011730163)
1.Apakah kasus pada skenario dapat dikatakan wabah,jelaskan definisi wabah,klasifikasi wabah
dan Jelaskan perbedaan wabah!
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia 1989 :Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas.
Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan pemukiman 1981 :Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.
Undang-undang RI No 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular :Wabah adalah kejaian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerahh tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Benenson (1985) :Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu daerah, yang nyata-nyata melebihi jumlah biasa.
Last (1981) :Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa.Kesimpulannya wabah adalah meningkatnya kasus atau kejadian kesakitan atau kematian yang melebihi dari biasanya dan bermakna secara epidemiologi serta menimbulkan kepanikan dan malapetaka pada masyarakat. Selain kata wabah di kenal juga letusan (outbreak,yaitu serangan penyakit) dan kejadian luar biasa (KLB).lingkup yang lebih luas (epidemis) atau bahkan lingkup global (pandemi). Apabila peningkatan penderita penyakit memenuhi kriteria definisi wabah di atas, akan dinyatakan sebagai letusan penyakit bila kejadian tersebut terbatas dan dapat ditanggulangi sendiri oleh pemerintah daerah dan dinyatakan sebagai KLB bila penanggulangannya membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat. Pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh menteri kesehatan.
II. Bentuk wabah menurut sifatnya1. Common Source Epidemic
Keadaan wabah dengan bentuk common source epidemic (CSE) adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang relatif singkat ( sangat mendadak ). Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung sangat cepat waktu yang sangat singkat (point of epidemic atau poit source of epidemic), maka resultan dari semua kasus atau kejadian berkembang hanya
10
dalam satu masa tunas saja. Pada dasarnya dijumpai bahwa pada CSE kurva epidemic mengikuti suatu distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif kasus digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu garis lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan membaca waktu dari setengah (50%) yang terjadi pada grafik. Dalam hal ini, pengetahuan tentang median dari masa tunas dapat menolong kita dalam mengidentifikasi agent penyebab, mengingat tiap jenis agent mempunyai masa tunas tertentu. Point source epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang beracun di udara terbuka.
2. Propataged atau Progressive EpidemicBentuk epidemic ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik secara langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan maupun vektor. Kejadian epidemi semacam ini relatif lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta lamanya masa tunas. Juga sangat di pengaruhi oleh kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Masa tunas penyakit tersebut di atas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak masa epidemi cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada saat di mana jumlah anggota masyarakat yang rentan mencapai batas yang minimal. Pada saat sebagian besar anggota masyarakat sudah terserang penyakit maka jumlah yang rentan mencapai batas kritis, sehingga kurva epidemi mulai menurun sampai batas minimal.
11
Nama:Mustika dina Wikantari(2013 730146)2.Jelaskan definisi Attack rate dan berapakah Attack rate dan CFR dari skenario!
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu.
Rumus Attack Rate (AR): Jumlah penyakit baru ------------------------------------------------------------------------ k Jumlah populasi berisiko (dalam waktu wabah berlangsung)
Pada scenario didapatkan:
AR= x 100% = x 100% = 4,09%
CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan
kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.
Rumus CFR (Case Fatality Rate): Jumlah kematian penyakit x ----------------------------------------- x 100% Jumlah kasus penyakit x
Pada scenario didapatkan:
CFR= x 100% = 100%
12
Nama:Harisal Arya Putra(2013730147)3. Jelaskan cara penanggulangan wabah! Setelah data mengenai investigasi kasus dan penyebab telah memberikan fakta tentang penyebab, sumber, dan cara transmisi, maka langkah pengendalian hendaknya segera dilakukan. Makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan pengendalian. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan cara penanggulangan yang paling efektif dan melakukan surveilence terhadap faktor lain yang berhubungan.Prinsip intervensi untuk menghentikan wabah sebagai berikut:(1) Mengeliminasi sumber patogen(2) Memblokade proses transmisi(3) Mengeliminasi erentanan.
Eliminasi sumber patogen mencakup:(1) Eliminasi atau inaktivasi patogen(2) Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)(3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi (karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)(4) Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging dengan benar, dan sebagainya)(5) Pengobatan kasus.
Blokade proses transmisi mencakup:(1) Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung tangan, respirator)(2) Disinfeksi/ sinar ultraviolet(3) Pertukaran udara/ dilusi(4) Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara(5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles, pengasapan nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan sebagainya).
Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup(1) Vaksinasi(2) Pengobatan (profilaksis, presumtif)(3) Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”)(4) Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).
Hal terkhir dan merupakan hal terpenting dalam penanganan wabah adalah menentukan cara pencegahan di masa yang akan datang.
13
Nama:Ibnu Fajar Sidik(2013730148)
4.Jelaskan program pemerintah yang dilakukan puskesmas untuk mecegah dan menangani angka
kematian pada skenario!
Dalam menanggulangi wabah, pemerintah mempunyai peran penting. Dalam hal ini menteri kesehatan yang sangat berperan baik dalam pencegahan maupun penanggulangan.Menteri kesehatan mempunyai wewenang untuk :
Penanggulangan wabah dan bencana yang berskala nasional di bidang kesehatan Surveilans epidemiologi serta pengaturan pemberantasan dan penanggulangan wabah,
penyakit menular dan kejadian luar biasa (KLB)
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab II Pasal 2 : Menteri menetapkan dan mencabut penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia
yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. Penetapan dan pencabutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan atas
pertimbangan epidemiologis dan keadaan masyarakat.
