LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P) _____________________________________________________________ LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS SCL Judul PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI oleh: DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc. Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008 JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2008
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P)
PENINGKATAN PENGETAHUAN KONSEPSI SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN IKAN YANG BERBASIS SCL PADA MATAKULIAH IKHTIOLOGI
oleh:
DR. ANDI IQBAL BURHANUDDIN, M.Fish. Sc.
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008
JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN FEBRUARI 2008
ii
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN (L K P P)
Lantai Dasar Gedung Perpustakaan Universitas Hasnuddin
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN MODUL PEMBELAJARAN
PROGRAM TRANSFORMASI DARI TEACHING KE LEARNING UNIVERSITAS HASANUDDIN 2008
Judul: PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG KONSEPSI
SISTEMATIKA DAN PEMAHAMAN SYSTEM ORGAN DAN BENTUK ADAPTASI IKAN YANG BERBASIS SCL PADA
MATAKULIAH IKHTIOLOGI a. Nama : Dr. Andi Iqbal Burhanuddin, M. Fish. Sc. b. N I P : 132 102 308 c. Pangkat/ Golongan : Penata/ III.c d. Jurusan : Ilmu Kelautan e. Fakultas/Universitas : Ilmu Kelautan dan Perikanan / Univ. Hasanuddin f. Biaya : Rp. 4.000.000,- (Empat Juta Rupiah)
Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Hasanuddin Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan
Nomor: 469/H4.23/PM.05/2008 Tanggal 04 Februari 2008
Makassar, 04 Februari 2008
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UNHAS Pembuat Modul
Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1.5 – 3%
dari bobot tubuhnya. Pada Squalus acanthius volume darah bisa mencapai 5% dari bobot
tubuhnya. Jumlah organ yang membuat darah pada ikan lebih banyak jumlahya bila
dibanding dengan mamalia.
lxvi
Ikan pada umumnya, vena utama yang membawa darah kembali ke jantung ialah
sepasang vena kardinalis anterior dan posterior (Gambar. 4). Vena yang pertama,
membawa darah dari bagian kepala berjalan berdampingan dengan sepasang vena
jugularis yang letaknya lebih ke tengah. Dari ekor berjalan vena caudalis yang tunggal,
kemudian bercabang dua menjadi vena portae renalis menuju ke ginjal. Di dalam ginjal
vena portae renalis mempercabangkan banyak vena renalis advehentes, dan masing-
masing cabang ini pecah menjadi kapiler darah. Jaring kapiler darah ini kemudian
bersatu kembali menjadi beberapa vena renalis revehentis yang mengalir ke permukaan
tengah dari ginjal dan bermuara pada vena kardinalis posterior.
4. Sistem peredaran vena pada ikan teleostei (Lagler, et al. 1977)
C. SEL-SEL DARAH
Darah terdiri atas sel-sel dan cairan darah atau plasma. Sel sel darah terdapat
dalam plasma yang terdiri dari tiga macam, yaitu Erythrocyte, Leucocyte dan
Thrombocyte. Ketiga macam sel darah tersebut dibentuk dalam sistem
reticuloendothelial. Pembentukan sel-sel tersebut pada hawan muda terjadi di dalam
kantung yolk, kemudian dalam hati, spleen, dan lymfa. Setelah hewan dewasa, sumsung
tulang merupakan tempat utama pembentukan sel-sel darah merah.
Sel darah terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang
berbeda (Gambar 5), sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat
ion-ion inorganik dan organik untuk fungsi metabolik.
lxvii
Erythrocyte (sel darah merah)
Ikan, sebagaimana vertebrata lain, memiliki sel darah merah atau Erythrocyte
yang berbentuk lonjong dan berinti dengan diameter 7 – 36 mikron (tergantung spesies
ikannya). Warna merah dari darah disebabkan oleh hemoglobin yang terdapat dalam
erythrocyte. Jumlah erythrocyte tiap mm3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000.
Pengangkutan oksigen sebagai fungsi utama sel darah bergantung kepada komponen Fe
pada hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam erythrocyte. Kemampuan
mengikat oksigen pada tingkat kejenuhan 95%, kandungan besi dalam darah dan jumlah
sel darah merah sangat bervariasi bergantung pada stadia hidup, kebiasaan hidup dan
kondisi lingkungan.
Leucocyte (sel darah putih)
Leucocyte terdiri atas dua kelompok sel yakni yang mengandung butir-butir
(granula) yang disebut granulacyte dan yang mengandung sedikt sekali bahkan tidak
mengandung butir-butir disebut agranulacyte. Yang mengandung granula terdiri atas:
neutrophil, eosinophil dan basophil sedang yang tidak mengandung granula terdiri atas:
limphocyte dan monocyte.
Leucocyte pada ikan tidak berwarna, berjumlah antara 20.000 – 150.000 dalam
tiap mm3 darah. Leucocyte dapat dibedakan menjadi tiga macam sel, yaitu granulocyte,
limphocyte, dan monocyte. Walaupun leucocyte merupakan unsur darah, tetapi fungsi
utama dari padanya ada di luar pembuluh darah. Mereka mempunyai sifat dapat
menerobos keluar dari pembuluh darah, dan bergerak secara amoeboid di antara jaringan
sekelilingnya. Mereka tidak hanya mempunyai sifat daya fagositose saja, tetapi kaya
terhadap enzim yang dapat menimbulkan reaksi kimia. Di luar pembuluh darah,
leucocyte hanya berumur pendek.
Berdasarkan penyerapan warna, granulocyte terdiri dari neutrophil, acidophil
(eosinophil) dan basophil. Agranulocyte yang merupakan komponen terbesar leucocyte
terdiri dari lympocyte, monocyte dan thrombocyte (Gambar. 5)
Thrombocyte
Thrombocyte ukurannya jauh lebih kecil dari erytrocyte, besarnya bervariasi
antara 2 sampai 3 mikron. Mereka merupakan penghasil utama dari thrombokinase.
lxviii
5. Sel-sel darah pada ikan
D. ORGAN PEMBENTUK DARAH
Beberapa organ pada ikan dapat membentuk darah. Pada stadia embrio, saluran
darah dapat menghasilkan sel-sel darah, pada ikan dewasa sel-sel darah masih dibentuk di
permukaan saluran darah, namun pusat-pusat pembentukan sel-sel darah lebih nampak.
Pada Cyclostomata, semua jenis sel darah dibentuk dalam limpa yang tersebar pada
submucosa usus alat pencernaan makanan. Dinding esophagus pada beberapa jenis ikan
pada bagian buco-faring hingga bagian cardinal lambung terdapat organ lymphoid yang
dikenal dengan Leidug yang menghasilkan sel-sel darah putih.
Ginjal adalah organ yang paling kaya akan jaringan lymphoid, thrombocyte
dibentuk di bagian mesonefrik. Pada Lamprey dan kebanyakan Teleostei, ginjal
merupakan penghasil sel darah yang utama selama hidupnya, terutama kepala ginjal.
Jaringan lymphoid juga terdapat pada permukaan gonad jantan dan betina ikan Selachi
dan Dipnoi. Pada bagian-bagian sel tulang rawan pada kepala dari jenis Lepisosteus dan
Amia menghasilkan seluruh jenis sel-sel darah.
Limpa ikan merupakan organ yang sangat bervariasi baik letak, bentuk maupun
ukurannya. Limpa pada ikan Gnathostomata terdiri dari bagian cortex (berwarna merah),
Pulva (berwarna putih) dan medula. Bagian cortex dari limpa membentuk erythricyte dan
thrombocyte sedangkan limphocyte dan beberapa granulocyte dibentuk di dalam medulla.
Pada esophagus ikan hiu, memperlihatkan kumpulan jaringan pembentuk limphocyte.
Pada ikan pari, limpa memanjang antara bagian kardial dan pyloric dari lambung,
sedangkan pada ikan Squalus, limpa ini terletak di belakang persimpangan lambung dan
berbentuk segi tiga. Pada ikan bertulang sejati limpa ini juga berfungsi dalam
menghancurkan sel-sel darah merah.
lxix
INDIKATOR PENILAIAN
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran
akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan
(30%)
BAB III. PENUTUP
Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat
satu jalur sirkulasi peredaran darah. Berawal dari jantung, darah menuju insang
untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya, darh dialirkan ke dorsal aorta dan
terbagi ke segenap organ-organ tubuh melalui saluran-salura kecil. Selain itu,
sebagian darah dari insang kadang langsung kembali ke jantung.
Darah memberi bahan materi dengan perantaraan difusi melalui dinding
yang tipis dari kapiler darah, dan kembali ke jantung melalui pembulu yang ke dua.
Seri pertama dinamakan sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.
DAFTAR PUSTAKA
BB. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
FF. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley & Sons, New York
GG. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.
Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
HH. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
II. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
GG. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas
Perikanan, IPB
lxx
MODUL VII JUDUL : SISTEM UROGENITALIA BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema
uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi.
Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan
bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan
ginjal dan salurannya.
Sistem genitalia disebut juga sistem reproduksi yang fungsinya untuk berkembang
biak. Organ utama sistem ini adalah gonade (kelenjar kelamin) sepasang terletak antara
usus dan gelembung renang. Kelenjar kelamin betina disebut ovarium sedangkan
kelenjar kelamin jantan disebut testis (lebih jelas dibahas pada bab Sistem Reproduksi).
B. Ruang Lingkup Isi
- Ginjal
- Osmoregulasi
- Gonad
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke tujuh yang membahas tentang sistem urogenitalia
pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu
sistem peredaran darah pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
13. Menjelaskan tentang sistem sekresi pada ikan
14. Menjelaskan tentang sistem pada gonad
15. Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan osmoregulasi
lxxi
BAB II. PEMBAHASAN
A. EKSRESI
Hewan bertulang belakang membuang beberapa sisa hasil metaboliknya melalui
saluran pencernaan dan kulitnya, tetapi sebagian besar dibuang melalui ginjal.
Ginjal berjumlah sepasang, berbentuk ramping dan memanjang dengan warna
merah tua, terletak di bagian atas rongga perut di bawah tulang punggung. Hasil
buangan berupa urine yang dihasilkan oleh ginjal dialirkan melalui sepasang ureter
(ductus mesonephridicus) yang berjalan dipinggiran rongga badan sebelah dorsal menuju
ke belakang. Ureter kiri dan kanan bertemu di belakang menjadi kantong urine (vesica
urinaria) dan dari organ ini urine dikeluarkan melalui urethrea yang pedek dan bermuara
pada porus urogenital.
Ginjal ini ini memiliki dua tipe anatomik dasar, yaitu pronephros dan
mesonephros (gbr. 1.). Pronephros pada sebagian besar ikan terletak di depan
mesonephros yang memiliki struktur sangat sederhana dan hanya berfungsi pada awal
kehidupan, yang kemudian fungsinya akan digantikan oleh mesonephros ketika menjadi
dewasa.
Mesonephros mempunyai susunan yang lebih rumit, yang terdiri dari unit-unit
yang disebut nephron. Nephron ini terdiri dari badan Malphigi (renal corpuscle) dan
tubuli ginjal. Badan malphigi terdiri dari glomerulus (kumparan kapiler-kapiler darah)
dan kapsul Bowman (semacam mangkuk yang terdiri dari dua dinding, tempat
glomerulus) (gbr 2)
lxxii
Gambar 1. Diagram hubungan struktural tipe ginjal pada ikan
Gambar 2. Diagram badan Malphigi (http://bill.srnr.arizona.edu/)
B. OSMOREGULASI
Hal yang menarik dan harus dihadapi oleh ikan dalam menyesuaikan hidupnya
terhadap lingkungan adalah pengaturan keseimbangan antara air dan garam dalam
jaringan tubuhnya. Oleh karena itu dalam upaya beradaptasi dengan lingkungan tempat
mereka hidup, ia harus mengatur keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya
agar tidak kekurangan atau kelebihan air.
Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif konstan adalah hal
yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan normal.
Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi. Organ yang berperan dalam proses
osmoregulasi adalah ginjal, Insang, kulit, membran mulut dan beberapa organ khusus
yang digunakan dengan berbagai cara.
Ikan Air Tawar
Tekanan osmotik pada cairan tubuh ikan tergantung pada jumlah mineral dan
bahan organik yang terkandung di dalamnya. Pada semua ikan yang hidup di air tawar
lxxiii
memiliki cairan tubuh yang tekanan osmotiknya lebih besar (hipersomatik) dari pada
lingkungannya. Keadaan ini menyebabkan air cenderung masuk ke dalam tubuhnya
secara difusi melalui permukaan tubuh yang semipermiabel. Bila hal ini tidak
terkendalikan atau terimbangi, difusi akan mendorong keluarnya garam-garam tubuh dan
terjadi pengenceran cairan tubuh sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh tidak berjalan
normal.
Sisik tebal dan sejumlah jaringan pengikat dalam kulit pada ikan membantu dalam
mencegah difusi. Namun, Insang menyediakan suatu permukaan yang luas bagi difusi air,
dengan demikian tidak ada cara yang sempurna untuk dapat menahan air sehingga air
haruslah dikeluarkan dari tubuh dengan berbagai cara. Untuk ikan bertulang sejati,
jelaslah bahwa sebagian besar air yang terabsorbsi masuk melalui insang. Ginjal akan
memompa ke luar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Glomerulus sebagai penyaring
mempunyai jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat
menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya. Dara dari aorta dorsalis menuju ginjal melalui arteri renalis,
dimana ia akan melalui pembuluh kapiler glomerulus dan kemudian melalui kapiler
sekeliling tubuli ginjal sebelum meninggalkan lewat vena renalis. Darah dari vena renal
portal bergabung dengan jaringan kapiler yang mengelilingi tubuli ginjal. Glomerulus
merupakan filter yang meloloskan plasma darah yang mengandung bahan tersebut
melewati ruang yang terletak diantara dinding-dinding kapsul Bouwman dan kemudian
menuju tubuli ginjal. Sel darah dan molekul besar seperti protein tidak dapat melewati
penyaring.