Pada Bab II Pasal 6 Upaya penanggulangan: Menteri bertanggungjawab atas pelaksanaan teknis upaya penanggulangan wabah Dalam upaya penanggulangan sebagimana dimaksud dalam ayat (1), menteri
berkoordinasi dengan menteri lain atau pimpinan instansi lain yang terkait
Pasal 10 Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan epidemiologis, pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan, pemusnahan penyebab penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan upaya penanggulangan lainnya.
Pemberdayaan Masyarakat Pada Undang-Undang Republik Indonesia No 40 Tahun 1991 tentang wabah, Bab III pasal 17
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbgai media komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta
Bab IV Pasal 21 Setiap orang berperan serta dalam pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
Pasal 22 Peranserta sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, dilakukan dengan
14
- Memberikan informal adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah
- Membantu kelancaaran pelaksanaan upaya penanggulangan wabah
- Menggerkan motivasi masyarakat dalam upaya penanggulangan wabah
- Kegiatan lain Peranserta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa bantuan tenaga, keahlian,
dan atau bentuk lain.
Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau lebih dikenal dengan PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. pada tahun 2006 Menteri Kesehatan dan jajarannya mencanangkan upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan melalui DESA SIAGA. Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri.
Adapun tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Sedangkan tujuan khusus desa siaga adalah:
Meningkatya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan
bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, darurat dan sebagainya)
Meningkatnya keluarga sadar gizi Meningkatnya masyarakat yang berPerilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Meningkatnya kesehatan lingkungan desa Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan
Untuk mencegah dan menangani angka kematian pada scenario1. Pemerintah bisa melakukan relokasi agar tidak ada wabah pengungsian lagi jika musim
hujan, jika penduduk tetap bersikeras menolak karena alasan tidak bisa meninggalkan tempat tinggalnya atas alasan tidak mau kehilangan pekerjaannya yang umumnya bekerja dekat sungai, pemerintah bisa menjanjikan suatu lapangan pekerjaan baru yang lebih menjanjikan bagi para penduduk
2. Jika penduduk masih tetap tidak mau atas program pemerintah yang menjanjikan suatu lapangan pekerjaan yang baru maka barulah pemerintah bekerja sama dengan puskesmas dalam upaya pencegahan dan menangani angka kematian jika terjadi wabah pengungsian contonya pemerintah bisa membuat program imunisasi.
15
Wabah pada scenario
Pencegahan Pengobatan Penanganan
ISPA Penyediaan air yang saniter untuk keperluan sanitasi (mandi, cuci)· Penyediaan fasilitas sanitasi (air untuk mencuci tangan dan sabun)· Pencegahan malnutrisi untuk mempertahankan kekebalan alami tubuh· Jauhkan asap hasil pemasakan dapur umum terhadap pengungsian
· Pengobatan segera penyakit flu/batuk (parasetamol dan obat flu)· Pengobatan komplikasi pneumonia (contoh: trimochazole, penicillin, dan amphicillin)
· Perbaikan ventilasi· Kontrol kepadatan pengungsian· Kontrol asap hasil pemasakan
Dermatitis kontak, berarti menghindari kontak dengan zat seperti poison ivy atau sabun keras
yang dapat menyebabkan hal itu. Strategi pencegahan meliputi:
a. Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu
zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan
untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda.
b. Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan pembersih atau larutan.
c. Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit
Anda terhadap senyawa berbahaya.
d. Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan lapisan pelindung.
Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan terluar kulit dan untuk mencegah
penguapan kelembaban.
e. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut. Coba
lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci
Komplikasi
a. Infeksi saluran nafas atas
b. Bronkitis
c. Infeksi kulit
22
Nama:Dinda Meladya(2013730137)
5.B. Jelaskan mengenai ISPA !
DEFINISI
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 56 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang.
Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).
FAKTOR RESIKO ISPA
Beberapa wilayah di Indonesia mempunyai potensi kebakaran hutan dan telah mengalami beberapa kali kebakaran hutan terutama pada musim kemarau. Asap dari kebakaran hutan dapat menimbulkan penyakit ISPA dan memperberat kondisi seseorang yang sudah menderita pneumonia khususnya Balita. Disamping itu asap rumah tangga yang masih menggunakan kayu bakar juga menjadi salah satu faktor risiko pneumonia.
Hal ini dapat diperburuk apabila ventilasi rumah kurang baik dan dapur menyatu dengan ruang keluarga atau kamar.Indonesia juga merupakan negara rawan bencana seperti banjir, gempa, gunung meletus, tsunami, dll. Kondisi bencana tersebut menyebabkan kondisi lingkungan menjadi buruk, sarana dan prasarana umum dan kesehatan terbatas. Penularan kasus ISPA
23
akan lebih cepat apabila terjadi pengumpulan massa (penampungan pengungsi). Pada situasi bencana jumlah kasus ISPA sangat besar dan menduduki peringkat teratas.
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi, demikian juga sebaliknya. Balita merupakan kelompok rentan terhadap berbagai masalah kesehatan sehingga apabila kekurangan gizi maka akan sangat mudah terserang infeksi salah satunya pneumonia.
Penanggulangan faktor risiko di atas dilaksanakan oleh unit lain yang terkait baik pusat maupun daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Namun disadari bahwa data mengenai hubungan antara faktor risiko dengan kejadian kasus pneumonia belum tersedia, sehingga pengendalian ISPA belum dilaksanakan lebih komprehensif. pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut.