Ketika cairan dari badan Malphigi memasuki dan melewati tubuli ginjal, beberapa
substansi diserap pada bagian-bagian tertentu. Glukosa diserap kembali pada tubuli
proksimalis, dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distalis. Dinding di tubuli
ginjal tersebut bersifat impermiable terhadap air. Air seni yang dikeluarkan ikan sangat
encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen seperti asam urikat, kreatin,
kreatinin, dan amonia. Meskipun air seni mengandung sedikit garam, keluarnya air
yang melimpah menyebabkan jumlah kehilangan garam cukup berarti. Garam-garam
juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini diimbangi oleh garam-garam
yang terdapat pada makanan, dan perserapan yang aktif melalui insang (gbr. 11.3).
lxxiv
Pada golongan ikan Teleostei terdapat kantung air seni yang dindingnya
impermiabel terhadap air untuk menampung air seni. Di tempat ini dilakukan penyerapan
kembali terhadap ion-ion.
Air tubuh ikan Teleostei tawar menyusun kira-kira 70-75 persen bobot tubuh.
Sedangkan air dikeluarkan sebagian besar lewat ginjal. Air seni yang dikeluarkan
bervariasi dengan spesies, suhu dan lain-lain, tetapi banyak penelitian menunjukkan
antara 50-150 ml/kg/hari.
Ikan Air Laut
Pada ikan air laut hidup pada lingkungan hipersomatik terhadap jaringan dan
cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang
serta kemasukan garam-garam. Beberapa spesies kehilangan 30 – 60 persen air yang
terambil pada proses osmose. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ``minum`` air laut,
yang kemudian diserap melalui saluran pencernaan. Akibatnya adalah meningkatnya
kandungan garam dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini.
Untuk itu kelebihan garam harus dihilangkan. Proses tersebut digambarkan pada gambar
11.3. Banyaknya air minum bervariasi dengan spesies dan salinitas. Semakin tinggi
salinitas, maka semakin cepat laju minum. Ikan laut umumnya meminum 7 – 35 persen
bobot tubuhnya per hari. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk menahan
air, maka volume air seni tereduksi sangat besar dibandingkan dengan ikan air tawar.
Tubuli ginjal tampaknya mampu berfungsi sebagai penahan air, seperti pada family
Cottidae, filtrat glomerular mempunyai volume lima kali volume air seni yang akhirnya
dikeluarkan dari tubuh. Jumlah glomerulus pada ikan air tawar lebih sedikit dan
bentuknya lebih kecil bahkan pada beberapa spesies ikan, tidak memiliki glomerulus,
misalnya pada family Sygnathidae, Tetradonthidae, dan Scorpaenidae.
Lebih 90 persen hasil buangan nitrogen dieliminir melalui insang, sebagian besar
berupa amonia dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian air seni masih mengandung
sedikit senyawa tersebut. Air seni Osteichthyes mengandung kreatin, kreatinin, beberapa
senyawa nitrogen yang belum diidentifikasi dan trimetilamin oksida (TMAO).
lxxv
Gambar 3. Proses pengeluaran dan penyerapan ion dan air dalam tubuh ikan air tawar
dan air laut.
Ikan Elasmobranchii
Tekanan osmotik pada golongan ikan Elasmobranchii seperti cucut dan pari
umumnya lebih besar daripada lingkungannya. Namun tekanan osmotik cairan tubuhnya
sebagian besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea
dan trimetilamin oksida (TMAO) dalam tubuh.
Golongan ikan ini cenderung menerima air lewat difusi yang terutama lewat
insang karena cairan tubuhnya yang bersifat hipersomatik terhadap lingkungannya.
Kelebihan air yang diterima dikeluarkan melalui urin untuk mempertahankan tekanan
osmotik cairan tubuhnya. Urea sebagai hasil akhir metabolisme nitrogen yang dihasilkan
di hati disekresikan dalam jumlah yang relatif kecil melalui urin. Hasil buangan nitrogen
lainnya diserap kembali pada tubuli ginjal. Penyerapan kembali terhadap urea dan
TMAO dapat dilihat sebagai upaya dalam mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya.
Permukaan tubuh yang relatif impermiabel mencegah masuknya air dari lingkungan ke
dalam tubuhnya.
Banyak jenis ikan yang menetas di perairan tawar seperti sungai kemudian
berpindah menuju ke laut dan tinggal untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali
ke perairan tawar setelah dewasa untuk memijah. Kelompok ikan ini disebut kelompok
ikan anadromus. Sebaliknya pada ikan kelompok katadromus yang menetas di laut akan
bergerak ke perairan tawar untuk untuk makan dan tumbuh, serta kemudian kembali ke
lxxvi
perairan laut setelah dewasa untuk memijah. Selain kedua kelompok tersebut, terdapat
banyak spesies ikan lain yang mampu dan mempunyai toleransi besar terhadap perubahan
salinitas sehingga mampu bergerak secara leluasa di antara perairan air tawar dan laut.
Kondisi tersebut mengharuskan ikan tiga kelompok ini memiliki kemampuan mekanisme
osmoregulasi yang kecepatannya bergantung kepada kecepatan perubahan habitat.
Ikan diadromus umumnya melakukan perubahan progresif yang dapat mengubah
penampilan fisiologis tergantung pada tahap hidupnya.
Di daerah tropis banyak ikan laut yang bergerak ke daerah estuaria, harus mampu
mengubah secara mendadak dari menyimpan air menjadi mengeluarkan sebanyak
mungkin air melalui ginjal dan harus mengubah dari mengekskresi garam yang lebih
menjadi menyimpan.
Volume air seni yang dikeluarkan dan keseimbangan garam pada ikan oleh
sekresi kelenjar endokrin (hormon). Hormon dapat mempengaruhi ginjal dengan
penaikan atau penurunan tekanan darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam
kapsul Bowman, yang berarti pula mengubah jumlah cairan sekresi. Hormon juga bisa
mempengaruhi ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada saat tubuli ginjal untuk
mengubah permeabilitas dan laju penyerapan kembali terhadap substantsi tertentu.
INDIKATOR PENILAIAN
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran
akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan
(30%)
BAB III. PENUTUP
Sistem urogenital dibangunkan oleh dua system, yaitu system urinaria (systema
uropoetica) dan genitalia (sytema genitalia). Sistem urinaria biasa disebut sistem ekskresi.
Fungsinya untuk membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan atau membahayakan
bagi kesehatan tubuh keluar dari tubuh sebagai larutan dalam air dengan perantaraan
lxxvii
ginjal dan salurannya. Pengaturan terhadap tekanan osmotik cairan tubuh yang relatif
konstan adalah hal yang dibutuhkan ikan agar proses fisiologi di dalam tubuhnya berjalan
normal. Pengaturan tersebut disebut dengan Omoregulasi.
DAFTAR PUSTAKA
HH. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
LL. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley & Sons, New York
MM. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.
Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
NN. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
OO. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
MM. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas
Perikanan, IPB
lxxviii
MODUL VIII JUDUL : SISTEM SARAF BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf pada vertebrata mempunyai tiga macam peranan vital, yaitu:
Orientasi terhadap lingkungan luar, menerima stimulus dari luar dan meresponnya;
mengatur agar kerja sekalian sistem dalam tubuh bersesuaian, dengan bantuan kerja
kelenjar endokrin; dan tempat ingatan dan kecerdasan (khusus vertebrata tingkat tinggi).
Peranan ini semua disempurnakan oleh saraf, medulla spinalis, dan otak, dibantu oleh
organ indra sebagai reseptor, dan otot serta kelenjar sebagai efektor.
Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem
saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial
dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
B. Ruang Lingkup Isi
- Otak
- Syaraf Cranial
- Syaraf spinal
- Organ sensorik
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke delapan yang membahas tentang sistem Saraf
pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul sebelumya yaitu
sistem peredaran darah, sistem urogenital pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
16. Menjelaskan tentang sistem saraf pada ikan
lxxix
17. Menjelaskan tentang fungsi sistem saraf dan fungsi organ saraf tersebut
BAB II. PEMBAHASAN
A. OTAK
Otak terdapat pada susunan saraf pusat. Otak ikan dapat dibagi menjadi lima
bagian yaitu telencephalon, diencephalon, mesencephalon, metencephalon dan
myelencephalon.
Telencephalon
Otak bagian depan yang dibentuk oleh serebral hemisfer dan rhinecephalon
sebagai pusat hal-hal yang berhubungan dengan pembauan. Saraf utama yang keluar dari
daerah ini adalah saraf olfactory (saraf cranial I). Pada ikan yang mengutamakan
pembauan untuk mencari mangsanya, otak bagian depan menjadi lebih berkembang.
Ikan tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan terhadap
anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anak-
anaknya. Ikan Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat pengrusakan
telencephalon.
Diencephalon
Terletak pada bagian belakang telencephalon. Bagian ventral dari dienchephalon
adalah hypothalamus, bagian dorsalnya epithalamus dan bagian lateralnya dinamakan
thalamus. Epithalamus adalah bagian yang nampak pada dorsal dari otak. Struktur yang
paling nyata ialah dua tonjolan dorsal yang tunggal, yaitu epifise (organ pineal) di
sebelah belakang dan parafise (organ parapineal) disebelah depannya. Keduanya tumbuh
sebagai evaginasi dari diencephalons embrio.
Pada Cyclostomata, dinding otak yang terdapat di atas badan pineal menjadi transparan
dan kulit kepala yang ada di atasnya tidak mempunyai pigmen. Dengan demikian cahaya
yang sampai di kepala ikan ini akan mengenai badan pineal. Beberapa ikan hiu
(Squaliformes) pun ada yang tidak berpigmen pada daerah kepala tersebut, tetapi badan
pinealnya kurang berkembang bila diibandingkan dengan Cyclostomata. Ikan-ikan yang
mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup di daerah yang agak dalam dan
termasuk yang suka beruaya vertikal. Ikan yang bersifat fototaksis positif, di kepalanya
terdapat daerah yang tidak berpigmen dan atap cranial yang transparan di atas
lxxx
diencephalon. Dan sebaliknya ikan yang bersifat fototaksis negatif pada kepalanya
terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.
Mesencephalon
Otak bagian tengah pada semua vertebrata memiliki atap berupa sepasang lobus
opticus yang bertindak sebagai pusat refleks penglihatan, menerima serabut aferent dari
retina. Mesencephalon pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan.
Lobus opticus terdiri dari tectum opticum di bagian atas tegmentum di bagian bawah.
Tectum opticum merupakan organ koordinator yang melayani rangsang penglihatan.
Bayangan yang terjadi pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedang
tegmentum merupakan pusat sel-sel motoris. Pada mesencephalon terdapat bagian
menonjol yang disebut Cerebellum, memiliki fungsi utama yaitu mengatur
kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap
ruang. Pada ikan bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula
cerebelli dan corpus cerebelli yang besarnya tergantung spesiesnya. Beberapa jenis ikan
yang memiliki cerebellum relatif besar, utamanya ikan yang menghasilkan listrik
(mormyridae) dan ikan perenang cepat (mackerel dan tuna).
Myelencephalon
Bagian otak paling belakang (posterior), dengan medula oblongata sebagai
komponen utamanya. Komponen ini merupakan pusat untuk menyalurkan rangsangan
keluar melalui saraf cranial.
Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Di medulla Pada Pada ikan
clupea pallasi, mugil cephalus dan Trachiurus, medulla oblongata membesar, dibagian ini
terdapat organ yang dinamakan cristae cerebelli yang diduga saraf ini ada hubungannya
dengan kecendrungan ikan untuk berkelompok.
B. SARAF CRANIAL
Sebagian besar saraf cranial (SC) berhubungan dengan bagian-bagian kepala,
selain dari itu ditemukan juga yang berhungan dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Dari
otak sendiri terdapat sebelas saraf cranial yang menyebar ke organ-organ sensory tertentu
dan otot-otot tertentu.
Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf
cranial I, yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut saraf terbesar yang
lxxxi
mengelilingi ’’olfactory bulb”. Saraf olfactory (SC I) menghubungkan organ olfactory
dengan pusat olfactory otak depan, fungsinya membawa impuls bau-bauan. Saraf optic
(SC II) menghubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi membawa
impuls penglhata. Saraf oculometer (SC III) berfungsi sebagai saraf motor somatik yang
mengatr otot mata superior rectus, inferior oblique, inferior rectus dan internal rectus.
Saraf ini berhubungan dengan otak mesenchepalon dan merupakan saraf motor somatik.
Saraf trochlear (SC IV) menginervasi otot mata superior oblique. Saraf motor
somatik ini berhubungan dengan mesencephalon.
KET. I. olfactory nerve; II. optic nerve; III. oculamotor nerve; trochlear nerve; V. Trigeminal nerve; VI. Abducens nerve; VII. Facial nerve; 1-6. octavus nerve (VIIIa anterior ramus; VIIIp. Posterior ramus); ALLN. Anterior lateral line nerve; PLLN. Posterior lateral line nerve; IX. Glossopharyngeal nerve;X vagal nerve; C. Cerebellum; D. Diencephalon; R. Rhombocephalon;T. Telencephalon; TE. Tectum mesencephali.
Gambar 1. Topografi secara umum otak ikan
C. SPINAL CORD DAN SARAF SPINAL
Saraf cranial merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan
ekor. Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord
merupakan suatu tabung, tetapi alur pusatnya (central canal) berdiameter kecil
dibandingkan dengan dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang
menyerupai sepasang sayap kupu-kupu pada potongan melintangnya (Gambar 12.2).