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGENDALIAN ISPA
1. Pengendalian Pneumonia Balita
Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutamapada Balita. Menurut hasil Riskesdas 2007, pneumonia merupakan pembunuh nomordua pada Balita (13,2%) setelah diare (17,2%).
Hasil survei morbiditas yang dilaksanakan oleh subdit ISPA dan Balitbangkesmenunjukkan angka kesakitan 5,12%, namun karena jumlah sampel dinilai tidakrepresentatif maka subdit ISPA tetap menggunakan angka WHO yaitu 10% darijumlah Balita. Angka WHO ini mendekati angka SDKI 2007 yaitu 11,2%. Jikadibandingkan dengan hasil penelitian oleh Rudan,et al (2004) di negara berkembangtermasuk Indonesia insidens pneumonia sekitar 36% dari jumlah Balita. Faktor risikoyang berkontribusi terhadap insidens pneumonia tersebut antara lain gizi kurang, ASIekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan, kepadatan, cakupan imunisasi campakrendah dan BBLR.
Sejak tahun 2000, angka cakupan penemuan pneumonia Balita berkisar antara 20%-36%. Angka cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu periode 2000-2004 adalah 86%, sedangkan periode 2005-2009 adalah 46%-86%.Rendahnya angka cakupan penemuan pneumonia Balita tersebut disebabkan antaralain:
• Sumber pelaporan rutin terutama berasal dari Puskesmas, hanya beberapaprovinsi dan kabupaten/kota yang mencakup rumah sakit dan sarana pelayanankesehatan lainnya.
• Deteksi kasus di puskesmas masih rendahnya karena sebagian besar tenagabelum terlatih.
24
• Kelengkapan pelaporan masih rendah terutama pelaporan dari kabupaten/kotake provinsi.
2. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluran pernapasan lain yang berpotensi wabah
Kasus flu burung (FB) pada manusia di Indonesia pertama kali ditemukan pada Juni2005. Kasus FB pada manusia kumulatif sudah tersebar di 13 propinsi (Sumut,Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, DI Yogyakarta, Sulsel dan Bali) dan 53 kabupaten/kota. Klaster terbesar ditemukan di Kabupaten Karo, Sumut dimana 6 orang meninggal dari 7 kasus positif (confirmed).
Pada tahun 2011, kasus FB masih ditemukan di 4 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jabar, DI Yogyakarta dan Bali. Indonesia masih pada fase 3 pandemi (penularan dari hewan ke manusia), belum ada bukti penularan antar manusia yang efisien. Indonesia adalah yang terbanyak kasus FB di dunia dengan kematian 149 orang dari 181 kasus positif(CFR 82,3%) dan 15 klaster (Oktober 2011).
Walaupun kasus FB di Indonesia tetap ditemukan, namun jumlah kumulatif kasus pertahun sudah menunjukkan penurunan. Disaat Indonesia sedang berupaya menanggulangi kasus flu burung, dunia dikejutkan dengan munculnya virus InfluenzaA Baru (H1N1) di San Diego, Amerika Serikat dan menyebar ke Mexico pada April2009, yang menyebar dengan cepat ke berbagai negara di dunia.
Sampai dengan Februari 2010, sudah menyebar lebih dari 211 negara dan menyebabkan kematian sekitar 15.000 orang. Sedangkan di Indonesia ditemukan 1.097 kasus positif dan 10 orang (CFR 0.9%) diantaranya meninggal (10 Februari 2010).Melihat kejadian pandemi sebelumnya, ada kekhawatiran bahwa kemungkinan akanterjadi mutasi virus flu burung atau reassortment ( pencampuran genetik 2 virus influenza atau lebih) yang akan menyebabkan timbulnya virus baru yang patogenitasnyatinggi dan menular antar manusia secara efisien.Oleh karena itu semua negara di dunia tetap mewaspadai kemungkinan tersebut dengan penguatan kesiapsiagaan dan respon (core capability) sesuai situasi negara masing-masing.
Indonesia telah menyusun Rencana Strategi Penanggulangan Flu Burung danKesiapsiagaan Pandemi Influenza tahun 2005. Berbagai upaya pengendalian telahdilakukan oleh Kemenkes antara lain penyiapan rumah sakit rujukan,penguatansurveilans, laboratorium virologi dan BSL-3, KIE, aspek hukum, logistik, koordinasiLP/LS, kerjasama internasional dan simulasi.
Subdit ISPA bekerjasama dengan LP/LS telah melaksanakan simulasi penanggulanganepisenter pandemi influenza di Bali (April 2008) dan Makassar (April 2009), TabletopExercise di 6 propinsi (Jabar, Sumut, Jambi, Bengkulu, Sulut dan Sulteng),
25
penyusunan rencana kontijensi penanggulangan episenter di 11 propinsi (Sumut,Sumsel, Sumbar, Lampung, Riau, Banten, Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim dan Sulsel) dan80 kabupaten/kota, penyusunan pedoman dan modul, sosialisasi H1N1 ke 33 propinsi dengan melibatkan LP/LS, dll.
Melihat data diatas masih banyak propinsi dan kabupaten/kota yang diharapkan dapatmengadopsi atau mereplikasi sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.
3. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahun
Sejak pertengahan tahun 2007 Pengendalian ISPA telah mengembangkan SurveilansSentinel Pneumonia di 10 provinsi masing-masing 1 kabupaten/kota (10 Puskesmas,10 RS). Pada tahun 2010 telah dikembangkan menjadi 20 provinsi masing-masing2 kabupaten/kota (40 RS, 40 Puskesmas – terlampir). Secara bertahap akandikembangkan di semua provinsi, sehingga pada 2014 lokasi sentinel menjadi 132lokasi (66 RS dan 66 Puskesmas). Biaya operasional sentinel ini dibebankan padaanggaran rutin ISPA.pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akutTujuan dibangunnya sistem surveilans sentinel pneumonia ini adalah:
• Mengetahui gambaran kejadian pneumonia dalam distribusi epidemiologimenurut waktu, tempat dan orang di wilayah sentinel
• Mengetahui jumlah kematian, angka fatalitas kasus (CFR) pneumonia usia0 – 59 bulan (Balita) dan ≥ 5 tahun
• Tersedianya data dan informasi faktor risiko untuk kewaspadaan adanya sinyalepidemiologi episenter pandemi influenza
• Terpantaunya pelaksanaan program ISPA
Dalam pelaksanaannya, kendala utama yang dihadapi adalah ketepatan dan kelengkapan laporan. Disamping itu, pengiriman laporan masih bulanan dan hanya beberapa lokasi sentinel yang menggunakan fasilitas internet dan fax sehingga berdampak pada kelambatan deteksi dini, analisis data dan umpan balik.
4. Strategi Pengendalian ISPA
Strategi Pengendalian ISPA di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Membangun komitmen dengan pengambil kebijakan di semua tingkat denganmelaksanakan advokasi dan sosialisasi pengendalian ISPA dalam rangka pencapaiantujuan nasional dan global.
26
2. Penguatan jejaring internal dan eksternal (LP/LS, profesi, perguruan tinggi, LSM,ormas, swasta, lembaga internasional, dll).
3. Penemuan kasus pneumonia dilakukan secara aktif dan pasif.
4. Peningkatan mutu pelayanan melalui ketersediaan tenaga terlatih dan logistik.
5. Peningkatan peran serta masyarakat dalam rangka deteksi dini pneumonia Balita danpencarian pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Pelaksanaan Autopsi Verbal Balita di masyarakat.
7. Penguatan kesiapsiagaan dan respon pandemi influenza melalui penyusunan rencana kontinjensi di semua jenjang, latihan (exercise), penguatan surveilans dan penyiapan sarana prasana.
8. Pencatatan dan pelaporan dikembangkan secara bertahap dengan sistem komputerisasi berbasis web.
9. Monitoring dan pembinaan teknis dilakukan secara berjenjang, terstandar dan berkala.
10. Evaluasi program dilaksanakan secara berkala.
TUJUAN PENGENDALIAN ISPA
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena pneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Pengendalian Pneumonia Balita.
• Tercapainya cakupan penemuan pneumonia Balita sebagai berikut (tahun 2010: 60%, tahun 2011: 70%, tahun 2012: 80%, tahun 2013: 90%, tahun 2014: 100%)
• Menurunkan angka kematian pneumonia Balita sebagai kontribusi penurunan angka kematian Bayi dan Balita, sesuai dengan tujuan MDGs (44 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup) dan Indikator Nasional Angka Kematian Bayi (34 menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup).
b. Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi Influenza serta penyakit saluranpernapasan lain yang berpotensi wabah.
• Tersusunnya dokumen Rencana Kontijensi Kesiapsiagaan dan Respon terhadap
27
Pandemi Influenza di 33 provinsi pada akhir tahun 2014.
• Tersusunnya Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan PandemiInfluenza pada akhir tahun 2014.
• Tersosialisasinya pedoman-pedoman yang terkait dengan Kesiapsiagaan danRespon Pandemi Influenza pada akhir tahun 2014.
• Tersusunnya Pedoman Latihan (Exercise) dalam Kesiapsiagaan dan ResponPandemi Influenza pada akhir tahun 2014.
c. Pengendalian ISPA umur ≥ 5 tahunTerlaksananya kegiatan Surveilans Sentinel Pneumonia di Rumah Sakit danPuskesmas dari 10 provinsi pada tahun 2007 menjadi 33 provinsi pada akhirtahun 2014.
d. Faktor risiko ISPATerjalinnya kerjasama/ kemitraan dengan unit program atau institusi yang kompetendalam pengendalian faktor risiko ISPA khususnya Pneumonia.
KEGIATAN POKOK PENGENDALIAN ISPA
Advokasi dan sosialisasi merupakan kegiatan yang penting dalam upaya untuk mendapatkan komitmen politis dan kesadaran dari semua pihak pengambil keputusan dan seluruh masyarakat dalam upaya pengendalian ISPA dalam hal ini Pneumonia sebagai penyebab utama kematian bayi dan Balita.
1. AdvokasiDapat dilakukan melalui pertemuan dalam rangka mendapatkan komitmen dari semuapengambil kebijakan.
2. SosialisasiTujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran, kemandirian danmenjalin kerjasama bagi pemangku kepentingan di semua jenjang melalui pertemuanberkala, penyuluhan/KIE.
PENEMUAN dan TATALAKSANA PNEUMONIA BALITA
1. Penemuan penderita pneumonia
Penemuan dan tatalaksana Pneumonia merupakan kegiatan inti dalam pengendalian
28
Pneumonia Balita.a. Penemuan penderita secara pasifDalam hal ini penderita yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatansepertiPuskesmas, Puskesmas Pembantu, Rumah Sakit dan Rumah sakit swasta.
b. Penemuan penderita secara aktifPetugas kesehatan bersama kader secara aktif menemukan penderita baru danpenderita pneumonia yang seharusnya datang untuk kunjungan ulang 2 harisetelah berobat.
Penemuan penderita pasif dan aktif melalui proses sebagai berikut:a. Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernapasb. Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) dan hitung napas.
c. Melakukan penentuan tanda bahaya sesuai golongan umur <2 bulan dan 2 bulan- <5 tahun
d. Melakukan klasifikasi Balita batuk dan atau kesukaran bernapas; Pneumoniaberat, pneumonia dan batuk bukan pneumonia.
Tatalaksana pneumonia Balita
Pola tatalaksana penderita yang dipakai dalam pelaksanaan Pengendalian ISPA untukpenanggulangan pneumonia pada Balita didasarkan pada pola tatalaksana penderitaISPA yang diterbitkan WHO tahun 1988 yang telah mengalami adaptasi sesuai kondisiIndonesia.
29
Setelah penderita pneumonia Balita ditemukan dilakukan tatalaksana sebagaiberikut:
a. Pengobatan dengan menggunakan antibiotik: kotrimoksazol, amoksisilin selama 3hari dan obat simptomatis yang diperlukan seperti parasetamol, salbutamol (dosisdapat dilihat pada bagan terlampir).
b. Tindak lanjut bagi penderita yang kunjungan ulang yaitu penderita 2 hari setelahmendapat antibiotik di fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Rujukan bagi penderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat.
KETERSEDIAAN LOGISTIKDukungan logistik sangat diperlukan dalam menunjang pelaksanaan pengendalian ISPA.Penyediaan logistik dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan menjaditanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Sesuai dengan pembagian kewenangan antarapusat dan daerah maka pusat akan menyediakan prototipe atau contoh logistik yang sesuaistandard (spesifikasi) untuk pelayanan kesehatan. Selanjutnya pemerintah daerah berkewajibanmemenuhi kebutuhan logistik sesuai kebutuhan.Logistik yang dibutuhkan antara lain:
1. Obat• Tablet Kotrimoksazol 480 mg• Sirup Kotrimoksazol 240 mg/5 ml• Sirup kering Amoksisilin 125 mg/5 ml• Tablet Parasetamol 500 mg• Sirup Parasetamol 120 mg/5 ml.Pola penghitungan jumlah obat yang diperlukan dalam satu tahun di suatu daerah
30
didasarkan pada rumus berikut :
Obat-obat tersebut di atas merupakan obat yang umum digunakan di Puskesmas untukberbagai penyakit sehingga dalam penyediaannya dilakukan secara terpadu denganprogram lain dan proporsi sesuai kebutuhan. Jika memungkinkan dapat disediakanantibiotik intramuskular: Ampisilin dan Gentamisin.
Untuk menghindari kelebihan obat maka perhitungan kebutuhan obat berdasarkanhasil cakupan tahun sebelumnya dengan tambahan 10% sebagai buffer stock.
Contoh penghitungan kebutuhan obat :
Target cakupan tahun 2011 = 70%Pencapaian cakupan tahun 2010 = 30%Perkiraan jumlah penderita pneumonia Balita = 300 Balita/tahunKebutuhan tablet Kotrimoksazol 480 mg setahun= hasil cakupan tahun sebelumnya x perkiraan pneumonia balita x 6 tablet +10% bufferstock= (30% x 300 x 6 tablet ) + 10% (30% x 300 x 6 tablet )= 540 tablet + 54 tablet = 594 tablet
2. Alata. Acute Respiratory Infection SoundtimerDigunakan untuk menghitung frekuensi napas dalam 1 menit. Alat ini memilikimasa pakai maksimal 2 tahun (10.000 kali pemakaian).Jumlah yang diperlukan minimal:
i. Puskesmas• 3 buah di tiap Puskesmas• 1 buah di tiap Pustu
31
• 1 buah di tiap bidan desa, Poskesdes, Polindes, Ponkesdes
ii. Kabupaten• 1 buah di dinas kesehatan kabupaten/kota• 1 buah di rumah sakit umum di ibukota kabupaten/kota
iii. Provinsi• 1 buah di dinas kesehatan provinsi• 1 buah di rumah sakit umum di ibukota provinsi.b. Oksigen konsentratorUntuk memproduksi oksigen dari udara bebas. Alat ini diperuntukkan khususnyabagi fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan rawat inap dan unitgawat darurat yang mempunyai sumber daya energi (listrik/ generator).c. Oksimeter denyut (Pulseoxymetry)Sebagai alat pengukur saturasi oksigen dalam darah diperuntukan bagi fasilitaspelayanan kesehatan yang memiliki oksigen konsentrator.Nama:Sari Azzahro Said(2013730176)
Dehidrasi, asidosis, dan deplesi kalium merupakan gejala khas akibat kehilangan air dan
garam melalui diare dan muntah. Terapi rehidrasi terdiri atas tindakan penggantian air
dan garam sesuai dengan proporsi yang hilang atau yang dikeluarkan. Karena sejumlah
besar cairan dapat hilang dengan cepat, penting dilakukan penilaian berkala selama
beberapa kali selama dan setelah rehidrasi sampai diare berhenti. Dapat diberikan oralit.
38
2. Pemberian Makanan
Makanan sebaiknya diberikan 3-4 jam setelah pengobatan, saat rehidrasi telah sempurna.
Untuk bayi atau anak-anak pemberian susu atau tindakan menyusui harus dilanjutkan.