Bagian ini merupakan bahan kelabu (gray matter) yang terdiri dari sel-sel saraf dan
lxxxii
dikelilingi oleh serabut-serabut saraf (white matter). Serabut-serabut saraf ini dibungkus
dan dkumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan kelabu dapat
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sepasang tanduk dorsal (anterior horn) dan sepasang
tanduk vetral (posterior horn). Tanduk dorsal menerima serabut sensori visceral dan
somatic, dan tanduk venral berisikan inti saraf motor. (Gambar 12.3).
Gambar 2. Potongan melintang spinal cord ikan cucut (Laglar et al., 1977)
lxxxiii
D. SISTEM INDERA
Sistem indera memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan
indera dengan sistem saraf pusat. Organ indera ialah sel-sel tertentu yang dapat
menerima stimulus dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri untuk diteruskan
sebagai impuls saraf melalui serabut saraf ke pusat susunan saraf.
Berdasarkan sumber stimulus, organ indera dapat dibedakan sebagai berikut: 1)
Eksoreseptor yaitu reseptor raba dan penlihatan, menerima impuls dari medium
sekitarnya. 2) Propioseptor yaitu yang menerima stimulus dari otot, sendi, urat, dan
kanalis semikularis, memberitahu organisme sampai seberapa otot harus ditekuk untuk
mendapatkan posisi yang tepat dalam ruangan.
3) Enteroseptor iaiah yang menermia stimulus oleh faktor - faktordi dalam lingkungan
dalam tubuh, jadi mempengaruhi kerjanya otot polos dan kelenjar. Eksteroseptor dan
proprioseptor adalah somatis, dan enteroseptor adalah organ indera visceral.
Berdasarkan macam rangsangan yang mempengaruhinya, organ indera dapat
diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Fotoreseptor ialah yang peka terhadap cahaya. 2)
Statoreseptor ialah vanq peka terhadap perubahan posisi tubuh dani ruang. 3)
Khemoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan bahan kimia di dalam linkugannya.
4) Fonoreseptor ialah yang peka terhadap rangsangan getaran suara dari medium yang
mempunyai frequensi relatif tinggi. 5) Mekanoreseptor ialah yang peka terhadap
rangsangan mekhanik, seperti rabaan, tekanan atau gesekan. 6) thermoreseptor ialah yang
peka terhadap rangsangan panas atau dingin.
MATA
Secara garis besar struktur mata pada ikan adalah sama dengan pada organisme vertebrata
lainnya, terdiri dari ruang depan, iris, lensa, ruang vitroeus yang berisikan cairan kental
yang dinamakan ”Vitroeus humor” dan dibatasi oleh retina. Mata peka terhadap cahaya,
dan komponen fungsionil utamanya ialah retina yang pertumbuhannya berasal dari
diensefalon. Diensefalon pada embrio memperlihatkan sepasang evaginasi lateral yang
dinamakan veskikula optic. Bagian ujung distalnya dari vesikula ini memperlihatkan
invaginasi yang kemudian terbentuk cawan optic. Dinding sebelah dalam yang
membatasi rongga cawan, tumbuh menjadi retina, sedangkan yang sebelah luarnya tetap
lxxxiv
tipis merupakan lapisan pigmen dari retina. Lapisan ektoderm di depan kapsula optik
akan membentuk plakoda yang mengalami invaginasi dan membentuk lensa.
Retina ialah selaput saraf yang terletak di bagian belakang dari ronqqa mata.
Unsur - unsur saraf dari retina terdiri atas batang dan kerucut yang peka terhadap cahaya
yang panjang gelombangnya bermacam macam. Retina dan rongga bola mata berada di
sebelah dalam lapisan khoroid yang berpigmen, dan terbuka pada lubang pupil. Berkas
cahaya masuk kedalam mata melalui pupil. Bagian dari lapisan khoroid di sekeliling
pupil dinamakan iris.
Mata agak datar pada bagian anterior sehingga lensa yang cembung hampir
menyentuh cornea yang merupakan bagian transparana yang penting dari ”scleroid coat”
biji mata. Lapisan choroid terletak diantara retina dan sclera. Sclera Elasmobranchia dan
Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali teleostei mempunyai satu
atau dua scleral ossicles sebagai penunjang terhadap struktur rawan tersebut (Munz,
1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot oculomotor.
Gambar 3. Mata dan bagian-bagiannya
INDIKATOR PENILAIAN
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran
akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
lxxxv
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan
(30%)
BAB III. PENUTUP
Sistem saraf dibagi menjadi system saraf pusat dan system saraf periferi. Sistem
saraf pusat terdiri otak dan medula spinalis. Sistem saraf periferi terdiri dari saraf cranial
dan spinal beserta cabang-cabangnya. Sistem saraf otonom merupakan bagian dari
sistem perifera, mempengaruhi otot polos dan kelenjar.
Unit terkecil system saraf adalah sel saraf atau neuron. Neuron merupakan sel
fungsional pada sistem saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensial aksi dan
menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensial aksi
merupakan cara yang dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi.
Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara yang dilakukan oleh sistem saraf
dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
NN. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
RR. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.
Ichthyology.
Second edition. John Wiley & Sons, New York
SS. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology. Prentice-Hall
of India Private Limited, New Delhi
TT. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
UU. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
SS. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas
Perikanan, IPB
lxxxvi
MODUL IX JUDUL : SISTEM HORMON BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar endokrin ialah suatu kelenjar yang tidak memiliki saluran pelepasan
untuk mengalirkan hasil getahnya (segrete) keluar dari kelenjar. Oleh karena itu kelenjar
endokrin biasa juga disebut kelenjar buntu. Getah yang dihasilkan oleh kelenjar ini
disebut hormon yang mempunyai peranan penting dalam proses fisiologis dan
metabolisme. Proses tersebut merupakan kegiatan fungsional berbagai sel, jaringan dan
alat-alat tubuh yag bekerja secara terkordinir dan dalam keseimbangan yang serasi.
Hormon ini langsung masuk ke dalam peredaran darah atau limf, atau cairan badan dan
diedarkan ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi organ-organ sasaran pada organisme.
Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang lebih
tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak
didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki
fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
B. Ruang Lingkup Isi
- Kelenjar Pituiatary
- Kelenjar Thyroid
- Kelnjar Ultimobranchia
- Badan stanius dan pineal
- Sistem neurosecretory caudal
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem
hormon pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul
sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf pada ikan.
lxxxvii
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
18. Menjelaskan tentang sistem hormon dan fungsinya pada ikan
19. Menjelaskan letak beberapa kelenjar hormon pada ikan
20. Menjelaskan hubungan sistem saraf dengan sistem hormon pada ikan
BAB II. PEMBAHASAN
A. KELENJAR PITUITARY
Kelenjar ini disebut pula hypophysa terletak di bawah dienchephalon. Suatu
tangkai yang menghubungkan atara kelenjar ini dengan dienchepalon disebut
Infundibulum. Kelenjar ini walaupun kecil, fungsi dan strukturnya merupakan organ
tubuh yang sangat rumit dan sulit.
Pada stadia embrionik, kelenjar ini berasal dari gabungan elemen neural yang
tumbuh ke bawah dari diencephalon dan elemen epithel (kantung Rathke) yang tumbuh
ke atas dari bagian dorsal rongga mulut. Pertumbuhan dari hypophysa, berasal dari dua
macam organ, yaitu: Neurohypophyse dan Adenohypophyse. Neurohypofise dibentuk
dari bagian alas dienchephalon (Infundibulum) sedangkan Adenohypophyse, terbentuk
dari perlekukan bagian ektodermal dari rongga mulut embrio (stomodaeum), disebut
kantong hypophyse atau kantung Rathke. Hubungannya dengan rongga mulut akan
hilang setelah pertumbuhannya selesai.
Neurohypophyse memiliki struktur berupa serabut-serabut yang sejajar, berasal
dari hypothalamus di dalam otak. Fungsi dari bagian hypophysa ini mengeluarkan
horman ke dalam hypothalmus dan diteruskan ke neurohypophyse oleh sel-sel
neorosekresi dan masuk ke dalam aliran darah. Adenohypophyse terbagi menjadi
beberapa bagian, yaitu: pars distalis atau lobes anterior, merupakan bagian yang terbesar,
lebih konstan dan aktif dari yang lain. Pars intermedia kehadirannya bervariasi dan
fungsinya diketahui mengontrol melanophora dan mungkin juga dalam melanogenesis.
Neurosekresi dari hypothalamus (oxytocyn dan vasetocyn) disimpan dan
dikeluarkan oleh neurohypofise. Sekeresi ini berperan dalam osmoregulasi dan
reproduksi. Adenohypophyse mengandung beaneka sel pembuat hormon. Hormon-
hormon yang disekresikan oleh pars distalis adalah prolactin ikan (penting dalam
lxxxviii
pengaturan Na ikan air tawar), hormon pertumbuhan, carticothropyn (ACTH),
gonadothropyn dan thyrotropyn. Kelenjar pituitary sering diberi gelar kelenjar induk
(master gland) karena banyak menpengaruhi kegiatan kelenjar lainnya.
B. KELENJAR THYROID
Semua vertebrata mempunyai kelenjar thyroid. Sebagian besar ikan bertulang
sejati dan Cyclostomata terdiri dari folikel-folikel yang relatif menyebar di dekat aorta
ventral, arteri branchialis affarent, jantung, insang, kepala ginjal, limp, otak atau mata.
Pada Elasmobranchii dan beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar
tersendiri yang dikelilingi oleh jaringan pengikat.
Hormon thyroid mempunyai beberapa fungsi fisiologik dan beberapa fungsi
lainnya yang belum diketahui, namun terbukti bahwa ia mampu mempengaruhi laju
konsumsi oksigen, membantu pengendapan guanin dalam kulit, dan mengubah
metabolisme nitrogen dan karbohidarat. Ia juga telah diketahui mempengaruhi sistem dan
fungsi saraf dan proses osmoregulasi.
C. KELENJAR PARATHYROID
Bagian sekresi dari kelenjar parathyroid berdiferensiasi dari epithel kantong
farings ketiga dan keempat. Ini berarti kantong-kantong farings mempunyai andil dalam
pembentukan jaringan kelenjar. Hormon parathyroid adalah polipetida yang dinamakan
parathormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium, dan sedikit menentukan kadar
fosfor di dalam darah. Kalsium akan menghilang jika dari darah dan terjadi kejang otot
jika hormon ini tidak ada.
Jaringan kelenjar pada Cylostomata dan bangsa ikan, yang homolog dengan
parathyroid telah ditemukan, namum fungsinya belum diketahui pasti. (hildenbran, 1974).
D. JARINGAN INTERRENAL (ADRENAL CORTEX)
Pada ikan Osteichthyes, jaringan yang ekivalen atau homolog dengan adrenal
cortex atau pada vertebrata tingkat tinggi. Strukturnya sama dengan gonad dalam hal
produksi hormonnya yang mengandung steroid, dan asal-usul embriologinya. Jaringan
lxxxix
korteksnya merupakan derivat dari mesoderm yang membatasi rongga solom dekat
tempat berasalnya pematang genital.
Pada Elasmobranchia, jaringan ini bentuknya memanjang terletak pada bagian
belakang ginjal. Sedangkan pada kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang
vena cardinalis. Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding
vena cardinalis ikan lamprey. Jaringan interrenal mensekresikan hormon
adrenocorticosteroid yang mengontrol proses osmoregulasi dengan cara mempengaruhi
ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan mempengaruhi metabolisme protein dan
karbohidrat.
Jaringan interrenal pada Cyclostomata, tersebar sepanjang vena cardinalis
posterior dan vena lainnya. Pada Teleostei jaringan interrenal menyebar, tetapi selalu
membentuk bintik-bintik noda yang terdapat di dekat atau pada kepala ginjal.
E. JARINGAN CHROMAFFIN (SUPRARENAL)
Jaringan ini banyak tersebar di dalam badan beberapa vertebrata. Sel-sel
chromaffin pada ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vena poscardinalis dan
dimungkinkan perluasannya tercampur dengan sel interrenal. Jaringan chromaffin pada
Elasmobranchii menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis, terletak di depan
jaringan interrenal.
Khromaffin dan jaringan medulla dimasuki serabut preganglion dari sistem saraf
otonom. Saraf ini dan kelenjar endokrin Adrenal medulla, keduanya sebagai derivat
endokterm dari neural krest embrio, dan semuanya menggetahkan adrenalin dan non
adrenalin. Jaringan ini mensekresikan adrenalin mengadakan respon terhadap hormon
ini dalam berbagai cara, seperti menaikkan kadar gula dalam darah dan menaikkan
tekanan darah, konsentrasi melanin dalam melanophora, serta merintangi otot polos.
Kerja hormon ini menyerupai sistem kerja saraf simpathetic, yang mana hormon ini
sangat erat hubungannya. Distribusi jaringan khromaffin di dalam tubuh dapat terletak
di dekat tetapi terpisah dari jaringan organ interrena, dapat juga tercampur dengan
jaringan interrenal atau korteks adrenal.
xc
F. KELENJAR ULTIMOBRANCHIAL
Kelenjar ini homolog dengan kelenjar parathyroid pada mammalia. Pada ikan
bertulang sejati kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus venosus. Pada
Elasmobranchii kelenjar ini terletak pada sisi kiri bawah pharynx. Kelenjar ini
mensekresikan hormon calcitonin, yang berperan dalam metabolisme kalsium.
Ultimobranchial yaitu derivat dari sepasang kantong farings yang paling belakang, dan
corpusculus stanus terletak pada bagian posterior dari ginjal Teleostei.