Mencegah penyebaran wabah
Untuk mencegah penyebaran wabah dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Konsumsi makanan bergizi seimbang dalam jumlah yang cukup
2. Penggunaan air bersih untuk minum dan beraktifitas
3. Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sebelum makan
4. Membuang tinja, termasuk tinja bayi pada tempatnya
5. Menjaga kebersihan jamban keluarga
6. Menjaga kebersihan rumah terutama WC, kamar mandi dan dapur
7. Menjaga kebersihan peralatan makan
8. Mencuci sayuran, buah dan bahan makanan sebelum dimasak
9. Memisahkan perangkat anggota keluarga yang terkena muntaber agar tidak menular ke
yang lain
39
Nama:Rr. Yunisa putri ryanti (2011730161)
6.Sebutkan alur pelaporan wabah!
ALUR PELAPORANMasyarakat → Puskesmas → Dinas Kesehatan Kabupaten → Dinas Kesehatan Propinsi → Departemen Kesehatan
LAPORAN MASYARAKAT KE PUSKESMASYang boleh melapor, semua masyarakat dewasa yang sehat, nama laporan: Laporan kewaspadaan.Isi Laporan : Penderita/tersangka penderita; waktu kejadiannya; gejala/tanda-tanda penyakit tersebut.Pembuatan/penyampaian laporan : dalam jangka waktu 24 jam setelah mengetahui adanya penderita/ tersangka penderita KLB.Sarana pelaporan: formulir bebas (tidak ditentukan bentuknya), telepon, telegram, radio, kurir, lisan.Pembuat laporan: perorangan, pamong desa/polisi, dokter praktek swasta, Puskesmas Pembantu, Pemerintah/swasta, instansi, pemerintah/ swasta, kader, LSM, dll.
LAPORAN PUSKESMAS KE DINAS KESEHATANNama Laporan: W1(Laporan Wabah)Isi Laporan: Tempat KLB, Jumlah P/M, Gejala/tanda-tanda.Pembuatan/Penyampaian laporan: dalam jangka waktu 24 jam setelah mengetahui kepastian (hasil pengecekan lapangan) adanya tersangka KLB.Selain melalui pos, penyampaian isi laporan dapat dilakukan dengan sarana komunikasi cepat lainnya, sesuai situasi dan kondisi yang ada.Pembuat laporan: Kepala Puskesmas.Laporan mingguan KLB.Nama laporan: W2 (laporan mingguan KLB).Isi laporan : jumlah penderita dan kematian PMT¬KLB selama satu minggu yang tercatat di Puskesmas.Pembuatan laporan setiap minggu.Pengiriman laporan : setiap Senin/Selasa.Sarana pelaporan : Formulir W2
40
Pembuat laporan : Kepala Puskesmas.Masyarakat segera (maksimum 24 jam) melapor kepada Ketua RT/RW/Kepala Dusun dan atau Petugas kesehatan/Putu, apabila di sekitarnya ada kasus penyakit (penderita/ tersangka), secara lisan atau tertulis2. Petugas Kesehatan/Pustu/Ketua RT/RW/Kepala Dusun segera (maksimum 24 jam) melaporkan kepada Kepala Puskesmas dan Kepala Desa/Lurah3. Kepala Puskesmas segera (maksimum 24 jam) melakukan penyelidikan epidemiologi dan melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota4. Isi laporan : Nama-nama penderita yang meninggal, golongan umur, tempat dan alamat kejadian, waktu kejadian, jumlah penderita meninggal. Puskesmas segera ( maksimum 24 jam), melaporkan KLB kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.2. Kabupaten/Kota segera ( maksimum 24 jam), melaporkan KLB kepada Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi3. Dinas Kesehatan Propinsi segera ( maksimum 24 jam), melaporkan KLB kepada Gubernur dan Departemen Kesehatan.
41
Nama : Sally Novrani Puteri( 2013730174)7. Sebutkan upaya yang dilakukan puskesmas untuk mencapai kecamatan sehat!Jawab:
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakatdan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat pertama. Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi:a) Pelayanan promosi kesehatan; Posyandub) Pelayanan kesehatan lingkungan; lingkungan kelompok pemakai air (Pokmair), Desa
Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)c) Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana: Posyandu, Polindes, Bina
keluarga balita (BKB)d) Pelayanan gizi; Posyandu, Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi ( Kadarzi)e) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit; Pos Obat Desa(POD)
Upaya kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Berikut adalah upaya kesehatan masyarakat pengembangan ;
a) Pelayanan kesehatan jiwa; Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)b) Upaya kesehatan gigi masyarakat;c) Pengobatan tradisional,komplementer dan alternative; Tam an Obat Keluarga (TOGA),
pembinaan pengobat tradisional (BATTRA)d) Upaya kesehatan sekolah; Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan
Pesantrene) Kesehatan indera;f) Kesehatan lansia; Posyandu usila, Panti wredag) Kesehatan kerja dan olahraga: Pos Upaya Kes. Kerja (Pos UKK)
42
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:a) Rawat jalan;b) Pelayanan gawat darurat; c) Pelayanan satu hari (one day care);d) Home care; dan/ataue) Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan.
Untuk melaksanakan upaya kesehatan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, Puskesmas harus menyelenggarakan:
2. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderitan termasuk tindakan karantina.