G. GONAD
Dari struktur dan pertumbuhannya, gonad merupakan kelenjar endokrin. Kelenjar
seks ikut dalam sekresi steroid, hal ini sangat penting dalam pemijahan, pembuatan
sarang, dan aspek-aspek tingkah laku reproduksi lainnya. Estrogen mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan dari sistem genital betina, dan mengatur sifat-sifat
seksual sekunder.
Sel-sel interstisial dari testis menghasilkan hormon-hormon jantan dan secara
keseluruhan dinamakan Androgen. Androgen diperlukan untuk pertumbuhan diferensiasi,
dan berfungsinya saluran-saluran genitalia jantan, organ kopulasi, dan tingkah laku
seksual dan pemijahan.
Semua hormon gonad mempunyai hubungan timbal balik yang kompleks dengan
hypophyse. Beberapa ditujukan terhadap fungsi jaringan interrenal atau jaringan korteks
atau terhadap aktivitas thyroid atau badan pineal.
H. PULAU-PULAU LANGERHANS
Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan ini terdapat di pyloric caeca, usus
kecil, limpa dan empedu. Jaringan ini menghasilkan insulin yang berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat dan dalam pengubahan glukosa menjadi glycogen, dan dalam
oksidasi glukosa dan pembuatan lemak.
I. BADAN PINEAL
xci
Organ pineal pada puncak otak atau pada bagian atas dienchepalon merupakan
fotoreseptor. Sekresi yang dihasilkan oleh badan pineal adalah melatonin yang
mengumpulkan melanin. Bila jaringan ini dihilangkan maka akan membawa perubahan
dalam pertumbuhan.
Ikan terutama Teleostei, pada ekornya terdapat pembekakan ventral pada medulla
spinalisnya. Secara histologis, pembengkakan ini mempunyai kesamaan dengan
neurohypophyse dan dinamakan urohypophysa. Pembengkakan ini diperkirakan
mempunyai fungsi endokrin, dalam hal mengatur tekanan osmose di dalam tubuh.
J. BADAN STANIUS
Kelenjar ini memilik fungsi sebagai kelenjar endokrin yang sekresi sekresinya
diduga ikut dalam proses penyesuaian tekanan osmotik lingkungan dengan tekanan
osmotik cairan tubuh pada ikan (osmoregulasi).
INDIKATOR PENILAIAN
1. Ketepatan penyajian pada tugas mandiri, tugas kelompok dan presentasi sesuai sasaran
akhir pembelajaran dan nilai kuis (40%)
2. Kreatifitas dalam memperoleh informasi yang sesuai dengan materi atau pokok
bahasan (30%)
3. Penguasaan materi dalam memaparkan, cara menjawab/menanggapi, serta penampilan
(30%)
BAB III. PENUTUP
Kelenjar endokrin ikan mencakup suatu sistim yang mirip dengan vertebrae yang
lebih tinggi tingkatannya. Namun, ikan memiliki beberapa jaringan endokrin yang tidak
didapatkan pada vertebrata yang lebih tinggi, misalnya Badan Stanius yang memiliki
fungsi sebagai kelenjar endokrin yang membantu dalam proses osmoregulasi.
Kerja hormon menyerupai kerja saraf, yaitu mengontrol dan mengatur
keseimbangan kerja organ-organ di dalam tubuh. Namun, kontrol kerja saraf lebih cepat
dibanding dengan kontrol endokrin. Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal
dari ektodermal adalah protein, peptida, atau derivat dari asam-asam amino, dan hormon
xcii
yang dihasilkan oleh kelenjar yang berasal dari mesodermal (gonad, korteks ardenal)
berupa steroid.
DAFTAR PUSTAKA
TT. Alamsjah, S. 1974. Ichthiyologi Sistematika (Ichthyologi – I). Proyek
Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, IPB
XX. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller and D.R.M. Passino. 1977.
Ichthyology.
Second edition. John Wiley & Sons, New York
YY. Love, M.S. and G.M. Cailliet (eds.). 1979. Readings in Ichthyology.
Prentice-Hall of India Private Limited, New Delhi
ZZ. Moyle, P.B. and J.J. cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
AAA. Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. John Wiley and Sons, New York.
YY. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan, Fakultas
Perikanan, IPB
xciii
MODUL X JUDUL : SISTEM REPRODUKSI BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut untuk
bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubah-ubah dan kemampuan untuk
mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya merupakan
bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar kelamin atau gonad,
dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan disebut testis beserta
salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin mempunyai peranan dalam mengatur
sistem reproduksi (Hoar & Randall, 1983).
B. Ruang Lingkup Isi
- Ovarium
- Testes
- Seksualitas Ikan
- Sifat seksual primer dan sekunder ikan
- Strategi repoduksi
C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul ke sembilan yang membahas tentang kerja sistem
reproduksi pada ikan. Modul ini dijelaskan setelah mahasiswa memahami modul
sebelumya yaitu sistem peredaran darah, sistem urogenital dan sistem saraf dan sistem
hormon pada ikan.
D. Sasaran Pembelajaran Modul
Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
21. Menjelaskan perbedaan anatomi organ reproduksi jantan dan betina pada ikan
xciv
22. Menjelaskan dapat menjelaskan seksualitas pada ikan
23. Menjelaskan strategi reproduksi pada ikan
BAB II. PEMBAHASAN
A. OVARIUM
Pada kelompok Teleost terdapat sepasang ovarium yang memanjang dan kompak.
Ovarium terdiri dari oogonia dan jaringan penunjang atau stroma. Mereka tergantung
pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, di bawah atau di samping
gelembung renang (jika ada. Ukuran dan perkembangannya pada rongga tubuh bervariasi
dengan tingkat kematangannya. Pada keadaan matang , ovarium bisa mencapai 70 %
dari berat tubuhnya. Sebagian besar pada waktu masih muda warna keputih-putihan dan
menjadi kekuning-kuningan pada saat matang.
Pada chondrichtyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium
tubes abdominalis) di ujung terletak di bagian depan rongga tubuh. Telur melewati
oviduct menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital. Pada chondrichtyes yang
ovipar, bagian depan jaringan oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shell-
gland); sedangkan pada ovivipar dan vivipar, bagian belakang oviduct mmbesar menjadi
suatu uterus temapt penyimpanan anak ikan selama perkembangan embrioniknya.
Keadaan yang demikian ditemukan pada ikan dipnoi, Acipenceriformes dan bowfin.
Pada ovarium terdapat oosit pada berbagai stadia tergantung pada tipe
reproduksinya (Nagahama dalam Hoar, 1983). Menurut Harder (1975) tipe reproduksi
dibagi menjadi a) tipe sinkronisasi total dimana oosit berkembang pada stadia yang sama.