3. Pencegahan dan pengebalan
4. Pemusnahan penyebab penyakit.
5. Penganan jenazah akibat wabah.
6. Penyuluhan kepada masyarakat.
7. Upaya penanggulangan lainnya.
Upaya penanggulangan wabah
Dilakukan dengan mengikut sertakan masyarakat secara aktif (Pasal UU RI No 4 tahun
1984)
Dua tujuan pokok :
1. Memperkecil angka kematian akibat wabah dengan pengobatan dokter.
2. Membatasi penularan dan penyebaran penyakit agar penderita tidak bertambah
banyak, dan wabah tidak meluas ke daerah lain.
Harus mempertimbangkat keadaan masyarakat setempat (agama, adat kebiasaan, tingkat
pendidikan, social ekonomi) agar upaya penanggulangan wabah tidak mendapat hambatan
masyarakat. Penyuluhan yang intensif dan pendekatan persuasive edukatif agar masyarakat mau
ikut serta secara aktif.
Penyelidikan Epidemiologis.
Yaitu penyelidikan untuk mengenal sifat sifat penyebabnya, serta factor faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya wabah, agar dapat dilakukan tindakan penanggulangan wabah yang
paling berdaya guna dan berhasil guna oleh pihak ynag berwenang wabah dapat ditanggulangi
secepatnhya.
44
Upaya yang dilakukan dalam penaganan wabah :
Untuk penderita yang telah ditemukan :
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita, termasuk karantina.
1. Untuk penderita yang belum ditemukan :
Penyelidikan epidemiologi.
2. Untuk masyarakat yang belum sakit :
Pencegahan dan pengebalan, penyuluhan kepada masyarakat, penaganan jenazah.
3. Perumusan sumber penyakit :
Pemberantasan tempat perindukan dan memusnahkan makanan sumber keracunan.
Pemusnahan penyabab penyakit :
Dalam pencegahan harus dilakukan pemusnahan terhadap benda benda, tempat tempat dan lain-
lain yang mengandung kehidupan penyabab penyakit tersebut, misalnya :
1. Pemberantasan tempat perindukan (sarang nyamuk).
2. Memusnakan makanan sumber penyakit.
Penanganan jenazah
Apabila kematiannya disebabkan oleh penyakit yang menimbulkan wabah, atau jenazah tersebut
merupakan sumber penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Harus dilakuka secara khusus
menurut jenis penyakitnya, tanpa meninggalkan norma agama serta hakikatnya sebagai manusia.
Penyuluhan kepada masyarakat
Kegiatan komunikasi yang bersifat persuasive edukatif tentang penyakit ynag dapat
menimbulkan wabah agar mereka :
Mengerti sifat – sifat penyakit untuk dapat melindungi dirinya sendiri dan apabila terkena
tidak menularkan kepada orang lain.
Mau berperan serta secara aktif dalam penanggulangan wabah.
45
Nama: Ghaisani Zatadini (2013730146)
9.Bagaimana cara melakukan kerjasama denga RS rujukan dalam pemberantasan wabah!
Cara untuk memberantas wabah :-Meningkatkan mutu layanan di Rumah sakit,dalam menampung rujukan dari posyandu dan puskesmas.-Meningkatkan sarana komunikasi antara rumah sakit dan puskesmas.-Meningkatkan upaya dana sehatuntuk menunjang upaya rumah sakit rujukan memberantas wabah-Memberantas sumber dan memutuskan rantai penularan-mencegah pemakaian air yang tercemar atau air disterilkan dulu sebelum dipakai, memusnahkan makanan yang tercemar, dan juga tempat perbiakan vector. Pendidikan kesehatan berperan penting dalam kegiatan ini dan mungkin perlu juga didukung dengan undang-undang.-Mengobati dan mengisolasi semua kasus,jenis pengobatan yang diberikan bergantung pada penyakit dan juga sarana, serta perlengkapan yang tersedia.-Meningkatkan daya tahan penduduk setempat, beberapa jenis penyakit menular dapat dicegah dengan obat (misalnya penyakit malaria) atau imunisasi (misalnya polio dan campak). Perlu diingat, bahwa untuk wabah beberapa penyakit, seperti tifoid dan kolera, pemberian vaksin boleh dikatakan tidak efektif.-Survei yang berkelanjutan, selama fase akut suatu wabah, perlu tetap diawasi orang-orang yang dicurigai memiliki risiko penyakit. Segera setelah wabah berhasil diatasi, perlu dijalankan surveilans untuk menemukan kasus baru, supaya efektif. Karena system pelaporan rutin mungkin tidak memadai untuk hal tersebut, maka surveilans di masyarakat merupakan alat penting untuk mengenal dan melaporkan setiap kasus baru.
46
Nama : Tasya Sabrina Chairunnisa (2013730183)10.Apasajakah upaya pemberdayaan masyakat serta bagaimana menggerakan potensi masyarakat
untuk mencapai Revitalisasi posyandu dalam masyarakat sehat?
Posyandu adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya serta kesehatan Ibu,Bayi dan Balita pada khususnya. Posyandu dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat dibawah bimbingan petugas kesehatan dari puskesmas setempat. Posyandu juga berupaya untuk pemberdayaan masyarakat dan Revitalisasi Posyandu, antara lain :
1. Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan teknis, serta dedikasi kader di Posyandu.
2. Memperluas system posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah.
3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan saran dan prasarana kerja Posyandu.
4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelanggaraan dan pembiayaan kegiatan Posyandu.
5. Menyediakan system pilihan jenis dalam pelayanan (paket minimal dan tambahan) sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat.
6. Menggunakan azas kecukupan dan urgensi dalam penetapn sasaran pelayanan dengan perhatian khusus pada Baduta untuk mencapai cakupan keseluruhan.
7. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga professional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur LSM.
Dimana tujuan penyelenggara posyandu adalah;1. Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematiaan ibu (ibu hamil, melahirkan,
dan nifas)2. Membudayakan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS)3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kesehatan
dan KB.
47
POSYANDUPOSYANDU
YAN : Peyalanan
YAN : Peyalanan
POS : Tempat
POS : Tempat
DU : Terpadu
DU : Terpadu
Nama:Yudha Daud Pratama (2011730168)
11.Jelaskan perilaku kesehatan menurut para ahli, Klasifikasi, bentuk perilaku kesehatan,serta
jenisnya!
A. Perilaku kesehatan menurut para ahli Menurut Gochman :
Perilaku kesehatan adalah suatu respons tindakan yang berkaitan dengan atribut-atribut seperti keyakinan, pengharapan, motif, nilai, persepsi dan elemen-elemen kognitif lainnya, karakteristik pribadi, termasuk afektif dan state dan trait emosional, dan pola perilaku terbuka, perbuatan dan kebiasaaan yang berkaitan dengan pemeliharaan, perbaikan, dan pengembangan kesehatan.
Menurut Notoatmodjo :Perilaku kesehatan adalah respon organisme terhadap stimulus (obyek) yang berkaitan dengan sakit/penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
B. Klasifikasi Perilaku Kesehatan Menurut Becker ( 1979) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Healthy life behavior ( perilaku hidup sehat ) yang mencakup makanan gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman keras (alkohol), istirahat cukup, mengendalikan stress, tidak berganti – ganti pasangan.
b. Illness behavior ( perilaku saat sakit ) yang mencakup respon saat sakit dan terhadap penyakit, pengetahuan tentang penyakit, gejala, penularan, dan pengobatan penyakit.
c. The sick role behavior (perilaku peran sakit ) yang mencakup tindakan untuk memperoleh kesembuhan, mengetahui fasilitas kesehatan yang tersedia, mengeahui hak dan kewajiban orang sakit.
Menurut Notoatmodjo klasifikasi perilaku kesehatan yaitu :a. Perilaku pemeliharaan kesehatan meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan, asupan gizi, dsb.b. Perilaku pencarian dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dimulai dari self
treatmen sampai dengan usaha pengobatan di dalam dan di luar negeri.c. Perilaku kesehatan lingkungan seperti penyediaan air minum sehat, Pengadaan SPAL,
pembuangan dan pengelolaan sampah.
C. Bentuk – bentuk perilaku kesehatan Perliaku meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit diantaranya :
Menjaga/ mencapai BB ideal Berhenti/ tidak memulai merokok
48
Berhenti/ tdk memulai miras Makan dg gizi seimbang Melakukan 3 M Menghindari stress Menjaga kebugaran
Pelayanan dan pengobatan penyakit diantaranya : Minum obat sesuai resep dokter Memeriksakan kesehatan Persalinan di Nakes Mengurangi BB Pengelolaan gizi terhadap penyakit Immunisasi
D. Jenis – jenis perilaku kesehatan Ideal behavior : Tindakan yang bisa diamati yg perlu dilakukan individu atau masy untuk
mengurangi atau membantu memecahkan masalah kesehatan.Contoh : Membuang limbah di pembuangan limbah, memasang kawat nyamuk, melakukan immunisasi, menggunakan helm saat berkendara roda dua.
Current behavior : perilaku yang dilaksanakan saat ini, dapat diidentifikasi dengan observasi dan wawancara di lapangan: (perilaku yang terdapat kesenjangan antara perilaku ideal dengan tindakan yang dilakukan dikaitkan dengan epdemiologi dan masalah kesehatan yang diakibatkan dari perilaku tersebut).Contoh : Membuang sampah sembarangan, makan tidak mencuci tangan, MCK di sungai, tidak menggosok gigi dengan rutin, merokok, mengkonsumsi makanan siap saji, dll.
Expected/feasible behavior : perilaku yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh suatu individu atau kelompok masyarakat :
Contoh : Membuat tempat pembuangan sampah, membuat sumur air bersih, membuat Jamban sesuai standar, membuat sumur resapan, membuat kawasan bebas asap rokok, dll.
49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil diskusi yang sudah dilaksanakan, dapat di ambil kesimpulan bahwa skenario 1
yang ada pada modul Ilmu Kesehatan Masyarakat ini adalah termasuk wabah. Dapat
dikatakan wabah karena sesuai dengan kriteria dari wabah itu sendiri serta dilakukan
langkah-langkah dari upaya penyelidikan wabah. Dalam menentukan sebuah kasus bisa
dikatakan wabah diperlukan data-data dan informasi yang lengkap. Wabah itu sendiri
adalah keadaan berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata, melebihi keadaan yang lazim, pada waktu dan
daerah tertentu, serta dapat menimbulkan malapetaka.
3.2 Saran
Sebaiknya apabila ditemukan tanda-tanda yang mengarah ke wabah segera dilaporkan
dan pihak yang bersangkutan harus segera mengambil tindakan yang tepat untuk
mengatasi wabah. Apabila penanganan wabah ini terlambat maka akan timbul korban
yang lebih banyak lagi.
50
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius FK UI.
Depkes. 2013.
Djuanda, Adhi. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit : Balai Penerbit FK UI.
FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Heru S. Adi.1995.KADER KESEHATAN MASYARAKAT Ed.2.EGC;Jakarta.