Tipe ini biasanya terdapat pada spesies ikan yang memijah hanya sekali dalam setahun;
b) tipe sinkronisasi kelompok dengan dua stadia, yaitu oosit besar yang matang, di
samping itu ada oosit yang sangat kecil tanpa kuning telur; dan c) tipe asinkronisasi
dimana ovarium terdiri dari berbagai tingkat stadia oosit.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pada spesies ikan
terdiri dari faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal meliputi curah hujan,
suhu, sinar matahari, tumbuhan dan adanya ikan jantan. Pada umumnya ikan-ikan di
perairan alami akan memijah pada awal musim hujan atau pada akhir
xcv
musim hujan, karena pada saat itu akan terjadi suatu perubahan lingkungan atau kondisi
perairan yang dapat merangsang ikan-ikan untuk berpijah. Faktor internal meliputi
kondisi tubuh dan adanya hormone reproduksi (Redding & Reynaldo, 1993). Adapun
faktor internal yaitu tersedianya hormon steroid dan gonadotropin baik dalam bentuk
hormon Gonadotropin I (GtH I) dan Gonadotropin II (GtH II) dalam jumlah yang cukup
dalam tubuh untuk memacu kematangan gonad diikuti ovulasi serta pemijahan.
Sebaliknya bilamana salah satu atau kedua hormon; tersebut tidak mencukupi dalam
tubuh maka perkembangan oosit dalam ovarium terganggu
bahkan akan berhenti dan mengalami atresia (Pitcher, 1995)
Faktor lingkungan merupakan stimuli yang dapat ditangkap oleh alat indera ikan seperti
kulit, mata dan hidung. Informasi berasal dari lingkungan sampai di otak melalui
reseptor yang terdapat pada masing-masing organ sensori. Selanjutnya melalui ujung-
ujung saraf akan diteruskan ke hipotalamus untuk mengeluarkan Gonadotropic releasing
Hormon (GnRH) yang dapat merangsang kelenjar hipofisa anterior untuk memproduksi
hormone Gonadotropic (GtH). Hormon Gonadotropic ini melalui aliran darah akan
menuju ke gonad, kemudian akan merangsang pertumbuhan gonad yang selain
mendorong pertumbuhan oosit juga untuk memproduksi hormone steroid yang
merupakan mediator langsung untuk pemijahan.
B. TESTES
Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya longitudinal, pada umumnya
berpasangan. Lamprey dan Hagfishes mempunyai testes tunggal. Pada chodrichtyhes,
seringkali gonad yang satu lebih besar dari pada yang lainnya. Testes ini bergantung
pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesorchium, di bawah atau di
samping gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-folikel tempat
spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi tergantung pada tingkat
kematangannya dengan berat bisa mencapai 12% atau lebih dari bobot tubuhnya.
Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus.
Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang
berasal dari testes terlebih dahulu melewati vasa efferentia, epididymis, vasa defferentia,
xcvi
seminal vesicle, urogenital sinus, dan urogenital papilla pada Chondrichthyes. Pada sisi
seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada beberapa ikan.
Pembentukan spermatozoa dari spermatid di dalam testes disebut spermatogenesis.
Proses ini meliputi poliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang
dan tumbuh membentuk spermatocyte primer, kemudian melalui pembelahan reduksi
(meiosis) membentuk spermatocyte sekunder. Spermatocyte sekunder membelah
menjadi spermatid, yang mengadakan metamorfose menjadi gamet yang ``motile`` (dapat
bergerak) dan punya potensi fungsional yang dinamakan spermatozoa. Proses
metamorfose spermatid sering dinamakan ``spermatogenesis``. (Hoar, 1969).
Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak
sekali spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu tetes mani bisa
ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis
ikan yang berbeda, bukan saja berbeda dalam hereditasnya, tetapi juga berbeda dalam
bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma membentuk air mani
(milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Spermatozoa yang tidak aktif dan tidak
bergerak sampai sekresi sperma berjumpa dengan sel telur dalam fertilisasi.
Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat
tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih
pendek dari pada bila terletak dalam tubuh hewan betina. Kemungkinan hidup sel
sperma juga dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu
yang rendah dari pada suhu tinggi.
Alat reproduksi jantan dan betina pada ikan
xcvii
C. SEKSUALITAS IKAN
Pada prinsipnya, seksualitas pada ikan terdiri dari dua jenis kelamin yaitu jantan
dan betina. Ikan jantan adalah ikan yang mempunyai organ penghasil sperma,
sedangkan ikan betina adalah ikan yang mempunyai organ penghasil telur. Suatu populasi
terdiri dari ikan-ikan yang berbeda seksualitasnya, maka populasi tersebut disebut
populasi heteroseksual, bila populasi tersebut terdiri dari ikan-ikan betina saja maka
disebut monoseksual. Namun, penentuan seksualitas ikan di suatu perairan harus berhati-
hati karena secara keseluruhan terdapat bermacam-macam seksualitas ikan mulai dari
hermaprodit sinkroni, protandri, protogini, hingga gonokorisme yang berdiferensiasi
maupun yang tidak berdiferensiasi.
Hermaproditisme
Ikan hermaprodit mempunyai baik jaringan ovarium maupun jaringan testis yang
sering dijumpai dalam beberapa famili ikan. Kedua jaringan tersebut terdapat dalam satu
organ dan letaknya seperti letak gonad yang terdapat pada individu normal. Pada
umumnya, ikan hermaprodit hanya satu sex saja yang berfungsi pada suatu saat,
meskipun ada beberapa spesies yang bersifat hemaprodit sinkroni. Berdasarkan
perkembangan ovarium dan atau testis yang terdapat dalam satu individu dapat
menentukan jenis hermaproditismenya.
a. Hermaprodit sinkroni/simultaneous. Apabila dalam gonad individu terdapat sel
kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersama-sama dan siap untuk
dikeluarkan. Ikan hermaprodit jenis ini ada yang dapat mengadakan pembuahan sendiri
dengan mengeluarkan telur terlebih dahulu kemudian dibuahi oleh sperma dari individu
yang sama, ada juga yang tidak dapat mengadakan pembuahan sendiri. Ikan ini dalam
satu kali pemijahan dapat berlaku sebagai jantan dengan mengeluarkan sperma untuk
membuahi telur dari ikan yang lain, dapat pula berlaku sebagai betina dengan
mengeluarkan telur yang akan dibuahi sperma dari individu lain. Contoh ikan
hermaprodit sinkroni yaitu ikan-ikan dari Famili Serranidae.
b. Hermaprodit protandri. Ikan yan di dalam tubuhnya mempunyai gonad yang
mengadakan proses diferensiasi dari fase jantan ke fase betina. Ketika ikan masih muda
xcviii
gonadnya mempunyai daerah ovarium dan daerah testis, tetapi jaringan testis mengisi
sebagian besar gonad pada bagian lateroventral. Setelah jaringan testisnya berfungsi dan
dapat mengeluarkan sperma, terjadi masa transisi yaitu ovariumnya membesar dan testis
mengkerut. Pada ikan yang sudah tua, testis sudah tereduksi sekali sehingga sebagian
besar dari gonad diisi oleh jaringan ovarium yang berfungsi, sehingga ikan berubah
menjadi fase betina. Contoh ikan-ikan yang termasuk dalam golongan ini antara lain